Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TENTANG KELAHIRAN, SEPAK TERJANG,

HAK-HAK ISTIMEWA DAN SEBAB-SEBAB


KEBANGKRUTAN VOC

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA: 1. Arina Saputri
2. Baiq Nuria Anjas Wari
3. Dewi Setiawati
4. Dwi Ilham Abdika Putra
5. Muhamad Nurbayazi
6. Widiawati
7. Yudha Risma
8. Risma Lina Agustina

Jl. Raya Ubung Km. 16 Kec. Jonggat Lombok Tengah NTB Kode Pos 83561
Telpon. (0370)-6613655, E-mail: smansa_jgt@yahoo.co.id,

Laman: www.Sman1jonggat.sch.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedudukan Belanda di Nusantara berlangsung pada tahun 1596-1942 diawali dengan
kedatangan armada dagang Belanda di bawah pimpinan Cornelis de Houtman pada tahun
1596yangberlabuhdiBanten
. Mulanya mencari barang dagangan atau rempah rempah akan tetapi kemudian Belanda
bukan sekedar ingin berdagang biasa, melainkan ingin menguasai dan menjajah Nusantara.
Pada tahun 1596 awal penjajahan Belanda di Nusantara dengan mendirikan persekutuan
dagang yang bernama VOC (Vereeningde Oost-indische Compagnie) atau persekutuaan
dagang India timur yang dibantu oleh pemerintahan Belanda.
Di masa itu, terjadi persaingan sengit di antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis,
Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan Belanda, untuk memperebutkan hegemoni
perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai masalah ini, oleh Staaten Generaal di
Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang harus mereka biayai sendiri. Selain
itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah Belanda -yang waktu itu masih
berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan dan menyatakan perang terhadap
suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa suatu perkumpulan dagang seperti
VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Kemaharajaan VOC Diindonesia?
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan dan untuk
membuka jendela pengetahuan tentang Kemaharajaan VOC diindonesia yang meliputi proses
berdiri, hak-hak istimewa, tujuan, dan proses pembubaran VOC. Harapan kami adalah agar
makalah ini tidak hanya bermanfaat bagi kami sendiri, akan tetapi bermanfaat juga bagi
meraka yang membutuhkan untuk referensi ataupun bahan bacaan semata.

BAB II
PEMBAHASAN
A. BERDIRINYA VOC
Kongsi Perdagangan Hindia Timur (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC)
yang didirikan pada tanggal 20 Maret 1602 Yang disulkan oleh Johan Van Oldebanevelt
untuk menggabungkan perdagangan (VOC). VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda
yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena
ada pula VWC yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.
Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus
merupakan perusahaan pertama yang mengeluarkan sistem pembagian saham.
Penyebab didirikannya VOC:
1. mengatasi persaingan tidak sehat
2. sekaligus mematahkan dominasi Portugis
VOC dipimpin oleh tujuh belas direktur. Mereka dikenal dengan sebutan Heeren
Zeventien. Meskipun sebenarnya VOC merupakan sebuah badan dagang saja, tetapi badan
dagang ini istimewa karena didukung oleh negara dan diberi fasilitas-fasilitas sendiri yang
istimewa. Misalnya VOC boleh memiliki tentara dan boleh bernegosiasi dengan negaranegara lain. Bisa dikatakan VOC adalah negara dalam negara.
Tujuan utama VOC adalah mempertahankan monopolinya terhadap perdagangan
rempah-rempah di Nusantara. Hal ini dilakukan melalui penggunaan dan ancaman kekerasan
terhadap penduduk di kepulauan-kepulauan penghasil rempah-rempah, dan terhadap orangorang non-Belanda yang mencoba berdagang dengan para penduduk tersebut. Contohnya,
ketika penduduk Kepulauan Banda terus menjual biji pala kepada pedagang Inggris, pasukan
Belanda membunuh atau mendeportasi hampir seluruh populasi dan kemudian
mempopulasikan pulau-pulau tersebut dengan pembantu-pembantu atau budak-budak yang
bekerja di perkebunan pala.
VOC (Perkumpulan Dagang India Timur). Di masa itu, terjadi persaingan sengit di
antara negara-negara Eropa, yaitu Portugis, Spanyol kemudian juga Inggris, Perancis dan
Belanda, untuk memperebutkan hegemoni perdagangan di Asia Timur. Untuk menghadapai
masalah ini, oleh Staaten Generaal di Belanda, VOC diberi wewenang memiliki tentara yang
harus mereka biayai sendiri. Selain itu, VOC juga mempunyai hak, atas nama Pemerintah
Belanda -yang waktu itu masih berbentuk Republik- untuk membuat perjanjian kenegaraan
dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Wewenang ini yang mengakibatkan, bahwa
suatu perkumpulan dagang seperti VOC, dapat bertindak seperti layaknya satu negara.

Perusahaan ini mendirikan markasnya di Batavia (sekarang Jakarta) di pulau Jawa.


Pos kolonial lainnya juga didirikan di tempat lainnya di Hindia Timur yang kemudian
menjadi Indonesia, seperti di kepulauan rempah-rempah (Maluku), yang termasuk Kepulauan
Banda di mana VOC manjalankan monopoli atas pala dan fuli. Metode yang digunakan untuk
mempertahankan monompoli termasuk kekerasan terhadap populasi lokal, dan juga
pemerasan dan pembunuhan massal.
Pos perdagangan yang lebih tentram di Deshima, pulau buatan di lepas pantai
Nagasaki, adalah tempat satu-satunya di mana orang Eropa dapat berdagang dengan Jepang.
Tahun 1603 VOC memperoleh izin di Banten untuk mendirikan kantor perwakilan, dan pada
1610 Pieter Both diangkat menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama (1610-1614), namun ia
memilih Jayakarta sebagai basis administrasi VOC. Sementara itu, Frederik de Houtman
menjadi Gubernur VOC di Ambon (1605 1611) dan setelah itu menjadi Gubernur untuk
Maluku (1621 1623).
B. Kemaharajaan VOC
Dalam upaya memperlancar aktivitas organisasi, VOC pada tahun 1610 memutuskan
untuk membentuk jabatan Gubernur Jendral yang pada waktu itu berkedudukan di
Maluku. Pieter Both sebagai orang pertama yang menduduki posisi itu.
Tindakan VOC dengan adanya hak octroi sangat merugikan bangsa Indonesia. Hak
octroi seolah ijin usaha kepanjangan tangan pemerintah Belanda, bahkan bisa dikatakan VOC
sebagai sebuah negara dalam negara.

1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

VOC memiliki hak-hak istimewa yang tercantum dalam Oktrooi (Piagam/Charta) tanggal
20 Maret 1602, meliputi:
Hak monopoli untuk berdagang dan berlayar di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan dan
sebelah barat Selat Magelhaens serta menguasai perdagangan untuk kepentingan sendiri
Hak kedaulatan (soevereiniteit) sehingga dapat bertindak layaknya suatu negara untuk:
memelihara angkatan perang
memaklumkan perang dan mengadakan perdamaian
merebut dan menduduki daerah-daerah asing di luar Negeri Belanda
memerintah daerah-daerah tersebut
menetapkan/mengeluarkan mata-uang sendiri
memungut pajak.

3. Berikut adalah hal-hal yang terjadi di Indonesia ketika VOC berkuasa di Indonesia:
a. Maret 1602 - Belanda berusaha memonopoli perdagangan rempah-rempah dengan membentuk
suatu kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie).
b.1603 - VOC telah membangun pusat perdagangan pertama yang tetap di Banten namun tidak
menguntungkan kerena persaingan dengan para pedagang Tionghoa dan Inggris.
c. Februari 1605 - Armada VOC bersekutu dengan Hitu menyerang kubu pertahanan Portugis di
Ambon dengan imbalan VOC berhak sebagai pembeli tunggal rempah-rempah di Hitu.

d.1602 - Sir James Lancaster kembali ditunjuk memimpin pelayaran yang armada berisi orangorang The East India Company dan tiba di Aceh untuk selanjutnya menuju Banten.
e. 1604 - Pelayaran yang ke-2 maskapai Inggris yang dipimpin oleh Sir Henry Middleton,
maskapai ini berhasil mencapai Ternate, Tidore, Ambon dan Banda. Akan tetapi di wilayah
yang mereka kunjungi ini mendapat perlawanan yang keras dari VOC.
f. 1610 - Ambon dijadikan pusat VOC, dipimpin seorang-gubernur jendral. Tetapi selama 3 orang
gubernur-jendral, Ambon tidak begitu memuaskan untuk dijadikan markas besar karena jauh
dari jalur-jalur utama perdagangan Asia.
g.1611 - Inggris berhasil mendirikan kantor dagangnya di bagian Indonesia lainnya, di Sukadana
(Kalimantan barat daya), Makassar, Jayakerta, Jepara, Aceh, Priaman, Jambi.
h.1618 - Des Banten mengambil keputusan untuk menghadapi Jayakarta dan VOC dengan
memaksa Inggris untuk membantu, dipimpin laksamana Thomas Dale.
i.1619 - Ketika VOC akan menyerah pada Inggris, secara tiba-tiba muncul tentara Banten
menghalangi maksud Inggris. Karena Banten tidak mau pos VOC di Batavia diisi oleh
Inggris. Akibatnya Thomas Dale melarikan diri dengan kapalnya; Banten menduduki kota
Batavia.
j. 12 Mei 1619 - Pihak Belanda mengambil keputusan untuk memberi nama baru Jayakarta
sebagai Batavia.
k. 30 Mei 1619 - Jan Pieterszoon Coen melakukan penyerangan terhadap Banten, memukul
mundur tentara Banten. Membangun Batavia sebagai pusat militer dan administrasi yang
relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang-barang, karena dari Batavia mudah
mencapai jalur-jalur perdagangan ke Indonesia bagian timur, timur jauh, dari Eropa.
l. 1619 - Jan Pieterszoon Coen ditunjuk menjadi gubernur-jendral VOC. Dia menggunakan
kekerasan, untuk memperkokoh kekuasaannya dia menghancurkan semua yang merintangi.
Dan menjadikan Batavia sebagai tempat bertemunya kapal-kapal dagang VOC.
m.1619 - Terjadi migrasi orang Tionghoa ke Batavia. VOC menarik sebanyak mungkin pedagang
Tionghoa yang ada di berbagai pelabuhan seperti Banten, Jambi, Palembang dan Malaka ke
Batavia. Bahkan ada juga yang langsung datang dari Tiongkok. Di sini orang-orang Tionghoa
sudah menjadi suatu bagian penting dari perekonomian di Batavia. Mereka aktif sebagai
pedagang, penggiling tebu, pengusaha toko, dan tukang yang terampil.
n. 1620 - Dalam rangka mengatasi masalah penyeludupan di Maluku, VOC melakukan
pembuangan, pengusiran bahkan pembantaian seluruh penduduk Pulau Banda dan berusaha
menggantikannya dengan orang-orang Belanda pendatang dan mempekerjakan tenaga kerja
kaum budak.
o. 1623 - VOC melanggar kerjasama dengan Inggris, Belanda membunuh 12 agen perdagangan
Inggris, 10 orang Inggris, 10 orang Jepang; 1 orang Portugis dipotong kepalanya.
p. 1637 - VOC yang telah beberapa lama di Maluku tidak mampu memaksakan monopoli atas
produksi pala, bunga pala, dan yang terpenting, cengkeh. Penyeludupan cengkeh semakin
berkembang, muncul banyak komplotan-komplotan yang anti dengan VOC. GubernurJendral Antonio van Diemen melancarkan serangan terhadap para penyeludup dan pasukanpasukan Ternate di Hoamoal.
q. 1638 - Van Diemen kembali ke Maluku dan berusaha membuat persetujuan dengan raja
Ternate dimana VOC bersedia mengakui kedaulatan raja Ternate atas Seram, Hitu serta
menggaji raja sebesar 4.000 real/tahun dengan imbalan bahwa penyeludupan cengkeh akan

dihentikan dan VOC diberi kekuasaan de facto atas Maluku. Akan tetapi persetujuan ini
gagal.
r. 1656 - Seluruh penduduk Ambon yang tersisa dibuang. Semua tanaman rempah-rempah di
Hoamoal dimusnahkan dan akibatnya daerah tersebut tidak didiami manusia kecuali jika
ekspedisi Hongi (armada tempur) melintasi wilayah itu untuk mencari pohon-pohon cengkeh
liar yang harus dimusnahkan.
s. 1660 - Armada VOC yang terdiri dari 30 kapal menyerang Gowa, menghancurkan kapal-kapal
Portugis.
t. 1670 - VOC telah berhasil melakukan konsolidasi kedudukannya di Indonesia Timur. Pihak
Belanda masih tetap menghadapi pemberontakan-pemberontakan tetapi kekuatannya tidak
begitu besar.
u.1670 - VOC menebangi tanaman rempah-rempah yang tidak dapat diawasi, Hoamoal tidak
dihuni lagi, orang Bugis dan Makassar meninggalkan kampung halamannya. Banyak orangorang Eropa dan sekutu-sekutu yang tewas, semata-mata guna mencapai tujuan VOC untuk
memonopoli rempah-rempah.
v. 1674 - Pulau Jawa dalam keadaan yang memprihatinkan, kelaparan merajalela, berjangkit
wabah penyakit, gunung merapi meletus, gempa bumi, gerhana bulan, dan hujan yang tidak
turun pada musimnya
w.1682 - Pasukan VOC dipimpin Francois Tack dan Isaac de Saint Martin berlayar menuju
Banten guna menguasai perdagangan di Banten. VOC merebut dan memonopoli perdagangan
lada di Banten. Orang-orang Inggris mengundurkan diri ke Bengkulu dan Sumatera Selatan
satu-satunya pos mereka yang masih ada di Indonesia.
Orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya yang congkak, kejam, dan ingin
menang sendiri. VOC ingin mengeruk keuntungan sebesar-besarnya melalui monopoli
perdagangan. VOC mulai ikut campur dalam berbagai konflik antara penguasa yang satu
dengan penguasa yang lain. Beberapa kerajaan di yang Perubahan sikap VOC itu telah
menimbulkan kekecewaan bagi rakyat dan penguasa di Indonesia. Perubahan sikap itu
terutama sekali terjadi pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal VOC yang kedua yaitu
Jan Pieterzoon Coen.
Untuk dapat menguasai Jayakarta, JP Coen kemudian membangun benteng-benteng di
sekitar loji VOC, sehingga loji semakin besar. Bahkan pada tahun 1619 VOC menyerbu dan
membakar kota Jayakarta. Di atas reruntuhan kota itu kemudian dibangun kota baru yang
dinamakan Batavia.
Dengan dibangunnya benteng-benteng dan loji-loji sebagai pusat kegiatan VOC,
maka jalur-jalur perdagangan di kepulauan Nusantara telah dikendalikan oleh VOC. Untuk
mengendalikan kegiatan monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian timur,
khususnya Maluku, diadakan Pelayaran Hongi.
Pelayaran Hongi yaitu pelayaran keliling menggunakan perahu jenis kora-kora yang
dipersenjatai untuk mengatasi perdagangan gelap atau penyelundupan rempah-rempah di
Maluku. Pelayaran ini juga disertai Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman
rempah-rempah yang melebihi ketentuan.
Pada tahun 1700 an, VOC berusaha menguasai daerah-daerah pedalaman yang
banyak menghasilkan barang dagangan. Imperialisme pedalaman ini sasarannya kerajaan

Banten dan Mataram, karena daerah ini banyak menghasilkan barang-barang komoditas
seperti beras, gula merah, jenis-jenis kacang dan lada.
Tindakan VOC yang sewenang-wenang, sangat keras, dan kejam menimbulkan perlawanan
rakyat Indonesia. Perlawanan terhadap monopoli VOC terjadi dimana-mana seperti di
Mataram, Banten, Makasar dan Maluku.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

1.
2.
3.

4.
5.

Kebijakan-kebijakan VOC selama berkuasa di Indonesia sejak tahun 1602 1799 antara lain
dapat dirangkum sebagai berikut :
Menguasai pelabuhan-pelabuhan dan mendirikan benteng untuk melaksanakan monopoli
perdagangan.
Melaksanakan politik devide et impera ( memecah dan menguasai ) dalam rangka untuk
menguasai kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Untuk memperkuat kedudukannya dirasa perlu mengangkat seorang pegawai yang disebut
Gubernur Jendral.
Melaksnakan sepenuhnya Hak Octroi yang ditawarkan pemerintah Belanda.
Membangun pangkalan / markas VOC yang semula di Banten dan Ambon, dipindah
dipusatkan di Jayakarta ( Batavia).
Melaksanakan pelayaran Hongi ( Hongi tochten ).
Adanya Hak Ekstirpasi, yaitu hak untuk membinasakan tanaman rempah-rempah yang
melebihi ketentuan.
Adanya verplichte leverantien ( penyerahan wajib ) dan Prianger Stelsel ( system Priangan )
Prianger Stelsel ( system Priangan , penyerahan wajib) dimulai tahun 1723 Masyarakat di
Priangan dikenai aturan wajib kerja menanam kopi dan menyerahkan hasilnya kepada
kompeni. Wajib kerja ini sama dengan kerja paksa / rodi, rakyat tanpa diberi upah, menderita
dan miskin
kebijakan VOC tersebut sangat berpengaruh bagi rakyat Indonesia . Pengaruh dari
kebijakan VOC bagi rakyat Indonesia antara lain :
Kekuasaan raja menjadi berkurang atau bahkan didominasi secara keseluruhan oleh VOC.
Wilayah kerajaan terpecah-belah dengan melahirkan kerajaan dan penguasa baru dibawah
kendali VOC.
Hak octroi ( istimewa ) VOC, membuat masyarakat Indonesia menjadi miskin, menderita,
mengenal ekonomi uang, mengenal sistem pertahanan benteng, etika perjanjian dan prajurit
bersenjata modern (senjata api, meriam ).
Pelayaran Hongi, bagi penduduk Maluku khususnya, dapat dikatakan sebagai
suatu perampasan, perampokan, pemerkosaan, perbudakan dan pembunuhan.
Hak Ekstirpasi bagi rakyat merupakan ancaman matinya suatu harapan atau sumber
penghasilan yang bisa berlebih.

C. Kemunduran VOC
Pada pertengahan abad ke-18 VOC mengalami kemunduran karena beberapa sebab sehingga
dibubarkan . Kemunduran VOC disebabkan oleh hal-hal berikut :
1. Banyak korupsi yang dilakukan pegawai-pegawai VOC.
2. Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat semakin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
3. Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat sangat besar.

4. Persaingan dengan kongsi dagang bangsa lain, seperti kongsi dagang portugis (Compagnie
des indies) dan kongsi dagang inggris (East Indian Company).
5. Utang VOC yang sangat besar.
6. Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanya mengalami kemunduran.
7. Berkembangnya paham liberalisme sehinggal monopoli perdagangan yang diterapkan VOC
tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
8. Pendudukan Prancis terhadap negeri Belanda pada tahun 1795. Prancis memiliki musuh
utama Inggris yang berada di India untuk meluaskan jajahannya di Asia Tenggara. Badan
seperti VOC tidak dapat diharapkan terlalu banyak dalam menghadapi Inggris sehingga VOC
harus dibubarkan.

D. Pembubaran VOC
Menjelang abad ke-18, VOC mengalami kebangkrutan yang ditandai dengan
memburuknya kondisi keuangan VOC dan menumpuknya utang-utang VOC. Korupsi
merupakan sebab utama kebangkrutan itu. Hal itu diperparah oleh hutang peperangan VOC
dengan rakyat Indonesia dan Inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang
perdagangan yang semakin menumpuk.
Sebab lainnya adalah kemerosotan moral di antara penguasa akibat sistem monopoli
perdagangan. Keserakahan VOC membuat penguasa setempat tidak sungguh-sungguh
membantu VOC dalam memonopoli perdagangan. Akibatnya, hasil panen rempah-rempah
yang masuk ke VOC jauh dari jumlah yang diharapkan.
Hal utama lainnya adalah ketidakcakapan para pegawai VOC dalam mengendalikan
monopoli. Akibatnya verplichte leveranties (penyerahan wajib) dan Preanger Stelsel (Aturan
Priangan) tidak berjalan semestinya. Kedua aturan itu tadinya dimaksudkan untuk mengisi
kas VOC yang kosong. Verplichte leveranties mewajibkan tiap daerah mneyerahkan hasil
bumi berupa lada, kayu, beras, kapas, nila, dan gula dengan harga yang ditentukan VOC.
Sedangkan Preanger-stelsel mewajibkan rakyat Priangan menanam kopi dan
menyerahkan hasil panennya kepada VOC, juga dengan tarif yang ditentukan VOC.
Sementara itu, perang antara Belanda dan Ingrris terjadi juga di Asia. Armada kapal EIC
berturut-turut merebut kedudukan VOC di Persia, Hindustan, Sri Lanka, sampai Malaka.
Menyadari ancaman itu, Republik Bataaf mulai bertindak keras kepada VOC. Selain
VOC tidak dapat diandalkan lagi dalam menghadang serangan Inggris, persoalan internal
yang berarut-larut dalam tubuh VOC dan anggaran VOC yang menyedot uang Negara
membuat pemerintah Republik Bataaf mencabut Hak Octrooi izin usaha VOC dan pada 31
Desember 1799 VOC pun dibubarkan.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Awal masuk bangsa-bangsa Eropa ke Nusantara khususnya bangsa Belanda sedikit
banyaknya mempengaruhi dan merubah tatanan kehidupan Bangsa Indonesia terutama dalam
bidang perekonomian di Indonesia pada saat itu. Dengan terbentuknya persatuan kongsi
dagang Belanda pada tahun 1602 dengan nama VOC (Verenigde Oost Indische Company)
merupakan tonggak awal eksistensi Belanda di Nusantara dalam perdagangan (khususnya
rempah-rempah) .
Dalam peranannya di Nusantara khususnya Maluku, VOC mulai melakukan politik
monopoli perdagangan yang berdampak pada kesengsaraan rakyat Maluku, bukan sematamata karena politik monopolinya saja tapi di tambah lagi oleh perlakuan semena-mena VOC
terhadap rakyat Maluku.
Pada pertengahan Abad ke-8 VOC mengalami kemunduran, sehingga VOC
dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 dengan hutang 136,7 juta gulden dan kekayaan
yang ditinggalkan berupa kantor dagang, gudang, benteng, kapal serta daerah kekuasaan di
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai