Anda di halaman 1dari 15

INVAGINASI

I. DEFINISI
Invaginasi atau intususepsi merupakan keadaan gawat darurat, dimana bila
tidak ditangani segera dan tepat akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut.
Hampir 70% kasus invaginasi terjadi pada anak anak umur kurang dari 1
tahun, paling sering dijumpai pada ileosakal. Invaginasi ini sangat jarang
ditemukan pada orang tua, serta tidak banyak tulisan yang membahas hal ini
secara rinci.
Invaginasi atau intususcepti adalah masuknya segmen usus proksimal (ke
arah oral) ke rongga usus yang lebih distal (ke arah anal) sehingga
menimbulkan gejala obstruksi berlanjut strangulasi usus. Definisi lain
mengatakan invaginasi adalah masuknya segmen usus (intesusceptum) ke
dalam segmen usus di dekatnya (intususcipient). Pada umumnya usus bagian
proksimal yang mengalami invaginasi.
Intususepsi adalah invaginasi atau masuknya bagian usus ke dalam
perbatasan atau bagian yang lebih distal dari usus (umumnya, invaginasi
ileum masuk ke dalam kolon desendens).
Suatu intususepsi terjadi bila sebagian saluran cerna terdorong sedemikian
rupa sehingga sebagian darinya akan menutupi sebagian lainnya hingga
seluruhnya mengecil atau memendek ke dalam suatu segmen yang terletak
di sebelah kaudal.
II.

EPIDEMIOLOGI
Invaginasi sering dijumpai pada umur 3 bulan 2 tahun, paling banyak 5 - 9
bulan. Prevalensi penyakit diperkirakan 1--2 penderita diantara 1000
kelahiran hidup. Anak lelaki lebih banyak daripada perempuan, 3 : 1.

III.

ETIOLOGI
Ada perbedaan yang mencolok pada etiologi invaginasi, antara anak anak
dan dewasa. Pada anak anak penyebab atau etiologi terbanyak adalah
idiopatik yang mana lead pointnya tidak ditemukan. Penyebab terjadinya
invaginasi bervariasi, diduga tindakan masyarakat tradisional berupa pijat
perut serta tindakan medis pemberian obat anti diare juga berperan pada
1

timbulnya invaginasi sedangkan pada dewasa penyebab terbanyak adalah


keadaan patologik intra lumen oleh suatu neoplasma baik jinak maupun
ganas sehingga pada saat operasi lead pointnya dapat ditemukan. Keadaan
patologik ini terjadi pada lumen usus, yaitu suatu neoplasma baik yang
bersifat jinak dan ganas, seperti apa yang pernah dilaporkan ada perbedaan
kausa antara usus halus dan kolon. Invaginasi yang terbanyak pada usus
halus adalah neoplasma yang bersifat jinak (diverticle meckels, polip).
Etiologi lainnya yang frekuensinya lebih rendah seperti tumor extra lumen
seperti lymphoma, diarhea, riwayat pembedahan abdomen sebelumya,
inflamasi pada appendiks, dan trauma tumpul abdomen.
IV.

KLASIFIKASI
Klasifikasi yang terdapat pada invaginasi adalah :
1. Enterik
Usus halus ke usus halus.
2. Ileosekal
Valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke sekum dan menarik
ileum di belakangnya. Valvula tersebut merupakan apex dari intususepsi.
3. Kolokolika
Kolon ke kolon.
4. Ileokoloika
Ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke kolon

V.

PATOFISIOLOGI
Berbagai variasi etiologi yang mengakibatkan terjadin ya
i n t u s u s e p s i p a d a dewasa pada intinya adalah gangguan motilitas usus
terdiri dari dua komponen yaitu satu bagian usus yang bergerak bebas dan
satu

bagian

usus

dibandingkan

lainya

bagian

yang

terfiksir/atau

lainnya,

karena

kurang

arah

bebas

peristaltik

adalah dari oral kea nal sehingga bagian yan g masuk


kelumen

usus

adalah

yan g

arah

oral

atau

p r o k s i m a l , keadaan lainnya karena suatu disritmik peristaltik


usus, pada keadaan khusus dapat terjadi
disebut

retrograd

intususepsi

pada

sebaliknya

yang

pasien

pasca

gastrojejunostomi. Akibat adanya segmen usus yang masuk kesegmen


usus lainnya akan menyebabkan dinding usus yang terjepit
2

sehingga akan mengakibatkan aliran darah menurun dan keadaan


akhir adalah akan menyebabkan nekrosis dinding usus. Perubahan
patologik

yang

diakibatkan

intususepsi

terutama

mengenai

intususeptum. Intususepien biasanya tidak mengalami kerusakan.


Perubahan pada intususeptum ditimbulkan oleh penekanan bagian ini
oleh karena kontraksi dari intususepien, dan juga karena terganggunya
aliran darah sebagai akibat penekanan dan tertariknya mesenterium.
Edema dan pembengkakan dapat terjadi. Pembengkakan dapat
sedemikian besarnya sehingga menghambat reduksi. Adanya
bendungan menimbulkan perembesan (ozing) lendir dan darah ke
dalam lumen. Ulserasi pada dinding usus dapat terjadi. Sebagai
akibat strangulasi tidak jarang terjadi gangren. Gangren dapat berakibat
lepasnya bagian yang mengalami prolaps. Pembengkakan dari
intisuseptum umumnya menutup lumen u s u s . Ak a n t e t a p i
tidak jarang pula lumen tetap pat ent, sehingga obstruksi
komplit

kadang-kadang

tidak

terjadi

pada

i n t u s u s e p s i . Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus


(obstruksi) baik partiil maupun total dan strangulasi. Hiperperistaltik
usus bagian proksimal yang lebih mobil m e n y e b a b k a n u s u s
tersebut masuk ke lumen usus distal. Usus bagian distal
yang

menerima (intussucipient) ini kemudian berkontraksi,

terjadi edema. Akibatnya terjadi perlekatan yang tidak dapat kembali


normal sehingga terjadi invaginasi.Invaginasi merupakan keadaan
yang potensial berbahaya, karena bukan saja terjad i obstruksi
tetapi termasuk jenis strangulasi dimana pembuluh-pembuluh
darah dalam mesenterium dari usus bagian proximal yang masuk ke
bagian distal (intususeptum) terjepit diantara kedua dinding usus
tersebut,

sehingga

kemungkinan

intususeptum

mengalami

nekrosis. Konstriksi mesenterium menyu mbat aliran balik vena;


selanjutnya terjadi pembengkakan intususeptum, karena edema
dan perdarahan mukosa menyebabkan tinja mengandung darah, kadang
mengandung mucus (red currant jelly-selai kismis merah). Pada proses

strangulasi tersirat oleh adanya rasa sakit & perdarahan per rectal.
Serangan sakit mula-mula hilang timbul kemudian menetap,
gelisah sewaktu serangan dan sering disertai rangsangan muntah.
Puncak

invaginasi

dapat

berjalan

sampai

ke

kolon

t r a n v e r s u m , d e s e n d e n , sigmoid, bahkan sampai & melewati


anus pada kasus yang ditelantarkan. Tanda ini h a r u s d i b e d a k a n
dari prolaps rectum. Proses obstruksi usus sebenarnya
s u d a h dimulai sejak invaginasi terjadi, tetapi penampilan klinik
obstruksi memerlukan waktu.Umumnya setelah 10-12 jam sampai
menjelang 24 jam gejala.

MERUSAK ERITROSIT PD VIRUS

MIXED DIARHOEA

PENINGKATAN REFLEKS MISENTERIKUS SECARA LANGSUN

OBSTRUKSI USUS PADA BAGIAN DISTA


5

VI.

UDARA PD BA

TANDA-GEJALA
Tanda dan gejala yang dapat ditemui pada pasien dengan invaginasi adalah :
Nyeri kolik sampai kejang yang ditandai dengan fleksi sendi koksa dan

lutut secara intermitent.


Stranggulasi yang ditandai dengan keluarnya mukus bercampur dengan

darah sehingga tampak seperti agar agar jeli darah.


Diare, dimana merupakan suatu gejala awal yang disebabkan oleh

perubahan faal saluran pencernaan ataupun karena infeksi.


Muntah efektif sampai bila menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi.
Kembung, merupakan suatu gambaran adanya distensi sistem usus oleh

suatu sumbatan didapatkan pada 90%.


Teraba massa seperti sosis di daerah subcostal yang terjadi spontan.
PUSAT MUNTAH PD POSTR
Nyeri tekan positif.
Dancen signMOTORIK
positif (sensasiKE
kekosongan
pada kuadran
bawah
IMPULS
GIT ATAS
(LWT kanan
SARAF
CRANIAL V,V

REFLEKS MUNTA

karena masuknya sekum pada kolon ascenden).

Trias Invaginasi pada anak adalah:


Anak mendadak kesakitan episodic, menangis dan mengangkat kaki

dalam) currant jelly stool.


VII.

PE

(Craping pain), bila lanjut sakitnya continue.


Muntah warna hijau (cairan lambung).
PENINGKATAN
Defekasi feses campur lendir (kerusakan mukosa) atau darah (lapisan

PEMERIKSAAN FISIK
Pada Pemeriksaan fisik um u m n y a b a y i d a l a m

keadaan sehat,

g i z i b a i k . M u n g k i n b e b e r a p a h a r i sebelumnya terdapat peradangan


saluran nafas bagian atas. Pada kasus-kasus yang khas, nyeri kolik
hebat yang timbul mendadak, hilang t i m b u l . B a y i t i b a - t i b a
menangis seperti menahan rasa sakit untuk beberapa saat,
kemudian diam, lalu main atau tidur kembali. Sering
d i s e r t a i r a n g s a n g a n m u n t a h . Muntah berupa minuman atau makanan
yang masuk. B e b e r a p a

jam

kemudian

setelah serangan pertama) bayi

(antara

6-8

jam

defekasi disertai darah

segar dan lendir. Selanjutnya defekasi hanya darah dan lendir.

US

Sementara

gejala

&

tanda

obstruksi

belum

tampak,

pada

pemeriksaan abdomen dapat teraba massa. Bila massa teraba di


kanan atau kiri atas maka perabaan pada abdomen kanan bawah terus
kosong. Keadaan ini disebut sebagai Dances Sign. Pemeriksaan colok
dubur terdapat feses dengan darah segar serta lendir pada sarung
tangan. Menjelang 24 jam sejak serangan sakit, usus yang tadinya
tersumbat parsial d a p a t b e r u b a h m e n j a d i s u m b a t a n t o t a l i s ,
s e p e r t i a b d o m e n y a n g m e m b u n c i t d e n g a n terlihat kontur &
peristaltic

usus.

Muntah

sudah

berwarna

hijau,

karena

mengandung empedu atau sudah fekal. Massa intra abdomen sulit teraba
lagi.Pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginatum, seperti
perabaan pada portio yang dikenal sebagai pseudoportio. Sarung tangan
hanya terdapat darah danlendir, tidak ada feses lagi. Pengeluaran cairan yang
terus menerus akan menyebabkan dehidrasi yang bilatidak segera ditangani
akan menyebabkan syok & mungkin kenaikan suhu tubuh. Pada anak yang
menderita malnutrisi, gejala nyeri tidak hebat, gejala obstruksi berjalan
menahun & intususeptum dapat prolaps melalui anus.
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan invaginasi adalah:
1. Pemeriksaan Radiologis
Dilakukan foto abdomen 3 posisi
Tanda obstruksi (+): Distensi, Air Fluid Level, Hering Bone (Gambaran
plika circularis usus).
2. Colon In loop
Hal ini dilakukan mempunyai fungsi sebagai diagnosis dan terapi.
Dimana ditemukan cupping sign, letak invaginasi. Pada terapi dilakukan
reposisi dengan tekanan tinggi, bila belum ada tanda tanda obstruksi
dan kejadian < 24 jam.
3. USG akan terlihat dougnut sign
IX.

PENATALAKSANAAN
Kasus invaginasi masuk RS sebagai kasus gawat darurat. Tindakan
pertama yaitu:

1. Tindakan perbaikan keadaan umum mutlak perlu dikerjakan


sebelum melakukan tindakan apa pun.
2. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi & mencegah aspirasi.
3. Rehidrasi. Hati-hati tanda dehidrasi kadang-kadang tidak jelas
tampak karena bayi bergizi baik & malah sering gemuk.
4. Obat-obat penenang untuk penahan rasa sakit.
5. S e t e l a h k e a d a a n u m u m b a i k d i l a k u k a n

tindakan

p e m b e d a h a n , b i l a j e l a s t e l a h tampak tanda-tanda obstruksi


usus. Atau dilakukan tindakan reposisi bila tidak terdapat
kontraindikasi. D a s a r
reposisi
Reposisi

usus

pengobatan

yang

dapat

masuk

dicapai

pada

invaginasi

kelumen
dengan

ialah

usus

lainn ya.

barium

enema,

r e p o s i s i pneumostatik atau melalui pembedahan.


Keberhasilan

penatalaksanaan

invaginasi

ditentukan

oleh

cepatnya

pertolongan yang diberikan, jika pertolongan kurang dari 24 jam dari


serangan pertama, maka akan memberikan prognosa yang lebih baik.
Pada bayi dan anak anak, penanganan yang dilakukan mencakup dua
tindakan :
1. Reduksi Hidrostatik.
Metode ini dengan cara memasukkan barium melalui anus menggunakan
kateter

dengan

tekanan

tertentu.

Pertama

kali

keberhasilannya

dikemukakan oleh Ladd tahun 1913 dan diulang keberhasilannya oleh


Hirschprung tahun 1976. Reposisi barium diikuti oleh X-ray. Mula-mula
tampak bayangan barium bergerak berbentuk cupping pada tempat
invaginasi. Dengan tekanan hidrostatik sebesar - 1 meter air,
barium didorong ke arah roksimal. Tekanan hidrostatik t i d a k
boleh melewati 1 meter air dan tidak boleh dilakukan
p e n g u r u t a n a t a u penekanan manual di perut sewaktu dilakukan
reposisi hidrostatik Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah
mencapai ileum terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal,
norit yang diberikan per oral akan keluar melalui dubur. Seiring dengan
pemeriksaan zat kontras kembali dapat terlihat coiled spring appearance.

Gambaran tersebut disebabkan oleh sisa-sisa barium pada haustra


sepanjang bekas tempat invaginasi. P a d a s a a t s e k a r a n g i n i
barium

enema

diagnostic,

kurang

yang
lebih

digunakan

75%

u n t u k prosedur

berhasil mereduksi

invaginasi.

Pemberian sedikit sedative yang cukup sebelum prosedur


enema sangat banyak membantu berhasilnya reduksi hidrostatik ini.
Indikasi:
1.
2.
3.
4.

Tidak terdapat gejala & tanda rangsangan peritoneum


Tidak toksik juga tidak terdapat obstruksi tinggi
Tidak dehidrasi
Gejala invaginasi kurang dari 48 jam

Kontra indikasi:
1.
2.
3.
4.

distensi abdomen yang berlebihan


invaginasi rekuren
gejala invaginasi lebih dari 48 jam
peritonitis

Pengelolaan :
Masukan oral dihentikan, penderita diberi cairan intravena dan
selanjutkan dilakukan reposisi usus.
Bergantung pada keadaan penderita,

reposisi

dilakukan

dengan operasi atau barium enema. Pada operasi, reposisi


secara manual dan hasilnya langsung diketahui.
Reposisi barium diikuti oleh X-ray, Mula-mula tampak bayangan
barium bergerak berbentuk cupping p a d a t e m p a t i n v a g i n a s i .
Dengan

tekanan

hidrostatik sebesar 3/4 meter air, barium

didorong ke arah proksimal.


Pengobatan dianggap berhasil bila barium sudah mencapai ileum
terminalis. Pada saat itu, pasase usus kembali normal, norit yang
diberikan per os akan keluar melalui dubur. S e i r i n g d e n g a n
pemeriksaan

zat

kontras

kembali

dapat

terlihat

coiled spring appearance. Gambaran tersebut disebabkan oleh


sisa-sisa barium pada haustra sepanjang bekas tempat invaginasi.

Sejak 1876, barium enema sudah dipergunakan untuk pengobatan


invaginasi

dan

hasilnya

memuaskan.

Hanya

sedikit

kemungkinan terjadi perforasi walaupun usus telah mengalami


gangren, asal tekananhidrostatik tidak melebihi 1 meter.
Demikian pula lamanya perawatan pada
barium

lebih

reposisi

p e n d e k daripada operasi. Sebaliknya dengan

reduksi manual pada operasi ternyatalebih bersifat traumatik, sehingga


lebih mudah terjadi ruptur usus.
Dengan kelebihan yang disebut tadi, di Skandinavia reposisi barium
lebih banyak digunakan. Survival rate 55%, masing-masing 81%
pada umur kurang 1 tahun dan 15% pada usia kurang 3 bulan.
Kadang-kadang reposisi barium tidak berhasil, misalnya
pada umur kurang 3 bulan dan invaginasi ileo-ileal. Bayangan
kontras dalam bentuk cupping tidak mencapai ileum terminalis
sehingga memerlukan operasi.
Operasi dini tanpa terapi barium dikerjakan bila terjadi perforasi,
peritonitis dan tanda-tanda

obstruksi.

Keadaan

ini

biasanya

padainvaginasi yang sudah berlangsung 48 jam.


Demikian pula pada kasus-kasus relapse. Invaginasi berulang 11%
setelah reposisi barium dan 3% pada operasi tanpa reseksi
usus. Bisanya reseksi d i l a k u k a n j i k a a l i r a n d a r a h t i d a k
p u l i h k e m b a l i s e t e l a h d i h a n g a t k a n dengan larutan fisiologik.
Usus yang mengalami invaginasi nampak kebiruan. Pada
perawatan ke-2x, dikerjakan operasi tanpa barium enema
2. Reduksi manual ( milking ) dan reseksi usus
Pasien dengan keadaan tidak stabil, didapatkan peningkatan suhu, angka
leukosit,

mengalami

gejala

ditemukan sudah lanjut yang

berkepanjangan

atau

ditandai dengan distensi

abdomen, feces berdarah, gangguan sistema usus yang berat


sampai

timbul

shock

atau

peritonitis,

pasien

segera

dipersiapkan untuk suatu operasi


Laparotomi dengan incisi transversal interspina. Jika ditemukan
kelainan

telah

mengalami

nekrose,

reduksi

tidak

perlu

dikerjakan dan reseksi segera dilakukan.


10

Penanganan Lain:
-

Pre-operatif :
Penanganan
dewasa

intususepsi

secara

umum

pada
sama

seperti penangan pada kasus


obstruksi usus

lainnya

yaitu

perbaikan keadaan umum seperti rehidrasi dan koreksi elektrolit


bila sudah terjadi defisit elektrolit.
-

Durante Operatif :
Reseksi anastosmose segmen usus yang terlibat dengan memastikan
lead pointnya. B a t a s r e s e k s i p a d a u m u m n y a a d a l a h 1 0 c m
d a r i t e p i t e p i s e g m e n u s u s y a n g terlibat, pendapat
lainnya pada sisi proksimal minimum 30 cm dari lesi,
kemudian dilakukan anastosmose end to end atau side to side.
Operasi tidak akan dilakukan pada keadaan umum bayi yang
jelek. Bayi baru dapat dibius dan dioperasi bila kita sudah
yakin perfusi darah ke jaringan s u d a h b a i k . K a l a u p r o s e s
pen yakit diduga sudah lebih dari 24 jam atau bayi
menderita demam maka diharuskan pemberian antibiotik spektrum
luas. Pembedahan sudah dapat dilakukan kalau perfusi
jaringan sudah cukup yang dapat diukur secara klinis dari
produksi urin, yaitu 0,5 1 ml/kgBB/jam melalui kateter.
Kriteria lainnya adalah suhu tubuh kurang dari 38C, nadi kurang
dari 120 kali per menit, pernapasan tidak lebih dari 40 kali/
menit, turgor kulit membaik, dan paling utama kesadaran yang
baik. Akral yang tadinya dingin jadi hangat kembali. Biasanya
dengan pemberian cairan sejumlah 50% dari kebutuhan ( u n t u k
koreksi & kebutuhan normal), perfusi jaringan sudah
dapat

dicapai.

Pembedahan

dan

anestesi

yang

d i k e r j a k a n p a d a w a k t u p e r f u s i j a r i n g a n t i d a k memadai
akan menyebabkan tertimbunnya hasil-hasil metabolisme yang

11

seharusnya dikeluarkan dari tubuh, dan hal ini akan


mengakibatkan oksigenasi jaringan yang buruk, yang dapat
berakibat

kerusakan

sel

yang

irreversible,

dan

bila

menyangkut organ vital akan menyebabkan kematian.


Laparatomi pada invaginasi
Adalah suatu tindakan dimana dilakukan tindakan pembedahan
dengan reduksi manual guna mereduksi usus yang mengalami
invaginasi.
Indikasi operasi
Gejala klinis : obstruksi usus.
Radiologi : Gagal dengan reduksi barium
Kontra indikasi operasi
Kondisi umum jelek.
Tampak pada operasi : Perforasi usus, usus tak viable.
Untuk pemakaian jenis anastesi biasanya dilakukan tekhnik Anastesi
umum
X.

DIAGNOSIS BANDING
FAKTOR
PEMBEDA

INTUSUSEPSI

DISENTRI

VOLVULUS

BOLUS
ASCARIS

BAB DARAH LENDIR

PERUT KEMBUNG

MUNTAH

CAIRAN HIJAU

CAIRAN HIJAU

(TERUS MENERUS JK

(TERUS MENERUS)

SUDAH OBSTRUKSI

+
NYERI KOLIK

+
(INTERMITEN)

TOTAL)

DEHIDRASI

KECUALI BILA SUDAH

DEMAM

TERJADI INFEKSI DAN

CEMBUNG

PALPABLE
MASS

KECUALI BILA SUDAH

TERJADI INFEKSI DAN


DEHIDRASI

(TDK BERBATAS TEGAS ,

+
(BERBATAS

+
MOBILE)

TEGAS)

METALIC
SOUND

XI.

DEHIDRASI

ABDOMEN

Komplikasi

12

Jika invaginasi terlambat atau tidak diterapi, bisa timbul beberapa


komplikasi berat, seperti kematian jaringan usus, perforasi usus, infeksi dan
kematian

13

BAB III
Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
kasus ini dapat didiagnosis sebagai invaginasi, karena anak pada kasus ini
memenuhi kriteria invaginasi. Pada OS telah dilakukan reduksi milking dan
apendektomi. Invaginasi merupakan suatu keadaan dimana bagian usus masuk ke
bagian usus. Invaginasi merupakan suatu kegawat daruratan medis. Jika tidak
diatasi secepatnya. Bisa menyebabkan komplikasi yang berat seperti infeksi
bahkan kematian.Kebanyakan pasien bisa pulih jika dirawat sebelum 24 jam.
Kematian dengan terapi sekitar 1-3 %. Jika tanpa terapi, 2-5 hari akan berakibat
fatal. Pengambilan tindakan yang cepat dan tepat dapat meningkatkan
kemungkinan keberhasilan terapi dan mengurangi kemungkinan komplikasi dan
efek fatal yang lain. Prognosis anak dengan invaginasi baik jika segera diberikan
tindakan yang tepat dan cepat. Pada beberapa kasus pembedahan memang
menjadi pilihan utama dalam penatalaksanaannya.

14

Daftar Pustaka
De Jong, Wim, Syamsuhidayat, R. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta
Hassan, Rusepno dkk Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, FKUI. 2002
Prof.Herry Garna,dr.,Sp.A(K),Ph.D, Heda Melinda
Nataprawira,dr.Sp.A(K),M.Kes. Pedoman diagnosis dan terapi,Edisi Ke-3,
Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Padjadjaran. 2004
Robert M. Kliegman and friends, Nelson Essentials of Pediatrics, 5th edition,
Elsevier Saunders, 2006, USA.

15

Anda mungkin juga menyukai