Anda di halaman 1dari 4

Identifikasi Darah

Identifikasi darah adalah hal yang penting dalam banyak kasus kejahatan yang menyangkut
tubuh manusia. Sampel darah akan diserahkan pada laboratorium untuk dianalisis.
Identifikasi darah menjadi pusat banyak penyelidikan pembunuhan dan juga berguna dalam
kasus-kasus yang melibatkan penyerangan, kekerasan seksual, dan pencurian. Evaluasi bukti
pemeriksaan darah dapat menjadi sangat penting untuk mendukung sang pelapor atau
memperkirakan tersangka yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Adanya darah yang
ditemukan pada barang-barang bukti dapat menjadi penting dalam pembuktian tersangka
bersalah atau tidak bersalah selama proses pidana. Analisis bukti darah dapat menjadi penting
tidak hanya dalam membuktikan mana individu yang mungkin telah mengalami perdarahan,
tetapi juga dapat memperkirakan cara darah tersebut dapat terendap. Adanya percikan darah
sangat berarti dalam menentukan bagaimana darah diendapkan pada item/benda atau di TKP,
sehingga membuatnya berguna di TKP pada saat rekonstruksi kejadian. Semua faktor ini
dapat dijadikan catatan selama penyidikan dan penuntutan tindak pidana (Gefrides & Welch,
2011).
Uji Presumtif Darah
Identifikasi presumtif darah bergantung pada aktivitas peroksidase dari sekelompok heme
dalam hemoglobin. Phenolphthalein (PH), tetramethylbenzidine (TMB), leucomalachite
green (LMG), dan indikator lainnya bekerja dengan cara oksidasi terhadap sampel tes yang
mengandung hemoglobin untuk menghasilkan reaksi perubahan warna. Phenolphthalein
adalah tes dugaan yang paling umum digunakan untuk tes presumtif darah dan mungkin
digunakan sendiri atau bersamaan dengan tes dugaan lainnya. Hasil positif pada penggunaan
reagen Phenolphthalein ditunjukkan dengan warna pink cerah yang muncul biasanya dalam
sepuluh sampai lima belas detik setelah bahan uji kimia ditambahkan. Tes menggunakan PH
ini sangat sensitif dan hasil positif dapat diperoleh dari noda darah yang nyaris tak terlihat
atau tak terlihat dengan kasat mata. Salah satu kelemahan dalam uji dugaan ini adalah adanya
sejumlah zat yang dapat menghasilkan hasil positif palsu. Karat, tembaga, garam logam,
kentang, dan lobak semua dapat menyebabkan hasil yang positif dengan reagen PH.
Biasanya, jika salah satu dari zat ini ada, waktu reaksi menjadi lebih lambat dan dibutuhkan
waktu yang lebih lama untuk memunculkan perubahan warna. Beberapa laboratorium
menggunakan PH bersama-sama dengan TMB dalam uji dugaan ganda. TMB, yang bekerja
dengan cara yang sama seperti PH, ternyata memunculkan perubahan warna menjadi biruhijau dengan adanya darah. Meskipun TMB lebih spesifik dari PH, yang berarti lebih sedikit

hasil positif palsu yang ditunjukkan, namun pemeriksaan menggunakan TMB kurang sensitif
dibandingkan PH dan tidak bekerja dengan baik pada noda darah yang diencerkan (Gefrides
& Welch, 2011).
Dalam setiap kasus di mana darah dicurigai, analis harus terlebih dahulu menentukan area
mana dari suatu benda/item yang mungkin mengandung darah. Meskipun uji presumtif
perubahan warna adalah indikator yang baik untuk darah yang tampak, namun tidak praktis
digunakan untuk menguji seluruh item yang tidak tampak adanya noda darah. Bahan berpori
yang telah berlumuran darah dapat menyerap sebagian dari darah bahkan jika objek telah
dicuci dan terlihat bersih. Untuk alasan ini, tes luminol dan fluorescein digunakan untuk
menunjukkan noda darah yang tak nampak tersebut. Luminol adalah tes presumtif kimia yang
bukannya memproduksi reaksi perubahan warna, justru menyebabkan daerah yang bernoda
darah untuk memancarkan cahaya yang harus diamati di bawah sinar 'hitam'. Fluorescein juga
menyebabkan reaksi ringan tapi fluoresensi harus diamati menggunakan sumber cahaya
alternatif. Baik luminol atau fluorescein dapat disemprotkan ke permukaan besar seperti
dinding atau lantai dan daerah positif ditandai untuk pengujian lebih lanjut. Kedua tes
tersebut sangat sensitif dan akan menunjukkan noda darah yang mungkin tidak terlihat.
Daerah yang positif harus ditandai dan difoto segera karena reaksi terang tidak permanen dan
akan memudar. Salah satu kelemahan untuk tes ini adalah bahwa keduanya dapat memiliki
reaksi positif palsu. Luminol dan fluorescein akan bereaksi dengan bahan yang sama yang
dapat menghasilkan positif palsu pada penggunaan phenolphthalein dan juga dengan pemutih
dan cairan pembersih lainnya, yang dapat mengganggu deteksi darah pada permukaan yang
telah dibersihkan. Untuk alasan ini, daerah yang hasil tes fluorescein atau luminolnya positif
harus diuji ulang dengan salah satu uji presumtif perubahan warna. Masalah lain terkait
dengan uji berbasis cahaya adalah bahwa uji-uji tersebut biasanya digunakan pada noda darah
yang sangat samar. Penyemprotan bahan kimia ke noda yang sudah pudar dapat mencairkan
noda lebih jauh, yang kemudian bisa mengurangi kemungkinan mendapatkan DNA dari
sampel (Gefrides & Welch, 2011).
Pengujian spesies Darah
Pengujian spesies darah biasanya dideteksi melalui reaksi antigen-antibodi. Metode
Ouchterlony bekerja dengan cara difusi, dimana ekstrak dari bercak darah yang dicurigai dan
antibodi ditempatkan berlawanan satu sama lain dalam medium agar. Ketika mereka
bermigrasi ke arah satu sama lain, antigen darah dan antibodi saling terikat untuk membentuk
sebuah endapan yang divisualisasikan pada medium agar. Ouchterlony dapat lebih banyak

diterapkan karena dapat digunakan untuk menentukan apakah noda darah kemungkinan
berasal dari berbagai spesies yang berbeda, selama antiserum telah dibuat untuk spesies itu.
Dalam kasus forensik yang khas, hanya perlu untuk menentukan apakah noda adalah
kemungkinan berasal dari manusia, kecuali ada indikasi bahwa darah hewan terdapat pada
sampel (Gefrides & Welch, 2011).
Golongan Darah ABO
Sebelum munculnya analisis DNA untuk ilmu forensik, metode lain dikembangkan untuk
perbandingan noda cairan biologis untuk seorang individu. Yang paling umum dari ini adalah
penggolongan darah ABO. Penggolongan darah ABO didasarkan pada identifikasi antigen
spesifik yang ada pada permukaan sel-sel darah. Dalam populasi, individu mungkin memiliki
berbagai bentuk antigen, inilah yang menentukan golongan darah pada seseorang.
Membandingkan jenis darah yang diperoleh dari noda bukti dengan seorang individu yang
dikenal memungkinkan untuk penentuan apakah individu tersebut ada hubungannya dengan
noda darah tersebut. Proporsi individu yang dikenal sebagai "secretors" menghasilkan zat
yang sama dalam cairan tubuh lainnya selain darah, yang memungkinkan ABO typing yang
akan dilakukan pada semua cairan tubuh pada individu tersebut. Kelemahan utama untuk
penggolongan darah ABO adalah bahwa relatif sedikit perbedaan jenis darah ABO pada
seluruh populasi, sehingga sulit untuk menentukan individu yang terlibat dalam kasus
kejahatan. Hampir 40% dari populasi memiliki golongan darah A dan 40% golongan darah O.
Selain menjadi jauh kurang informatif dari analisis DNA, ABO typing memerlukan jumalh
sampel cukup besar untuk pengujian akurat, lebih banyak dari yang diperlukan untuk
prosedur pengujian DNA saat ini. Dengan pengembangan metode DNA yang lebih cepat dan
lebih akurat, kebanyakan laboratorium forensik tidak lagi menggunakan uji golongan darah
ABO (Gefrides & Welch, 2011).
Interpretasi Percikan Darah
Interpretasi percikan darah dapat menjadi alat yang berguna selama penyelidikan kejahatan.
Menafsirkan pola noda darah dapat menghasilkan informasi tentang cara yang noda darah
diendapkan. Jarak dari asal percikan darah, objek yang mungkin bertanggung jawab atas
adanya percikan darah tersebut, arah percikan darah, jumlah percikan (tembakan, pukulan,
dll), atau gerakan dari seorang individu setelah cedera dapat ditentukan dengan mempelajari
deposisi darah [2]. Semua informasi ini dapat membantu peneliti memperkirakan peristiwa

yang mungkin terjadi di TKP dan juga perkiraan individu yang terlibat dalam suatu
pelanggaran dapat dikuatkan. (Gefrides & Welch, 2011).

Anda mungkin juga menyukai