Anda di halaman 1dari 2

Jika Anda penikmat teh, mungkin teh asal Jatilurih, Bali bisa menjadi salah

satu referensi jika sedang bertandang ke Pulau Dewata. Di tempat ini


warganya memproduksi teh berbahan baku beras merah organik. Harga
jualnya sekitar Rp 15.000 hingga Rp 30.000 per bungkus. Teh ini mulai tren
dalam setahun terakhir di kalangan turis lokal maupun turis asing.
Banyak orang rasanya sudah mengetahui bahwa bahan baku minuman teh
berasal dari daun teh yang dihaluskan. Namun, di Bali khususnya di daerah
Jatilurih, Kecamatan Penebel, terdapat teh yang berasal dari beras merah
cendana organik. Beras ini tumbuh subur di lereng perbukitan Gunung
Batukaru. Banyak warga desa yang menjadi petani beras merah organik ini
dan memproduksi teh dari beras ini.
Dalam setahun terakhir, teh beras merah ini melesat pamornya di kalangan
para wisatawan lokal maupun asing yang bertandang ke Bali. Lantaran
berasal dari beras merah, rasa teh ini manis dan memiliki aroma harum
layaknya beras baru matang. Teh ini dipercaya mampu mengatasi maag,
memiliki antioksidan dan vitamin B6 yang baik untuk diet.
Salah satu warga Desa Jatiluwuh yang menjadi produsen teh beras merah
adalah Wayan Semarajaya, lewat bendera usaha Waroeng Krishna. Usaha ini
dia rintis sejak tahun 2010 silam. Meski begitu, menurut Wayan tren teh beras
merah Jatiluwuh baru terjadi satu tahun belakangan ini.
Pelanggan setianya datang dari Tabanan, Denpasar, Surabaya hingga
Malang. Teh Beras Merah Woreng Krishna dihargai Rp 15.000 hingga Rp
25.000 per bungkus seberat 200 gram. Dia memproduksi hanya jika ada
pesanan yang datang.
Wayan memiliki lahan seluas 1 hektare (ha) yang ditanami padi merah
cendana. Panen beras merah dilakukan hanya satu tahun sekali, ketika umur
padi 150 hari. Beras merah mulai ditanam pada bulan Desember dan Januari,
lalu pada bulan Juni mulai di panen. Padi merah cendana lokal asli Jatiluwuh
yang memiliki aroma yang khas, terang Wayan.
Setelah dipanen, proses produksi dilanjutkan dengan mengeringkan padi
kurang lebih lima hari lantas didiamkan selama enam bulan agar warna beras
semakin bagus dan aroma cendana semakin kuat.
Dengan dibantu tiga orang karyawan, sekali panen, Wayan dapat
menghasilkan lima sampai enam ton beras yang dapat diproduksi menjadi
200 bungkus teh beras merah per bulan. Wayan mengaku, dalam satu bulan
dapat memperoleh omzet sebesar Rp 5 juta.
Produsen teh beras merah lainnya adalah Yan Bagia di bawah bendera
usaha Teh Beras Merah Bali Aga. Usaha ini dia jalankan sejak 2011 silam.
Dia menjual produk ini Rp 30.000 per bungkus seberat 200 gram. Dalam
sebulan, dengan dibantu lima orang karyawan dirinya mampu menghasilkan
pesanan sebanyak 200 bungkus teh. Omzetnya sekitar Rp 6 juta per bulan.

Pelanggan setianya banyak yang berasal dari Jakarta dan Surabaya. Tak
hanya itu, banyak turis asing yang juga berkunjung ke tempatnya. Biasanya
Yan bekerjasama dengan para pemandu wisata untuk menggiring turis
mendatangi tempatnya. Nantinya, akan ada sistem bagi hasil dengan
pemandu dari hasil penjualan.

Anda mungkin juga menyukai