Makalah IPS Tentang Sosial
Makalah IPS Tentang Sosial
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami dapat
menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas IPS
tentang. Konflik Sosial Dan Stuktur Sosial,Selain itu tujuan dari penyusunan Makalah ini
juga untuk menambah wawasan tentang masalah Konflik Sosial Dan Stuktur Sosial.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.
A. Struktur Sosial
Struktur sosial merupakan susunan atau konfigurasi dari unsur-unsur sosial yang pokok
dalam masyarakat, yaitu kelompok, kelas sosial, nilai dan norma sosial, dan lembaga
sosial. Struktur sosial merupakan ruang abstrak dalam masyarakat, sebagaimana ruang
geografi yang kita kenal dan lebih konkrit. Kalau dalam ruang geografi kita dapat
mempunyai alamat geografik (titik posisi atau lokasi kita berada), maka demikian jugalah
di ruang sosial, maka di ruang sosial atau struktur sosial, kita pun punya alamat sosial. Di
manakan posisi SMK PARADIS Tergantung pada parameter apa yang kita gunakan,
apakah nilai dan norma, kelompok, status atau kelas sosial, atau kah lembaga sosial.
Struktur sosial identik dengan struktur peluang hidup (life chance), semakin tinggi posisi
dalam struktur sosial, semakin baik peluang hidupnya. Struktur sosial merupakan fakta
sosial, yaitu cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berada diluar individu tetapi
mengikat. Sehingga, kelas sosial tertentu identik dengan cara hidup tertentu. Kelas sosial
bukanlah sekedar kumpulan dari orang-orang yang pendidikan atau penghasilannya
relative sama, tetapi lebih merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki cara atau gaya
hidup yang relative sama.
B. Konflik Sosial
Konflik sosial merupakan salah satu konsekuensi dari adanya perbedaan-perbedaan dalam
masyarakat, misalnya peluang hidup, gengsi, hak istimewa, dan gaya hidup.
Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja dan kapan saja, tidak pernah lepas dari apa
yang disebut konflik (Chandra, 1992; Lauer, 1993). Istilah konflik secara etimologis
berasal dari bahasa Latin con yang berarti bersama dan fligere yang berarti benturan
atau tabrakan. Dengan demikian konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan
kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak
atau lebih. William Chang (2001) mempertanyakan benarkah konflik sosial hanya berakar
pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah,
masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah kekuasaan.?
Dalam International Encyclopaedia of The Social Sciences Vol. 3 (halaman 236-241)
diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai
akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa
perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan
kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau
satu pemeluk agama tertentu (Nader, t.t.). Dengan demikian pihak-pihak yang dapat
terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu dapat pula
dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri,
melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang
semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan
Kehidupan sosial itu, kalau dicermati komponen utamanya adalah interkasi antara para
anggota. Sehubungan dengan interaksi antaranggota itu ditemukan berbagai tipe. Tipe-tipe
interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative (kerjasama), competition (persaingan)
dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan sosial segari-hari tampaknya selain diwarnai
oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik.
Bahkan dalam kehidupan sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa
kooperatif. Sehubungan dengan itu, yang menjadi pertanyaan dalam tulisan ini adalah
apakah konflik itu erat hubungannya dengan struktur sosial, dan apa fungsi konflik itu
bagi kehidupan sosial manusia?.
Sumber konflik:
Perbedaan kepentingan
Perbedaan individual
Perbedaan kebudayaan
Perubahan sosial
Macam-macam konflik :
Individu atau kelompok (berdasarkan pelakunya perorangan atau kelompok).
Horizontal atau vertical (berdasarkan status pihak-pihak yang terlibat, sejajar atau
bertingkat). Konflik horizontal = antar-etnis, antar-agama, antar-aliran, dll. Konflik vertical
a. Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa
juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan
hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik,
kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang
wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik
hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya,
integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
b. Definisi konflik
Pengertian Konflik Menurut Para Ahli.
1) Konflik Menurut Robbin
Robbin (1996: 431) mengatakan konflik dalam organisasi disebut sebagai The Conflict
Paradoks, yaitu pandangan bahwa di sisi konflik dianggap dapat meningkatkan kinerja
kelompok, tetapi di sisi lain kebanyakan kelompok dan organisasi berusaha untuk
meminimalisasikan konflik. Pandangan ini dibagi menjadi tiga bagian, antara lain:
Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak
faktor, antara lain struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai nilai, dan
sebagainya. Konflik dapat mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan.
Jika terjadi konflik, manajer sebagai pihak manajemen bertugas mengelola konflik
sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang
harus dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai
sebagai faktor penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan
seringkali konflik dikaitkan dengan kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik
secara fisik maupun dengan kata-kata kasar. Apabila telah terjadi konflik, pasti
akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok atau organisasi itu
sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu, menurut
pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat,
dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
(Folger & Poole: 1984).
Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart,
1993:341).
Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda beda (Devito,
1995:381).
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu social :
1. Teori konflik C. Gerrtz, yaitu tentang primodialisme,
2. Teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan kelas,
3. Teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu
konflik.
tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai
masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya.
Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam
organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan
nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi
pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan
terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan
masyarakat yang telah ada.
d. Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 5 macam :
1. Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
2. Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
3. Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
4. Konflik antar atau tidak antar agama
5. Konflik antar politik.
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan
respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil
tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan
menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan
untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan
untuk "memenangkan" konflik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan
yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Logo Sekolah
Disusun oleh :
..
..