Bell-s-Palsy 1
Bell-s-Palsy 1
BELLS PALSY
PEMBIMBING:
Kelumpuhan wajah adalah gangguan yang memiliki dampak yang besar pada
pasien. Kelumpuhan saraf wajah mungkin karena bawaan atau neoplastik atau mungkin
akibat dari infeksi, trauma, eksposur beracun, atau penyebab iatrogenik. Penyebab paling
umum dari kelumpuhan wajah unilateral Bells palsy, atau disebut kelumpuhan wajah
idiopatik. Bells palsy merupakan kekakuan akut unilateral, perifer, bersifat lower-motorneuron yang secara bertahap membaik pada 70-80% kasus.Penyebab Bells palsy masih
belum diketahui, meskipun kemungkinan etiologinya adalah virus, inflamasi, autoimun, dan
iskemik.
Bells palsy adalah salah satu gangguan neurologis yang paling umum yang
mempengaruhi saraf kranial, dan merupakan penyebab paling umum kelumpuhan wajah di
seluruh dunia. Bells palsy diperkirakan menyumbang sekitar 60-75% dari kasus kelumpuhan
wajah akut unilateral. Bell palsy lebih sering terjadi pada orang dewasa, pada orang dengan
diabetes, dan pada wanita hamil.
Untuk menentukan apakah wajah-saraf kelumpuhan perifer atau pusat adalah kunci dalam
diagnosis. Sebuah lesi yang melibatkan upper motor neuron mengakibatkan kelemahan wajah
bagian bawah,berbeda dengan lesi di lower motor neuron. Anamnesa yang cermat dan
pemeriksaan yang teliti, termasuk pemeriksaan telinga, hidung, tenggorokan, dan saraf
kranial, harus dilakukan.Kriteria diagnostik minimal termasuk kelumpuhan atau paresis dari
semua kelompok otot di satu sisi wajah,secara akut dan tiba-tiba, setelah dimastikantidak ada
penyakit sistem saraf pusat. Perhatikan bahwa diagnosis Bells palsy dibuat hanya setelah
penyebab lain dari kelumpuhan perifer akut telah disingkirkan.
Jika temuan klinis meragukan atau jika kelumpuhan berlangsung lebih lama dari 6-8
minggu,perencanaan lebih lanjut, termasuk pencitraan gadolinium meningkatkan resonansi
magnetik dari tulang temporal dan pons, harus dipertimbangkan. Tes Electrodiagnostic
(misalnya, stapedius tes refleks, membangkitkan saraf wajah-elektromiografi [EMG],
audiography) dapat membantu meningkatkan ketepatan prognosis pada kasus yang sulit.
Pengobatan Bells palsy harus konservatif dan dipandu oleh keparahan dan prognosis
kemungkinan dalam setiap kasus tertentu. Studi telah menunjukkan manfaat dosis tinggi
kortikosteroid untuk Bells palsy akut.Walaupun pengobatan antivirus telah digunakan dalam
beberapa tahun terakhir, bukti menunjukkan bahwa obat ini mungkin kurang bermanfaat.
Terapi okular topikal berguna dalam banyak kasus, dengan pengecualian orang-orang yang
kondisinya parah atau berkepanjangan. Dalam kasus ini, manajemen operasi adalah yang
terbaik. Beberapa prosedur bertujuan untuk melindungi kornea dari paparan dan mencapai
kesimetrian wajah. Prosedur ini mengurangi kebutuhan penggunaan secara konstan tetes atau
salep pelumas, dapat meningkatkan nilai estetika, dan mungkin diperlukan untuk
mengekalkan penglihatan pada sisi maa yang terkena.
1
STATUS PASIEN
I.
Identitas
2
Nama
: Ny N
: 42 tahun
Kebangsaan
: Indonesia
Pekerjaan
Agama
: Islam
Alamat
: Jakarta Selatan
Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara auto-anamnesa dengan pasien pada 8 September 2011
A. Keluhan Utama :
Bibir kanan dirasakan tebal dan baal sejak 6 jam sebelum masuk rumah sakit(SMRS)
B. Keluhan Tambahan :
Pilek sejak 2 hari SMRS
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan bibir kanan dirasakan baal dan tebal sejak 6 jam
SMRS.Keluhan mulai dirasakan ketika pasien merasakan sulit untuk minum air
setelah pasien bangun dari tidur.Air yang diminumnya seakan-akan tidak masuk ke
dalam mulutnya.Pada waktu bersamaan,mata kanan dirasakan sangat perih,berair dan
sulit untuk menutupinya.Pasien juga mengeluh wajah kanan terasa tebal dan kurang
terasa bila dipegang, .Pasien mengaku sewaktu tidur malam tadi,pasien mengarahkan
kipas
secara
statis
tepat
pada
wajahnya.Keluhan
ini
baru
pertama
kali
dirasakan.Keluhan lain seperti mual (-), muntah (-), kejang (-), gangguan penglihatan
(-),gangguan pengecapan(-), penglihatan ganda (-), gangguan pendengaran (-), bunyi
berdenging (-), mulut mencong (+), bicara pelo (-),kelemahan tubuh sesisi (-), dan
mengompol (-).
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu dan hipertensinya
terkontrol.Riwayat DM(-),asma(-),alergi(-)
E. Riwayat Kebiasaan
Pasien mengaku mempunyai kebiasaaan tidur dengan mengarahkan kipas secara statis
secara langsung ke tubuhnya.Pasien juga megaku mempunyai kebiasaan merokok
pada usia remajanya(sekitar 30 tahun yang lalu),sehari 2-3 batang rokok dan sudah
berhenti setelah menikah.
Pemeriksaan Umum
A. Keadaan Umum
-
Kesadaran
: Compos mentis
Kesan sakit
: Sakit sedang
Sikap
: Duduk
Kooperasi
: Koperatif
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 180/90
Nadi
: 86 kali/menit
Suhu
: 36,60
Pernapasan
: 20 kali/menit
B. Keadaan Lokal
Trauma Stigmata
: (-)
Pulsasi Aa.Carotis
: CRT <2
Columna Vertebralis
: lurus di tengah
Thorax
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru
Inspeksi : Bentuk dada dan gerak nafas simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi
: NT (-), massa (-), gerak nafas teraba simetris saat statis dan
dinamis, vokal fremitus normal
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Ekstrimitas atas
Ektremitas bawah
:-
B. Saraf-Saraf Kranialis
N. I
: normosmia
N. II
Kanan
Kiri
5
Acies visus
6/60
6/60
Campus visus
baik
baik
Melihat warna
baik
baik
Funduskopi
tidak dilakukan
N. III, N. IV, N. VI
Kanan
Kiri
ortoforia
ortoforia
Ke Nasal
baik
baik
Ke Temporal
baik
baik
Ke Nasal Atas
baik
baik
Ke Temporal Atas
baik
baik
Ke Temporal Bawah
baik
baik
Eksopthalmus
(-)
(-)
Ptosis
(-)
(-)
Bentuk
bulat
bulat
Ukuran
2mm
2mm
Isokor/Anisokor
isokor
isokor
(+)
(+)
(+)
Pupil
N.V
Kanan
Kiri
baik
baik
Opthalmik
kurang
baik
Maxilla
kurang
baik
Mandibularis
kurang
baik
N. VII
Kanan
Kiri
Sulit
baik
Kembungkan pipi
baik
Menyeringai
Mulut mencong
baik
Cabang Motorik
Cabang Sensorik
Ke kiri
6
Angkat alis
Sulit diangkat
baik
Kerutan dahi
Dahi tidak
baik
mengerut
Sudut mulut
Hilang
baik
Lagophtalmus
(+)
(-)
1mm
2mm
kornea
N.VIII
Vestibuler
Vertigo
: (-)
Nistagmus
: (-)
Cochlear
Tuli Konduktif
: (-)
Tuli Perseptif
: (-)
N. IX, X
Motorik
: baik
Sensorik
: baik
N. XI
Mengangkat bahu : baik / baik
Menoleh
: baik / baik
N.XII
Pergerakan lidah : simetris
Tremor
: (-)
Atrofi
: (-)
Fasikulasi
: (-)
C. Sistem Motorik
Ekstremitas Atas Proksimal-Distal
5555
5555
5555
5555
Gerakan Involunter
7
D. Refleks-refleks Fisiologis
Kornea
Berbangkis
Pharing
Bisep
Trisep
Radius
Dinding Perut
Otot Perut
Lutut
Tumit
Sfingter Ani
E. Refleks-refleks Patologis
Hoffman Trommer
Babinsky
Chaddock
Gordon
Gonda
Schaeffer
Klonus Lutut
Klonus Tumit
V.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kanan
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
tidak dilakukan
Kiri
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
:
:
:
:
:
:
:
:
Kanan
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kiri
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
VI.
: 14 g/dl
: 16,5/ul()
Hematokrit
Trombosit
: 44 %
: 296.000/ul
: 91 mg/dl
GDPP
: 185()
: 270()
: 188()
Kolesterol HDL
Trigliserida
: 49
: 162()
: 5,4
:1
Ureum
: 31
Pemeriksaan Radiologik
Tidak dilakukan
VII.
Resume
Pasien perempuan,42 tahun datang dengan keluhan bibir kanan dirasakan baal dan
tebal sejak 6 jam SMRS.Pasien juga mengeluh ,mata kanan dirasakan sangat perih
dan sulit untuk menutupinya.Selain itu,kulit diwajah kanan terasa tebal dan kurang
terasa
bila
dipegang.Pasien
mengaku
sewaktu
tidur
malam
tadi,pasien
mengarahkan kipas secara statis tepat pada wajahnya.Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan.Keluhan neurologis lain(-)
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum,tampak sakit sedang,kesadaran
compos mentis.Tanda Vital,tensi 180/90,menandakan hipertensi grade II,suhu
37,6,pasien mengalami subfebris,Nadi 86,pernapasan 20x/menit.Pada pemeriksaan
neurologis,didapatkan pada pemeriksaan N kranialis V,cabang motorik normal tapi
cabang sensorik sisi kanan NV1,NV2 dan NV3 berkurang.Pada pemeriksaan N VII
kanan
VIII.
Diagnosis Kerja
Neurologis:
Diagnosa Klinis: Bells palsy dextra
Diagnosa Etiologi:Tidak diketahui
Diagnosa Topikal:Saraf motorik NVII perifer dengan paralisis motorik dan
prosessus stylomastoideus
Diagnosis patolosis:Inflamasi
Non-neurologis:
Hipertensi grade II
Diagnosis banding:
Neuropati perifer
IX.
Anjuran pemeriksaan:
EKG
Konsul ke dokter spesialis penyakit dalam karena gula darah post prandial dan
kolesterol yang meningkat
X.
Penatalaksanaan
Pasien berobat jalan:
Bells palsy
Lamosen per oral 4-48mg/hari,dibagi 2 yaitu selama 3 hari pertama dengan
menggunakan tablet 16mg,hari pertama 1x3,hari kedua 1x2,hari ketiga 1x1
tablet.Setekah itu diturunkan lagi dosis ke tablet 4mg selama 3 hari,hari pertama
1x3,hari kedua 1x2,dan hari ketiga 1x1.
Mecobalamine tab 1500mcg dibagi 2 dosis selama 2 bulan
Penyakit sistemik:
Mengamalkan pola hidup yang sehat
Lifen kapsul 300mg/hari
Amlodipin tablet 5-10mg 1 kali sehari berhubungan dengan tensi pasien yang
tinggi
X.
Prognosis
Ad Vitam
: ad bonam
Ad Fungsionam
: dubia
Ad Sanationam
: dubia
10
ANALISA KASUS
Seorang perempuan berusia 42 tahun berobat ke poli dengan diagnosa Bells palsy.
Pada pasien ini didiagnosis Bells palsy karena didapatkan dari;
Anamnesis: Pasien datang dengan keluhan bibir kanan dirasakan baal dan
tebal,disertai mata kanan yang terasa perih dan sulit ditutup .Pasien juga merasa baal
di kulit wajah sisi kanan.Ini karena terjadi paralisis nervus VII kanan yang
mempersarafi otot-otot wajah kecuali otot-otot yang terlibat dalam mengunyah.Oleh
itu pasien mengalami kesulitan dalam makan karena sudut mulut melonggar,mata
kanan sering berair karena nervus VII juga berperan dalam persarafan visceral
kelenjar lakrimal dan mata terasa perih karena mata sulit untuk menutup,(otot
menutup mata oleh M.Orbicularis Oculi,dipersarafi oleh nervus VII) sehingga
menimbulkan gejala mata kering. Pasien juga mengeluh kulit di wajah kanan terasa
tebal dan baal karena NVII dan NV mempunyai nucleus somatosensory yang sama.Ini
bukan paralisis murni NV,karena semua persarafan di wajah mempunyai inti yng ama
dengan inti somatosensory NV.
11
Pemeriksaaan penunjang
Dilakukan lab darah lengkap,fungsi ginjal,profil lemak untuk mendeteksi adanya
factor resiko pada pasien ini.
12
Anjuran pemeriksaan
-EKG karena pasien mempunyai faktor risiko mendapat penyakit jantung koroner
yaitu hipertensi dan hiperlipidemia
-Pasien juga dikonsul ke spesialis penyakit dalam karena hiperkolesterolemia dan
gula darah post prandial nya meningkat,ini bagi memastikan diagnosis dan supaya pasien
mendapat pengobatan yang sesuai untuk penyakitnya yang secara tidak langsung
berkemungkinan dapat mencegah rekurensi penyakit Bells palsy dan komplikasi lanjut
darinya.
Diagnosa ditegakkan adalah Bells palsy kanan sesuai dengan definisi Bells palsy yaitu
kelumpuhan atau kelemahan otot pada satu sisi wajah akibat kerusakan NVII satu sisi yang
mengendalikan otot-otot wajah di sisi tersebut dan menyebabkan wajah terasa baal dan
berat.Sesuai dengan keluhan pasien,maka diagnosis topikalnya terletak di saraf motorik NVII
perifer dengan paralisis motorik dan prosessus stylomastoideus.Dilihat dari teori patofisiologi
Bells palsy,maka diagnose patologinya adalah inflamasi.
Diagnosa non-neurologis adalah hipertensi grade II sesuai mengikut JNC 7.Diagnosa
bandingnya adalah Neuritis perifer dan neuritis diabetikum mengingatkan pasien mempunyai
kadar gula darah post prandial yang tinggi disertai factor resiko yaitu penyakit hipertensi dan
hiperkolesterolemia.Kedua penyakit ini bisa mengakibatkan lesi di saraf-saraf perifer
termasuk di saraf kranial.
Pengobatan
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini berupa:
Pada Bellss palsy-Kostikosteroid contohnya prednison peroral 60mg/hari selama 3-10 hari
untuk mengurangkan peradangan dan edema pada saraf,kemudian di tappering off dalam 4-8
minggu
darah
dan
hipertensinya
tak
terkontrol
serta
hiperkolesterolemia
tidak
DAFTAR PUSTAKA
1. Holland NJ, Weiner GM (2004). Recent developments in Bell's palsy. BMJ, 329: 553557.
2. Ropper AH, Samuels MA (2009). Bell's palsy section of Diseases of the cranial
nerves. In Adams and Victor's Principles of Neurology, 9th ed., pp. 1330-1331. New
York: McGraw-Hill.
3. http://www.webmd.com/brain/tc/bells-palsy,Assesed on 23 Sep. 11
4. http://emedicine.medscape.com/article/1146903,Assed on 23 Sep.11
14