Pembimbing :
dr. Ooki Nico Junior, Sp.B(K)Onk
Oleh :
Kevin 406138127
Alita palpialy 406138136
Fenita antonius 406138137
Jessinda iriani irawan 406138138
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Umum
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkah dan rahmat yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul Tumor jinak colli ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat
ini adalah untuk memenuhi tugas di kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum
Daerah Ciawi,, serta agar dapat menambah kemampuan dan ilmu pengetahuan bagi para
pembacanya.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:
-
dr.Relly, SpB
Teman-teman dan semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini, oleh
karena itu penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kekurangan-kekurangan tersebut.
Besar keinginan penulis untuk dapat menerima saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan referat ini. Demikian harapan penulis agar referat ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.
LEMBAR PENGESAHAN
Tumor colli
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Kevin 406138127
Alita Palpialy 406138136
Fenita Antonius 406138137
Jessinda Iriani Irawan 406138138
Kepala KSMF
Pembimbing
2.
3.
Anatomi leher
1.1.
Persarafan daerah leher
1.2.
Otot-otot leher bagian depan
1.3.
Sistem limfe kepala dan leher
1.4.
Vaskularisasi daerah leher
Tumor colli
Jenis tumor colli
3.1. Tumor colli lateral kistik
3.2. Tumor colli lateral solid
3.3. Tumor colli medial kistik
4.
BAB I
PENDAHULUAN
Leher merupakan bagian tubuh yang terbuka dan karena itulah pembengkakan pada
daerah ini mudah di kenal oleh penderita atau di deteksi selama pemeriksaan rutin. Di
samping itu, lesi servikal congenital, peradangan, dan keganasan relative sering terjadi.
Dengan demikian dokter seringkali berhadapan dengan masalah benjolan baru pada leher.
Pada tahun 2003 di perkirakan bahwa kanker kepala dan leher akan terdiri dari 2%-3%
dari seluruh kanker di Amerika Serikat dan untuk 1%-2% dari semua kematian kanker. Total
ini mencakup 19.400 kasus kanker rongga mulut, 9500 kasus kanker laring dan 8300 kasus
kanker faring. Kebanyakan pasien dengan kanker kepala dan leher (regional nodal kanker
leher memiliki penyakit metastasis pada saat diagnosis 43% dan metastasis dalam 10%.
Kanker kepala dan leher mencakup berbagai kelompok tumor biasa yang seringkali agresif
dalam perilaku biologis mereka. Selain itu pasien dengan kanker kepala dan leher sering
berkembang menjadi tumor primer kedua. Tumor ini terjadi pada tingkat tahunan sebesar 3%7% dan 50%-75% dari kanker baru seperti terjadi di saluran aerodigestive atas atau paruparu.
BAB II
PEMBAHASAN
1. ANATOMI LEHER
M.sternocleidomastoid membagi daerah leher menjadi 2 segitiga besar, yaitu :
1. Trigonum colli anterior, yang terdiri dari:
Tigonum submental
Trigonum digastrikus
Trigonum Karotis
Trigonum Muskulari
Batas-batas trigonum colli anterior adalah, anterior: garis tengah leher, superior:
symphisis mandibula dan posterior : sisi anterior m.sternocleidomastoid. trigonum
ini tertutup oleh kulit, fascia superfisialis, platysma dan fascia intermedia.
Trigonum oksipitalis.
Trigonum supraklavikularis.
Batas-batas
trigonum
m.sternocleidomastoideus,
colli
posterior,
yaitu
anterior:
sisi
posterior
Trapezius.
Lantai dari trigonum tertutup oleh lapisan prevertebra yang terdiri dari
semispinalis capitis, levator scapula dan scalenus medius. Trigonum ini berisi
a.subklavia, v.jugularis eksterna, pleksus brakialis dan cabang-cabang pleksus
servikalis.
1.1 PERSARAFAN DAERAH LEHER
Terdapat
saraf
superfisial
yang
berhubungan
dengan
tepi
posterior
d. M. Thyrohyoid
Berorigo di kartilago thyroid dan berinsersi di os hyoid. Menutupi membrana thyrohyoid,
kontraksinya menarik hyoid ke bawah, tetapi bila hyoid difiksir oleh otot suprahyoid,
kontraksinya akan mengangkat laryng.
Jaringan di leher dibungkus oleh 3 fasia, yaitu:
1
Fasia koli media membungkus otot pretrakeal dan bertemu pula dengan fasia sisi yang
lain di garis tengah yang juga merupakan pertemuan dengan fasia koli superfisialis. Ke
dorsal fasia koli media membungkus a. karotis komunis, v. jugularis interna dan n. vagus
menjadi satu.
Fasia koli profunda membungkus m. prevertebralis dan bertemu ke lateral dengan fasia
koli media. Perlukaan sebelah dalam fasia koli media berbahaya karena bila terjadi
infeksi hubungan langsung ke mediastinum.
LE TAK
KELENJAR LIMFE
Submental
Submandibuler
Servikal atas
Servikal tengah
Servikal bawah
Retroklavikula
Oksipital
Kulit, tenggorokan
Segitiga belakang
A. carotis comunis dibagi dua menjadi a. carotis interna dan a. carotis eksterna. A.
carotis interna memberikan darahnya pada bagian dalam tenggorokan dan sirkulus ini
bervariasi dan memberikan darahnya pada otak.
A. meningeal cabang a. carotis eksterna dan a. opthalmica cabang arteri carotis interna ini
tidak cukup memberikan darahnya untuk kebutuhan minimum dari otak. Oleh karena itu
kebutuhan darah otak akan di penuhi terutama oleh a. carotis interna dan disusul oleh a.
vertebralis.
A. carotis interna memberikan darahnya pada daerah kulit kepala dan vicera dari kepala
dan leher. Pada daerah muka dan cabang-cabangnya kaya dengan anastomose, sehingga
dengan mudah dapat terjadi kompensasi bila terjadi gangguan pada salah satu cabangnya.
10
11
dijumpai pembesaran kelenjar limfe pada penyakit infeksi umum seperti rubella dan
mononukleosis infeksiosa.
c. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan paraganglioma caroticum yang
jarang terdapat (terutama carotid body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari
paraganglion caroticum yang terletak di bifurcatio carotis,merupakan tumor benigna.
Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula parotidea, glandula
submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor maligna dapat terjadi primer di dalam
kelenjar limfe (limfoma maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis,
glandula tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot, jaringan
ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher pada umumnya adalah
metastasis kelenjar limfe suatu tumor epitelial primer disuatu tempat didaerah kepala
dan leher. Jika metastasis kelenjar leher hanya terdapat didaerah suprac1avikula
kemungkinan lebuh besar bahwa tumor primemya terdapat ditempat lain di dalam
tubuh.
Ada dua kelompok pembengkakan di leher yaitu di lateral maupun di midline/line mediana :
1. Benjolan di lateral
a. Aneurisma subc1avia
b. Iga servikal
c. Tumor badan karotis
d. Tumor c1avikularis congenital
e. Neurofibroma
f. Hygroma kistik
g. Kista branchiogenik
h. Tumor otot
i. Tumor strnomastoideus
j. Kantung faringeal
k. Kelenjar ludah-inflamasi, tunor. Sindroma sjorgen
l. Lipoma subcutan, dan subfascia
m. Kista sebasea
n. Laringokel
2. Benjolan di Linea mediana
a. Lipoma
b. Kista sebasea
c. Limfonodi submental-inflamasi, karsinoma sekunder, retikulosis
d. Pembesaran kelenjar thyroid-diffuse, multinodular, nodular soliter
e. Kista thyroglossus
f. Dermoid sublingual
g. Bursa subhyoid
13
cairan di dalam tubuh) yang kadang-kadang dapat menyebabkan kematian dan dapat menjadi
sangat besar di bandingkan dengan badan bayi/anak.
15
Mayoritas higroma kistik yang ditemukan pada masa prenatal banyak dihubungkan
dengan Syndrom Turner, dimana terjadi abnormalitas pada wanita yang mempunyai
satu kromosom X disbanding yang mempunyai dua kromosom X. abnormalitas
kromosom termasuk trisome 13, 18, 21 dan 47 XXY juga dapat menyebabkan
higroma kistik.
Patologi dan gambaran klinik
Pada mulanya bagian dalam kista dilapisi oleh selapis sel endotel dan berisi cairan
jernih kekuningan yang sesuai dengan cairan limfe. Pada permukaan ditemukan kista besar
yang makin ke dalam menjadi makin kecil seperti buih sabun. Higroma kistik dapat mencapai
ukuran yang besar dan menyusup ke otot leher dan daerah sekitamya seperti faring, laring,
mulut dan lidah. Yang terakhir dapat menyebabkan makroglosia. Keluhan adalah adanya
benjolan di leher yang telah lama atau sejak lahir tanpa nyeri atau keluhan lain. Benjolan ini
berbentuk kistik, berbenjol-benjol dan lunak. Permukaannya halus, lepas dari kulit dan sedikit
melekat pada jaringan dasar. Kebanyakan terletak di regio trigonum posterior koli. Sebagai
tanda khas, pada pemeriksaan transiluminasi positif tampak terang sebagai jaringan diafan
(tembus cahaya).
Benjolan ini jarang menimbulkan gejala akut, tetapi suatu saat dapat cepat membesar
karena radang dan menimbulkan gejala gangguan pemafasan akibat pendesakan saluran nafas
seperti trakea, orofaring maupun laring. Bila terjadi perluasan ke arah mulut dapat timbul
gangguan menelan. Perluasan ke aksila dapat menyebabkan penekanan pleksus brakialis
dengan berbagai gejala neurologik.
16
dimaksudkan untuk mengambil keseluruhan massa kista. Tetapi bila tumor besar dan telah
menyusup ke organ penting seperti trakea, esofagus atau pembuluh darah, ekstirpasi total
sulit dikerjakan. Maka penanganannya cukup dengan pengambilan sebanyak-banyaknya
kista. Kemudian pasca bedah dilakukan infiltrasi bleomisin subkutan untuk mencegah
kambuhan. Pembedahan sebaiknya dilakukan setelah proide neonatus karena mortalitas
akibat pembedahan pada periode neonatus cukup tinggi.
B. Limfadenitis TB
Bakteria dapat masuk melalui makan ke rongga mulut dan melalui tonsil mencapai
kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit akan membengkak,
dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar didekatnya satu demi satu
terkena radang yang khas dan dingin ini. Disamping itu dapat terjadi juga perilimfadenitis
sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain membentuk suatu massa. Bila mengenai
kulit dapat meradang, merah, bengkak, mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan
jebol, mengeluarkan bahan seperti keju. Tukak yang terbentuk berwarna pucat dengan tepi
membiru, disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan meninggalkan
jaringan parut yang tipis atau berbinti-bintil. Suatu saat tukak meradang lagi dan
mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang, kulit seperti ini disebut
skrofuloderma.
Gambar 8. Limfadenitis TB
17
Tatalaksana
Pengobatan dilakukan dengan tuberkulostatik.bila terjafi abses, perlu dilakukan aspirasi;dan
bila tidak berhasil,sebaiknya dilakukan insisi serta pengangkatan dinding abses dan kelenjar
getah bening yang bersangkutan
3.2. TUMOR LEHER LATERAL SOLID
Dapat berasal dari otot, vascular dan Nn.ll
1. OTOT TORTIKOLIS
Terjadi karena trauma persalinan pada kepala letak sungsang. Bila dilakukan traksi
pada kepala untuk melahirkan anak dapat terjadi cedera m. sternokleidomastoideus yang
menimbulkan hematome sehingga terjadi pemendekan otot akibat fibrosis. Dapat juga terjadi
akibat tumor pada m.sternokleidomastoideus. Gambaran klinik dapat dijumpai kepala yang
miring karena m. steronokleidomastoideus memendek, dan teraba seperti tali yang kaku. Bila
dibiarkan maka akan menjadi asimetris, tulang belakang akan scoliosis untuk mengimbangi
miringnya vertebra secara servikalis, dan tengkorak pun akan asimetris.
18
19
growth factor, vascular endothelial growth factor, urokinase, dan E-selectin, dapat dikenali
oleh analisis imunokimiawi.
Klasifikasi
Pada dasarnya hemangioma dibagi menjadi dua yaitu hemangioma kapiler dan hemangioma
kavernosum. Hemangioma kapiler (superfisial hemangioma) terjadi pada kulit bagian atas
sedangkan hemangioma kavernosum terjadi pada kulit yang lebih dalam, biasanya pada
bagian dermis dan subkutis. Pada beberapa kasus kedua jenis hemangioma ini dapat terjadi
bersamaan atau disebut hemangioma campuran.
A. Hemangioma kapiler
1.Strawberry hemangioma (hemangioma simpleks)
Hemangioma kapiler terdapat pada waktu lahir atau beberapa hari sesudah lahir. Lebih sering
terjadi pada bayi prematur dan akan menghilang dalam beberapa hari atau beberapa minggu.
Tampak sebagai bercak merah yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah
menyala, tegang dan berbentuk lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Involusi
spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang tegang dan
lebih mendatar.
2. Granuloma piogenik
Lesi ini terjadi akibat proliferasi kapiler yang sering terjadi sesudah trauma, jadi bukan oleh
karena proses peradangan, walaupun sering disertai infeksi sekunder. Lesi biasanya soliter,
dapat terjadi pada semua umur, terutama pada anak dan tersering pada bagian distal tubuh
yang sering mengalami trauma. Mula-mula berbentuk papul eritematosa dengan pembesaran
yang cepat. Beberapa lesi dapat mencapai ukuran 1 cm dan dapat bertangkai, mudah
berdarah.
B. Hemangioma kavernosum
Lesi ini tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau nodus yang berwarna
merah sampai ungu. Bila ditekan akan mengempis dan cepat mengembung lagi apabila
20
dilepas. Lesi terdiri dari elemen vaskular yang matang. Bentuk kavernosum jarang
mengadakan involusi spontan.
C. Hemangioma campuran
Jenis ini terdiri atas campuran antara jenis kapiler dan jenis kavernosum. Gambaran klinisnya
juga terdiri atas gambaran kedua jenis tersebut. Sebagian besar ditemukan pada ekstremitas
inferior, biasanya unilateral, soliter, dapat terjadi sejak lahir atau masa anak-anak. Lesi berupa
tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang kemudian pada perkembangannya dapat
memberi gambaran keratotik dan verukosa.
Beberapa literatur menyebutkan hemangioma yang lain diantaranya :
1.Intramuskular hemangioma
Intramuskular hemangioma sering terjadi pada dewasa muda, 80-90 % diderita oleh orang
yang berumur kurang dari 30 tahun.hemangioma ini lebih sering terjadi pada ekstremitas
inferior, terutama di paha dan khas ditunjukkan dengan massa pada palpasi dan perubahan
warna pada permukaan kulit di sekitar area hemangioma. Intramuscular hemangiomas bisa
asimptomatik atau dapat juga muncul dengan gejala-gejala seperti pembesaran ekstremitas,
peningkatan suhu pada area hemangioma, perubahan warna pada permukaan kulit, dan sakit.
2.Synovial hemangioma
Synovial hemangioma kasusnya jarang terjadi. Pada artikulasio sinovial terdapat eksudat
cairan yang berulang, nyeri, dan menunjukan gejala gangguan mekanik.
3.Osseus hemangioma
Osseus hemangioma sering ditemukan dalam bentuk kecil-kecil, tetapi dapat menyebabkan
nyeri dan bengkak. Pada tulang tengkorak dapat berhubungan dengan bengkak, eritema,
lunak, atau kelainan bentuk. Pada kasus-kasus yang jarang, vertebral hemangioma bisa
menyebabkan penekanan pada korda dan fraktur, tapi kebanyakan vertebral hemangiomas
biasanya asimptomatik.
Osseus hemangioma biasanya solid (melibatkan satu tulang) atau fokal (melibatkan satu
tulang atau tulang didekatnya pada satu area). Penulis lain memberi definisi yang berbeda.
Beberapa penulis mengatakan bahwa hemangiomatosis merupakan multiple hemangioma
21
yang berlokasi di antara tulang yang saling berdekatan atau bersebelahan. Multiple
hemangioma juga dihubungkan dengan cystic angiomatosis tulang dimana tidak didapatkan
komponen jaringan lunak. Skeletal-ektraskeletal angiomatosis diartikan sebagai hemangioma
yang mempengaruhi kanalis vertebralis, selama tidak berada satu tempat.
4.Choroidal hemangioma
Choroidal hemangioma dapat tumbuh didalam pembuluh darah retina yang disebut koroid.
Jika terdapat pada makula (pusat penglihatan) atau terdapat kebocoran cairan yang
menyebabkan pelepasan jaringan retina (retinal detachment). Perubahan ini dapat
mempengaruhi penglihatan. Kebanyak choroidal hemangiomas tidak pernah tumbuh atau
terjadi kebocoran cairan dan mungkin dapat diobservasi tanpa pengobatan.
5.Spindle cell hemangioma
Spindle cell hemangioma (hemangioendothelioma) merupakan lesi vaskular yang tidak jelas
dimana biasanya berlokasi di dermis atau subkutis dari ekstremitas distal (terutama sekali
pada tangan).
6.Gorham disease
Gorham disease dapat menimbulkan nyeri tumpul atau lemah dan jarang dicurigai lebih awal
pada evaluasi dengan radiografi. Penderita biasanya berumur kurang dari 40 tahun. secara
histologi Gorham disease khas menampakan hipervaskularisasi dari tulang. Proliferasi
vaskular sering mengisi kanalis medularis.
7.Kassabach-Merritt syndrome
Kassabach-Merritt syndrome komplikasi dari pembesaran pembuluh darah yang cepat yang
ditandai dengan hemolitik anemia, trombositopeni, dan coagulopati. Kasabach-Merritt
syndrome terlihat berhubungan dengan stagnasi aliran pada hemangioma yang besar, dengan
banyaknya trombosit yang tertahan dan terjadi penggunaan faktor koagulan yang tidak
diketahui sebabnya (consumptive coagulopathy).
Manifestasi klinik
Gambaran klinik dari hemangioma adalah heterogen, gambaran yang ditunjukkan tergantung
kedalaman, lokasi, dan derajat dari evolusi. Pada bayi baru lahir, hemangioma dimulai
dengan makula pucat dengan teleangiektasis. Sejalan dengan perkembangan proliferasi tumor
22
23
menunjukkan gambaran aliran darah yang tinggi yang merupakan karakteristik dari
hemangioma, demikian dapat membedakan antara hemangioma dengan tumor solid.
Pada penggunaan X-ray, hemangioma jenis kapiler, X-ray jarang digunakan karena tidak
dapat menggambarkan massa yang lunak sedangkan pada hemangioma yang kavernosum
biasanya dapat terlihat karena terdapat area kalsifikasi. Kalsifikasi ini terjadi karena
pembekuan pada cavitas cavernosum (phleboliths). Isotop scan pada hemangioma kapiler
dapat menunjukkan peningkatan konsistensi dengan peningkatan suplai darah, tapi cara ini
jarang digunakan. Angiografi menunjukkan baik tidaknya pembuluh darah juga untuk
mengetahui pembesaran hemangioma karena neo-vaskularisasi. Magnetic Resonance
Imaging (MRI) menunjukkan karakteristik internal dari suatu hemangioma dan lebih jelas
membedakan dari otot-otot yang ada disekitarnya.
Komplikasi
1. Perdarahan
Komplikasi ini paling sering terjadi dibandingkan dengan komplikasi lainnya.
Penyebabnya ialah trauma dari luar atau ruptur spontan dinding pembuluh darah karena
tipisnya kulit di atas permukaan hemangioma, sedangkan pembuluh darah di bawahnya
terus tumbuh.
2. Ulkus
Ulkus menimbulkan rasa nyeri dan meningkatkan risiko infeksi, perdarahan, dan
sikatriks. Ulkus merupakan hasil dari nekrosis. Ulkus dapat juga terjadi akibat ruptur.
3. Trombositopenia
Jarang terjadi, biasanya pada hemangioma yang berukuran besar. Dahulu dikira bahwa
trombositopenia disebabkan oleh limpa yang hiperaktif. Ternyata kemudian bahwa dalam
jaringan hemangioma terdapat pengumpulan trombosit yang mengalami sekuesterisasi.
Diagnosis Banding
Diagnosis banding ialah terhadap tumor kulit lainnya, yaitu limfangioma, higroma,
lipoma, dan neurofibroma.
24
Penanganan
Ada 2 cara pengobatan :
1. Cara konservatif
Pada perjalanan alamiahnya lesi hemangioma akan mengalami pembesaran dalam bulanbulan pertama, kemudian mencapai besar maksimum dan sesudah itu terjadi regresi
spontan sekitar umur 12 bulan, lesi terus mengadakan regresi sampai umur 5 tahun.
2. Cara aktif
2.1 Indikasi Pembedahan:
1. Terdapat tanda-tanda pertumbuhan yang terlalu cepat, misalnya dalam beberapa
minggu lesi menjadi 3-4 kali lebih besar.
2. Hemangioma raksasa dengan trombositopenia.
3. Tidak ada regresi spontan, misalnya tidak terjadi pengecilan sesudah 6-7 tahun.
Lesi yang terletak pada wajah, leher, tangan atau vulva yang tumbuh cepat,
mungkin memerlukan eksisi local untuk mengendalikannya.
2.2. Radiasi
Pengobatan radiasi pada tahun-tahun terakhir ini sudah banyak ditinggalkan karena :
1. Penyinaran berakibat kurang baik pada anak-anak yang pertumbuhan tulangnya
masih sangat aktif.
2. Komplikasi berupa keganasan yang terjadi pada jangka waktu lama.
3. Menimbulkan fibrosis pada kulit yang masih sehat yang akan menyulitkan bila
diperlukan suatu tindakan.
Walaupun radiasi digunakan secara luas dalam masa lampau untuk mengobati
hemangioma, pada saat ini jarang digunakan karena komplikasi jangka lama terapi
radiasi,
serta
fakta
bahwa
kebanyakan
hemangioma
kapiler
akan
beregresi.
2.3. Kortikosteroid
Kriteria pengobatan dengan kortikosteroid ialah :
1.
2.
3.
4.
5.
Kortikosteroid yang dipakai ialah antara lain prednison yang mengakibatkan hemangioma
mengadakan regresi, yaitu untuk bentuk strawberry, kavernosum, dan campuran.
25
Dosisnya per oral 20-30 mg perhari selama 2-3 minggu dan perlahan-lahan diturunkan,
lama pengobatan sampai 3 bulan. Terapi dengan kortikosteroid dalam dosis besar kadangkadang akan menimbulkan regresi pada lesi yang tumbuh cepat.
2.4. Obat sklerotik
Penyuntikan bahan sklerotik pad lesi hemangioma, misalnya dengan namor rhocate 50%,
HCl kinin 20%, Na-salisilat 30%, atau larutan NaCl hipertonik. Akan tetapi cara ini sering
tidak disukai karena rasa nyeri dan menimbulkan sikatriks.
2.5 Elektrokoagulasi
Cara ini dipakai untuk spider angioma untuk desikasi sentral arterinya, juga untuk
hemangioma senilis dan granuloma piogenik.
2.6. Pembekuan
Aplikasi dingin dengan memakai nitrogen cair.
Prognosis
Pada umumnya prognosis bergantung pada letak tumor, komplikasi serta penanganan
yang baik.
3.3 TUMOR LEHER MEDIAL KISTIK
1. KISTA DUKTUS TIROGLOSUS
Benjolan kista duktus tiroglosus terdapat di sekitar os. Hyoid, di garis tengah, dan ikut
bergerak waktu menelan atau pada penjuluran lidah.
Patofisiologi
Duktus yang menandai jaringan bakal tiroid akan bermigrasi dari foramen sekum di
pangkal lidah ke daerah di ventral laring dan mengalami obliterasi. Obliterasi yang tidak
lengkap akan membentuk kista. Kista terletak di garis tengah, di cranial atau kaudal dari os.
Hyoid. Bila terletak di bagian depan tulang rawan dari os. Hyoid mungkin tergeser sedikit ke
26
paramedian. Jika di tarik kearah kaudal, umumnya teraba atau terlihat sisa duktus berupa tali
halus di subkutis.
Gejala Klinik
Keluhan yang sering terjadi adalah adanya benjolan di garis tengah leher, dapat di atas
atau di bawah tulang hioid. Benjolan membesar dan tidak menimbulkan rasa tertekan di
tempat timbulnya kista.
digerakkan, tidak nyeri, warna sama dengan kulit sekitarnya dan bergerak saat menelan atau
menjulurkan lidah. Diameter kista berkisar antara 2-4 cm, kadang-kadang lebih besar. Bila
terinfeksi, benjolan akan terasa nyeri. Pasien mengeluh nyeri saat menelan dan kulit di
atasnya berwarna merah.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik; yang harus dipikirkan pada setiap
benjolan di garis tengah leher dilakukan foto Rontgen.
Tatalaksana
Kelainan ini ditangani dengan ekstripasi seluruh kista dan duktus. Biasanya os hyoid
harus dibelah dulu karena duktus sering menembus os. Hyoid. Kista harus diekstripasi
dengan seluruh sisa duktus sampai ke foramen sekum. Jika ada sisa duktus tertinggal, akan
terbentuk fistel di luka operasi setelah beberapa waktu.
2. KISTA DERMOID
Kista ini merupakan kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional kulit. Di
daerah leher juga dapat ditemukan kista dermoid seperti di daerah kepala. Kista ini umumnya
kecil saja, dan biasanya terdapat di sekitar garis tengah. Kista teraba kenyal, berisi cairan
seperti minyak, dan mungkin mengandung unsur adneksa kulit seperti rambut. Kista ini bebas
dari kulit di atasnya.
Tatalaksana
Penanganan daripada kista dermoid ini berupa ekstirpasi.
3. KISTA SEBASEA/ ATEROMA
27
28
Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan
berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm.
Biasanya suatu lipoma dikulit hanya dirasakan mengganggu kosmetik oleh
penderitanya.Sangat jarang suatu lipoma dikulit akan menekan struktur lain yang akan
menyebabkan gangguan.
Suatu lipoma sangat jarang berubah menjadi suatu keganasan, misalnya suatu
liposarkoma. Liposarkoma praktis tidak pernah timbul dari suatu lipoma.
Pemeriksaan Fisik
1. Nodul subkutan ukuran rata-rata 2 10 cm
2. Sering berlobus
3. Mobile
4. Konsistensi kenyal
5. Kulit diatas lesi normal
Diagnosis lipoma bisa ditegakkan dari anamnesa dan gambaran klinis atau dari fine needle
biopsy
Penatalaksanaan
Pada dasarnya lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali bila berkembang
menjadi nyeri dan mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang menjalani operasi bedah
untuk alasan kosmetik.
1. Konservatif
Mesoterapi
Mesoterapi
Namun
adalah
sekarang
terapi
dengan
injeksi
NSAIDS,
enzim
dan
hormon.
30
2. Operatif
Simple surgical excision
Insisi dilakukan pada kulit hingga ke pseudokapsul lipoma, kemudian masa direseksi.
Setelah pendarahan dihentikan, dijahit dengan absorbable suture setelah itu luka ditutup
(pressure dressing) selama 24 jam untuk mencegah terjadinya hematoma atau seroma
Squeeze teknik ( lipoma superficial yang kecil)
Insisi selebar diameter lipoma dilakukan dan bagian tepi lipoma ditekan supaya massa
tersebut keluar. Kemudian dilakukan diseksi dan kuret
Liposuction
Teknik yang bagus untuk angiolipoma, adiposis dolorosa dan sindroma Madelung.
Kebaikan teknik ini adalah berkurangnya masa operasi dan insisi lebih kecil.
Teknik Operasi
1. Bersihkan daerah operasi dengan tindakan aseptik.
2. Lakukan anestesi lokal field blok infiltrations dengan lidocaine 2%
3. Tandai batas insisi yang akan dilakukan, linier, dengan panjang sejajar dengan garis
Langers
4. Insisi kulit sampai subkutis. Sampai jaringan adipose
5. Pegang tepi insisi dengan klem dan angkat
6. Lakukan diseksi tumpul dengan klem menelusuri masa kesekelilingnya
7. Jepit bagian masa dengan klem, angkat dan teruskan diseksi tumpul
8. Jika masa sudah terangkat, potonglah jaringan bagian bawah
31
9. Perdarahan dirawat
10. Jahit luka operasi lapis demi lapis.
11. Kirim masa untuk pemeriksaan patologi anatomi.
Tarik tepi atas dengan klem sambil diseksi terus menelusuri tiap sisi
33
Diameter adenoma tiroid folikuler rata-rata 3 cm, dapat lebih kecil atau lebih besar
hingga mencapai diameter 10 cm. Karakteristik adenoma tiroid biasanya soliter, bundar, dan
lesi dibungkus kapsul yang memisahkannya dari jaringan parenkim disekitarnya. Berwarna
abu-abu keputihan sampai merah kecoklatan, bergantung struktur sel adenoma dan
kandungan koloidnya.
Area perdarahan, fibrosis, kalsifikasi dan perubahan kistik yang ditemukan pada
struma multinodular juga ditemukan pada adenoma tiroid folikuler, terutama pada lesi yang
lebih besar.
Diagnosis Banding
Adenoma tiroid dibedakan dari struma multinoduler dimana adenoma tiroid biasanya
soliter dan merupakan neoplasma yang terbentuk dari mutasi genetik pada sel prekursor.
Sedangkan, Stuma multinoduler biasanya merupakan hiperplasi kelenjar tiroid karena
stimulus seperti defisiensi yodium.
Adenoma tiroid juda dibedakan dari karsinoma tiroid folikuler yang invasinya minimal.
Gejala Klinis
Berdasarkan gejala dari fungsi kelenjar tiroid, adenoma tiroid dibagi menjadi dua:
1. Adenoma Tiroid Dingin (struma adenomatosa benigna)
Kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid dengan jumlah yang minimal.
34
Tatalaksana
Hampir seluruh pasien dengan adenoma tiroid hanya memerlukan observasi. Akan
tetapi, beberapa pasien memilih untuk dilakukan pembedahan. Pengawasan yang teratur
dilakukan untuk memantau perkembangan ukuran nodul dan gejala. Bila nodul bertambah
besar dilakukan pemeriksaan USG ulang atau biopsi aspirasi jarum.
DAFTAR PUSTAKA
4.1 George, Adam L,. Boise R Lawrence, And Hilder A. Peter. 1997. Boiese Buku Ajar
Penyakit THT. Alih bahasa oleh Caroline Wijaya, Jakarta : EGC.
4.2 Sabiston, David C. Textbook of Surgery. Elseveir. Philadelphia. 2012
35
4.3 Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 2. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4.4 Sjamsuhidajat. R, Wim De Jong. 2014. Buku Ajar Ilmu Bedah ed. 3. Penerbit buku
kedokteran EGC. Jakarta.
4.5 Schwartz. Principle of Surgery. 9ed. Mc-Graw Hill. US. 2010
36