4-I-Sifat Fisik Fluida PDF
4-I-Sifat Fisik Fluida PDF
menghubungkan volume fluida di dalam reservoir dengan fluida pada kondisi standar di
permukaan
Sifat fisik fluida yang mendapat perhatian utama dalam pekerjaan-pekerjaan teknik reservoir
diantaranya adalah:
densitas
kompresibilitas
viskositas
sifat termodinamika (misalnya tekanan gelembung, dew point pressure, equilibrium ratios).
Jika seseorang menyebut fluida reservoir, maka yang dimaksud bukanlah hanya minyak
dan/atau gas saja melainkan juga air. Sifat fisik air yang berada bersama-sama dengan
minyak dan/atau gas sangat penting peranannya. Hal ini mengingat air tersebut juga mengisi
rongga pori (sehingga mempengaruhi jumlah volume minyak), memberikan energi kepada
sistem reservoir, dan dapat terproduksi bersama-sama dengan minyak dan/atau gas sehingga
memerlukan penanganan tersendiri. Air di dalam reservoir juga dapat mengandung mineral
yang mencerminkan bukan hanya asal-muasal air tersebut tetapi juga menggambarkan
kandungan mineral yang ada dalam batuan. Oleh karenanya sifat fisik dan komposisi air
selalu dimasukkan dalam deskripsi reservoir.
Mendapatkan informasi mengenai sifat fisik minyak dan/atau gas bumi beserta air yang
berada bersamanya tidaklah mudah. Kompleksitas keberadaan campuran minyak dan/atau gas
dengan air seringkali mengakibatkan kesulitan dalam memperkirakan karakteristik fluida
reservoir. Berikut akan dipaparkan mengenai metode pengukuran sifat fisik tersebut secara
ringkas, eksperimen laboratorium untuk mempelajari sifat fisik tersebut dengan meniru
kelakuan fluida di reservoir, dan pengolahan data sifat fisik tersebut sehingga dapat
digunakan dalam perhitungan teknik reservoir.
Informasi rinci tentang fluida reservoir yang diperlukan akan sangat tergantung pada hargaharga tekanan dan temperatur yang berkaitan erat dengan tekanan dan temperatur kritik
campuran fluida. Tekanan dan temperatur kritik tersebut berkaitan erat dengan keberadaan
fisik fluida, apakah berupa gas atau cairan. Dalam hal ini, reservoir-reservoir yang
mempunyai tekanan yang dekat dengan kondisi kritik akan memerlukan informasi yang lebih
rinci tentang fluida yang dikandungnya sebagai dasar untuk pengambilan keputusan proses
operasi produksi yang terbaik. Sebaliknya bagi reservoir-reservoir yang berada di bawah
kondisi kritik maka tidak demikian halnya.
Secara umum, terdapat tiga pendekatan yang dilakukan untuk memperoleh data tentang fluida
reservoir, yaitu:
(1) Analisis Komposisi berupa sifat-sifat campuran (misalnya kondisi kritis dan
kesetimbangan) dan data komponen individual (yang akan digunakan dalam EOS)
(2) Analisis karakteristik fluida terhadap perubahan tekanan dan temperatur berupa volume
relatif dan karakteristik lainnya (misalnya densitas, viskositas)
Sifat Fisik Fluida, hal. 2
(3) Korelasi dengan kuantitas yang telah ditentukan sebelumnya (pendekatan statistik) yang
akan digunakan jika hasil pengukuran di laboratorium meragukan atau jika tidak ada
sampel
Untuk mendeskripsikan fluida reservoir, model reservoir black oil biasanya menggunakan
densitas, viskositas, factor volume formasi (FVF), gas-oil ratio (GOR), kompresibilitas, dan
tekanan saturasi (tekanan gelembung). Parameter-parameter ini pada kenyataannya sangat
kompleks karena beberapa hal diantaranya tekanan gelembung yang merupakan fungsi dari
kedalaman, GOR yang merupakan fungsi dari tekanan gelembung, viskositas dan FVF yang
merupakan fungsi dari tekanan. Ketidakpastian mengenai viskositas, FVF, kompresibilitas air
dianggap tidak begitu besar.
Setelah suatu reservoir minyak ditemukan, deskripsi fluida didasarkan pada hasil analisis
laboratorium terhadap sampel data hubungan pressure-volume-temperatur (PVT) dari drill
stem test (DST) atau uji produksi/uji kandung lapisan (UKL), dan pengambilan sampel
melalui wireline dari sumur. Gradien tekanan di dalam reservoir dari pengukuran selama
DST, analisis sisa minyak dari contoh batuan (core), pengukuran GOR selama DST dan uji
produksi, dan pengukuran terhadap sampel minyak di lapangan akan memberikan informasi
yang sangat berharga untuk deskripsi selanjutnya.
Tingkat ketidakpastian yang dapat diterima tidak sama dari satu lapangan ke lapangan
lainnya tergantung pada keperluan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut. Di samping itu, pengembangan suatu lapangan tertentu dapat
menuntut deskripsi fluida yang lebih akurat dibandingkan dengan lapangan lainnya. Hasilhasil dari analisis ketidakpastian harus menjadi dasar bagi cara dan analisis pengumpulan
data selanjutnya.
Pengambilan Sampel
Hasil yang diperoleh dari analisis laboratorium untuk memperoleh data mengenai sifat fisik
fluida tidak akan ada artinya jika sampel yang diperoleh tidak baik. Pengukuran laboratorium
harus dilakukan terhadap sampel yang dapat mewakili seluruh fluida reservoir. Namun
demikian, sampel yang akan dianalisis mempunyai beberapa kelemahan sehubungan dengan
representatif-tidaknya sampel tersebut, diantaranya:
Tidak pernah ada sampel yang representatif bagi suatu reservoir (ada efek geologi pada
komposisi)
Sampel yang diambil biasanya dari sumur (ada perubahan komposisi akibat jumlah fasa dan
laju alir)
Saat ini dikenal 3 (tiga) metode untuk memperoleh sampel fluida reservoir yaitu bottomhole,
recombination, dan split stream. Secara ringkas, ketiga metode tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(1) Bottomhole di dalam sumur dekat interval produksi sementara sumur mengalir pada
laju alir yang rendah atau ditutup sama sekali. Metode ini hanya cocok untuk sistem
dissolved gas
(2) Recombination diambil di permukaan (separator) sementara sumur sedang mengalir;
banyak dilakukan, mudah, dan murah. Metode ini cocok untuk sistem minyak, gas, dan
kondensat
(3) Flowline/well stream akurasi paling rendah, sampel cairan dan gas terpisah (seperti
recombination), tanpa pemisahan (seperti bottomhole). Metode ini banyak digunakan
untuk sistem gas condensate
Sampel dari Bottomhole. Untuk reservoir minyak, sampel bottomhole dianggap cara yang
paling representatif, jika hal-hal berikut ini terpenuhi.
Tekanan reservoir pada saat pengambilan sampel dari bottomhole tersebut lebih tinggi dari
tekanan gelembung,
Sumur telah dipersiapkan sedemikian rupa sehingga laju produksinya cukup rendah dengan
tekanan drawdown yang rendah pula,
Tekanan pada kedalaman dimana sampel diambil lebih tinggi dari tekanan gelembung, dan
Hasil laboratorium menunjukkan bahwa sedikitnya ada dua sampel yang diambil dari
kedalaman yang sama menghasilkan hasil analisis yang sama.
Sampel dari Separator. Sampel yang diambil dari separator dianggap dapat diterima jika halhal berikut ini terpenuhi:
Tekanan reservoir pada saat pengambilan sampel dari separator tersebut lebih tinggi dari
tekanan gelembung,
Pengukuran pada separator menunjukkan GOR yang konstan dan kondisi separator untuk 46 jam sebelum dilakukan pengambilan sampel.
DST biasanya dapat memberikan sampel yang lebih representatif dibandingkan dengan
sampel yang diperoleh dengan cara wireline. Namun, sampel yang diperoleh dengan cara
wireline masih dapat digunakan terutama pada tahap eksplorasi. Juga, sampel ini sangat
informatif jika digabungkan dengan data hasil DST. Disamping itu, cara wireline jauh lebih
murah. Oleh karena alasan di atas dan karena ketidakakuratannya maka cara ini sebaiknya
tidak digunakan sebagai satu-satunya dasar penentuan sifat fisik fluida.
Analisis Laboratorium
Setelah sampel fluida diperoleh, sampel tersebut dianalisis di laboratorium untuk menentukan
sifat-sifat fisik yang diinginkan. Tergantung kepada jenis reservoir dan keperluannya,
berbagai data PVT dapat diperoleh. Beberapa sifat fisik yang penting diantaranya adalah:
densitas
viskositas
kompresibilitas
Selanjutnya ditentukan variasi sifat-sifat fisik tersebut terhadap tekanan. Data ini digunakan,
misalnya, sebagai data masukan (input) terhadap simulator untuk memperkirakan kinerja
reservoir di masa yang akan datang. Metode analisis laboratorium yang biasanya dilakukan
adalah flash vaporization, differential vaporization, dan separator flash tests.
komposisi dapat diubah pada tiap kenaikan tekanan pada saat gas dilepaskan
digunakan untuk menjelaskan perilaku fluida jika fluida tersebut berada dalam dua fasa
di dalam reservoir
menghasilkan sifat kimia seperti tingkat kelarutan padatan, pH, ppm komponen
reservoir (reservoir barrel) dibagi dengan volumenya pada kondisi standar (STB).
Pada saat tekanan lebih besar daripada pb, penurunan tekanan dari tekanan awal
menyebabkan berkembangnya volume minyak di reservoir sehingga harga Bo membesar.
Setelah melewati harga pb, penurunan tekanan lebih lanjut menyebabkan gas keluar dari
minyak yang secara kuantitatif lebih besar dari pengembangan minyak akibat penurunan
tekanan tersebut sehingga didapatkan volume minyak di reservoir mengecil dan harga Bo
mengecil. Secara matematis Bo dpat dituliskan sebagai berikut:
Bo =
Faktor volume formasi total adalah sifat turunan dari sifat-sifat yang telah dibahas di
depan. Faktor volume formasi total didefinisikan sebagai Bt = Bo + Bg (Rsob Rso), dimana
Rsob adalah Rs pada pb.
6. Kompressibilitas
Kompressibilitas dalam hubungannya dengan sifat fisik lain adalah sebagai berikut:
- Kompresibilitas minyak:
co =
1 d Bo
;
B o dp
co =
d R so
1 d Bo
+ Bg
; p < pb
dp
B o dp
p > pb
- Kompresibilitas gas:
cg =
1 d Bg
, atau
B g dp
c g = Bg
d (1 / B g )
dp
= SG oil = o =
141.5
131.5+ o API
= SG gas = g
8. Viskositas
Diatas pb, viskositas minyak menurun terhadap turunnya tekanan secara hampir linier dan
tidak tajam. Sedangkan di bawah pb, harga viskositas bertambah secara eksponensial.
Fenomena ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada saat tekanan lebih besar dari pb, penurunan tekanan menyebabkan pengembangan
minyak lebih mudah sehingga viskositas turun. Sedangkan setelah melewati pb, jumlah gas
yang berada dalam minyak berkurang terus dengan turunnya tekanan sehingga minmyak
makin mengental atau makin sulit mengalir.
Viskositas gas berkurang dengan turunnya tekanan, karena molekul-molekulnya makin
berjauhan dan bergerak lebih bebas. Pengaruh temperatur berlawanan antara kondisi
tekanan tinggi dan tekanan rendah. Pada tekanan tinggi, viskositas gas turun dengan
naikknya temperatur.
9. Faktor deviasi gas (Z)
Faktor deviasi gas didefinisikan sebagai perbandingan antara volume gas pada tekanan
tertentu dengan volumegas tersebut apabila berperilaku seperti gas ideal pada kondisi yang
sama, atau dapat dituliskan sebagai berikut:
Z = volume nyata / volume ideal
10. Tegangan permukaan
Definisi umum tegangan permukaan langsung diterapkan di industri perminyakan
misalnya untuk mengjitung tekanan kapiler.
11. Sifat-sifat fisik air
Sifat fisik air formasi yang dibahas disini adalah faktor volume formasi (Bw), densitas
(pw), kompresibilitas (cw) dan viskositas (w). Konsep sifat-sifat fisik tersebut pada
dasarnya adalah sama dengan konsep sifat-sifat fisik minyak.
Contoh berikut menunjukkan peran data fluida dalam menentukan karakteristik dan deskripsi
reservoir:
Contoh 1: Penggunaan Data dan Informasi PVT Untuk Deskripsi Reservoir 1
Contoh ini diambil dari Problem 1.18 Craft dan Hawkins hal. 51. Eksperimen telah dilakukan
terhadap cairan yang diperoleh dengan cara bottomhole sampling dari reservoir di Lapangan
LaSalle untuk menentukan solution gas dan factor volume formasi sebagai fungsi dari
tekanan. Tekanan awal reservoir adalah 3600 psia, temperature 160oF (sehingga eksperimen
di laboratorium dilakukan pada temperature 160oF). Dari eksperimen tersebut diperoleh data
seperti diitunjukkan oleh table berikut.
(a) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak?
(b) Plot gas terlarut terhadap tekanan.
(c) Apakah reservoir pada mulanya saturated atau undersaturated?
(d) Apakah reservoir mempunyai initial gas cap?
(e) Pada interval tekanan 200 2500 psia, tentukan kelarutan gas dari plot (b) dalam
SCF/STB/psi.
(f) Jika 1000 SCF gas terakumulasi dalam tiap STB minyak, dan bukan 567 SCF, berapakah
jumlah gas yang terlarut pada tekanan sebesar 3600 psia. Apakah reservoir tersebut
saturated atau undersaturated?
Tabel hasil pengukuran di laboratorium
Lapangan LaSalle
Faktor
Solution gas pada
Tekanan
volume
14.7 psia dan
(psia)
formasi
60oF (SCF/STB)
(bbl/STB)
3600
567
1.310
3200
567
1.317
2800
567
1.325
2500
567
1.333
2400
554
1.310
1800
436
1.263
1200
337
1.210
600
223
1.140
200
143
1.070
Penyelesaian:
(a) Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan gas dalam minyak diantaranya adalah
komposisi minyak dan gas, tekanan, dan temperatur.
(b) Lihat kurva berikut.
600
1.3
Bo, bbl/STB
Rs, SCF/STB
500
400
300
1.2
1.1
200
100
0
1000
2000
3000
Tekanan, psia
4000
1000
2000
3000
Tekanan, psia
4000
(c) Pada mulanya minyak bersifat undersaturated. Bagian horizontal pada kurva
menunjukkan bahwa tidak ada lagi free gas (di atas 2500 psia) yang dapat terlarut dalam
minyak. Oleh karena itu, di atas 2500 psia, minyak bersifat undersaturated.
(d) Reservoir tidak mempunyai original gas cap (karena minyak bersifat undersaturated).
(e) Solubility =
567 143
= 0.184 SCF/STB/psi.
2500 200
(f) Tarik garis kurva Rso dari 2500 psia ke 3600 psia dengan cara memperpanjang kurva,
maka Rso = 769 SCF/STB. Karena ada 1000 SCF gas untuk setiap STB minyak dan
hanya 769 SCF yang diperlukan untuk kondisi saturasi, maka reservoir bersifat saturated.
Jadi, ada gas cap.
Penyelesaian:
(a) Lihat kurva di atas.
(b) Tidak ada lagi gas yang dapat terlarut untuk meningkatkan volume pada waktu tekanan
ditingkatkan. Oleh karena itu, volume berkurang dengan dinaikkannya tekanan. Bentuk
kurva patah juga terjadi pada saat gas terakhir yang menjadi terlarut.
(c) Karena tidak ada gas tambahan yang dapat terlarut untuk meningkatkan volume pada
waktu tekanan dinaikkan, peningkatan tekanan menyebabkan penurunan volume dan
bukan peningkatan volume seperti halnya yang terjadi di bawah tekanan saturasi.
Kemiringan negatif (di atas tekanan saturasi) lebih kecil dibandingkan kemiringan positif
(di bawah tekanan saturasi) karena liquid hanya bersifat slightly compressible.
(d) Initial STB in place = N =
250(10 6)
= 190.8(10 6) STB
1.310
(e) Initial volume of dissolved gas = N Rsoi = 190.8(106) x 567 = 108.2(109) SCF
(f) B o =
Vt
= 1 + (T 60) = 1 + 0.0006(160 60) = 1.06 bbl/STB
Vo
Memodelkan atau membuat simulasi proses yang terjadi pada fluida reservoir selama
mengalami penurunan tekanan tidak dapat dilakukan secara persis melalui suatu proses
tunggal. Dalam hal ini, diperlukan gabungan beberapa metode untuk mendekati proses yang
terjadi tersebut. Berikut ini diulas prosedur yang ditempuh masing-masing percobaan di
laboratorium beserta pengolahan data dan analisis perhitungannya. Prosedur standar untuk
reservoir fluid study atau dikenal juga dengan PVT study merupakan pelaksanaan prosedurprosedur untuk jenis-jenis pengujian berikut:
1. pengukuran komposisi
2. flash liberation
3. differential leberation
4. separator test
5. pengukuran viskositas
Hasil dari PVT study ini dilaporkan dalam format standar. Hal pertama berisi tentang
karakteristik fluida formasi dan kondisi sampel. Pengambilan sampel fluida untuk studi di
atas dapat dilaksanakan dengan beberapa teknik, antara lain bottom hole sampling dan
recombined sampling.
Percobaan di Laboratorium
Pengukuran komposisi
Komposisi kimia minyak bumi adalah sangat kompleks. Pengukuran komposisi biasanya
dilakukan sampai C6 dan selanjutnya komponen yang lain digabung dalam C7+ (C7 dan
selebihnya) dengan alat gas chromatography.
Flash liberation
Flash liberation terkenal juga dengan flash vaporization atau flash expansion atau pressure
volume relation. Dalam pengujian ini gas yang keluar dari larutan dalam minyak dibiarkan
berada dalam kontak dengan minyak sehingga komposisi tidak berubah selama test
berlangsung. Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tempatkan sampel dalam tabung percobaan pada p di atas tekanan awal reservoir dan T
reservoir.
2. Sambil menjaga T konstan, turunkan tekanan sampai tekanan tertentu kemudian catat
volume totalnya.
3. Ulangi Langkah 2 sampai gas keluar dari larutan.
4. Kocok cell untuk menyetimbangkan sistem.
5. Ulangi Langkah 2.
pb
Vt
Liquid
Vt
Liquid
Liquid
Gas
Vt
Vt
Liquid
Hg
Hg
Vt
Gas
Liquid
Hg
Hg
Hg
Langkah
Pertama
Langkah
Kedua
Langkah
Ketiga
Langkah
Keempat
Hasil pengujian flash liberation biasanya dilaporkan dalam bentuk tabulasi sebagai berikut
untuk satu harga temperature reservoir:
Tekanan
(psig)
-
Relative
volume
(1)
-
Y
Function
(2)
-
P = pb
1.0000
dimana:
V
(1) Relative volume = t , yaitu barrels volume total pada tiap tekanan dibagi dengan
VbF
barrels volume total pada tekanan gelembung pb.
(2) Y Function =
pb p
V
p abs t 1
Vb
Differential liberation
Differential liberation atau differential vaporization berbeda dari flash liberation karena gas
yang keluar dari larutan kemudian dikeluarkan dari tabung sehingga tidak berada dalam
kontak dengan liquid. Dengan demikian komposisi system berubah setiap perubahan tekanan.
Prosedur yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Tempatkan fluida dalam tabung pada tekanan = pb dan temperatur sama dengan
temperatur reservoir.
2. Turunkan tekanan sampai tekanan tertentu, maka sejumlah gas akan terlepas dari minyak.
3. Kocok cell supaya terjadi kesetimbangan, dan diamkan beberapa saat sampai gas terpisah
dari liquid.
4. Gas dikeluarkan dari cell dengan cara pendesakan pada tekanan konstan.
5. Ukur jumlah gas yang dikeluarkan dan specifik gravity-nya.
6. Ukur volume minyak yang tertinggal di dalam tabung.
7. Ulangi Langkah 2-6 sampai tekanan atmosfir.
8. Turunkan temperatur sampai kondisi standar 60oF dan ukur volumenya.
Gas
Gas
pb
Vo
Liquid
Vo
Gas
Liquid
Liquid
Liquid
Vo
Gas
Liquid
Hg
Hg
Hg
Hg
Hg
Langkah
Pertama
Langkah
Kedua
Data yang dihasilkan adalah volume minyak, Vo, pada waktu awal dan tiap tekanan
berikutnya, volume gas yang keluar dari larutan dan dikeluarkan dari tabung, volume residual
minyak yang tersisa pada akhir pengujian (p = 1 atm, T = 60oF), Vo,res. Dari data tersebut
dapat dihitung untuk tiap tekanan:
Solution GOR = R sD =
Vo
V o, res
Vg
V o, res
Oleh karenanya, hasil pengujian differential vaporization dilaporkan dalam bentuk tabulasi
sebagai berikut:
Solution
GOR
(RsD)
Relative
Oil
Volume
(BoD)
(1)
(2)
(3)
p = pb
Tekanan
(psig)
Relative
total
volume
(BtD)
Oil
Density
(gm/cc)
Gas
Gas
Formation
Deviation
Volume
Factor
Factor
Gas
gravity
(4)
dimana
(1) Solution GOR = cuft gas pada p = 14.65 psia 60oF dibagi dengan barrel minyak sisa pada
akhir test (p = 14.65 psia 60oF).
(2) Relative oil volume = barrel minyak pada tiap tekanan dibagi dengan barrel minyak sisa
pada akhir test (p = 14.65 psia 60oF)
(3) Relative total volume = barrel minyak ditambah dengan gas yang keluar pada tiap tekanan
dibagi dengan barrel minyak sisa pada akhir test (p = 14.65 psia 60oF).
(4) Faktor volume formasi gas = cuft gas pada tiap tekanan dibagi dengan cuft pada p = 14.65
psia 60oF.
Separator test
Prosedur percobaan separator test di laboratorium yang ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Temperatur fluida reservoir dalam tabung pada tekanan = pb dan temperatur reservoir.
Tekanan di separator dijaga konstan dan tekanan di tanki selalu pada tekanan atmosfir.
Biasanya tekanan di separator dipilih oleh operator di lapangan. Temperatur di separator
dan tanki dijaga pada harga rata-rata lapangan.
2. Turunkan volume sehingga sejumlah minyak akan keluar dan masuk ke separator yang
selanjutnya terpisahkan menjadi gas dan minyak. Minyak dari separator ini mengalir ke
tanki, untuk kemudian gas akan terpisahkan lagi dari minyak.
3. Ukur volume gas di separator dan tanki, volume minyak yang keluar dari tabung, volume
minyak di tanki, dan specifik gravity gas di separator dan tanki.
4. Ulangi Langkah 2 untuk tekanan separator yang berbeda.
pb
Gas
Gas
Liquid
Stock
tank
Liquid
Hg
Liquid
Data yang dihasilkan berupa gas-oil ratio (GOR) pada tiap tingkat tekanan separator yang
berbeda, oil dan gas gravity, faktor volume formasi pada tekanan gelembung. Data tersebut
biasanya dilaporkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tekanan
separator
(psig)
Temp.
separator
(oF)
Gas-oil
ratio
Gas-oil
ratio
(1)
(2)
50
sampai
0
100
sampai
0
200
sampai
0
300
sampai
0
Stock
tank
gravity
(oAPI)
Formation
Volume
Factor
Separator
Volume
Factor
(3)
(4)
SG Gas
flashed
(1) GOR = cuft gas pada 14.65 psia 60oF dibagi dengan barrel minyak pada p dan T.
(2) GOR =cuft gas pada 14.65 psia 60oF dibagi dengan barrel stock tank minyak pada 1 atm
dan 60oF.
(3) FVF = barrel saturated oil pada p = pb psig dan T dibagi barrel stock tank minyak pada 1
atm dan 60oF.
(4) Separator volume factor = barrel minyak pada p dan T dibagi barrel stock tank minyak
pada 1 atm dan 60oF.
Pengolahan data
Setelah data diperoleh, maka kemudian dilakukan analisis dan perhitungan untuk
mendapatkan data sifat fluida bersangkutan. Bagian ini menerangkan dengan singkat
mengenai pengolahan data dari hasil percobaan laboratorium seperti tersebut di atas dengan
sedikit ilustrasi perhitungan untuk menjadi data yang siap pakai. Data siap pakai ini misalnya
diperlukan dalam perhitungan-perhitungan reservoir engineering seperti metode konvensional
material balance dan/atau simulasi reservoir.
Data yang diperoleh dari laboratorium untuk uji flash liberation adalah volume total terhadap
tekanan. Apabila data yang diperoleh tersebut diplot maka perpotongan antara dua garis yang
mewakili kelompok kelakuan data yang berbeda adalah pada saat timbulnya gas atau tekanan
gelembung (pb). Perbandingan volume total pada saat tekanan gelembung ditampilkan pada
laporan. Harga perbandingan volume pada tekanan lebih besar daripada tekanan gelembung
digunakan untuk perhitungan volume formasi minyak.
Volume yang diperoleh pada langkah terakhir percobaan di atas, yaitu pada kondisi tekanan
atmosfir dan temperatur standar disebut sebagai Vor (residual oil volume). Volume minyak
yang diperoleh setelah pendesakan gas dari cell disebut sebagai Vo. Dari differential
liberation ini dihasilkan faktor volume formasi minyak yaitu Bod = Vo/Vor; kelarutan gas
dalam minyak pada tekanan gelembung, yaitu:
R sDb =
Sedangkan kelarutan gas dalam minyak pada suatu tekanan tertentu adalah sebagai berikut:
R sD =
Berbeda dengan sebelumnya, dari test ini hanya dihasilkan parameter yang tidak tergantung
pada tekanan yaitu:
- Faktor volume formasi pada tekanan gelembung
B oSb =
V o di separator
V o di tanki
Pengolahan data ini adalah untuk menentukan parameter reservoir dari data pengujian di
laboratorium. Data yang dapat diperoleh adalah Bo, Bt, Rs, o, g, dan co sebagai fungsi dari
tekanan. Asumsi dasar yang digunakan untuk pengolahan data tersebut adalah bahwa
pengujian di laboratorium tersebut dapat memodelkan proses yang sebenarnya terjadi, yaitu:
Pada kondisi tekanan lebih besar daripada tekanan gelembung, proses yang terjadi di
reservoir sampai ke separator dapat diwakili dengan gabungan flash liberation dan separator
test.
Sedangkan proses yang terjadi pada kondisi di bawah tekanan gelembung dapat diwakili
dengan gabungan differential liberation dan separator test.
Dengan catatan bahwa reservoir berperilaku seperti halnya differential liberation, dan aliran
dari bottomhole ke stock tanlk berperilaku seperti separator test.
Hasil dari separator test memberikan pilihan kondisi pemakaian tekanan dan temperatur
separator. Pemilihan kondisi temperatur dan tekanan separator berdasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
1. Gas-oil ratio minimum
2. Faktor volume formasi minyak minimum
3. Derajat API maksimum
Dari separator test dapat diambil harga faktor volume formasi minyak dan kelarutan gas
dalam minyak pada kondisi tekanan gelembung yaitu masing-masing BoSb dan RsSb.
Berikut adalah prosedur pengolahan data gabungan menggunakan data flash liberation,
differential liberation, dan separator test untuk menentukan Bo, Rs, Bt, co sebagai fungsi dari
tekanan.
1. Faktor volume formasi minyak, Bo
- untuk p pb
Vt
B oSb
B o =
V
b
bbl
STB
B o = B oD
B oDb
bbl
STB
B oSb
B oDb
atau
B t = B tD
B oSb
B oDb
(V t / V b) F1
( V t / V b) F2
p 2 p1
- untuk p < pb
co =
B oD
1 R sD
B g
R sD
B oD p
Oil
volume in
cell (cc)
650
Gas
volume in
cell (cc)
0
Cell
Temperature
(oF)
195
1500 = pb
669
195
1000
650
150
195
500
615
700
195
14.7
500
44,500
60
Tentukan Rso, Bo, dan Bt pada tekanan masing-masing. Diketahui faktor deviasi gas pada
tekanan 1000 psia dan 500 psia masing-masing 0.91 dan 0.95.
Penyelesaian:
Pada tekanan 2000 psia:
R so =
Bo =
44,500
(5.615) = 500 SCF/STB
500
650
= 1.300 bbl/STB
500
B t = B o = 1.300 bbl/STB
Bo =
669
= 1.338 bbl/STB
500
B t = B o = 1.338 bbl/STB
150(1000)
44,500
0.02829(0.91)(655)
500
Bo =
650
= 1.300 bbl/STB
500
Bt =
650 + 150
= 1.600 bbl/STB
500
700(500)
44,500
0
.
02829
(
0
.
95
)(
655
)
500
Bo =
615
= 1.230 bbl/STB
500
Bt =
650 + 700
= 2.630 bbl/STB
500
5000
Relative
volume
(1)
0.9639
4500
0.9703
4000
0.9771
3500
0.9846
3000
0.9929
2900
0.9946
2800
0.9964
2700
0.9983
2620 = pb
1.0000
2605
1.0022
2.574
2591
1.0041
2.688
2516
1.0154
2.673
2401
1.0350
2.593
2253
1.0645
2.510
2090
1.1040
2.422
1897
1.1633
2.316
1698
1.2426
2.219
1477
1.3618
2.118
1292
1.5012
2.028
1040
1.7802
1.920
830
2.1623
1.823
640
2.7513
1.727
472
2.7226
1.621
Tekanan
(psig)
Gas
Gas
Oil
Gas
Formation
Density Deviation
Volume gravity
Factor
(gm/cc)
Factor
0.6562
Tekanan
(psig)
Solution
GOR
(RsD)
2620 = pb
854 = RsDb
1.600 = BoDb
Relative
total
volume
(BtD)
1.600
2350
763
1.554
1.665
0.6655
0.846
0.00685
0.825
2100
684
1.515
1.748
0.6731
0.851
0.00771
0.818
1850
612
1.479
1.859
0.6808
0.859
0.00882
0.797
1600
544
1.445
2.016
0.6889
0.872
0.01034
0.791
1350
479
1.412
2.244
0.6969
0.887
0.01245
0.794
1100
416
1.382
2.593
0.7044
0.903
0.01552
0.809
850
354
1.351
3.169
0.7121
0.922
0.02042
0.831
600
292
1.320
4.254
0.7198
0.941
0.02931
0.881
350
223
1.283
6.975
0.7291
0.965
0.05065
0.988
159
157
1.244
14.693
0.7382
0.984
0.10834
1.213
Relative Oil
Volume
(BoD)
1.075
o
Pada 60 F
0.7892
2.039
1.000
Temp.
separator
(oF)
Gas-oil
ratio
Gas-oil
ratio
(1)
(2)
50
sampai
0
75
715
737
75
41
41
100
sampai
0
75
637
676
75
91
92
200
sampai
0
75
542
602
75
177
178
300
sampai
0
75
478
549
75
245
246
Stock
tank
gravity
(oAPI)
40.5
40.7
40.4
40.1
Formation
Volume
Factor
Separator
Volume
Factor
(3)
(4)
1.481
1.474
1.483
1.495
SG Gas
flashed
1.031
0.840
1.007
1.338
1.062
0.786
1.007
1.363
1.112
0.732
1.007
1.329
1.148
0.704
1.007
1.286
Penyelesaian:
1. Tentukan kondisi optimum separator. Lihat data separator. Ambil suatu harga tekanan
dimana formation volume factor minimum. Ini akan menghasilkan jumlah minyak
maksimum. Pada titik tersebut, stock tank oil gravity berharga maksimum dan total GOR
berharga minimum.
Tekanan
separator
(psig)
Temp.
separator
(oF)
Gas-oil
ratio
Jumlah
Gas-oil
ratio
(RsSb)
Stock
tank
gravity
(oAPI)
(2)
50
sampai
0
75
75
41
100
sampai
0
75
676
75
92
200
sampai
0
75
602
75
178
300
sampai
0
75
549
Formation
Volume
Factor
(3)
737
778
40.5
1.481
BoSb
B
768
40.7
1.474
40.4
1.483
40.1
1.495
780
795
75
246
Kondisi tersebut adalah tekanan separator = 100 psig, yaitu GOR minimum = RsSb = 768
SCF/STB, API gravity maksimum = 40.7, dan FVF minimum = BoSb = 1.474 bbl/STB.
2. Tentukan Bo untuk p < pb dari data relative oil volume differential liberation dan hasil
kondisi optimum separator menggunakan:
B oSb
B o = B oD
B oDb
dimana:
BoSb = 1.474 bbl/STB
B
1.474
B oD
1.600
Tekanan
(psig)
2620
2350
2100
1850
1600
1350
1100
850
600
350
159
0
Relative Oil
Volume (BoD)
B
1.600
1.554
1.515
1.479
1.445
1.412
1.382
1.351
1.320
1.283
1.244
1.075
Bo (bbl/STB)
B
1.474
1.432
1.396
1.363
1.331
1.301
1.273
1.245
1.216
1.182
1.146
Tentukan Bo untuk p > pb dari data relative oil volume flash liberation dan hasil kondisi
optimum separator menggunakan:
Vt
B oSb
B o =
Vb F
dimana:
Vt
B o = 1.474
V
b F
dan diperoleh tabel berikut:
Tekanan
(psig)
5000
4500
4000
3500
3000
2900
2800
2700
2620
Relative
volume
(1)
0.9639
0.9703
0.9771
0.9846
0.9929
0.9946
0.9964
0.9983
1.0000
Bo
(bbl/STB)
B
1.421
1.430
1.440
1.451
1.464
1.466
1.469
1.471
1.474
Sifat Fisik Fluida, hal. 25
Bo, bbl/STB
1.5
1.4
1.3
1.2
1.1
1
0
1000
5000
B oSb
B oDb
1.474
B tD
1.600
Tekanan
(psig)
2620
2350
2100
1850
1600
1350
1100
850
600
350
159
0
Bt (bbl/STB)
B
1.474
1.534
1.610
1.713
1.857
2.067
2.389
2.919
3.919
6.426
13.536
Bt, bbl/STB
11
9
7
5
3
1
0
1000
2000 3000
4000
Tekanan, psia
5000
4. Tentukan Rs dari total GOR dari kondisi optimum separator dengan solution GOR dari
differential liberation menggunakan
R s = R sSb (R sDb R sD)
B oSb
B oDb
dimana
RsSb = 768 SCF/STB dari separator data kolom 4
RsDb = 854 SCF/residual dari differential liberation data kolom 2
RsD dari differential liberation data kolom 5
BoSb = 1.474 bbl/STB
B
Sehingga
R s = 768
1.474
(854 R sD)
1.600
Solution
GOR
(RsD)
854
763
684
612
544
Rs
(SCF/STB)
1350
1100
850
600
350
159
0
479
416
354
292
223
157
0
Rs vs. p
1000
Rs, SCF/STB
800
600
400
200
0
0
1000
2000 3000
Tekanan, psia
4000
5000
(V t / V b) F1
(V t / V b) F2
p 2 p1
- untuk p < pb
co =
B oD
1 R sD
B g
R sD
B oD p
Tabulasi berikut adalah hasil perhitungan dengan menggunakan data flash liberation dan
differential liberation.
5000
Relative
volume
(1)
0.9639
4500
0.9703
1.32 x 10-5
4000
0.9771
1.40 x 10-5
3500
0.9846
1.53 x 10-5
3000
0.9929
1.68 x 10-5
2900
0.9946
1.71 x 10-5
2800
0.9964
1.81 x 10-5
2700
0.9983
1.91 x 10-5
2620 = pb
1.0000
2.13 x 10-5
Tekanan
(psig)
co (psi-1)
Gas
Formation
Volume
Factor
co (psi-1)
1.554
0.00685
1.48 x 10-4
684
1.515
0.00771
1.66 x 10-4
1850
612
1.479
0.00882
1.97 x 10-4
1600
544
1.445
0.01034
2.40 x 10-4
1350
479
1.412
0.01245
3.11 x 10-4
1100
416
1.382
0.01552
4.06 x 10-4
850
354
1.351
0.02042
5.76 x 10-4
600
292
1.320
0.02931
9.79 x 10-4
350
223
1.283
0.05065
2.27 x 10-3
159
157
1.244
0.10834
Tekanan
(psig)
Solution
GOR
(RsD)
Relative Oil
Volume (BoD)
2620 = pb
854 = RsDb
1.600 = BoDb
2350
763
2100
co vs. p
1.00E-03
co , psi
-1
8.00E-04
6.00E-04
4.00E-04
2.00E-04
0.00E+00
0
1000
5000
Bagian ini tidak membahas secara detail penggunaan korelasi-korelasi yang telah
dikembangkan dan digunakan secara meluas di industri perminyakan. Tulisan ini hanya
menyebutkan secara ringkas mengenai korelasi-korelasi tersebut sebagai pengenalan saja.
Secara praktis, penggunaan korelasi tidak memerlukan data komposisi fluida. Disamping
persamaan korelasi dalam bentuk persamaan sehingga dapat langsung digunakan dalam
program komputer, tersedia pula beberapa nomograph yang dibuat untuk menggambarkan
beberapa persamaan korelasi.
Sifat-sifat fisik yang dapat dihitung dengan menggunakan korelasi diantaranya adalah:
Untuk fasa minyak:
Kompresibilitas minyak (co): Korelasi Vasquez and Beggs, Korelasi McCain, Rollins,
and Villena
Viskositas minyak (o): Korelasi Vasquez and Beggs, Korelasi Beggs and Robertsons
Gas Properties
Gas ideal:
Gas ideal adalah fluida yang:
1. Memiliki volume molekul yang dapat diabaikan dibandingkan dengan volume fluida
keseluruhan
2. Tidak memiliki gaya tarik atau gaya tolak antara sesama molekul atau antara molekul
dengan dinding tempat gas itu berada
3. Semua tumbukan antar molekul-molekulnya bersifat elastis murni yang berarti tidak ada
kehilangan energi.
Untuk menggambarkan properties gas ideal digunakan persamaan keadaan atau equation of
state (EOS) berdasarkan hukum-hukum gas ideal yang dihasilkan dari berbagai percobaan.
Hukum-hukum gas ideal tersebut, diantaranya:
1. Hukum Boyle
2. Hukum Charles
3. Hukum Avogadro
4. Hukum Gay Lussac.
Persamaan keadaan bertujuan untuk menghubungkan antara tekanan, volume, dan
temperatur. Persamaan gas ideal:
P V ideal = nRT
dimana:
n = jumlah molekul
R = Konstanta tetapan gas
Densitas Gas
Densitas gas (g) didefinisikan sebagai massa gas per satuan volume.
=
m
V
g =
nM
V ideal
pm
RT
28.97 p
RT
(gas)
(udara)
3. Spesifik Gravity
M
28.97
4. Kompresibilitas
nRT
p
d V ideal
nRT
=
dp
p2
c=
1 dV
V dp
cg =
1
p
Gas nyata
Dibedakan dari gas ideal dengan adanya factor kompresibilitas atau factor deviasi, Z. Definisi
factor deviasi gas adalah:
z=
Densitas:
=
m
V
g =
nM
V
g =
28.97 p
ZRT
Kompresibilitas:
pV = ZnRT sehingga V =
ZnRT
p
p dp
dp
p2
ZnRT 1 dZ ZnRT 1
=
p Z dp p p
=
V dZ V
Z dp p
1 dV
V dp
maka
cg =
1 V dZ V
V Z dp p
atau
cg =
1 1 dZ
p Z dp
Catatan: terlihat bahwa jika untuk gas ideal, tidak ada Z, maka c g =
1
.
p