Tanggal Percobaan
Tanggal Pengumpulan :
dalam industri tekstil tradisional. Nama latin dari kunyit adalah (Curcumin longan l) yang
termasuk ke dalam family Zingeberaceaae (temu-temuan).
(NilaTanyela Berghuis. 2015: 21)
III.
CARA KERJA
3.1 Isolasi kurkumin dari rimpang kunyit
Pada percobaan ini hal pertama yang dilakukan adalah alat dan bahan disiapkan terlebih
dahulu. Selanjutnya 20 gram rimpang kunyit ditimbang dan ditempatkan di dalam labu bundar.
Kemudian ditambahkan diklorometana (CH2Cl2) sebanyak 50 mL dan direfluks selama 1 jam.
Lalu ditambahkan sedikit demi-sedikit n-heksana dan dipindahkan ke dalam corong buchner
untuk disaring dengan saringan vakum. Labu bundar dibilas dengan n-heksana. Setelah itu
disaring dengan saringan vakum. Kemudian residu yang dihasilkan dianalisis dengan KLT
menggunakan eluen CH2CL2 :MeOH (97 :3) yang akan memisahkan 3 komponen utama.
3.2 Pemisahan dengan KLT Preparatif
Ekstrak kasar kurkumin ditimbang sebanyak 0,1 gram dan ditempatkan ke dalam gelas
kimia lalu dilarutkan dengan sedikit pelarut CH2Cl2 : MeOH (99:1). Kemudian diteteskan
secara menyebar pada batas bawah pelat KLT Preparatif (ukuran plat 5x5 dengan batas 2 cm
dari batas bawah plat) menggunakan pipet tetes secara perlahan, lalu keringkan. Dilakukan
beberapa kali hingga semua sampel teerserap pada plat silika untuk KLT preparatif. Setelah
noda kering, dielusi dengan eluen CH2Cl : MeOH (97:3). Hasil elusi di lihat di bawah sinar
UV, kemudian pita komponen utamanya diberi tanda.
IV.
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
PERLAKUAN
PENGAMATAN
4.1 Isolasi kurkumin dari rimpang kunyit
- Ditimbang rimpang kunyit sebanyak Rimpang kunyit berupa padatan serbuk
20 gram dan ditempatkan dalam labu
berwarna jingga (+++) dengan bau yang khas
bundar.
(khas kunyit).
- Ditambahkan diklorometana (CH2Cl2) Diklorometana berupa cairan tak berwarna
sebanyak 50 mL
dengan bau yang menyengat.
Terbentuk larutan jingga (++++)
- Direfluks selama 1 jam
Terbentuk padatan serbuk berwarna jingga (++
+) dengan bau yang menyengat.
- Ditambahkan sedikit demi-sedikit n- n-heksana berupa cairan tak berwarna dengan
heksana
bau yang menyengat.
- Labu bundar dibilas dengan n-heksana Serbuk hasil refluks menjadi basah dengan
warna yang tetap (jingga +++)
- Disaring dengan corong buchner Terdapat residu dan filtratnya yang terpisah
- Residu berupa serbuk jingga (++)
menggunakan vakum pum V=200
- Filtrat berupa cairan jingga (+)
Dianalisis dengan KLT
Residu berupa serbuk jingga (++)
- Residu dimasukan ke pipa kapiler
- Pipa kapiler berisi residu ditotolkan ke Residu dalam pipa kapiler menjadi basah.
eluen CH2Cl2 : MeOH (97:3)
- Ditotolkan ke plat silika (ukuran 5x5)
Terdapat noda jingga pada batas bawah bagian
plat silika.
- Dielusi dengan eluen CH2Cl2 : MeOH Eluen merambat naik dengan panjang elusi
(97:3) sampai tanda batas.
pada plat yaitu 4 cm.
IV.2Perhitungan
Kromatografi Lapis Tipis
Nilai Rf (reterdation faktor) =
Rf noda A =
0,03 cm
4 cm
= 0,0750
Rf noda C
2,4 cm
4 cm
= 0,6000
Rf noda B =
0,09 cm
4 cm
= 0,2250
Rf noda D
3,6 cm
4 cm
= 0,0900
V. PEMBAHASAN
Kromatografi merupakan metode analisis campuran atau larutan senyawa kimia dengan
absorpsi memilih pada zat penyerap untuk memisahkan senyawa-senyawanya (mengisolasi)
yang didasarkan pada perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan
(eluen), zat cair dibiarkan mengalir sebagai fasa gerak melalui kolom zat penyerap sebagai fasa
diam. Suatu zat yang lebih dahulu larut dalam pelarut dan kurang terabsorbsi pada kolom
penyerap akan bergerak lebih cepat sehingga diperoleh pita-pita warna dengan jarak-jarak
tertentu yang digunakan untuk menentukan nilai Rf ( Reterdation factor) noda dalam
kromatogram.
Dalam percobaan isolasi kurkumin dari kunyit, 20 gram serbuk rimpang
kunyit kering berwarnna jingga (+++) dengan bau yang khas dilarutkan
dalam 50 mL larutan diklorometana tak berwarna dengan bau yang
menyengat menjadi larutan jingga (++++) dengan bau yang menyengat
dan khas kunyit. Dikloromertana berfungsi sebagai pelarut organik
nonpolar yang baik dan mudah menguap. Sifat diklorometana yang
nonpolar akan mudah berinteraksi dengan senyawa kurkumin yang juga
termasuk senyawa nonpolar. Selanjutnya, larutan direfluks selama 1 jam,
proses refluks ini bertujuan untuk mengekstraksi kurkumin dengan
memekatkan larutan rimpang kunyit-diklorometana serta menguapkan
senyawa diklorometana. Suhu refluks jangan terlalu tinggi agar semua
senyawa kurkumin dapat terekstrak sempurna. Selanjutnya refluktan
(campuran pekat) berupa serbuk berwarna jingga (+++) dengan bau yang
menyengat ditambahkan 20 mL n-heksana sedikit demi-sedikit dan disaring
dengan penyaring vakum terdapat filtrat berupa larutan berwarna jingga
(+) dan residunya berupa serbuk jingga (++). n-heksana berfungsi untuk
menggumpalkan campuran menjadi padat dan memisahkan dari pelarut.
Penyaringan dimaksudkan agar diperoleh kurkumin murni berupa padatan
yang tertinggal (residu) pada saringan vakum. Selanjutnya padatan
dianalisis dengan kromatografi lapis tipis menggunakan eluen CH 2Cl2 :
MeOH = 97:3, diperoleh 4 komponen warna utama. Empat komponen
utama yang didapatkan yaitu hijau muda +++ dengan nilai Rf 0,0750, hijau
muda ++ nilai Rf-nya (0,2250),
kuning 0,9000. Zat yang memiliki kepolaran tinggi akan tertahan lebih lama
pada fasa diam, hal ini ditunjukkan oleh senyawa demetoksi kurkumin yang
berwarna hijau muda +++. Berdasarkan referensi, senyawa yang bersifat non polar
akan memiliki nilai Rf yang besar sedangkan senyawa polar nilai Rf nya akan kecil. Jika dilihat
dari struktur kurkumin dan turunannya, kurkumin memiliki struktur yang lebih simetris
dibandingkan dengan yang lainnya, struktur yang simetris merupakan senyawa non polar.
Kemudian bisdesmetoksikurkumin tidak memiliki gugus metoksi sehingga menyebabkan
struktur molekulnya menjadi lebih simetris dibandingkan desmetoksikurkumin, hal ini lah yang
menyebabkan bisdesmetoksikurkumin memiliki kepolaran lebih rendah dibandingkan dengan
desmetoksikurkumin. Sehingga dapat dipastikan A adalah desmetoksikurkumin yang memiliki
nilai Rf kecil. B adalah bisdemetoksikurkumin, sedangkan C adalah senyawa kurkumin karena
nilai Rf nya paling besar. Jadi dapat kita simpulkan bahwa tingkat kepolaran komponen
kurkuminoid dari yang paling polar hingga paling nonpolar adalah desmetoksikurkumin,
bisdesmetoksikurkumin, dan kurkumin. Masing-masing strukturnya yaitu :
kasar kurkumin yang ditotolkan pada pelat KLT masing-masing menghasilkan 3 noktah. Hasil
elusi dilihat dibawah sinar uv. Noda tampak jelas dengan warna kuning yang berbeda-beda
pada setiap rambatan noda.
VI.
KESIMPULAN