Anda di halaman 1dari 8

TANDA GIGITAN (BITEMARK)

Definisi Bitemark didefinisikan sebagai cetakan pola sebagai hasil kontak suatu objek
atau gigi- geligi (gigitan) pada kulit. Objek Pemeriksaan Sebagai objek pemeriksaan
dalam suatu penyelidikan secara garis besar dapat ditentukan antara lain: 1. Korban
hidup 2. Korban mati 3. Manusia sebagai pelaku 4. Benda-benda mati yang terdapat di
sekitar tempat kejadian perkara yaitu:a. Bekas pola gigitan pada tubuh mayat. 6
7. b. Air liur di sekitar bekas pola gigitan dan bekas gigitan makanan tertentu.c.
Bercak-bercak darah korban.d. Bercak-bercak darah pelaku.5. Benda mati yang secara
fisik dianggap sebagai barang bukti, antara lain:a. Gigi palsu lepasan sebagian/ partial
dentureb. Gigi palsu penuh/ full denturec. Mahkota dan jembatan/ crown and bridge6.
Semua jaringan rongga mulut yaitu pipi bagian dalam dan bibir yang lepas yang
terdapat di tempat kejadian perkara. Objek-objek tersebut dicatat ke dalam formulir
pemeriksaan awal karena terdapat pemeriksaan lanjutan baik untuk kepentingan
rekonstruksi dan baik pula untuk kepentingan laboratoris khususnya dalam penentuan
golongan darah dan DNA baik korban maupun pelaku yang nantinya dicatat pula ke
dalam suatu formulir pemeriksaan laboratoris yang berguna untuk kelengkapan
penyidikan yang kesemuanya itu disebut sebagai oral and dental identification record.
Keuntungan gigi sebgai objek pemeriksaan.
Keuntungan gigi sebgai objek pemeriksaan antara lain:1. Gigi-geligi merupakan
rangkaian lengkungan secara anatomis, antropologis dan morfologis mempunyai letak
yang terlindung dari otot-otot bibir dan pipi.2. Gigi-geligi sukar untuk membusuk kecuali
gigi tersebut sudah mengalami nekrotik atau ganggren, meskipun dikubur, umumnya
organ-organ tubuh lain bahkan tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh).3. Gigigeligi di dunia ini tidak ada yang sama karena menurut SIMS dan Furnes bahwa gigi
manusia kemungkinan sama adalah satu dibanding dua milyar.4. Gigi-geligi mempunyai
ciri-ciri khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut rusak atau berubah maka sesuai dengan
pekerjaan dan kebiasaan menggunakan gigi bahkan setiap ras mempunyai ciri yang
berbeda.5. Gigi-geligi tahan asam keras. 7
8. 6. Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 400 oC gigi
tidak akan hancur. Gigi menjadi abu sekitar suhu lebih dari 649oC. Apabila gigi tersebut
ditambal menggunakan amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar di atas
871oC, sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam atau inlay alloy emas
maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu 871-1093oC.7. Gigi-geligi dan tulang
rahang pada rontgenogramnya dapat dilihat kadang-kadang terdapat anomali dari gigi
dan komposisi tulang rahang yang khas.8. Apabila korban telah dilakukan pencabutan
gigi umumnya ia memakia gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi
palsu tersebut dapat ditelusuri atau diidentifikasi.9. Gigi-geligi merupakan sarana
terakhir di dalam identifikasi apabila sarana lain atau organ tubuh lain tidak
ditemukan.A. Identifikasi korban melalui pola gigitan pelaku Menurut William Eckert
(1992), pola gigitan adalah bekas gigitan dari pelaku yang tertera pada kulit korban
dalam bentuk luka, jaringan kulit maupun jaringan ikat di bawah kulit sebagai pola
akibat dari pola permukaan gigitan dari gigi-gigi pelaku melalui kulit korban. Menurut
Bowers dan Bell (1955) mengatakan bahwa pola gigitan merupakan suatu perubahan
fisik pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kontak atau interdigitasi antara gigi atas

dengan gigi bawah sehingga struktur jaringan terluka baik oleh gigi manusia maupun
hewan. 8
9. Menurut Sopher (1976) mengatakan bahwa pola gigitan yang ditimbulkan
olehhewan berbeda dengan manusia oleh karena perbedaan morfologi dan anatomi
gigi geligiserta bentuk rahangnya. Menurut Curran et al (1680) mengatakan bahwa pola
gigitan pada hewan buasyang dominan membuat perlukaan adalah gigi kaninus atau
taring yang berbentukkerucut. Menurut Levine (1976) mengatakan bahwa pola gigitan
baik pola permukaankunyah maupun permukaan hasil gigitan yang mengakibatkan
putusnya jaringan kulit dandibawahnya baik pada jaringan tubuh manusia maupun pada
buah-buahan tertentumisalnya buah apel dapat ditemukan baik korban hidup maupun
yang sudah meninggal. Sedangkan menurut Soderman dan OConnel pada tahun 1952
mengatakan bahwayang paling sering terdapat pola gigitan pada buah-buahan yaitu
buah apel,pear danbengkuang yang sangat terkenal dengan istilah Apple Bite Mark.
Sedangkan menurut Lukman (2003) mengatakan bahwa pola gigitan mempunyaisuatu
gambaran dari anatomi gigi yang sangat karakteristik yang meninggalkan polagigitan
pada jaringan ikat manusia baik disebabkan oleh hewan maupun manusia yangmasingmasing individu sangat berbeda. 9
10. B. Klasifikasi pola gigitan Pola gigitan mempunyai derajat perlukaan sesuai
dengan kerasnya gigitan, pada pola gigitan manusia terdapat 6 kelas yaitu:1. Kelas I :
pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.2. Kelas II : pola gigitan kelas II
seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat pola gigitan cusp bukalis dan palatalis maupun
cusp bukalis dan cusp lingualis tetapi derajat pola gigitannya masih sedikit.3. Kelas III :
pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II yaitu permukaan gigit insisive
telah menyatu akan tetapi dalamnya luka gigitan mempunyai derajat lebih parah dari
pola gigitan kelas II.4. Kelas IV : pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot
di bawah kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan
irreguler.5. Kelas V : pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan
insisive, kaninus dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.6. Kelas VI : pola
gigitan kelas VI memperlihatkan luka dari seluruh gigitan dari rahang atas, rahang
bawah, dan jaringan kulit serta jaringan otot terlepas sesuai dengan kekerasan oklusi
dan pembukaan mulut. 10
11. C. Berbagai jenis pola gigitan pada manusia. Pola gigitan pada jaringan manusia
sangatlah berbeda tergantung organ tubuh mana yang terkena. Adapun beberapa pola
gigitan tersebut adalah sebagai berikut.1. Pola gigitan heteroseksual. Pola gigitan pada
pelaku-pelaku hubungan intim antar lawan jenis dengan perkataan lain hubungan
seksual antara pria dan wanita terdapat penyimpangan yang sifatnya sedikit melakukan
penyiksaan yang menyebabkan lawan jenis sedikit kesakitan atau menimbulkan rasa
sakit.a. Pola gigitan dengan keterlibatan lidah dan bibir. Pola gigitan ini terjadi pada
waktu pelaksanaan birahi antara pria dan wanita.b. Pola gigitan pada organ genital 11
12. c. Pola gigitan pada sekitar organ genitald. Pola gigitan pada mammae. D. Pola
gigitan pada kasus penyiksaan anak / child abuse Pola gigitan ini dapat terjadi pada
seluruh lokasi atau di sekeliling tubuh anak- anak. Hal ini disebabkan oleh suatu
aplikasi dari pelampiasan gangguan psikis pelaku. Lokasi pola gigitan pada bagian
tubuh tertentu yaitu daerah punggung, bahu atas, leher. E. Pola gigitan hewan Pola
gigitan hewan umumnya terjadi sebagai akibat dari penyerangan hewan kepada

korban. Kejadian tersebut dapat terjadi tanpa instruksi dari pemeliharanya atau dengan
instruksi dari pemeliharanya. Beberapa hewan yang menyerang korban karena 12
13. instruksi dari pemeliharanya biasanya berjenis herder atau doberman yang
memang secara khusus dipelihara pawang anjing di jajaran kepolisian untuk
menangkap pelaku atau tersangka. Pola gigitan hewan juga disebabkan sebagai
mekanisme pertahanan diri maupun sebagai pola penyerangan terhadap mangsanya.a.
Pola gigitan anjing biasanya terjadi pada serangan atau atas perintah pawangnya atau
induk semangnya. Misalnya dijajaran kepolisian, untuk mengejar tersangka atau
pelaku.b. Pola gigitan hewan pesisir pantai. Pola gigitan ini terjadi apabila korban
meninggal di tepi pantai atau korban meninggal dibuang di pesisir pantai, sehingga
dalam beberapa hari atau beberapa minggu korban tersebut digerogoti oleh hewanhewan laut antara lain kerang, tiram.c. Pola gigitan hewan peliharaan, misalnya gigitan
anjing atau kucing. Identifikasi pelaku dapat dibuat dengan pertolongan odontologis
forensik. Foto serial, dimulai sejak luka teridentifikasi, harus diambil dalam waktu 24 jam
dalam ukuran milimeter. Golongan darah pelaku dapat ditentukan dari pemeriksaan
saliva washing yang diambil dari kulit bekas gigitan. Pada daerah tersebut terdapat
sekitar 0,3 ml saliva dan sulit mendapatkan jumlah yang cukup dengan menggunakan
swab. Bekas gigitan yang dapat menimbulkan luka, yaitu:1) Kejahatan seksual seperti
pemerkosaan.2) Kekerasan dalam rumah tangga dan penyiksaan anak (oleh orang
tua).3) Kasus kriminal lain, dimana korban menyerang pelaku untuk melindungi dirinya
dengan cara menggigit.4) Modus kriminal lainnya. Tipe-tipe gigitan ada beberapa
macam,yaitu:1) Haemorage = titik perdarahan kecil.2) Abrasi = tidak ada bekas
kerusakan kulit.3) Luka memar = pembuluh darah putus, memar, biru, lebam.4) Luka
laserasi = tertusuk/sobek pada kulit. 13
14. 5) Pengirisan = tusukan yang rapi pada kulit.6) Avulsi = kulit terlepas.7) Artifact =
digigit hingga bagian tubuh menjadi terpotong. 1 2 3 4 5 6 7 Gambar. Tipe-tipe gigitan
14
15. Kuatnya suatu gigitan, dapat diklasifikasikan sebagai berikut1) Clearly Defined =
Tekanan tergambar pada kulit.2) Obviously Defined = Tekanan gigitan tingkat satu
(terdapat lekukan jelas pada kulit).3) Quite Noticeable = tekanan penuh kekerasan
(terjadi luka).4) Lacerated = kulit ditekan dengan kasar sehingga rusak dari tubuh. 1 2 3
4 15
16. Identifikasi Bitemark Bitemark merupakan pola yang dibuat oleh gigi pada kulit,
makanan atau substrat yang lembut tetapi dapat tertekan. Kebanyakan bitemark pada
bagian forensik adalah kontak antara gigi manusia dengan kulit dan analisis
memperlihatkan keunikan gigi yang tercatat secara akurat pada kulit. Perempuan lebih
sering digigit dibandingkan pada pria, dengan kebanyakan gigitan terjadi pada
payudara (33%) dan lengan (19%). Terdapat beberapa prosedur yang dapat dilakukan
untuk menjaga dan melindungi informasi dental forensik yaitu dengan melihat luka
tersebut sebagai bitemark yang potensial; melakukan fotografi, membuat cetakan, dan
dapat juga dilakukan eksisi serta mengawetkan bitemark tersebut. Kejelasan dan
bentuk dari bitemark dapat berubah dalam waktu yang sangat singkat baik pada korban
yang masih hidup maupun korban mati. Fotografi dapat dilakukan untuk
mendokumentasikan bitemark karena fotografi menghasilkan informasi yang dapat
dipercaya, tetapi fotografi memiliki kekurangan karena menggambarkan objek tiga
dimensi dalam film dua dimensi. American Board of Forensik Odontology (ABFO)

merekomendasikan untuk membuat cetakan pada daerah yang tergigit; bahan cetakan
yang digunakan harus memenuhi spesifikasiADA dan harus dipersiapkan berdasarkan
instruksi pabrik. Bahan cetak yang biasa digunakan adalah hidrokoloid dan light-body
vinyl polysiloxane (VPS). Polieter, dilaporkan memiliki keakuratan yang sangat baik,
stabilitas jangka panjangnya baik, good elastic recovery, dan resisten terhadap basah.
Hydrophilicity yang baik menjamin hasil cetakannya memiliki detail reproduksi yang baik
pada permukaan basah, termasuk daerah yang sulit diakses. Prosedur identifikasi:1.
Kumpulkan bukti Misalkan terdapat 20 buah bitemark dan kemudian difoto dengan satu
orang operator dengan menggunakan kamera digital (coolpix 2100 nikon)
menggunakan skala ABFO No.2 dengan resolusi 300 dpi.2. Pilih bahan cetak yang
akan digunakan 16
17. Bahan cetak yang digunakan biasanya polieter denngan konsistensi light-bodied
dan heavy-bodied. Hanya satu cetakan dari bitemark yang diambil, untuk mencegah
manipulasi, distorsi atau kehilangan barang bukti. Prosedur ini dilakukan untuk
mempertahankan bekas gigitan karena bitemark memiliki kecenderungan untuk
menghilang secara alami dikarenakan oleh regenerasi jaringan (pada korban yang
masih hidup) atau membusuk (pada korban meninggal). Teknik monophase dilakukan
berdasarkan rekomendasi pabrik dan sendok cetaknya dapat bertahan dalam air panas
(60C) dengan lilin pink extra-hard. Dikarenakan ini adalah desain eksperimental, tidak
dilakukan apusan DNA.3. Cetak rahang pelaku yang dicurigai Buat model studi rahang
pelaku yang dicurigai dengan menggunakan gips stone kuning tipe IV. Kemudian
cetakan discan dengan menggunakan flatbed scanner dengan skala yang sama pada
tiap rahangnya. Model cetak pertama (dental stone) : digunakan gips stone kuning tipe
IV karena sifat fisiknya yang baik, seperti kemampuan untuk ekspansinya yang rendah,
kekuatan kompresinya meningkat dari 55 menjadi 117 MPa hanya dalam 48 jam. Sifat
inilah yang menjamin stabilitas dimensional dan daya tahannya. Rahang pelaku dicetak
dua kali, cetakan yang pertama digunakan sebagai examination cast sedangkan
setakan kedua sebagai untouched cast, yang diletakkan di daerah yang aman).
Pemeriksaan model cetakan ini dengan menggunakan skala ABFO No.2. Model cetak
kedua (model polyether) : cetakan positif dicampur dengan polieter yang berkonsistensi
light-bodied dengan menggunakan kuas cat dan digetarkan sedikit untuk memastikan
bergeraknya aliran polieter.4. Membandingkan bitemark Terdapat dua cara yang dapat
dilakukan untuk membandingkan bitemark, yaitu :a. Metode digital Fotografi digital pada
bitemark kulit dan gambar dari model cetakan yang pertama dan kedua discan dan
kemudian dibandingkan dengan menggunakan Adobe Photoshop 8.0 software dengan
metode superimpose. Kemudian setelah dibandingkan, didapatkan 17
18. kesimpulan apakah kedua cetakannya extreme-degree match, high-degree
match, probable-degree match, poor-degree match, dan dissimilar-degree match.b.
Metode manual Model cetakannya diposisikan pada bitemark yang telah dicetak
dengan gips maupun polieter. Prosedur ini dilakukan untuk meminimalisasi pola
penyimpangan pada kulit. Tekanan dengan jari dilakukan pada model polieter pada sisi
lawan dari bitemark, sehingga melemahkan daerah yang luas. Pencocokan harus dapat
dilakukan dengan mudah dan sebaiknya tidak ditekan (faktor akurasi). Metode lain
untuk menganalisis bitemark Terdapat banyak metode tambahan untuk menganalisis
bitemark. Salah satu metodenya adalah penemuan bakteri DNA. Penemuan DNA tidak
selalu terjamin. Adanya nucleic acid-degrading enzyme dalam saliva dapat dengan

cepat merusak DNA, terutama jika hal ini terjadi pada korban yang masih hidup. Kita
bias menggunakan teknik Sweets double swab, teknik ini mengumpulkan DNA dalam
sel epitel oral sebagai hasil rehidrasi, dibandingkan dengan hanya berdasarkan DNA
pada saliva saja. Mulut manusia memiliki lebih dari 500 spesies bakteri, dan setiap
individu memiliku kombinasi yang sangat berbeda, tergantung pada, sebagai contoh,
status kesehatan mulut, status gigi geligi, dan adanya atau tidak adanya protesa. Teknik
fotografi dapat digunakan untuk menganalisis, menyesuaikan, dan mengabadikan
gambar gigi.. Dan teknik ini cukup akurat dengan menggunakan bantuan computer.
Metode ini membandingkan langsung antara cetakan studi pelaku dengan fotografi
teraan gigitan, dan membandingkantes gigitan yang dilakukan pelaku dengan teraan
gigitan yang sebenarnya. Menurut Nandy, data-data yang penting untuk didapatkan
pada proses identifikasi korban adalah: ras, etnis, kebangsaan, agama, jenis kelamin,
perawakan, warna kulit muka, corak kulit, rupa, rambut, mata, kelainan kongenital,
tanda lahir, tahi lalat, bekas luka, tato, cacat, penyakit lain, gigi, pengukuran
antropometri, (tinggi dan lebar badan, ukuran lingkar kepala), sidik jari, pakaian dan
ornamen lain yang dipakai korban 18
19. (Nandy, 2001). Dalam kehidupan sehari-hari, sering ditemukan berbagai kasus
yangmemerlukan bantuan Kedokteran Forensik. Tidak jarang juga ditemukan
kasuskasusdimana hanya ditemukan beberapa tulang saja untuk diidentifikasi. Pada
prosesidentifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, dan jenis kelamin korban merupakan
halyang penting. Dalam kasus seperti hanya ditemukan beberapa tulang saja
untukdiidentifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, etnis dan jenis kelamin dapat
diketahui salahsatunya melalui perhitungan sefaliks indeks (Nandy, 2001).V.
ANTROPOLOGI FORENSIK Antropologi merupakan bidang studi sains tentang asal
usul, prilaku, fisik, sosialdan pengembangan lingkungan manusia. Antropologi forensik
merupakan bidang ilmuuntuk physical anthropologists yang mengaplikasikan ilmunya
dalam bidang biologi,sains, dan budaya dalam proses hukum. Antropologi forensik
merupakan aplikasi dari ilmu fisik atau biologi antropologidalam proses hukum.
Merupakan pemeriksaan pada sisa sisa rangka untuk membantumenentukan
identitas dari jasad. Pemeriksaan ini dapat dilakukan sebagai langkahpertama untuk
menentukan apakah sisa-sisa tersebut berasal dari manusia dan selanjutnya 19
20. dapat menentukan jenis kelamin, perkiraan usia, bentuk tubuh, dan pertalian
ras. Pemeriksaan dapat juga memperkirakan waktu kematian, penyebab kematian dan
riwayat penyakit dahulu atau luka yang saat hidup menimbulkan jejas pada struktur
tulang. Identifikasi dalam forensik berdasarkan antropologi sering disebut dengan
antropometri forensik. Antropometri berasal dari Bahasa Yunani, yang berarti
pengukuran manusia. Dalam antropologi fisik, antropometri berperan penting dalam
perancangan industri, perancangan pakaian, ergonomis, bahkan artsitektur. Dalam
bidang-bidang tersebut, data statistik tentang distribusi dimensi tubuh dari suatu
poopulasi diperlukan untuk menghasilkan produk yang optimal. Perubahan dalam gaya
kehidupan sehari-hari, nutrisi, dan komposisi etnis dari masyarakat dapat membuat
perubahan dalam distribusi ukuran tubuh, dan membuat perlunya penyesuaian berkala
dari koleksi data antropometrik. Dalam odontologi forensik sendiri, identifikasi korban
dapat diklasifikasi ke dalam beberapa bagian, sebagai berikut.A. Identifikasi dari mayat
yang tidak dikenal melalui antropometri kraniofasial Kranium atau tengkorak kepala
manusia merupakan tulang yang berguna untuk menentukan jenis kelamin korban.

Seperti yang akan dijabarkan lebih lanjut, diketahui bahwa dagu pada pria cenderung
lebih bersegi (kotak) dan lebih lancip pada wanita. Dahi pada pria cenderung lebih
landai, sedangkan pada wanita dahinya lebih lurus. Pria memiliki lengkungan alis yang
lebih tinggi dibanding wanita. 20
21. Pengukuran pembanding kraniofasial untuk identifikasi ras belum ditetapkan
syarat-syarat mutlaknya, karena walaupun klasifikasi ras memiliki komponen biologis
yang sama, namun tetap didasari adanya hubungan sosial dan lingkungan. Walaupun
demikian, beberapa rincian anatomis, terutama di wajah sering menunjukkan ras
individual. Pada ras kulit putih, biasanya terdapat wajah yang menyempit dengan
hidung yang agak meninggi serta dagu yang lebih menonjol. Pada ras kulit hitam /
negroid, biasanya hidug lebih lebar dengan subnasal yang berlekuk. Kaum Kaukasian
(Amerika Indian) dan Asia memiliki bentuk tulang pipi yang menonjol disertai tekstur gigi
yang khas.B. Identifikasi jenis kelamin korban berdasarkan gigi-geligi Ukuran dan
bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin. Gigi geligi menunjukkan
jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya. Anderson mencatat bahwa pada
75% kasus, mesiodistal pada wanita berdiameter kurang dari 6,7 21
22. mm, sedangkan pada pria lebih dari 7 mm. Saat ini masih terus dikembangkan
penelitiantentang pemeriksaan DNA dari gigi untuk membedakan jenis kelamin.
Selainberdasarkan gigi geligi, ukuran dan tipe rahang pria dan wanita mempunyai
banyakperbedaan yang spesifik. Menurut Cotton (1982), identifikasi gigi-geligi pria dan
wanita dapatdidefinisikan sebagai berikut. Gigi Geligi Wanita Pria Outline gigi Relatif
lebih kecil Relatif lebih besar Lapisan email dan dentin Relatif lebih tipis Relatif lebih
tebal Bentuk lengkung gigi Cenderung oval Tapered Ukuran cervico incisal dan Lebih
kecil Lebih besar mesio distal gigi caninus bawah Outline incisivus pertama atas Lebih
bulat Lebih persegi Ukuran lengkung gigi Relatif lebih kecil Relatif lebih besar
Identifikasi perbedaan ukuran, bentuk dan tipe tulang rahang adalah sebagaiberikut.
Perbedaan Wanita Pria Lengkung rahang atas Lebih sempit, bentuk Lebih lebar seperti
huruf V (lateral), bentuk seperti huruf U Lengkung rahang bawah Relatif lebih sempit
Relatif lebih lebar Sudut gonion Lebih besar Lebih kecil Tinggi dan lebar ramus Lebih
kecil Lebih besar ascendens Jarak inter-processus Lebih kecil/lebih Lebih besar/lebih
koronoid pendek panjang Tinggi tulang processus Lebih pendek Lebih tinggi koronoid
22
23. Tulang menton >< Lebih tebal dan lebih ke anterior. Pars basalis mandibula
Jarak lebih pendek Jarak lebih panjang (secara horizontal)C. Penentuan usia dari gigigeligi. Perkembangan gigi secara regular terjadi sampai usia 15 tahun. Identifikasi
melalui pertumbuhan gigi ini memberikan hasil yang yang lebih baik daripada
pemeriksaan antropologi lainnya pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan gigi desidua
diawali pada minggu ke 6 intra uteri. Mineralisasi gigi dimulai saat 12 16 minggu dan
berlanjut setelah bayi lahir. Trauma pada bayi dapat merangsang stress metabolik yang
mempengaruhi pembentukan sel gigi. Kelainan sel ini akan mengakibatkan garis tipis
yang memisahkan enamel dan dentin di sebut sebagai neonatal line. Neonatal line ini
akan tetap ada walaupun seluruh enamel dan dentin telah dibentuk. Ketika ditemukan
mayat bayi, dan ditemukan garis ini menunjukkan bahwa mayat sudah pernah
dilahirkan sebelumnya. Pembentukan enamel dan dentin ini umumnya secara kasar
berdasarkan teori dapat digunakan dengan melihat ketebalan dari struktur di atas
neonatal line. Pertumbuhan gigi permanen diikuti dengan penyerapan kalsium, dimulai

dari gigi molar pertama dan dilanjutkan sampai akar dan gigi molar kedua yang menjadi
lengkap pada usia 14 16 tahun. Ini bukan referensi standar yang dapat digunakan
untuk menentukan umur, penentuan secara klinis dan radiografi juga dapat digunakan
untuk penentuan perkembangan gigi. 23
24. Penentuan usia antara 15 dan 22 tahun tergantung dari perkembangan gigi
molartiga yang pertumbuhannya bervariasi. Setelah melebihi usia 22 tahun, terjadi
degenerasidan perubahan pada gigi melalui terjadinya proses patologis yang lambat
dan hal sepertiini dapat digunakan untuk aplikasi forensik. 24
25. Menurut Gusstafson (1996), identifikasi umur dari gigi tetap terdapat enam
criteria yang disebut six changes of the physiological age process in teeth, yaitu :1.
Derajat atrisi / Degrees of attrition Umur menentukan derajat keparahan dari atrisi pada
permukaan kunyah gigi baik incisal maupun oclusal sesuai dengan penggunaannya.
Makin lanjut usia maka derajat atrisi makin parah.2. Perubahan perlekatan gingiva /
Alteration in the level of the gingival attatchment Perubahan fisiologis akibat
penggunaan gigi dari perlekatan epitel ditandai dengan dalamnya sulkus gingiva yang
melebihi 2 mm sesuai dengan pertambahan usia, sehingga terkesan bahwa seakanakan mahkota gigi lebih panjang.3. Formasi dentin sekunder (fisiologis) / The amount of
secondary dentine Dentin sekunder biasanya terbentuk di atas atap pulpa sehingga
makin lanjut usia pulpa seakan-akan terlihat menyempit serta email terlihat seakanakan semakin radiolusen secara roentgenografis/radiolografis. Hal ini disebabkan
karena pembentukan dentin sekunder tersebut.4. Ketebalan sementum di periapikal /
The thickness of cementum around the root Dengan bertambahnya usia maka akan
bertambah ketebalan jaringan sementum pada akar gigi. Pembentukan ini oleh karena
pelekatan serat-serat periodontal dengan aposisi yang terus-menerus dari gigi tersebut
selama hidup.5. Translusensi akar / Translucency of the root Pertambahan usia
menyebabkan terjadinya proses kristalisasi dari bahan-bahan mineral akar gigi hingga
jaringan dentin pada akar gigi berangsur-angsur mulai dari akar gigi kearah servikal
menjadi translusen. Translusensi dentin ini dimulai sekitar dekade ketiga usia
pertumbuhan.6. Resorpsi akar (pada periapikal) / Root resorption Menurut Gusstaffon
(1950) resorpsi akar gigi tetap akibat tekanan fisiologis seiring dengan pertambahan
usia. Usia yang semakin bertambah menyebabkan membran periodontal pada
periapikal terlihat menebal (pada foto radiografis). 25
26. D. Penentuan Ras dari Gigi-Geligi Identifikasi ras dapat dilakukan dengan
melihat anatomi cingulum gigi incisivus dan jarak mesiodistal dengan buccopalatal atau
buccolingual gigi premolar serta anatomi fisur, jumlah pit, ada atau tidaknya tuberculum
carabeli, dan jumlah gigi molar. Ras Mongoloid Gambaran gigi untuk ras mongoloid
adalah sebagai berikut:1. Insisivus berbentuk sekop. Insisivus pada maksila
menunjukkan nyata berbentuk sekop pada 85-99% ras mongoloid. 2 sampai 9 % ras
kaukasoid dan 12 % ras negroid memperlihatkan adanya bentuk seperti sekop
walaupun tidak terlalu jelas.2. Dens evaginatus. Aksesoris berbentuk tuberkel pada
permukaan oklusal premolar bawah pada 1-4% ras mongoloid.3. Akar distal tambahan
pada molar 1 mandibula ditemukan pada 20% mongoloid.4. Lengkungan palatum
berbentuk elips.5. Batas bagian bawah mandibula berbentuk lurus. 26
27. Ras KaukasoidGambaran gigi untuk Ras kaukasoid adalah sebagai berikut:1.
Cusp carabelli pada gigi molar pertama biasanya selalu ada.2. Pendataran daerah sisi
bucco-lingual pada gigi premolar kedua mandibula.3. Maloklusi gigi anterior.4. Palatum

sempit, mengalami elongasi, berbentuk lengkungan parabola.5. Dagu menonjol. Ras


Negroid 27
28. Gambaran gigi untuk ras negroid adalah sebagai berikut: 1. Pada gigi premolar
1 dari mandibula terdapat dua sampai tiga tonjolan. 2. Sering terdapat open bite. 3.
Palatum berbentuk lebar. 4. Protrusi bimaksila.E. Identifikasi Korban Melalui Restorasi
dan Protesa yang Digunakan Restorasi dan protesa yang digunakan setiap orang
bersifat individual dimana tidak sama satu dengan yang lainnya dan memiliki ciri-ciri
khusus yang tergantung pada pemakainya. Restorasi dan protesa yang ditemukan
pada korban harus dicatat secara teliti. Jika ditemukan adanya restorasi, harus dicatat
jenis restorasi yang dipakai, pada gigi apa, permukaan yang terkena, dan luasnya
restorasi. Pada protesa harus diperhatikan gigi sandarannya, jumlah dan bentuk pontik,
serta desain protesa. Beberapa ciri individu konstruksi dari protesa diketahui melalui :
Bentuk daerah relief di bagian langit-langit Bentuk dan kedalaman post-dam Disain
sayap labial Penutupan daerah retromolar Warna akrilik Bentuk, ukuran dan bahan
gigi artifisial Bentuk dan ukuran lingir alveolar 28
29. DAFTAR PUSTAKA Lukman, Djohansyah. Ilmu Kedokteran Gigi Forensik Jilid II.
2006. Jakarta : CV.Sagung Seto.
http://www.scribd.com/doc/54671022/3/IDENTIFIKASI-FORENSIK
http://wiki.blogbeken.com/teknik-autopsi-forensik
http://www.freewebs.com/traumatologie2/traumatologi.htm
http://sulaifi.wordpress.com/2010/01/15/luka-bakar-minor-dan-cara-penanganannya/
http://daffodilmuslimah.multiply.com/journal/item/260/Luka_Bakar
http://royaloakbloods.com/wp-content/uploads/2011/03/bite_mark.jpg
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTksYFBRZYXWZQ29WjUYDDDpbe3
VZBapBlpqA8XTCAli_3GfYRReqGVoLNp7w
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23226/4/Chapter%20II.pdf
http://netdetective.forumotion.net/t2388-antropologi-forensik
http://yukiicettea.blogspot.com/2009/12/peran-antropologi-forensik-dalam.html
http://www.forensicmed.co.uk/wounds/bitemarks/ http://belibisa17.com/2008/11/23/antropologi-forensik/ (Author : Bayu Fajar Wibowo, S.Ked. , dkk.
Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2009.) 29

Anda mungkin juga menyukai