Anda di halaman 1dari 30

Pertumbuhan dan

pekrkembangan Peserta didik

Oleh:
Putu Suri Nadiana

(1513011082)

I Dewa Made Krisna Yasa

(1413011116)

Candra Puspa Dewi

(1413011118)

Dewa Gede Agung Putrawan

(1313011122)

Dosen Pengampu :
Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izin Beliaulah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas untuk memenuhi prasyarat mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik yang diampu oleh Dr. Ni Nyoman Parwati, M.Pd.
Makalah yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik ini
berisikan informasi mengenai pengertian pertumbuhan dan perkembangan peserta
didik, tugas-tugas perkembangan, hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan,
dan karakteristik pertumbuhan dan perkembagan remaja. Dari beberapa informasi
ini, penulis berharap agar pembaca memperoleh pengetahuan yang nantinya
berguna bagi pembaca.
Penulis sangat menghargai kritik dan saran oleh pembaca terkait isi maupun
sistematika makalah ini agar nantinya berbagai informasi dalam makalah ini dapat
dikembangkan dan disempurnakan oleh pembaca maupun penulis generasi
berikutnya. Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis maupun pembaca baik secara langsung maupun tidak
langsung. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Singaraja, 18 September 2016

Penyusun

ii

ABSTRAK
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan merupakan suatu proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Proses
pengubahan sikap dan tata laku ini tentu dipengaruhi oleh banyak faktor yang
secara umum adalah faktor internal yaitu pengaruh yang berasal dari dalam diri
peserta didik, dan faktor eksternal yaitu pengaruh yang berasal dari lingkungan
peserta didik. Oleh karena adanya perubahan sikap dan tata laku ini, maka
perkembangan peserta didik diklasifikasikan berdasarkan perubahan-perubahan
yang terjadi pada peserta didik tersebut. Perkembangan tersebut antara lain pada
masa bayi dan anak-anak, masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa awal,
masa dewasa madya, dan masa tua. Dalam setiap klasifikasi perkembangan, setiap
peserta didik tentu menemui berbagai masalah. Masalah-masalah ini dihimpun
dalam tugas-tugas perkembangan peserta didik. Selain itu pada setiap
perkembangan tentu mengalami perubahan dimana perubahan-perubahan ini dibagi
lagi menjadi beberapa hukum mengenai pertumbuhan dan perkembangan. Beragam
perubahan ini tentu berpengaruh terhadap karakteristik peserta didik baik secara
fisik maupun psikis. Oleh karena begitu kompleksnya pengetahuan mengenai
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, maka sangat penting bagi pelaksana
pendidikan untuk mengetahui informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan
ini sehingga proses pendidikan dapat berjalan lebih efektif dan optimal.

Kata Kunci: Pendidikan, Pertumbuhan, Perkembangan, Karakteristik, dan


Peserta didik

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


ABSTRAK ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 3
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Individual Peserta Didik ..... 4
2.2 Tugas-tugas Perkembangan ....................................................................... 9
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan
Tugas-tugas Perkembangan ............................................................. 15
2.2.2 Pentingnya Mengetahui Tugas-tugas Perkembangan ...................... 16
2.3 Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan ................................... 16
2.3.1 Hukum-hukum Perkembangan Fisik ............................................... 17
2.3.2 Hukum-hukum Perkembangan Emosional, Mental, dan Jiwa ........ 18
2.4 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja ............................ 20
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 24
3.2 Saran ........................................................................................................... 24
DAFTAR RUJUKAN
DAFTAR PUSTAKA

iv

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial tentu tidak
terlepas dari berbagai pengaruh yang berasal dari dalam diri sendiri maupun
dari luar diri sendiri. Oleh karena pengaruh-pengaruh tersebut, pertumbuhan
dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari hakikat manusia. Pertumbuhan
dan perkembangan yang dialami manusia salah satunya terjadi pada bidang
pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pendidikan merupakan
suatu proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Proses pengubahan sikap dalam usaha menuju kedewasaan inilah yang
selanjutnya disebut sebagai pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua hal berbeda yang
berkaitan dengan proses perubahan sikap manusia. Pertumbuhan adalah
perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi
fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan
waktu tertentu. Perkembangan adalah proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi,
masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Jadi, pertumbuhan berfokus pada perubahan terhadap aspek fisiologis
sedangkan perkembangan berfokus pada perubahan terhadap aspek jasmani
dan rohani. Seringkali proses pertumbuhan dan perkembangan ini
disamaartikan, yang mana sesungguhnya kedua proses tersebut berbeda
meskipun pada hakikatnya memiliki kesamaan arah yaitu menuju kedewasaan
atau kematangan peserta didik.
Dalam menuju kedewasaan yang ditandai dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan, peserta didik telah dihadapkan oleh masalah-masalah yang
selanjutnya dikatakan sebagai tugas-tugas dalam perkembangan. Tugas-tugas
ini sangat penting diketahui oleh setiap peserta didik karena dalam menghadapi
suatu permasalahan haruslah diketahui secara jelas mengenai masalah yang
1

dihadapi. Setelah itu barulah mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai
solusi dari permasalahan tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi diakibatkan oleh faktor
internal dan eksternal, dimana faktor internal berasal dari dalam peserta didik
itu sendiri sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan peserta didik
terebut. Oleh karena adanya faktor-faktor ini, pertumbuhan dan perkembangan
setiap kelompok atau bahkan individu peserta didik memiliki keberagaman.
Dari keberagaman ini, tentu diperlukan perlakuan yang berbeda pula dalam
berinteraksi dengan peserta didik lain agar keharmonisan dalam kehidupan
bermasyarakat semakin tetap terjaga. Berdasarkan keberagaman yang terjadi,
diperoleh kecenderungan-kecenderungan umum dalam pertumbuhan dan
perkembangan, yang selanjutnya dinamakan hukum-hukum pertumbuhan dan
perkembangan.
Dengan adanya pertumbuhan dan perkembangan, proses perubahan
tersebut diklasifikasikan menjadi beberapa jenjang yaitu masa bayi dan anakanak, masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa
madya, dan masa tua. Dari seluruh jenjang ini, masa remaja adalah masa yang
paling rentan terhadap perubahan. Selain karena secara psikologi, remaja masih
dalam kondisi yang labil, hal yang juga mempengaruhi adalah kehidupan sosial
seseorang pada masa remaja semakin kompleks. Oleh karena itu, sangat perlu
diketahui mengenai karakteristik pertumbuhan dan perkembangan pada masa
remaja agar nantinya para pelaku pendidikan mampu mengarahkan peserta
didik dalam mengatasi berbagai permasalahan yang kompleks tersebut.
Pengetahuan dan informasi mengenai pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui bagi seluruh
pelaku pendidikan agar lancarnya proses pendidikan dan optimalnya hasil
pendidikan yang dicapai. Dilatarbelakangi oleh hal tersebut, penulis menyusun
makalah yang berjudul Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik yang
diharapkan

dapat

membantu

melancarkan

proses

pendidikan

dan

pengoptimalan hasil pendidikan yang dicapai.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah
yang dapat dirumuskan untuk dibahas dalam makalah ini:
1.2.1 Apakah pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
oleh peserta didik?
1.2.2 Apa saja tugas-tugas perkembangan yang dihadapi oleh peserta didik?
1.2.3 Apa saja hukum-hukum pertumbuhan dan perkembangan yang dialami
oleh peserta didik?
1.2.4 Apa dan bagaimana karakteristik pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami oleh peserta didik pada usia remaja?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat dituliskan tujuan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Mengetahui apa pengertian dari pertumbuhan dan perkembangan yang
dialami oleh peserta didik.
1.3.2 Mengetahui dan memahami tugas-tugas perkembangan yang dihadapi
oleh peserta didik.
1.3.3 Mengetahui

dan

memahami

hukum-hukum

pertumbuhan

dan

pertumbuhan

dan

perkembangan yang dialami oleh peserta didik.


1.3.4 Mengetahui

dan

memahami

karakteristik

perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada masa remaja.


1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam
mengenai pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
1.4.2 Penulis memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai pertumbuhan
dan perkembangan peserta didik, serta memberikan pengalaman lebih
banyak mengenai teknik-teknik dan sistematika penyusunan makalah.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Individual Peserta Didik
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut
peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan
secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang
berlangsung secara normal pada anak yang sehat dalam perjalanan waktu
tertentu. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam
bentuk proses aktif secara berkesinambungan.
Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran
kuantitatif badan anak, seperti tinggi, berat, dan kekuatannya. Begitu pula
pertumbuhan akan mencakup perubahan yag makin sempurna tentang sistem
jaringan saraf dan perubahan-perubahan struktur jasmani lainnya. Dengan
demikian, pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses perubahan dan
proses pematangan fisik. Pertumbuhan jasmaniah ini dapat diteliti dengan
mengukur berat, tinggi, dan ukuran lingkarannya, umpamanya lingkar kepaala,
lingkar dada, lingkar pinggul, lingkar lengan dan lain-lain. Dalam
pertumbuhannya, setiap bagian tubuh itu mempunyai perbedaan tempo
kecepatan. Perbedaan kecepatan tumbuh masing-masing bagian tubuh
mengakibatkan adanya perbedaan dalam keseluruhan proporsi tubuh dan juga
menimbulkan perbedaan dalam fungsinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yang kurang normal
pada organisme ada bermacam-macam yaitu, Pertama, faktor-faktor yang
terjadi sebelum lahir. Misalnya, peristiwa kekurangan nutrisi pada Ibu dan
janin, janin terkena virus,keracuna sewaktu bayi ada dalam kandungan, terkena
infeksi oleh bakteri dan lain sebagainya. Kedua, faktor ketika lahir atau saat
kelahiran. Faktor ini antara lain adalah introcranial hamorage atau pendarahan
pada bagian kepala bayi yang disebabkan oleh tekan dari dinding rahim Ibu
sewaktu ia dilahirkan dan oleh efek susunan saraf pusat. Ketiga, faktor yang
dialami bayi sesudah lahir, antara lain karena pengalaman traumatik pada
4

kepala bayi terpukul, atau mengalami serangan sinar matahari ( zonnestiek ).


Semua penyebab tersebut di atas mengakibatkan pertumbuhan bayi dan anak
sangat terganggu. Keempat, faktor psikologis antara lain oleh karena bayi
ditinggalkan Ibu, Ayah atau kedua orang tuanya. Sebab lain ialah anak-anak
dititipkan pada suatu lembaga, seperti rumah sakit, panti asuhan, yayasan
perawatan bayi dan lain sebagainya sehingga mereka kurang mendapat
perawatan jasmaniah dan cinta kasih orang tua. Pertumbuhan fisik memang
mempengaruhi perkembangan psikologis demikian juga sebaliknya faktor
psikologis dapat mempengaruhi pertumbuhan fisik. Jadi istilah pertumbuhan
dimaksudkan pertumbuhan dalam ukuran badan dan fungsi-fungsi biologis.
Pada dasarnya, perkembangan merujuk kepada perubahan sistematik
tentang fungsi-fungsi fisik dan psikis. Perubahan fisik meliputi perkembangan
biologis dasar sebagai hasil dari konsepsi ( pembuahan ovum oleh sperma), dan
hasil dari interaksi proses biologis dan genetika dengan lingkungan. Sementara
perubahan psikis menyangkut keseluruhan karakteristik psikologis individu,
seperti perkembangan kognitif, emosi, sosial, dan moral.
Perkembangan dapat diartikan sebagai proses perubahan kuantitatif dan
kualitatif individu dalam rentang kehidupannya, mulai dari masa konsepsi,
masa bayi, masa kanak-kanak, masa anak, masa remaja, sampai masa dewasa.
Perkembangan dapat diartikan juga sebagai suatu proses perubahan
dalam diri individu atau oraganisme, baik fisik (jasmaniah) maupun psikis
(rohaniah) menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung
secara sistematis, progresif dan berkesinambungan.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif dan berkesinambungan
adalah sebagai berikut :
1. Sistematis, yang berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
ketergantungan atau saling memengaruhi antara bagian-bagian organisme
(fisik dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh
prinsip ini, seperti kemampuan berjalan kaki seiring dengan matangnya

otot-otot kaki, atau berkembangnya minat untuk memerhatikan lawan jenis


seiring dengan matangnya hormon seksual.
2. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat,
mendalam atau meluas, baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif
(psikis). Contohnya, seperti terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik
anak ( dari pendek menjadi tinggi, dari kecil menjadi besar ) dan perubahan
pengetahuan dan kemampuan anak, dari yang sederhana sampai kepada
yang kompleks ( mulai dari mengenal huruf dan angka sampai kepada
kemampuan membaca, menulis dan berhitung).
3. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme
itu berlangsung secara beraturan atau berurutan, tidak terjadi secara
kebetulan atau loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berjalan, seorang
anak harus menguasai tahapan perkembangan sebelumnya yaitu telentang,
tengkurap, duduk, merangkak, dan berdiri. Untuk mampu berbicara anak
harus melalui tahapan meraban, atau untuk mencapai masa dewasa, individu
harus melalaui masa remaja, anak, kanak, kanak, bayi dan masa konsepsi.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957)
sebagai berikut : Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa
perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi
sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi dan integrasi meningkat
secara bertahap. Proses diferensiasi itu diartikan sebagai prinsip totalitas pada
diri anak, bahwa dari penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya
menjadi semakin nyata dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
Sejak bayi dilahirkan, ia telah mempunyai gambaran total atau
gambaran lengkap tentang dunia ini, hanya saja gambaran tersebut masih
kabur dan samar-samar. Terbawa oleh perkembangannya, gambaran total yang
samar-samar tadi berangsur-angsur menjadi terang dan bagian-bagiannya
bertambah nyata, jelas dan strukturnya semakin lengkap. Timbullah kemudian
kompleks dan unsur-unsur, umpamanya unsur gerak, jarak, bentuk, struktur,
warna dan lain-lain. Namun semuanya merupakan bagian dari satu totalitas

atau keseluruhan dan mengandung sifat-sifat totalitas tersebut. Dala


hubungannya dengan konsep perkembangan orthogenetik yang dikemukakan
Werner ini, maka perubahan-perubahan ke arah terorganisasi

dan

terintegrasinya suatu aspek menunjukkan adanya kontinuitas. Perubahanperubahan yang terjadi berlangsung terus pada tahapan-tahapan perkembangan
berikutnya dengan cara-cara yang sama. Apa yang ada pada perkembangan
sebelumnya diteruskan pada tahapan perkembangan berikutnya, sedangkan
perubahan ke arah diferensiasi yaitu timbulnya karakteristik baru yang berasal
dari sesuatu yang sebelumnya masih global disebut diskontinuitas.
Pada anak prasekolah dan taman kanak-kanak tampak adanya
diskontinuitas, sedang pada kelompok umur yang lebih tinggi sampai dengan
mahasiswa menunjukkan kontinuitas.
Menurut Nagel (1957), perkembangan merupakan pengertian di mana
terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu,
oleh karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi
maupun bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi. Menurut Schneirla
(1957),

perkembangan

adalah

perubahan-perubahan

progresif

dalam

organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan
adaktif sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua
faktor yakni kematangan dan pengalaman. Spiker (1966) mengemukakan dua
macam pengrtian yang harus dihubungkan dengan perkembangan yaitu :
1. Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya
individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2. Filogenetik, yaitu perkembangan dari asal-usul manusia sampai sekarang
ini.

Perkembangan

perubahan

fungsi

sepanjang

masa

hidupnya

menyebabkan perubahan tingkah laku perubahan ini juga terjadi sejak


permulaan adanya manusia. Jadi perkembangan ortogenetik ke suatu tujuan
khusus sejalan dengan perkembangan evolusi yang mengarah kepada
kesempurnaan manusia.

Bijou dan Baer (1961) mengemukkan perkembangan psikologis adalah


perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan
berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi yang dimaksud disini adalah suatu
jawaban tingkah laku akan diperlihatkan atau tidak, tergantung dari
rangsangan-rangsangan yang ada di lingkungannya. Rumusan lain tentang arti
perkembangan dikemukakan oleh Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih,
1990:31), yaitu bahwa perkembangan adalah proses perubahan dalam
pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi
dengan lingkungan. Istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifatsifat yang khas mengenai gejala-gejala psikologis yang menampak.
Perkembangan dapat juga dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap
yang menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi,
berdasarkan proses pertumbuhan, kematangan, dan belajar ( Monks. 1984 : 2).
Selama perkembangannya manusia masih tetap menerima dan
memperoleh hal-hal baru, terutama yang berhubungan dengan kehidupan
psikis. Pada manusia terdapat kebutuhan untuk memperoleh dan mengetahui.
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akan menimbulkan kekecewaan dan
penderitaan secara psikis. Misalnya, kita merasa tidak enak jika tidak
memperoleh berita dalam koran dan majalah atau pengalaman lain yang baru.
Akan tetapi jika berita yang diperolehnya tidak sesuai dengan seleranya, juga
dapat menimbulkan kekecewaan. Baru pada usia seelanjutnya, setelah anak itu
masuk sekolah, intensitas dan dorongan untuk memperoleh hal yang baru ini
pada umumnya mulai berkurang, karena belajar di sekolah pada hakikatnya
merupakan kegiatan untuk mengetahui dan memperoleh sesuatu yang baru
secara bertahap dan direncanakan. Sebagian besar kegiatan anak adalah untuk
memperoleh hal-hal baru sebagaimana dapat dilihat pada anak-anak yang
setiap hari harus ke sekolah dan setelah pulang sekolah masih harus belajar. Di
sini terlihat bahwa proses perkembangan untuk memperoleh hal-hal baru itu,
sebagian besar dan untuk waktu yang relatif lama adalah mengenai kegiatan
yang berhubungan dengan kebutuhan mental.

Kehidupan psikis anak merupakan kegiatan yang maju, yang meningkat


seperti yang sering terlihat pada tingkah laku atau ulah seorang anak yang
mencampakkan alat permainan yang baru diberikan kepadanya beberapa hari
yang lalu. Pada anak itu timbul perasaan bosan dan alat permainan itu tidak
menarik lagi. Ia ingin alat permainan yanag baru. Pada remaja sering terlihat
sifat bosan dan ingin selalu melakukan atau memperoleh yang baru, baik
mengenai benda maupun kegiatan yang berhubungan dengan kepuasan secara
psikis. Mengikuti mode merupakan perwujudaan keinginan mengikuti dan
memperoleh sesuatu yang dianggap baru, sekalipun yang baru ini menjadi
sangat relatif dan merupakan fungsi dari perubahan waktu, bisa lama dan bisa
cepat. Kebutuhan untuk memperoleh dan mencari sesuatu yang baru
merupakan dorongan yang menjadi sebagian ciri kepribadiannya yang
berbeda-beda pada setiap orang dan pada setiap tingkatan tahapan
perkembangannya.
2.2 Tugas - tugas Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku
kehidupan sosial psikologi manusia di lingkungan masyarakat yang semakin
lama semakin luas dan kompleks. Menurut seorang pakar asal Amerika Serikat,
Robert James Havigurst, perkembangan merupakan tugas-tugas yang harus
dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu selama periode kehidupan
tertentu dalam perjalanan hidup individu tersebut, atau dengan kata lain
perjalanan hidup manusia yang ditandai dengan berbagai tugas perkembangan
dan harus ditempuh dalam periode tertentu dimana jika berhasil maka akan
menemui kebahagiaan sedangkan apabila gagal maka dapat mengalami
kekecewaan sehingga kemungkinan besar akan menemui kesulitan dalam
periode perkembangan berikutnya.
Adapun yang menjadi sumber dari tugas-tugas perkembangan tersebut
menurut Havighurst yaitu: kematangan fisik, tuntutan masyarakat secara
kultural, tuntutan dari individu itu sendiri, dan norma-norma agama. Secara
umum, tugas perkembangan berasal dari tiga jenis sumber yaitu pertumbuhan
fisik, kematangan kepribadian, dan tuntutan masyarakat. Tugas yang berasal

dari pertumbuhan fisik misalnya di usia remaja, pertumbuhan fisik hormonal


memunculkan rasa ketertarikan pada lawan jenis. Di sini ada tugas
perkembangan untuk belajar menjaga sikap pada lawan jenis. Tugas yang
berasal dari kematangan kepribadian ini terkait dengan pertumbuhan sistem
nilai dan aspirasi, misalnya ketika beranjak remaja muncul harapan tentang
karier, sehingga di sini muncul tugas untuk mulai mempelajari pengetahuan
dan keterampilan sebagai persiapan kerja. Kemudian tugas yang berasal dari
tuntutan masyarakat, misalnya di usia remaja seseorang harus memiliki
tanggung jawab terhadap hukum yang berlaku.
Havigurst mengaitkan tugas-tugas perkembangan tersebut dengan fungsi
belajar, karena pada hakikatnya perkembangan manusia dipandang sebagai
upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar manusia
mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dalam kehidupan nyata.
Manusia pada umumnya melalui perkembangan dari anak-anak, remaja,
kemudian dewasa. Menurut Havighurst, tugas-tugas dari perkembangan dibagi
menjadi beberapa fase yaitu:
1. Masa Bayi dan Anak-anak
Belajar berjalan
Belajar makan makanan padat
Belajar berbicara
Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh
Mencapai stabilitas fisiologik
Membentuk pengertian sederhana tentang realitas fisik dan sosial
Belajar kontak perasaan dengan orang tua, keluarga, dan orang lain
Belajar mengetahui mana yang benar dan yang salah serta
mengembangkan kata hati
2. Masa Anak Sekolah

Belajar ketangkasan fisik untuk bermain

Pembentukan sikap yang sehat terhadap diri sendiri sebagai


organisme yang sedang tumbuh

10

Belajar bergaul yang bersahabat dengan anak-anak sebaya

Belajar peranan jenis kelamin

Mengembangkan dasar-dasar kecakapan membaca, menulis, dan


berhitung

Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan guna


keperluan kehidupan sehari-hari

Mengembangkan kata hati moralitas dan skala nilai-nilai

Belajar membebaskan ketergantungan diri

Mengembangkan sikap sehat terhadap kelompok dan lembagalembaga

3. Masa Remaja
Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya
Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita
Menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif
Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainnya
Mencapai kemandirian ekonomi
Memilih dan mempersiapkan suatu karir atau pekerjaan
Belajar merencanakan hidup berkeluarga
Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual yang perlu
bagi warga negara yang kompeten
Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial
Mengamalkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
dalam kehidupan sehari hari, baik pribadi maupun sosial.
4. Masa Dewasa Awal
Mulai bekerja
Memilih pasangan hidup
Belajar hidup dengan suami/istri
Mulai membentuk keluarga
Mengasuh anak

11

Mengelola rumah tangga


Mulai bertanggung jawab sebagai warganegara secara layak
Menemukan kelompok sosial yang menyenangkan
5. Masa Dewasa Madya
Memperoleh tanggung jawab sebagai orang dewasa yang berwarga
negara dan hidup bermasyarakat.
Menetapkan dan memelihara suatu standar kehidupan ekonomi
bagi kehidupannya.
Membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa
yang bertanggung jawab dan bahagia.
Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang
sesuai dengan orang dewasa.
Menciptakan hubungan diri dengan suami atau istri sebagai
pribadi.
Menerima dan menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya
perubahan-perubahan pisiologis dalam masa setengah baya.
Menyesuaikan diri dengan kehidupan orang tua yang sudah lanjut
usia.

6. Masa Tua
Menyesuaikan diri pada keadaan berkurangnya kekuatan fisik dan
kesehatan.
Menyesuaikan diri dalam masa pensiun dan pendapatan yang
berkurang.
Menyesuaikan diri dalam keadaan meninggalnya suami atau istri.
Menjalin hubungan yang rapat dengan teman-teman seusia.
Memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai warga negara dan
kewajiban dalam hidup bermasyarakat.
Menyusun keadaan hidup yang memuaskan dalam hal fisik.
Masa remaja merupakan masa peserta didik dimana pertumbuhan dan
perkembangan yang terjadi cukup signifikan, baik karena pengaruh psikologi
12

peserta didik yang labil maupun karena permasalahan lingkungannya yang


semakin kompleks. Selain pendapat dari Havighurst, ada pula tugas-tugas
remaja adalah secara umum adalah sebagai berikut:
1. Mampu menerima keadaan fisiknya
Dalam perkembangan usia kanak-kanak menuju remaja, diikuti
oleh perkembangan sikap dan citra diri. Remaja diharapkan dapat
menerima keadaan diri sebagaimana adanya keadaan diri mereka
sendiri.
2. Mampu menerima dan memahami peran sebagai pria maupun wanita
Individu usia remaja diharapkan menerima keadaan diri sebagai
pria atau wanita dengan sifat dan tanggung jawab kaumnya masingmasing
3. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok sebaya
Sangat penting dalam hal ini, bahwa seorang remaja haruslah
mendapat penerimaan dari kelompok teman sebaya lawan jenis atau
sesama jenis agar memperoleh rasa dibutuhkan dan rasa berharga.
4. Mencapai kemandirian emosional
Tidak seperti individu pada masa kanak-kanak dimana
emosinya masih bergantung pada orangtua atau orang dewasa,
individu pada masa remaja diharapkan untuk bebas dari sifat
ketergantungan emosional yang dialami pada masa kanak-kanak.
5. Mencapai kemandirian ekonomi
Karena individu pada usia remaja kelak hidup sebagai orang
dewasa, maka kesanggupan berdiri sendiri terhadap kehidupan
ekonomi merupakan tugas perkembangan remaja yang penting
diperhatikan.

13

6. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat


diperlakukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
Oleh karena terjadinya pertumbuhan biologis dan keragaman
pengalaman, maka remaja sudah memiliki kemampuan untuk berpikir
tentang sesuatu yang berada di luar pengalamannya. Dengan kata lain,
remaja sudah dapat menduga hal-hal apa yang akan atau mungkin
terjadi berdasarkan sesutau yang abstrak dan memikirkan secara
sistematis semua solusiuntuk memecahkan masalah tersebut.
7.

Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang


tua
Oleh karena perkembangan cara berpikir, remaja sudah
menyadari akan pentingnya mengetahui bagaimana hidup untuk
menjadi orang yang dewasa nantinya, sehingga mempelajari nilainilai yang dialami oleh orangtua atau orang dewasa lainnya menjadi
salah satu tugas yang harus dihadapi individu di usia remaja.

8.

Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan


untuk memasuki dunia dewasa
Karena pada usia remaja, terutama 17 tahun ke atas sudah
diberlakukan sanksi sesuai hukum yang berlaku, maka individu
berusia remaja sebaiknya mampu mengamalkan perilaku tanggung
jawab terhadap kehidupan sosial.

Dilihat dari perkembangan kehidupan secara menyeluruh, pertumbuhan


dan perkembangan di masa remaja relatif berjalan secara singkat. Namun
demikian, banyak hal yang harus diselesaikan selama masa perkembangan
remaja yang singkat ini. Pada tugas perkembangan fisik upaya untuk mengatasi
permasalahan pertumbuhan yang serba tak harmoni amatlah berat.
Di lain pihak, seseorang pada tahap remaja telah mengantisipasi tugastugas dalam kehidupan sosial. Bagi seorang remaja pria, mereka mulai
memikirkan tentang bagaimana baiknya menjadi seorang yang bertanggung
jawab bagi kehidupan keluarg. Implikasi pemikiran ini tercermin dari nalurinya

14

untuk menjadi seorang yang kuat, secara ekonomis menjadi orang yang
produktif. Bagi remaja wanita, mereka mulai memikirkan tentang bagaimana
baiknya menjadi seorang wanita yang penuh kasih sayang dan mempersiapkan
dirinya memasuki jenjang kedewasaan.
Memasuki jenjang dewasa, memiliki gambaran mengenai berbagai hal
yang harus dihadapi baik menghadapi hal-hal yang berkaitan dengan
kebutuhan fisik, sosial, ekonomi maupun hal-hal yang berkaitan dengan faktor
psikologis, seperti penciptaan kebahagiaan, persaingan, kekecewaan, dan lain
sebainya yang bisa terjadi akibat dari perbedaan norma dalam masyarakat
dalam sistem kehidupan sosial dan kata hati setiap individu.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penguasaan Tugas-tugas
Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan pada suatu fase perkembangan
tertentu hendaknya dikuasai oleh setiap individu sebab tugas-tugas
perkembangan pada suatu fase merupakan harapan atau tekanan sosial.
Selain itu pada fase berikutnya akan ada tugas-tugas perkembangan
yang lain, yang umumnya lebih berat. Namun demikian tidak setiap
individu berhasil dalam menguasai tugas-tugas perkembangannya,
dimana terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hal ini yang
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor internal
dan faktor eksternal.
a. Faktor internal
Faktor internal yang mempengaruhi penguasaan tugas
perkembangan

adalah

normal

tidaknya

pertumbuhan

dan

perkembangan, kesehatan, motivasi untuk berkembang dan


kelancaran

dalam

menguasai

tugas-tugas

perkembangan

sebelumnya.

15

b. Faktor eksternal
Penguasaan tugas-tugas perkembangan individu dipengaruhi
pula oleh faktor-faktor eksternal, yaitu pola asuh orangtua,
lingkungan sekolah, lingkungan pergaulan, dan sebagainya.
2.2.2 Pentingnya Mengetahui Tugas-tugas Perkembangan
Tugas-tugas perkembangan perlu diketahui dan dipahami baik
oleh individu yang bersangkutan maupun oleh pihak yang berhubungan
dengan perkembangan individu tersebut, termasuk pendidik.
a. Bagi individu yang bersangkutan
Setiap individu, khususnya muntuk masa kanak-kanak akhir
dan seterusnya, hendaknya memahami tugas-tugas perkembangan
yang harus dikuasai pada fase perkembangan tertentu. Dengan
mengetahui tugas-tugas perkembangan berarti dirinya telah
mengetahui keterampilan apa saja yang harus dikuasai, bagaimana
ia harus bersikap atau bertindak. Dengan demikian motivasi intrinsik
untuk belajar menguasai hal-hal tersebut dapat berkembang pada
dirinya.
b. Bagi pendidik atau pengasuh
Setiap pendidik, termasuk orang tua, hendaknya mengetahui
tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai oleh peserta
didiknya. Sebab bagi para pendidik, pengetahuan mengenai tugastugas perkembangan merupakan pedoman tentang apa saja yang
harus dilakukan untuk membantu perkembangan peserta didiknya
pada fase perkembangan tertentu serta untuk menghadapi fase
perkembangan berikutya.
2.4 Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan
Suatu konsepsi yang biasanya bersifat deduktif dan menunjukkan adanya
hubungan yang ajeg (continue) serta dapat diramalkan sebelumnya antara
variabel-variabel yang empirik, hal itu lazimnya disebut sebagai hukum
perkembangan. Dalam perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup di

16

dunia pastinya memiliki persamaan dan perbedaan dalam bidang pola dan
karakteristik yang ada pada diri individu sendiri. Persamaan dan perbedaan
tersebutlah yang natinya menimbulkan kecenderungan umum dalam
pertumbuhan dan perkembangan, yang selanjutnya disebut sebagai hukumhukum pertumbuhan dan perkembangan.
Adapun

bagian-bagian

dari

hukum-hukum

pertumbuhan

dan

perkembangan tersebut dikelompokan menjadi dua diantaranya, yaitu:


2.3.1 Hukum-hukum Perkembangan Fisik
a. Hukum Cephalocoundal
Hukum ini menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari
kepala ke arah kaki. Artinya bahwa pertumbuhan yang terjadi pada
kepala mendominasi pertumbuhan yang lainnya. Seperti halnya
seorang bayi yang baru dilahirkan memiliki alat-alat yang matang di
bagian kepala daripada bagian-bagian yang lainnya.
b. Hukum Proximodistal
Hukum ini menyatakan bahwa pertumbuhan fisik berpusat pada
sumbu dan mengarah ke tepi. Hal ini diartikan sebagai suatu
perkembangan yang ada di pusat lebih awal dibandingkan dengan
yang ada di tepi. Seperti halnya pertumbuhan pada tubuh kita, alatalat atau organ yang ada di dalam tubuh kita jauh lebih awal bekerja
dibandingkan dengan perkembangan anggota tubuh yang ada di tepi.
c. Hukum Kesatuan Organ
Tiap-tiap anak itu terdiri dari organ-organ tubuh, yang
merupakan satu kesatuan diantara organ-organ tersebut antara fungsi
dan bentuknya, tidak dapat dipisahkan berdiri integral. Contoh:
perkembangan kaki yang semakin besar dan panjang, mesti diiringi
oleh perkembangan otak, kepala, tangan dan lain-lainnya.

17

2.3.2 Hukum-hukum Perkembangan Emosional, Mental dan Jiwa


a. Hukum Tempo Perkembangan.
Bahwa perkembangan jiwa tiap-tiap anak itu berlainan, menurut
temponya masing-masing perkembangan anak yang ada. Ada yang
cepat (tempo singkat) adapula yang lambat. Suatu saat ditemukan
seorang anak yang cepat sekali menguasai ketrampilan berjalan,
berbicara, tetapi pada saat yang lain ditemukan seorang anak yang
berjalan dan berbicaranya lambat dikuasai. Mereka memiliki tempo
sendiri-sendiri.
b. Hukum Irama Perkembangan
Hukum ini mengungkapkan bukan lagi cepat atau lambatnya
perkembangan anak, akan tetapi tentang irama atau ritme
perkembangan. Jadi perkembangan anak tersebut mengalami
gelombang pasang surut. Mulai lahir hingga dewasa, kadangkala
anak tersebut mengalami juga kemunduran dalam suatu bidang
tertentu. Misalnya akan mudah sekali diperhatikan jika mengamati
perkembangan pada anak-anak menjelang remaja. Ada anak yang
menampakkan kegoncangan yang hebat, tetapi adapula anak yang
melewati masa tersebut dengan tenang tanpa menunjukkan gejalagejala yang serius.
c. Hukum Konvergensi Perkembangan.
Pandangan pendidikan tradisional di masa lalu berpendapat
bahwa hasil pendidikan yang dicapai anak selalu di hubunghubungkan dengan status pendidikan orang tuanya. Menurut
kenyataan yang ada sekarang ternyata bahwa pendapat lama itu tidak
sesuai lagi dengan keadaan. Pandangan lama ini dikuasai oleh aliran
nativisme yang dipelopori Schopen Hauer yang berpendapat bahwa
manusia adalah hasil bentukan dari pembawaan.
d. Hukum Hierachi Perkembangan.
Bahwa perkembangan anak itu tidak mungkin akan mencapai
suatu fase tertentu dengan spontan, akan tetapi harus melalui tingkat18

tingkat atau tahapan tertentu yang tersusun sedemikian rupa sehingga


perkembangan diri seorang menyerupai derajat perkembangan.
Contoh: perkembangannya pikiran anak, mesti didahului dengan
perkembangan pengenalan dan pengamatan.
e. Hukum Masa Peka
Masa peka ialah suatu masa yang paling tepat untuk
berkembang suatu fungsi kejiwaan atau fisik seseorang anak. Sebab
perkembangan suatu fungsi tersebut tidak berjalan secara serempak
antara satu dengan lainnya. Contoh: masa peka untuk berjalan bagi
seorang anak itu pada awal tahun kedua dan untuk berbicara sekitar
tahun pertama. Istilah peka pertama kali ditampilkan oleh seorang ahli
biologi dari Belanda bernama Hugo de Vries (1848-1935), kemudian
istilah tersebut dibawa ke dalam dunia pendidikan, khususnya
psikologi oleh Maria Montessori (Italia 1870-1952).
f. Hukum Mengembangkan Diri
Dorongan yang pertama adalah dorongan mempertahankan diri,
kemudian disusul dengan dorongan mengembangkan diri. Dorongan
mempertahankan diri terwujud misalnya dorongan makan dan
menjaga keselamatan diri sendiri. Contoh: Anak menyatakan perasaan
lapar, haus, atau sakit dalam bentuk menangis maka tangisan itu
dianggap sebagai dorongan mempertahankan diri.
g. Hukum Rekapitulasi.
Perkembangan jiwa anak adalah ulangan kembali secara singkat
dari perkembangan manusia di dunia dari masa berburu hingga masa
industri. Teori ini berlangsung dengan lambat secara berabad-abad.
Jika pengertian rekapitulasi ini ditransfer ke psikologi perkembangan,
dapat dikatakan bahwa perkembangan jiwa anak mengalami ulangan
ringkas dari sejarah kehidupan umat manusia.

19

2.4 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja


Masa remaja adalah masa perubahan yang terjadi dengan cepat baik
secara fisik maupun psikologis. Karakteristik perilaku dan pribadi remaja
terbagi dalam dua kelompok yaitu remaja awal yang berusia 11 s.d 15 tahun
dan remaja akhir yang berusia 14 s.d 20 tahun. Meliputi beberapa aspek yaitu
fisik, psikomotor, bahasa, moralitas, keagamaan, konatif, emosi afektif.
Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja, yaitu:
a. Peningkatan emosional, perubahan ini terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa strom dan stress. Peningkatan emosional
ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama pada hormon yang terjadi
pada masa remaja. Contohnya, ia tidak lagi bertingkah layaknya anak-anak,
ia mulai bisa bertanggung jawab dan mandiri. Kemandirian dan tanggung
jawab ini akan terbentuk seiring dengan berjalannya waktu dan akan
berdampak jelas pada remaja akhir yang duduk di bangku kuliah.
b. Kematangan seksual, perubahan ini membuat remaja tidak yakin akan diri
dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat,
baik perubahan sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun
perubahan eksternal, seperti tingg tubuh, berat badan, dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
c. Perubahan yang menurutnya menarik dan hubungan dengan orang lain,
masa remaja menggantikan masa anak-anak dengan hal-hal yang meurutnya
lebih menarik karena sesuatu yang belum pernah ia jumpai pada masa anakanak. Ini dikarenakan adanya rasa tanggung jawab yang lebih besar pada
masa remaja, maka remaja akan mengarahkan ketertarikkannya pada halhal yang lebih penting. Remaja awal mulai berhubungan dengan orang lain,
tidak hanya dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga pada orang dewasa
dan lawan jenis.

20

d. Perubahan nilai, masa anak-anak yang dulu dianggap penting menjadi


kurang penting ketika menginjak masa remaja dan mendekati dewasa.
e. Bersikap ambivalen, yaitu sesuatu yang bertentangan terjadi bersamaan.
Menurut WHO, remaja adalah suatu masa pertumbuhan dan
perkembangan dimana :
a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa.
c. Terjadi pralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relativ lebih mandiri.
Perkembangan psikologis dari masa anak-anak menjadi dewasa ditandai
dengan proses perubahan dari kondisi enthrophy ke kondisi negentrophy.
Entropy adalah keadaan dimana kesadaran mausia masih belum tersusun
rapi,walaupun isinya sudah banyak (pengetahuan, perasaan, dll) namun isi-isi
tersebut belum saling terkait dengan baik, sehingga belum bisa berfungsi secara
maksimal,isi kesadaran masih saling bertentangan, saling tidak berhubungan
sehingga mengurangi kerjanya dan menimbulkan pengalaman yang kurang
menyenangkan buat orang yang bersangkutan.Selama masa remaja kondisi
entropy ini secara bertahap disusun diarahkan distrukturkan kembali sehingga
lambat laun terjadi kondisi negentropy. Negentropy adalah keadaan di mana isi
kesadaran tersusun dangan baik, pengetahuan yang satu terkait

dengan

perasaan atau sikap.Orang dalam kadaan negentropy ini merasa dirinya sebagai
kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang jelas, ia merasa tidak
perlu dibimbing lagi untuk bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat
kerja yang tinggi mengingat saat mulainya masa remaja yang sangat
dipengaruhi oleh perbedaan perorangan,maka penentuan umur saja belum
cukup untuk mengetahui apakah suatu tahap perkembangan baru telah di
mulai/belum.

21

Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa.
Tubuhnya kelihatan sudah dewasa akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa ia gagal menunjukan kedewasaanya, pada remaja sering terlihat adanya
hal-hal sebagai berikut:
a. Kegelisahan
b. Pertentangan
c. Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahuinya
d. Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas
e. Mengkhayal dan berfantasi
f. Aktivitas berkelompok
Hall, seorang ahli memandang bahwa masa remaja ini sebagai masa
storm and stress ia menyatakan bahwa selama masa remaja banyak masalah
yang dihadapi karena remaja itu berupaya menemukan jati diri (identitasnya)
sebagai kebutuhan aktulisasi diri. Usaha penemuan jati diri remaja dilakukan
dengan berbagai pendekatan agar ia dapat mengaktulisasi diri secara baik,
sebagai bentuk kebutuhan untuk mewujudkan jati dirinya. Kebutuhan remaja
diantaranya :
a. Kebutuhan organik
b. Kebutuhan Emosional
c. Kebutuhan berprestasi
Remaja secara mental telah dapat berfikir secara logis tentang berbagai
gagasan yang abstrak. Dengan kata lain berfikir operasi formal lebih bersifat
hipotesis dan abstrak.
Definisi Remaja untuk Masyarakat Indonesi yaitu penentuan status
remaja untuk seorang anak di Indonesia tidak berlaku secara seragam dan
nasional dikarenakan Indonesia terdiri dari banyak suku dengan aturannya
masing-masing.

22

Sebagai pedoman umum, batasan usia remaja Indonesia adalah 11-24


tahun dan belum menikah. Pertimbangan-pertimbangannya adalah:
a. Usia 11 tahun adalah usia yang pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak.
b. Pada banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik,
baik menurut adat maupun agama sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak.
c. Pada usia tersebut, mulai ada tanda penyempurnaan perkembangan jiwa,
seperti

tercapainya

identitas

diri,

tercapainya

fase

genital

dari

perkembangan kognitif maupun moral.


d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal untuk member peluang bagi
mereka yang sampai batas usia tersebut masih menggantungkan diri pada
orang lain, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa.
e. Status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan masih sangat
penting dalam masyarakat Indonesia. Seorang yang sudah menikah pada
usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai orang dewasa penuh,
baik secara hukum maupun dalam kehidupan sosial.

23

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:
3.1.1 Peserta didik mengalami pertumbuhan dan perkembangan memiliki
pengertian bahwa peserta didik mengalami proses perubahan secara
jasmani dan rohani yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
3.1.2 Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, peserta didik
diklasifikasikan menjadi beberapa fase yaitu masa bayi dan anak-anak,
masa anak sekolah, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa
madya, dan masa tua, dimana pada setiap fase seorang peserta didik
menghadapi berbagai masalah selanjutnya sebagai tugas-tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik untuk menuju ke fase
perkembangan selanjutnya.
3.1.3 Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal sehingga memunculkan keberagaman pribadi yang
mana dari keberagaman ini diperoleh kecenderungan-kecenderungan
umum dalam pertumbuhan yang disebut hukum-hukum pertumbuhan
perkebangan.
3.1.4 Pertumbuhan dan perkembangan diklasifikasikan menjadi beberapa fase
dimana fase yang paling rentan terhadap perubahan adalah pada masa
remaja oleh karena labilnya psikologi peserta didik dan kompleksnya
permasalahan

yang

dialami

peserta

didik

yang

berasal

dari

lingkungannya.
3.2 Saran
Sebagai pelaksana pendidikan, hendaknya kita memahami tentang
pertumbuhan dan perkembangan yang dialami peserta didik agar proses
pendidikan baik secara formal maupun nonformal dapat berjalan dengan lancar
dan hasil yang diperoleh lebih optimal.

24

DAFTAR RUJUKAN

Sunarto dan Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Rineka Cipta
B. hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia Bandung
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Wirawan Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta. Rajagrafindo Persada
Yusuf L.N., Syamsu dan Sugandhi, Nani M. 2011. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

DAFTAR PUSTAKA
Indah, Wynda. Tugas-tugas Perkembangan. Mei 2015. http://wynda2.blogspot.
co.id/2013/05/tugas-tugas-perkembangan.html.
Kurniawan, Rizky Mohammad. Makalah Tugass-tugas Perkembangan Peserta
Didik. Januari 2013. http://mooryku.blogspot.co.id/2013/01/makalah-tugastugas-perkembangan.html.

Anda mungkin juga menyukai