Tugas Audit Kontemporer
Tugas Audit Kontemporer
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Topik Kontemporer
Akuntansi Keuangan
Dosen : Neni Maryani, SE.,MSi.,Ak.,CA,CPA
(5211131060)
Lilis Kestari
(5211131062)
Adinda Imarlina W
(5211131065)
Eka Kurniawan
(5211131066)
Fitri Sunarti
(5211131067)
(5211131068)
(5211131070)
(5211131071)
M. Dikri Rifaldi
(5211131073)
(5211131076)
(5211131079)
Kelas A
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
FAKULTAS EKONOMI
AKUNTANSI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yaitu mengenai
Penerapan Standar Audit di Indonesia dan Jepang
Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Topik Kontempoerer
Akuntansi Keuangan. Selain itu makalah ini juga dibuat dengan tujuan agar para pembaca
dapat mengetahui tentang Internasional Stadard Audit.
Dan
juga
kami
mengucapkan
terimakasih
kepada
Neni
Maryani,
SE.,MSi.,Ak.,CA,CPA
selaku dosen mata kuliah
banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada kami sehingga terwujudnya makalah ini,
dan juga kepada teman untuk berdiskusi tentang makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Cimahi,
Oktober2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1.1
1.2
Identifikasi Masalah........................................................................................ 2
1.3
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
Deskripsi Kasus........................................................................................... 19
2.5.1
Identifikasi Masalah................................................................................19
2.5.2
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1
KESIMPULAN........................................................................................... 23
3.2
SARAN..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Akuntan publik bertugas untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan klien
dan tidak memihak kepada siapapun karena akuntan public tidak hanya mendapatkan
kepercayaan dari klien tetapi juga pihak ketiga. Seringkali kepentingan klien dan pihak
ketiga bertentangan atau dengan kata lain terjadi situasi konflik audit. Ketika terjadi
situasi konflik audit inilah auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan
dari klien dan pihak ketiga dengan cara mempertahankan independensinya.
pemakai laporan keuangan auditan, sehingga para pemakai laporan keuangan seperti
investor dan kreditor mempertanyakan eksistensi akuntan publik sebagai pihak yang
independen. Beberapa kasus dalam dunia bisnis terkait kegagalan auditor dalam
mendeteksi kecurangan terbukti dengan adanya beberapa skandal keuangan yang
melibatkan akuntan publik seperti Enron, Xerox, World Com, Walt Disney, Merck, dan
Tyco.
Kasus lainnya yakni skandal keuangan yang terjadi pada Olympus Corporation,
sebuah perusahaan produsen kamera dan peralatan kesehatan asal Jepang, yang
terungkap pada akhir tahun 2011. Olympus Corporation, telah menyembunyikan
kerugian dengan menganggapnya sebagai aset sejak tahun 1990-an.
1.2
Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah dalam makalah ini dapat
a.
b.
c.
d.
1.3
akan dicapai yaitu memberikan informasi mengenai standar audit yang digunakan di
Indonesia dan di Jepang, kasus pelanggaran kode etik, serta penyelesaian dari kasus
pelanggaran kode etik tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
profesional yang bekerja di bidang auditing. ISA diterbitkan oleh International Auditing
and Assurance Standards Boards (IAASB) melalui International Federation of
Accountant (IFAC) pada tahun 2009. Lebih jelas lagi , auditor diharuskan untuk
mengerti ISA, termasuk penerapannya dan isi materinya, serta tujuannya. ISA
memperbarui 20 standar lama juga menambah 1 standar baru.
ISA dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas bukti-bukti audit yang pada
akhirnya meningkatkan kualitas hasil audit.
Secara garis besar, ISA terdiri dari beberapa hal pokok, yaitu:
Tanggungjawab (responsibilities)
ISA 200
of an
ISA 210
ISA 220
ISA 230
Audit Documentation
ISA 240
Financial Statements
ISA 250
Statements
ISA 260
ISA 265
Charged
ISA 300
ISA 315
through
ISA 320
ISA 330
ISA 402
Organization
ISA 450
ISA 500
Audit Evidence
ISA 501
ISA 505
External Confirmations
ISA 510
ISA 520
Analytical Procedures
ISA 530
ISA 540
ISA 550
Related Parties
ISA 560
Subsequent Events
ISA 570
Going Concern
ISA 580
Written Representations
ISA 600
ISA 610
ISA 620
Kesimpulan Audit dan Laporan Audit (Audit conclusions and Audit report)
ISA 700
ISA 705
ISA 706
the
ISA 710
Comparative
Information
Corresponding
Figures
and
Comparative
Financial Statements
ISA 720
ISA 800
in
ISA 805
ISA 810
IAPS 1000
IAPS 1004
auditors
IAPS 1006
IAPS 1010
financial
statements
IAPS 1012
IAPS 1013
Reporting Standards
ISRE 2400
ISRE 2410
independent
ISAE 3000
financial information
ISAE 3400
ISAE 3402
ISRS 4400
financial
information
ISRS 4410
10
2.2
11
12
C. Bukti Audit
SPA 500, Bukti Audit.
SPA 501, Bukti Audit Pertimbangan Spesifik Atas Unsur Pilihan.
SPA 505, Konfirmasi Eksternal.
SPA 510, Perikatan Audit Tahun Pertama Saldo Awal.
SPA 520, Prosedur Analitis.
SPA 530, Sampling Audit.
SPA 540, Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, Dan Pengungkapan Yang Bersangkutan.
SPA 550, Pihak Berelasi.
SPA 560, Peristiwa Kemudian
SPA 570, Kelangsungan Usaha.
SPA 580, Representasi Tertulis.
13
14
SPA 805, Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Tunggal Dan
Unsur, Akun, Atau Pos Spesifik Dalam Suatu Laporan Keuangan.
SPA 810, Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan.
2.3
15
Standar Audit
Standar Pengendalian
Mutu 1
Kerangka untuk
Perikatan Asurans
Dokumentasi Audit
16
11
12
13
14
15
16
17
18
Bukti Audit
19
20
Konfirmasi Eksternal
17
21
22
Prosedur Analitis
23
Sampling Audit
24
25
Pihak Berelasi
26
Peristiwa Kemudian
27
Kelangsungan Usaha
28
Representasi Tertulis
29
30
31
32
33
34
18
36
37
38
39
40
Standar Perikatan
Reviu 2400
41
Standar Perikatan
Reviu 2410
19
Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari:
1. Standar umum
a) Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
c) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.
3. Standar pelaporan
20
Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling
bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan
dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain.
"Materialitas" dan "risiko audit" melandasi penerapan semua standar auditing, terutama
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
21
Audit (SPA). Dengan demikian SPA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing
standar yang tercantum di dalam standar auditing.
B.
telah diratifikasi bulan Juni 1948, dan Japanese Institute of (JICPA) dibentuk tahun
1949, profesi akuntan di Jepang masih berjuang untuk memperoleh status sosial. Sulit
untuk menarik lulusan universitas yang bagus ke dalam profesi akuntan. Pegawai sipil
tingkat tinggi menikmati gengsi pribadi yang lebih tinggi dibandingkan para pratisi AP.
Pertumbuhan jumlah akuntan di Jepang sedang-sedang saja. Jumlah AP yang ada di
Jepang pada akhir tahun 1990 adalah sekitar 9.000 orang.
Kesulitan utama yang kedua berhubungan dengan fakta bahwa profesi akuntan di
Jepang memiliki berbagai peran. Segala hal tampaknya serba beragam. Ada hukum
perusahaan yang berlaku bagi semua perusahaan Jepang dan pada saat yang sama
berlaku hukum SEC bagi perusahaan-perusahaan yang sahamnya diperdagangkan
kepada publik. Korporasi-korporasi Jepang yang sebagian keperluan modal jangka
panjangnya dibiayai dari luar Jepang biasanya mengikuti standar-standar pelaporan dan
auditing Inggris-Amerika. Ini merupakan dimensi ke-3 dari auditing profesional di
Jepang.
Proses penyusunan standar juga terpencar. Menteri kehakiman terlibat dalam proses
tersebut karena menteri kehakiman mengatur kode etik perdagangan yang berlaku bagi
semua perusahaan. Meteri keuangan juga terlibat karena menteri keuangan mengontrol
legislasi SEC Jepang. JICPA terlibat karena institute menginginkan pengaruh profesi
yang lebih besar dalam penyusunan standar. Business Accounting Deliberation Council
(Badan Penasehat Menteri Keuangan, beranggotakan pejabat-pejabat pemerintah,
profesor-profesor, eksekutif-eksekutif bisnis, dan AP mungkin merupakan kekuatan
dibelakang layar yang sebenarnya. Dan sistem politik (yaitu, kepentingan publik)
Jepang secara konsisten beranggapan bahwa setiap penyimpangan dari kode etik
22
23
Standar Auditing Jepang terdiri dari 10 Standar Auditing (Auditing Standards-AS), dan
Ketentuan Pekerjaan Lapangan (Working Rules of Field Work-WRFW) dan Ketentuan
Pelaporan (Working Rules of Reporting-WRR) yang dikeluarkan oleh Business
Accounting Deliberation Council, yang dilengkapi oleh makalah-makalah yang
diterbitkan oleh Komite Audit JICPA (ACP). Commercial Code, Special Measures Law
Concerning Audit, Segala Hukum yang menyangkut Kabushiki Kaisha, Peraturan yang
Berkenaan dengan Laporan Audit Korporasi Berskala Besar (Menteri Kehakiman), dan
Ministerial Ordinance of Audit and Certification of Financial Statements, dsb. (MOA)
(Menteri Keuangan juga mengatur Auditing).
Kutipan diatas dengan jelas mengilustrasikan keanekaan kewajiban-kewajiban auditing
Jepang.
24
2.4
Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS
di Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut Linberg
& Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :
Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan ISA
atau Standar Audit berbeda. Pada ISA atau SA lebih menekankan kepada kearifan
profesional (professional judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14
mensyaratkan auditor untuk menyusun dokumentasi audit didalam suatu berkas audit
dan melengkapi proses administratif penyusunan berka audit final tepat waktu setelah
tanggal laporan auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang
mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final
biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada ISA
230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka auditor tidak
boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi berakhir.
Periode
retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA.
Pada
akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi
penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak
tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan, sedangkan
pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut SPM 1 paragraf
47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk menetapkan suatu kebijakan dan
prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen penugasan atau perikatan. Batas
waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari lima tahun sejak tanggal yang lebih
25
akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan entitas atau laporan auditor atas
laporan keuangan konsolidasian entitas dan perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230
mensyaratkan bahwa setelah tanggal penyelesaian dokumentasi. Auditor tidak boleh
memusnahkan dokumentasi audit sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.
Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung jawab untuk
menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai goimng concern
tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu untuk memperoleh bukti
audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi going concern oleh
manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor harus mengevaluasi apakah
ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan usaha entitas untuk periode
waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570 menetapkan pertimbangan asumsi
kelangsungan usaha seluruh penugasan atau perikatan.
Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada
kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi lebih
menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan
auditornya...........In making those risk assessment, auditor considers internal control
relevant to the entitys preparation dan fair prsentation of the financial statements in
26
order to design audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but not for
the purpose of expressing an opinion on the effectiveness of the entitys internal
control..... sedangkan SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian
internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus menguji
pengendalian internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa sistem yang
diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang ditetapkan.
(d) Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.
misalnya risiko operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga
menetapkan
Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak mengijinkan
auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain. Sedangkan
SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan laporan audit yang
dikatakan sebagai division of responsibility. Dengan kata lain merujuk kepada
27
laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan auditor yang
diterbitkan.
Kesimpulan
Oleh
karena
Indonesia
telah
melakukan
konvergensi
terhadap
IFRS
(International Financial Reporting Standard) yang telah diterbitkan dengan nama SAK
Juni 2013, dan dengan adanya penerbitan ISA (International Standard on Audit) tahun
2013 di Indonesia dengan nama SA (Standar Audit), maka auditor harus
mempertimbangkan pengaruh diterbitkannya ISA atas SA yang diharapkan memperoleh
akseptasi seluruh dunia atas laporan audit yang diterbitkannya dan mengarah kepada
transparansi.
2.5
Deskripsi Kasus
2.5.1
Identifikasi Masalah
28
29
Oktober. Ia mulai gelisah dengan akuisisi yang mencurigakan sebesar US$ 1,3
miliar atau sekitar Rp 11 triliun, kemudian ia mendesak dewan direksi Olympus
untuk menjelaskannya. Namun akibatnya ia dipecat dari jabatannya sebagai
Presiden dan CEO pada tanggal 14 Oktober 2011.
2. Tsuyoshi Kikukawa
Kikukawa bergabung dengan Olympus Corporation pada bulan Oktober
1964. Pada Juni 1993, ia menjadi Managing Director yang bertanggung jawab
atas Humas & Advertising Dept. Pada bulan Februari 2011, Kikukawa
menyerahkan gelar presidennya kepada Michael Woodford, ia tetap menjabat
sebagai ketua dewan dan CEO. Kikukawa tetap menjadi ketua saat Woodford
dipromosikan menjadi CEO pada 30 September 2011. Kikukawa kembali
menjadi presiden dan CEO dua minggu kemudian setelah Woodford
digulingkan. Kikukawa mengundurkan diri sebagai ketua, presiden, dan CEO
pada 26 Oktober 2011. Menjelang pertemuan dewan pada 25 November 2011,
Kikukawa mengumumkan pengunduran dirinya. Pada tahun 2013, ia dijatuhi
hukuman tiga tahun penjara. Kikukawa tidak terbukti telah melakukan atau
terlibat dalam skema tersebut.
3. Hisashi Mori
Hisashi Mori adalah Executive Vice President of Olympus Corporation
sampai pengunduran dirinya pada bulan November 2011. Mori bergabung
dengan Olympus pada bulan April 1981. Ia menjadi General Manager, Divisi
Keuangan sejak Juli 2001. Mori menjabat sebagai direktur utama Olympus
Corporation sejak Juni 2006. Pada tahun 2013, ia dijatuhi hukuman 2,5 tahun
penjara, akibat skandal di dalam perusahaan.
4. Hideo Yamada
Hideo Yamada adalah seorang auditor internal Olympus sampai November
2011. Kemudian Yamada mengundurkan diri. Pada tahun 2013, ia dijatuhi
hukuman 3 tahun penjara. Auditor internal Olympus ini bertanggung jawab
sebagai pihak yang menutup-nutupi skandal Olympus.
30
5. Shuichi Takayama
Shuici Takayama menjadi Chief Executive Officer dan presiden Olympus
dan menduduki posisi eksekutif atau setingkat direktorat pada anak perusahaan
Olympus lainnya. Ia mengundurkan diri dari semua posisi dan menyatakannya
pada rapat umum di bulan April 2012. Takayama menuding bahwa Tsuyoshi
Kikukawa, yang mundur dari jabatan Presiden dan Komisaris Olympus pada 26
Oktober lalu sebagai pihak yang bertanggung jawab atas skandal olympus ini.
Sedangkan, Wakil Presiden Direktur Hisashi Mori dan auditor internal Hideo
Yamada bertanggung jawab sebagai pihak yang menutup-nutupi skandal
olympus.
Auditor :
1. KPMG
Pada bulan Oktober 2011 Financial Times melaporkan bahwa terdapat
kejanggalan pada opini KPMG terkait pembukuan Olympus. Sebelumnya,
auditor perusahaan Olympus pada tahun 1990-an adalah Athur Andersen yang
dulu adalah salah satu dari perusahaan akuntan Big Five. Setelah Athur jatuh
pada tahun 2002, KPMG mengakuisisi unit perusahaan ini di Jepang, kemudian
berganti nama menjadi Asahi & Co. KPMG masih menjadi auditor hingga tahun
2009. Selama 8 tahun KPMG melakukan audit, perusahaan akuntan ternama itu
tidak mengungkapkan terjadinya masalah dalam pemberian opini atas laporan
keuangan selama mengaudit perusahaan Olympus.
2. Ernst & Young
Opini Ernst & Young juga yang tidak mengungkap terjadi masalah.
Perantara :
Akio Nakagawa dan Nobumasa Yokoo
Mantan bankir, Akio Nakagawa dan Nobumasa Yokoo dan dua orang lainnya
dicurigai membantu menyembunyikan kerugian investasi besar
31
Kebijakan
2.5.2
32
33
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Apa yang dimaksud dengan International Standard Auditing
International Standards on Auditing adalah suatu standar kompetensi
bagi profesional yang bekerja di bidang auditing. ISA diterbitkan oleh
International Auditing and Assurance Standards Boards (IAASB) melalui
International Federation of Accountant (IFAC) pada tahun 2009. Lebih jelas lagi
, auditor diharuskan untuk mengerti ISA, termasuk penerapannya dan isi
materinya, serta tujuannya. ISA memperbarui 20 standar lama juga menambah 1
standar baru.
Standar audit apa yang digunakan di Indonesia dan di Jepang
International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit
terbaru yang telah diadopsi di Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi
jawaban atas Statement of Membership Obligation and International Federation
of Accountants. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik wajib melakukan audit atas
laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini. Aplikasi ISA
diwujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Sedangkan di jepang Terakhir kami mengamati bahwa Jepang tidak mau
berinovasi. Standar-standar auditing yang berlaku dewasa ini meniru habis
standar-standar AS. Dalam dewan-dewan dan komite-komite internasional,
Jepang seringkali menyetujui saja konsensus yang timbul daripada mengejar
titik pandangnya sendiri. Sebelum Jepang mengurangi sebagian sifat multi
34
peran, menghimpun status politik dan sosial yang lebih tinggi bagi CPA-CPAnya, dan mulai melaksanakan sejumlah kepemimpinan independen (diwilayah
Asia pasifik paling tidak), kita harus setuju dengan penilaian Stamp dan Moonitz
bahwa peranan Jepang dalam proses-proses auditing internasional kurang dari
semestinya.
Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS
di Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut
Linberg & Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain.
35
3.2
SARAN
Sebaiknya, Olympus harus mempertimbangkan untuk menerapkan tata
kelola perusahaan yang lebih ke Barat dimana Komite Audit dan Dewan Direksi
dipisahkan, dan Komite Audit bekerja secara independen untuk mengamati dan
mengawasi kinerja Dewan Direksi beserta manajemen, bukan malah sebaliknya
diawasi oleh Dewan Direksi.
Manajemen Olympus harus mengimplementasikan budaya independensi
dan keterbukaan atas informasi yang terjadi pada perusahaan dengan
memasukkan orang-orang yang non-Jepang,
Manajemen Olympus perlu menanamkan budaya anti penyuapan dan kebijakan
perlu diperketat. Semua dewan direksi harus diberikan pelatihan kepatuhan tahunan dan
setiap tahunnya mengakui kode etik tambahan khusus selain kode biasa yang mengatur
direksi untuk memiliki standar yang lebih tinggi.
36
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Olympus_Corporation/
http://profil.merdeka.com/mancanegara/o/olympus/
http://koranjakarta.com/index.php/detail/view01/74727
http://www.indonesiafinancetoday.com/read/16661/Olympus-Skandal-Korporasi-Barudi-Jepang/
http://finance.detik.com/read/2011/11/08/153440/1763010/4/2/skandal-penipuankorporasi-terbesar-jepang-oleh-olympus/
http://apbusinessethic.blogspot.com/2014/03/tugas-1-kelas-b-ppak-2014-kasus.html/
37