Jengkol Bubuk
Jengkol Bubuk
Oleh :
Muhammad Ikhsan W
F34130004
Pebri Handoyo
F34130008
Fahmi Baharuddin
F34130015
Latar Belakang
Jengkol (Archidendron pauciflorum) adalah tumbuhan khas di wilayah Asia
Tenggara. Jengkol termasuk suku polong-polongan. Buahnya berupa polong dan
bentuknya gepeng berbelit seperti membentuk spiral, berwarna lembayung tua. Biji
buah berkulit tipis dengan warna coklat mengkilap. Jengkol dapat menimbulkan bau
tidak sedap pada urin setelah diolah dan diproses oleh pencernaan, terutama bila
dimakan segar sebagai lalap.
Dari segi nutrisi, jengkol memiliki vitamin, asam jengkolat, mineral, dan
serat yang tinggi. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes daan bersifat
diuretikserta baik untuk kesehatan jantung. Tanaman jengkol diperkirakan juga
mempunyai kemampuan menyerap air tanah yang tinggi sehingga bermanfaat dalam
konservasi air di suatu tempat. Oleh karena itu, jengkol biasa dikonsumsi sebagai
bahan makanan ataupun obat.
Pembuatan flavour bubuk dari buah jengkol untuk menggantikan penggunaan
buah jengkol segar diharapkan akan sangat bermanfaat karena akan lebih praktis
serta lebih mudah dalam penggunaan dan penyimpanan. Flavour dalam bentuk bubuk
ini dapat langsung ditambahkan ke dalam masakan sebelum atau sesudah
pengolahan. Bentuk bubuk juga akan memudahkan pengemasan dan pengangkutan
sehingga memperluas jangkauan pemakaian saampai ke daerah yang tidak terdapat
sulit untuk memperoleh buah jengkol.Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk
mengolah buah jengkol tersebut menjadi flavour jengkol dalam bentuk bubuk yang
mempunyai nilai ekonomi yang lebih tinggi sehingga buah jengkol tidak konsumsi
langsung atau dijual mentah dengan harga yang sangat murah.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan buah jengkol untuk digunakan sebagai
perasa makanan dalam bentuk bubuk. Memberikan pengetahuan tentang bagaimana
proses serta alat dan mesin yang digunakan dalam proses pembuatan jengkol
flavouring powder.
PEMBAHASAN
Kulit
Pencucian
Pressing
Ekstrak
Pembobotan
Pengemasan
Jengkol
Jengkol atau Jering (Archidendron pauciflorum) memang bau
tapi banyak yang suka. Bahkan biji jengkol atau jering menjadi salah satu
menu favorit oleh sebagian masyarakat tidak hanya di Indonesia namun
juga di Malaysia, Thailand, dan Filipina meskipun buah dari pohon yang
juga bernama jengkol atau jering ini menghasilkan bau yang tidak sedap.
Menurut sebuah penelitian, dari 100 gram biji jengkol terkadung 133 kkal
energi, 23,3 gram protein, 20,7 gram karbohidrat, 240 Sl vitamin A, 0,7
mg vitamin B, 80 mg vitamin C, 166,67 mg fosfor, 140 mg kalsium, 4,7
mg zat besi, 49,5 gram air.
Gula
Gula berperan penting dalam produksi jengkol bubuk terutama membantu
dalam pembentukan warna, sebagai bahan pengawet dan menambah nilai nutrisi
produk.
Garam dapur
Garam adalah suatu mineral yang terdiri dari natrium klorida (40 persen
natrium dan 60 persen klorida). Garam dalam jengkol bubuk berguna untuk
memberikan rasa gurih pada jengkol bubuk dan memberikan nilai nutrisi yang
penting pada tubuh, seperti yodium, fosfor, kobalt dan magnesium.
Chlorine
Digunakan untuk proses pengolahan air untuk membunuh bakteri, membilas botol
dan sanitasi peralatan.
Pasir Silika
Digunakan sebagai media penyaring pada sand filter pada proses pengolahan air agar
dapat menyaring benda benda asing yang terlarut dalam air yang diolah.
Botol
Botol merupakan kemasan untuk menyimpan jengkol bubuk. Botol juga berfungsi
sebagai pengenal produk (brand image).
Crown Cork
Crown Cork digunakan sebagai penutup botol agar jengkol bubuk tidak tumpah saat
didistribusikan. Pada crown cork sudah tercantum merek perusahaan.
Ink Solution
Ink (tinta) digunakan sebagai bahan untuk mencetak kode produksi untuk setiap
botol.
C. Proses Pembuatan
Setelah bahan yang dibutuhkan telah disiapkan, maka dilakukan proses
pengolahan jengkol. Dengan bahan tambahan berupa gula sebagai pemanis dan asam
benzoat sebagai pengawet. Metode pembuatan jengkol powder ini meliputi:
C.1. Proses Pembuatan
1. Pengupasan Buah dilakukan dengan pisau secara manual oleh karyawan.
2. Pencucian Buah Pencucian buah dilakukan dengan air bersih untuk
menghilangkan kotoran.
3. Penghancuran Buah Proses penghancuran dengan alat Hammer Mill untuk
mendapatkan ukuran yang lebih kecil.
4. Pressing Pressing ini dilakukan dengan alat press untuk mengeluarkan sari
jengkol.
5. Pencampuran Pencampuran dilakukan untuk membuat adonan pasta yang
homogen dengan penambahan bahan pembantu.
Sebelum dimasak menjadi sirup, sari buah dimasak terlebih dahulu selama 20
menit pada suhu konstan 80 C. Tujuan proses pemasakan ini untuk membunuh
mikroba serta menginaktifkan enzim yang terdapat dalam sari buah sehingga bisa
diawetkan lebih lama. Selain itu, proses ini juga bermanfaat untuk mendapatkan
larutan sari buah yang jernih.
8. PenambahanGula
Penambahan gula dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit gula
kedalam proses pemasakan sari buah, diikuti dengan proses pengadukan, sehingga
gula terlarut sempurna.
9. Pemberian Bahan Pengawet
Pemberian bahan pengawet ini bertujuan menghambat pertumbuhan mikroba.
Pengawet yang digunakan adalah asam benzoat dengan takaran 250 mg/l sirup.
10. Pemasakan Sirup Buah
Pemasakan sari buah pala bertujuan untuk memperoleh larutan sirup pala
murni yang bersifat steril dan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pemasakan
dilakukan selama 20 menit. Setelah proses pengolahan buah pala dan diperoleh sirup
pala, maka dilakukan proses pembotolan.
11. Sterilisasi Sirup Pala
Setelah dilakukan proses pembotolan, sirup di dalam botol
disterilisasi. Sterilisasi dilakukan dengan cara merebus botol yang sudah berisi sirup
ke dalam panci yang berisi air dengan suhu konstan 800C selama 2 jam. Sterilisasi
dilakukan selama 2 jam, untuk membunuh mikroba yang masih terdapat dalam sirup.
Suhu yang digunakan pada sterilisasi tidak boleh terlalu tinggi karena dapat merusak
vitamin pada sirup.
C.2. Proses pembotolan sebagai berikut:
1. Pensortiran Botol
Peti berisi botol kosong kotor dibawa dari gudang dengan memakai forklift.
Botol dipisahkan dari peti memakai mesin autz packer. Mesin mengambil botol
kosong dari peti dan meletakkanya di chain conveyor. Pada tahap awal operator akan
mensortir botol. Botol botol kotor berat, kena cat, pecah , berjamur / lumut akan
disisihkan. Untuk botol kotor berat, berjamur, kena cat yang masih bisa digunakan
akan dibersihkan secara manual.
2. Penyucian dan Sterilisasi Botol
Penyucian botol dilakukan dengan menggunakan kaporit 60 ppm. Proses
pencucian diawali dengan melarutkan 2 gr kaporit ke dalam 1 liter air. Botol
direndam selama 1 jam kemudian dibilas dengan air panas. Sterilisasi botol
dilakukan dengan memasukkan air kran ke dalam botol, lalu direbus selama 1 jam.
Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroba yang terdapat di dalam botol.
D. Mesin dan Peralatan
Proses produksi sirup pala menggunakan mesin dan peralatan produksi
otomatis dan semi otomatis yang terdiri dari :
D.1. Bagian Water Treatment
a. Sand Filter
Tinggi Tangki : 180 cm
Diameter Tangki : 81 cm
Kapsitas Tangki : 3000 liter
Isi Media : Pasir kuarsa
Kegunaan : Untuk menyaring material berat dari air sumur
Cara kerja : Air dialirkan melalui tangki melalui lubang pemasukan yang terdapat di
dinding bagian atas tangki yang berisi pasir. Di bagian dasar dalam tabung terdapat
tabung besi anti karat berlubang banyak. Material kasar yang lolos dari pengendapan
di sumur reservoir akan tertahan di lapisan pasir yang mempunyai kerapatan tinggi.
b. Carbon Filter
Tinggi Tabung : 180 cm
Diameter tabung : 81 cm
Kapasitas : 3000 liter
Isi Media : Carbon Aktif
Berat Carbon : 525 kg
Kegunaan : Untuk menyaring material halus, bau, warna alami dari air
sumur agar menjadi bening dan tidak berbau.
Cara kerja : Cara kerja carbon filter ini sama dengan sand filter, yang membedakan
adalah zat penyaring yang digunakan yaitu : serbuk arang karbon (hidrodorco) yang
fungsinya untuk menahan karbon aktif supaya tidak dibawa air.
c. Buffer Tank
Kegunaan : Untuk menyimpan cadangan air sebelum digunakan untuk pembuatan
sirup pala.
Motor power : 11 kw
Dimensi : 1150x755x1425 mm
buah pala
dalam air terdiri dari bejana (vessel), sumbu berputar (as), pengaduk (impeller),
penggerak (motor), buffel (pemecah aliran). Bejana yang digunakan berbentuk
silinder dan terbuat dari stainless steel karena memiliki sifat inert, yaitu tidak ikut
bereaksi (tidak berpengaruh terhadap bahan yang dicampur) dan berguna untuk
menampung bahan yang akan dicampur. Penggunaan stainless steel ini juga dapat
menjadikan bejana lebih tahan lama (tidak korosif).Sumbu putar (as) berguna sebagai
penyangga, menjaga proses pengadukan berjalan lancar. Motor yang digunakan
sebagai sumber tenaga penggerak impeler merupakan motor listrik. Impeller terdiri
dari jenis radial dan aksial. Impeller radial berguna untuk membentuk suatu aliran ke
sekeliling bahan. Impeller aksial dapat menyebabkan terbentuknya aliran yang
menuju ke sumbu. Selain itu terdapat impeller yang spesifik (spesial) tergantung
kebutuhan. Pada alat pengaduk (agitator) sebaiknya juga dilengkapi dengan buffle.
Penggunaan buffel ini dimaksudkan untuk mencegah terbentuknya vorteks (Alvionita
2013)
Mesin Mixer Spiral Kapasitas 200 liter / 75 kg
Kapasitas adonan : 75 kg
Merk : Goudsmit
Type : TCMO 080128
Kapasitas : 22.500 krat/jam
Kegunaan : Untuk menutup botol dengan crown cork.
Cara kerja : Crown cork dimasukkan ke bagian atas mesin. Crown cork itu akan
secara otomatis tersusun di relnya yangdapat memegang satu crown cork setiap
waktunya. Botolyang otomatis akan terpasang ke botol.
5. Ink Jet Printer
Merk : Marconi data sistem ink
Type : Excel/ 170i/ AF
Kapasitas : 22.500 krat/jam
Kegunaan : Untuk mencetak kode produksi di dinding botol
Cara kerja : Botol yang dibawa oleh chain conveyor akan diletakkan dengan mesin
pencetak dengan sinar infra merah tepat di bagian sisi botol. Jika sensor menerima
pantulan sinar yang mengenai sisi botol maka secara otomatis akan menyemprotkan
tinta sesuai dengan format yang telah ditentukan di layar mini monitor printer yang
berisi tanggal kadaluarsa, jam dan menit produksi.
6. Crater
Merk : KHS-Jerman
Type : Innopack PP E1-1400
Kapasitas : 22.500 krat/jam
Kegunaan : Untuk mengisi botol sirup pala ke dalam krat.
D.4. Alat Alat Penunjang
1. Pisau
Pisau digunakan untuk mengupas pala.
2. Kain Blacu
Kain blacu digunakan untuk menyaring buah pala yang telah
dihancurkan sehingga diperoleh sari buah pala.
3. Baskom Besar
Baskom besar digunakan untuk merendam pala yang telah dikupas
dengan penambahan larutan garam sebanyak 5 % dari buah pala.
4. Panci
Panci digunakan untuk sterilisasi botol yang telah berisi sirup pala.
E. Neraca Masa
PENUTUP
Simpulan
Pembuatan sirup pala dilakukan dengan cara dan peralatan sederhana. Input
yang dibutuhkan sangat sederhana seperti buah pala, gula, garam, air dan asam
benzoat. Hal ini dapat dilihat dari metode pembuatannya mulai dari pencucian dan
pengupasan sampai pembotolan. Proses pembuatan sederhana tersebut seperti dengan
cara perendaman buah pala dengan konsentrasi garam 5 %, dan penambahan 700 g/l
gula pada 1 liter sari buah. Sirup pala dibuat dari perasan buah pala yang merupakan
limbah daging buah atsiri pala. Dengan diterapkannya pengolahan sirup pala maka
hampir semua komponen pala dapat dimanfaatkan. Sirup pala mempunyai peluang
pasar yang sangat besar karena belum banyak di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. Pala (Nutmeg) 2001 -2003. Statistik Perkebunan Indonesia.
Direktorat Jendral Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian.
Dachlan, M.A dan Wartono.1984. Penganekaragaman Produk Buah Pala :
Pembuatan Sirop Pala, Bogor, 5 h
Direktorat Penanganan Pascapanen, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian, Departemen Pertanian. 2006. Pedoman Umum Pascapanen
Perkebunan Yang Baik dan Benar. Jakarta.
Nurdjannah, N. 2007. Teknologi Pengolahan Pala. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Pascapanen Pertanian.
Rekatehnik. 2013. Mesin Perajang Bawang Merah dan Putih [terhubung berkala].
http://rekatehnikindo.blogspot.com/2013/12/mesin-perajang-bawangmerah-dan-putih.html (7 Mei 2014)