Anda di halaman 1dari 30

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

LANDASAN ILMIAH ILMU PENDIDIKAN

Disusun Oleh:
M. Ansyori Ridwan
( 15205026)
Dosen: Prof. Dr. Azwar Ananda, Ma

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015

1. Pendidikan adalah satu disiplin ilmu. Berikan suatu analisa yang melukiskan bahwa
pendidikan adalah sebagai satu disiplin ilmu. Uraian anda hendaknya meliputi
pengertian, objek kajian, metodologi, kegunaan, cakupan isi, dan kaitan ilmu
pendidikan dengan ilmu lainnya.
Jawaban:
Pendidikan sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya
senantiasa ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri.
Pendidikaan memiliki peranan penting upaya untuk membangun dan meningkatkan mutu
sumber daya manusia menuju era globalisasi. Pendidikan merupakan suatu upaya
mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke taraf yang lebih
baik dan lebih sempurna. Pendidikan tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa
depan, namun harus berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif
bagi penyelesaian permasalahan kekiniaan. Pendidikan dan manusia suatu hal yang tidak
bisa dipisahkan. sebab berbicara tentang pendidikan berarti membicarakan hidup dan
kehidupan manusia. Sebaliknya, berbicara tentang kehidupan manusia berarti harus
mempersoalkan masalah pendidikan, sebab pendidikan dalam makna yang luas berlansung
sepanjang hidup manusia. Dengan demikian, berbicara masalah kehidupan manusia adalah
persoalan pendidikan. Pendidikan muncul dari memulai sesuatu. Manusia mulai mencoba
untuk mendidik diri dan sesamanya dengan sasaran menumbuhkan kesadaran terhadap
makna dan hakikat kehidupan ini. Jadi Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan pengetahuan lainnya. ilmu adalah pengetahuan yang teratur
tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya,
baik menurut kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya
(jika dilihat dari dalam). Dalam hal ini, kegiatan pendidikan ditekankan pada materi yang
berisi tentang pengetahuan umum baik berupa wawasan asal mula, eksistensi serta tujuan
kehidupan. Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan
(Ilmu Pendidikan) yang persoalan khasnya adalah menumbuh-kembangkan potensi
manusia menjadi semakin dewasa dan matang. Sebagai suatu disiplin ilmu, maka Ilmu

Pendidikan haruslah dapat dibuktikan secara mendasar terhadap eksistensinya sebagai


suatu disiplin ilmu. Bila ada istilah yang mengatakan bahwa buku adalah jendela maka
ilmu juga bisa diatikan sebagai penerang dunia. Karena ibarat hidup tanpa ilmu maka kita
akan hidup dalam sebuah kegelapan yang tanpa berujung. Oleh karena itu penting bagi
kita untuk selalu mencari dan memperdalam ilmu supaya kita bisa mengikuti
perkembangan jaman tanpa dihantui rasa ketakutan karena kedangkalan ilmu yang kita
miliki. jadi untuk memperoleh ilmu kita harus mendapatkannya dengan melaksanakan
pendidikan.
Dengan demikian maka landasan ontologis Ilmu Pendidikan adalah menyangkut
hakikat substansi/ obyek kajian Ilmu Pendidikan sebagai pengetahuan keilmuan.
Adapun aspek realitas yang dijangkau Ilmu Pendidikan melalui pengalaman
pancaindra adalah dunia pengalaman manusia secara empiris. Ditinjau dari fungsinya,
obyek Ilmu Pendidikan dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu obyek formal dan obyek
material, yang dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Obyek formal Ilmu Pendidikan
Obyek formal merupakan bidang yang menjadi keseluruhan ruang lingkup garapan riset
pendidikan. Obyek formal Ilmu Pendidikan adalah pendidikan. Pendidikan disini dalam
arti yang maha luas, sempit, maupun dalam pengertian luas terbatas. Pengertian
pendidikan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Dalam Pengertian maha luas, pendidikan sama dengan hidup. Pendidikan adalah
segala situasi dalam hidup yang memengaruhi pertumbuhan sesorang. Pendidikan
adalah pengalaman belajar, sehingga pendidikan daat pula didefinisikan sebagai
keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya. Pendidikan
berlansung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlansung sejak manusia itu lahir
sampai mati.
b) Dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah, yakni lembaga pendidikan
sebagai salah satu hasil rekayasa dari peradaban manusia. Pendidikan tidaklah
berlansung seumur hidup, melainkan dalam jangka waktu terbatas. Keterbatasan ini
juga tidak hanya menyangkut keterbatasan waktu, tetapi juga tempat, bentuk
kegiatan dan tujuan.
c) Dalam pengertian luas terbatas, pendidikan merupakan berbagai macam
pengalaman belajar dalam keseluruhan lingkup kehidupan, baik di sekolah, maupun
di luar sekolah, yang sengaja dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2. Obyek material Ilmu Pendidikan

Obyek material merupakan hal-hal atau aspek-aspek yang menjadi garapan lansung
riset pendidikan. Menurut Heryanto (2002) objek material Ilmu Pendidikan ialah
manusia seutuhnya, manusia yang lengkap aspek-aspek kepribadiannya, yaitu manusia
yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan atau diharapkan melampaui manusia
sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga masyarakat ia mempunyai ciri warga
yang baik. Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka objek
material Ilmu Pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam fenomena atau
situasi pendidikan. Hal ini berarti ruang lingkup manusia seutuhnya ini dalam
kedudukannya sebagai peserta didik, baik secara individu maupun kelompok (sosial),
sehingga batasan manusia seutuhnya ini dalam konteks pendidikan.
Metodologi pengembangan ilmu mencakup 3 klaster:
a. Metodologi berpikir. Yang terbagi atas pola berpikir deduktif dan induktif (dimulai dari
mempertanyakan praktik/ manfaat apa, dilanjutkan dengan pengembangan alternatifalternatif untuk menemukan kerangka berpikir yang mampu menjawab praktik yang
dihadapi.
b. Metodologi pemaknaan secara deskriptif, inferensiil dan normatif. Sehingga
memunculkan permikiran antisifatif yang kritis dengan menerapkan desain, penetapan
tujuan, penyusunan instrumen, pembuatan analisis dan pembuatan kesimpulan.
c. Mengkonstruksi teori, yaitu bagaimana kita merekonstruksi perkembangan yang
berkelanjutan secara cerdas, kritis sekaligus mampu berpikir dekonstruksi. Sehingga
produk ilmiah menjadi inovatif dan kreatif tak terduga, namun diakui bermutu tinggi
mampu mengatasi masalah masa depan.
Menurut Noeng Muhadjir (1987) Kegunaan pendidikan sebagai ilmu, yaitu:
1. Menumbuhkan kreatifitas peserta didik (pendidikan kreatifitas)
2. Menjaga lestarinya nilai-nilai insan dan nilai-nilai ilahi (pendidikan moralitas)
3. Menyiapkan tenaga kerja produktif (pendidikan produktifitas)
Cakupan isi sebagai berikut:
1. Substansial subjek, yang dihimpun dari teori pendidikan
2. Konteks sosial makro yang dibangun dari teori dan filsafat perubahan sosial
3. Fungsional yang materialnya dibangun dari pemikiran teknologik
4. Instrumental, berdasarkan materi penyampaian, pengelolaan dan pengembangan.
Dewantara (Dalam Djudju Sudjana, 2007:13) mengatakan bahwa pendidikan yang
teratur bersandar atas pengetahuan, yang dinamakan Ilmu Pendidikan. Ilmu ini tidak

berdiri sendiri, akan tetapi masih memakai ilmu-ilmu yang lainnya, yang dinamakan ilmu
syarat-syarat pendidikan atau hulpwetenschappen yang terbagi mejadi lima jenis, yaitu:
1) Ilmu Hidup-Batin Manusia (ilmu jiwa, psychologie)
2) Ilmu Hidup Jasmani (physiologie)
3) Ilmu Keadaban dan Kesopanan (ethika atau moral)
4) Ilmu Keindahan atau Ketertiban Lahir (aesthetika), dan
5) Ilmu Tambo Pendidikan (ikhtisar tentang mekanisme pendidikan).
Berkat dukungan Ilmu Pendidikan, berkembanglah pendidikan disiplin ilmu, yaitu
pendidikan disiplin dan subdisiplin ilmu pengetahuan alam, pendidikan disiplin dan
subdisiplin Ilmu pengetahuan sosial, serta pendidikan disiplin dan subdisiplin ilmu
humaniora. Sebaliknya, baik ilmu pendidikan teoritik maupun ilmu pendidikan praktik
memperoleh dukungan kuat dari ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, ilmu
pengetahuan humaniora.
Keterkaitan antara Ilmu Pendidikan dengan ilmu-ilmu lainnya dapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu pengetahuan alam, terutama biologi (biotic,flora dan fauna), fisika (abiotik,
musim, cuaca, lokasi, energi). Ilmu pengetahuan alam mendukung mendukung pendidikan
dalam mempelajari menggunakan lingkungan hayati, non hayati, buatan dalam bentuk
suatu kebijakan dan program-program. Mendukung dalam masukan lingkungan
(environmental input) system pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis. Dukungan
yang lebih mendasar berupa metode ilmiah, yaitu cara berpikir dan cara mengembangkan
ilmu melalui pengamatan, nalar, dan eksperimen.
b.Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu pengetahuan social, mendukung dalam mengkaji aspek-aspek perilaku manusia
yang terlibat dalam pendidikan, seperti individu, kelompok, dan lingkungannya. Sejarah
membantu memahami keadaan masa lampau, masa sekarang, dan masa akan datang.
Antropologi membantu mempelajari ciri biologis manusia (antropologi ragawi), bendabenda purbakala (archeology), bahasa (linguistics), serta struktur social dan budaya
kelompok (social anthropology). Anthropologi sosial membantu mempelajari struktur
social kehidupan kelompok untuk memahami status social, pola kekuasaan, peluangpeluang dalam kelompok. Setiap masyarakat memiliki stratifikasi social berdasarkan
perbedaan usia, kekerabatan, suku bangsa, kelompok kekuasaan, pekerjaan pranata social
dan sebagainya.

c. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Ekonomi


Ilmu ekonomi, membantu mempelajari cara masyarakat untuk menyebarkan dan
menggunakan sumber-sumber kehidupan yang relative terbatas kepada kelompok yang
membutuhkan. Kajian terhadap pasar dan harga kunci penyebaran sumber. Kajian
pemilikan kekayaan dan pemanfaatannya berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Kajian
dalam mengembangkan prinsip ekonomi dalam pengembangan pendidikan yang
berorientasi pada pengembangan ekonomi.
d. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Politik
Ilmu politik, membantu mengkaji pola-pola kekuatan kekuasaan, dominasi, dan
perangkat politik yang ada di masyarakat mencakup dua hal. Pertama, berupa perjuangan
kekuatan antara pihak yang ingin mempengaruhi, mempertahankan, mengubah pranata.
Kedua, hukum yang berlaku meliputi peraturan pemerintah, peraturan antar lembaga
pemerintah, dan antara pemerintah dengan masyarakat. Dapat dikembangkan ilmu
pendidikan berdasar kajian kehidupan berpolitik, kebijakan dan peratuaran yang berlaku,
aparatur pemerintah, mekanisme politik , dan kaitan antar bangsa.
e. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Sosiologi
Sosiologi, membantu mengkaji kehidupan berkelompok dan proses sosialisasi, yakni
cara seseorang menjadi warga suatu kelompok. Mengkaji pula ciri-ciri alamiah manusia
serta hubungan antar manusia yang dipengaruhi alam, ilmu pengetahuan, dan teknologi
dalam lingkungan keluarga, desa, kota,dan komunitas.
f. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Psikologi
Psikologi,

membantu

mempelajari

aspek-aspek

psikologis

individu

dalam

interaksinya dengan lingkungan. Psikologi sosial mengkaji aspek-aspek social individu


dan bentuk tingkah laku kelompok yang menumbuhkan gerakan masyarakat sebagai
respon terhadap rangsangan social. Tiga titik berat kajian (1) pengaruh social terhadap
individu adalah persepsi, minat, motivasi, dan proses belajar; (2) proses individual
bersama seperti solidaritas dan sikap lainnya; (3) interaksi kelompok seperti
kepemimpinan,kerjasama, dan konformitas.
g. Keterkaitan Ilmu Pendidikan dengan Ilmu Humaniora
Ilmu humaniora, mendukung dalam mengkaji nilai-nilai budaya, kehidupan rohaniah
manusia, pengalaman manusia yang berupa karya, berbagai upaya manusia menjelaskan
makna kehidupan dibantu kajian agama dan filsafat.

2. a. Jelaskan hubungan antara pendidikan dan kebudayaan


b. Mengapa pendidikan dikatakan oleh para ahli sebagai usaha memanusiakan
manusia (civilized human being). Uraian hendaknya meliputi pengertian
kebudayaan, cakupan isi kebudayaan, instistusi dan pemenuhan kebutuhan umat
manusia dan aspek-aspek lainnya.
Jawab:
A. Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan
a.

Kebudayaan dan Pendidikan seperti yang kita ketahui sangat erat sekali
hubungannya. Pendidikan merupakan upaya untuk memelihara kebudayaan,
Education as Cultural Conservation .

b. Disini peran pendidikan sebagai pelestarian budaya dan pendidikan harus


didasarkan kepada nilai nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban
umat manusia. Pendidikan merupakan salah satu unsur kebudayaan, karena proses
pendidikan pada dasarnya merupakan hakikat dari kebudayaan itu sendiri.
Berdasarkan nilai nilai kebudayaan yang beragam, kompleks dan terintegrasi
maka suatu proses pendidikan tidak dapat dilihat dari satu sudut saja. Tetapi harus
menggunakan pandangan yang multi displiner.
Pendidikan sebagai suatu proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam
suatu masyarakat, pendidikan memiliki visi kehidupan hidup dalam masyarakat.
Pendidikan adalah proses menaburkan benih-benih budaya dam peradaban manusia
yang hidup yang dinafasi nilai-nilai atau visi yang berkembang dalam masyarakat.
Seiring dengan kemajuan jaman, tradisi dan kebudayaan daerah yang pada awalnya
dipegang teguh, di pelihara dan dijaga keberadaannya oleh setiap suku, kini sudah
hampir punah. Pada umumnya masyarakat merasa gengsi dan malu apabila masih
mempertahankan dan menggunakan budaya lokal atau budaya daerah. Kebanyakan
masyarakat memilih untuk menampilkan dan menggunakan kesenian dan budaya
modern daripada budaya yang berasal dari daerahnya sendiri yang sesungguhnya
justru budaya daerah atau budaya lokallah yang sangat sesuai dengan kepribadian
bangsanya.

Jadi kebudayaan adalah proses, yang berarti selalu berada dalam mode
transformasi. Budaya yang tidak mengalami transformasi adalah budaya yang mati.
Kebudayaan Indonesia mengalami transformasi akibat pengaruh budaya Hindu, Islam,
dan

barat.

Budaya

inilah

yang

berhasil

membangun

masyarakat

dan

bangsa Indonesia saat ini. Transfer nilai-nilai budaya dimiliki paling efektif adalah
melalui proses pendidikan.Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut
didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam
penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Pendidikan merupakan suatu sistem untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dalam segala aspek kehidupan dan sekaligus sebagai upaya pewarisan nilai-nilai
budaya bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, pendidikan merupakan produk
budaya dan sebaliknya budaya merupakan produk pendidikan. Brameld, menegaskan
bahwa "proses kunci memperoleh kebudayaan adalah belajar dan kemudian
meneruskan serta mengubah apa yang dipelajari itu".
Dengan demikian, Pendidikan adalah merupakan gejala kebudayaan, Pandangan
bahwa pendidikan merupakan gejala kebudayaan didasarkan pada hal-hal berikut:
pertama, Manusia Adalah Makhluk Budaya; Pendidikan hanya dapat dilakukan
oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu manusia.
Kedua, Perkembangan Pendidikan Sejajar Dengan Perkembangan Budaya;
Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan
merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai-nilai kebudayaan
(pendidikan bersifat reflektif).
Ketiga, Pendidikan Informal dan Pendidikan Formal Sama Derajatnya dan Harus
Ada Kesejajaran Tujuan; Pendidikan informal lebih dahulu ada dari pada pendidikan
formal (education dan schooling), pendidikan informal merupakan unsur mutlak
kebudayaan untuk semua tingkat kebudayaan yang muncul karena adanya pembagian
kerja. Pada dasarnya keduanya disengaja dan gejala kebudayaan, pemisahan keduanya
tidak berguna. Tugas kebudayaan bukan memonopoli lembaga pendidikan formal,
tetapi kebersamaan warga dan negara karena segala unsur kebudayaan bernilai
pendidikan baik direncanakan atau tidak.
Pendidikan secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai budaya.
Dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan sendiri, secara proses mantransfernya
yang paling efektif dengan cara pendidikan. Keduanya sangat erat sekali hubungannya
karena saling melengkapi dan mendukung antara satru sama lain. Dalam konteks ini

dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian
suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat
bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat,
dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para
pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai
generasi penerus.
B. Pendidikan dikatakan oleh para ahli sebagai usaha memanusiakan manusia
(civilized human being). Uraian hendaknya meliputi pengertian kebudayaan,
cakupan isi kebudayaan, instistusi dan pemenuhan kebutuhan umat manusia dan
aspek-aspek lainnya.
Karena, manusia mulai sejak lahir ke dunia telah memperoleh pendidikan sampai
ia masuk ke bangku sekolah. kata pendidikan telah tak asing lagi ditelinga, lantaran
semua manusia yang hidup tentu memerlukan pendidikan, supaya maksud hidupnya
terwujud serta bisa menyingkirkan kebodohan.
Dunia pendidikan di Indonesia juga menggunakan konsep ini. Kurikulum
pendidikan di Indonesia saat ini pun dibuat dengan dasar konsep "Memanusiakan
Manusia". Sejatinya, konsep "Memanusiakan Manusia" merupakan bagian dari
humanisme. Humanisme berasal dari kata Latin humanus dan mempunyai akar kata
homo yang berarti manusia. Humanus berarti sifat manusiawi atau sesuai dengan
kodrat manusia (A.Mangunhardjana dalam Haryanto Al-Fandi, 2011:71). Dari
berbagai literatur yang penulis baca, pengertian humanisme adalah paham yang
bertujuan menghidupkan rasa perikemanusiaan dan mencita-citakan pergaulan hidup
yang lebih baik.
Dalam aplikasinya, humanisme tidak memandang bangsa, agama, daerah, suku,
warna kulit dan sejenisnya. Ia memperlakukan dan berusaha membantu siapa pun itu
manusianya. Tidak memandang ia baik atau jahat, kawan atau musuh. Selain itu dalam
kamus bahasa Indonesia istilah memanusiakan manusia merupakan upaya untuk
membuat manusia menjadi berbudaya. kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, hasil
karya manusia, dan kebiasaan yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat

yang

diperoleh

setelah

proses

belajar.

Ada

juga

pengertian

"Memanusiakan Manusia" adalah menjadi manusia seutuhnya. Artinya, sebagai


ciptaan Tuhan paling mulia, kebahagiaan utama adalah tatkala kita dapat menjadikan
sesama manusia lebih terdidik, lebih bermartabat, lebih sukses, lebih pintar, dan lebih
baik hidupnya. Di situlah baru seseorang benar-benar memperoleh gelar

kemanusiaannya. Selama kepintaran, keterdidikan, kesuksesan, kekayaan, dan semua


kelebihan yang dimiliki hanya untuk kepentingan dan kepuasan diri sendiri, berarti
belum menjadi manusia utuh sebagaimana seharusnya. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan

sarana

untuk

memproduksi

kesadaran

dalam

mengembalikan

kemanusiakan manusia, dan dalam kaitan ini, pendidikan berperan untuk


membangkitkan kesadaran kritis sebagai prasyarat upaya untuk pembebasan.
Jadi yang dimaksudkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
adalah pendidikan mengantarkan peserta didik menuju kematangan dan kedewasaan
rohani dan jasmani sehingga peserta didik dapat menjadi manusia yang benar benar
sempurna (manusia seutuhnya) baik dari aspek kecerdasan, emosional, spiritual,
sikap,dsb.
Cakupan isi kebudayaan, diidentifikasi tiga isi pokok dari kebudayaan, yaitu
gagasan-gagasan (ideas), aktivitas-aktivitas (activities), dan benda-benda (things)
instistusi dan pemenuhan kebutuhan umat manusia dan aspek-aspek lainnya
dikerjakan oleh berbagai institusi budaya dan institusi sosial. Mendefinisikan institusi
sebagai kelompok orang yang bersatu untuk melaksanakan suatu aktivitas yang
sederhana dan komplek, selalu mempunyai unsur-unsur kebendaan dan perlengkapan
teknis, disusun berdasarkan hukum-hukum tertentu atau peraturan adat, yang
dirumuskan dalam bahasa yang mengambil bentuk mitos, dongeng, peraturan dan
dalil, dan dilatih atau dipersiapkan untuk melaksanakan tugas-tugasnya.
Berbagai institusi sosial yang ada dalam suatu masyarakat. Yang termasuk dalam
institusi kekerabatan adalah: pelamaran, perkawinan, poligami, dan perceraian.
Institusi ekonomi adalah pertanian, peternakan, industri, barter, koperasi dan
perbankan. Institusi pendidikan adalah: pendidikan dasar, menengah, tinggi,
perpustakaan umum.
3.

a. Mengapa proses pendidikan disebut dengan transmisi kebudayaan?


b. Bagaimana dan dimana transmisi kebudayaan dimaksud berlangsung?
c. Untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045 (Indonesias Golden
Generatian 2045) nilai-nilai apa saja dan bagaimana proses transmisi
kebudayaan itu seharusnya berlangsung, jelaskan!
Jawab:
a. proses pendidikan disebut dengan transmisi kebudayaan

Karena, manusia di sebut makluk budaya, dimana manusia adalah sebagai subyek
sekaligus objek kebudayaan. Hubungannya dengan pendidikan,maka manusia sebagai
subjek pendidikan tidak bisa di lepaskan dari kebudayaan. Oleh karena itu dapat pula
di katakan bahwa pendidikan merupakan proses pembudayaan untuk menjadikan
manusia lebih baik dan bermakna, sementara itu manusia akan menghasilkan
kebudayaan yang baik jika di topang oleh pendidikan yang luas. Dalam konteks inilah
antara pendidikan tidak bisa lepas dari kebudayaan dan kebudayaan tidak lepas dari
pendidikan.
Transmisi kebudayaan adalah cara sekolompok manusia yang berada di dalam
suatu wilayah atau budaya untuk mempelajari suatu informasi baru. Transmisi budaya
merupakan kegiatan pengiriman atau penyebaran pesan dari generasi yang satu ke
generasi yang lain tentang sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan sulit diubah. cara
belajar sangat dipengaruhi oleh bagaimana budaya itu dapat disosialisasikan kepada
anak kecil dan anak muda. Proses pembelajaran tentang budaya yang dilakukan oleh
sekelompok orang disuatu daerah secara turun-temurun , tujuannya untuk mewarisi
budaya asli dari nenek moyang mereka. Sehingga disini yang dimaksud transmisi
kebudayan itu budaya ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pewarisan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah Transmisi kebudayaan.
Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk
dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak
ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan
ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan
yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah
menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.
Namun banyak ahli pendidikan yang merumuskan bahwa proses pendidikan juga
tidak lebih dari proses transmisi budaya. Hal ini kemudian harus dicermati lagi seperti
yang telah dijelaskan kepribadian bukan semata-mata dari hasil tempaan dari
kebudayaan. Karena manusia atau pribadi merupakan aktor sekaligus manipulator
kebudayaan sehingga kebudayaan disini bukanlah statis melainkan selalu berubahubah.
b. Bagaimana dan dimana transmisi kebudayaan dimaksud berlangsung
Budaya sebagai jejak laku manusia, yang diperoleh melalui hasil pembelajaran
lengkap dengan unsur bahasa yang menjadi landasannya, sangat terikat dengan apa

yang kita namakan ruang-waktu. Dalam ruang, budaya menjelma tradisi. Diikuti oleh
turunannya yang kemudian masuk pada wilayah normatif dan relatif. Budaya yang
sarat dengan tatanan norma kemasyarakatan, meski terkena hukum etiket. Relatif
adanya. Karena hampir di setiap kebudayaan manusia, terdapat patokan yang berbeda
untuk menjustifikasi sebuah tindakan budaya apakah beretika atau tidak. Seperti
misalnya .Budaya nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, aturan-aturan dan norma-norma
yang melingkupi suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi sikap dan tindakan
individu dalam masyarakat tersebut.
Proses Transmisi
Proses transmisi meliputi proses-proses imitasi, identifikasi dan sosialisasi, Disini
yang dimaksud imitasi yaitu meniru tingkah laku dari sekitar. Pertama kali imitasi
dilakukan di lingkungan keluarga kemudian semakin lama semakin meluas terhadap
masyarakat lokal, yang di imitasi adalah unsur-unsur yang ditransmisikan yang telah
disebutkan sebelumnya, unsur-unsur yang ditransmisikan tersebut tidak dapat berjalan
dengan sendirinya. Seperti yang telah dikemukakan manusia adalah aktor dan
manipulator dalam kebudayaannya. Maka dari itu unsur-unsur tersebut harus
diidentifikasi. Proses identifikasi itu berjalan sepanjang hayat sesuai dengan tingkat
kemampuan manusia itu sendiri. Setiap individu seperti seorang bayi, seorang pemuda,
seorang dewasa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam mengidentifikasi
unsur-unsur tersebut yang selanjutnya disosialisasikan. Artinya diwujudkan dalam
kehidupan nyata yang semakin lama semakin meluas. Kemudian nilai-nilai yang
dimiliki seseorang oleh seseorang harus mendapatkan pengakuan lingkungan
sekitarnya. Artinya kelakuan-kelakuan yang ada tersebut mendapatkan pengakuan
sosial bahwa kelakuan-kelakuan tersebut seimbang dengan nilai-nilai yang ada.
Cara-cara mentransmisikan:
-

Lingkungan pendidikan Keluarga.


. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal

keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh. Para orang
tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai
nara sumber aktif melalui tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong,
menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan
yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu
didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga

cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan


kebudayaannya. Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah
suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di
lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan
lingkungan pendidikan formal.
-

Lingkungan pendidikan Masyarakat


Masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau
masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama
melakukan kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya
lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya
pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem
edukasi.
-

Lingkungan Pendidikan Sekolah


Sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk

melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan


saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan
menjadikan akhlak yang baik. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan
secara bertahap, terencana dan terus-menerus.
-

Lingkungan Pendidikan Media


Media

masa

adalah

suatu

bagian

dalam

masyarakat

yang

bertugas

menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa adalah
mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut
kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai
penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat. Salah satu
fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak
informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai
berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara langsung tidak langsung akan
memperluas wawasan para pembacanya.
c. Untuk mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045 (Indonesias Golden
Generatian 2045) nilai-nilai apa saja dan bagaimana proses transmisi
kebudayaan itu seharusnya berlangsung, jelaskan!
Untuk mempersiapkan mempersiapkan generasi emas Indonesia 2045 Peran
pendidikan sangatlah penting, maka dari itu, Lembaga Pendidikan dan Tenaga

Kependidikan (LPTK) perlu beanr-benar menyiapkan tenaga pendidik untuk


meniapkan generasi 2045 dan memanajemen ketenagaan pendidikan yang harus
profesional. Dalam konteks penyiapkan generasi 2045, peran pendidik sangatlah
penting dan masa depan bangsa ada di pundak pendidik atau guru.
Peranan guru sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas dan berkepribadian unggul, dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Masa depan kebangsaan Indonesia sangatlah ditentukan oleh generasi muda
terdidik ini, apalagi mereka adalah generasi yang banyak mendapatkan berbagai
pengetahuan teoritik maupun praktis di Perguruan Tinggi tentang tema-tema
pembangunan bangsa sesuai pada kompetensinya masing-masing. Sebagai generasi
masa depan, kiranya penting pula mempersiapkan mereka dengan berbagai pola
pendidikan yang mampu membangun karakter bangsa positif di kalangan mahasiswa,
apalagi di era globalisasi ini. Peran baru dalam dunia pendidikan harus diikuti dengan
profesionalisme guru, yang kunci utamanya terletak pada guru dan pendidikan guru
yang bermutu. Guru bermutu menjadi variabel penting dalam terwujudnya pendidikan
yang bermutu. Oleh sebab itu perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam
mencetak lulusan guru yang cerdas, inovatif, kreatif , berkompeten dan memiliki
kepribadian baik yang nantinya turut mencerdaskan bangsa ini.
Dalam kenyaatannya hal tersebut masih harus perlu diperhatikan oleh perguruan
tinggi dalam menerima mahasiswa yang masuk dalam fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan. Perlu kita sadari bahwa peran guru sangat penting dalam dunia
pendidikan, tanpa guru bangsa ini tidak mungkin bisa seperti sekarang. Oleh sebab itu
semakin berkembangnya zaman dan teknologi yang begitu pesat yang tidak pernah
padam, ada sebuah tuntutan guru untuk menjadi guru yang profesionalisme.
Apabilla persiapan dalam merancang generasi emas Idonesia 2045 kurang atau
tidak dilakukan dengan baik, maka akan menjadi boomerrang bagi bangsa Indonesia.
Oleh karena itu pentingnya peran kurikulum 2013 dan profesionalisme guru dalam
menyiapkan generasi emas Indonesia 2045 peran pendidikan sangatlah penting.
Dalam mewujudkan semua itu perlu peningkatan karakter dan inovasi pada tenaga
kependidikan. Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Makalah ini berjudul
Peran Kurikulum 2013 dan Profesionalisme Guru dalam menyiapakan Generasi Emas
Indonesia 2045.

4. Sekolah yang baik harus berfungsi sebagai industri jasa dan pusat kebudayaaan.
Berikanlah suatu analisa apa saja fungsi, ciri-ciri hubungan sekolah dan masyarakat
dan hal-hal lain yang melukiskan sekolah sebgai industri jasa dan pusat kebudayaan.
Jawab:
Sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu dan mendapatkan pendidikan formal.
Menurut Purwanto (1990) Sekolah adalah lembaga sosial yang berfungsi untuk melayani
anggota-anggota masyarakat dalam bidang pendidikan. Jadi, seorang anggota masyarakat
berhak mendapatkan pelayanan dalam bidang pendidikan dari sekolah. Seorang anggota
masyarakat yang menginjakkan kaki di sekolah pasti berharap untuk mendapatkan
pelayanan dalam bidang pendidikan. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang
berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyahardjo, 2001).

Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi antara sekolah
dengan masyarakat untuk berusaha menanamkan pengertian warga masyarakat tentang
kebutuhan dari karya pendidikan serta pendorong minat dan tanggung jawab masyarakat
dalam usaha memajukan sekolah. Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan
jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah
masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, dan simpati dari masyarakat, serta mengupayakan
terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama,
atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk
mengsukseskan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut
bisa tetap eksis.
Fungsi Sekolah dalam Masyarakat:
a. Sekolah sebagai lembaga pembaharu (agent of change), yang mengintrodaksi
perubahan pengetahuan, cara berpikir, pola hidup, kebiasaan dan tata cara pergaulan,
dan sebagainya.

b. Sekolah sebagai lembaga seleksi (selecting agency), yang memilih/membeda-bedakan


anggota masyarakat menurut kemampuan dan potensinya dalam memberikan
pembinaan sesuai dengan kemampuan itu, agar setiap individu/anggota masyarakat
dapat dikembangkan dan dimanfaatkan potensinya semaksimal mungkin.
c. Sekolah sebagai lembaga peningkat (class leveling agency), yang membantu
meningkatkan

taraf

sosial

warga

negara

dan

dengan

demikian

mengurangi/menghilangkan perbedaan kelas dalam masyarakat.


d. Sekolah

sebagai

lembaga

asimilasi

(assimilating

agency),

yang

berusaha

mengurangi/menghilangkan perbedaan-perbedaan atas tradisi, adat dan kebudayaan,


sehingga terdapat usaha penyesuaian diri yang lebih besar dalam persatuan dan
kesatuan bangsa.
e. Sekolah sebagai lembaga pemeliharaan kelestarian (agent of preservation), yang
memelihara dan meneruskan sifat-sifat budaya yang patut dipelihara dan diteruskan.
Fungsi Masyarakat dalam Pendidikan di Sekolah. Dalam keseluruhan sistem di atas,
masyarakat merupakan :
1. Sumber (suplier) yang menyediakan peserta didik, guru, sarana dan prasarana
penyelenggaraan sekolah.
2. Konsumen hasil pendidikan sekolah, yang menerima kembali dan menyediakan
lapangan pekerjaan bagi lulusan sekolah itu.
3. Peserta dalam proses pendidikan di sekolah, yang terus menerus mengikutii dan turut
mempengaruhi proses pendidikan di sekolah.
Manfaat Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1. Penentuan sumber dan kebutuhan belajar.
2. Tersedianya tempat-tempat penelitian.
3. Pemenuhan sarana dan prasarana.

4. Pemenuhan sumber dana dan daya manusia yang terungkap dalam cipta, rasa, karsa
dan karyanya.
Pada dasarnya hubungan sekolah dengan masyarakat haruslah memiliki ciri
pedagogis, sosiologis dan produktif yang dapat mendatangkan manfaat untuk kemajuan
sekolah. Dan secara rinci dapat dijelaskan di bawah ini:
a. Hubungan timbal balik yang menghasilkan manfaat bagi kedua belah pihak.
Hubungan yang bersifat suka rela berdasarkan prinsip bahwa sekolah merupakan
bagian yang tak terpisahkan (integral) dari masyarakat.
b. Hubungan yang bersifat kontinyu atau berkesinambungan antara sekolah dengan
masyarakat.
c. Hubungan keluar sekolah guna menambah simpati masyarakat terhadap sekolah.

Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat


Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam pelaksanaan
hubungan sekolah dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
Integrity
Prinsip ini mengandung makna bahwa semua kegiatan hubungan sekolah dengan
masyarakat harus terpadu, dalam arti apa yang dijelaskan, disampaikan dan disuguhkan
kepada masyarakat harus informasi yang terpadu antara informasi kegiatan akademik
maupun informasi kegiatan yang bersifat non akademik.
Continuity
Prinsip ini berarti bahwa pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat, harus
dilakukan secara terus menerus. Jadi pelaksanaan hubungan sekolah dengan masyarakat
tidak hanya dilakukan secara insedental atau sewaktu-waktu, misalnya satu kali dalam satu
tahun atau sekali dalam satu semester, hanya dilakukan oleh sekolah pada saat akan
meminta bantuan keuangan kepada orang tua atau masyarakat
Simplicity

Prinsip ini menghendaki agar dalam proses hubungan sekolah dengan masyarakat yang
dilakukan baik komunikasi personal maupun komunikasi kelompok pihak pemberi
informasi (sekolah) dapat menyederhanakan berbagai informasi yang disajikan kepada
masyarakat.
Coverage
Kegiatan pemberian informasi hendaknya menyeluruh dan mencakup semua aspek, faktor
atau substansi yang perlu disampaikan dan diketahui oleh masyarakat, misalnya program
ekstra kurikuler, kegiatan kurikuler, remedial teaching dan lain-lain kegiatan.
Constructiveness
Program hubungan sekolah dengan masyarakat hendaknya konstruktif dalam arti sekolah
memberikan informasi yang konstruktif

kepada masyarakat. Dengan demikian

masyarakat akan memberikan respon hal-hal positif tentang sekolah serta mengerti dan
memahami secara detail berbagai masalah yang dihadapi sekolah.
Peranan Hubungan Sekolah dengan Masyarakat
1. Sekolah sebagai partner masyarakat di dalam melaksanakan fungsi pendidikan.
2. Sekolah sebagai prosedur yang melayani kesan pesan pendidikan dari masyarakat
lingkungannya.
3. Masyarakat berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah.
4. Masyarakat berperan dalam mengawasi pendidikan agar sekolah tetap membantu dan
mendukung cita-cita dan kebutuhan masyarakat.
5. Masyarakat yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung
museum, perpustakaan, panggung-panggung kesenian, dan sebagainya.
6. Masyarakat yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah.
7. Masyarakat sebagai sumber pelajaran atau laboratorium tempat belajar seperti aspek
alami, industri, perumahan, transportasi, perkebunan, pertambangan dan sebagainya.
Tugas Pokok Hubungan Sekolah dan Masyarakat dalam Pendidikan
1. Memberikan informasi dan menyampaikan ide atau gagasan kepada masyarakat atau
pihak-pihak lain yang membutuhkannya.
2. Membantu pemimpin yang karena tugas-tugasnya tidak dapat langsung memberikan
informasi kepada masyarakat atau pihak-pihak yang memerlukannya.
3. Membantu pemimpin mempersiapkan bahan-bahan tentang permasalahan dan
informasi yang akan disampaikan atau yang menarik perhatian masyarakat pada saat
tertentu.

4. Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang


masalah pendidikan.
5. Membantu kepala sekolah bagaimana usaha untuk memperoleh bantuan dan kerja
sama.
6. Menyusun rencana bagaimana cara-cara memperoleh bantuan untuk kemajuan
pelaksanaan pendidikan.
Jenis-Jenis Hubungan Sekolah dan Masyarakat
1. Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja sama dalam hal mendidik murid, antara
guru di sekolah dan orang tua di dalam keluarga.
2. Hubungan kultural, yaitu usaha kerja sama antara sekolah dan masyarakat yang
memungkinkan adanya saling membina dan mengembangkan kebudayaan masyarakat
tempat sekolah itu berada.
3. Hubungan institusional, yaitu hubungan kerja sama antara sekolah dengan lembagalembaga atau instansi resmi lain, baik swasta maupun pemerintah, seperti hubungan
kerja sama antara sekolah satu dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala pemerintah
setempat, ataupun perusahaan-perusahaan Negara, yang berkaitan dengan perbaikan
dan perkembangan pendidikan pada umumnya.
Hubungan sekolah dengan masyarakat
Merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat diterima di tengahtengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan
mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah dengan masyarakat untuk
kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah
untuk mensuksekan program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah
tersebut bisa tetap eksis.
Sekolah sebagai industi jasa dan pusat kebudayaan
Secara sederhana, fokus pendidikan hanya tiga, yaitu membangun pengetahuan,
membangun keterampilan (skill), dan membangun karakater. dari ketiga aspek ini dapat
kita lihat bahwa peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan sangat dibutuhkan diera
modernisasi sekarang ini, karena tidak selamanya manusia akan bergantung kepada alam.
untuk itu diperlukan terobosan-terobosan baru dalam berbagai temuan yang dapat
menciptakan perubahan sosial kehidupan ke arah yang lebih meningkatkan taraf hidup

yang makin sejahtera. sehingga melahirkan konstribusi yang bermanfaat bagi generasi
berikutnya yang diwariskan lewat kebudayaan antar generasi.

5. Prof. Dr. Imran Manan dalam buku Dasar-dasar Sosial Budaya Pendidikan
melukiskan hubungan yang sangat erat antara kebudayaan, pendidikan dan
perubahan sosial, pembentukan kepribadian serta modernisasi dan pembangunan.
a. Uraikan dengan baik keterkaitan antara kebudayaan, pendidikan, perubahan
sosial dan pembentukan kepribadian tersebut.
b. Dikaitkan dengan komponen inti ilmu pendidikan, pendidikan yang bagaimana
yang bisa merekonstruksi anak bangsa indonesia agar mampu bersaing dengan
bangsa-bangsa lain.
Jawab:
a. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan

sebagai

hasil

budi

manusia,

dalam

berbagai

bentuk

dan

manifestasinya, dikenal sepanjang sejarah sebagai milik manusia yang tidak beku,
melainkan selalu berkembang dan berubah. Maka dari itu, pendidikan sebagai usaha
manusia yang merupakan refleksi dari kebudayaan, dapat diperkirakan memiliki sifatsifat yang sejiwa dengan kebudayaan tersebut. Corak-corak baru dari kebudayaan dan
peradaban manusia, yang telah mendasari dan menjiwai sejarah manusia selama ini
mengantarkan manusia ke dalam zaman modern dan ultramodern. Untuk zaman ini,
pendorong-pendorong utamanya

adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Dua lapangan ini, karena sifatnya yang dapat dianggap sebagai unsur-unsur
potensial yang menimbulkan revolusi dalam peradaban manusia, dengan sendirinya
dapat dianggap potensial pula dalam pendidikan (Manan,1990:24).
Tiga Pandangan Tentang Kebudayaan yang Terkait dengan Pendidikan
1. Menurut pandangan superorganis, kebudayaan adalah realitas super dan ada di
atas dan di luar pendukung individunya dan kebudayaan punya hukumhukumnya sendiri.

2. Dalam pandangan konseptualis, kebudayaan bukanlah suatu entitas sama sekali,


tetapi sebuah konsep yang digunakan

antropolog untuk menghimpun/

meunifikasikan serangkaian fakta-fakta yang terpisah-pisah.


3. Dalam pandangan para realis, kebudayaan adalah kedua-duanya, yaitu sebuah
konsep dan sebuah entitas empiris. Kebudayaan adalah sebuah konsep sebab ia
bangunan dasar dari ilmu antropologi. Kebudayaan merupakan entitas empiris
sebab konsep ini menunjukkan cara sebenarnya fenomena-fenomena tertentu
diorganisasikan.
Hubungan antara Kebudayaan dan Pendidikan
Di sekolah, para siswa menerima warisan budaya yang telah dipersiapkan dan
dirancang dalam kurikulum. Dalam lingkungan keluarga, anak-anak mendapatkan
pengalaman budaya langsung dari orang tua, adik kakak, sanak saudara, pengasuh,
dan orang-orang yang dekat dengannya. Di lingkungan, dia mendapat pengaruh
budaya dari masyarakat tempat tinggalnya. Bahkan berkat kemajuan teknologi
sekarang ini, anak-anak mendapatkan pengaruh budaya dari berbagai belahan dunia
melalui internet dan media global lainnya. Di sekolah, bukan berarti anak-anak
menerima warisan budaya saja, tetapi menciptakan bentuk-bentuk budaya baru
melalui anak-anak yang cerdas dan proaktif walaupun kualitas dan kuantitasnya lebih
rendah jika dibandingkan dengan ketika budaya mempengaruhi pribadinya.
Pendidikan dan Kepribadian

Keterpaduan Kebudayaan dan Kepribadian


Keterpaduan antara kebudayaan dan kepribadian pada hakikatnya dapat dilihat

dari peran masing-masingnya terhadap seseorang. Kita tidak dapat memahami dangan
baik prilaku individu tanpa mempertimbangkan latar dan komponen budaya.
Sebaliknya kita juga tidak dapat memahami institusi

budaya tanpa adanya

pengetahuan tentang individu-individu yang turut serta di dalamnya.


Menurut Manan (1989:42) dalam kajian terhadap kebudayaan dan kepribadian, ada
tiga pendekatan tradisional yang digunakan. Ketiga pendekatan tersebut adalah 1)
pendekatan konfigurasi, 2) pendekatan rata-rata, dan 3) pendekatan sosialisai.
Reisman dalam Manan (1989:44) mengemukakan karakter tentang individu
bahwa kepribadian orang dewasa ditentukan oleh pola sosialisasi sewaktu masa
kanak-kanak dan remaja yang mencerminkan tuntutan kebudayaan. Hal ini bisa
terlihat

dalam

berbagai

masyarakat

ada

kecendrungan

anak

untuk

tidak

menginternalisasikan nilai-nilai orang tuanya secara kuat melainkan mengambil


standar-standar dari teman sebayanya.
Pendidikan dan Perubahan Sosial Budaya: Modernisasi Dan Pembangunan

Perubahan Sosial Budaya


Perubahan sosial terjadi karena adanya dorongan perkembangan masyarakat
secara sadar atau tidak. Adanya perubahan sosial budaya menciptakan inovasi
penciptaan sehingga masyarakat lebih berkembang dalam kehidupannya.
Pembahasan perkembangan sosial budaya dalam pembangunan fokus pada aspek
enkulturasi dan akulturasi pendidikan, moderninasi dan pembangunan, dan
perubahan sosial budaya.

Enkulturasi dan Akulturasi Pendidikan


Landasan kultural dalam aktivitas pendidikan sangat penting untuk dilakukan,
sebab pendidikan memang merupakan proses transformasi kebudayaan dari satu
generasi ke generasi lain. Penananam budaya dan nilai-nilainya oleh sekolah akan
mendorong terjadinya proses enkulturasi. (Manan dalam Pidarta, 1989)
menyatakan bahwa pendidikan adalah enkulturasi. Pendidikan adalah suatu
proses membuat orang menerima budaya, membuat orang berperilaku mengikuti
budaya yang diterima dirinya. Sekolah adalah salah satu dari tempat enkulturasi,
tempat-tempat lainnya adalah keluarga, perkumpulan pemuda, perkumpulan olah
raga, keagamaan, dan di tempat-tempat kursus dan latihan.

Modernisasi dan Pembangunan


Konsep perubahan sosial budaya yang mendominasi ilmu-ilmu sosial adalah
konsep modernisasi dan konsep pembangunan. Hal tersebut meningkatkan
kemajuan ke arah modernisasi pembangunan segala bidang. Schood dalam
Manan

(1989:56)

mengemukakan

modernisasi

merupakan

penerapan

pengetahuan ilmiah yang ada dalam aktivitas atau aspek kehidupan masyarakat.
Pembangunan merupakan proses peningkatan kesejahteraan suatu masyarakat
yang merupakan hasil transformasi masyarakat dari tradisional menjadi
masyarakat modern dan aspek intelektual menjadi peran penting.
b. Dikaitkan dengan komponen inti ilmu pendidikan, pendidikan yang bagaimana yang
bisa merekonstruksi anak bangsa indonesia agar mampu bersaing dengan bangsabangsa lain.

Merekonstruksi Masyarakat Dan Kebudayaan Melalui Pengubahan Sistem


Pengelolaan Pendidikan Di Sekolah
Sekolah sebagai Sarana Rekonstruksi Masyarakat
Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada ditengah-tengah masyarakat hanya
akan berhasil apabila ada kerjasama dan dukungan dari masyarakat dan keluarga.
Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Sistem
sekolah akan berhasil apabila ada interaksi sosial , yaitu:
a. Memiliki suatu penghuni yang tetap
b. Memiliki struktur politik atau kebijakan umum tentang kehidupan sekolah
c. Memiliki inti jaringan hubungan social
d. Mengembangkan perasaan atau semangat kebersamaan sekolah
e. Memiliki suatu jenis kebudayaan atau subkebudayaan tersendiri
Peranan sekolah dalam merekonstruksi masyarakat berarti sekolah mengembangkan
kebudayaan. Ada tujuh system nilai atau kebudayaan yang secara universal
dikembangkan yaitu; bahasa, system teknologi, system pencaharian hidup dan
ekonomi, organisosial, system pengetahuan, religi dan kesenian.
Pengaruh Eksternal dan Internal dalam Pengelolaan Pendidikan
Pengaruh eksternal adalah adanya perkembangan dunia yang menglogal yang berlaku
dalam dasawarsa ini. Sedangkan pengaruh internal adalah pengaruh kebudayaan dan
kehidupan masyarakat bangsa Indonesia . pengaruh tersebut berpengaruh pada
pembentukan watak dan kreatifitas anak bangsa.. menurut Ki Hajar Dewantara, dalam
kondisi seperti ini sebaiknya diterapkan strategiTrikon dalam pengelolaan
pendidikan, yaitu:
a. Konvergen, maksudnya agar pendidikan di Indonesia dapat berkembang dengan
baik, dapat setara dengan kualitas pendidikan Negara-negara maju, maka sebaiknya
ada adopsi nilai yang dipinjam dari budaya barat , namun harus ada filter
penggunaannya terlebih dahulu.
b. Konsentris, maksudnya bahwa untuk mengembangkan pendidikan Indonesia
haruslah beryolak dari kebudayaan yang mengindonesia, sehingga nilai-nilai luhur
bangsa tetap tertanam dalam generasi bangsa
c. Kontinuitas, maksudnya bahwa pendidikan di Indonesia haruslah dilakukan secara
terus menerus.
8.

Dari pengalaman negara maju (USA, Jepang , UK dll) memperlihatkan bahwa


pendidikan yang tepat dan baik adalah suatu kewajiban dan kemestian.

a. bagaimana pandangan teori orientasi nilai dan pattern variables dalam


membangun sebuah masyarakat melalui pendidikan. Jelaskan dengan contoh!
b. berkaitan dengan soal no.5 poin a, nilai-nilai apa saja yang harus
diacu/ditransmisikan agar bangsa mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Jawab:
a. bagaimana pandangan teori orientasi nilai dan pattern variables dalam membangun
sebuah masyarakat melalui pendidikan. Jelaskan dengan contoh!
Teori orientasi nilai (teori Kluckhohn) menyatakan bahwa manusia harus dapat
menyelesaikan masalah dasar yang berhubungan dengan eksistensi manusia yang
berpedoman pada masalah masa lampau, sekarang dan harapan untuk masa mendatang.
secara garis besar dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.

masalah yang dimiliki manusia bermacam-macam sesuai


dengan interaksi dilingkungan sosialnya sehingga harus harus menghasilkan
pengambilan keputusan yang tepat.

2.

manusia berhadapan dengan waktu masa lampau, sekarang dan


yang akan datang sehingga nilai ini dapat disam[aikan melalaui lembaga pendidikan.

3.

masalah kehidupan yang saling berkaitan dengan alam, dimana


peranan ilmu adalah untuk meningkatkan taraf hidup dengan memanfaatkan alam
sebagai sarana menuju kesejahteraan sosial, hal ini dapat disampaikan melalui media
pendidikan.

4.

masalah kerja. dimana pandangan akan pekerjaan ini akan


dibudayakan melalui pendidikan generasi muda.

5.

masalah pemilikan kebudayaan itu sendiri baik dari segi


matreialisme dan spiritualisme.

6.

masalah apakah hakekat manusia itu sebenarnya, yang


menggambarkan pola perilaku dalam kehidupan anggota masyarakat yang selanjutnya
akan menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Ahli yang menganalisa nilai inti atau pola orientasi nilai suatu masyarakat adalah

Talcots Parson. Dia telah memperkembangkan suatu taksonomi nilai dasar yang
dinamakannya pattern variables yang menentukan makna situasi-situasi tertentu dan
cara memecahkan dilemma pengambilan keputusan.
Lima pattern tersebut adalah:

2.

Dasar-dasar pemilihan objek terhadap mana sebuah orientasi berlaku,


yaitu apakah pemilihan ditentukan oleh keturunan (ascription) atau keberhasilan
(achievement).

3.

Kepatutan atau ketak-patutan pemuasan kebutuhan melalui tindakan


ekspresif dalam konteks tertentu, yaitu apakah pemuasan yang patut harus disarankan
atas pertimbangan perasaan, (affectivity) atau netral perasaan (affective neutrality).

4.

Ruang lingkup perhatian dan kewajiban terhadap sebuah objek yaitu


apakah perhatian harus jelas dan tegas untuk sesuatu (specificity) atau tidak jelas dan
tegas, atau berbaur (diffuseness).

5.

Tipe norma yang menguasai orientasi terhadap suatu objek yaitu


apakah norma yang berlaku bersifat universal (universlism) atau normanya bersifat
khusus (particularism).

6.

Relevan atau tidak relevannya kewajiban-kewajiban kolektif dalam


konteks tertentu, yaitu apakah kewajiban-kewajiban didasarkan kepada orientasi
kepentingan

pribadi

(self-orientation)

atau

kepentingan

kolektif

(collective

orientation).
Talcot Parson memperkenalkan suatu taksonomi nilai dasar yakni Pattern Variabels,
sebagai berikut:
1.

dasar pemilihan objek, apakah dari keturunan atau


keberhasilan

2.

kepatutan atau tidak, atas dasar pertimbangan perasaan


atau netral perasaan

3.

ruang lingkup perhatian dan kewajiban terhadap sebuah


objek, yaitu apakah perhatian harus jelas atau tidak

4.

norma yang dominan terhadap suatu objek baik secara


universal maupun khusus

5.

relevan atau tidaknya kewajiban kolektidalam konteks


tertentu yang didasarkan pada kepentingan pribadi atau kolektif.
Jadi, teori klunckohn dan parson ini tidak jauh berbeda, dimana setiap individu atau

kelompok menyediakan jawaban terhadap pilihan yang ada dalam setiap masalah yang
mereka hadapi dalam lingkungan sosialnya.
Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck, istilah variasi orientasi sistem nilai budaya
mempunyai arti yang lain pula, yang merupakan lanjutan dari arti yang terurai dalam
alinea di atas, yaitu bahwa di samping pola orientasi yang utama (atau pilihan pertama),

dalam semua kebudayaan, para warganya juga mempunyai pola orientasi variant, atau
pilihan kedua (Kluckhohn, Strodtbeck, 1961 : hlm. 10).
Contoh:
Adat perkawinan, dalam hal ini kita melihat sistem suku yang digunakan dalam adat
minangkabau, dimana suku caniago tidak diperbolehkan menikah dengan suku caniago
(satu suku) apa pun alasannya, begitu pula sebaliknya, atau dengan kata lain setiap orang
yang ingin menikah haruslah menikah dengan orang-orang yang lain dari sukunya.
b. berkaitan dengan soal no.5 poin a, nilai-nilai apa saja yang harus diacu/ditransmisikan
agar bangsa mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain.
Pedagogik sebagai suatu bidang ilmu sosial tentunya tidak dapat menutup mata
terhadap perubahan global yang terjadi. Oleh karena pendidikan merupakan aspek
kebudayaan dan kebudayaan mengalami perubahan di dalam era globalisasi. Maka
proses pendidikan tidak luput dari perubahan-perubahan di dalam masyarakat. Bahkan
pendidikan yang berkenan dengan pembinaan pribadi manusia seharusnya berfungsi
sebagai agen perubahan itu sendiri. Tampaknya pemerintah dari setiap negara ingin
melihat adanya transformasi sekolah. Transformasi diperoleh ketika perubahan yang
signifikan, sistematik, dan berlanjut terjadi, mengakibatkan hasil belajar siswa yang
meningkat di segala keadaan (setting), dengan demikian memberikan kontribusi pada
kesejahteraan ekonomi dan sosial suatu negara. Manajemen berbasis sekolah selalu
diusulkan sebagai satu strategi untuk mencapai transformasi sekolah.
Manajemen berbasis sekolah telah dikembangakan di tempat-tempat seperti
Inggris, dimana lebih dari 25.000 sekolah telah mempraktikkannya lebih dari satu
dekade. Atau seperti Selandia Baru atau Victoria, Australia atau di beberapa sistem
sekolah yang besar) di Kanada dan Amerika Serikat, dimana terdapat pengalaman
sejenis selama lebih dari satu dekade. Praktik manajemen berbasis sekolah di tempattempat ini tampaknya tidak dapat dilacak mundur. Satu indikasi skala dan lingkup
minat terhadap manajemen berbasis sekolah diagendakan pada Pertemuan Menterimenteri Pendidikan dari Negara APEC di Chili pada April 2004. APEC (Asia Pacific
Economic Cooperation) merupakan satu jejaring 21 negara yang mengandung
sepertiga dari populasi dunia. Tema dari pertemuan adalah mutu dalam pendidikan
dan tata kelola merupakan satu dari empat sub tema. Perhatian khusus diarahkan pada
desentralisasi. Para menteri sangat menyarankan (endorse) manajemen berbasis
sekolah sebagai satu strategi dalam reformasi pendidikan, tatapi juga menyetujui

aspek-aspek sentralisasi, seperti kerangka kerja bagi akuntabilitas. Mereka mengakui


bahwa pengaturannya akan bervariasi di masing-masing negara, yang merefleksikan
keunikan tiap-tiap setting. Nilai-nilai yang harus ditransmisikan agar bangsa mampu
bersaing dengan bangsa-bangsa lain dapat diterapkan dalam pola pembinaan anak
didik dengan membina perilaku dan etika dalam dunia pendidikan, yakni:
1.

Membiasakan Kejujuran. Setiap orang baik guru


maupun orang tua wajib menanamkan nilai kejujuran pada anak dalam setiap
ucapan dan perbuatan. Apabila aspek ini diabaikan, maka anak akan menjadi
generasi pendusta;

2.

Membiasakan Keadilan. Adil adalah sikap yang


mampu mengontrol perilaku dan etika, sehingga mampu bersikap bijaksana dalam
bertindak.

3.

Membiasakan meminta Izin.

4.

Membiasakan Bicara dengan Baik

5.

Membiasakan Makan dan Minum dengan Baik

6.

Membiasakan Bergaul yang Baik.

7.

Membiasakan

Kasih

Sayang.

Memberikan

Penghargaan. Penghargaan akan menumbuhkan sikap percaya diri pada siswa.


Keberhasilan siswa dapat dihargai dengan senyuman, pujian, tepuk tangan, dan
kata-kata. Apabila gagal tetap perlu dihargai atas kemauan dan keberaniannya
untuk mencoba usaha tersebut.
9.

Indonesia sejak tahun 1997 mengalami berbagai macam krisis. oleh sebab itu
diperlukan paradigma baru pendidikan nasional yang bisa mendidik anak bangsa
agar lebih cerdas dan berbudaya dimasa depan
a. apa pendapat prof. Tilaar dalam bukunya Paradigma Baru Pendidikan
Nasional. jelaskan apa isi buku yg dimaksud.
b. bagaimana pendapat saudara tentang paradigma baru pendidikan nasional
tersebut dikaitkan dengan kurikulum tahun 2013 yang sedang dan akan
diberlakukan di Indonesia.
Jawab:
a. apa pendapat prof. Tilaar dalam bukunya Paradigma Baru Pendidikan Nasional.
jelaskan apa isi buku yg dimaksud.
Prof. Tilaar mengemukakan pokok-pokok paradigma baru pendidikan sebagai
berikut:

(1) pendidikan ditujukan untuk membentuk masyarakat Indonesia baru yang demokratis;
(2) masyarakat demokratis memerlukan pendidikan yang dapat menumbuhkan individu
dan masyarakat yang demokratis;
(3) pendidikan diarahkan untuk mengembangkan tingkah laku yang menjawab tantangan
internal dan global;
(4) pendidikan harus mampu mengarahkan lahirnya suatu bangsa Indonesia yang bersatu
serta demokratis;
(5) di dalam menghadapi kehidupan global yang kompetitif dan inovatif, pendidikan
harus mampu mengembangkan kemampuan berkompetisi di dalam rangka
kerjasama;
(6) 4 Seri Pendidikan Karakterpendidikan harus mampu mengembangkan kebhinekaan
menuju kepada terciptanya suatu masyarakat Indonesia yang bersatu di atas kekayaan
kebhinekaan masyarakat, dan
(7) yang paling penting, pendidikan harus mampu meng-Indonesiakan masyarakat
Indonesia sehingga setiap insan Indonesia merasa bangga menjadi warga negara
Indonesia
Pendidikan memang tidak bisa terlepas dari situasi politik sebuah bangsa. pada masa
Indonesia merdeka pendidikan diarahkan sebagai medium pembangkit rasa nasionalisme.
Karena keadaan tertentu, periode ini tidak banyak pengembangan pendidikan yang bisa
diharapkan. Secara kualitas, pendidikan tetap terjaga mutunya hanya pendirian bangunan
sekolah tidak banyak artinya. Pada masa Orde Baru, perubahan kurikulum senantiasa
silih berganti. Perubahan dilaksanakan dalam rangka mengantisipasi kepentingan global
yang berubah. Hal ini pun masih dilanjutkan dengan pergantian kurikulum pada era
reformasi. Kurikulum 2006 merupakan alternatif terakhir dari bangunan kurikulum
dalam sejarah Indonesia. Artinya, pemerintah tetap belajar dari pengalaman. Lintasan
pendidikan yang berusia cukup tua pada akhirnya menghasilkan kebijakan yang penuh
nuansa keberpihakan pada esensi pendidikan itu sendiri.
Dengan paradigma baru pendidikan nasional untuk mewujudkan masyarakat
Indonesia baru yaitu masyarakat madani Indonesia maka posisi pendidikan nasional
harus disesuaika dengan tuntutan tersebut. Di dalam menentukan posisi pendidikan
nasional tersebut beberapa konsep perlu dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut di
dalam program-program serta kegiatan yang nyata. Konsep tersebut adalah sebaga
berikut:
1) Redefinisi pendidikan nasional.

2) Pendidikan adalah proses pemberdayaan.


3) Pendidikan adalah proses pembudayaan.
Buku ini membahas beberapa topik, yaitu:
1) Mencari paradigma baru pendidikan nasional
-

Refleksi masa lalu dan tantangan masa depan

Masyarakat Indonesia baru: Peran pendidikan nasional

Reposisi dan reaktualisasi pendidikan nasional

2) Paradigma baru pendidikan nasional


-

Paradigma baru pendidikan nasional

Desentralisasi pendidikan nasional dalam rangka pelaksanaan UURI No 22 dan


UU RI No 25 tahun 1999

Paradigma baru perencanaan dan manajemen pendidikan nasional di daerah

3) Reposisi pendidikan tinggi


-

Pengembangan pendidikan tinggi; suatu refleksi

Masalah perolehan dan penggunaan gelar akademik dalam masyarakat

Pengembangan profesionalisme dalam era globalisasi

4) Partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran pendidikan


-

Visi, misi, dan kompetensi manajer pendidikan Islam menghadapi tantangan

Reposisi dan reaktualisasi pendidikan madrasah dalam membangun masyarakat


Indonesia baru; implikasinya dalam restrukturisasi kurikulum madrasah

Partisipasi pendidikan Kristen dalam membangun masyarakat Indonesia baru.

5) Pendidikan nasional dan kebudayaan


-

Makna tradisi lisan dalam pendidikan

Peningkatan apresiasi budaya dalam proses pendidikan.

b. bagaimana pendapat saudara tentang paradigma baru pendidikan nasional tersebut


dikaitkan dengan kurikulum tahun 2013 yang sedang dan akan diberlakukan di
Indonesia.
Kwalitas mendidik lebih penting dari kwantitas didikan artinya Pernyataan di atas
menyatakan bahwa bagaimana kita mendidik anak lebih penting dari pada berapa
banyak kita mendidik anak. Tentunya hal ini menyangkut cara,metode ataupun
strategi yang kita pakai dalam mendidik anak. Banyaknya jumlah pertemuan terhadap
anak tidak dapat menjadi jaminan akan keberhasilan kita dalam mendidik apalagi jika
tidak dilaksanakan dengan benar, tetapi lebih ditentukan bagaimana kita
memanfaatkan waktu dan kesempatan yang tersedia dengan baik.

Bila dikaitkan dengan kurikulum tahun 2013, Adapun ciri kurikulum 2013 yang
paling mendasar ialah menuntut kemapuan guru dalam berpengetahuan dan mencari
tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah
mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi.
Sedangkan untuk siswa lebih didorong untuk memeiliki tanggung jawab kepada
lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan
berpikir kritias. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif. Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative member kesempatan
siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.
Pelajaran IPA ndan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
kurikulum tahun 2013 merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum,
yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendi-dikan, dan pelibatan
masyarakat

dalam

rangka

mengefektifkan

proses

belajar-mengajar

di

sekolah. Otonomi diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki
keleluasaan dalam mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap terha-dap
kebutuhan setempat. Strategi yang harus diperhatikan oleh sekolah dalam
pengembangan dan pelaksanaan kurikulum tahun 2013 antara lain: menciptakan
suasana yang kondusif, mengembangkan fasilitas dan sumber belajar, membina
disiplin, mengembangkan kemandirian kepala sekolah, mengubah paradigma (pola
pikir) guru, serta

memberdayakan

staf. Dalam rangka pelaksanaan

hasil

pengembangan kurikulum tahun 2013, sekolah harus mengembangkan fasilitas


laboratorium, pusat sumber belajar, dan perpustakaan, serta tenaga pengelola yang
profesional.

Anda mungkin juga menyukai