Anda di halaman 1dari 7

PERCOBAAN KE-4

Tanggal Percobaan
Tanggal Pengumpulan :

: Senin, 24 Oktober 2016

KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS ;


Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) dan Analisis Pemisahan
I. TUJUAN
1.1 Memisahkan komponen-komponen dalam sampel dengan teknik-teknik dasar kromatgrafi.
1.2 Mengisolasi kurkumin dengan pelarut diklorometana dan n-heksana dari rimpang kunyit.
1.3 Menentukan nilai Rf (reterdation faktor) noda hasil isolasi kurkumin dari kunyit dengan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
1.4 Menentukan pigmen warna yang dihasilkan sampel (kurkumin dari rimpang kunyit).
II. TEORI DASAR
Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana komponen-komponen yang
dipisahkan didistribusi diantara dua fasa, salah satu fasa tersebut adalah suatu lapisan stasioner
dengan permukaan yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut di sepanjang
landasan stasioner. Fasa stasioner bisa berupa padatan maupun cairan, sedangkan fasa gerak
bisa berupa cairan maupun gas. Jadi semua jenis kromatografi yang diketahui diorganisir dari
satu dalam empat kategori yaitu cair-padat, gas-padat, cair-cair dan gas-cair.
(Day dan Underwood. 2002: 486-487)
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak
digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam
jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering
digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion.
(Conners,2000 ).
Kromatografi Lapis Tipis Preparatif merupakan proses isolasi yang terjadi berdasarkan
perbedaaan daya serap dan daya partisi serta kelarutan dari komponen-komponen kimia yang
akan bergerak mengikuti kepolaran eluen, oleh karena daya serap adsorben terhadap komponen
kimia tidak sama, maka komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda sehingga hal
inilah yang menyebabkan pemisahan.
(Hostettmann, 1995).
Kunyit merupakan salah satu tumbuhan yang sudah sangat
akrab dengan masyarakat Indonesia. Rimpang (Rhizoma) dari
Gambar Rimpang Kunyit tumbuhan ini biasa digunakan sebagai bahan warna kuning

dalam industri tekstil tradisional. Nama latin dari kunyit adalah (Curcumin longan l) yang
termasuk ke dalam family Zingeberaceaae (temu-temuan).
(NilaTanyela Berghuis. 2015: 21)

Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan jenis temu-temuan yang mengandung


kurkuminoid, yang terdiri atas senyawa kurkumin dan turunannya yang meliputi
desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin. Kurkuminoid merupakan bahan aktif dalam
rimpang kunyit yang mempunyai aktivitas biologis berspektrum luas, yang salah satunya
antihepatotoksik
(Sujatno, 1997).

III.

CARA KERJA
3.1 Isolasi kurkumin dari rimpang kunyit
Pada percobaan ini hal pertama yang dilakukan adalah alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu. Selanjutnya 20 gram rimpang kunyit ditimbang dan ditempatkan di dalam labu bundar.
Kemudian ditambahkan diklorometana (CH2Cl2) sebanyak 50 mL dan direfluks selama 1 jam.
Lalu ditambahkan sedikit demi-sedikit n-heksana dan dipindahkan ke dalam corong buchner
untuk disaring dengan saringan vakum. Labu bundar dibilas dengan n-heksana. Setelah itu
disaring dengan saringan vakum. Kemudian residu yang dihasilkan dianalisis dengan KLT
menggunakan eluen CH2CL2 :MeOH (97 :3) yang akan memisahkan 3 komponen utama.
3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif

Ekstrak kasar kurkumin ditimbang sebanyak 0,1 gram dan ditempatkan ke dalam gelas
kimia lalu dilarutkan dengan sedikit pelarut CH2Cl2 : MeOH (99:1). Kemudian diteteskan
secara menyebar pada batas bawah pelat KLT Preparatif (ukuran plat 5x5 dengan batas 2 cm
dari batas bawah plat) menggunakan pipet tetes secara perlahan, lalu keringkan. Dilakukan
beberapa kali hingga semua sampel teerserap pada plat silika untuk KLT preparatif. Setelah
noda kering, dielusi dengan eluen CH2Cl : MeOH (97:3). Hasil elusi di lihat di bawah sinar
UV, kemudian pita komponen utamanya diberi tanda.

IV.

HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
PERLAKUAN
PENGAMATAN
4.1 Isolasi kurkumin dari rimpang kunyit
- Ditimbang rimpang kunyit sebanyak Rimpang kunyit berupa padatan serbuk
20 gram dan ditempatkan dalam labu
berwarna jingga (+++) dengan bau yang khas
bundar.
(khas kunyit).
- Ditambahkan diklorometana (CH2Cl2) Diklorometana berupa cairan tak berwarna
sebanyak 50 mL
dengan bau yang menyengat.
Terbentuk larutan jingga (++++)
- Direfluks selama 1 jam
Terbentuk padatan serbuk berwarna jingga (++
+) dengan bau yang menyengat.
- Ditambahkan sedikit demi-sedikit n- n-heksana berupa cairan tak berwarna dengan
heksana
bau yang menyengat.
- Labu bundar dibilas dengan n-heksana Serbuk hasil refluks menjadi basah dengan
warna yang tetap (jingga +++)
- Disaring dengan corong buchner Terdapat residu dan filtratnya yang terpisah
- Residu berupa serbuk jingga (++)
menggunakan vakum pum V=200
- Filtrat berupa cairan jingga (+)
Dianalisis dengan KLT
Residu berupa serbuk jingga (++)
- Residu dimasukan ke pipa kapiler
- Pipa kapiler berisi residu ditotolkan ke Residu dalam pipa kapiler menjadi basah.
eluen CH2Cl2 : MeOH (97:3)
- Ditotolkan ke plat silika (ukuran 5x5)
Terdapat noda jingga pada batas bawah bagian
plat silika.
- Dielusi dengan eluen CH2Cl2 : MeOH Eluen merambat naik dengan panjang elusi
(97:3) sampai tanda batas.
pada plat yaitu 4 cm.

Disinari dengan sinar UV

Plat berwarna biru dan terdapat komponen noda


berwarna hijau muda dan kuning dengan
panjang noda :
A Hijau muda +++: 0,3 cm
B Hijau muda ++ : 0,9 cm
C Hijau muda + : 2.4 cm
D Kuning
: 3.6 cm

4.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif


- Ditimbang eksrak kasar kurkumin Ekstrak kasar kurkumin berupa serbuk
berwarna jingga (++)
sebanyak 0,1 gram
- Ditambahkan sedikit larutan eluen Eluen CH2Cl2 : MeOH (99:1) berupa larutan tak
CH2Cl2 : MeOH (99:1)
berwarna berbau khas.
Ekstrak kurkumin larut dalam eluen CH 2Cl2 :
MeOH (99:1) menghasilkan larutan berwarna
kuning.
- Larutan diteteskan (ditotolkan) pada Terdapat noda berwarna jingga pada garis batas
plat silika (ukuran 5x5) secara
bawah
menyebar tepat pada batas bawah plat
dan dikeringkan.
- Dielusi dengan eluen CH2Cl2 : MeOH Eluen merambat naik
Komponen warna jingga terurai
(97:3) sampai batas atas
- Disinari di bawah sinar UV
Plat berwarna biru dengan noda yang nampak
jelas menghasilkan 3 komponen warna :
A Hijau muda +++
B Hijau muda ++
C Hijau muda +

IV.2Perhitungan
Kromatografi Lapis Tipis
Nilai Rf (reterdation faktor) =

Jarak titik bawah padatitik noda


Jarak tempuh eluen

Rf noda A =

0,03 cm
4 cm

= 0,0750

Rf noda C

2,4 cm
4 cm

= 0,6000

Rf noda B =

0,09 cm
4 cm

= 0,2250

Rf noda D

3,6 cm
4 cm

= 0,0900

V. PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan
absorpsi memilih pada zat penyerap untuk memisahkan senyawa-senyawanya (mengisolasi)
yang didasarkan pada perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan
(eluen), zat cair dibiarkan mengalir sebagai fasa gerak melalui kolom zat penyerap sebagai fasa
diam. Suatu zat yang lebih dahulu larut dalam pelarut dan kurang terabsorbsi pada kolom
penyerap akan bergerak lebih cepat sehingga diperoleh pita-pita warna dengan jarak-jarak
tertentu yang digunakan untuk menentukan nilai Rf ( Reterdation factor) noda dalam
kromatogram.
Dalam percobaan isolasi kurkumin dari kunyit, 20 gram serbuk rimpang
kunyit kering berwarnna jingga (+++) dengan bau yang khas dilarutkan
dalam 50 mL larutan diklorometana tak berwarna dengan bau yang
menyengat menjadi larutan jingga (++++) dengan bau yang menyengat
dan khas kunyit. Dikloromertana berfungsi sebagai pelarut organik
nonpolar yang baik dan mudah menguap. Sifat diklorometana yang
nonpolar akan mudah berinteraksi dengan senyawa kurkumin yang juga
termasuk senyawa nonpolar. Selanjutnya, larutan direfluks selama 1 jam,
proses refluks ini bertujuan untuk mengekstraksi kurkumin dengan
memekatkan larutan rimpang kunyit-diklorometana serta menguapkan
senyawa diklorometana. Suhu refluks jangan terlalu tinggi agar semua
senyawa kurkumin dapat terekstrak sempurna. Selanjutnya refluktan
(campuran pekat) berupa serbuk berwarna jingga (+++) dengan bau yang
menyengat ditambahkan 20 mL n-heksana sedikit demi-sedikit dan disaring
dengan penyaring vakum terdapat filtrat berupa larutan berwarna jingga
(+) dan residunya berupa serbuk jingga (++). n-heksana berfungsi untuk
menggumpalkan campuran menjadi padat dan memisahkan dari pelarut.
Penyaringan dimaksudkan agar diperoleh kurkumin murni berupa padatan
yang tertinggal (residu) pada saringan vakum. Selanjutnya padatan
dianalisis dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen CH 2Cl2 :
MeOH = 97:3, diperoleh 4 komponen warna utama. Empat komponen

utama yang didapatkan yaitu hijau muda +++ dengan nilai Rf 0,0750, hijau
muda ++ nilai Rf-nya (0,2250),

hijau muda + nilai Rf-nya (0,6000) dan

kuning 0,9000. Zat yang memiliki kepolaran tinggi akan tertahan lebih lama
pada fasa diam, hal ini ditunjukkan oleh senyawa demetoksi kurkumin yang
berwarna hijau muda +++. Berdasarkan referensi, senyawa yang bersifat non polar
akan memiliki nilai Rf yang besar sedangkan senyawa polar nilai Rf nya akan kecil. Jika dilihat
dari struktur kurkumin dan turunannya, kurkumin memiliki struktur yang lebih simetris
dibandingkan dengan yang lainnya, struktur yang simetris merupakan senyawa non polar.
Kemudian bisdesmetoksikurkumin tidak memiliki gugus metoksi sehingga menyebabkan
struktur molekulnya menjadi lebih simetris dibandingkan desmetoksikurkumin, hal ini lah yang
menyebabkan bisdesmetoksikurkumin memiliki kepolaran lebih rendah dibandingkan dengan
desmetoksikurkumin. Sehingga dapat dipastikan A adalah desmetoksikurkumin yang memiliki
nilai Rf kecil. B adalah bisdemetoksikurkumin, sedangkan C adalah senyawa kurkumin karena
nilai Rf nya paling besar. Jadi dapat kita simpulkan bahwa tingkat kepolaran komponen
kurkuminoid dari yang paling polar hingga paling nonpolar adalah desmetoksikurkumin,
bisdesmetoksikurkumin, dan kurkumin. Masing-masing strukturnya yaitu :

a. Kromatografi Lapis Tipis Preparatif


Prinsip kerja dari metode kromatografi lapis tipis preparatif adalah dimana proses isolasi
berdasarkan perbedaan daya serap dengan kecepatan yang berbeda sehingga terjadi pemisahan.
Perlakuan yang dilakukan pada pemisahan dengan metode kromatografi lapis tipis ini adalah
sebagai berikut.
Sebanyak 0.1 gram ekstrak kasar dilarutkan dengan sesedikit mungkin pelarut CH 2Cl2 :
MeOH = 99 : 1. Hasilnya, ekstrak kurkumin tersebut larut dalam pelarut CH 2Cl2 : MeOH = 99 :
1 menghasilkan larutan berwarna kuning. Pelarut CH 2Cl2 : MeOH = 99 : 1 ini merupakan
pelarut non polar sehingga dapat melarutkan ekstrak kurkumin yang cederung bersifat non
polar. Kemudian larutan diteteskan secara menyebar pada batas bawah pelat KLT preparatif.
Penyebaran tetesan ini bertujuan agar mendapatkan hasil yang teliti dengan melihat kesamaan
noda pada pelat yang muncul dari masing-masing tetesan yang menyebar. Setelah noda kering,
dilakukan elusi dengan eluen CH2Cl2 : MeOH = 97:3. Setelah proses berlangsung, ekstrak

kasar kurkumin yang ditotolkan pada pelat KLT masing-masing menghasilkan 3 noktah. Hasil
elusi dilihat dibawah sinar uv. Noda tampak jelas dengan warna kuning yang berbeda-beda
pada setiap rambatan noda.

VI.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan kromatografi kolom dan kromatografi Lapis Tipis ; Isolasi


Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L) dan Analisis Pemisahan dapat disimpulkan bahwa :
1. Komponen-komponen dalam rimpang kunyit dapat dipisahkan dengan teknik-teknik
kromatografi yang didasarkan pada ...............
2. Kurkumin dapat diisolasi dari rimpang kunyit dengan diklorometana dan n-heksana
sebagai pelarutnya ........................
3. Nilai Rf (reterdation faktor) noda hasil isolasi kurkumin dari kunyit yang diperoleh
dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu 0, 0750 untuk noda hijau muda +++
(desmetoksikurkumin), 0,2250 untuk noda hijau muda ++ (bisdesmetoksikurkumin),
0,6000 untuk noda hijau + (kurkumin) dan 0,9000 untuk noda kuning.
4. Pigmen warna yang dihasilkan kurkumin dari rimpang kunyit yaitu hijau muda dengan 3
komponn warna yang terurai menjadi hijau muda +++, hijau muda ++ dan hijau muda +.

Anda mungkin juga menyukai