Definisi Hernia
Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin
merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah
hermia omphalokel yang terjadi karena sewaktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi
(menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada
anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya.
Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih
cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam
jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).
Klasifikasi Hernia
Hernia inferna tidak terlihat dari luar (hernia diafragmatika, hernia foramen winslowi, hernia
obturatoria).
4.Menurut kausanya : hernia congenital, hernia traumatika, hernia visional dan sebagainya.
5.Menurut keadaannya : hernia responbilis, hernia irreponibilis, hernia inkarserata, hernia
strangulata.
6.Menurut nama penemunya :
a.Hernia Petit (di daerah lumbosakral)
b.Hernia Spigelli (terjadi pada lenea semi sirkularis) di atas penyilangan rasa epigastrika inferior
pada muskulus rektus abdominis bagian lateral.
c.Hernia Richter : yaitu hernia dimana hanya sebagian dinding usus yang terjepit.
7.Beberapa hernia lainnya :
a.Hernia Pantrolan adalah hernia inguinalis dan hernia femoralis yang terjadi pada satu sisi dan
dibatasi oleh rasa epigastrika inferior.
b.Hernia Skrotalis adalah hernia inguinalis yang isinya masuk ke skrotum secara lengkap.
c.Hernia Littre adalah hernia yang isinya adalah divertikulum Meckeli.
Tanda dan Gejala Hernia
Umumnya penderita mengeluhkan turun berok, burut atau kelingsir atau menyatakan adanya
benjolan di selakanganya/kemaluan, benjolan itu bisa mengecil atau menghilang, dan bila
menangis mengejan waktu defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat
pula ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah ada komplikasi.
Manifestasi Klinis dan Pemeriksaan Penunjang
1. Manifestasi klinis
a. Tampak benjolan di lipat paha.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan sakit di tempat itu disertai perasaan mual.
c. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta kulit di
atasnya menjadi merah dan panas.
d. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala
sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan di bawah sela
paha.
e. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit di daerah perut disertai sasak nafas.
f. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
(Oswari, 2000 : 218)
Pathways
Patofisiologi
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena melemahkan jaringan atau ruang luas pada
ligamen inguinal atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal paling umum
meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan
peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cidera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua
dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda
spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi pada pria dari pada wanita.
Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering
turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak
melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia.
Hernia inguinalis direk secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada wanita
dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoralis yang membesar dan
secara bertahap menarik peritonium dan hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke
dalam kantung. Ada insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan karena
peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien gemuk dan wanita multipara
(Ester, 2002 : 53)
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk menutup (Nettina, 2001 :
253)
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui oleh protusi usus)
memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini
adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena
kekurangan suplai darah (Ester, 2002 : 55).
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk terjadi
inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri atas tindakan menjepit defek di dalam fascia.
Akibat dan keadaan post operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek. Komplikasi ini sangat
menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan membuat pasien tidak nyaman, kompres es
akan membantu mengurangi nyeri (Long. 1996 : 246).
Pemeriksaan Diagnostik
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat berat, duduk, mengemudi dan waktu lama
Membutuhkan papan/matras yang keras saat tidur
Penurunan rentang gerak dan ekstremitas pada salah satu bagian tubuh
Pada hernia inguinalis lateralis reponibilis maka dilakukan tindakan bedah efektif karena
ditakutkan terjadi komplikasi.
Pada yang ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat dimasukkan kembali. Pasien
istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada
benjolan misalnya dengan bantal pasir. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi
pembengkakan. Lakukan usaha ini berulang-ulang sehingga isi hernia masuk untuk kemudian
dilakukan bedah efektif di kemudian hari atau menjadi inkarserasi.
Pada inkerserasi dan strangulasi maka perlu dilakukan bedah darurat.
Tindakan bedah pada hernia ini disebut herniotomi (memotong hernia dan herniorafi (menjahit
kantong hernia). Pada bedah efektif manalis dibuka, isi hernia dimasukkan,kantong diikat dan
dilakukan bassin plasty untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Pada bedah darurat, maka prinsipnya seperti bedah efektif. Cincin hernia langsung dicari dan
dipotong. Usus dilihat apakah vital/tidak. Bila tidak dikembalikan ke rongga perut dan bila tidak
dilakukan reseksi usus dan anastomois end to end.
a. Hernia yang terstrangulasi atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penokong
dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang
diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia
dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dan kekambuhan. Klien harus
secara cermat memperhatikan kulit di bawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan
(Long, 1996 : 246)
b. Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area
yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perintal, kantung hernia dibuang dan
otot ditutup dengan kencang di atas area tersebut. Hernia diregion inguinal biasanya diperbaikan
hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. (Ester,
2002 : 54).
Diagnosa Keperawatan pada Klien Hernia
1.Nyeri (khususnya dengan mengedan) yang berhubungan dengan kondisi hernia atau
intervensi pembedahan.
Hasil yang diperkirakan : dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif klien tentang
ketidaknyamanan menurun seperti ditunjukkan skala nyeri.
Indikator objektif seperti meringis tidak ada/menurun.
a.Kaji dan catat nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0 10) dan faktor
pemberat/penghilang
b.Beritahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk dan mengangkat benda yang
berat.
c.Ajarkan pasien pemasangan penyokong skrotum/kompres es yang sering diprogramkan untuk
membatasi edema dan mengendalikan nyeri.
e. Pantau tanda-tanda vital
f. Berikan tindakan kenyamanan, misal gosokan punggung, pembebatan insisi selama perubahan
posisi, lingkungan tenang.
g.Berikan analgesik sesuai program.
Rasional :
a. Nyeri insisi bermakna pada pasca operasi awal, diperberat oleh pergerakan, batuk, distensi
abdomen, mual.
b. Intervensi diri pada kontrol nyeri memudahkan pemulihan otot/jaringan dengan menurunkan
tegangan otot dan memperbaiki sirkulasi
c. Perdarahan pada jaringan, bengkak, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat
menyebabkan peningkatan nyeri insisi.
d. Respon autonemik meliputi perubahan pada TD, nadi dan pernapasan yang berhubungan
dengan keluhan/penghilang nyeri. Abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi
lanjut.
e. Memberikan dukungan relaksasi, memfokuskan ulang perhatian, meningkatkan rasa kontrol
dan kemampuan koping.
f. Mengontrol/mengurangi nyeri untuk meningkatkan istirahat dan meningkatkan kerjasama
dengan aturan terapeutik
2.Retensi urine (resiko terhadap hal yang sama) yang berhubungan dengan nyeri, trauma
dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen. Hasil yang diperkirakan : dalam 810 jam pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan. Haluaran urine 100 ml selama setiap
berkemih dan adekuat (kira-kira 1000-1500 ml) selama periode 24 jam.
a.Kaji dan catat distensi suprapubik atau keluhan pasien tidak dapat berkemih.
b.Pantau haluarna urine. Catat dan laporkan berkemih yang sering < 100 ml dalam suatu waktu.
c.Permudah berkemih dengan mengimplementasikan : pada posisi normal untuk berkemih
rangsang pasien dengan mendengar air mengalir/tempatkan pada baskom hangat.
3.Kurang pengetahuan : potensial komplikasi GI yang berkenaan dengan adanya hernia
dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka. Hasil yang diperkirakan : setelah
instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda dan gejala komplikasi GI dan
menjalankan tindakan yang diprogramkan oleh pencegahan.
a.Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam
dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserasi/strangulasi usus.
b.Dorong pasien untuk mengikuti regumen medis : penggunaan dekker atau penyokong lainnya
dan menghindari mengejan meregang, konstipasi dan mengangkat benda yang berat.
c.Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diit tinggi residu atau menggunakan suplement diet serat
untuk mencegah konstipasi, anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 l/hari untuk meningkatkan
konsistensi feses lunak.
d.Beritahu pasien mekanika tubuh yang tepat untuk bergerak dan mengangkat.
2. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan hemoragi
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital dengan sering, perhatikan peningkatan nadi, perubahan TD
postural, takipnea, dan ketakutan. Periksa balutan dan luka dengan sering selama 24 jam
Intervensi :
a. Pantau tnda-tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.
b. Observasi penyatuan luka, karakter drainase, adanya inflamasi
c. Observasi terhadap tanda/gejala peritonitas, misal : demam, peningkatan nyeri, distensi
abdomen
d. Pertahankan perawatan luka aseptik, pertahankan balutan kering
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
Antibiotik, misal : cefazdine (Ancel)
Rasional :
a. Suhu malam hari memuncak yang kembali ke normal pada pagi hari adalah
karakteristik infeksi.
b. Perkembangan infeksi dapat memperlambat pemulihan
c. Meskipun persiapan usus dilakukan sebelum pembedahan elektif, peritonitas dapat
terjadi bila susu terganggu. Misal : ruptur pra operasi, kebocoran anastromosis (pasca
operasi) atau bila pembedahan adalah darurat/akibat dari luka kecelakaan
d. Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah
sebagai sumbu retrogad, menyerap kontaminasi eksternal.
e. Diberikan secara profilaktik dan untuk mengatasi infeksi.
4. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan mencerna/makan-makanan
Intervensi :
a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna/makan makanan, misal : status puasa, mual.
b. Aukultasi bising usus palpasi abdomen. Catat pasase flatus.
Kata Hernia berasal dari Bahasa Latin, herniae, yang berarti penonjolan isi suatu
rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah (defek) pada dinding rongga itu, baik
secara kongenital maupun didapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat
tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. (www.Indomedia.com, 2007).
(Mansjoer,2000:313).
testis (buah zakar) dari perut ke dalam skrotum ( kantung zakar) sesaat sebelum
bayi dilahirkan.
Jadi, Hernia Inguinalis adalah penonjolan sebagian usus melalui sebuah lubang
dinding perut dilipat paha, baik didapat atau kongenital.
A.Pengertian
Secara umum Hernia merupakan proskusi atau penonjolan isi suatu rongga dari
berbagai organ internal melalui pembukaan abnormal atau kelemahan pada otot
yang mengelilinginya dan kelemahan pada jaringan ikat suatu organ tersebut
(Griffith, 1994).
Hernia atau usus turun adalah penonjolan abnormal suatu organ/ sebagian dari
organ melalui lubang pada struktur disekitarnya.
Hernia inguinalis adalah penonjolan hernia yang terjadi pada kanalis inguinal (lipat
paha). Operasi hernia adalah tindakan pembedahan yang dilakukan untuk
mengembalikan isi hernia pada posisi semula dan menutup cincin hernia.
B.Etiologi
1. Hernia congenital:
Processus vaginalis peritoneum persisten
Testis tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka
Penurunan baru terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum
sempat menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Predileksi tempat: sisi kanan karena testis kanan mengalami desensus setelah
kiri terlebih dahulu.
Dapat timbul pada masa bayi atau sesudah dewasa.
Hernia indirect pada bayi berhubungan dengan criptocismus dan hidrocele
2. Hernia didapat:
Ada factor predisposisi
Kelemahan struktur aponeurosis dan fascia tranversa
Pada orang tua karena degenerasi/atropi
Tekanan intra abdomen meningkat
Pekerjaan mengangkat benda-benda berat
Batuk kronik
C.Klasifikasi Hernia
a)Berdasarkan proses terjadinya hernia terbagi atas :
- Hernia bawaan (Kongenital)
- Hernia dapatan (akuisita)
- Hernia diafragma
- Hernia inguinalis
- Hernia umbilical
- Hernia strotalis
- Hernia insisional.
1. Hernia congenital:
- Hernia umbilikalis
- Hernia diafragnatika
- Hernia inguinalis lateralis
2. Hernia didapat:
- hernia inguinalis medialis
- Hernia femoralis
Pengertian Hernia adalah menonjolnya suatu organ atau struktur organ dan
tempatnya yang normal malalui sebuah defek konsenital atau yang didapat. (Long,
1996 : 246). Hernia adalah suatu keadaan menonjolnya isi usus suatu rongga
melalui lubang (Oswari, 2000 : 216). Hernia adalah penonjolan sebuah organ,
jaringan atau struktur melewati dinding rongga yang secara normal memang berisi
bagian-bagian tersebut (Nettina, 2001 : 253). Hernia inguinalis adalah hernia isi
perut yang tampak di daerah sela paha (regio inguinalis). (Oswari, 2000 : 216).
D.Patofisiologi
penonjolan
dan
mengakibatkan
kerusakan
yang
sangat
E.Penatalaksanaan medis
1) Terapi konservatif/non bedah meliputi :
- Pengguanaan alat penyangga bersifat sementara seperti pemakaian sabuk/korset
pada hernia ventralis.
- Dilakukan reposisi postural pada pasien dengan Hernia inkaseata yang tidak
menunjukkan gejala sistemik.
2) Terapi umum adalah terapi operatif.
3) Jika usaha reposisi berhasil dapat dilakukan operasi herniografi efektif.
4) Jika suatu operasi daya putih isi Hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 mennit di evaluasi kembali.
5) Jika ternyata pada operasi dinding perut kurang kuat sebaiknya digunakan
marleks untuk menguatkan dinding perut setempat.
F. Komplikasi
Hernia berulang,
Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
Residip,
A.Pengkajian
Pengkajian pasien Post operatif (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1). Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular perifer,
atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2). Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress multiple,
misalnya financial, hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi
simpatis.
3). Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ;
malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang kering (pembatasan
pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4). Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5). Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ; Defisiensi
immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker / terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obatobatan dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.
Tanda : menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
6). Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic, antihipertensi, kardiotonik
glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan, analgesic,
antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual bebas, atau
obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal, yang
mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi penarikan
diri pasca operasi).
INTERVENSI
Rasional : analgetik berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih
nyaman.
INTERVENSI
Rasional : Jika ada peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala
infeksi karena tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk
maka terjadi peningkatan tanda vital.
INTERVENSI
1) Mandiri
Rasional : Karena aktivitas fisik dan mental yang lama mengakibatkan kelelahan
yang dapat mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi
berlebihan yang meningkatkan waktu tidur.
Lengkapi jadwal tidur dan ritoal secara teratur. Katakan pada pasien bahwa
saat ini adalah waktu untuk tidur.
Berikan makanan kecil sore hari, susu hangat, mandi dan masase punggung.
Turunkan jumlah minum pada sore hari. Lakukan berkemih sebelum tidur.
2)Kolaborasi
Rasional : Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis rendah mungkin efektif dalam
mengatasi insomia atau sindrom sundowner.
Rasional : Bila digunakan untuk tidur, obat ini sekarang dikontraindikasikan karena
obat ini mempengaruhi produksi asetilkon yang sudah dihambat dalam otak pasien
dengan DAT ini.
4.
INTERVENSI
Rasional : mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat
digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
DAFTAR PUSTAKA
1.
agaricpro29 Maret 2015 19.41
Solusi Penyakit Hernia: Selain pengobatan secara medis atau operasi bisa dengan Obat
Hernia yang alami, karena jika alami sifatnya obat hernia ini sangat aman untuk
dikonsumsi, dan juga bisa di gunakan sebagai obat hernia untuk anak bayi, dewasa
maupun oran tua. Banyak para orang tua yang mencari informasi bagaima cara
mengobati penyakit hernia pada anak bayi tanpa operasi ya karena bayi mungkin tidak
seperti orang dewasa karena tingkat kekhawatirannya sangat tinggi. Banyak cara yang
bisa dijadikan solusi untuk obat hernia pada bayi, anak, dewasa, dan orang tua tanpa
harus operasi salah satunya dengan obat hernia yang alami.
jika letak hernia berada dilipatan paha atau penyakit hernia inguinali selain dengan obat
penyakit hernia alami bisa dibantu juga dengan pemakain celana hernia. Agar pengobatan
hernia ini berjalan dengan yang diharapkan carilah informasi dan penjelasan mengenai
hernia contohnya seperti penyebab penyakit hernia, gejala penyakit hernia apa saja
bahaya hernia baik lewat buku, internet maupun dokter spesialis. Jika kita sudah paham
mengenai penyakit hernia ini mudah-mudahan anda bisa tahu bagaimana cara mengatasi
penyakit hernia pada bayi, anak, dewasa maupun orang tua. walaupun didunia medis
belum ada obat untuk penyakit hernia selain operasi tetapi dengan pengobatan secara
herbal sudah banyak testimoni hernia dengan produk herbal AgaricPro
Balas
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIROSIS HEPATIS
undefined undefined
SIROSIS HEPATIS
A. Definisi
Sirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer & Brenda G. Bare.2001)
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan
menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan
regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif
mansjoer, FKUI1999 )
B. Etiologi
Menurut FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:
1. Malnutrisi
2. Alkohol
3. Virus hepatis
4. Hemokromatosis (kelebihan zat besi)
5. Zat toksik
yang cepat.
Varises gastrointestinal distensi pembuluh darah akan membentuk varises/hemoroid
tergantung lokasinya.Adanya tekanan yang tinggi dapat menimbulkan ruptur dan
perdarahan.
E. Komplikasi
1. Perdarahan gastrointestinal
2. Hipertensi portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah.
3. sehingga timbul perdarahan yang masip.
4. Koma Hepatikum.
5. Ulkus Peptikum
6. Karsinoma hepatosellural
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
fungsi
hepar
abnormal
Adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan kadar albumin serum, peninggian
kadar globulin serum, peninggian kadar bilirubin direk dan indirek), penurunan
enzim
kolinesterse,
serta
peninggian
SGOT
dan
SGPT.
Biopsi
hepar
dapat
memastikan
diagnosis
bila
pemeriksaan
serum
dan
4.
Kadar kolinesterase (CHE) yang menurun kalau terjadi kerusakan sel hati.
5.
6. Pada sirosis fase lanjut, glukosa darah yang tinggi menandakan ketidakmampuan
sel hati membentuk glikogen.
7. Pemeriksaan marker serologi petanda virus untuk menentukan penyebab sirosis
hati seperti HBsAg, HBeAg, HBV-DNA, HCV-RNA, dan sebagainya.
8. Pemeriksaan alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000
berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya kanker hati
primer (hepatoma).
INSPEKSI
1.
Area Tangan
Turgor kulit
2.
3.
hernia )
Lihat bentuk perut (simetris/asimetris)
AUSKULTASI
1.
Bising usus ke 4 kuadran dalam semenit terdapat 5-20 suara bising usus
PERKUSI
1.
Untuk mengetahui isi dalam rongga perut terdapat bunyi dullnes terdengar
dibagian lien . bunyi paru resonan di midklavikula ics 1-5 . normal jarak 6-12 cm
padaorang dewasa
PALPASI
Ada 2 ringan dan lepas
Palpasi ringan kedalaman 1 cm , sambil melihat ekspresi wajah klien
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA KRONIK
PENGKAJIAN
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala: kelemahan, kelelahan, terlalu lelah.
Tanda : letargi. Penurunan massa otot/tonus
SIRKULASI
Gejala: perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
gagal hati). Disritmia, vena abdomen distensi
ELIMINASI
Gejala: flatus
Tanda : distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali, asites). Penurunan/tak
adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena. Urine gelap, pekat.
MAKANAN / CAIRAN
Gejala:
anoreksia,
tidak
toleran
terhadap
makanan/tak
dapat
mencerna.
Mual/muntah.
Tanda : penurunan berat badan / peningkatan (cairan). Edema umum pada jaringan.
Kulit kering, turgor buruk. Ikterik. Perdarahan gusi.
NEUROSENSORI
Gejala: orang terdekat dapat melaporkan perubahan kepribadian, penurunan
mental.
Tanda : perubahan mental, bingung halusinasi, koma. Bicara lambat/tak jelas.
Asterik (ensefalofati hepatik).
NYERI / KENYAMANAN
Gejala: nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas. Pruritus. Neuritis perifer.
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi. Fokus pada diri sendiri.
PERNAPASAN
Gejala: dipsnea.
Tanda : takipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi paru
terbatas (asites). Hipoksia.
KEAMANAN
Gejala: pruritus.
Tanda : demam (lebih umum pada sirosis alkoholik). Ikterik, ekimosis, petekie.
Eritema palmar.
SEKSUALITAS
Gejala: gangguan menstruasi, impoten.
Tanda : atrofi testis, ginekomastia, kehilangan rambut (dada, bawah lengan, pubis).
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
DATA FOKUS
Nama klien
Tn. A / 45 tahun
No. Kamar/Ruang
Internis
Tanggal
21 Januari 2009
A. Data Subjektif
B.
Data Objektif
HR : 80x / menit
RR : 20x /menit
Suhu : 37,3 C
Hasil labolatorium : HbSAg SGOT = 140 u/l, SGPT = 207 u/l, alkali pospatase =
112, albumin = 2,5, Hb = 8
DIAGNOSA 1
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
2.
Timbang berat badan. Bandingkan perubahan status cairan. Riwayat berat badan.
Ukuran kulit trisep.
Rasional : mungkin sulit untuk menggunakan berat badan sebagai indikator
langsung status nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep
berguna dalam mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan.
3.
Bantu dan dorong pasien untuk makan; jelaskan alasan tipe diet. Beri pasien
makan bila pasien mudah leleah, atau biarkan orang terdekat membantu pasien.
Pertimbangkan pilihan makanan yang disukai.
Rasional : diet yang tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin makan
lebih baik bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.
4.
5.
6.
Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan
terlalu panas atau terlalu dingin.
Rasional : membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan
abdomen yang dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
7.
1.
atau
masukan
tak
adekuat.
Protein
menurun
karena
gangguan
3.
terlalu
mual
atau
anoreksia
untuk
makan
atau
varises
esofagus
5.
meningkatkan
pencernaan
lemak
dan
dapat
menurunkan
streatorea/diare.
6.
Mandiri
1.
2.
3.
4.
5.
1.
air
total
tubuh)
perpindahan/ketidakseimbangan elektrolit.
dapat
menyebabkan
berbagai
2.
Pembatasan
cairan
perlu
untuk
memperbaiki/mencegah
pengenceran hiponatremia.
3.
4.
5.
Kalium
Rasional : kalium serum dan seluler biasanya menurun karena penyakit hati sesuai
dengan kehilangan urine.
DIAGNOSA 3
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolik dan akumulasi garam empedu pada kulit
Mandiri
1.
Lihat permukaan kulit/titik tekanan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area
yang tertekan terus menerus. Gunakan losion minyak; batasi penggunaan sabun
untuk mandi
Rasional : edema jaringan lebih cenderung untuk mengalami kerusakan dan
terbentuk dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit sampai pada titik robekan
pada sirosis berat.
2.
Ubah posisi pada jadwal teratur, saat di kursi/tempat tidur; bantu dengan latihan
rentang gerak aktif/pasif
Rasional : pengubahan posisi menurunkan tekanan pada jaringan edema untuk
memperbaiki
sirkulasi.
Latihan
meningkatkan
sirkulasi
dan
: meningkatkan
aliran
balik
vena
dan
menurunkan
edema pada
ekstremitas
4.
5.
6.
Berikan
losion
kalamin,
berikan
mandi
soda
kue.
Berikan
kolestiramin
(Questran)bila diindikasikan.
Rasional : mungkin menghentikan gatal sehubungan dengan ikterik, garam empedu
pada kulit.
DIAGNOSA 4
Risiko tinggi terhadap pola pernapasan tak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru dan asites
Mandiri
1.
2.
perubahan
mental
dapat
menunjukkan
hipoksemia
dan
gagal
5.
Ubah posisi dengan sering; dorong napas dalam, latihan dan batuk
Rasional : membantu ekspansi paru dan memobilisasi sekret.
6.
Awasi
suhu.
Catat
adanya
menggigil,
meningkatnya
batuk,
perubahan
warna/karakter sputum
Rasional : menunjukkan timbulnya infeksi, contoh pneumonia.
Kolaborasi
1.
Awasi seri GDA, nadi oksimetri, ukur kapasitas vital, foto dada
Rasional : menyatakan perubahan status pernapasan, terjadinya komplikasi paru.
2.
mungkin
perlu
untuk
mengobati/mencegah
hipoksia.
4.
Bila
Kesimpulan
Sirosis hati adalah penyakit hati menurun yang difusi di tandai dengan adanya
pembentukan Jaringan ikat disertai nodul, biasanya di mulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas. Pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. (suzanne C.smeltzer & Brenda G. Bare.2001)
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh adanya peradangan difusi dan
menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degerenasi dan
regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. (arif
mansjoer, FKUI1999).
PENDAHULUAN
1. A.
Latar Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di dalam hati terjadi proses-proses penting
bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan
penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat yang
akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan
seluruh system arsitekture hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi
penambahan jaringan ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi. sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan strukture
hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negar maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ke tiga pada pasien yang
berusai 45-46 tahun ( setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini. Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam ruang
perawatan penyakit dalam. Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai pada laki laki dari
pada perempuan. dengan perbandingan 2 4 : 1.
1. B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Sirosis Hepatis.
2. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan pada klien Sirosis Hepatis.
3. Mendeskripsikan diagnosa keperawatan yang muncul pada asuhan keperawatan
klien dengan penyakit Sirosis Hepatis.
4. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan dengan Sirosis Hepatis.
5. Mendeskripsikan tindakan-tindakan yang harus dilakukan pada asuhan
keperawatan klien dengan Sirosis Hepatis.
6. Sistematika Penulisan
BAB 1
: Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, dan sistematik penulisan.
BAB II
: Tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, jenis, patologis, tanda gejala,
komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penata laksanaan serta asuhan keperawatan yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, perencanaan dan implementasi, discharge planning, dan evaluasi
BAB III
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. A.
Konsep Dasar
1. Definisi
Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan perubahan
struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis hati adalah penyakit hati
menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat
dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar, teraba kenyal, tepi tumpul,
dan terasa nyeri bila ditekan.
Sirosis hepatis dapat terdiri atas sirosis hepatis ringan hingga parah. Sirosis hepatis ringan dapat
memperbaiki fungsi hati dengan sendirinya, sehingga hati dapat bekerja secara normal kembali.
Sedangkan pada sirosis hepatis parah, jaringan parut yang terlalu banyak telah membuat fungsi
hati tidak dapat berfungsi dengan normal. Beberapa penyebab sirosis hepatis adalah virus, obatobatan tertentu, ataupun penyakit autoimun hati. Cara penyembuhan terbaik bagi sirosis hepatis
adalah dengan melakukan pencangkokan hati.
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang
berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan
disorganisassi yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang
dikelilingi jaringan mengalami fibrosis.
Menurut Lindseth; Sirosis hati adalah penyakit hati kronis yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati yang abnormal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul
regenerasi sel hati.
Sirosis hepatis adalah penyakit kronik yang ditandai oleh distorsi sususnan hati normal
oleh pita-pita jaringan penyambung dan oleh nodul-nodul sel hati yang mengalami
regenerasi yang tidak berhubungan dengan susunan normal (Sylvia Anderson,2001:445).
1. 2.
Jenis/Klasifikasi/Stadium
Alkoholisme dan malnutrisi adalah dua faktor pencetus utama untuk sirosis Laennec. Sisrosis
pascanekrotik akibat hepatotoksin adalah sirosis yang paling sering dijumpai. Ada tiga jenis
sirosis hati, yaitu:
1. Sirosis portal Laennec disebabkan oleh alkoholisme dan malnutrisi. Pada tahap awal
sirosis ini, hepar membesar dan mengeras. Namun, pada tahap akhir, hepar mengecil dan
nodular. Pada sirosis tipe ini yang paling sering ditemukan di negara Barat.
2. Sirosis poscanekrotik. Terjadi nekrosis yang berat pada sirosis ini karena hepatotoksin
biasanya berasal dar hepatitis virus akut yang sebelumnya terjadi. Hepar mengecil dengan
banyak nodul dan jaringan fibrosa.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar saluran
empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat obstruksi empedu yang kronis dan infeksi
(kolangitis), insidensnya lebih rendah dari pada insidens sirosis Laennec dan sirosis
poscanekrotik.
Dan seacara klinis sirosis hati dibagi menjadi:
1. a.
Sirosis hati kompensata, yang berarti belum adanya gejala klinis yang nyata.
2. b. Sirosis hati dekompensata yang ditandai gejala-gejala dan tanda klinik yang jelas.
Sirosis hati kompensata merupakan kelanjutan dari proses hepatitis kronik dan pada satu
tingkat tidak terlihat perbedaanya secara klinis, hanya dapat dibedakan melalui biopsi
hati.
Secara morfologi Sherrlock membagi Sirosis hati bedasarkan besar kecilnyanodul, yaitu:
1. a.
Ditandai dengan terbentuknya septa dengan ketebalan bervariasi, dengan besar nodul lebih dari 3
mm.
1. b.
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, didalam septa parenkim hati mengandung
nodul halus dan kecil merata diseluruh lobus, besar nodulnya sampai 3 mm. Sirosis
mikronodular ada yang berubah menjadi makronodular.
1. c.
1. 3.
Patofisiologi
Meskipun ada beberapa faktor yang terlibat dalam etiologi sirosis, mengonsumsi minuman
beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama. Selain pada peminum alkohol,
penurunan asupan protein juga dapat menimbulkan kerusakan pada hati. Namun demikian,
sirosis juga pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasaan minum dan pada
individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lainnya termasuk pajanan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi,
arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis yang menular. Jumlah laki-laki penderita sirosis
adalah dua kali lebih banyak dari pada wanita, dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60
tahun.
Sirosis Laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh episode nekrosis yang melibatkan sel-sel
hati dan kadang-kadang berulang di sepanjang perjalanan penyakit tersebut. Sel-sel hati yang
dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut, akhirnya jumlah jaringan
parut melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Jaringan-jaringan normal yang
masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjol dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip paku sol sepatu
berkelapa besar dalam (hobnail appearance) yang khas. Sirosis Hepatis biasanya memiliki awitan
yang insidius dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun atau lebih.
Sirosis Pasca Nekrotik (Hepatitis dari Virus tipe B dan C). Infeksi hepatitis virus tipe B dan C
menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang
luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus ati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai
terbentuknya septa fibrosa difus dan nodu sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran
histologi sirosis hati sama atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel reikulum penyangga
yang kolaps dan berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat meghubungkan daerah porta dan
sentra.
Sirosis Billier (Obstruksi Billiaris Pascahepatik). Kerusakan sel hati yang dimulai sekitar duktus
biliaris akan menimbulkan pola sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Penyebabnya oleh
karena obstruksi biliaris pascahepatik. Terjadi stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu
di dalam massa hati dan kerusakan sel-sel hati. Hati akan membesar keras, bergranula halus.
Ikterus merupakan bagian awal dari dan utama dari sindrom ini.
4. Tanda dan gejala
Terdapat beberapa gejala pada sirosis hati, seperti :
1. kelelahan .
2. hilang nafsu makan.
3. mual-mual.
4. badan lemah.
5. kehilangan berat badan.
6. nyeri lambung .
7. air kencing berwarna gelap.
8. kadang-kadang hati teraba keras.
9. gangguan pencernaan.
Selain gejala-gejala yang sudah disebutkan terdapat pula beberapa tanda klinis yang
pada penderita sirosis hepatis, yaitu:
terjadi
1. Adanya ikterus (penguningan) pada penderita sirosis dan Jaundice (Kuning pada bagian
kulit dan putih mata).
2. Timbulnya asites ( akumulasi air di perut ) pada penderita sirosis.
3. Timbulnya edema ( akumulasi air di kaki ) pada penderita sirosis.
4. Hati yang membesar(disebabkan oleh penumpukkan produk empedu dalam hati)
5. Hipertensi portal
6. Pembentukan batu empedu (karena kurangnya empedu dalam batu empedu.
5. Komplikasi
Pada sirosis hepatis terdapat beberapa komplikas yang akan dialami oleh si penderita,
diantaranya yaitu:
a. Edema dan ascites
Karena efek gaya berat ketika berdiri atau duduk, maka kelebihan garam dan air berakumulasi
dalam jaringan dibawah kulit pergelangan kaki dan kaki. Akumulasi cairan ini
disebut edema atau pitting edema (pitting edema merujuk pada fakta bahwa menekan sebuah
ujung jari dengan kuat pada suatu pergelangan atau kaki yang mengalami edema akan
menyebabkan suatu lekukan pada kulit yang berlangsung untuk beberapa waktu setelah
pelepasan dari tekanan). Ketika sirosis memburuk dan lebih banyak garam dan air yang tertahan,
cairan juga mungkin berakumulasi dalam rongga perut antara dinding perut dan organ-organ
perut. Akumulasi cairan ini disebut ascites yang menyebabkan pembengkakkan perut,
ketidaknyamanan perut, dan berat badan yang meningkat.
1. Spontaneous bacterial peritonitis (SBP)
Adalah suatu cairan yang mengumpul didalam perut yang tidak mampu untuk melawan infeksi
secara normal. SBP adalah suatu komplikasi yang mengancam nyawa. Pada beberapa pasien
penderita SBP tidak memiliki gejala-gejala, seperti demam, kedinginan, sakit perut dan
kelembutan perut, diare, dan memburuknya ascites.
c.Perdarahan dari Varices-Varices Kerongkongan (esophageal varices)
Adalah suatu keadaan dimana aliran darah meningkat, peningkatan tekanan vena pada
kerongkongan yang lebih bawah, dan mengembangnya lambung bagian atas. Perdarahan dari
varices-varices biasanya adalah parah/berat dan apabila tanpa perawatan segera dapat menjadi
fatal. Gejala-gejala dari perdarahan varices-varices adalah muntah darah (muntahan dapat berupa
darah merah bercampur dengan gumpalan-gumpalan atau coffee grounds, yang belakangan
disebabkan oleh efek dari asam pada darah), mengeluarkan tinja/feces yang hitam, disebabkan
oleh perubahan-perubahan dalam darah ketika melewati usus (melena), dan kepeningan
orthostatic (orthostatic dizziness) atau pingsan,disebabkan oleh suatu kemerosotan dalam
tekanan darah terutama ketika berdiri dari suatu posisi berbaring).
1. Hepatic encephalopathy
Adalah suatu keadaan dimana unsure-unsur racun berakumulasi secara cukup dalam darah
sehingga fungsi dari otak menjadi terganggu. Tidur pada siang hari daripada pada malam hari
(berbanding terbalik dengan pola tidur yang normal) merupakan gejala yang paling dini dari
hepatic encephalopathy. Gejala-gejala lainnya adalah cepat marah, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi atau melakukan perhitungan, kehilangan memori, kebingungan atau tingkat
kesadaran yang tertekan (dapat mengakibatkan keparahan pada penyakit ini bahkan dapat
menimbulkan kematian).
1. Hepatorenal syndrome
Adalah suatu komplikasi yang serius dimana fungsi dari ginjal-ginjal berkurang. Fungsi yang
berkurang disebabkan oleh perubahan-perubahan cara darah mengalir melalui ginjal.
Hepatorenal syndrome didefinisikan sebagai kegagalan yang progresif dari ginjal-ginjal untuk
membersihkan unsur-unsur dari darah dan menghasilkan jumlah-jumlah urine yang memadai.
Ada dua tipe dari hepatorenal syndrome, yaitu yang terjadi secara berangsur-angsur melalui
waktu berbulan-bulan dan yang terjadi secara cepat melalui waktu dari satu atau dua minggu.
1. Hepatopulmonary syndrome
Pasien dapat mengalami kesulitan bernapas karena hormon-hormon tertentu yang dilepas pada
sirosis telah berlanjut dan menyebabkan paru-paru berfungsi secara abnormal. Darah yang
mengalir melalui paru-paru dilangsir sekitar alveoli dan tidak dapat mengambil cukup oksigen
dari udara didalam alveoli. Akibatnya pasien mengalami sesak napas, terutama dengan
pengerahan tenaga.
1. Hypersplenism
Adalah istilah yang berhubungan dengan suatu jumlah sel darah merah yang rendah (anemia),
jumlah sel darah putih yang rendah (leucopenia), dan/atau suatu jumlah platelet yang rendah
(thrombocytopenia). Anemia dapat menyebabkan kelemahan, leucopenia dapat menjurus pada
infeksi-infeksi, dan thrombocytopenia dapat mengganggu pembekuan darah dan berakibat pada
perdarahan yang berkepanjangan (lama).
1. Kanker Hati (hepatocellular carcinoma)
Sirosis yang disebabkan oleh penyebab apa saja dapat meningkatkan risiko kanker hati
utama/primer (hepatocellular carcinoma). Utama (primer) merujuk pada fakta bahwa tumor
berasal dari hati. Suatu kanker hati sekunder adalah satu yang berasal dari mana saja didalam
tubuh dan menyebar (metastasis) ke hati.
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
2. Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis
3. Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
4. Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu
mendiagnosa lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
5. Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
6. Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
7. Penatalaksanaan
1)
Penatalaksanaan Medik
1. a.
Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan kemampuan hati untuk
mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan darah.
1. Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat tidur, menekan setiap lokasi
persuntiakn dan menghinadari cedera dari benda-benda tajam. Perawat harus memahami
kemungkinan melena dan memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang
merupakan tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat pelunak feses
yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan ketat untuk mendeteksi pendarahan
gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda vital, cairan intravena dan obat-obatan.
1.
Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang tidak dapat diserap untuk
melakukan kadar anomia.
2)
Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pemantauan
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran diri pada status mental.
Karena gangguan elektrolit dapat timbul ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau
dengan cermat jika abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan untuk perawatan di rumah oleh
perawatan melalui intruksi diet. Instruksi yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari
diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien tentang perlunya kepatuhan
secara total pada rencana terapinya. Yang mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya
hidup, diet yang memadai dan pantang alkohol.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada gejala dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya
penyalahgunaan alkohol dalam jangka waktu yang lama di samping asupan makanan dan
perubahan dalam status jasmani serta rohani penderita.Pengkajian pada klien sirosis hepatis
menurut Engram (1998) dan Tucker (1998) diperoleh data sebagai berikut :
Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko :
Alkoholisme
Hepatitis viral
Obstruksi kronis dari duktus koledukus dan infeksi (kolangitis)
Gagal jantung kanan berat kronis berkenaan dengan korpulmona.
Pemeriksaan diagnostik:
a. Imaging examination: USG hati, kantung empedu, dan limpa. USG hati dapat
menggambarkan seberapa jauh kerusakannya.
b.Pemeriksaan patologis: Pemeriksaan patologis untuk tanda-tanda virus hepatitis.
c.Tes fungsi hati: Dengan tes fungsi hati, kita dapat memahami seberapa jauh keparahan
sirosis hatinya.
d.Four indicators of hepatic fibrosis: Fibrosis liver adalah penyakit yang kronik.
Pemeriksaan dini menggunakan four indicator of hepatic fibrosis dapat membantu mendiagnosa
lebih cepat ada tidaknya fibrosis liver.
e.Biopsi liver: Biopsi dapat menunjukan ada tidaknya sirosis pada hati.
f.Laparoscopy: Pemeriksaan langsung yang dapat dilakukan di organ hati, limpa, organ
pencernaan.
g. Scan CT, atau MRI di lakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran
darah hepatik.d.
Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia
(disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respons terhadap kekurangan volume
cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites).
4. Pemeriksaan psikososial
a. Riwayat Sosial
Keadaan sosial dan ekonomi berpengaruh, apakah pasien suka berkumpul dengan orang-orang
sekitar yang pernah mengalami penyakit hepatitis, berkumpul dengan orang-orang yang
dampaknya mempengaruhi prilaku pasien yaitu peminum alcohol, karena keadaan lingkungan
sekitar yang tidak sehat.
1. Riwayat Psikologi
Bagaimana pasien menghadapi penyakitnya saat ini apakah pasien dapat menerima, ada tekanan
psikologis berhubungan dengan sakitnya. Kita kaji tingkah laku dan kepribadian, karena pada
pasien dengan sirosis hati dimungkinkan terjadi perubahan tingkah laku dan kepribadian, emosi
labil, menarik diri, dan depresi. Fatique dan letargi dapat muncul akibat perasaan pasien akan
sakitnya. Dapat juga terjadi gangguan body image akibat dari edema, gangguan integument, dan
terpasangnya
alat-alat invasive (seperti infuse, kateter). Terjadinya perubahan gaya hidup, perubaha peran dan
tanggungjawab keluarga, dan perubahan status financial (Lewis, Heitkemper, & Dirksen, 2000).
2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, dan gangguan rasa nyaman.
2. Perubahan status nutrisi berhubungan dengan anoreksia.
3. Gangguan itegritas kulit edema dan dekubitus.
3 Perencanaan dan implementasi
1. Istirahat. Penderita penyakit hati yang aktif memerlukan istirahat dan berbagai tindakan
pendukung lainnya yang memberikan kesempatan kepada hati untuk membangun kembali
kemampuan fungsionalnya. Berat badan, asupan serat dan cairan yang keluar harus di ukur dan
di catat setiap hari. Pengaturan posisi pasien di tempat tidur agar mencapai status pernapasan
yang efisien. Diperlukan terapi oksigen pada penderita gagal hati untuk oksigenasi sel-sel yang
rusak dan untuk mencegah destruksi sel lebih lanjut. Pada penderita sirosis diperlukan istirahat
yang cukup, karena istirahat yang cukup akan mengurangi kebutuhan hati dan meningkatkan
suplai darh hati.
2. Perbaikan status nutrisi. Penderita sirosis yang tidak mengalami asites dan edema harus
mendapatkan diet yang bergizi dan tinggi-protein dengan penambahan vitamin B kompleks serta
vitamin lainnya menurut kebutuhan ( termasuk vitamin A, C, K dan asam fosfat ). Asupan makan
pada penderita SH sedikit tapi sering dan mempertimbangkan makanan kesukaan pasien.
Dilakukan pemasangan NGT pada pasien yang mengalami anoreksia berat atau lama, pasien
yang muntah atau tidak dapat makan dengan alasan apapun. Harus mempertahankan asupan
kalori yang tinggi.
3. Perawatan Kulit. Perlu ketelitian dalam melakukan perawatan kulit karena dengan sehubungan
edema subkutan, ikterus dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi serta luka pada kulit.
Diperlukan perubahan posisi untuk mencegah dekubitus. Menggunakan lition diperlukan karena
dapat memperlancar sirkulasi agar ketika dilakukan massase, mencegah dekubitus dan dan
mendinginkan kulit yang iritasi.
4 Discharge Planning
1. Hindari minuman beralkohol
2.Berikan penyuluhan pada pasien untuk membatasi aktivitas
3. Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang terapi yang diberikan, dosis serta
efek samping
4. Tekankan pada pasien untuk control sesuai dengan waktu yang ditentukan.
5. Evaluasi
2. 4.
BAB III
PENUTUP
1. A.
Kesimpulan
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti
kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodulnodul yang terbentuk.
Pengertian sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut yaitu suatu keadaan disorganisassi yang
difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regeneratif yang dikelilingi jaringan
mengalami fibrosis. Sirosis didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh
fibrosis dan perubahan struktur hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal. Sirosis
hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat
disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Pada sirosis dini biasanya hati membesar,
teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan