Anda di halaman 1dari 62

Perancangan Sistem Pneumatik Pada Proses otomatisasi Pengisian Air Dalam

Kemasan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah


Kemajuan teknologi dewasa ini membuat indusri-industri modern berupaya untuk
meningkatkan kualitas, kuantitas dan efektivitas produk-produk yang mereka hasilkan. Oleh
karena itu industri-industri modern tersebut memerlukan pengotomatisasian secara kontinyu
dan sistem yang banyak digunakan pada saat sekarang ini adalah pneumatik. Hal ini
dikarenakan pneumatik mempunyai beberapa keuntungan yang tidak dipunyai oleh sistem
lain. Walaupun dewasa ini dunia industri didalam pencapaian efisiensi yang tinggi,
menggabungkan sistem pneumatik dengan sistem elektrik, elektronik, hidrolik, dan mekanik.
Pada industri-industri yang bergerak di bidang yang ada kaitannya dengan pengisian
cairan dalam suatu tempat atau wadah ( diambil contoh pengisian air dalam galon ),
memerlukan suatu proses otomatisasi dalam pelaksanaannya untuk pencapaian target
produksi yang diinginkan dan mempermudah pelaksanaan proses produksi. Walaupun
mungkin di dalam industri-industri tersebut telah menggunakan sistem otomatisasi yang lebih
canggih dalam pelaksanaannya, tetapi pada kesempatan penyusunan skripsi ini penulis
bermaksud ingin menciptakan suatu sistem tersendiri dengan imajinasi, daya pikir,
pengetahuan, ilmu dan kemampuan yang penulis miliki dan dapatkan selama menempuh
pendidikan di Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa dan study lapangan secara langsung di
dunia industri. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menciptakan suatu sistem
yaitu otomatisasi pengisian air dalam kemasan, dengan perpaduan gabungan sistem
pneumatik, mekanik dan control otomatisasi squence.
Pada penyusunan skripsi ini penulis memilih judul Perancangan Sistem Pneumatik
Pada Proses Otomatisasi Pengisian Air Dalam Kemasan. Dengan judul tersebut penulis
mencoba untuk membahas tentang sistem otomatisasi pneumatik pada alat-alat industri,
khususnya industri-industri yang bergerak dalam bidang yang ada kaitannya dengan
pengisian cairan dalam wadah atau botol / gallon sebagai hasil produknya, dengan sistem

1.2

yang sederhana dan efesien.


Manfaat dan Tujuan
Adapun manfaat dan tujuan penyusunan skripsi ini adalah:

A. Secara umum
memperkaya sistem-sistem otomatisasi dalam dunia industri dengan trobosan-trobosan baru

1.

yang lebih efektif dan efesien.


Pengembangan ilmu teknologi untuk mencapai tujuan pembelajaran ke dalam dunia industri

2.

yang nyata.
B. Bagi civitas akademik
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses belajar mengajar pada program
studi sehingga dapat diterapkan di lapangan, dan untuk menambah referensi sebagai
rekomendasi penelitian yang akan dilaksanakan di waktu yang akan datang, yang
berhubungan dengan : Perhitungan Daya pompa, Penentuan sebuah silinder Pneumatik,
perhitungan konveyor.
1.

C. Bagi penulis
Sebagai tugas akhir dan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada

2.

Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa.


Memperdalam dan memantapkan pengetahuan serta pemahaman penulis tentang ilmu yang

3.

telah diterima selama mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Teknologi Duta Bangsa.
Melatih penulis untuk menganalisa suatu masalah secara ilmiah dan memberikan solusi yang
tepat guna sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki secara rinci dan dapat dipertanggung

4.

jawabkan.
Melatih penulis agar dapat manyusun laporan kerja yang akan dihadapinya nanti dengan
tepat waktu, jelas dan sistematis.

1.3

Ruang Lingkup Masalah


Materi yang akan disajikan dalam penyusunan skripsi ini meliputi masalah tentang:
proses dan cara kerja alat-alat pneumatik, system control dasar otomatisasi, prinsip dan cara
kerja rangkaian alat, perhitungan daya motor listrik yang akan dipergunakan untuk konveyor,
perhitungan cylinder pneumatik dan penghitungan waktu untuk setting timmer sesuai dengan
volume pengisian.

1.4

Metodologi Penyusunan Skripsi


Agar isi skripsi ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan juga untuk
memperlancar penulisan, maka peulis mengambil metode dalam penyusunan skripsi ini

1.

sebagai berkut:
Metode Pustaka

Dengan metode ini penulis mengambil bahan dan materi dalam penyusunan skripsi
melalui buku-buku yang tersedia, katalok dalam industri dan webside. Ada beberapa buku
2.

yang dijadikan sumber dan landasan dalam penyusunan skripsi ini.


Metode Observasi
Dalam meyusun skripsi ini penulis juga mengambil sumber dengan cara observasi di
lapangan dunia industri secara langsung. Hal ini dilaksanakan pada saat praktek langsung di
industri maupun di kampus. Karena ada banyak hal yang berkaitan dengan masalah yang ada
pada penysunan skripsi ini, maka penulis menjadikannya sebagai salah satu sumber dan

3.

metode penulisan.
Metode Diskusi
Dalam penyusunan skripsi ini penulis berusaha meminta masukan, saran dan bimbingan
dari pembimbing juga dari rekan-rekan. Banyak materi penyusunan skripsi ini yang didapat
dengan bertanya dan juga arahan dari dosen pembimbing dan rekan-rekan baik di kampus
maupun industri.

1.5

Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembaca dalam memahami seluruh materi yang disajikan oleh
penulis pada penyusunan skripsi ini, maka penulis menggunakan sistematika penulisan dalam
penyusuan skipsi ini sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, manfaat dan tujuan dari
penyusunan skripsi, ruang lingkup masalah, metodologi penyusunan skripsi dan sistematika
yang digunakan dalam penulisan.
BAB II Teori Dasar
II.1 Dasar Pneumatik
Dalam bab ini diuraikan tentang perkembangan teknik pemakaian udara mampat,
prinsip-prinsip dasar secara fisika, serta keuntungan-keuntungan penggunanya, dan sumbersumber penghasil udara mampat itu sendiri dan sekaligus mengulas tentang jenis-jenis
kompresornya serta kriteria pemilihan kompresor.
II.2 Komponen Dasar Pneumatik
Dalam bab ini diuraikan tentang komponen-komponen dasar pneumatik, dimulai dari
komponen-komponen air service unit, simbol-simbol pneumatik, sampai katub-katub yang
berfungsi untuk mengatur, mengarahkan, serta sebagai kontrol aliran dan tekanan sehingga
mampu menggerakan silinder untuk melakukan suatu proses kerja.
II.3 Dasar-dasar Otomatisasi
Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian otomatisasi, squence, komponen-komponen
dasar squence dan simbol-simbol yang sering digunakan dalam penggambaran rangkaian
squence.

BAB III Perencanaan Sistem Pneumatik


Dalam bab ini diuraikan tentang komponen-komponen yang digunakan dalam
perancangan, sistem dan rangkaian alat.
BAB IV Penutup
Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari penyusunan skripsi ini.
BAB II
TEORI DASAR
II.1 DASAR PNEUMATIK
II.1.1Perkembangan Teknik Pemakaian Udara Mampat
Udara mampat dikenal juga sebagai udara bertekanan, tentu saja tekanan yang
dimaksud di sini adalah tekanan yang memenuhi batas-batas tertentu. Menurut hukum alam,
udara yang bertekanan mempunyai energi dan menurut sejarahnya udara bertekanan dapat
dibuktikan sebagai salah satu bentuk tenaga tertua yang dikenal manusia untuk mempertinggi
kemampuan fisiknya. Salah satu contoh pemakaian udara bertekanan yang sudah ditemukan
nenek moyang beberapa abad yang lalu dan sampai sekarang masih banyak digunakan di
Negara-negara ketiga sampai Negara-negara yang telah mempunyai teknologi tinggi adalah
baling-baling atau kipas angin. Energi yang didapat dari hembusan udara, diubah menjadi
energi mekanik (putar) lewat sudu-sudu atau kincir angin. Energi mekanik di sini kemudian
berfungsi untuk menggerakan pesawat-pesawat pembangkit seperti generator listrik dan lain
sebagainya. Penggunaan udara sebagai media energi karena udara murah dan mudah didapat
di alam atmoshper dan juga mudah dibuang di sembarang tempat tanpa menimbulkan
pencemaran di lingkungan sekitarnya.
Orang pertama yang menggunakan alat pneumatik adalah orang Yunani yang bernama
KTESIBIOS. Lebih dari 2005 tahun yang lalu ia membangun suatu perangkat yang
menggunakan perangkat gerakan atau jepretan yang ditimbulkan oleh udara mampat.
Diantara buku-buku pertama mengenai teknik pemakaian udara mampat sebagai energi
adalah diawali pada abad pertama tarikh masehi dan yang menggambarkan peralatan atau
perlengkapan yang digerakan oleh energi udara yaitu pesawat yang menggunakan energi
panas.

Istilah pneuma diperoleh dari istilah yunani kuno dan mempunyi arti napas atau
tiupan, dan menurut phylosophi istilah pneumatics adalah ilmu yang mempelajari tentang

gerakan perpindahan udara dan gejala atau fenomena udara, yang diperoleh dari kata
pneuma.
Sekalipun prinsip dasar dari pneumatik digolongkn antara pikiran manusia paling awal,
tetapi telah diteliti secara sistematis. Pemakaian alat-alat pneumatik dalam produksi secara
nyata pada industri berawal pada sekitar tahun 50-an sampai sekarang ini. Pada awal mula
pemakaian di industri antara lain seperti dalam industri pertambangan, industri pekerjaanpekerjaan konstruksi, dan pada perkereta-apian yakni sebagai rem angin.
Prinsip dasar dari pneumatik dalam industri di seluruh dunia, sebenarnya dimulai hanya
ketika industri-industri itu membutuhkan otomatisasi dan rasionalisasi rangkaian operasional
secara kontinyu, untuk mempertinggi angka produktivitas dengan biaya yang lebih murah.
Meskipun pada permulaan munculnya mengalami hambatan dan penolakan, terutama adalah
karena ketidaktahuan dan rendahnya bidang pendidikan, tetapi pemakaian dalam bidang
pneumatik cenderung lebih meningkat dan berkembang.
Sekarang ini tidak mungkin dalam industri-industri modern tanpa menggunakan teknik
udara mampat. Perangkat yang menggunakan teknik udara mampat dipasang dalam hampir
semua

cabang-cabang

industri,

seperti

industri

perakitan,

pengecoran,

karoseri,

pertambangan, pekerjaan-pekerjaan konstruksi, pembentukan, sampai pada industri makanan


dan kosmetik.
Tidak mustahil apabila menginginkan peralatan yang mempunyai efisiensi yang lebih
tinggi, alat-alat pneumatik dalam kontrolnya dikombinasikan dengan sistem kontrol elektrik,
elektronik, dan hidrolik. Karena dalam tujuan-tujuan tertentu kombinasi pemakaian sistem
kontrol lebih dari dua atau tiga akan menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi. Energi yang
ditimbulkan oleh udara bertekanan selain mudah mendapatkan dan membuangnya, juga
mudah untuk mengangkut dan menyimpannya.
Adapun ciri-ciri dari pada perangkat sistem pneumatik yang tidak dipunyai oleh sistem
alat yang lain adalah sebagai berikut:
1.

Pemompaan, udara disedot atau dihisap dari atmosphere, kemudian dimampatkan (kompresi)
sampai batas tekanan kerja yang diinginkan.

2.

Pendinginan atau penyimpanan, udara hasil pemompaan yang suhunya naik harus disimpan
dan didinginkan dalam keadaan bertekanan sebelum disalurkan ke objek yang memerlukan.

3.

Ekspansi (pengembangan), udara diperbolehkan berekspansi dan melakukan kerja ketika


diperlukan.

4.

Pembuangan, udara hasil ekspansi kemudian dibebaskan lagi ke atmosphere (pembuangan


bebas).
II.1.2 Keuntungan Penggunaan Udara Mampat
Udara mampat banyak digunakan karena mempunyai sifat-sifat yang sangat

1.

menguntungkan, diantaranya:
Jumlah
Udara tersedia secara praktis dimana saja untuk dimampatkan dalam jumlah yang tak

2.

terbatas.
Pengangkutan
Udara dengan mudah dapat diangkut dalam pipa-pipa saluran, sekalipun dalam jarak yang
jauh. Tidak perlu untuk mengembalikan udara mampat tersebut ke tangki penyimpan semula,

3.

tetapi selesai dipakai kemudian dapat langsung dibuang tanpa mengotori lingkungan.
Dapat Disimpan
Kompresor tidak perlu dihidupkan secara terus-menerus. Udara mampat dapat disimpan

4.

dalam reservoir atau tabung penyimpan, dan sewaktu-waktu dapat digunakan dari reservoir.
Suhu
Suhu udara mampat tidak begitu peka (sensitive) terhadap perubahan suhu. Hal ini akan
menjamin dalam proses pengoperasian, walaupun di bawah kondisi perbedaan suhu yang

5.

besar.
Tahan Ledakan
Udara mampat tidak terlalu memberikan risiko terhadap letusan maupun api, oleh karena itu

6.

murah terhadap biaya perlindungan melawan bahaya letusan jika diperlukan.


Kebersihan
Udara mampat selalu bersih, maka dari itu udara yang keluar karena kebocoran pipa atau
bidang lain tidak menimbulkan kontaminasi atau pengotoran terhadap lingkungan.
Kebersihan sangat diperlukan terutama dalam industri makanan, pengerjaan kayu, tekstil,

7.

industri-industri kulit, dan lain-lain.


Kontruksi
Pengoperasian bagian-bagiannya ada dalam kontruksi yang sederhana, oleh karena itu, lebih

8.

murah biaya pengoperasiannya.


Kecepatan
Dengan udara mampat merupakan media kerja yang sangat cepat. Ini memungkinkan

9.

kecepatan kerja tinggi dapat dicapai.


Dapat Disesuaikan
Dengan komponen-komponen udara mampat, kecepatan dan daya mampu diubah-ubah sesuai

10.

dengan kebutuhan.
Aman
Alat-alat pneumatik dan bagian-bagian yang mengoperasikannya dapat dipasang suatu
pengaman pada batas kemampuan maksimum. Oleh karena itu, walaupun terjadi beban lebih
akan selalu tetap aman.

Tetapi selain sifat-sifat yang menguntungkan tersebut, ada juga kekurangan-kekurangan


yang dimiliki oleh udara mampat, yaitu:
Persiapan
Perangkat udara mampat memerlukan persiapan yang baik dan teliti. Kotoran dan

1.

kelembaban udara tidak boleh masuk, terutama pada pemakaian komponen-komponen


pneumatik.
2.

Gaya
Udara mampat hanya ekonomis sampai pada persyaratan gaya tertentu dibawah tekanan kerja
normal 700 kpa / 7bar / 101,5 psi, dan tergantung pada gerakan serta kecepatan, batasnya
adalah dibawah 45.000 N selebihnya beban itu harus menggunakan hydroulik system.
(Festo;Katalog Technical Information;22)
Pembuangan Udara
Pada saluran pembuangan ke atmosphere menimbulkan suasana yang bising dan keras.

3.

Meskipun demikian, masalah itu dapat dipecahkan sebagian oleh perkembangan teknik bahan
peredam suara.
Biaya
Teknik udara mampat relative memerlukan alat-alat mahal untuk dapat menimbulkan suatu

4.

tenaga. Komponen-komponen mahal agar dapat menghasilkan energi yang tinggi sebagian
dapat diganti oleh komponen-komponen yang murah dengan hasil guna yang lebih tinggi
(jumlah langka).
II.1.3 Prinsip-Prinsip Dasar Secara Fisika
Seluruh permukaan bumi ditutupi oleh lapisan udara, dengan komposisi campuran gas
sebagai berikut:
Nitrogen 78% dari volume.
Oksigen 21% dari volume.
Selain itu juga berisi karbon dioksida, argon, hidrogen, neon, helium, cripton, dan xenon.
Untuk membantu dan mempermudah mengetahui hukum alam dan juga sifat-sifat dari

a.
b.

udara, besaran-besaran fisika yang digunakan diklasifikasikan dalam sistem satuan. Dengan
maksud memberikan kejelasan dan menghilangkan definisi-definisi yang membingungkan.
Ilmuan-ilmuan dalam bidang teknik dan fisika dari hampir seluruh dunia sepakat
menyeragamkan sistem satuan tersebut dalam sistem internasional yang disebut
International System of Unit dan disingkat SI.
Berikut di bawah ini adalah istilah-istilah dan satuan-satuan yang sering digunakan
a.

dalam pneumatik:
Besaran Pokok
Tabel 2.1.1 Besaran Pokok (K.Gieck; 2005; XI)
Simbol/
Satuan

Singkata

Satuan dan Simbol Satuan

Panjang
Massa
Waktu
Suhu
Arus listrik
Intensitas Cahaya
Jumlah Zat

m
t
T
I
Iv
n

meter (m)
kp.s2
m
second (s)
derajat C (0C)
Ampere (A)

meter (m)
Kilogram (kg)
second (s)
Kelvin (K)
Ampere (A)
candela (cd)
mole (mol)

b. Besaran Turunan
Tabel 2.1.2 Besaran Turunan (Drs.Budi purwanto,Msi; 2003; 7)
Satuan

Simbol/

Satuan dan Simbol Satuan


Sistem Teknik
Sistem SI

Singkatan

Gaya

Kilopound (kp)

Luas

meter bujur Sangkar (m2)

Isi
Debit
Tekanan

V
Q
P

meter kubik (m3)


(m3/ s)
atmosphere (at)
(kgf/ cm2)

1kg.m
s2

1N =
Newton (N)
meter bujur sangkar (m2)
meter kubik (m3)
(m3/ s)
Pascal (pa)
1 pa = 1 N/ m2(bar)
1 bar = 105pa = 100kPa =
14,5 psi

II.1.3.1 Analisa Aliran Fluida


Udara yang melewati saluran dengan luas penampang A (m2) dengan kecepatan udara
mengalir V (m/s), maka akan memiliki debit aliran Q (m3/s) sebesar A (m2) x V (m/s).

Gambar 2.1.1. Analisa Debit Udara (Andrew parr,Msc; 2003; 20)


Debit Aliran Udara (Q)

Q (m3/s) = A (m2) . V (m/s) (1)


(Andrew parr,Msc; 2003; 20)
Bila udara melalui saluran yang memiliki perbedaan luas penampang A, maka debit
udara akan tetap, namun kecepatannya akan berubah, sebanding dengan perubahan luas
penampangnya Q1 = Q2 , sehingga

II.1.3.2 Gaya Torak


Besarnya gaya suatu silinder ditentukan oleh besarnya tekanan yang diberikan terhadap
silinder tersebut dan juga luas penampang dari piston torak itu sendiri.

Gambar 2.1.2 Analisa gaya torak (Andrew parr,Msc; 2003; 11)


(2)
(Andrew parr,Msc; 2003; 11)
Dimana,

F = Gaya ( N )
P = Tekanan ..( N/m2)
A = Luas penampang tekanan ( m2)

II.1.3.3 Udara yang diperlukan Silinder


Suatu silinder memerlukan jumlah debit udara tertentu untuk melakukan kerja sesuai
dengan yang diharapkan.

(3)

(Drs.Wirawan,MT;2004;494)
Q = Debit aliran (m3/menit)

Dimana,

A = Luas penampang silinder ( m2)


S = Panjang langkah torak ( m )
Pe = Tekanan operasional ( N/m2)
Patm = Tekanan atmosfer (101325 N/m2)
n

= Banyaknya langkah ( kali/menit)

Udara tidak mempunyai bentuk yang khusus, ia berubah-ubah bentuk dengan sedikit
hambatan yakni mengambil bentuk yang sesuai dengan sekelilingnya. Udara dapat
dimampatkan berbeda dengan media fluida atau cairan yang tidak dapat dimampatkan.
Perbedaan utama system pneumatic dengan system hidroulik adalah media yang digunakan,
system pneumatic menggunakan udara dan system hidroulik menggunakan media fluida ( air,
oli dll). Secara prinsip kerja, system pneumatic dan system hidroulik tidak jauh berbeda.
II.1.3.4 Energi Fluida yang mengalir
Cairan atau fluida yang mengalir mempunyai energy yang dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
1.Energi potensial
Karena letaknya diatas permukaan air laut dan karena percepatan grafitasi, maka cairan
mempunyai energi potensial.
2.Energi tekan
Karena cairan yang mengalir dengan terkanan dapat melakukan suatu pekerjaan
3.Energi kinetic
Energi yang timbul karena geraknya cairan yang mempunyai berat
Jadi jumlah energi cairan tiap satuan berat adalah
.(4)
( LLK-BS;Modul Oil-Pressure;48)
Dimana

h
P

v
g

= Tinggi potensial cairan ( m )


= Tekanan cairan ( N/m2)
= Berat jenis cairan ( N/m3)
= Kecepatan alir cairan ( m/s )
= Grafitasi (m/s2)

Jenis aliran fluida dapat diklasifkasikan berdasarkan nilai harga angka reynold. Aliran
fluida pada pipa-pipa bulat harga angka reynoldnya adalah:
(5)

( K.Gieck;2005;164)
Dimana

v = kecepatan fluida (m/s)


d = Diameter dalam pipa (m)
Q = Debit fluida (m3/s)
= Viskositas dinamis

Catatan :
Jikalau Re < 2000 Maka aliran adalah laminer
Jikalau Re > 3000 Maka aliran adalah turbulen
Jikalau Re = 2000 3000 Maka aliran adalah laminer ataupun turbulen
II.1.4 Pompa dan Kompresor
Secara prinsip kerja, antara kompresor dan pompa adalah sama. Yang membedakan dari
kedua komponen tersebut adalah jenis zat yang ditransmisikan, pompa mentransmisikan
fluida sementara kompresor menstransmisikan udara yang compresible.
Perhitungan velocity head (hc) pompa dengan rumus:
hc =

( 6 )

(Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 18 25)


dimana

hc = velocity head ( m )
= kecepatan aliran air rata-rata ( m3/s)
= grafitasi bumi ( 9,81 m/s2)

Kerugian head yang terjadi pada pipa isap (hs)

hs =

..(7)

(Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 18 25)


dimana

hs

= Kerugian head yang terjadi pada pipa isap ( m )


= Besar fungsi kekasaran relatif pipa
= Panjang pipa isap (m)
= diameter pipa isap (m)

Kerugian yang terjadi pada pipa tekan (hd)


hd =

..(8)

(Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 18 25)


dimana

hd

= Kerugian head yang terjadi pada pipa tekan ( m )


= Besar fungsi kekasaran relatif pipa
= Panjang pipa tekan (m)
= diameter pipa tekan (m)

Kerugian head totalnya ( h ) menjadi :


h = hs + hd(9)
(Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 18 25)
Dimana

hs = Kerugian head yang terjadi pada pipa isap ( m )


hd = Kerugian head yang terjadi pada pipa tekan ( m )

Tinggi kenaikan geometris total pompa (Hz) adalah:


Hz = Hd Hs(10)
(Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No. 1, Maret 2004: 18 25)

Dimana

Hd = Tinggi kenaikan tekanan air dari pompa ( m )


Hs = tinggi kenaikan isap air sebelum pompa ( m )

Ketika merencanakan pemasangan suatu kompresor dan kelengkapannya, seharusnya


direncanakan pula untuk pengembangannya, apabila kemudian hari masih perlu untuk
membeli perlengkapan pneumatik yang baru.
Kebersihan dari udara sekeliling juga merupakan hal yang penting untuk direncanakan
sebelumnya. Udara yang bersih, jauh dari lingkungan debu dan kelembaban akan menjamin
umur pesawat pembangkit (kompresor) akan lebih lama. Maka dari itu macam dan jenis
kompresor yang dipakai harus sesuai dengan keadaan lingkungan.
II.1.4.1 Jenis-jenis Kompresor
Jenis kompresor yang digunakan tergantung dari syarat-syarat pemakaian yang harus
dipenuhi yang berkenaan dengan tekanan kerja dan volume yang akan didistribusikan ke
pemakai. Dalam hal ini yang termasuk pemakai adalah silinder dan katup-katup pengontrol

1.

lainnya.
Jenis kompresor terdiri dari dua kelompok, yaitu:
Kelompok pertama, adalah yang bekerja pada prinsip pemindahan dimana udara
dikompresikan dengan mengisikannya ke dalam suatu ruangan, kemudian mengurangi dan
memperkecil isi dari ruangan tersebut. Jenis ini disebut kompresor torak (Reciprocating

2.

Piston Compressor, Rotari Piston Kompresor). (Drs. Suyanto,M.T;2002;5)


Kelompok kedua, adalah yang bekerja pada prinsip aliran udara yaitu dengan menyedot
udara masuk ke dalam satu sisi dan memampatkannya dengan percepatan massa (turbin).
(Drs. Suyanto,M.T;2002;7)
II.1.4.1.1 Kompresor Torak
II.1.4.1.1.1 Kompresor Torak Resiprok
Jenis kompresor torak resiprok sering dan banyak digunakan akhir-akhir ini, karena
dapat digunakan pada tekanan rendah dan menengah, tetapi juga mampu untuk tekanan
tinggi. Batas tekanannya kira-kira diantara 100 kpa / 1bar / 14,5 psi sampai beberapa ribu
kpa. Prinsip kerja daripada kompresor torak hampir sama dengan prinsip kerja motor bakar,
tetapi ada perbedaan yaitu pada zat yang diprosesnya. Pemasukan udara diatur oleh katup dan
diisap oleh torak yang gerakannya menjauhi katup kemudian didesak dan didorong kembali
oleh torak. Saat terjadi penghisapan, katup masih terbuka dan katup buang tertutup sedangkan
pada waktu penekanan terjadi sebaliknya. Demikian proses ini berlangsung sampai mencapai
tekanan yang diinginkan pada tabung penampungan. Selama ini terjadi, yaitu proses
kompresi panas akan naik, maka hal semacam ini harus dihilangkan dengn proses

pendinginan. Pendinginannya dapat menggunakan pendinginan udara ataupun air. Di bawah


ini adalah merupakan gambar dari kompresor torak resiprok

Gambar 2.1.3 Kompresor Torak Resiprok (Drs. Suyanto,M.T;2002;5)


II.1.4.1.1.2 Kompresor Diafragma
Jenis kompresor ini penempatan toraknya dipisahkan dengan ruangan penyedotan oleh
sebuah diafragma. Udara tidak masuk dan berhubungan langsung dengan bagian-bagian yang
bergerak. Oleh karena itu, udara selalu terjaga dan bebas dari oli. Kompresor jenis ini banyak
digunakan dalam industri bahan makanan, farmasi dan kimia.

Gambar 2.1.4 Kompresor Diafragma(Drs. Suyanto,M.T;2002;5)


II.1.4.1.1.3 Kompresor Torak Rotari

Kompresor torak sistem putar (rotary) adalah kompresor dengan torak yang berputar.
Udara masuk ke dalam suatu ruangan, dan kemudian pada saat yang sama volume ruangan
dipadatkan atau dikompresikan. Sehingga akan diperoleh udara bertekanan pada alat tersebut.
II.1.4.1.1.4 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur
Kompresor Rotari Baling-baling Luncur merupakan suatu kompresor dengan gerakan
baling-baling yang dipasang secara eksentrik dalam rumah berbentuk silindris, yang
mempunyai lubang masuk dan lubang keluaran. Keuntungan dari kompresor jenis ini adalah
karena mempunyai bentuk yang pendek dan kecil, juga menghemat ruangan dan tidak berisik
tetapi halus dalam putarannya.
Baling-baling luncur dimasukan ke dalam lubang yang tergabung dalam rotor dan
ruangan dengan bentuk dinding silindris atau tabung. Ketika berputar, energi gaya sentrifugal
baling-baling melawan dinding dan karena bentuk dari rumah baling-baling, ukuran ruangan
diperbesar atau diperkecil menurut arah masuknya udara.

Gambar 2.1.5 Kompresor Rotari Baling-baling Luncur (Drs. Suyanto,M.T;2002;7)


II.1.4.1.1.5 Kompresor Sekerup
Kompresor Sekerup terdiri dari dua buah sekerup yang saling berpasangan, yaitu satu
mempunyai bentuk cekung dan yang lain mempunyai bentuk cembung, dengan prinsip kerja
memindahkan pemasukan udara secara aksial ke sisi yang lainnya. Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas tentang alat tersebut, coba perhatikan gambar berikut.

Gambar 2.1.6 Kompresor Sekerup.(Sri utami H,ST,MT;Modul;2)

II.1.4.1.1.6 Root Blower


Pada kompresor jenis ini, udara dibawa dari satu sisi ruang menuju sisi ruang yang
lainnya tanpa ada perubahan volume. Tetapi torak membuat penguncian pada bagian sisi yang
bertekanan.

Gambar 2.1.7 Root Blower(Andrew Parr,Msc;2003;40)

II.1.4.1.2 Kompresor Aliran (Turbo-Compressor)


Pada prinsipnya kompresor ini sama seperti pada kompresor jenis rotari. Jenis
kompresor ini cocok untuk penghantaran volume yang besar. Kompresor aliran ada yang
dibuat arah masuknya udara secara aksial dan ada juga yang radial. Keadaan udara diubah
dalam satu roda turbin atau lebih untuk mengalirkan kecepatan udara. Disini energi kinetik
diubah menjadi energi bentuk tekanan.

Gambar 2.1.8 Kompresor Aliran Aksial (Sri utami H,ST,MT;Modul;4)


Pada kompresor aliran aksial, udara memperoleh percepatan oleh sudu-sudu yang
terdapat pada rotor yang alirannya kearah aksial. Sedagkan percepatan yang ditimbulkan
oleh kompresor aliran radial berasal dari ruangan ke ruangan berikutnya secara radial. Pada
lubang masuk pertama, udara dilemparkan keluar menjauhi sumbu dan oleh dinding ruangan
dipantulkan dan kembali mendekati sumbu. Dan tingkat pertama masuk lagi ke tingkat
berikutnya, sampai beberapa tingkat sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 2.1.9 Kompresor Aliran Radial (Sri utami H,ST,MT;Modul;4)


II.1.4.2 Kriteria Pemilihan Kompresor
Suatu kompresor dalam pemilihannya harus memperhatikan hal-hal penting berikut ini:
II.1.4.2.1 Penghantaran Volume
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah atau volume yang dapat dihantarkan
atau dibangkitkan oleh kompresor pada volume persatuan waktu tertentu dan pada tekanan
tertentu juga.
Penghanaran volume ditentukan dalam dua cara, yaitu:
1.
Penghantaran volume secara teoritis,
2.
Penghantaran volume secara efektif.

Penghantaran volume secara teoritis untuk torak resiprok adalah sama dengan hasil
perkalian volume udara yang ditiup atau disedot pada satu langkah torak dikalikan jumlah
putaran dari poros engkol.
Penghantaran volume efektif, tergantung dari jenis kompresor dan tekanan yang
ditimbulkannya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh efisiensi volumetric. Penghantaran volume
efektif kumparan adalah kesesuaian antara putaran engkol dengan tekanan yang dihasilkan.
Volume isi hanya tersedia untuk menggerakan dan mengontrol peralatan pneumatik.
II.1.4.2.2 Tekanan
Tekanan yang ada dalam suatu perangkat pneumatik dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1.
Tekanan Kerja
Tekanan kerja adalah tekanan yang keluar dari kompresor, atau tekanan yang keluar
dari penampung dan tekanan dalam pipa-pipa saluran ke seluruh pemakai (silinder, kontrol,
2.

katup, dan sebagainya).


Tekanan Operasi (Operational Pressure)
Tekanan operasional adalah tekanan yang dibutuhkan pada saat posisi operasi atau
peralatan pneumatik itu pada saat berjalan. Pada umumnya tekanan operasi sebesar 600 kpa
(6 bar). (Festo;Katalog Technical Information;3)
Perlu diperhatikan bahwa tekanan yang konstan adalah suatu hal yang pokok untuk
menjamin ketelitian atau akurasi operasional. Hal-hal yang berhubungan dengan tekanan
konstan adalah:
1.
Tekanan
2.
Gaya
3.
Waktu urutan dari bagian kerja.

Gambar 2.1.10 Pesawat Kompresor Torak (Dokumentasi)

II.1.4.2.3 Penggerak
Penggerak kompresor tergantung pada syarat-syarat cara kerja. Kompresor digerakkan
oleh motor listrik, selain itu ada juga yang digerakkan oleh motor bakar baik diesel maupan
bensin. Kompresor yang terdapat di pabrik-pabrik kebanyakan menggunakan motor listrik.
Tetapi untuk kompresor non stasioner lebih baik dan lebih menguntungkan jika
menggunakan motor bakar.

Gambar 2.1.11 Penggerak Kompresor (Siemens;KatalogueM17/50Hz;2003)


Penghitungan daya motor penggerak yang berhubungan dengan pompa fluida ataupun
kompresor adalah
(11)
(LLK-BS;Modul Oil-Pressure;37)
Dimana P = Daya motor (watt)
p = Tekanan (N/m2)
Q = Debit (m3/s)
Perhitungan daya poros suatu pompa adalah

Psh =

..(12)

( Jurnal Teknik Elektro Vol. 4, No. 1; Maret 2004;23)

Dimana

Psh = Daya poros pompa (watt)


= Massa jenis fluida (kg/m3)
Q

= Debit (m3/s)
= Efisiensi pompa

Perhitungan daya tiga fase suatu motor listrik adalah

Daya total

.(13)

Gambar 2.1.12 Rangkaian tiga-fase (K.Gieck;2005;280)


Dimana

I
L1, L2, L3
N
V

= Arus saluran
= Pengantar luar
= Pengantar netral
= Tegangan saluran

II.1.5 Konveyor
Fugsi utama dari sebuah konveyor adalah untuk memindahkan barang atau benda dari
satu tempat ke tempat yang lain. Macam dan jenis konveyor sangat banyak tergantung dari
tujuan,fungsi dan tempat penggunaannya. Konveyor disini yang akan dipakai adalah jenis
konveyor flat belt, yang berfungsi untuk menghantarkan botol atau galon kosong ketempat
pengisian. Perhitungan gaya-gaya yang terjadi pada konveyor jenis flat belt adalah

Gambar 2.1.13 Gaya pada belt ( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;673)


Gaya yang terdapat pada belt:
............(14)

( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;699)


dimana

= Gaya yang terdapat pada belt (N)


= Tegangan tarik maximum yang diizinkan pada belt (N/m2)
= luas penampang belt ( m2)

Masa konveyor yang digunakan (

)
............(15)

( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;675)


dimana

= Massa konveyor ( N/m )


= massa jenis belt ( N/m3 )
= luas penampang belt ( m2)

Tegangan akibat gaya centrifugal yang terjadi (

.............(16)
( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;675)
dimana

= Gaya akibat centrifugal yang terjadi (N)


= Massa konveyor ( N/m )
= kecepatan keliling sabuk (m2/s2)
= Percepatan grafitasi (m/s2)

Tegangan belt pada sisi kencang

............(17)
( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;675)

dimana

= Tegangan pada sisi kencang belt (N)


= Gaya yang terdapat pada belt (N)
= Gaya akibat centrifugal yang terjadi (N)

Rumus umum untuk ketetapan flat belt konveyor yaitu:


..........(18)
( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;678)
dimana

= Tegangan pada sisi kencang belt (N)


= Tegangan pada sisi kendor belt (N)
= Koefisien gesek belt
= sudut kontak belt

Daya motor yang diperlukan pada konstruksi konveyor adalah :


..........(19)
( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;678)
dimana P = Daya (Kw)
= Tegangan konveyor pada sisi kencang belt (N)
= Tegangan konveyor pada sisi kendor belt (N)
= kecepatan keliling sabuk (m2/s2)
Torsi motor yang diperlukan pada konstruksi konveyor adalah :
................(20)

( LLK-BS;Modul Elemen Mesin III;2003;410)


dimana

= Torsi (Nm)
P = Daya (Kw)

II.2 KOMPONEN DASAR PNEUMATIK


II.2.1 Air Service Unit
Udara yang dihasilkan oleh kompresor umumnya bukan udara yang bersih. dikarenakan
mengandung uap air, kotoran, debu dan lain sebagainya, sehingga harus dibersihkan sebersih
mungkin. Alat-alat pneumatik juga mempunyai batas-batas tekanan yang diizinkan, sehingga
memungkinkan umur pemakaian menjadi tahan lama. Sedangkan pada bagian-bagian yang
bergerak dan bagian-bagian komponen penggerak akan terjadi gesekan diantara
permukaannya. Akibat dari gesekan tersebut akan timbul panas dan juga akan dapat
menyebabkan kerusakan serta keausan pada komponen tersebut. Oleh karena itu, pelumasan
pada komponen-komponen tersebut sangat diperlukan untuk memperpanjang umur dari alatalat tersebut.Untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, maka sebelum udara mampat
disalurkan kebagian-bagian penggerak ataupun yang digerakkan, dipasang suatu alat
rangkaian yang diberi nama Air Service Unit. Bagian-bagian ini saling bekerja sama antara
yang satu dengan yang lainnya.

Gambar 2.2.1 Air Service Unit (Norgren;Katalog2001;Air Line)


Komponen-komponen air service unit diantaranya adalah:
1.
2.
3.
4.

Saringan Udara
Air Regulator
Pressure Gauge
Oiler/ Lubricator

II.2.1.1 Saringan Udara


Sudah kita ketahui bahwa udara dari kompresor mengandung benda-benda luar seperti
uap basah, debu dan oil residu yang dapat menyebabkan gangguan kontrol seperti pneumatik.
Hampir seluruh benda-benda asing yang tidak diinginkan tersebut dibersihkan oleh saringan
udara. Saringan udara dapat membersihkan udara dengan bersih dan kering. Saringan udara
dapat dipasang sebagai perlengkapan tunggal atau sebagai unit gabungan dengan pelumasan
dan pengatur tekanan. Efisiensi dari saringan tergantung pada konstruksi, tekanan dan
diameter lubang saringannya.
Prinsip kerja dari saringan udara adalah ketika udara masuk saringan, udara mampat
tersebut harus mengalir melalui lubang putaran angin. Ini menyebabkan udara yang masuk
harus berputar terlebih dahulu, karena gerakkan sentrifugal akibat putaran tersebut dapat
menyebabkan butiran-butiran air dan benda-benda padat yang ikut terbawa terlempar
melawan dinding dalam mangkuk saringan. Kotoran-kotoran mengalir dan akibatnya
mengumpul dibagian bawah mangkuk. Udara mampat mengalir melalui dinding-dinding
saringan (filter cartride) ke saluran luar. Ukuran daripada butiran-butiran kotoran yang masih
terbawa udara tergantung pada besarnya celah-celah dinding saringan.
Mangkuk saringan harus sering dibersihkan dari butiran-butiran debu dan karat yang
sudah terperangkap di dalamnya, karena apabila tidak dibersihkan maka lubang akan
tersumbat dan diameter lubang saluran terkurangi. Hal yang perlu untuk diperhatikan bahwa
apabila cairan dan kotoran yang terkumpul pada bagian bawah sudah mencapai ketinggian

maksimum dari yang ditentukan, maka cairan tersebut harus dikeluarkan. Cara

1.
2.
3.
4.
5.
6.

mengeluarkannya yaitu dengan cara menekan tombol drain.


Syarat-syarat saringan udara:
Mempunyai tempat penampungan cairan yang besar.
Tembus pandang dan tahan pecah, mangkuk saringan dengan kran pembuangan.
Dapat dicuci dan bagian-bagian saringan dapat diganti-ganti.
Dapat membuat putaran angin dengan baik.
Memungkinkan untuk pemasangan pengeluaran otomatis.
Memungkinkan untuk dibersihkan tanpa penggantian saringan.

Gambar 2.2.2 Saringan Udara(LLK-BS; Modul Basic Pipe Instalation&Pneumatic;21)


II.2.1.2 Air Regulator
Tekanan udara yang keluar dari kompresor masih mempunyai tekanan yang tinggi dan
ini lebih tinggi dari tekanan yang diizinkan pada bagian kontrol atau bagian kerjanya, oleh
karena itu digunakanlah air regulator. Tujuan dari penggunaan air regulator adalah untuk
menjaga tekanan operasional agar tetap konstan tanpa melihat perubahan tekanan dalam
saluran dan pemakaian udara.
Prinsip kerja dari air regulator adalah udara mampat mengalir ke dalam pengatur
tekanan yang diatur oleh diafragma dan pegas. Pegas yang diberikan gaya tekan dapat diatur
diperbesar atau diperkecil dengan menggunakan baut penyetel yang bekerja pada sisi lain
permukaan diafragma.
Apabila udara bertekanan dipakai pada saluran keluar, gaya tekan bekerja menurut
diafragma yaitu mengecil. Dengan demikian pegas tekan dapat mendorong tangkai katup ke

atas. Jika tekanan kerja naik sampai di atas harga yang diseting, misalnya akibat gaya luar
pada perlengkapan atau penyetelan yang rendah pada pegas penekan, pembebanan yang lebih
besar pada diafragma menyebabkan pegas terdorong ke bawah. Oleh karena itu batang katup
melepas dudukan katup dan udara bertekanan dapat keluar bebas melalui lubang saluran.
Udara bertekanan akan terus menerus keluar sampai tekanan yang diset. Sebelum tercapai
kembali, lubang saluran tidak boleh tertutup karena akan mengakibatkan perlengkapan di
dalamnya tidak berfungsi.

Gambar 2.2.3 Air Regulator (LLK-BS; Modul Basic Pipe Instalation&Pneumatic;21)


II.2.1.3 Pressure Gauge
Untuk mengetahui besarnya tekanan yang kita atur pada air regulation, maka kita dapat
melihatnya pada pressure gauge. Pada pressure gauge ini juga kita dapat mengetahui
besarnya tekanan udara yang kita atur untuk menggerakkan silinder yang akan dikontrol
tersebut.
Prinsip kerja dari pressure gauge adalah udara masuk ke dalam pipa bourdon melewati
saluran P dan udara bertekanan tersebut menyebabkan pipa bourdon mengemabang. Jika
udara bertekanan tersebut semakin besar, maka radius dari pipa bourdon tersebut juga
semakin besar dan jarum penunjuk akan berputar menunjukan suatu besaran tertentu, yang
dikarenakan pertambahan radius dari pipa bourdon yang dihubungkan oleh tuas penghubung
ke tembereng roda gigi penggerak dan roda gigi tersebut menggerakkan jarum penunjuk.

Gambar 2.2.4 Pressure Gauge(Andrew Parr,Msc;2003;21)


II.2.1.4 Oiler
Bagian yang bergerak dan bergesek pasti memerlukan pelumasan. Untuk menjamin
supaya bagian-bagian yang bergerak pada perlengkapan pneumatik dapat bekerja dan dipakai
terus menerus, maka harus diberi pelumasan yang cukup. Untuk melakukan hal itu maka
diperlukan suatu perlengkapan pneumatik yaitu oiler (lubricator). Keuntungan dari
pelumasan adalah terjadinya penurunan angka gesekan, perlindungan dari korosi dan umur
pemakaian lebih awet.
1.
2.

Suatu oiler harus mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain yaitu:
Pengoperasian, pemeliharaan dan perlengkapannya sederhana.
Kerja oiler dengan cara otomatis, pada waktu dimulai kerja, oiler pun harus mulai kerja,

3.
4.
5.

demikian juga waktu berakhir.


Banyaknya oli untuk kontrol pneumatik harus dapat diset/ disesuaikan ukurannya.
Mampu membuat campuran udara dan oli dengan halus.
Oiler harus dapat berfungsi sekalipun udara bertekanan yang diperlukan hanya dengan
sebentar.

Gambar 2.2.5 Oiler (LLK-BS;Modul Basic Pipe Instalation&Pneumatic;22)


Cara kerja dari oiler adalah udara mampat mengalir melalui perangkat lumas dari air in
ke air out dan mendorong katup cek lintasan udara ketika tidak ada udara yang sedang
mengalir. Sewaktu udara mengalir, katup pengecek membuka dan udara mampat dapat
mengalir dengan bebas ke air out. Pembatas dalam lintasan aliran menimbulkan penurunan
tekanan. Hampa udara ditentukan dalam puncak lengkungan penetes dan oli terisap ke atas
melalui pipa oli yang menaik. Tetesan-tetesan oli terbawa dalam aliran udara melalui pipa
berbentuk kabut yang diteruskan menuju berbagai macam bagian-bagian pneumatik. Bushing
dengan bentuk katup pengecek memberikan kemungkinan untuk menambah volume oli
dalam gelas, sementara oiler sedang dalam keadaan bekerja.
II.2.2 Pengontrolan Arah Gerak Silinder
Peralatan pneumatik mempunyai sebuah mekanisme yang dapat digerakkan yaitu dapat
membuka dan menutup. Sebuah bagian yang berfungsi untuk menghentikan atau mengontrol
fluida (dalam hal ini udara) dinamakan katup pengontrol arah. Sebuah katup pengontrol arah
dipasang di samping jalur pipa sirkuit pneumatik. Ini akan mengoperasikan sebuah actuator
seperti sebuah silinder pneumatik, untuk merubah arah aliran udara sesuai dengan tujuannya.
Ketika sebuah katup pengontrol digunakan sebagai peralatan pneumatik, maka
dinamakan sebuah katup udara atau sebuah katup sederhana. Saat ini ada banyak macam tipetipe katup kontrol, tetapi secara garis besar diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) tipe, yaitu:

II.2.2.1 Solenoid Valve


Fungsi utama dari sebuah solenoid adalah untuk mengatur arah udara bertekanan yang
bekerja pada solenoid. Selonoid digerakkan oleh 2 (dua) penggerak, yaitu udara dan elektrik.
Pergerakan kontrol udara biasanya digunakan untuk pengontrol dengan jarak yang dekat.
Pergerakkan elektrik biasanya dipilih untuk mengontrol dengan jarak yang jauh dan untuk
perubahan dengan waktu yang singkat.
Cara kerja solenoid valve:
Ketika solenoid diposisi On, plunyer tertarik ke atas melawan gaya pegas, yang
menyebabkan sambungan P dan A berhubung bersama. Cakra punggung dari pada plunyer
menutup saluran R. Untuk mengembalikan spoolnya ada yang menggunakan satu solenoid,
ada juga yang menggunakan dua solenoid. Untuk yang menggunakan satu solenoid valve
sebelahnya diganti dengan menggunakan pegas. Cara kerja untuk yang menggunakan satu
solenoid adalah jika ada masukan arus pada kumparan solenoid, maka lubang P akan
dihubungkan dengan lubang A. Jika arus tersebut terputus maka kumparan solenoid akan
kembali ke posisi semula karena adanya dorongan pegas. Fungsi dari pegas di sini adalah
sebagai pengganti dari kumparan solenoid dan syarat kekuatan pegas harus di bawah
kekuatan solenoid.
Solenoid valve yang umumnya dipakai antara lain 2/2 way valve, 3/2 way valve, 4/2
way valve, 5/2 way valve, 4/3 way valve, 5/3 way valve Sebagai contoh, katup 3/2 way valve
mempunyai 3 (tiga) lubang masuk dan keluar yaitu masukan P, keluaran A, dan udara bebas
R. Dari lubang tersebut mempunyai 2 (dua) posisi pengontrolan yaitu saat posisi udara dari
masukan masuk ke A dan posisi udara keluaran dari A ke R, sehingga mempunyai 3 (tiga)
lubang dan 2 (dua) posisi pengontrolan dan disebut katup 3/2 way valve.

Gambar 2.2.6 Solenoid 3/2 Way Valve (Wirawan S,MT;2004;33)


II.2.2.2 Sistem Pengontrol
Selain menggunakan solenoid valve, pengontrolan arah gerak silinder mempunyai
sistem lain. Ada yang menggunakan tangan ataupun dengan mekanik. Mekanismemekanisme yang sering digunakan antara lain: hand valve, dengan tuas, dengan tombol,
dengan roda, dengan pluyer. Sebagai contoh yaitu katup 5/2 way valve.
Cara kerjanya adalah apabila tuas dalam posisi Off, maka udara bertekanan akan masuk
melalui lubang A, dan akan meninggalkan katup dari lubang B menuju ke silinder. Sedangkan
udara buangan dari silinder akan keluar melalui lubang R1 dan dibuang ke udara bebas.
Ketika tuas dioperasikan maka udara masuk dari lubang P menuju lubang B dan
meninggalkan lubang A kemudian masuk ke dalam silinder. Sementara udara yang ada di
dalam silinder keluar melalui lubang R2.

Gambar 2.2.7 Mekanisme Pengontrol (Norgren;Katalog 2001;Valves)


Secara garis besar sistem kontrol dibagi menjadi 4 (empat) macam sistem atau alat
kontrol, yaitu: kontrol mekanik, kontrol secara manual, kontrol elektrik dan kontrol tekanan.
Berikut ini diuraikan tentang macam-macam sistem kontrol tersebut.
II.2.2.2.1 Kontrol Mekanik
Alat dengan control mekanik yang sering digunakan dalam pneumatik biasanya adalah
katup 3/2 way valve, dengan bagian depan terdapat alat atau komponen berupa roll atau
plunger, sedangkan bagian belakang terdapat pegas pembalik. Alat ini biasanya

menggunakan katup 3/2 normally close. Cara kerja dari sistem kontrol mekanik adalah
apabila plunger atau roll (mekanisme lainnya) tertekan oleh penggerak mesin, maka katup
3/2 tersebut akan terbuka dan udara masukan siap mengalir melalui katup 3/2 tersebut dan
akan memberikan sinyal ke kontrol tekanan. Jadi kontrol mekanik ini berfungsi untuk
melanjutkan proses kerja mesin dan memberikan sinyal selama tertekan saja. Apabila sudah
dalam keadaan bebas maka sinyal yang diberikan ke kontrol tekanan akan terputus. Alat ini
sering digunakan untuk membatasi langkah torak dari sebuah silinder. Di bawah ini
digambarkan macam-macam mekanik kontrol yang sering digunakan.
Tabel 2.2.1 Mekanik Pengontrol (Festo;Katalog Technical Information;12)
Mekanik Kontrol dengan Plunger

Mekanik Kontrol dengan Pegas

Mekanik Kontrol dengan Roll

Mekanik Kontrol dengan Tuas


pengunci

Mekanik Kontrol dengan Tuas Kembali


Bebas

II.2.2.2.2 Manual Kontrol


Tujuan rangkaian pneumatik menggunakan manual kontrol adalah untuk mengawali
proses atau langkah kerja dan juga berfungsi untuk mengambil alih langkah kerja sehingga
dapat bekerja secara manual, apabila suatu saat terjadi kesalahan langkah kerja atau
kerusakan alat pengontrol yang lain sehingga mesin dapat dioperasikan walaupun tidak

secara otomatis lagi. Pengontrolan dari manual kontrol sederhana sekali karena dalam
pengoperasiannya kita hanya menekan tombol, menginjak pedal atau menekan tuas.
Prinsip kerja dari manual kontrol hampir sama dengan mekanik kontrol, prinsip
kerjanya adalah apabila mekanismenya ditekan (pedal, tombol, ataupun tuas) maka udara dari
masukan akan mengalir ke kontrol tekanan yang akan mengontrol gerakan silinder. Apabila
mekanismenya dilepas maka dikembalikan ke posisi semula oleh pegas pembalik sehingga
sinyal yang dikirim ke kontrol tekanan akan terputus. Berikut ini lambang-lambang dari
manual kontrol yang sering digunakan.
Tabel 2.2.2 Manual Kontrol (Festo;Katalog Technical Information;12)
Manual Kontrol Umum

Kontrol Manual dengan Tombol Tekan

Kontrol Manual dengan Tuas

Kontrol Manual dengan Pedal

II.2.2.2.3 Kontrol Elektrik


Kontrol elektrik bekerja berdasarkan elektromagnetik yang dihasilkan oleh suatu
kumparan yang dialiri arus listrik. Bekerjanya kontrol ini karena mendapat sinyal dari limit
switch elektrik yang telah dipasang pada mesin, sehingga gerakannya akan terkontrol.
Kontrol ini akan bekerja apabila solenoid mendapatkan arus listrik sehingga kumparan akan
menjadi magnet dan menarik plunger, sehingga udara akan mengalir dan mendorong piston
valve. Solenoid ini ada yang satu kumparan ada juga yang dua kumparan. Untuk yang satu
kumparan, pengembalian piston valve ke posisi semula dengan menggunakan pegas. Berikut
ini gambaran mengenai macam-macam elektrik kontrol.
Tabel 2.2.3 Kontrol Elektrik (Festo;Katalog Technical Information;12)

Solenoid dengan Satu Kumparan Aktif

Solenoid dengan Dua Kumparan Aktif


Berlawanan

Solenoid dengan Dua Kumparan Aktif


Searah
Motor Listrik dengan Gerak Putaran
Terus Menerus
Motor Listrik Bertingkat

II.2.2.2.4 Kontrol Tekanan


Sistem ini hampir sama dengan sistem control elektrik, hanya saja pemberi sinyal
adalah katup 3/2 yang sinyalnya berupa sinyal udara. Udara akan menekan piston valve
sehingga bergeser dan terbuka, menghubungkan lubang P dengan lubang A / B sehingga
mengalir ke bagian penggerak. Bagian yang mendapat sinyal biasanya digambarkan dengan
segitiga. Berikut digambarkan masing-masing tekanan pengontrol.
Tabel 2.2.4 Tekanan Pengontrol (Festo;Katalog Technical Information;12)

Langsung dengan Memakai Tekanan

Langsung dengan Tekanan Bantu

Gerakan Tekanan Differensial

Tekanan Terpusat

Dengan Kontrol Pemandu

Dengan Tekanan Bantu Tak Langsung

II.2.2.2.5 Pengontrol Kecepatan


Pengontrolan kecepatan silinder pneumatik seringkali diterapkan dalam berbagaai
penerapan. Pengontrolan mungkin diperlukan hanya untuk satu arah gerak saja. Namun
kadang-kadang kecepatan gerak torak perlu dikontrol baik ketika melakukan instroke maupun
outstroke. Pengontrolan dilakukan dengan cara mengatur laju kecepatan udara yang mengalir
meninggalkan tabung. Alat yang digunakan untuk mengatur hal ini adalah katup pengontrol
aliran searah.

Gambar 2.2.8 Pengontrol Kecepatan (Norgren;Catalog2001;Valves)


Udara dapat mengalir kearah manapun bila melalui sebuah pengatur aliran. Bila udara
mengalir ke dalam alat tersebut melalui lubang B dan kelur melalui lubang A, laju aliran
dapat ditambah atau dikurangi dengan memutar baut pengaturannya. Bila udara mengalir dari
arah sebaliknya yaitu dari lubang A dan keluar melalui lubang B, baut pengaturnya tidak
dapat berfungsi dan udara dapat mengalir dengan bebas.

Gambar 2.2.9 Penampang Sebuah Pengaturan Aliran (Peter P,Dkk;1985;43)


Prinsip kerja dari pengaturan kecepatan (untuk lebih jelas lihat gambar 2.9) adalah
udara mengalir dari lubang A ke lubang B, tekanan udara mampu menekan sebuah pegas
yang menahan penyekat dalam katup searah. Akibatnya udara dapat mengalir dengan bebas.
Dalam gambar 2.9, berikutnya udara mengalir dari lubang B ke lubang A, karena arah
kerjanya pegas sama dengan arah tekanan udara, maka katup searah menutup, akibatnya
udara hanya dapat mengalir melalui sebuah jarum pengatur yang laju alirannya tergantung
pada posisi jarum tersebut.
II.2.3 Silinder
Tenaga dari udara yang bertekanan atau sering juga disebut tenaga pneumatik diubah
menjadi gerakan garis lurus atau translasi oleh silinder pneumatik. Besarnya tenaga yang

ditimbulkan tergantung dari besarnya tekanan, luas penampang silinder, serta gesekan yang
timbul antara dinding dalam silinder dengan kulit luar piston. Alat-alat pneumatik yang
digabungkan dengan kontrol elektrik bahkan elektronik akan menjadikan jaringan tersebut
kompleks dan solid. Tetapi mempunyai kelebihan yaitu jaringan semakin membutuhkan
sedikit ruangan, mempunyai ketelitian yang tinggi dan menjadikan jaringan rangkaian
tersebut semakin sempurna. Dalam prakteknya silinder pneumatik yang sering digunakan ada
dua macam, yaitu silinder kerja tunggal dan silinder kerja ganda. Tetapi sebenarnya tidak
hanya itu, masih ada silinder dengan penggerak ganda khusus yang dipakai untuk hal-hal
yang khusus.
II.2.3.1 Silinder Penggerak Tunggal
Pada silinder penggerak tunggal, udara bertekanan diberikan hanya pada satu sisi saja.
Silinder jenis ini dapat menghasilkan kerja dalam satu arah gerakan. Pegas di dalam silinder
terpasang tetap atau sebagai gaya luar yang menggerakan torak dalam arah berlawanan. Gaya
pegas yang terpasang tetap direncanakan untuk mengembalikan torak ke posisi awal dengan
kecepatan cukup tinggi. Pada silinder tunggal yang dilengkapi pegas yang terpasang tetap,
langkahnya dibatasi oleh panjang dasar dari pegas. Oleh karena itu, silinder gerak tunggal
dipasang dengan panjang langkah kurang dari 100 mm. Silinder gerak tunggal mempunyai
beberapa macam jenis, antara lain: silinder torak, silinder diafragma, dan silinder roll
diafragma.

Gambar 2.2.10 Silinder Penggerak tunggal (Norgren;Katalog2006;7)


II.2.3.2 Silinder Penggerak Ganda
Gaya dorong yang ditimbulkan oleh udara bertekanan, menggerakan torak pada silinder
penggerak ganda dalam dua arah. Gaya dorong yang besarnya tertentu digunakan pada dua
arah gerakan maju dan mundur. Silinder penggerak ganda digunakan terutama apabila torak
diperlukan untuk melakukan kerja bukan hanya pada gerakan maju tetapi juga pada gerakan
mundur. Pada prinsipnya panjang langkah silinder tidak terbatas, walaupun demikian tekukan

dan bengkokan dari perpanjangan batang torak harus diperhitungkan pada silinder penggerak
ganda. Penahan kebocoran pada silinder penggerak ganda adalah dengan memakai seal,
Guide ring dan torak atau diafragma.

Gambar 2.2.11 Silinder Penggerak Ganda (Norgren;Katalog2006;10)


II.2.4 Peralatan Lain Dalam Pneumatik
II.2.4.1 Katup Aliran Searah
Katup non balik terdapat komponen yang mempunyai kelebihan dalam menghambat
1.
2.
3.
4.

udara dalam satu aliran. Adapun yang termasuk dalam katup aliran searah ini adalah:
Katup satu arah
Katup bola
Katup pembuangan cepat
Katup dua tekanan
II.2.4.1.1 Katup Satu Arah
Katup ini dapat manghambat aliran udara secara menyeluruh pada satu aliran dan
mengalirkan pada arah yang sebaliknya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan media kerucut,
bola atau diafragma dengan bantuan pegas.

Gambar 2.2.12 katup satu arah (Andrew Parr,Msc;2003;38)


II.2.4.1.2 Katup Bola
Katup ini sering juga disebut dengan katup atau. Katup ini memisahkan sinyal yang
diterima dari katup sinyal dalam posisi yang berbeda dan akan mencegah udara yang

dibalikan melalui sinyal katup kedua. Jadi katup bola ini dapat dioperasikan dari dua arah
pengoperasian.

Gambar 2.2.13 Katup Bola (Festo;Katalog Technical Information;11)

II.2.4.1.3 Katup Buangan Cepat


Katup ini digunakan untuk menambah kecepatan torak pada silinder, terutama pada saat
langkah mundur. Kerena pada saat langkah mundur ini, biasanya tidak dipergunakan untuk
langkah kerja. Ini memungkinkan waktu yang diperlukan pada saat langkah mundur dapat
dipercepat terutama pada silinder gerak ganda. Katup ini mempunyai sambungan tekanan P
yang dapat diblokir, satu pembuangan R yang dapat diblokir, dan satu keluaran A.

Gambar 2.2.14 Katup Pembuangan Cepat (Festo;Katalog Technical Information;11)


II.2.4.2 Katup Dua Tekanan
Katup ini mempunyai dua saluran masuk, yaitu saluran X dan Y serta satu aliran
keluaran A. Katup ini harus dioperasikan dari dua tempat. Apabila mendapat satu sinyal saja
maka katup ini tidak akan mengalirkan udara, oleh karena itu katup ini disebut katup DAN.

Gambar 2.2.15 Katup Dua Tekanan (Festo;Katalog Technical Information;11)


II.2.4.3 Katup Kontrol Tekanan
Katup penggontrol tekanan ini bekerja berdasarkan tekanan udara yang digunakan
untuk menggerakan silinder. Dan jenisnya antara lain:
II.2.4.3.1 Reducing Valve
Katup ini berfungsi untuk membatasi tekanan keluar maksimal pada sebuah rangkaian
yang digunakan untuk menggerakan silinder dan apabila katup ini diset dengan tekanan
tertentu maka tekanan maksimum dari udara yang menggerakan silinder sesuai dengan yang
disetting.

Gambar2.2.16 Lambang Reducing Valve(Festo; Katalog Technical Information;11)


II.2.4.3.2 Pressuare Valve
Katup ini bekerja berdasarkan tekanan, tetapi sinyal yang diambil adalah sinyal yang
berasal dari saluran masuk. Alat ini berfungsi membatasi tekanan minimal yang digunakan
untuk menggerakan silinder. Apabila tekanan yang ada pada saluran yang masuk belum
terpenuhi atau belum sesuai dengan yang disetting maka udara tidak akan bisa mengalir.

Gambar2.2.17 LambangPressuareValve (Festo;Katalog Technical Information;11)


II.2.4.3.3 Safety Valve
Katup ini berfungsi untuk membatasi tekanan kerja masuk maksimal dalam jaringan.
Jadi apabila tekanan yang masuk terlalu besar maka aliran udara putus dan terbuang.

Gambar 2.2.18 Lambang Safety Valve (Festo;Katalog Technical Information;11)


II.2.4.3.4 Time Delay
Alat ini digunakan untuk memberi jangka waktu aliran udara, biasanya digunakan pada
saat memberikan sinyal untuk menggerakan katup pengarah. Cara kerja dari alat ini adalah
mengisi tangki reservoir terlebih dahulu. Setelah tangki penuh maka udara baru mengalir ke
alat kontrol yang lain. Adapun untuk mengatur lamanya waktu adalah dengan cara
memperbesar atau memperkecil saluran udara yang masuk.

Gambar 2.2.19 Time Delay(Festo;Katalog Technical Information;23)


II.2.5 Simbol-simbol Pneumatik
Seperti halnya apabila membaca gambar dalam diagram hidrolik, elektrik, elektronik
maupun gabungan ketiganya. Didalam pneumatikpun tidak jauh berbeda, apabila ingin
mengetahui maksud daripada diagram pneumatik ini secara keseluruhan, maka harus
mengetahui terlebih dahulu maksud daripada simbol-simbol yang terdapat dalam setiap
diagram tersebut.
Simbol-simbol yang terdapat pada tebel ini berdasarkan ISO 1219 (August, 1978) DIN
24300 Oil Hydraulics and Pneumatics, Names and Simbols.
II.2.5.1 Kontrol Katup Pengarah
Tabel 2.2.5 Katup Pengarah (Festo;Katalog Technical Information;11)

Katup 2/2- way posisi normal menutup

Katup 2/2- way posisi normal


membuka

Katup 3/2- way posisi normal menutup

Katup 3/2- way posisi normal


membuka

Katup 3/3- way posisi normal menutup

Katup 4/2- way

Katup 4/3- way posisi tengah menutup

Katup 4/3- way posisi tengah


mengembang

Katup 5/3- way posisi tengah menutup

Katup 5/2- way

II.2.5.2 Katup Non-Balik


Tabel 2.2.6 Katup Non-Balik(Festo;Katalog Technical Information;11)

Katup Pengecek Tanpa Pegas

Katup Pengecek Dengan Pegas

Katup Bola

Katup Buangan Cepat

Katup Dua Tekanan

II.3

DASAR-DASAR OTOMATISASI

II. 3.1 Pengertian Otomatisasi


Otomatisasi adalah suatu pengubahan input menjadi output yang lebih baik. Proses
pengubahan input menjadi output ini menggunakan teknik kontrol, sehingga untuk
mendapatkan suatu sistem yang otomatis maka digunakan kontrol yang otomatis juga.
Definisi Kontrol menurut Deutsches Institut fur Normung (DIN) 19226 :
Kontrol berarti proses dalam suatu sistem yang di dalamnya terdapat beberapa input variabel
mempengaruhi variabel output yang lain sebagai akibat hukum-hukum yang mengenai
sistem. Pengontrolan dikarakteristikkan dengan squence rangkaian terbuka dari gerakangerakan melalui elemen pemindah tunggal atau rangkaian kontrol (Sugihartono,1992 : 4).

Definisi Kontrol Otomatis menurut DIN 19226 :


Kontrol otomatis adalah proses dimana suatu variabel yang akan dikontrol, adalah diukur
secara terus-menerus dan dibandingkan dengan variabel yang lain, yaitu variabel perintah dan
proses yang dipengaruhi menurut hasil perbandingan tersebut dengan memodifikasi untuk
menyesuaikan variabel perintah. Squence gerakan yang dihasilkan dari hal tersebut terjadi
dalam suatu rangkaian tertutup, rangkaian kontrol. Tujuan control rangkaian untuk
menyesuaikan harga variabel yang dikontrol terhadap harga yang ditentukan oleh variabel
perintah sekalipun ekualisasi tidak dicapai, berlaku dalam keadaan ini (Sugihartono, 1992 :
4).
Sequence dapat diartikan suatu peralatan dan rangkaian pengendalian untuk mencapai
tujuan tertentu dan mempertahankan keadaan. Maka rangkaian sequence dapat diartikan pula
seperangkat peralatan yang bekerja secara berkesinambungan dan satu sama lain saling
berhubungan membentuk suatu sistem yang solid. (LLK-BS;Modul Dasar Kontrol
Listrik;2002;1)
Oleh karena itu diperlukan suatu sarana yang dapat digunakan sebagai informasi
tentang urutan dan susunan rangkaian tersebut sehingga orang lain dapat memahami prinsip
kerjanya dan mudah dalam pengamatan suatu rangkaian. Maka kita gunakan gambar kerja
atau gambar rangkaian yang di dalamnya terdapat informasi tentang hubungan peralatan
sequence pada suatu rangkaian, sehingga akan memudahkan kita dalam mencari kerusakan
apabila dalam suatu rangkaian tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Dalam penggambaran diagram sequence perlu diperhatikan hal-hal di bawah ini:
1.

Dibuat menjadi mengembang menyamping sehingga menjadi bentuk yang mudah dilihat

2.

walaupun sangat rumit sekali.


Hubungan dibuat secara structural, artinya alat-alat pengendali dinyatakan dengan huruf dan

3.

kode yang menerangkan hubungan antara satu dengan yang lain.


Penggambaran instalasi pengendali dinyatakan dengan penggembaran secara garis vertikal

4.

supaya dapat dimengerti dengan mudah.


Penyajian gambar instalasi harus ringkas, sehingga memudahkan dalam pemeriksaannya.
II.3.2 Komponen-Komponen Dasar Sequence
Dengan majunya zaman disertai kemajuan tekhnologi, khususnya dalam bidang
elektronik maka sistem pengendalipun tak luput dari kemajuan bidang tersebut, sehingga
hampir semua peralatan dalam industri telah terkontrol secara elektris.
Pada dasarnya rangkaian tersusun atas beberapa unsur sehingga rangkaian tersebut
dapat berjalan sebagaimana fungsinya, yaitu:

1.

Bagian Pengendali
Dalam bagian ini digolongkan sebagai tempat awal energi listrik yang masuk,
selanjutnya akan dialirkan ke bagian-bagian yang lain menurut urutan yang akan digerakan
langsung atau menunggu komando dari komponen lainnya ataupun dari operator secara
manual seperti sumber dari push bottom, stop kontak, saklar dan sebagainya. Secara umum
alat pengendali dapat dibagi menurut fungsi dan cara kerjanya, yaitu:

a.

Peralatan masukan (input), merupakan peralatan yang berfungsi sebagai input atau sinyal
kontrol terhadap peralatan lain yang memerlukan masukan tenaga listrik dengan secara
berkala atau pada saat-saat tertentu. Sebagai contoh: tombol atau saklar, selector switch, limit

b.

switch dan lain-lain.


Peralatan proses, merupakan peralatan yang berfungsi untuk memproses sistem yang dibuat
sehingga menghasilkan keluaran atau output sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh:

c.

relay, timer dan lain-lain.


Peralatan keluaran (output), merupakan peralatan yang langsung digerakan atau
dioperasikan oleh peralatan proses. Sebagai contoh: relay beban, contractor, lampu, solenoid
dan lain-lain.
Dalam pengendalian berlaku kontak-kontak singgung sebagai berikut:

a.

Titik-titik sambung A Normally Open (NO) adalah titik sambungan dengan posisi awal
membuka sehingga tidak ada hubungan antara titik kontaknya sebelum mendapat pengaruh
dari luar atau dari sistem lain. Titik sambung ini akan menutup setelah ada pengaruh dari luar

b.

yaitu dengan cara mengaktifkannya.


Titik sambung B Normally Close (NC) adalah kebalikan dari titik sambungan normally
open (NO). apabila dalam keadaan normal menutup (artinya arus dapat mengalir), tetapi
apabila mendapat pengaruh dari luar maka titik kontaknya akan membuka sehingga arus
listrik tidak dapat mengalir.

Gambar 2.3.1 Titik Kontak(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;8)

2.

Bagian Penghubung
Didalam suatu instalasi pengendalian pada bagian yang dikendalikan masing-masing
memiliki bagian penghubung penggerak agar dapat berhubungan dengan yang lain. Dan
dalam gerak suatu alat disesuaikan dengan komando dari lingkungan instalasi pengendali
melewati bagian penghubung. Karena bagian seluruh konstruksi masing-masing merupakan
penghubung yang bergerak, maka gerakan strukturnya disesuaikan dengan kondisi dan
keperluan yang dibutuhkan. Penghubung yang sering digunakan dan merupakan penghubung
tetap adalah sebuah kabel.

3.

Bagian yang Dikendalikan


Bagian ini merupakan bagian yang dikendalikan gerakannya, pengendalian tersebut
dilakukan oleh bagian pengendali dengan melewati bagian penghubung. Bagian ini
dikendalikan dengan menggunakan alat perantara seperti solenoid, contractor dan lain-lain.
Sebagai contoh bagian ini yaitu: motor, silinder dan lain-lain.

4.

Bagian Penjagaan dan Pertahanan


Dalam bagian ini disesuaikan dengan fungsinya yaitu sebagai penjagaan yang dapat
mempertahankan setiap bagian masing-masing pengendalian dalam melakukan hubungannya,
pada saat menerima sinyal sehingga dapat bertahan. Dengan demikian pula bagian penjagaan
ini akan saling memberikan sinyal sebagai energi gerak dan gaya yang saling berhubungan
dengan kontak-kontaknya. Sebagai contoh: fuse, thermis dan lain-lain.
II.3.2.1 Alat Perintah
Alat perintah ini meliputi peralatan yang dioperasikan secara manual atau dengan
menggunakan tenaga manusia.
II.3.2.1.1 Sakelar (Switch)
Adalah suatu alat yang berfungsi memutus dan menghubungkan arus listrik dalam suatu
rangkaian yang umumnya dioperasikan secara manual, yang mempunyai titik kontak dapat
diatur untuk posisi membuka dan menutup secara konstan. Sedangkan jumlah titik
sambungnya tergantung dari kebutuhan, ada yang tunggal dan adapula yang ganda. Selain itu
adapun sakelar yang memberikan alternatif kepada kita untuk suatu pengoperasian disebut
selector switch atau sakelar pilihan yang memungkinkan kita memilih apabila suatu
rangkaian manual atau otomatis dan juga menggerakan suatu mesin yang harus bekerja secara
tunggal, sehingga hanya salah satu mesin yang boleh bekerja.
Untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan gambar di bawah ini:

Gambar2.3.2 Titik kontak Switch. (LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;9)


II.3.2.1.2 Sakelar Tombol (Push Bottom Switch)
Sakelar tombol adalah suatu alat yang paling sederhana dalam peralatan pengendali,
yang pengoperasiannya secara manual atau dengan menggunakan tenaga manusia. Fungsi
utama dari alat ini adalah menghubungkan dan memutuskan suatu sistem dengan cara
menekan tombolnya. Sakelar tombol akan aktif pada saat tombol ditekan dan akan kembali
keposisi semula atau normal apabila tekanan pada tombol dilepaskan.
Alat ini mempunyai dua titik sambungan yang dapat digunakan dimana sambungan
terbuka atau normally open (NO) dan titik sambungan yang lain tertutup atau normally close
(NC). Titik sambungan normally close artinya dalam keadaan normal atau belum aktif titik
sambungan ini menutup (dapat mengalirkan arus), dan pada saat push bottom ditekan maka
titik tersebut terbuka. Sebaliknya utuk titik sambungan normally open pada saat push bottom
belum ditekan titik sambungan akan terbuka, sedangkan pada saat aktif akan tertutup. Push
bottom umumnya digunakan sebagai awal suatu rangkaian bekerja, juga untuk mengakhiri
proses kerja dari suatu alat.

Gambar 2.3.3 Titik Kontak Push Bottom Switch.

(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;8)


II.3.2.2 Alat Pengecek / Pendeteksi
Alat yang termasuk kelompok ini sebagian besar adalah sebagai sensor, baik sensor
cahaya, frekuensi maupun dengan sentuhan langsung. Dari banyaknya alat sensor yang ada,
disini hanya akan dibahas lebih lanjut mengenai limit switch, dan photo switch. Dikarenkan
kedua alat sensor tersebut berkenaan langsung dengan perancangan sistem pada alat yang
penulis rencanakan.
II.3.2.2.1 Limit Switch
Limit switch adalah alat penghubung dan pemutus arus yang bekerja berdasarkan
sentuhan langsung yang digerakan oleh peralatan mekanik sehingga merubah posisi titik
sambungnya.
Alat ini banyak sekali jenisnya namun fungsi dan prinsip kerjanya sama. Adapun yang
membedakan adalah aktuatornya atau luas sensor penghubung mikro switch. Limit switch
terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1.
2.
3.

Rumah limit switch, tempat dudukan kontak dan mikro switch.


Mikro switch, alat penghubung dan pemutus arus.
Actuator, merupakan sensor yang mengaktifkan mikro switch.
Seperti halnya pada push buttom switch, limit switch pun terdapat dua titik sambungan
yaitu NO dan NC yang bekerjanya saling bertolak belakang. Dalam penggambarannya limit
switch dilukiskan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.3.4 Titik Kontak Limit Switch.(Anly;Katalog Ver.9.0;2002;16D)

II.3.2.2.2 Photo Switch


Photo switch adalah pemutus dan penghubung arus yang bekerja berdasarkan sinyal
sinar yang dipancarkan dengan frekuensi tertentu pada alat penerima sinar. Alat ini akan aktif
apabila pancaran sinar tersebut terhalangi atau tidak dapat diterima oleh sensor penerima
sinar.
Photo switch terdiri dari dua komponen utama, yaitu:
1.

Transceiver
Sebagaimana namanya alat ini berfungsi untuk memancarkan sinar pada frekuensi
tertentu. Adapun pembangkitnya dapat berupa lensa atau LED khusus, namun ada pula yang
menggunakan lampu pijar.

2.

Receiver
Alat ini berfungsi untuk menerima pancaran sinar dari transceiver. Setelah gelombang
diterima, gelombang tersebut dibangkitkan lagi sesuai dengan frekuensi yang dipancarkan
oleh transceiver. Besarnya gelombang yang dipancarkan dan yang diterima harus sama,
dengan demikian apabila pancaran gelombang terhalang atau tidak dapat diterima oleh
receiver mengakibatkan terjadinya perbedaan gelombang antara keduanya. Sehingga receiver
memberikan sinyal kepada amplifier yang menghasilkan output berupa kode yang merubah
posisi kontak sambungannya.
Menurut letaknya photo switch terbagi atas:
a. Jenis terpisah
b. Jenis bersatu

Perbedaan dari kedua jenis di atas adalah letak antara transceiver dan receiver. Untuk
jenis terpisah, transceiver diposisikan terpisah dengna receiver.

Gambar 2.3.5 Wiring Diagram Photo Switch Terpisah.(Omron;Katalog Vol.4;80)

Gambar 2.3.6 Wiring Diagram Photo switch Bersatu. .(Omron;Katalog Vol.4;80)

Gabar 2.3.7 Photo Switch.(Anly;Katalog Ver.9.0;2002;5)


II.3.2.3 Alat Logika
Peralatan ini berfungsi sebagai penyimpan informasi atau mempertahankan keadaan
sesuai dengan sinyal yang diterimanya. Sehingga akan didapat suatu output on atau off sesuai
dengan yang diharapkan.
II.3.2.3.1 Relay Auxiliary
Relay yaitu suatu alat yang bekerja berdasarkan kemagnetan akibat adanya arus pada
inti besi (coil) sehingga akan memutuskan titik kontaknya. Pada relay terdapat dua macam
titik sambungan yaitu normally close (NC) dan normally open (NO). Normally close adalah
titik sambungan pada saat belum ada kemagnetan atau relay dalam keadaan normal posisinya
menutup dan pada saat relay aktif titik sambungan tersebut akan membuka. Titik sambungan
ini biasanya digunakan sebagai pemutus arus. Sedangkan normally open adalah
kebalikannya.

Gambar 2.3.8 Wiring Diagram Relay Auxiliary. .(Omron;Katalog Vol.4;385)


Keterangan:
1.

Sumber Listrik

6.

Titik NC

2.

Sakelar Pemberi Sinyal

7.

Titik Hubung Gerak

3.

Inti Besi (core)

8.

Plat Pembawa

4.

Kumparan (coil)

9.

Pegas Pembalik

5.

Titik NO

10.

Titik Engsel

Prinsip kerja relay:


Pada saat sakelar (2) dalam posisi on, maka akan timbul kemagnetan pada inti besi
(core) karena arus mengalir pada lilitan (coil) disekelilingnya. Sehingga Plat pembawa akan
tertarik oleh gaya magnet, akibatnya akan merubah titik sambungan yaitu kontak B akan
behubungan dengan kontak C sebagai titik sambungan terbuka, sehingga hubungan arus
antara A dan B terputus dan arus dari B akan mengalir ke C. kemudian pada saat switch di off
kan, kemagnetan pada inti besi hilang Karena hilangnya tegangan pada lilitan sehingga gaya
magnet yang menarik Plat pembawa terputus. Dengan cepat kontak A dan B akan terhubung
kembali akibat adanya gaya tarik pegas.

Gambar 2.3.9 Relay Auxiliary.(Anly;Katalog Ver.9.0;2002;10)


II.3.2.3.2 Magnet Contactor
Pada dasarnya prinsip kerja daripada magnet contactor adalah sama dengan relay
auxiliary. Hanya saja magnet contactor umumnya digunakan untuk memutus dan
menghubungkan arus tegangan yang besar. Oleh karenanya banyak digunakan sebagai relay
daya untuk motor-motor induksi.
Magnet contactor memiliki titik kontak utama yang disebut relay daya dan beberapa
buah kontak bantu atau auxiliary. Relay daya hanya terdiri dari titik sambungan normally
open (NO), sedangkan kontak bantu terdiri dari dua titik sambungan yaitu normally open
(NO) dan normally close (NC) yang bekerja saling bertolak belakang.
Contactor ini banyak digunakan karena berbagai pertimbangan seperti:
1.

Pemasangan sangat sederhana,

2.

Dapat digunakan sebagai control beban yang besar,

3.

Dapat bekerja dengan arus yang baik.

Gambar 2.3.10 Wiring Diagram Magnet Contactor.


(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;10)

Keterangan:
1. Tuas Penekan manual

5. Inti Gerak

2. Kontak Tetap

6. Inti Tetap

3. Kontak Gerak

7. Coil

4. Spring Pembalik
Perhitungan kapasitas maint NFB didasarkan pada rumus :
= 2,5 x In.(21)
(LLK-BS Modul Dasar control listrik;2002;24)
Dimana In adalah arus nominal yang mengalir pada rangkaian
Perhitungan setting thermisnya adalah :
= 1,1 x In..(22)
(LLK-BS Modul Dasar control listrik;2002;24)
Dalam penggambarannya tidak terlalu rumit yaitu coil digambarkan dengan lingkaran
beridentitas, sedangkan titik kontak auxiliarlynya diberi identitas dari coil yang
mengubahnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar di bawah ini:

Gambar 2.3.11 Simbol Penggambaran Magnetic Contractor.


(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;30)

II.3.2.3.3 Time Relay


Time relay adalah peralatan logika yang bekerja secara elektronik, yang
menghubungkan dan memutuskan arus secara otomatis sesuai dengan masukan yang
diterimanya. Kemudian mengolah masukan tersebut dan menghasilkan keluaran berupa

1.
2.

perubahan titik sambungan.


Time relay terdiri dari dua komponen, yaitu:
Relay, berfungsi sebagai titik sambungan yang dioperasikan,
Timer, berfungsi sebagai pengatur jarak waktu bekerjanya relay dengan mengatur tegangan
yang masuk dalam lilitan relay. Dengan demikian titik sambungan bekerja sesuai waktu yang
telah disetting.
Umumnya time relay digunakan sebagai pengontrol rangkaian tegangan rendah untuk

1.
2.
3.

melaksanakan buka dan tutup titik sambungan.


Pada time relay terdapat tiga terminal utama, yaitu:
Terminal kontak NO yang dibatasi waktunya,
Terminal kontak NC yang dibatasi waktunya,
Terminal kontak yang tidak dipengaruhi waktu.
Untuk menentukan titik sambungnya dapat dilihat pada wiring diagram yang
dicantumkan pada rumah timer atau buku petunjuk penggunaanya. Sedangkan untuk
penggambarannya dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.3.12 Simbol Penggambaran Timer.


(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol Listrik;2002;38)

Gambar 2.3.13 Timer(Anly;Katalog Ver.9.0;2002;8)


II.3.2.4 Alat Pengaman
Peralatan ini sangat penting peranannya untuk rangkaian sendiri maupun bagi yang
1.
2.

mengoperasikannya. Adapun tujuan dipasang alat pengaman adalah:


Mengalirkan arus normal dan digunakan untuk menutup rangkaian apabila diperlukan,
Digunakan untuk membuka rangkaian atau untuk menghentikan suatu aliran listrik yang

3.

tidak normal atau hubungan singkat,


Untuk memberikan perlindungan terhadap hubungan singkat rangkaian sehingga peralatan

4.

tidak mudah rusak,


Untuk mengatasi lonjakan tegangan yang terjadi secara tiba-tiba akibat hubungan singkat.
Peralatan pengaman ini banyak sekali macamnya, namun di sini akan dibahas jenis
yang sering digunakan dalam rangkaian.

II.3.2.4.1 Fuse
Fuse (pengaman lebur) terbuat dari kawat perak, timah, tembaga dengan bermacammacam bentuk yang tertutup oleh isolasi seperti keramik, plastik dan sebagainya. Fuse ini
biasanya digunakan untuk elektronik atau komponen-komponen yang mempunyai tegangan
rendah. Tipe dan jenis dari fuse banyak sekali macamnya, dilihat dari bentuknya fuse terdiri
5.
6.
7.

dari:
Fuse tipe ulir,
Fuse tipe pisau,
Fuse tipe tabung.
II.3.2.4.2 Thermal Over Load
Pengaman jenis ini memberikan pengamanan secara thermis, yaitu dengan
menggunakan bimetal (dua logam yang mempunyai muai jenis berbeda) sebagai pemutus
arusnya. Peralatan in biasanya digunakan untuk membatasi jumlah arus nominal pada motor
induksi baik untuk satu pasha ataupun lebih.
Dilihat dari konstruksinya alat ini bekerja berdasarkan panas yang diterima oleh
bimetal, dimana bila panas yang diterima bimetal besar maka akan membengkok dan
dimanfaatkan untuk memutuskan arus atau titik kontaknya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar di bawah ini:

Gambar 2.3.14 Prinsip Kerja Thermal Over Load. (Andrew Parr,Msc;2003;28)

II.3.3 Simbol-simbol Squence


Tabel 2.3 Simbol-simbol Squence.(LLK-BS;Modul Dasar Kontrol listrik;2002;10)
No
1

Nama

Simbol

Miniatur Circuit Breaker

MCB

Fungsi
Pengaman aliran
arus listrik.

NFB

Pengaman aliran
arus listrik.

No Fuse Breaker

Fuse Open Type

Thermal Over Load

Time Relay

Magnet Contactor

Auxiliary Relay

Photo Switch

FS

Th

TR

MC

RA

PH

Kontak

Pengaman
Rangkaian.
Pengaman
Rangkaian.

Penghubung dan
pemutus arus
secara otomatis
sesuai dengan
setting waktu.
Menghubungkan
dan memutuskan
arus.
Menghubungkan
dan memutuskan
arus.
Penghubung dan
pemutus arus
secara otomatis
berdasarkan sinyal
sinar.

10

11

12

13

14

Proximity Switch

Limit Switch

Motor

Pilot Lamp

Buzer

Solenoid Valve

Penghubung dan
pemutus arus
secara otomatis
bedasarkan sensor
logam.

TL

Penghubung dan
pemutus arus
secara otomatis
berdasarkan kontak
langsung.

LS

Merubah energi
listrik menjadi
energi mekanik.

PL

Merubah energi
listrik menjadi
energi cahaya.

BZ

Merubah energi
listrik menjadi
energi bunyi.
Penghubung dan
pemutus aliran
udara melalui
sinyal listrik.

SV

BAB III
PERENCANAAN SISTEM PNEUMATIK
III.1 Prinsip Kerja M/c Otomatisasi Pengisian Air Dalam Kemasan.
Prinsip kerja dari mesin ini pada dasarnya adalah kombinasi dari sistem pneumatik dan
sisitem kontrol listrik. Karena dengan sistem kombinasi tersebut akan menghasilkan efisiensi

kerja yang tinggi dengan hasil sesuai yang diharapkan. Kedua sistem tersebut mempunyai
fungsi yang saling mendukung dan berhubungan, yaitu kontrol listrik akan memberikan
sinyal ke kontrol pneumatik untuk bergerak dan kontrol pneumatik akan memberikan sinyal
ke sensor kontrol listrik sehingga memutuskan atau menghubungkan rangkaian listrik.
Secara singkatnya prinsip kerja dari alat otomatisasi pengisian air dalam kemasan ini
adalah menggunakan 2 (dua) sistem kerja yaitu secara manual dan otomatis.
III.1.1 Prinsip Kerja Secara Manual
Pada saat panel utama (NFB) dionkan maka arus akan mengalir ke kontak MC1 dan
MC2. Dan ketika panel rangkaian (NFB) dionkan maka arus juga masuk ke dalam rangkaian
ditandai dengan pilot lamp kuning (PLk) nyala. Setelah posisi selector switch dipilih ke
manual maka rangkaian manual yang bekerja dan apabila dipilih ke auto maka rangkaian
otomatis yang bekerja.
Ketika selector switch pada posisi manual (M) di tandai dengan pilot lamp biru (PLb)
nyala, maka:
1.

PB2 ditekan motor konveyor berputar dan konveyor berjalan ditandai dengan pilot lamp
merah (PLm) nyala, PB1 ditekan motor konveyor berhenti ditandai dengan pilot lamp hijau

2.
3.

(PLh) nyala.
PB4 ditekan silinder clamp maju, PB3 ditekan silinder clamp mundur.
PB6 ditekan silinder chuck maju, PB5 ditekan silinder chuck mundur.

III.1.2 Sistem Kerja Otomatis


Setelah semua panel (NFB) dionkan dan selector switch dipilih pada posisi auto (A)
maka rangkaian otomatis bekerja, ditandai dengan pilot lamp biru (PLb) mati. Untuk lebih
jelasnya, prinsip kerja secara otomatis akan digambarkan dalam Flow Chart diagram kerja di
bawah ini:
Time (s)

10"

20"

30"

40"

50"

60"

PB off
PB on
Motor Konveyor

LS2.0
PH1

LS1.0

70"

Brake Motor
LS1.
1

SvXa (Silinder
Chuck Forward)
SvXb (Silinder
Chuck Revert)
SvYa (Silinder
Clamp Forward)
SvYb (Silinder
Clamp Revert)

LS2.
1

SvQ (Pompa
Inflation)

TR

PLm (Pilot Lamp


Merah)
PLh (Pilot Lamp
Hijau)

Gambar 3.1 Flow chart Digram Kerja


Cara membacanya adalah:
1.

Setelah Auto Start bekerja atau PBon ditekan, maka motor konveyor berputar dan lampu
pilot lamp merah (PLm) hidup. Ketika PBoff ditekan, maka rangkaian otomatis berhenti
ditandai dengan pilot lamp hijau (PLh) nyala.

2.

Beberapa saat setelah motor konveor bekerja dan memutarkan konveyor yang membawa
botol-botol, ketika botol-botol tersebut memotong sinyal PH1 maka motor konveyor berhenti,
brake motor hidup (pengeriman On), diikuti silinder clamp maju mencekam botol.

3.

Setelah silinder clamp maju dan menyentuh LS 1.1 maka silinder chuck turun.

4.

Setelah silinder chuck turun dan menyentuh LS 2.1 maka pengisian bekerja (SVQ on) pompa
pengisian nyala.

5.

Setelah settingan timer terpenuhi waktunya, maka pompa pengisian mati, silinder clamp dan
silinder chuck mundur bersamaan.

6.

Setelah silinder chuck naik menyentuh LS 2.0 dan silinder clamp mundur menyentuh LS 1.0
maka brake motor mati (pengeriman Off) dan motor konveyor berputar kembali.

7.

Setelah botol dibawa konveyor memotong sinyal PH 2 maka reset sistem terpenuhi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram kelistrikan dan rangkaian
konstruksinya (pada halaman lampiran).

Anda mungkin juga menyukai