Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ANAK KESULITAN
BELAJAR
Disusun sebagai tugas kelompok pada :
Mata Kuliah
: Penanganan Anak Berkelainan
Program Studi : PG PAUD
Dosen Pengampu
: Yuanita Ekawati, S.S, M.M
Oleh :
1. SITI MARIYAH
2. MARSITI
3. SUNARSIH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP KUMALA
METRO LAMPUNG
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa, karena


berkat limpahan Taufik dan Hidayahnya kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah sederhana ini sebagai tugas kelompok pada mata kuliah ini.
Dalam hal ini kami ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah ini yang telah membimbing dan mengarahkan
sehingga makalah kecil ini dapat diselesaikan tanpa ada halangan yang
berarti.
Namun, walaupun makalah sederhana ini sudah terselesaikan kami
sebagai penulis tetap berharap kritik dan saran dari segala pihak yang
membacanya dalah hal perbaikan isi maupun kalimat jika terdapat
kekurangan dan kesalahan. Tentunya kami akan sangat berterimakasih jika
rekan-rekan dapat memberikan masukan demi terbentuknya makalah yang
lebih baik lagi.

Metro,
2016
Penulis,

.................................

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................

ii

DAFTAR ISI............................................................................. iii


BAB I

PENDAHULUAN.............................................................

A. Latar Belakang Masalah..................................................................


B. Rumusan Masalah...........................................................................
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan.........................................................

1
1
1

BAB II
A.
B.
C.
D.
E.

PEMBAHASAN.............................................................

Definisi Kesulitan Belajar................................................................. 2


Faktor Penyebab Anak Kesulitan Belajar......................................... 2
Gejala Anak Kesulitan Belajar......................................................... 4
Klasifikasi Kesulitan Belajar............................................................. 5
Penanganan Anak Kesulitan Belajar................................................ 12

BAB III

PENUTUP................................................................... 18

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu pendidikan berpendirian bahwa semua anak miliki perbedaan dalam
perkembangan yang dialami, kemampuan yang dimiliki, dan hambatan yang
dihadapi. Akan tetapi ilmu pendidikan juga berpendirian bahwa meskipun setiap
anak mempunyai perpedaanperbedaan, mereka tetap sama yaitu sebagai seorang
anak. Oleh karena itu jika kita berhadapan dengan seorang arang anak, yang
pertama harus dilihat, ia adalah seorang anak, bukan label kesulitannya semata
mata yang dilihat.
Dengan kata lain pendidikan melihat anak dari sudut pandang yang positif,
dan selalu melihat adanya harapan bahwa anak akan dapat berkembang secara
optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Sudut pandang seperti inilah yang
mendorong para pendidik untuk bersikap optimis dan tidak pernah menyerah.
Pendidikan memposisikan anak sebagai pusat aktivitas dalam pembelajaran. Ketika
pembelajaran dilakukan maka pertimbangan pertama yang diperhitungkan adalah
apa yang menjadi hambatan belajar dan kebutuhan anak. Apabila hal itu dapat
diketahui maka aktivitas pendidikan akan dipusatkan kepada apa yang dibutuhkan
oleh seorang anak, bukan pada apa yang diinginkan oleh orang lain. Pendirian
seperti itu menganggap bahwa fungsi pendidikan antara lain untuk memfasilitasi
agar anak berkembang menjadi dirinya sendiri secara optimal sejalan dengan
potensi yang dimilikinya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.

Apa yang dimaksud kesulitan belajar?


Apa faktor penyebab anak kesulitan belajar?
Bagaimana gejala anak kesulitan belajar?
Apa saja klasifikasi kesulitan belajar?
Bagaimana penanganan pada anak kesulitan belajar?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui
Mengetahui

dan memahami apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar


faktor faktor penyebab anak kesulitan belajar
gejala anak yang mengalami kesulitan belajar
klasifikasi kesulitan belajar
dan memahami cara menangani anak kesulitan belajar

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI KESULITAN BELAJAR
Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris
Learning Disability yang berarti ketidakmampuan belajar. Kata disability
diterjemahkan

kesulitan

untuk

memberikan

kesan

optimis

bahwa

anak

sebenarnya masih mampu untuk belajar. Istilah lain learning disabilities adalah
learning difficulties dan learning differences. Ketiga istilah tersebut memiliki
nuansa pengertian yang berbeda. Di satu pihak, penggunaan istilah learning
differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities
lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan
rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah
ketidakmampuan belajar , istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain
lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.
Menurut national institute of health,

USA kesulitan

belajar adalah

hambatan/gangguan belajar pada anak dan remaaj yang ditandai oleh adanya
kesenjangan yang signifikan antara intelegensia dan kemampuan akademik yang
seharusnya dicapai lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar disebabkan
oleh gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang
dapat menyebabkan gangguan perkembangan, seperti perkembangan membaca,
menulis, pemahaman dan berhitung.
Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan
yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakapcakap, membaca, menulis,
menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan
intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan
belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan
sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya
perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Ganggua
ngangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan
belajar, walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar
yang sudah ada.
B. FAKTOR PENYEBAB ANAK KESULITAN BELAJAR
Ada beberapa penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan
hasil riset (Harwell, 2001), yaitu :
1. Faktor keturunan/bawaan
2. Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu
yang merokok, menggunakan obatobatan (drugs), atau meminum alkohol
selama masa kehamilan.
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala,
atau pernah tenggelam.
2

5. Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan
kesulitan belajar biasanya mempunyai sistem imun yang lemah.
6. Awal masa kanakkanak yang sering berhubungan dengan aluminium, arsenik,
merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya.

Riset menunjukkan bahwa apa yang terjadi selama tahun tahun

awal

kelahiran sampai umur 4 tahun adalah masamasa kritis yang penting terhadap
pembelajaran ke depannya. Stimulasi pada masa bayi dan kondisi budaya juga
mempengaruhi belajar anak. Pada masa awal kelahiran sampai usia 3 tahun
misalnya, anak mempelajari bahasa dengan cara mendengar lagu, berbicara
kepadanya, atau membacakannya cerita. Pada beberpa kondisi, interaksi ini
kurang dilakuan, yang bisa saja berkontribusi terhadap kurangnya kemampuan
fonologi anak yang dapat membuat anak sulit membaca (Harwell, 2001).
Sementara Kirk & Ghallager (1986) menyebutkan faktor penyebab
kesulitan belajar sebagai berikut:
1. Faktor Disfungsi Otak
Penelitian mengenai disfungsi otak dimulai oleh Alfred Strauss di
Amerika Serikat pada akhir tahun 1930an, yang menjelaskan hubungan
kerusakan otak dengan bahasa, hiperaktivitas dan kerusakan perseptual.
Penelitian berlanjut ke area neuropsychology yang menekankan adanya
perbedaan pada hemisfer otak. Menurut Wittrock dan Gordon, hemisfer kiri
otak

berhubungan

dengan

kemampuan

sequential

linguistic

atau

kemampuan verbal hemisfer kanan otak berhubungan dengan tugas tugas


yang berhubungan dengan auditori termasuk melodi, suara yang tidak
berarti, tugas visualspasial dan aktivitas non verbal.
Temuan Harness, Epstein, dan Gordon mendukung penemuan
sebelumnya bahwa anak anak

dengan kesulitan belajar (learning

difficulty) menampilkan kinerja yang lebih baik daripada kelompoknya ketika


kegiatan yang mereka lakukan berhubungan dengan otak kanan, dan buruk
ketika melakukan kegiatan yang berhubungan dengan otak kiri. Gaddes
mengatakan bahwa 15% dari anak yang termasuk underachiever, memiliki
disfungsi system syaraf pusat (dalam Kirk & Ghallager, 1986).
2. Faktor Genetik
Hallgren melakukan penelitian di Swedia dan menemukan bahwa
faktor herediter menentukan ketidakmampuan dalam membaca, menulis
dan mengeja diantara orang orang yang didiagnosa disleksia. Penelitian
lain dilakukan oleh Hermann (dalam Kirk & Ghallager, 1986) yang meneliti
disleksia pada kembar identik dan kembar tidak identik yang menemukan
bahwa frekuensi disleksia pada kembar identik lebih banyak daripada
kembar tidak identik sehingga ia menyimpulkan bahwa ketidakmampuan
membaca, mengeja dan menulis adalah sesuatuyang diturunkan.
3. Faktor Lingkungan dan Malnutrisi

Kurangnya stimulasi dari lingkungan dan malnutrisi yang terjadi di


usia awal kehidupan merupakan dua hal yang saling berkaitan yang dapat
menyebabkan munculnya kesulitan belajar pada anak. Cruickshank dan
Hallahan (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa meskipun tidak
ada hubungan yang jelas antara malnutrisi dan kesulitan belajar, malnutrisi
berat pada usia awal akan mempengaruhi sistem syaraf pusat dan
kemampuan belajar serta berkembang anak.
4. Faktor Biokimia
Pengaruh penggunaan obat atau bahan kimia lain terhadap kesulitan
belajar masih menjadi kontroversi. Penelitian yang dilakukan oleh Adelman
dan Comfers (dalam Kirk & Ghallager, 1986) menemukan bahwa obat
stimulan dalam jangka pendek dapat mengurangi hiperaktivitas. Namun
beberapa tahun kemudian penelitian Levy (dalam Kirk & Ghallager, 1986)
membuktikan hal yang sebaliknya.
Penemuan kontroversial oleh Feingold menyebutkan bahwa alergi,
perasa dan pewarna buatan hiperkinesis pada anak yang kemudian akan
menyebabkan kesulitan belajar. Ia lalu merekomendasikan diet salisilat dan
bahan makanan buatan kepada anakanak yang mengalami kesulitan belajar.
Pada sebagian anak, diet ini berhasil namun ada juga yang tidak cukup
berhasil.
Beberapa

ahli

kemudian

menyebutkan

bahwa

memang

ada

beberapa anak yang tidak cocok dengan bahan makanan.


Mulyono

Abdurrahman

mengatakan

bahwa

prestasi

belajar

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor Internal,
yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab
utama problema belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa
strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak
membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan.
C. GEJALA ANAK KESULITAN BELAJAR
1.

Pada Usia Pra Sekolah


Terlambat bicara dibanding dengan anak seusianya Memiliki kesulitan
dalam

mengucapkan

beberapa

kata

Dibandingkan

anak

seusianya,

penguasaan jumlah katanya lebih sedikit (terbatas) Sering tidak mampu


menemukan kata yang sesuai untuk satu kalimat yang akan dikemukakan
Sulit mempelajari dan mengenali angka, huruf dan nama nama hari Sulit
merangkai kata untuk menjadi sebuah kalimat, Sering gelisah yang
berlebihan, Mudah terganggu konsentrasinya, Sulit berinteraksi dengan
teman seusianya, Sulit mengikuti instruksi yang diberikan untuknya, Sulit
5

mengikuti rutinitas tertentu Menghindari tugas tugas tertentu seperti


menggunting dan menggambar
2. Pada Usia Sekolah
Daya ingatnya terbatas (kurang baik) Sering melakukan kesalahan
yang konsisten dalam mengeja dan membaca. Misalnya: huruf d dibaca
b Contoh: duku dibaca buku atau sebaliknya buku dibaca duku. p dibaca
q, w dibaca m dan sebagainya. Bila ini yang terjadi mereka termasuk
dalam kelompok berkesulitan belajar disleksia.
Lambat untuk mempelajari hubungan antara huruf dengan bunyi
pengucapannya.

Bingung

dengan

operasionalisasi

tandatanda

dalam

pelajaran matematika. Misalnya tak dapat membedakan arti dari symbol


minus (), symbol plus (+) dan symbol kali (x) dan sebagainya Sulit dalam
mempelajari ketrampilan baru, terutama yang membutuhkan daya ingatnya.
Impulsif (bertindak tanpa dipikir lebih dahulu).
Sulit berkonsentrasi Sering melanggar peraturan baik di rumah
maupun di sekolah. Tidak mampu berdisiplin seperti sulit merencanakan
kegiatan seharihari. Emosional, penyendiri, pemurung, mudah tersinggung,
acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Menolak sekolah. Tidak stabil dalam
memegang alatalat tulis Kacau dalam memahami hari dan waktu.
3. Pada Usia Remaja/Dewasa
Sulit/salah mengeja huruf berlanjut hingga dewasa Masih sering
menghindari tugastugas membaca dan menulis. Mungkin saja lancar
membacanya tapi tidak mengerti atau tidak bisa menjelaskan apa yang
telah dibacanya. Sulit menjawab pertanyaan yang membutuhkan penjelasan
lisan dan/atau tulisan.
Daya ingat terbatas. Sulit menangkap konsep konsep yang abstrak.
Lamban dalam bekerja. Sering tidak teliti/ceroboh pada hal hal yang
seharusnya rinci atau sebaliknya justru fokus pada halhal yang rinci. Bisa
salah (distorsi) dalam membaca informasi.
D. KLASIFIKASI KESULITAN BELAJAR
1. Kesulitan Belajar Perkembangan (Praakademik)
Kesulitan yang bersifat perkembangan meliputi:
a. Gangguan Perkembangan Motorik (Gerak)
Gangguan pada kemampuan melakukan gerak dan koordinasi
alat gerak. Bentuk bentuk gangguan perkembangan motorik meliputi
6

motorik kasar (gerakan melimpah, gerakan canggung), motorik halus


(gerakan jari jemari), penghayatan tubuh, pemahaman keruangan dan
lateralisasi (arah).
b. Gangguan Perkembangan Sensorik (Penginderaan)
Gangguan pada kemampuan menangkap rangsang dari luar
melalui alatalat indera. Gangguan tersebut mencakup pada proses
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan pengecap.
c. Gangguan

Perkembangan

Perseptual

(Pemahaman

atau

apa

yang

diinderai)
Gangguan pada kemampuan mengolah dan memahami rangsang
dari proses penginderaan sehingga menjadi informasi yang bermakna.
Bentuk bentuk gangguan tersebut meliputi:
1) Gangguan dalam Persepsi Auditoris, berupa kesulitan memahami
objek yang didengarkan.
2) Gangguan dalam Persepsi Visual, berupa kesulitan memahami objek
yang dilihat.
3) Gangguan dalam Persepsi Visual Motorik, berupa kesulitan memahami
objek yang bergerak atau digerakkan.
4) Gangguan Memori, berupa ingatan jangka panjang dan pendek.
5) Gangguan dalam Pemahaman Konsep.
6) Gangguan Spasial, berupa pemahaman konsep ruang.
d. Gangguan Perkembangan Perilaku
Gangguan pada kemampuan menata dan mengendalikan diri
yang bersifat internal dari dalam diri anak. Gangguan tersebut meliputi:
1) ADD (Attention Deficit Disorder) atau gangguan perhatian
2) ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau gangguan
perhatian yang disertai hiperaktivitas.
2. Kesulitan Belajar Akademik
a. Disleksia atau Kesulitan Membaca
Disleksia (bahasa Inggris: dyslexia) adalah sebuah gangguan
dalam perkembangan bacatulis yang umumnya terjadi pada anak
menginjak usia 7 hingga 8 tahun. Disleksia terdiri dari dua perkataan
Yunani yaitu "DYN" bermakna susah, dan "LEXIA" bermakna tulisan.
Disleksia

bukannya

suatu

penyakit,

tetapi

merupakan

salah

satu

gangguan dalam pembelajaran yang biasanya di alami oleh anakanak.


Lebih tepatnya, masalah pembelajaran yang dihadapi adalah
seperti membaca, menulis, mengeja, dan kemahiran mengira. Oleh itu
disleksia mengarah kepada mereka yang menghadapi masalah masalah
7

membaca dan menulis walaupun mempunyai daya pemikiran yang


normal. Gangguan ini bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti
masalah penglihatan, tetapi mengarah pada bagaimana otak mengolah
dan memproses.

1) FaktorFaktor Penyebab Gejala Disleksia


Disleksia disebabkan adanya masalah di bagian otak, yang
mengatur proses belajar. Faktor genetik atau keturunan juga berperan.
Misalnya, jika seorang ayah susah membaca atau mengalami disleksia,
bukan tidak mungkin si anak akan mengalami kesulitan serupa. Meski
belum ada yang dapat memastikan penyebab disleksia ini, penelitian
penelitian menyimpulkan adanya 3 faktor penyebab, yaitu

a)

Faktor keturunan
Disleksia

cenderung

terdapat

pada

keluarga

yang

mempunyai anggota kidal. Orang tua yang disleksia tidak secara


otomatis menurunkan gangguan ini kepada anakanaknya, dan anak
kidal juga bisa jadi disleksia.
Penelitian John Bradford (1999) di Amerika menemukan
indikasi, bahwa 80 persen dari seluruh subjek yang diteliti oleh
lembaganya mempunyai sejarah atau latar belakang anggota
keluarga

yang

mengalami

learning

disabilities,

dan

60%

di

antaranya punya anggota keluarga yang kidal.


b)

Problem pendengaran sejak usia dini


Apabila dalam 5 tahun pertama, seorang anak sering

mengalami flu dan infeksi tenggorokan, maka kondisi ini dapat


mempengaruhi pendengaran dan perkembangannya dari waktu ke
waktu hingga dapat menyebabkan cacat. Kondisi ini hanya dapat
dipastikan melalui pemeriksaan intensif dan detail dari dokter ahli.
Jika kesulitan pendengaran terjadi sejak dini dan tidak terdeteksi,
maka otak yang sedang berkembang akan sulit menghubungkan
bunyi atau suara yang didengarnya dengan huruf atau kata yang
dilihatnya.
c)

Faktor kombinasi
Ada pula kasus disleksia yang disebabkan kombinasi dari 2

faktor di atas, yaitu problem pendengaran sejak kecil dan faktor


keturunan. Faktor kombinasi ini menyebabkan kondisi anak dengan
gangguan

disleksia

menjadi

semakin

serius,

hingga

perlu

penanganan menyeluruh. Bisa jadi, prosesnya berlangsung sampai


anak tersebut dewasa. Dengan perkembangan teknologi CT Scan,
bisa dilihat bahwa perkembangan sel sel otak penderita disleksia
berbeda

dari

mereka

yang

nondisleksia.

Perbedaan

ini

mempengaruhi pada perkembangan dan fungsifungsi tertentu di


bagian otak mereka, terutama otak bagian kiri depan yang
berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis.
Selain itu, terjadi perkembangan yang tidak proporsional
pada sistem magnocellular di otak penderita disleksia. Sistem ini
berhubungan

dengan

kemampuan

melihat

benda

bergerak.

Akibatnya, objek yang mereka lihat tampak berukuran lebih kecil.


Kondisi ini menyebabkan proses membaca jadi lebih sulit karena
9

saat itu otak harus mengenali secara cepat hurufhuruf dan


sejumlah kata berbeda yang terlihat secara bersamaan oleh mata.

2) Ciri Ciri Anak Disleksia


Gangguan disleksia biasanya baru bisa terdeteksi setelah anak
memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu, seperti halnya anak
yang baru memasuki sekolah TK, kemampuan membaca anak yang
baru memasuki TK tidak menjadi tuntutan untuk di haruskan bisa
membaca. Oleh sebab itu, gejala disleksia sangat sulit diketahui sejak
usia dini. Adapun ciri cirri anak disleksia diantaranya
a)

Tidak dapat mengucapkan irama kata kata

secara benar dan

proporsional.
b) Kesulitan dalam mengurutkan hurufhuruf dalam kata. Misalnya kata
"saya" urutan hurufnya adalah s a y a.
c) Sulit menyuarakan fonem (satuan bunyi) dan memadukannya
menjadi sebuah kata.
d) Sulit mengeja secara benar. Bahkan bisa jadi anak tersebut akan
mengeja satu kata dengan bermacam ucapan. Walaupun kata
tersebut berada di halaman buku yang sama.
e) Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Bisa terjadi anak
dengan gangguan ini akan terbalik balik membunyikan huruf, atau
suku kata. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai
kemiripan bentuk, seperti d b, u n, m n. Ia juga tidak dapat
membedakan huruf yang memiliki kemiripan bunyi, seperti v, f, th.
f) Membaca suatu kata dengan benar di satu halaman, tapi keliru di
halaman lainnya, dan lupa meletakkan titik dan tandatanda seperti
koma, tanda seru, tandatanya, dan tanda baca lainnya.
g) Bermasalah ketika harus memahami apa yang harus dibaca. Ia
mungkin bisa membaca dengan benar, tapi tidak mengerti apa
yang dibacanya.
h) Sering terbalik balik dalam menuliskan atau mengucapkan kata,
misalnya "hal" menjadi "lah" atau "Kucing duduk di atas kursi"
menjadi "Kursi duduk di atas kucing." Lupa mencantumkan huruf
besar atau mencantumkannya pada tempat yang salah.
i) Keliru terhadap katakata yang singkat. Misalnya, ke, dari, dan, jadi.
Serta, bingung menentukan harus menggunakan tangan yang
mana untuk menulis.
j) Menulis huruf dan angka dengan hasil yang kurang baik. Serta,
terdapat jarak pada huruf huruf

dalam rangkaian kata. Anak

dengan gangguan ini biasanya menulis dengan tidak stabil,


tulisannya kadang naik dan kadang turun. Anak baru bisa
didiagnosis disleksia atau tidak saat anak di usia SD, yaitu sekitar

10

78 tahun. Karena di usia balita seorang anak belum ditargetkan


untuk bisa membaca.
b. Disgrafia atau Kesulitan Menulis
Disgrafia adalah kesulitan khusus dimana anakanak tidak bisa
menuliskan atau mengekspresikan pikirannya kedalam bentuk tulisan,
karena mereka tidak bisa menyuruh atau menyusun kata dengan baik dan
mengkoordinasikan motorik halusnya (tangan) untuk menulis. Pada anak
anak, umumnya kesulitan ini terjadi pada saat anak mulai belajar menulis.
Kesulitan ini tidak tergantung kemampuan lainnya. Seseorang
bisa sangat fasih dalam berbicara dan keterampilan motorik lainnya, tapi
mempunyai kesulitan menulis. Kesulitan dalam menulis biasanya menjadi
problem utama dalam rangkaian gangguan belajar, terutama pada anak
yang berada di tingkat SD.
Kesulitan dalam menulis seringkali juga disalahpersepsikan
sebagai kebodohan oleh orang tua dan guru. Akibatnya, anak yang
bersangkutan

frustrasi

karena

pada

dasarnya

ia

ingin

sekali

mengekspresikan dan mentransfer pikiran dan pengetahuan yang sudah


didapat ke dalam bentuk tulisan. Hanya saja ia memiliki hambatan.
Sebagai langkah awal dalam menghadapinya, orang tua harus paham
bahwa disgrafia bukan disebabkan tingkat intelegensi yang rendah,
kemalasan, asalasalan menulis, dan tidak mau belajar.
Gangguan ini juga bukan akibat kurangnya perhatian orang tua
dan guru terhadap si anak, ataupun keterlambatan proses visual
motoriknya. Dysgraphia / Disgrafia adalah learning disorder dengan ciri
perifernya berupa ketidakmampuan menulis, terlepas dari kemampuan
anak

dalam

membaca

maupun

tingkat

intelegensianya.

Disgrafia

diidentifikasi sebagai keterampilan menulis yang secara terus menerus


berada di bawah ekspektasi jika dibandingkan usia anak dan tingkat
intelegensianya.
1) Penyebab Disgrafia
Secara spesifik penyebab disgrafia tidak diketahui secara
pasti, namun apabila disgrafia terjadi secara tibatiba pada anak
maupun orang yang telah dewasa maka diduga disgrafia disebabkan
oleh

trauma

kepala

entah

karena

kecelakaan,

penyakit,

dan

seterusnya. Disamping itu para ahli juga menemukan bahwa anak


dengan gejala disgrafia terkadang mempunyai anggota keluarga yang
memiliki gejala serupa. Demikian ada kemungkinan faktor herediter
ikut berperan dalam disgrafia.
Seperti halnya disleksia, disgrafia juga disebabkan faktor
neurologis, yakni adanya gangguan pada otak bagian kiri depan yang
11

berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Anak


mengalami kesuitan dalam harmonisasi secara otomatis antara
kemampuan mengingat dan menguasai gerakan otot menulis huruf
dan angka. Kesulitan ini tak terkait dengan masalah kemampuan
intelektual, kemalasan, asalasalan menulis, dan tidak mau belajar.
2) Ciri Ciri Disgrafia
Ada beberapa ciri khusus anak dengan gangguan ini. Di antaranya
adalah:
a) Terdapat ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
b) Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih
tercampur.
c) Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak proporsional.
d) Anak tampak harus berusaha keras saat mengkomunikasikan
suatu ide, pengetahuan, atau pemahamannya lewat tulisan.
e) Sulit memegang bolpoin maupun pensil dengan mantap. Caranya
memegang alat tulis seringkali terlalu dekat bahkan hampir
menempel dengan kertas.
f) Berbicara pada diri sendiri ketika sedang menulis, atau malah
terlalu memperhatikan tangan yang dipakai untuk menulis.
g) Cara menulis tidak konsisten, tidak mengikuti alur garis yang tepat
dan proporsional.
h) Tetap mengalami kesulitan meskipun hanya diminta menyalin
contoh tulisan yang sudah ada.

12

c. Diskalkulia atau Kesulitan Belajar Matematika


Menurut Jacinta F. Rini, M.Psi, dari Harmawan Consulting, Jakarta,
diskalkulia

dikenal

juga

dengan

istilah

math

difficulty

karena

menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis.


Kesulitan ini dapat ditinjau secara kuantitatif yang terbagi menjadi bentuk
kesulitan berhitung (counting) dan mengkalkulasi (calculating). Anak yang
bersangkutan

akan

menunjukkan

prosesproses matematis.

kesulitan

dalam

memahami

Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya

kesulitan belajar dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun


simbol matematis.
Kesulitan

belajar

matematika

merupakan

salah

satu

jenis

kesulitan belajar yang spesifik dengan prasyarat ratarata normal atau


sedikit dibawah rata rata,

tidak ada gangguan penglihatan atau

pendengaran, tidak ada gangguan emosional primer, atau lingkungan


yang kurang menunjang. masalah yang dihadapi yaitu sulit melakukan
penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian yang disebabkab
adanya gangguan pada sistem saraf pusat pada periode perkembangan.
Anak berkesulitan belajar matematika bukan tidak mampu
belajar, tetapi mengalami kesulitan tertentu yang menjadikannya tidak
siap belajar. Matematika sering menjadi pelajaran yang paling ditakuti di
sekolah.

Anak

dengan

gangguan

diskalkulia

disebabkan

oleh

ketidakmampuan mereka dalam membaca, imajinasi, mengintegrasikan


pengetahuan dan pengalaman, terutama dalam memahami soalsoal
cerita.
Anak anak diskalkulia tidak bisa mencerna sebuah fenomena
yang

masih

abstrak.

Biasanya

sesuatu

yang

abstrak

itu

harus

divisualisasikan atau dibuat konkret, baru mereka bisa mencerna. selain


itu anak berkesulitan belajar matematika dikarenakan pengelolaan
kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar siswa,
metode pembelajaran yang cenderung menggunakan cara konvesional,
ceramah dan tugas. Guru kurang mampu memotivasi anak didiknya.
Ketidak

tepatan

dalam

memberikan

pendekatan

atau

strategi

pembelajaran.
1) Penyebab Diskalkulia
Faktor faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan
ke dalam dua golongan, yaitu :
a) Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri ) yang
meliputi:
13

i.

Faktor fisiologi
Faktor fisiologi adalah faktor fisik dari anak itu sendiri.
seorang anak yang sedang sakit, tentunya akan mengalami
kelemahan secara fisik, sehingga proses menerima pelajaran,
memahami pelajaran menjadi tidak sempurna. Selain sakit
faktor fisiologis yang perlu kita perhatikan karena dapat
menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar
adalah cacat tubuh, yang dapat kita bagi lagi menjadi cacat
tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
penglihatan, serta gangguan gerak, serta cacat tubuh yang
tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, dan lain sebagainya.

ii.

Faktor psikologis
Faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan
dengan berbagai perilaku yang ada dibutuhkan dalam
belajar. Sebagaimana kita ketahui bahwa belajar tentunya
memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, rasa aman.
Selain itu yang juga termasuk dalam faktor psikoogis ini
adalah intelligensi yang dimiliki oleh anak. Anak yang
memiliki IQ cerdas (110 140), atu genius (lebih dari 140)
memiliki potensi untuk memahami pelajaran dengan cepat.
Sedangkan anak anak yang tergolong sedang (90 110)
tentunya tidak terlalu mengalami masalah walaupun juga
pencapaiannya tidak terlalu tinggi.
Sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 90
ataubahkan

dibawah

60

tentunya

memiliki

potensi

mengalami kesulitan dalam masalah belajar. Untuk itu, maka


orang tua, serta guru perlu mengetahui tingkat IQ yang
dimiliki anak atau anak didiknya. Selain IQ faktor psikologis
yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar adalah bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan
mental anak, dan juga tipe anak dalam belajar.
b) Faktor ekstern (faktor dari luar anak) meliputi
i.

Faktor faktor sosial


Yaitu faktorfaktor seperti cara mendidik anak oleh
orang

tua

mereka

di

rumah.

Anakanak

yang

tidak

mendapatkan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda


dengan anakanak yang cukup mendapatkan perhatian, atau
anak yang terlalu diberikan perhatian. Selain itu juga
14

bagimana

hubungan

orang

tua

dengan

anak,

apakah

harmonis, atau jarang bertemu, atau bahkan terpisah. Hal ini


tentunya juga memberikan pengaruh pada kebiasaan belajar
anak.
ii.

Fakto rfaktor nonsosial


Faktor

faktor

nonsosial

yang

dapat

menjadi

penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah faktor


guru di sekolah, kemudian alatalat pembelajaran, kondisi
tempat belajar, serta kurikulum.
2) Ciri iCiri Diskalkulia
i.

Tingkat perkembangan bahasa dan kemampuan lainnya normal,


malah seringkali mempunyai memori visual yang baik dalam

ii.

merekam kata kata tertulis.


Sulit melakukan hitungan matematis. Contoh sehariharinya, ia
sulit menghitung transaksi (belanja), termasuk menghitung
kembalian uang. Seringkali anak tersebut jadi takut memegang
uang, menghindari transaksi, atau apa pun kegiatan yang harus

iii.

melibatkan uang.
Sulit melakukan proses proses matematis, seperti menjumlah,
mengurangi, membagi, mengali, dan sulit memahami konsep

iv.

hitungan angka atau urutan.


Terkadang mengalami disorientasi, seperti disorientasi waktu dan
arah. Si anak biasanya bingung saat ditanya jam berapa
sekarang. Ia juga tidak mampu membaca dan memahami peta

v.

atau petunjuk arah.


Mengalami hambatan dalam menggunakan konsep abstrak
tentang waktu. Misalnya, ia bingung dalam mengurut kejadian

vi.

masa lalu atau masa mendatang.


Sering melakukan kesalahan ketika melakukan perhitungan
angkaangka, seperti proses substitusi, mengulang terbalik, dan

vii.

mengisi deret hitung serta deret ukur.


Mengalami hambatan dalam mempelajari

viii.

karena sulit memahami notasi, urutan nada, dan sebagainya.


Bisa juga mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena

musik,

terutama

bingung mengikuti aturan main yang berhubungan sistem skor.


Deteksi diskalkulia bisa dilakukan sejak kecil, tapi juga
disesuaikan
dengan perkembangan usia. Anak usia 45 tahun biasanya
belum diwajibkan mengenal konsep jumlah, hanya konsep
hitungan Sementara anak usia 6 tahun ke atas umumnya sudah
mulai dikenalkan dengan konsep jumlah yang menggunakan
simbol seperti penambahan (+) dan pengurangan (-).
15

Jika pada usia 6 tahun anak sulit mengenali konsep, maka


kemungkinan nantinya dia akan mengalami kesulitan berhitung.
Proses

berhitung

melibatkan

pola

pikir

serta

kemampuan

menganalisis dan memecahkan masalah. Faktor genetik mungkin


berperan pada kasus diskalkulia, tapi faktor lingkungan dan
simulasi juga bisa ikut menentukan. Alat peraga juga sangat
bagus

untuk

digunakan,

karena

dalam

matematika

menggunakan simbolsimbol yang bersifat abstrak.


Jadi, supaya lebih konkret digunakan alat peraga sehingga
anak lebih mudah mengenal konsep matematika itu sendiri.
E. PENANGANAN ANAK KESULITAN BELAJAR
1. Penanganan anak anak yang berkesulitan belajar secara umum bertujuan:
a. Membangkitkan kesadaran tentang dirinya
b. Mengoptimalkan potensi positif dan meminimalkan kesulitan/kekurangan
dalam dirinya
c. Menjadi orang

yang

mandiri

sehingga

mampu

mencari

solusi

permasalahan hidup seharihari.


d. Mereka perlu diarahkan untuk mempelajari hal hal:
1) Bagaimana mulai mengerjakan tugas
2) Bagaimana cara belajar yang efektif misalnya bagaimana memegang
pensil dengan benar.
3) Bagaimana mendengarkan instruksi
4) Bagaimana mengamati
5) Bagaimana mengorganisasikan barangbarang miliknya agar teratur.
Penanganan anak berkesulitan belajar memerlukan kerjasama
yang baik, positif dan supportive antara orang tua, guru di sekolah dan
beberapa orang professional seperti: dokter anak, psikiater anak,
psikolog, terapis. Diperlukan upaya yang berkesinambungan untuk
melaksanakan penanganannya.
e. Orang tua dan guru wajib memahami :
1) Setiap anak adalah unik tidak bisa disamaratakan. Masing masing
memiliki

kelebihan

dan

kekurangan.

Sehingga

penanganan/pendekatan setiap anak disesuaikan dengan kebutuhan


masing masing anak.
2) Kematangan setiap anak berbeda satu sama lain.
3) Mereka
membutuhkan
lingkungan
yang
hangat,

keceriaan,

memberikan dukungan penuh agar mereka tidak merasa dikucilkan


4) Konsisten dengan peraturan/disiplin sehingga mereka tahu apa yang
boleh apa yang tidak boleh.
5) Rutinitas kegiatan supaya

mereka

focus

pada

tugas

dan

kewajibannya.
6) Hindarkan materi yang terlalu abstrak supaya mudah mereka pahami.
7) Melatih penggunaan penginderaannya agar mereka memperoleh
pengalaman nyata sehingga mudah diingat misalnya pengalaman
menyentuh, merasakan, mencium, melihat dan mendengar akan
dapat mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi kedalam
otaknya.
16

8) Menangani anakanak yang berkesulitan belajar adalah proses yang


panjang dan kesabaran yang tidak mungkin dapat dilakukan secara
instant.
2. Mengatasi Anak yang Mengalami Disleksia
a. Metode multisensory
Dengan metode yang terintegrasi, disini anak akan diajarkan
mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan
kembali,

tapi

juga

memanfaatkan

kemampuan

memori

visual

(penglihatan) serta taktil (sentuhan). Dalam prakteknya, mereka diminta


menuliskan huruf huruf di udara dan di lantai, membentuk huruf dengan
lilin (plastisin), atau dengan menuliskannya besarbesar di lembaran
kertas.Cara ini dilakukan untuk memungkinkan terjadinya asosiasi antara
pendengaran, penglihatan dan sentuhan.Sehingga mempermudah otak
bekerja dengan mengingat kembali huruf huruf.
b. Membangun rasa percaya diri
Gangguan disleksia pada anak anak sering tidak dipahami dan
diketahui

dalam

lingkungannya,

termasuk

orang

tuanya

sendiri.

Akibatnya, mereka cenderung dianggap bodoh dan lamban dalam belajar


karena

tidak

bisa

membaca

dan

menulis

dengan

benar,

seperti

kebanyakan anak anak lain.


Oleh karena itu, mereka sering dilecehkan, diejek, atau pun
mendapatkan

perlakuan

negatif,

sementara

kesulitan

itu

bukan

disebabkan kemalasan. Alangkah baiknya, jika orang tua dan guru peka
terhadap kesulitan anak. Dari situ dapat dilakukan deteksi dini untuk
mencari tahu faktor penghambat proses belajarnya. Setelah ditemukan,
tentu bisa diputuskan strategi yang efektif untuk mengatasinya. Mulai dari
proses pengenalan dan pemahaman yang sederhana, hingga permainan
kata dan kalimat dalam bukubuku cerita sederhana.
c. Terapi
Saat

anak

diketahui

mengalami

gangguan

disleksia,

patut

diberikan terapi sedini mungkin, seperti terapi mengulang dengan penuh


kesabaran

dan

ketekunan

untuk

membantu

si

anak

mengatasi

kesulitannya. Anak anak yang mengalami disleksia sering merasakan


tidak dapat melakukan atau menghasilkan yang terbaik seperti yang
mereka inginkan.
Oleh sebab itu, guru guru di sekolah seharusnya bisa melakukan
beberapa

cara

untuk

membantu

anak

anak

tersebut,

seperti

menggunakan alat tulis berbagai warna untuk menulis kata yang penting,
17

memberikan waktu istirahat selama 10 menit dari setiap 20 menit belajar


membaca, memberikan waktu lebih saat menulis dan membaca.
Guru juga dapat memberikan soal atau tulisan dengan ukuran
huruf yang lebih besar agar terlihat jelas dan dapat menarik penglihatan
mereka. Intinya, anak anak

penderita disleksia perlu diberikan

kesempatan yang sama dengan anak anak

lainnya. Karena, mereka

juga memiliki potensi yang besar.Dan anak anak

itu butuh perhatian

khusus.
3. Mengatasi Anak yang Mengalami Disgrafia
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu
anak dengan gangguan ini. Di antaranya:
a. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami
kesulitan dan keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah
untuk tidak membandingkan anak seperti itu dengan anakanak lainnya.
Sikap itu hanya akan membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru
maupun anak merasa frustrasi dan stres. Jika memungkinkan, berikan
tugastugas menulis yang singkat saja setiap hari. Atau bisa juga orang tua
dari si anak meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan tes
kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
b. Menyajikan tulisan cetak
Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia
untuk belajar menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan
komputer atau mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat alat agar
dapat mengatasi hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak
bisa

memanfaatkan

sarana

korektor

ejaan

agar

ia

mengetahui

kesalahannya.
c. Membangun rasa percaya diri anak
Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak.
Jangan Sekali kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan
membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan
guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan
terhadap usaha yang sedang dilakukannya.
d. Latih anak untuk terus menulis

18

Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan


tingkat kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas
yang menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk
teman, menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua,
dan sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak
disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf
dan kata dalam bentuk tulisan konkret.
Adapun

penanganan

secara

terstruktur

dapat

dilakukan

melaluimbeberapa hal berikut:


1) Faktor kesiapan menulis
Menulis

membutuhkan

kontrol

maskular,

koordinasi

matatangan, dan diskriminasi visual. Aktivitas yang mendukung


kontrol muskular antara lain: Menggunting, mewarnai gambar, finger
painting, dan tracing.
Kegiatan
lingkaran

dan

koordinasi

mata,

menyalin

tangan

bentuk

antara

geomteri.

lain:

membuat

Sementara

itu,

pengembangan diskriminasi visual dapat dilakukan dengan kegiatan


membedakan

bentuk,

ukuran,

dan

detailnya,

sehingga

anak

menyadari bagaimana cara menulis suatu huruf.


2) Aktivitas lain yang mendukung
a) Kegiatan yang memberikan kerja aktif dari pergerakan otot bahu,
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

lengan atas serta bawah, dan jari.


Menelusuri bentuk geometri dan barisan titik.
Menyambungkan titik.
Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan.
Membuat garis vertikal dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Membuat bentuk bentuk lingkaran dan kurva.
Membuat garis miring secara vertikal.
Menyalin bentuk - bentuk sederhana.
Membedakan bentuk huruf yang mirip bentuknya dan huruf yang
hampir sama bunyinya.

19

3) Menulis huruf lepas/cetak


a) Perlihatkan sebuah huruf yang akan ditulis.
b) Ucapkan dengan jelas nama huruf dan arah garis untuk membuat
huruf itu.
c) Anak menelusuri huruf itu dengan jarinya sambil mengucapkan
dengan jelas arah garis untuk membuat huruf itu.
d) Anak menelusuri garis tersebut dengan pensilnya.
e) Anak menyalin contoh huruf itu di kertas/bukunya.
Jika cara ini sudah dikuasai, mintalah anak menyambungkan
titik yang dibentuk menjadi huruf tertentu, sampai akhirnya anak
mampu membuat huruf dengan baik tanpa dibantu. Tahap
selanjutnya adalah menulis kata dan kalimat.
4) Menulis huruf transisi
Huruf transisi adalah huruf yang digunakan untuk melatih
siswa sebelum menguasai huruf sambung. Adapun langkah langkah
pengajarannya sebagai berikut:
a) Kata atau huruf ditulis dalam bentuk lepas atau cetak.
b) Huruf yang satu dan yang lain disambungkan dengan titik titik
dengan meggunakan warna yang berbeda.
c) Anak menelusuri huruf dan sambungannya sehingga menjadi
bentuk huruf sambung.
5) Menulis huruf sambung
a) Mengajarkan huruf sambung dapat menggunakan langkahlangkah
huruf lepas dan transisi.
b) Tabel cara melatih anak disgrafia agar dapat menulis dengan baik
dan benar.
Faktor Masalah Penyebabnya Remedial
Bentuk Huruf terlalu miring Posisi kertas yang miring
Betulkan posisi kertas sehingga tegak lurus dengan badan. Ukuran
Terlalu besar dan terlalu tebal Kurang memahami garis tulisan
Gerakan tangan yang kaku. Ajarkan kembali tentang konsep
ukuran dan perjelas garis tulisan. Latih gerakan tangan, salah satu
caranya

dengan

latihan

membuat

lingkaran

atau

bentuk,

lengkung, Spasi, Huruf dalam satu kata seperti : Menumpuk spasi


antar huruf Kurang memahami konsep spasi, Kurang memahami
bentuk dan ukuran.
Ajarkan kembali konsep spasi antar kata kaji kembali
konsep bentuk ukuran dan huruf terlalu lebar. Kualitas garis terlalu
tebal atau menekan terlalu tipis. Masalah pada tekanan tulisan
Perbaikilah cara cara memegang alat tulis, perbaiki juga gerakan
tangan, serta berikan latihan menulis di atas kertas tipis dan
kertas kasar.
20

Kecepatan

lambat

ketika

dalam

menulis

yaitu

ketika

menyalin atau saat dikte Tingkat kemampuan menulis tidak


sebanding dengan kecepatannya, latih menarik garis lurus dengan
cepat serta latihan membuat bentuk melingkar, tegak dan
melengkung di kertas berpetak.
4. Mengatasi Anak yang Mengalami Diskalkulia
Penanganan pada anak Diskalkulia :
a. Guru dan orang tua harus menyadari taraf perkembangan anak.
b. Pendekatan yang sistematis dengan alokasi waktu yang tepat buat anak.
c. Perlu stategi belajar yang efektif dan memancing anak untuk
memepertanyakan matematika dalam dirinya.
d. Pelatihan dan bimbingan buat anak anak yang akan membantu
pemecahan masalah dalam menghadapi kesulitan pelajaran matematika.
e. Memverbalisasikan konsep matematika yang rumit dengan cermat.
Dengan cara ini mempermudah anak untuk mengerti konsep matematika.
a. Tulis angka angka di atas kertas untuk mempermudah anak melihat.
b. menuliskan urutan angka angka untuk membantu memahami konsep
angka secara keseluruhan.
c. Jangan biarkan anak untuk berpikir secara abstrak tentang matematika.
Matematika dapat digunakan dalam konsep kegiatan sehari hari seperti :
a. mengajak anak untuk menghitung kursi yang ada dimeja makan.
b. Usahakan anak aktif untuk menghitung dalam kegiatan ini.
c. Berikan pujian ketika anak sudah menujukkan kemajuan, tetapi jangan
terlalu menekan anak untuk pandai berhitung.
d. Gunakan gambar agar anak merasa nyaman dan tidak terlalu fokus
dengan penghitungan. Gunakan gambar yang menyenangkan.
e. Ingatan anak diasah terus menerus agar ingatannya tentang informasi
informasi yang ada tidak terbuang.

21

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Learning disabilities atau kesulitan belajar adalah istilah untuk mereka

yang

mengalami

gangguan

atau

hambatan

dalam

hal

memahami

dan

mempelajari sesuatu. Learning disabilities disebabkan oleh faktor internal


maupun eksternal. Faktor internal diantaranya gangguan neurologist atau
disfungsi otak dan psikologis serta faktor eksternal diantaranya lingkungan
tempat ia tinggal.
Klasifikasi

kesulitan

belajar

diantaranya

disleksia yaitu

kesulitan

membaca, disgrafia, kesulitan menulis dan diskalkulia kesulitan berhitung. Anak


yang

mengalami

kesulitan

belajar

ini

perlu

mendapat

bimbingan

dan

penanganan khusus. Mereka bukanlah tidak bisa belajar, hanya membutuhkan


perhatian lebih serta bimbingan untuk mengatasi kesulitan yang mereka alami.
Peran keluarga khususnya orang tua serta guru sangat dibutuhkan
untuk mengarahkan mereka agar bisa seperti layaknya anak normal lain serta
dapat menjalani kehidupannya di lingkungan masyarakat dengan baik.
B.

SARAN
Setiap anak memiliki hal masingmasing yang membuat mereka

berbeda.

Begitu

juga anak

kesulitan

belajar.

Mereka memang memiliki

perbedaan dengan anak lainnya tetapi mereka tetaplah anak anak yang
mmebutuhkan kasih sayang, perhatian serta perlakuan yang sama. Dalam hal
memperlakukan anak kesulitan belajar janganlah menganggap perbedaan
mereka menjadi hal yang negatif sehingga mereka terkucilkan. Anak kesulitan
belajar memiliki potensi serta kelebihan bakat bakat di samping kekurangan
mereka.
Memperhatikan serta membantu mengembangkan bakat anak kesulitan
belajar adalah hal yang perlu dilakukan untuk membangkitkan kepercayaan diri
dan mengaktualisasi diri mereka.

22

Anda mungkin juga menyukai