Anda di halaman 1dari 52

Askep Hernia

Definisi Hernia

Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau


struktur organ dan tempatnya yang normal melalui sebuah defek kongenital atau yang didapat.
(Long, 1996 : 246).
Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga melalui lubang (Oswari, 2000 :
216).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ, jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang
secara normal memang berisi bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253).
Etiologi / Penyebab Hernia

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin
merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah
hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi
(menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada
anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih
cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam
jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).
Klasifikasi Hernia

1.Menurut/tofografinya : hernia inguinalis, hernia umbilikalis, hernia femoralis dan sebagainya.


2.Menurut isinya : hernia usus halus, hernia omentum, dan sebagainya.
3.Menurut terlibat/tidaknya : hernia eksterna (hernia ingunalis, hernia serofalis dan sebagainya).

Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia
obturatoria).
4.Menurut kausanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.Menurut keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia
strangulata.
6.Menurut nama penemunya :
a.Hernia Petit (di daerah lumbosakral)
b.Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior
pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.Beberapa hernia lainnya :
a.Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan
dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
Tanda dan Gejala Hernia

Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya
benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila
menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat
pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.

d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala
sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
Pathways

Patofisiologi

Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada
ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum
meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan
peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua
dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital.

Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke
dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
(Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 :
253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini
adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi
inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia.
Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es
akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diameter anulus inguinalis


Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/ obstruksi usus.
b. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidak seimbangan elektrolit.
Pengkajian Keperawatan pada Hernia

Aktivitas/istirahat
Gejala :
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama
Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh

Tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.


Tanda : Atrofi otot pada bagian tubuh yang terkena gangguan dalam berjalan
Eliminasi
Gejala : konstipasi dan adanya inkartinensia/retensi urine
Integritas Ego
Gejala : ketakutan akan timbulnya paralisis, ansietas, masalah pekerjaan finansial
keluarga
Tanda : tampak cemas, depresi, menghindar dari keluarga
Neurosensori
Gejala : kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda : penurunan reflek tendon dalam, kelemahan otot, hipotonia. Nyeri tekan/spasme otot
paravertebralis, penurunan persepsi nyeri
Kenyamanan
Gejala : nyeri seperti tertusuk pisau, yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk, bersin,
defekasi, nyeri yang tidak ada hentinya, nyeri yang menjalar ke kaki, bokong, bahu/lengan, kaku
pada leher.
(Doenges, 1999 : 320-321)
Post Operasi
Status Pernapasan
Frekuensi, irama dan ke dalaman
Bunyi napas
Efektifitas upaya batuk
Status Nutrisi
Status bising usus, mual, muntah
Status Eliminasi

Distensi abdomen pola BAK/BAB


Kenyamanan
Tempat pembedahan, jalur invasif, nyeri, flatus
Kondisi Luka
Keadaan/kebersihan balutan
Tanda-tanda peradangan
drainage
Aktifitas
Tingkat kemandirian dan respon terhadap aktivitas
Penatalaksanaan Hernia

Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi
pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian
dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit
kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan
dilakukan bassin plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan
dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.
a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong
dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang
diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia
dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus
secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan
(Long, 1996 : 246)

b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area
yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan
otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan
hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester,
2002 : 54).
Diagnosa Keperawatan pada Klien Hernia

1.Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang
ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 10) dan faktor
pemberat/penghilang
b.Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang
berat.
c.Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk
membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e. Pantau tanda-tanda vital
f. Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan
posisi, lingkungan tenang.
g.Berikan analgesik sesuai program.
Rasional :
a. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi
abdomen, mual.
b. Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan
tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi
c. Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
menyebabkan peningkatan nyeri insisi.

d. Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan
dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi
lanjut.
e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping.
f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik
2.Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma
dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 810 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine 100 ml selama setiap
berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih
rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.
3.Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia
dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah
instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan
menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a.Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam
dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya
dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat
untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan
konsistensi feses lunak.
d.Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD
postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam

terhadap tanda-tanda darah merah terang atau bengkak insisi berlebihan


b. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit, dan status membran
mukosa.
c. Perhatikan adanya edema
d. Pantau masukan dan haluaran (mencakup semua sumber : misal emesis, selang, diare),
perhatikan haluaran urine
e. Pantau suhu
f. Tinjau ulang penyebab pembedahan dan kemungkinan efek samping pada
keseimbangan cairan.
g. Berikan cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.
Rasional :
a. Tanda-tanda awal hemorasi usus dan/ atau pembentukan hematoma yang dapat
menyebabkan syok hipovotemik
b. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat dehidrasi
c. Edema dapat terjadi karena pemindahan cairan berkenaan dengan penurunan kadar
albumen serum/protein.
d. Indikator langsung dari hidrasi/perjusi organ dan fungsi. Memberikan pedoman untuk
penggantian cairan
e. Demam rendah umum terjadi selama 24 48 jam pertama dan dapat menambah
kehilangan cairan
f. Mengeksaserbasi cairan dan kehilangan elektrolit
g. Mempertahankan volume sirkulasi dan keseimbangan elektrolit.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer

Intervensi :
a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi
abdomen
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
Rasional :
a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi.
b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat
terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca
operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan
Intervensi :
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual.
b. Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.

c. Identifikasi kesukaan/ketidaksukaan diet dari pasien. Anjurkan pilihan makanan tinggi


protein dan vitamin C
d. Berikan cairan IU, misal : albumin. Lipid, elektrolit
Rasional :
a. Mempengaruhi pilihan intervensi
b. Menentukan kembalinya peristaltik (biasanya dalam 2 4 hari)
c. Meningkatkan kerjasama pasien dengan aturan diet, protein/vitamin C adalah
kontributor utama untuk pemeliharaan jaringan dan perbaikan. Malnutrisi adalah faktor dalam
menurunkan pertahanan terhadap infeksi
d. Memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit. Inflamasi usus, erosi mukosa,
infeksi.
5. Ketakutan/ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Intervensi :
a. Awasi respon fisiologis, misal : takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala, sensasi
kesemutan.
b. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
c. Berikan informasi akurat, nyata tentang apa yang dilakukan, misal : sensasi yang diharapkan,
prosedur biasa
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien, berespon terhadap tanda panggilan dengan
cepat. Gunakan sentuhan dan kontak mata dengan cepat
e. Tunjukkan teknik relaksasi, contoh : visualisasi, latihan napas dalam, bimbingan imajinasi
f. Berikan obat sesuai dengan indikasi, misal : Diazepam (valium), klurazepat
(Tranxene), alprazolan (Xanax)
Rasional :
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga

berhubungan dengan kondisi fisik/status syok


b. Membuat hubungan terapeutik. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan
kesempatan untuk memperjelas kesalahan konsep
c. Melibatkan pasien dalam rencana asuhan dan menurunkan ansietas yang tak perlu tentang
ketidaktahuan.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi seorang diri.
e. Belajar cara untuk rileks dapat menurunkan takut dan ansietas
f. Sedatif/transquilizer dapat digunakan kadang-kadang untuk menurunkan ensietas dan
meningkatkan istirahat, khususnya pada pasien ulkus.
ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA

Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik
secara kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat
tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).
(Mansjoer,2000:313).

Dalam Medicastore.com Hernia Inguinalis adalah suatu keadaan dimana sebagian


usus masuk melalui sebuah lubang dinding perut kedalam kanalis inguinalis. Kanalis
inguinalis adalah saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya

testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat sebelum
bayi dilahirkan.
Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang
dinding perut dilipat paha, baik didapat atau kongenital.

TINJAUAN TEORITIS HERNIA

A.Pengertian
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot
yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut
(Griffith, 1994).
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.

Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat
paha). Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.

B.Etiologi
1. Hernia congenital:
Processus vaginalis peritoneum persisten
Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka
Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum
sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah
kiri terlebih dahulu.
Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan hidrocele

2. Hernia didapat:
Ada factor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
Pada orang tua karena degenerasi/atropi
Tekanan intra abdomen meningkat
Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
Batuk kronik

Gangguan BAB, missal struktur ani, feses keras


Gangguan BAK, mis: BPH, veskolitiasis
Sering melahirkan: hernia femoralis

C.Klasifikasi Hernia
a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :
- Hernia bawaan (Kongenital)
- Hernia dapatan (akuisita)

b)Berdasarkan letak, Hernia terbagi atas :

- Hernia diafragma
- Hernia inguinalis
- Hernia umbilical
- Hernia strotalis
- Hernia insisional.

1. Hernia congenital:
- Hernia umbilikalis
- Hernia diafragnatika
- Hernia inguinalis lateralis
2. Hernia didapat:
- hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis

Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan
tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long,
1996 : 246). Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga
melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi
bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi
perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).

D.Patofisiologi

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan


seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air
besar atau batukyang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus kedaerah otot
abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan
menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis
atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau
terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal dan
kegemukan. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat kecil pada dinding
abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ-organ selalu selalu saja
melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama,
sehingga terjadilah

penonjolan

dan

mengakibatkan

kerusakan

yang

sangat

parah.sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi


atau mengalami kelemahan jika suplai darah terganggu maka berbahaya dan dapat
menyebabkan ganggren.

E.Penatalaksanaan medis
1) Terapi konservatif/non bedah meliputi :
- Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset
pada hernia ventralis.
- Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak
menunjukkan gejala sistemik.
2) Terapi umum adalah terapi operatif.
3) Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif.
4) Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 mennit di evaluasi kembali.
5) Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.

6) Teknik hernia plastik, endoskopik merupakan pendekatan dengan pasien


berbaring dalam posisi trendelernberg 40 OC.
7) Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen,
antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah
sembelit.
8) Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan
dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan
mengadan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol
yang dapat memperburuk gejala-gejala.
9) Hindari aktivitas-aktivitas yang berat.

F. Komplikasi

Hernia berulang,

Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,

Pendarahan yang berlebihan / infeksi lluka bedah,

Luka pada usus (jika tidak hati-hati),

Setelah herniografi dapat terjadi hematoma,

Fostes urin dan feses,

Residip,

Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.

TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN HERNIA

A.Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,
atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,

antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).

B.Diagnosa Keperawatan yang sering muncul


Periode post-operatif (Doenges, 1999).
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.

C. Intervensi dan implementasi

a)Diagnosa periode post-operatif (Doenges, 1999).


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil : - klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
-tanda-tanda vital normal
-pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI

pantau tanda-tanda vital, intensitas/skala nyeri

Rasional : Mengenal dan memudahkan dalam melakukan tindakan keperawatan.

Anjurkan klien istirahat ditempat tidur

Rasional : istirahat untuk mengurangi intesitas nyeri

Atur posisi pasien senyaman mungkin

Rasional : posisi yang tepat mengurangi penekanan dan mencegah ketegangan


otot serta mengurangi nyeri.

Ajarkan teknik relaksasi dan napas dalam

Rasional : relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat perasaan lebih nyaman

Kolaborasi untuk pemberian analgetik.

Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.

2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi


bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil : - tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
-luka bersih tidak lembab dan kotor.
-Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI

Pantau tanda-tanda vital.

Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala
infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk
maka terjadi peningkatan tanda vital.

Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik.

Rasional : perawatan luka dengan teknik aseptik mencegah risiko infeksi.

Lakukan perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase


luka, dll.

Rasional : untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial.

Jika ditemukan tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb


dan leukosit.

Rasional : penurunan Hb dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan


adanya tanda-tanda infeksi.

Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.

Rasional : antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.


Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil : - pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
-pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
-kualitas dan kuantitas tidur normal

INTERVENSI
1) Mandiri

Berikan kesempatan untuk beristirahat / tidur sejenak, anjurkan latihan pada


siang hari, turunkan aktivitas mental / fisik pada sore hari.

Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan
yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi
berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.

Hindari penggunaan Pengikatan secara terus menerus

Rasional : Risiko gangguan sensori, meningkatkan agitasi dan menghambat waktu


istirahat.

Evaluasi tingkat stres / orientasi sesuai perkembangan hari demi hari.

Rasional : Peningkatan kebingungan, disorientasi dan tingkah laku yang tidak


kooperatif (sindrom sundowner) dapat melanggar pola tidur yang mencapai tidur
pulas.

Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa
saat ini adalah waktu untuk tidur.

Rasional : Pengatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan


lingkungan. Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin diindikasikan untuk
memungkin pasien membuang kelebihan energi dan memfasilitas tidur.

Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.

Rasional : Meningkatkan relaksasi dengan perasan mengantuk

Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.

Rasional : Menurunkan kebutuhan akan bangun untuk pergi kekamar


mandi/berkemih selama malam hari.

Putarkan musik yang lembut atau suara yang jernih

Rasional : Menurunkan stimulasi sensori dengan menghambat suara-suara lain dari


lingkungan sekitar yang akan menghambat tidur nyeyak.

2)Kolaborasi

Berikan obat sesuai indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin (Elavil);


deksepin (Senequan) dan trasolon (Desyrel).

Rasional : Mungkin efektif dalam menangani pseudodimensia atau depresi,


meningkatkan kemampuan untuk tidur, tetapi anti kolinergik dapat mencetuskan
dan memperburuk kognitif dalam efek samping tertentu (seperti hipotensi
ortostatik) yang membatasi manfaat yang maksimal.

Koral hidrat; oksazepam (Serax); triazolam (Halcion).

Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam
mengatasi insomia atau sindrom sundowner.

Hindari penggunaan difenhidramin (Benadry1).

Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena
obat ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien
dengan DAT ini.

4.

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.


Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total.
Kriteria hasil : - perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
- pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu.
- Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.

INTERVENSI

Rencanakan periode istirahat yang cukup.

Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.

Berikan latihan aktivitas secara bertahap.

Rasional : tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara


perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.

Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.

Rasional : mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.

Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.

Rasional : menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai


akibat dari latihan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barbara Engram, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, EGC, Jakarta,


1998.
2. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian pasien, ed.3. EGC, Jakarta.
3. Griffith H. Winter, Buku Pintar Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994.

4. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi


keperawatan, EGC, Jakarta, 1995.
5. Nettina, S.M, 2001, Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.
6. Oswari, E. 2000. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : FKUI.
7. W.A. Dorland Newman, Kamus Kedokteran Dorland, EGC, Jakarta, 2002.
Diposkan oleh taisir rijani di 22.55
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: ASKEP CA NASOFARING, ASKEP GASTRITIS, ASUHAN KEPERAWATAN BPH,
kesehatan anda, kesehatan kita bersama, PROSEDUR PEMBERIAN OBAT
4 komentar:

1.
agaricpro29 Maret 2015 19.41

Solusi Penyakit Hernia: Selain pengobatan secara medis atau operasi bisa dengan Obat
Hernia yang alami, karena jika alami sifatnya obat hernia ini sangat aman untuk
dikonsumsi, dan juga bisa di gunakan sebagai obat hernia untuk anak bayi, dewasa
maupun oran tua. Banyak para orang tua yang mencari informasi bagaima cara
mengobati penyakit hernia pada anak bayi tanpa operasi ya karena bayi mungkin tidak
seperti orang dewasa karena tingkat kekhawatirannya sangat tinggi. Banyak cara yang
bisa dijadikan solusi untuk obat hernia pada bayi, anak, dewasa, dan orang tua tanpa
harus operasi salah satunya dengan obat hernia yang alami.
jika letak hernia berada dilipatan paha atau penyakit hernia inguinali selain dengan obat
penyakit hernia alami bisa dibantu juga dengan pemakain celana hernia. Agar pengobatan
hernia ini berjalan dengan yang diharapkan carilah informasi dan penjelasan mengenai
hernia contohnya seperti penyebab penyakit hernia, gejala penyakit hernia apa saja
bahaya hernia baik lewat buku, internet maupun dokter spesialis. Jika kita sudah paham
mengenai penyakit hernia ini mudah-mudahan anda bisa tahu bagaimana cara mengatasi
penyakit hernia pada bayi, anak, dewasa maupun orang tua. walaupun didunia medis
belum ada obat untuk penyakit hernia selain operasi tetapi dengan pengobatan secara
herbal sudah banyak testimoni hernia dengan produk herbal AgaricPro

Balas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS
undefined undefined

SIROSIS HEPATIS
A. Definisi
Sirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer & Brenda G. Bare.2001)
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan
menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan
regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif
mansjoer, FKUI1999 )
B. Etiologi
Menurut FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:
1. Malnutrisi
2. Alkohol
3. Virus hepatis
4. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
5. Zat toksik

C. Tanda dan Gejala


Pembesaran hati nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati

yang cepat.
Varises gastrointestinal distensi pembuluh darah akan membentuk varises/hemoroid
tergantung lokasinya.Adanya tekanan yang tinggi dapat menimbulkan ruptur dan
perdarahan.

Edema kosentrasi albumin plasma menurun, produksi aldosteron yang berlebihan


akan Menyebabkan retensi natrium serta air dan kalium.
Defisiensi vitamin dan anemia karena pembentukan penggunaan dan Pentimpanan
vitamin tertentu yang tidak memadai (terutama vitamin A,C dan K)
D. Patofisiologi

E. Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Hipertensi portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah.
3. sehingga timbul perdarahan yang masip.
4. Koma Hepatikum.
5. Ulkus Peptikum
6. Karsinoma hepatosellural
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
fungsi
hepar
abnormal
Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian
kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek), penurunan
enzim

kolinesterse,

serta

peninggian

SGOT

dan

SGPT.

- Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)


- Peningkatan kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)
- Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)
- PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)

Biopsi

hepar

dapat

memastikan

diagnosis

bila

pemeriksaan

serum

dan

pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan Ultrasound, skan CT atau MRI


dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah hepatik.
G. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboraturium pada sirosis hati meliputi hal-hal berikut.
1. Kadar Hb yang rendah (anemia), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia),
dan trombositopenia.
2. Kenaikan SGOT, SGPT dan gamma GT akibat kebocoran dari sel-sel yang rusak.
Namun, tidak meningkat pada sirosis inaktif.
3.

Kadar albumin rendah. Terjadi bila kemampuan sel hati menurun.

4.

Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.

5.

Masa protrombin yang memanjang menandakan penurunan fungsi hati.

6. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan
sel hati membentuk glikogen.
7. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis
hati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000
berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati
primer (hepatoma).

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi


(USG), pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises
esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises serta
sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat kontras, CT
scan, angografi, dan endoscopic retrograde chlangiopancreatography (ERCP).
H. Pemeriksaan fisik

INSPEKSI
1.
Area Tangan
Turgor kulit

2.

3.

Telapak Tangan ( Halus/kasar ( jika kasar indikasi gangguan hepar )


Kuku ( normal = putih , kuning = terjadi gangguan di hepar )
Shap Diamond untuk mengetahui clubbing fingger
Wajah
Sklera pada mata ( normal = putih )
Mulut ( melihat membran mukosa mulut , adanya stomatitis )
Abdomen
Memeriksa hernia dengan disuruh batuk ( jika ada benjolan maka indikasi ada

hernia )
Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)

AUSKULTASI
1.
Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising usus

PERKUSI
1.
Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes terdengar
dibagian lien . bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 . normal jarak 6-12 cm
padaorang dewasa

PALPASI
Ada 2 ringan dan lepas
Palpasi ringan kedalaman 1 cm , sambil melihat ekspresi wajah klien
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA KRONIK
PENGKAJIAN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala: kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : letargi. Penurunan massa otot/tonus
SIRKULASI
Gejala: perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
gagal hati). Disritmia, vena abdomen distensi
ELIMINASI
Gejala: flatus
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites). Penurunan/tak
adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena. Urine gelap, pekat.
MAKANAN / CAIRAN

Gejala:

anoreksia,

tidak

toleran

terhadap

makanan/tak

dapat

mencerna.

Mual/muntah.
Tanda : penurunan berat badan / peningkatan (cairan). Edema umum pada jaringan.
Kulit kering, turgor buruk. Ikterik. Perdarahan gusi.
NEUROSENSORI
Gejala: orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma. Bicara lambat/tak jelas.
Asterik (ensefalofati hepatik).
NYERI / KENYAMANAN
Gejala: nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas. Pruritus. Neuritis perifer.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi. Fokus pada diri sendiri.
PERNAPASAN
Gejala: dipsnea.
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi paru
terbatas (asites). Hipoksia.
KEAMANAN
Gejala: pruritus.
Tanda : demam (lebih umum pada sirosis alkoholik). Ikterik, ekimosis, petekie.
Eritema palmar.
SEKSUALITAS
Gejala: gangguan menstruasi, impoten.
Tanda : atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN

Gejala: riwayat penggunaan alkohol jangka panjang/penyalahgunaan, penyakit hati


alkoholik. Riwayat penyakit empedu, hepatitis, terpajan pada toksin; perdarahan GI
atas; episode perdarahan varises esofageal; penggunaan obat yang mempengaruhi
fungsi hati.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

DATA FOKUS

Nama klien

Tn. A / 45 tahun

No. Kamar/Ruang

Internis

Tanggal

21 Januari 2009

A. Data Subjektif

Klien mengatakan selama 1 bulan terakhir, kakinya suka bengkak

Klien mengatakan perutnya semakin membesar seperti orang hamil 5 bulan

Klien mengatakan punya riwayat darah tinggi selama 6 tahun terakhir

Klien mengatakan suka minum alkohol

Klien mengatakanwrna air seninya seperti teh

B.

Data Objektif

TD : 160 /120 mmhg

HR : 80x / menit

RR : 20x /menit

Suhu : 37,3 C

Klien terdapat spider nephie disekitar bahu leher

Dada abdomen klien terlihat ascites

Klien terlihat palpasi shifting dullness (+)

Sclera dan kulit klien terlihat ikterik

Tungkai klien tampak edema (+++)

Karakteristik feses : bentuk cair, warna hitam, bau busuk

Cairan muntah klien berwarna merah kehitaman

Hasil labolatorium : HbSAg SGOT = 140 u/l, SGPT = 207 u/l, alkali pospatase =
112, albumin = 2,5, Hb = 8

Hasil USG : Abdomen sirosis hapatis, endoskopi : farises esofagus

DIAGNOSA 1
Perubahan

nutrisi

kurang

dari

kebutuhan

tubuh

berhubungan

ketidakmampuan untuk mencerna makanan, mual, muntah


Mandiri
1.

Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori.


Rasional : memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan / defisiensi.

dengan

2.

Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan. Riwayat berat badan.
Ukuran kulit trisep.
Rasional : mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator
langsung status nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep
berguna dalam mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan.

3.

Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet. Beri pasien
makan bila pasien mudah leleah, atau biarkan orang terdekat membantu pasien.
Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
Rasional : diet yang tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin makan
lebih baik bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.

4.

Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan


Rasional : pasien mungkin mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan karena
kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan umum, malaise.

5.

Berikan makan sedikit dan sering.


Rasional : buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan
dengan peningkatan tekanan intra abdomen/asites.

6.

Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan
terlalu panas atau terlalu dingin.
Rasional : membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan
abdomen yang dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan.

7.

Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi.


Rasional : perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada sirosis berat.
Kolaborasi

1.

Awasi pemeriksaan laboratorium. Contoh glukosa serum, albumin, total protein,


amonia.

Rasional : glukosa menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan simpanan


glikogen,

atau

masukan

tak

adekuat.

Protein

menurun

karena

gangguan

metabolisme, penurunan sintesis hepatik, atau kehilangan ke rongga peritoneal


(asites). Peningkatan kadar amonia perlu pembatasan masukan protein untuk
mencegah komplikasi serius.
2.

Pertahankan status puasa bila diindikasikan.


Rasional : pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan
kebutuhan pada hati dan produksi amonia/urea GI.

3.

Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi.


Rasional : mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila
pasien

terlalu

mual

atau

anoreksia

untuk

makan

atau

varises

esofagus

mempengaruhi masukan oral.


4.

Berikan obat sesuai indikasi, contoh :


Tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat.
Rasional : pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya.
Juga hati yang rusak tak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D dan K. Juga
dapat terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia.

5.

Enzim pencernaan, contoh pankreatin (Viokase)


Rasional

meningkatkan

pencernaan

lemak

dan

dapat

menurunkan

streatorea/diare.
6.

Antiemetik, contoh trimetobenzamid (Tigan)


Rasional : digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual/muntah dan
meningkatkan masukan oral.
DIAGNOSA 2
Perubahan kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi

Mandiri
1.

Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif (pemasukan melebihi


pengeluaran). Timbang berat badan tiap hari, dan catat peningkatan lebih dari 0,5
kg/hari.
Rasional : menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan
cairan, dan respons terhadap terapi. Keseimbangan positif/peningkatan berat badan
sering menunjukkan retensi cairan lanjut.

2.

Awasi TD dan CVP. Catat JVD/distensi vena.


Rasional : peningkatan TD biasanya berhubungan dengan kelebihan volume cairan
tetapi mungkin tidak terjadi karena perpindahan cairan keluar area vaskuler.
Distensi jugular eksternal dan vena abdominal sehubungan dengan kongesti
vaskuler.

3.

Ukur lingkar abdomen


Rasional : menunjukkan akumulasi cairan (asites) di akibatkan oleh kehilangan
protein plasma/cairan kedalam area peritoneal.

4.

Dorong untuk tirah baring bila ada asites


Rasional : dapat meningkatkan posisi rekumben untuk diuresis.

5.

Berikan perawatan mulut sering; kadang-kadang beri es batu (kalau puasa).


Rasional : menurunkan rasa haus.
Kolaborasi

1.

Awasi albumin serum dan elektrolit (khususnya kalium dan natrium)


Rasional : penurunan albumin serum mempengaruhi tekanan osmotik koloid
plasma, mengakibatkan pembentukan edema. Penurunan aliran darah ginjal
menyertai peningkatan ADH dan kadar aldosteron dan penggunaan diuretik (untuk
menurunkan

air

total

tubuh)

perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.

dapat

menyebabkan

berbagai

2.

Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi


Rasional : natrium mungkin dibatasi untuk meminimalkan retensi cairan dalam area
ekstravaskuler.

Pembatasan

cairan

perlu

untuk

memperbaiki/mencegah

pengenceran hiponatremia.
3.

Berikan albumin bebas garam/plasma ekpander sesuai indikasi


Rasional: albumin mungkin diperlukan untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid
dalam kompartemen vaskuler (pengumpulan cairan dalam area vaskuler), sehingga
meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya asites.

4.

Berikan obat sesuai indikasi :


Diuretik, contoh spironolakton (Aldakton); furosemid (Lasix).
Rasional : digunakan dengan perhatian untuk mengontrol edema dan asites.
Menghambat efek aldosteron, meningkatkan ekskresi air sambil menghemat kalium,
bila terapi konservatif dengan tirah baring dan pembatasan natrium tidak
mengatasi.

5.

Kalium
Rasional : kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai
dengan kehilangan urine.
DIAGNOSA 3
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik dan akumulasi garam empedu pada kulit
Mandiri

1.

Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area
yang tertekan terus menerus. Gunakan losion minyak; batasi penggunaan sabun
untuk mandi
Rasional : edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan
terbentuk dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan
pada sirosis berat.

2.

Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur; bantu dengan latihan
rentang gerak aktif/pasif
Rasional : pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk
memperbaiki

sirkulasi.

Latihan

meningkatkan

sirkulasi

dan

perbaikan/mempertahankan mobilitas sendi.


3.

Tinggikan ekstremitas bawah


Rasional

: meningkatkan

aliran

balik

vena

dan

menurunkan

edema pada

ekstremitas
4.

Pertahankan sprei kering dan bebas lipatan


Rasional : kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan risiko kerusakan
kulit

5.

Berikan perawatan perineal setelah berkemih dan defekasi


Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dari garam empedu

6.

Berikan

losion

kalamin,

berikan

mandi

soda

kue.

Berikan

kolestiramin

(Questran)bila diindikasikan.
Rasional : mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik, garam empedu
pada kulit.
DIAGNOSA 4
Risiko tinggi terhadap pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru dan asites
Mandiri
1.

Awasi frekuensi, kedalaman, dan upaya pernapasan.


Rasional : pernapasan dangkal cepat/dipsnea mungkin ada sehubungan dengan
hipoksia dan/atau akumulasi cairan dalam abdomen

2.

Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronki

Rasional : menunjukkan terjadinya komplikasi (contoh adanya bunyi tambahan


menunjukkan akumulasi cairan/sekresi; tak ada/menurunkan bunyi atelektasis)
meningkatkan risiko infeksi.
3.

Selidiki perubahan tingkat kesadaran


Rasional

perubahan

mental

dapat

menunjukkan

hipoksemia

dan

gagal

pernapasan, yang sering disertai koma hepatik.


4.

Pertahankan kepala tempat tidur tinggi. Posisi miring.


Rasional : memudahkan pernapasan dengan menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret.

5.

Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan dan batuk
Rasional : membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.

6.

Awasi

suhu.

Catat

adanya

menggigil,

meningkatnya

batuk,

perubahan

warna/karakter sputum
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.
Kolaborasi
1.

Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
Rasional : menyatakan perubahan status pernapasan, terjadinya komplikasi paru.

2.

Berikan tambahan O2 sesuai indikasi


Rasional

mungkin

perlu

untuk

mengobati/mencegah

hipoksia.

pernapasan/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik sesuai kebutuhan


3.

Bantu dengan alat-alat pernapasan, contoh spirometri insentif, tiupan botol.


Rasional : menurunkan insiden atelektasis. Meningkatkan mobilitas sekret.

4.

Siapkan untuk/bantu untuk prosedur, contoh :


Parasentesis;

Bila

Rasional : kadang-kadang dilakukan untuk membuang cairan asites bila keadaan


pernapasan tidak membaik dengan tindakan lain.

Kesimpulan
Sirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer & Brenda G. Bare.2001)
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan
menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan
regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif
mansjoer, FKUI1999).

PENDAHULUAN
1. A.

Latar Belakang

Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting
bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan
penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang
akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan
seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang
berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki laki dari
pada perempuan. dengan perbandingan 2 4 : 1.
1. B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Sirosis Hepatis.

2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Sirosis Hepatis.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan dengan Sirosis Hepatis.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan
keperawatan klien dengan Sirosis Hepatis.
6. Sistematika Penulisan
BAB 1

: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematik penulisan.

BAB II
: Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, jenis, patologis, tanda gejala,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penata laksanaan serta asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan implementasi, discharge planning, dan evaluasi
BAB III

: Penutup yang terdiri kesimpulan dan daftar pustaka.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A.

Konsep Dasar

1. Definisi
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah penyakit hati
menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul,
dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan dapat
memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali.
Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi
hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus, obatobatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis
adalah dengan melakukan pencangkokan hati.

Beberapa pengertian menurut para ahi:

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.

Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati.

Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal
oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami
regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson,2001:445).

1. 2.

Jenis/Klasifikasi/Stadium

Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec. Sisrosis
pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling sering dijumpai. Ada tiga jenis
sirosis hati, yaitu:
1. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal
sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan
nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering ditemukan di negara Barat.
2. Sirosis poscanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dar hepatitis virus akut yang sebelumnya terjadi. Hepar mengecil dengan
banyak nodul dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu yang kronis dan infeksi
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
poscanekrotik.
Dan seacara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
1. a.

Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.

2. b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.
Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu
tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi
hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnyanodul, yaitu:

1. a.

Makronoduler (Ireguler, multilobuler)

Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3
mm.
1. b.

Mikronoduler (reguler, monolobuler)

Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
1. c.

Kombinasi antara bentuk makronoduler dan mikronoduler

Umumnya sinosis hepatis adalah jenis campuran ini.

1. 3.

Patofisiologi

Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum alkohol,
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada
individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi,
arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis
adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60
tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah jaringan
parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang
masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan
yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C). Infeksi hepatitis virus tipe B dan C
menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang
luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus ati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran
histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel reikulum penyangga

yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat meghubungkan daerah porta dan
sentra.
Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik). Kerusakan sel hati yang dimulai sekitar duktus
biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebabnya oleh
karena obstruksi biliaris pascahepatik. Terjadi stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu
di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar keras, bergranula halus.
Ikterus merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.
4. Tanda dan gejala
Terdapat beberapa gejala pada sirosis hati, seperti :
1. kelelahan .
2. hilang nafsu makan.
3. mual-mual.
4. badan lemah.
5. kehilangan berat badan.
6. nyeri lambung .
7. air kencing berwarna gelap.
8. kadang-kadang hati teraba keras.
9. gangguan pencernaan.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan terdapat pula beberapa tanda klinis yang
pada penderita sirosis hepatis, yaitu:

terjadi

1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis dan Jaundice (Kuning pada bagian
kulit dan putih mata).
2. Timbulnya asites ( akumulasi air di perut ) pada penderita sirosis.
3. Timbulnya edema ( akumulasi air di kaki ) pada penderita sirosis.
4. Hati yang membesar(disebabkan oleh penumpukkan produk empedu dalam hati)
5. Hipertensi portal
6. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu empedu.

5. Komplikasi
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si penderita,
diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air berakumulasi
dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini
disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah
ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang mengalami edema akan
menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah
pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan,
cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ
perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan perut,
ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
1. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan infeksi
secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa pasien
penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan
kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
c.Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari
varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat menjadi
fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan dapat berupa
darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau coffee grounds, yang belakangan
disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan
orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam
tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
1. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam darah
sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada malam hari
(berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari
hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau tingkat
kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat
menimbulkan kematian).

1. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Fungsi yang
berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah mengalir melalui ginjal.
Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk
membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang memadai.
Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui
waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
1. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada
sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Darah yang
mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen
dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan
pengerahan tenaga.
1. Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia),
jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada
infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada
perdarahan yang berkepanjangan (lama).
1. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor
berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam
tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
2. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis
3. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
4. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu
mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.

5. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
6. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
7. Penatalaksanaan
1)

Penatalaksanaan Medik
1. a.

Pencegahan Pendarahan

Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan kemampuan hati untuk
mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
1. Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur, menekan setiap lokasi
persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus memahami
kemungkinan melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang
merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses
yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi pendarahan
gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan obat-obatan.
1.

Jika terjadi Hemoragi

Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk menghentikan pendarahan,


memberikan terapi cairan serta komponen darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat
pendarahan dari varises esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif. Penderita sirosis
memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
1. Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan mencakup kemunduran status
mental serta dimensi di samping adanya tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan
involunteer yang abnormal. Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan
ditimbulkan pada metabolisme otak.
1.

Terapi

Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk
melakukan kadar anomia.

2)

Penatalaksanaan Keperawatan

1. Pemantauan
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada status mental.
Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau
dengan cermat jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh
perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari
diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya kepatuhan
secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya
hidup, diet yang memadai dan pantang alkohol.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya
penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama di samping asupan makanan dan
perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pengkajian pada klien sirosis hepatis
menurut Engram (1998) dan Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
Alkoholisme
Hepatitis viral
Obstruksi kronis dari duktus koledukus dan infeksi (kolangitis)
Gagal jantung kanan berat kronis berkenaan dengan korpulmona.

1. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan :


1. Gangguan GI, mual, anoreksia, flatulens, dispepsia, muntah, perubahan kebiasaan usus
(disebabkan oleh perubahan metabolisme nutrien).
2. Nyeri abdomen kuadran kanan atas (disebabkan oleh pembesaran hepar).
3. Pembesaran, hepar dapat diraba (pada tahap lanjut penyakit, peningkatan pembentukan
jaringan parut yang menyebabkan kontraksi jaringan hepar karenanya mengisutkan hepar.

4. Demam ringan (disebabkan oleh penurunan produksi antibodi).


1. 3.

Pemeriksaan diagnostik:

a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b.Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis.
c.Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
d.Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu mendiagnosa
lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
e.Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
f.Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
g. Scan CT, atau MRI di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran
darah hepatik.d.
Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume
cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites).
4. Pemeriksaan psikososial
a. Riwayat Sosial
Keadaan sosial dan ekonomi berpengaruh, apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang
sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang
dampaknya mempengaruhi prilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan
sekitar yang tidak sehat.
1. Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada tekanan
psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena pada
pasien dengan sirosis hati dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi
labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien akan
sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema, gangguan integument, dan
terpasangnya
alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan
tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).

2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, dan gangguan rasa nyaman.
2. Perubahan status nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan itegritas kulit edema dan dekubitus.
3 Perencanaan dan implementasi
1. Istirahat. Penderita penyakit hati yang aktif memerlukan istirahat dan berbagai tindakan
pendukung lainnya yang memberikan kesempatan kepada hati untuk membangun kembali
kemampuan fungsionalnya. Berat badan, asupan serat dan cairan yang keluar harus di ukur dan
di catat setiap hari. Pengaturan posisi pasien di tempat tidur agar mencapai status pernapasan
yang efisien. Diperlukan terapi oksigen pada penderita gagal hati untuk oksigenasi sel-sel yang
rusak dan untuk mencegah destruksi sel lebih lanjut. Pada penderita sirosis diperlukan istirahat
yang cukup, karena istirahat yang cukup akan mengurangi kebutuhan hati dan meningkatkan
suplai darh hati.
2. Perbaikan status nutrisi. Penderita sirosis yang tidak mengalami asites dan edema harus
mendapatkan diet yang bergizi dan tinggi-protein dengan penambahan vitamin B kompleks serta
vitamin lainnya menurut kebutuhan ( termasuk vitamin A, C, K dan asam fosfat ). Asupan makan
pada penderita SH sedikit tapi sering dan mempertimbangkan makanan kesukaan pasien.
Dilakukan pemasangan NGT pada pasien yang mengalami anoreksia berat atau lama, pasien
yang muntah atau tidak dapat makan dengan alasan apapun. Harus mempertahankan asupan
kalori yang tinggi.
3. Perawatan Kulit. Perlu ketelitian dalam melakukan perawatan kulit karena dengan sehubungan
edema subkutan, ikterus dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi serta luka pada kulit.
Diperlukan perubahan posisi untuk mencegah dekubitus. Menggunakan lition diperlukan karena
dapat memperlancar sirkulasi agar ketika dilakukan massase, mencegah dekubitus dan dan
mendinginkan kulit yang iritasi.
4 Discharge Planning
1. Hindari minuman beralkohol
2.Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang diberikan, dosis serta
efek samping
4. Tekankan pada pasien untuk control sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Evaluasi

1. Memperlihatkan kemampuan untuk turut serta dalam aktivitas:


1. Merencanakan aktivitas dan latihan serta periode istirahat secara bergantian
2. Melaporkan peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien
3. Memperlihatkan peningkatan berat badan tanpa pertambahan edema dan
pembentukan asites
4. Turut serta dalam asuhan higienik
2. Meningkatkan asupan nutrisi
a. Memperlihatkan asupan nutrien yang tepat dan pantang alkohol yang dicerminkan oleh
cacatan diet
b. Menaikkan berat badan tanpa pertambahan edema dan pembentukan asites
c. Melaporkan perbedaan gangguan anreksia
d. Mengenali makanan dan cairan yang bergizi yang diperbolehkan atau harus dibatasi
dalam dietnya
1. e. Mengikuti terapi vitamin
1.

Menjelaskan dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi


sering.

2. 4.

Memperlihatkan Perbaikan Integritas Kulit


1. Memperlihatkan kulit yang utuh tanpa bukti adanya luka, infeksi atau
trauma
2. Menunjukkan turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubuh
tanpa edema
3. Mengubah posisi dengan sering dan menginspeksi prominensia
( tonjolan ) tulang setiap hari
4. Menggunakan losion untuk meredakan pruritus

BAB III
PENUTUP
1. A.

Kesimpulan

Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti
kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk.
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan
mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis
hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat
disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar,
teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan

Anda mungkin juga menyukai