Anda di halaman 1dari 59

BAB I

A. Pengertian psikologi perkembangan fase dewasa


Pengertian psikologi menurut istilah (terminologi) memiliki pendapat berlainan
yang dikemukakan banyak para ahli psikologi, namun secara garis besar Sartain dalam
bukunya Psychology understanding Human Behavior serta Woodworth dan Marquis
memiliki pendapat yang senada dengan M.Surya, Nana Syaodih dan Sarlito Wirawan
Sarwono, yaitu Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
atau kegiatan individu (manusia) dalam interaksi (hubungan) dengan lingkungannya.
Menurut pendapat J.P Chaplin, 1979 dan Ross Vasta, dkk.,1992 dapat isimpukan
bahwa psikologi perkembangan marupakan salah satu bidang psikologi yang
memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses
perkembangan dari masa konsepsi (pra-natal) sampai mati.
Sedangkan istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah
tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh
karena itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya
dan telah siap meneria kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa
lainnya Jadi psikologi perkembangan fase dewasa yaitu salah satu bidang psikolog yang
memfokuskan pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses
perkembangan pada fase dewasa.
B. Pengertian Orang Dewasa
Definisi Tentang Orang Dewasa
Dilihat dari pandangan psikologis, maka istilah dewasa dicirikan dengan
kematangan, baik kematangan kognitif, afektif maupun psikomotornya, yang mengacu
kepada sikap bertanggung jawab. Freud (Bischof:1976), seseorang dikatakan dewasa
apabila orang itu bertanggung jawab terhadap pekerjaan sehari-hari dan cinta yang telah

diikrarkan khususnya kepada pasangan pernikahan. Freud juga menjelaskan bahwa


seseorang dikatakan dewasa apabila mau dan mampu bertanggung jawab terhadap
segala tingkah laku, pekerjaan dan karir yang dilakukan sehari-hari.
Dengan demikian orang dewasa dituntut untuk mempertanggung jawabkan
semua yang dilakukan bekerja memenuhi kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga
sebagai wujud cinta terhadapp istri dan anak-anaknya. Orang dewasa yang matang tidak
takut terabaikan kepentingan dirinya sendiri dalam memproses mempertanggung
jawabkan cinta yang diikrarkan.
Periode kehidupan dewasa awal dimulai pada masa transisi dari masa remaja
kepada masa dewasa awal. Memang sulit untuk menentukan kapan sebenarnya
seseorang memasuki masa dewasa awal. Proses memasuki masa dewasa awal lebih
lama dan lebih kompleks dari pada yang kita bayangkan. Menurut Levinson (1978)
proses menjadi dewasa dimulai dari umur 17 dan terus berlangsung sampai umur 33
tahun. Dengan demikian seseorang muda memerlukan waktu 15 tahun untuk
mendapatkan status yang tempat dalam kelompok orang dewasa dan memastikan
dirinya berkehidupan yang stabil.
Sehubungan dengan hal ini Rantrock (1967), scheer dan Unger (1994),
menyatakan ciri-ciri seseorang yang mulai memasuki masa dewasa awal yaitu :
-

Mulai mandiri secara ekonomi, walau kemandirian tersebut belum sempurna

Mulai menerima tanggung jawab terhadap tingkah lakunya. Oleh kaena itu jika terjadi
kesalahan bertingkah laku atau melanggar aturan dan moral ia mau bertanggung jawab
dan menerima sanksi.

Mandiri dalam mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Misalnya, mengambil


keputusan tentang teman dekat, jodoh yang akan dinikahi, karir yang akan ditekuni dan
arah masa depan yang akan dilalui.
-

Mampu menentukan sikap yang didasari pertimbangan keyakinan yang dijadikan


filsafat hidup.
- Mampu mambina hubungan dengan orang tua sebagai hubungan sesama dewasa.

Sedangkan seseorang yang matang menurut Anderson memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego;
2. Mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaankebiasaan kerja yang
efisien;
3. Dapat mengendalikan perasaan pribadinya;
4. Mempunyai sikap yang obyektif;
5. Menerima kritik dan saran;
6. Bertanggung jawab;
7. Dapat menyesuaikan diri dengan keadaan-keadaan yang realistik dan baru.
Dari dua pandangan seperti dikemukakan tersebut, maka secara sederhana dapat
dikatakan bahwa seseorang dapat disebut dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan
fisiknya dan mencapai kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan
bersama-sama orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20
tahun sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40 - 45, dan
pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40 - 45 sampai sekitar usia 65
tahun, serta masa dewasa lanjut atau. masa tua berlangsung dari sekitar usia 65 tahun
sampai meninggal (Feldman, 1996).
Karena panjangnya rentangan usia masa dewasa ini, maka para ahli lain membagibaginya lagi ke dalam beberapa fase.
Hurlock (1980: 265) membagi menjadi tiga fase, yaitu:
1. Early Adulthood (fase dewasa awal):
Sejak tercapainya kematangan secara hukum sampai usia 40 tahun.
2. Middle Age (fase setengah baya):

Sejak usia 40 tahun sampai dengan usia 60 tahun.


3. Old Age (fase dewasa tua):
Sejak usia 60 tahun sampai meninggal dunia.
Ada juga membaginya menjadi empat fase, yaitu:
1.

Fase Iuventus

umur 25 40 tahun

2.

Fase Virilitas

umur 40 55 tahun

3.

Fase Frasenium

umur 55 65 tahun

4.

Fase Senium

umur 65 hingga tutup usia.

(Simandjuntak dan I. L. Pasaribu, 1984: 205


Pembagian yang terakhir ini menjadi empat fase namun pada hakikatnya juga tiga
fase yang pokok, karena fase ketiga merupakan pendahulu dari fase ke empat
(frasenium dan senium) jadi keduanya menyangkut keadaan orang-orang yang berusia
enam puluhan (senium atau istilah snectus atau senescent). Oleh karena itu kita lebih
cenderung menggunakan atau membaginya seperti pembagian yang dikemukakan
Hurlock di atas, yaitu fase dewasa awal, setengah baya dan usia tua.
Penggunaan kata "perkembangan" dalam menyebutkan perubahan-perubahan
keadaan atau sifat dalam masa inipun ticlak dipakai lagi, karena mengingat beberapa
aspek kehidupan individu dalam masa ini yang mengalami involusi (penurunan) maka
kita pakai saja istilah perubahan.

Kehidupan yang khas pada peride dewasa awal

menurut Duvall (1989) adalah memiliki pasangan hidup, berkeluarga dan berkarir. Pada
periode ini mulai diperoleh identitas pribadi dan kemampuan bekerja yang sangat
produktif. Pencapaian dewasa awal ditandai oleh tercatatnya perubahan fisik dan
perkembangan pribadi. Perubahan fisik dapat dilihat dari tingginya stamina dan
kekuatan fisik serta kematangan biologis. Demikian pula keyakinan dan nilai pribadi
makin mendalam. Minat pribadi makin terarah, dan lebih menyempit dibanding minat

pada periode perkembangan sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari makin terarah minat
terhadap lawan jenis, khususnya kepada seseorang yang akan dipilih menjadi pasangan
hidup.
Selain itu memilih pekerjaan yang cenderung tetap. Yang akan digeluti
sepanjang hidup.

BAB II
A.Perkembangan Psikologi Dewasa Awal
1. PERKEMBANGAN SEPUTAR DEWASA AWAL
Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang
ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini
didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental ege-nya.
Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa
awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri, baik
dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa
depan sudah lebih realistis.
Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) mengatakan bahwa
seseorang yang digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan
hangat, dekat dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal
dalam bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa
tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan orang
lain).
Hurlock (1990) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun
samapi kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang
menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang
berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999),
orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically

trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial
(social role trantition).
Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari perkembangan
sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya padangan egosentris
menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan relasi sangat memegang peranan
penting. Menurut Havighurst (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001) tugas
perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu keluarga,
mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul tangung jawab
sebagai warga negara, membuat hubungan dengan suatu kelompok sosial tertentu, dan
melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal merupakan masa permulaan dimana
seseorang mulai menjalin hubungan secara intim dengan lawan jenisnya. Hurlock
(1993) dalam hal ini telah mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada
salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian
diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.
Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak perkembangan fisik.
Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami degradasi sedikit-demi sedikit,
mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua. Segi emosional, pada masa dewasa awal
adalah masa dimana motivasi untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh
kekuatan fisik yang prima. Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa
remaja dan masa dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik
daripada kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.
2. Ciri Perkembangan Dewasa Awal
Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut Anderson
(dalam Mappiare : 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai berikut:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi
pada tugas-tugas yang dikerjakannya,dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri
sendri atau untuk kepentingan pribadi.
b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang
matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu
dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja
secara terbimbing menuju arahnya.
c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir perasaanperasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya dalam mengerjakan
sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak mementingkan dirinya sendiri,
tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.
d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai
keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis, paham
bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran
orang lain demi peningkatan dirinya.
f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi
kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara
realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya
secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia
brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.
g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri
fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya
dengan situasi-situasi baru.

Dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan


yang baru, dan harapan-harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan
dari masa remaja. Sebagai kelanjutan masa remaja, sehingga ciri-ciri masa remaja tidak
jauh berbeda dengan perkembangan remaja. Ciri-ciri perkembangan dewasa awal
adalah:
a. Usia reproduktif (Reproductive Age)
Masa dewasa adalah masa usia reproduktif. Masa ini ditandai dengan
membentuk rumah tangga.Tetapi masa ini bisa ditunda dengan beberapa alasan. Ada
beberapa orang dewasa belum membentuk keluarga sampai mereka menyelesaikan dan
memulai karir mereka dalam suatu lapangan tertentu.
b. Usia memantapkan letak kedudukan (Setting down age)
Dengan pemantapan kedudukan (settle down), seseorang berkembangan pola
hidupnya secara individual, yang mana dapat menjadi ciri khas seseorang sampai akhir
hayat. Situasi yang lain membutuhkan perubahan-perubahan dalam pola hidup tersebut,
dalam masa setengah baya atau masa tua, yang dapat menimbulkan kesukaran dan
gangguan-gangguan emosi bagi orang-orang yang bersangkutan.
Ini adalah masa dimana seseorang mengatur hidup dan bertanggungjawab
dengan kehidupannya. Pria mulai membentuk bidang pekerjaan yang akan ditangani
sebagai karirnya, sedangkan wanita muda diharapkan mulai menerima tanggungjawab
sebagai ibu dan pengurus rumah tangga.
c. Usia Banyak Masalah (Problem age)
Masa ini adalah masa yang penuh dengan masalah. Jika seseorang tidak siap
memasuki tahap ini, dia akan kesulitan dalam menyelesaikan tahap perkembangannya.
Persoalan yang dihadapi seperti persoalan pekerjaan/jabatan, persoalan teman hidup
maupun persoalan keuangan, semuanya memerlukan penyesuaian di dalamnya.

d. Usia tegang dalam hal emosi (emostional tension)


Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti persoalan jabatan, perkawinan,
keuangan dan sebagainya. Ketegangan emosional seringkali dinampakkan dalam
ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran
yang timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian terhadap
persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu, atau sejauh mana sukses
atau kegagalan yang dialami dalam pergumulan persoalan.
e. Masa keterasingan sosial
Dengan berakhirnya pendidikan formal dan terjunnya seseorang ke dalam pola
kehidupan orang dewasa, yaitu karir, perkawinan dan rumah tangga, hubungan dengan
teman-teman kelompok sebaya semakin menjadi renggang, dan berbarengan dengan itu
keterlibatan dalam kegiatan kelompok diluar rumah akan terus berkurang. Sebai
akibatnya, untuk pertama kali sejak bayi semua orang muda, bahkan yang populerpun,
akan mengalami keterpencilan sosial atau apa yang disebut krisis ketersingan
(Erikson:34).
f. Masa komitmen
Mengenai komitmen, Bardwick (dalam Hurlock:250) mengatakan: Nampak
tidak mungkin orang mengadakan komitmen untuk selama-lamanya. Hal ini akan
menjadi suatu tanggungajwab yang trrlalu berat untuk dipikul. Namun banyak
komitmen yang mempunyai sifat demikian: Jika anda menjadi orangtua menjadi orang
tua untuk selamanya; jika anda menjadi dokter gigi, dapat dipastikan bahwa pekerjaan
anda akan terkait dengan mulut orang untuk selamanya; jika anda mencapai gelar

10

doctor, karena ada prestasi baik disekolah sewaktu anda masih muda, besar
kemungkinan anda sampai akhir hidup anda akan berkarier sebagai guru besar.
g. Masa Ketergantungan
Masa dewasa awal ini adalah masa dimana ketergantungan pada masa dewasa
biasanya berlanjut. Ketergantungan ini mungkin pada orangtua, lembaga pendidikan
yang memberikan beasiswa sebagian atau sepenuh atau pada pemerintah karena mereka
memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.
h. Masa perubahan nilai
Beberapa alasan terjadinya perubahan nilai pada orang dewasa adalah karena
ingin diterima pada kelompok orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi
orang dewasa.
i. Masa Kreatif
Bentuk kreativitas yang akan terlihat sesudah orang dewasa akan tergantung
pada minat dan kemampuan individual, kesempatan untuk mewujudkan keinginan dan
kegiatan-kegiatan yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya. Ada yang menyalurkan
kreativitasnya ini melalui hobi, ada yang menyalurkannya melalui pekerjaan yang
memungkinkan ekspresi kreativitas.
B.HASIL HASIL PENELITIAN PSIKOLOGI DEWASA AWAL
Hasil penelitian dewasa awal lebih banyak mengarah pada hubungan sosial, dan
perkembangan intelektual, pekerjaan dan perkawinan di usia dewasa awal, dan
pengoptimalan perkembangan dewasa awal serta perilaku penghayatan keagamaan.
Beberapa hasil penelitian, diantaranya:
1. Persepsi seks maya pada dewasa awal

11

Hasil penelitian oleh Ida Ayu Putu Sri Andini, menunjukkan bahwa baik pria
maupun wanita memiliki sikap yang negatif terhadap seks maya. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan Indonesia yang masih memegang teguh adat dan
istiadat budaya timur, dimana manusia harus memperhatikan aturan dan nilai budaya di
dalam bersikap dan berperilaku. Menurut Azwar (dalam Riyanti dan Prabowo, 1998)
kebudayaan yang berkembang dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan sikap, tanpa disadari kebudayaan telah
menanamkan pengaruh yang kuat dalam sikap seseorang terhadap berbagai macam hal.
2. Penundaan usia perkawinan dengan Intensi Penundaan Usia Perkwaninan
Dari hasil penelitian didapatkan hubungan yang positif dan sangat signifikan
antara sikap terhadap penundaan usia perkawinan dengan intensi penundaan usia. Hal
ini berarti mereka memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penundaan usia perkawinan
akan memberikan keuntungan bagi mereka, baik keuntungan dari segi biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Penundaan perkawinan akan memberikan waktu lebih
banyak bagi mereka untuk membentuk identitas pribadi sebagai individu yang matang
secara biologis, psikologis, sosial dan ekonomi.
3. Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja
Adanya ketakutan menghadapi krisis pernikahan dan berujung perceraian
merupakan hal/kondisi yang membuat wanita bekerja ragu tentang kesiapan menikah
mereka. Ditambah lagi maraknya perceraian yang dipublikasikan di media massa saat
ini sehingga dianggap menjadi menjadi fenomena biasa. Salah satu penyebab wanita
yang bekerja memutuskan untuk menunda pernikahan adalah keraguan dapat berbagi
secara mental dan emosional dengan pasangannya. Ketidaksiapan menikah yang
dimiliki wanita bekerja termanifestasi dengan adanya ketakutan menghadapi krisis
perkawinan serta ragu tentang kemampuan mereka berbagi secar mosional dengan
pasangannya kelak. Selain kesiapan psikis juga ketidak siapan fisik. Individu yang

12

merasa memiliki kondisi kesehatan yang tidak prima (sakit, misal DM) cenderung ragu
melangkah menuju jenjang pernikahan.
Untuk mengetahui apakah seseorang siap menikah atau tidak, ada beberapa
criteria yang perlu diperhatikan:

Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.


Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
Bersedia dan mampu menjadi pasangan menjadi pasangan dalam hubungan

seksual.
Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.
Memiliki kelembutan dan kasih saying kepada orang lain.
Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan harapan.
Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah yang

berhubungan dengan ekonomi.


Bersedia menjadi suami isteri yang bertanggung jawab.
Individu yang memiliki kematangan emosi akan memiliki kesiapan menikah

yang lebih baik, artinya mereka mampu mengatasi perubahan-perubahan dan


beradaptasi setelah memasuki pernikahan.
4. Kemandirian Dewasa Awal
Penelitian dengan judul Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Ditinjau dari
Kesadaran Genderini, membuktikan bahwa bahwa perbedaan perlakuan yang diterima
anak laki-laki dan perempuan sejak lahir akan mempengaruhi tingkat kemandirian.
Semakin tinggi kesadaran gender maka semakin tinggi kemandirian pada Mahasiswa
UIN Suska Riau. Dengan makin tingginya kesadaran gender yang dimiliki mahasiswi
UIN Suska Riau lebih mandiri dibandingkan dengan mahasiswi yang tidak memiliki
kesadaran gender atau memiliki kesadaran gender yang rendah. Mahasiswi yang

13

memiliki kemandirian tinggi akan lebih mudah menghadapi kehidupan, tantangan yang
dihadapinya, serta menjalin hubungan yang mantap dalam kehidupan sosialnya.
5. Perilaku Perkembangan penghayatan Identitas dan Nilai-Nilai Agama dalam
Kehidupan Sehari-Hari
a. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama
Penelitian dengan judul Perkembangan Identitas Diri Dalam Area Agama pada
Remaja Akhirini adalah studi deskriptif pada mahasiswa di Fakultas Psikologi UIN
Suska Riau, dengan usia sample 18 22 tahun Menurut Hurlock, usia ini sudah
memasuki usia Dewasa Awal.
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa remaja akhir yang berstatus
sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi berada pada status identitas diri yang ideal.
b. Perilaku Penghayatan Nilai-Nilai Agama
Penelitian dengan judul Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan
dengan perilaku Membeli produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa
Fakultas Syariah IAIN SUSQA Pekanbaru, membuktikan bahwa semakin positif sikap
terhadap aspek kehalalan, maka semakin meningkat perilaku membeli produk makanan
dan minuman halal. Subjek memiliki pengetahuan tantang masalah kehalalan, sehingga
subjek memiliki persepsi dan keyakinan bahwa kehalalan adalah hal yang mendasar
dalam kaitannya dengan produk makanan dan minuman yang dikonsumsinya. Subjek
meyakini bahwa bahan yang terkandung dan proses yang dilalui dalam pembuatan
produk tersebut memiliki titik kritis untuk kehalalan pangan. Subjek juga membentuk
afek yang mendukung keyakinan tersebut, serta reaksi fisiologis yang sesuai dengan
kepercayan dan keyakinan yang dimilikinya. Selanjutnya juga muncul keinginan dan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang selaras dengan kepercayaan dan perasaan
tersebut.

14

C.OPTIMALISASI PERKEMBANGAN DEWASA AWAL


Dewasa awal adalah masa dimana seluruh potensi sebagai manusia berada pada
puncak perkembangan baik fisik maupun psikis. Masa yang memiliki rentang waktu
antara 20 40 tahun adalah masa-masa pengoptimalan potensi yang ada pada diri
individu. Jika masa ini bermasalah, akan mempengaruhi bahkan kemungkinan individu
mengalami masalah yang paling serius pada masa selanjutnya.
Menurut Vailant (1998), membagi masa dewasa awal menjadi tiga masa, yaitu
masa pembentukan (20 30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri
dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan dan mengembangkan
persahabatan. Masa konsolidasi (30 40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan
memperkuat ikatan perkawinan. Masa transisisi (sekitar usia 40 tahun), merupakan
masa meninggalkan kesibukan pekerjan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah
diperoleh.
1.Tugas-Tugas Perkembangan Dewasa Awal
Optimalisasi

perkembangan

dewasa

awal

mengacu

pada

tugas-tugas

perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), telah mengemukakan


rumusan tugas-tugas perkembangan dalam masa dewasa awal sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri)
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,
yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari
pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis.
Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan
pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga
berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku

15

bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria
yang berbeda-beda.
b. Belajar hidup bersama dengan suami istri
Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan
masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun
rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga
berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak
dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 40) dianggap
sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu
tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah
menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah
Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier
tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah
mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap
yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan
sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar
mengasuh anak-anak.
d. Mengelolah rumah tangga
Setelah menjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelolah rumah tangganya.
Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah
tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus
dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing.

16

Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak
dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua
ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan
Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau
universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa
cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat
kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera.
Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu,
pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan
dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa
dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang
menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman
sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan
mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang
makmur-sejahtera bagi keluarganya.
f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak
Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup
tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik
adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang
ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti:

17

(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri),
(2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan),
(3) menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak
tercela di mata masyarakat, dan
(4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan
sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat.
Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat),
mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup
dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa
muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.
g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya
Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang
sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk
ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian.
2.Masalah Perkembangan pada Dewasa Awal
Dengan bertambahnya usia, semakin bertambahpula masalah-masalah yang
menghampiri. Dewasa awal adalah masa transisi, dari remaja yang huru-hara, kemasa
yang menuntut tanggung jawab. Tidak bisa dipungkiri bahwa banyak orang dewasa
awal mengalami masalah-masalah dalam perkembangannya. Masalah-masalah itu
antara lain:

18

a. Penentuan identitas diri ideal vs kekaburan identitas


Dewasa awal merupakan kelanjutan dari masa remaja. Penemuan identitas diri
adalah hal yang harus pada masa ini. Jika masa ini bermasalah, kemungkinan individu
akan mengalami kekaburan identitas.
b. Kemandirian vs tidak mandiri
c. Sukses meniti jenjang pendidikan dan karir vs gagal menempuh jenjang pendidikan
dan karir.
d. Menikah vs tidak menikah (lambat menikah)
e. Hubungan sosial yang sehat vs menarik diri
Dalam menjalani masa dewasa awal, ada beberapa masalah yang menjadi
penghambat perkembangan. Khusus dalam masa dewasa awal, diantara penghambat
yang sangat penting sehingga menyukarkan penguasaan tugas-tugas perkembangan,
diantranya:

Latihan yang tidak berkesinambungan (discontinuities); sebagai salah satu


penghambat penguasaan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, berhubungan

erat dengan pengalaman-pengalaman belajar dan latihan masa lalu.


Perlindungan yang berlebihan (over protectiveness); Bersangkutan dengan pola

asuh orangtua yng pernah dialami dalam masa kanak-kanak.


Perpanjangan pengaruh-pengaruh peer-group (prolongation of peer-group
influences); Satu diantara penghambat bagi orang dewasa awal dalam menguasai
tugas-tugas perkembangan. Disini akan terlihat pengaruh kelompok-kelompok

khusus bagi perkembangan dewasa awal.


Inspirasi-inspirasi yang tidak realistis (unrealistic aspiration); Kesukarankesukaran dewasa awal, dapat ditimbulkan oleh konsep-konsep yang tidak

19

realistis dalam benak pada dewasa awal (yang baru meninggalkan masa remaja)
tentang apa yang diharapkan dengan apa yang dapat dicapai.
D.PERIODESISASI PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL
Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung
jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis,
sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk
membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Segala urusan
ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri
tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil
maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran
berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung
jawab terhadap masa depannya.
Secara fisik, seorang dewasa muda {young adulthood) menampil-kan profil
yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek
fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf
kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif,
kreatif, energik, cepat, dan proaktif.
Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang
berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999),
orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically
trantition^ transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial
(social role trantition).

20

1.PERKEMBANGAN FISIK DEWASA MUDA AWAL


1. Dewasa Muda sebagai Masa Transisi
a. Transisi Fisik
Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda
sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa
ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah
tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi
diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti
orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap
melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan
mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun
orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturanaturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya
akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau
perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulubulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
b. Transisi Intelektual
Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999;
Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa
operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner
& Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah
yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi
intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan
tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka
mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun
demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang

21

bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana.
Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang
ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan
sosialnya.
c. Transisi Peran Sosial
Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya
(dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan
rumah tangga yang bam, yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan
rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita
dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga
pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai
kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-,
ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian, l tak sedikit seorang
wanita mau meninggalkan kariernya untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai
ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya
dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas
sosial, misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan
pengurus RT/RW.
2. Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
a) Kekuatan dan Energi
Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha
menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier.
Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal
ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-

22

benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan
kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong
luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya.
b) Ketekunan
Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established),
seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika
menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang
pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam
meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan
ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan
ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera
pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan
mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah,
umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan,
dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi
kegagalan.
c) Motivasi
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri
sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi
Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan
eksternal, arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai
suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau
rintang-an dari lingkungan eksternal.

23

3. Kesehatan Dewasa Muda


a. Pengertian Kesehatan
Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan dunia (WHOM^or/t/ Health Organization), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO
yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik,
mental maupirn sosial yang ditandai dengan udak adanya gangguan-gangguan atau
simtom-simtom penyakit, seperti keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds,
dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994).
Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan
perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan
kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat
menopang kesehatan seseorang, di antaranya;
1. makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak
termasuk snack);
2. perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein,
vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma;
3. melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan
kegiatan olahraga;
4. pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam;
5. membiasakan diri untuk tidak merokok;
6. membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat7.

obatan);
tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi {daging
sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi).
Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya

akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak
melakukannya. Para tokoh terkenal di dunia (dalam Liwijaya-Kuntaraf & Kuntaraf,
1995), yang hidup sehat dan berumur panjang, di antaranya Mahataia Gandhi (tokoh

24

kemerdekaan India), Benyamin Franklin (tokoh keinerdekaan Amerika Serikat), Albert


Einstein (penemu teori relativitas sehingga memunculkan bom atom), Martin Luther
(reformator Gereja Protestan), Leonardo da Vinci (pelukis dan pemahat abad ke-13),
Isac Newton (ilmuwan flsika dari higgris}, Charles Darwin (tokoh penemu teori
evolusi), dan Francis Voltaire (filsuf dari Francis), umumnya menjalankan rahasia hidup
sehat dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-mayur (vegetarian)
dan menghindari makan-makanan dari daging-dagingan.
b. Perilaku dan Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola
kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi
pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung
memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb
(dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi suatu
penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni:
Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan
dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau
menanggulangi ganggu-an penyakitnya.
Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna
memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.
Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses
penyembuhan dari rasa sakitnya.

4. Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal

25

Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan


keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama
mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih
tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan
bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya
yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab
dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang
lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai
penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu,
seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia
pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut,
akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
a. Teori Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995)
mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu:
(1) dimensi perkembangan mental kualitatif (qualitative mental dimensions] dan
(2) dimensi perkembangan mental kuantitatif (quantitative mental dimensions}.

Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)

26

Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai


seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu
yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa
remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang
membedakan adalah bagaimana kemampu-an individu dalam memecahkan suatu
masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara memahami suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu
permasalahan yang tersurat pada tuHsan dan belum memahami sesuatu yang tersirat
dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini
merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya.
Sementara itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya
mencapai taraf operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (postformal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal
(dialectical thought], yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mencari
titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiranpemikir-an yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu
menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam
Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja,
sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu
mencari intisari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran
baru.
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip
dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa
post-formal berikut ini.

a. Shifting gears

27

Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran


abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu
bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu
menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis
yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti,
This might work on paper but not in real life.
b. Multiple causality, multiple solutions
Seorang individu mampu memahami suatu masalah udak disebabkan satu
faktor, tetapi

berbagai

faktor

(multiple

factors).

Karena

itu,

untuk

dapat

menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif


solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku
(rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal
dengan istilah, Lets try it your way, if that doesnt work, we can try my way.
c. Pragmatism
Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu
menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu
masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada
tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini,
individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesai- an masalah
bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat
untuk masa pragmatisme ini adalah, If you want the most practical solution, do this. If
you want the quickest solution, do that.

d. Awareness of paradox

28

Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering


kali ia me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil
suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks
(kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang
saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu
keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri
sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri,
tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan
merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena
itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus
melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan,
Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the
end.
Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan
mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka
secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar
tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar
belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status
social ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang
pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan
tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kuanntauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf
pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak
menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan
demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.
b. Tipe-Tipe Intelektual

29

Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para


ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan
ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence),
fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995).
1. Inteligensi krista
adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu,
dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia
pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal
comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif
(inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari
pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal.
Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretispraktis (text book thinking).

2. Fleksibilitas kognitif
adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran
yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas
reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan
memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorongan biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya
mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan
ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan
menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai
prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

30

3. Fleksibilitas Visuamotor
adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal
yang lebih sulit, yang memerlukan aspek kemampuan visual /motoric (penglihatan,
pengamatan, dan keterampilan tangan).
4. Visualisasi
yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.misalnua,bagaimana
individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks.
E. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL MASA DEWASA ASAL
1.Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda
Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai
taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam
pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan
dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan
pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap hams
memperhaukan orang tua yang makin tua.
Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan
hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner
dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di
antaranya:
(a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup
(b) membina kehidupan rumah tangga
(c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan

31

(d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab.


a) Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki
kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu
mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi
persyaratan yang syah(perkawinan resmi)
b) Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa
muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup
panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu
tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah
menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah
Umum), akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah
menyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih
karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka
sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua.
Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus
dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru.
Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina, dan
mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai
kebahagiaan hidup. Mereka harm dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan
pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan, membesarkan,
mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan
baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
c) Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah
Tangga

32

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau


universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan
keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa
cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat
kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera.
Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu,
pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan
dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan
dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa
dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang
menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman
sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan
mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang
makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu
melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an
yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut,
mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman
hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk
membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria
usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan
hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

d) Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab

33

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup
tenang, damai, dan baliagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik
adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang
ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti
(1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat
paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri)
(2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor,
pajak penghasilan)
(3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar
tidak ter-cela di mata masyarakat, dan
(4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam
kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan
sebagainya).
Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi
seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang
tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendu^ selibat), mungkin tidak
mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu mencari pasangan hidup dan bagian B
membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap
orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.
BAB III
A.Perkembangan Psikologi Usia Dewasa Madya (setengah baya)
Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja.
Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal
fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.

34

Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanakkanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam
peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya
perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku
dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada
masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya
bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang
menyertainya adalah sama yaitu swalah tingkah, canggung dan kadang-kadang
bingung .
1.Karakteristik Usia Madya
a. Usia Madya Merupakan Periode yang Sangat Ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih
terasa menakutkan. Oleh karena itu orang dewasa tidak akan mau mengakui bahwa
mereka telah mencapai usia tersebut. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk
takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak
menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan
mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi kehidupan serta
berbagai tekanan tentang pentingnya masa muda. Mereka ketakutan pada usia madya
dalam kehidupan mereka, kebanyakan orang dewasa menjadi rindu pada masa muda,
mereka dan berharap akan kembali ke masa itu.

b. Usia madya merupakan masa transisi


Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan
masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam

35

kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru. Seperti yang telah
diuraikan, bahwa periode ini merupakan masa dimana pria mengalami perubahan
keperkasaan dan wanita daam kesuburan. Transisi senantiasa merupakan penyesuaian
diri terhadap minat, nilai, dan pola perilaku yang baru. Pada usia madya, cepat atau
lambat, semua orang dewasa harus melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan
jasmani dan harus menyadari bahwa pola perilaku pada usia mudanya harus diperbaiki
secara radikal mendasar.
c. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap
peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan
fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa
stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah,
bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
d. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi usia berbahaya ini berasal dari kalangan pria yang
ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa
usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal
lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik
sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun
kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di
kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di
kalangan pria.

e. Usia madya adalah usia canggung


Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga
pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.

36

f. Usia madya adalah masa berprestasi


Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik
generativitas/kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan
untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan
menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu
apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang
kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag
(atau menetap) pada hidupnya.
g. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah
logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi
tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya
teman dan keluarga-keluarga dekat.
h. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria
dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke
persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian,
profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap
usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria
dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek
yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan
wanita menyatakan sikap pada usia tua.

i. Usia madya merupakan masa sepi


Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya
anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga

37

orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian
dengan kepergian mereka.
j. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni
pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari
dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang
menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak
mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang
membuat mereka merasa jenuh.
2.Bahaya Personal (Pribadi) dan Sosial bagi Orang Dewasa Madya
Bahaya sosial dan pribadi yang paling besar bagi mereka yang berusia madya
timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang
kebudayaan bahwa orang usia madya biasanya mulai gemuk dan botak. Karena
kurangnya informasi ilmiah tentang usia madya, banyak kepercayaan tradisional dan
budaya klise tetap dipegang. Akibatnya, perilaku mereka menjadi serius.
Akan tetapi, selama penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial dapat menerima
kepercayaan tradisional dan budaya yang klise tersebut, orang tidak semata-mata
mengartikan hal tersebut sebagai bahaya saja. Beberapa bahaya sosial dan pribadi
dianggap penting sehingga orang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.

a. Bahaya Personal
1) Diterimanya kepercayaan tradisional

38

tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam


terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring bertambahnya usia. Seseorang
yang mengalami menopause misalnya sering disebut sebagai masa kritis (critical
period), kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu, seperti
dikatakan oleh Parker (1980)
Masa tersebut membawa implikasi yang berbahaya, karena mejadikan wanita
merasa bahwa kesehatannya, kebahagiaanya, hidupnya merasa hancur dan merasa
paling berbahaya. Tidak secara langsung hal itu mengatakan bahwa situasi menopause
bukan saja masa kritis yang dapat dengan tiba-tiba menghilang, tetapi merupakan
periode yang terasa amat panjang dengan jaminan keselamatan yang sangat minim,
dimana setiap saat dapat jatuh ke dalam jurang kehancuran mental atau penyakit jiwa
yang serius.
2) Idealisasi Anak Muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang
pengelompokan usia dalam pola perilaku umum. Seperti anak menjelang akil balik,
mereka juga tidak mau dibatasi perilakunya. Begitu juga orang berusia madya, mereka
juga tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak berasal dari
pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu
mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang
tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia
madya menderita biasa atau lebih serius seperti yang dijelaskan oleh streincrohn (1992).
Wanita yang mempunyai kemampuan penyesuaian diri paling buruk adalah
mereka yang sering terikat dengan pentingnya faktor penampilan yang keremajaremajaan dan mengagumi keperkasaan. Apabila mereka dipaksa untuk mengaca diri
bahwa mereka tidak menarik seperti dulu lagi, sehingga mereka tidak lagi dapat
menarik perhatian pria ungkin mereka berontak sebagai orang yang berusia madya.

39

Apabila penyesuian diri dalam usia madya tidak bagus, yang biasanya ditandai
dengan keluhan dan penolakan yang terus menerus terhadap perubahan fisik yang tidak
dapat dihindari karena faktor usia, maka orang secara intensif tertarik pada dandanan
dan pakaian. Baimpria maupun wanita pada umumnya berkonsentrasi pada pemilihan
pakaian yang dapat menimbulkan kesan bahwa ia nampak lebih muda dibandingkan
sebelumnya.
3) Perubahan Peran
Mengubah peran bukanlah masalah mudah, terutama setelah seseorang telah
memainkan peran tertentu selama periode waktu yang relatif lama dan telah belajar
memperoleh kepuasan dari peran tersebut. Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa terlalu
berhasil dalam suatu peran nampaknya dapat mengakibatkan kekakuan sehingga proses
penyesuaian terhadap peran lain akan menjadi sulit. Untuk dapat menyesuaikan dengan
baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat berbuat seperti yang dikatakan oleh
Havighurst : menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu
dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain.
4) Perubahan Keinginan dan Minat
Bahaya besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena
ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat
ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik.
Mereka mau tidak mau harus mencoba untuk mencari dan mengembangkan keinginan
baru sebagai pengangganti keinginan lama yang biasa dilakukan, atau jauh hari sebelum
masa madya tiba mereka telah mengembangkan keinginan baru tersebut yang cukup
menarik sehingga dapat membebaskannya dari perasaan tertekan dan tidak enak karena
kehilangan keinginan yang biasanya dilakukan. Apabila hal ini tidak dilakukan mereka
akan merasa bosan dan bingung karena mereka tidak tahu bagaimana cara
memanfaatkan waktu yang begitu banyak. Seperti seorang dewasa yang menjadi bosan
pada waktu mereka harus mencari berbagai kegiatan dan keinginan untuk mengisi
waktu yang begitu banyak.

40

5) Simbol status
Kebanyakan dewasa madya memiliki respon yang besar terhadap simbol status,
hal tersebut merupakan tanda betapa besar keinginan seorang untuk memperoleh
symbol status. Sikap seperti ini dapat menimbulkan percekcokan dengan keluarga, dan
bersikap tidak menyenangkan. Karena ia sadar hal itu tidak mungkin ia peroleh.
6) Aspirasi yang tidak Realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang
apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses
penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai
tujuan tersebut. Sikap tidak realistis ini sering merupakan faktor bawaan sejak masa
remaja. Bahaya ini merupakan efek langsung bagi pria, sedangkan bagi kaun wanita
merupakan efek tidak langsung apabila suaminya gagal atau tidak mampu untuk
mencapai cita-cita yang diinginkan. Walaupun wanita cenderung mempunyai aspirasi
yang lebih realistis dibanding pria, ia mungkin sadar bahwa tidak mungkin untuk
mencapai cita-cita nya karena waktu yang berlalu begitu cepat. Kegagalanuntuk
mencapai setiap cita-cita dan keinginan menimbulkan perasaan tidak enak dan rendah
diri, yaitu perasaan yang biasanya dapat mengakibatkan kegagalan yang semakin parah.
b.

Bahaya Sosial
Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian social pada masa

usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa secara bertahap sejak seseorang masih muda,
terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya
menyapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian social
dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan bahaya, karena semakin
bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain, terutama
orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan
keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan

41

penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai warga
Negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga
mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian socialnya.
3.Tugas Perkembangan Masa Dewasa Madya
Menurut Erikson
Tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah mencapai generatifitas
(Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk merawat dan membimbing orang
lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas dengan anak-anaknya melalui
bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi berikutnya. Jika dewasa tengah gagal
mencapai generatifitas akan terjadi stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang
berlebihan pada dirinya atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
Menurut Havighurst
Tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada
fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka
akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang
tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulita.
Masa Usia Dewasa Madya
1. Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
2. Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
3. Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab
dan berbahagia
4. Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
5. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
6. Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.
7. Menyesuaikan diri dengan orang tua yang telah lansia.

42

4.Dinamika Perkembangan Fisik Masa Dewasa Madya


Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan,
dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk
mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis.
Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip
oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya
lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih
muda atau tua.
Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda
penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun,
tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya
perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang.
Beberapa Perubahan Fisik yang Terjadi pada Masa Dewasa Madya antara lain:
1. Timbulnya Uban.
2. Kulit mulai keriput.
3. Gigi yang menguning.
4. Tubuh semakin lama semakin pendek karena otot-otot melemah.
5. Punggung orang dewasa melemah kerena piringan sendi di tulang belakang
mengalami penurunan.
6. Tulang-tulang bergeser lebih dekat antara yang satu dengan yang lainnya, misalnya,
seorang laki-laki yang tingginya 5 kaki 10 inci pada usia 30 tahun barang kali akan
menjadi 5 kaki 9 7/8 inci di usia 50 tahun, dan mungkin akan menjadi 5 kaki 9 1/4 pada
usia 60 tahu.
7. Sulit melihat objek-objek yang dekat. Daya akomondasi mata, kemampuan untuk
memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina mengalami penurunan paling
tajam pada usia 40 dan 59 tahun.
8. Penurunan pada sensitivitas pendengaran.
9. Menopause. pada usia dewasa madya ini mereka akan mengalami periode

43

menopaose, dimana pada periode ini haid dan kemampuan bereproduksi akan berhenti
secara keseluruhan, sehingga dapat menyebabkan gejala yang tidak menyenangkan bagi
wanita, seperti hot flushses, mual, letih, dan cepatya denyut jantung. hal ini disebabkan
oleh menurunnya produksi hormon estrogen oleh indung telur.
10. Penurunan kebugaran fisik. masalah kesehatan utama pada masa dewasa madya
antara lain penyakit kanker, kardivaskuler, dan obesita.
5.Perkembangan Kognitif
Pada tahap Formal Operasional :
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir
puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua
hal berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola
pemikiran ini.
Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan
universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki
masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat
melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik
fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan
hidupnya.
Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih
dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai
hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat
suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapatpendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan
relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
6.Penyesuaian Diri Terhadap PerubahanFisik Masa Dewasa madya
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada masa dewasa madya terasa agak

44

sulit. Hal ini dikarenakan adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang
menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang
menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama pada tahun-tahun
selanjutnya.
Perubahan fisik yang terjadi pada masa dewasa madya yang menyebabkan
individu perlu melakukan penyesusaian padanya, antara lain:
1. Perubahan dalam penampilan
2.Perubahan dalam kemampuan indra
3. Perubahan pada keberfungsian fisiologis
4.Perubahan pada kesehatan
5.Perubahan seksual

BAB IV
A.Perkembangan Psikologi Dewasa Akhir

45

1.Pengertian Masa Dewasa Akhir


Masa dewasa akhir merupakan periode penutup dimana seseorang individu telah
mencapai kematangan dalam proses kehidupan, serta telah menunjukkan kemunduran
fungsi organ tubuh sejalan dengan berjalannya waktu. Masa ini dimulai saat seseorang
mulai berusia 60 tahun ke atas. Saat seseorang mulai memasuki masa dewasa akhir,
maka akan terlihat gejala penurunan fisik, psikologis, dan intelektual. Proses inilah yang
disebut dengan istilah proses menua (lansia).
Berikut beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian masa dewasa akhir
(masa tua) :

Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995), masa tua adalah

suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.


Menurut Constantinides (1994), pada masa lanjut usia akan terjadi proses
menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak dapat

bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi


Menurut Erik Erikson (1968), masa dewasa akhir memasuki tahap integrity vs
despair, yaitu kemampuan perkembangan lansia dalam mengatasi masalah
psikososialnya.
Integritas (integrity) penting dalam menghadapi kehidupan dengan puas dan

bahagia. Hal ini berdampak pada hubungan sosial dan produktifitasnya yang puas.
Lawannya adalah keputusasaan (despair), yaitu rasa takut mati dan hidup terlalu
singkat. Beberapa cara menghadapi krisis di masa dewasa akhir adalah tetap produktif
dalam peran sosial, gaya hidup sehat, dan kesehatan fisik.
Akibat perubahan fisik yang semakin menua, maka perubahan ini akan sangat
berpengaruh terhadap peran dan hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan
begitu, seseorang secara bertahap mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya
karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan inilah yang mengakibatkan
interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Sehingga hal ini secara perlahan mulai mengakibatkan terjadinya kehilangan dalam

46

berbagai hal, yaitu kehilangan peran di tengah masyarakat, hambatan kontak fisik, dan
berkurangnya komitmen.
Menurut Erikson, perkembangan psikososial pada masa dewasa akhir di tandai
dengan tiga gejala penting, yaitu keintiman, generatif, dan integritas.
2.Perkembangan Keintiman
Keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan memperhatikan orang lain
dan berbagi pengalaman dengan mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin
hubungan intim dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson, pembentukan
hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang
memasuki masa dewasa akhir.

3.Perkembangan Generatif
Generatifitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh yang dialami
individu selama masa dewasa menengah menurut Erikson. Ketika seseorang mendekati
usia masa dewasa akhir, pandangan mereka mengenai jarak kehidupan cenderung
berubah. Mereka tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa anakanak seperti cara anak muda memandang kehidupan, tetapi mereka mulai memikirkan
mengenai tahun yang tersisa untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang
membangun kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas, menentukan apa
yang penting untuk dilakukan dalam waktu yang masih tersisa.
4.Perkembangan Integritas
Integritas merupakan tahap perkembangan psikososial menurut Erikson yang
terakhir. Integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu keadaan yang dicapai seseorang
setelah memelihara benda-benda, orang-orang, produk-produk, dan ide-ide, serta
berhasil melakukan penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan
dalam kehidupannya. Lawan dari integritas adalah keputusasaan dalam menghadapi

47

perubahan-perubahan siklus kehidupan individu terhadap kondisi-kondisi sosial dan


historis, ditambah dengan kefanaan hidup menjelang kematian.
Tahap integritas ini dimulai kira-kira usia sekitar 65 tahun, dimana orang-orang
yang tengah berada pada usia itu sering disebut sebagai usia tua atau orang lanjut usia.
Usia ini banyak menimbulkan masalah baru dalam kehidupan seseorang. Meskipun
masih banyak waktu luang yang dapat dinikmati, namun karena penurunan fisik atau
penyakit yang melemahkan telah membatasi kegiatan dan membuat orang tidak merasa
berdaya. Terdapat beberapa tekanan yang membuat orang usia tua ini menarik diri dari
keterlibatan sosial:

Ketika masa pensiun tiba dan lingkungan berubah, orang mungkin lepas dari

peran dan aktifitas selama ini;

Penyakit dan menurunnya kemampuan fisik dan mental, membuat ia terlalu

memikirkan diri sendiri secara berlebihan;

Orang-orang yang lebih muda disekitarnya cenderung menjauh darinya; dan

Pada saat kematian semakin mendekat, orang seperti ingin membuang semua hal

yang bagi dirinya tidak bermanfaat lagi.


B.Perkembangan Fisik Pada Masa Dewasa Akhir
Perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut, membawa penurunan fisik
yang lebih besar dibandingkan dengan periode-periode usia sebelumnya. Kita akan
mencatat rentetan perubahan-perubahan dalam penurunan fisik yang terkait dengan
penuaan dan penekanan pentingnya perkembangan-perkembangan baru. Berikut ini
adalah beberapa penurunan dan hilangnya fungsi tubuh dalam hal fisiologis
perkembangan masa dewasa akhir atau usia lanjut yang kadangkala dapat diperbaiki.
1. Otak dan Sistem Saraf
Saat kita tua, kita kehilangan sejumlah neuron, unit-unit sel dasar dari sistem
saraf. Beberapa peneliti memperkirakan kehilangan neuron mungkin sampai 50%
selama tahun-tahun dewasa. Walaupun penelitian lain percaya bahwa kehilangan itu
lebih sedikit dan penyelidikan yang tepat terhadap penelitian hilangnya neuron belum
dibuat di dalam otak.

48

Barangkali penyelidikan yang lebih masuk akal adalah bahwa 5-10% dari neuron kita
akan berhenti tumbuh sampai kita mencapai usia 70 tahun. Setelah itu, hilangnya neuron
akan lebih cepat. Aspek yang signifikan dari proses penuaan adalah bahwa neuronneuron itu tidak mengganti dirinya sendiri. Meskipun demikian, otak dapat cepat
sembuh dan memperbaiki kemampuannya dan hanya kehilangan sebagian kecil dari
kemampuannya untuk bisa berfungsi di masa dewasa akhir.
2. Perkembangan Sensori
Perubahan sensori fisik pada masa dewasa akhir melibatkan indera penglihatan,
pendengaran, perasa, pembau, dan indera peraba. Pada masa dewasa akhir, penurunan
indera penglihatan bisa mulai dirasakan dan terjadi mulai awal masa dewasa tengah.
Adaptasi terhadap gelap lebih menjadi lambat, yang berarti bahwa orang-orang lanjut
usia membutuhkan waktu yang lama untuk memulihkan kembali penglihatan mereka
ketika keluar dari ruangan yang terang menuju ke tempat yang agak gelap. Penurunan
penglihatan ini biasanya dari pengurangan kualitas dan intensitas cahaya yang mencapai
retina. Di puncak usia tua, perubahan ini mungkin disertai oleh perubahan-perubahan
kemunduran dalam retina yang menyebabkan beberapa kesulitan dalam penglihatan.
Meskipun pendengaran dapat dimulai pada masa dewasa tengah, hal itu biasanya
tidak banyak membawa kesulitan sampai masa dewasa akhir. Pada saat itu, banyak
sekali alat bantu pendengaran yang bisa dipakai untuk bantuan pendengaran. Tuli
biasanya disebabkan oleh kemunduran selaput telinga, saraf penerima-penerima suara
didalam telinga. Selain berkurangnya penglihatan dan pendengaran,orang pada masa
dewasa akhir juga mengalami penurunan dalam kepekaan rasa dan bau. Kepekaan
terhadap rasa pahit dan asam bertahan lebih lama dibandingkan dengan rasa manis dan
asin.
3. Sitem Peredaran Darah
Tidak lama berselang, terjadi penurunan jumlah darah yang dipompa oleh
jantung dengan seiringnya pertambahan usia sekalipun pada orang dewasa yang sehat.
Bagaimanapun juga, kita mengetahui bahwa ketika sakit jantung tidak muncul, jumlah
darah yang dipompa sama tanpa mempertimbangkan usia pada masa dewasa.

49

Kenyataannya para ahli penuaan berpendapat bahwa jantung yang sehat dapat menjadi
lebih kuat selama kita menua dengan kapasitas meningkat, bukan menurun.
4. Sistem Pernafasan
Kapasitas akan menurun pada usia 20-80 tahun sekalipun tanpa penyakit. Paruparu kehilangan elastisitasnya, dada menyusut, dan diafragma melemah. Meskipun
begitu, berita baiknya adalah bahwa orang dewasa akhir dapat memperbaiki fungsi
paru-paru dengan latihan-latihan yang memperkuat diafragma.
5. Seksualitas
Penuaan menyebabkan beberapa perubahan penurunan dalam hal seksualitas
manusia, lebih banyak terjadi pada laki laki daripada perempuan. Orgasme menjadi
lebih jarang pada laki laki yang terjadi dalam setiap 2-3 kali hubungan seksual, bukan
setiap kali. Rangsangan yang lebih langsung biasanya dibutuhkan untuk ereksi.
Sekalipun hubungan seksual terganggu oleh kelemahan, relasi lainnya harus
dipertahankan diantara kedekatan sensualitas dan nilai sebagai seorang pria maupun
wanita.
C. Perkembangan Kognitif Pada Masa Dewasa Akhir
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial dalam
studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah kemampuan kognitif orang
dewasa seperti memori, kreativitas, intelegensi, dan kemampuan belajar, paralel dengan
penurunan kemampuan fisik. Pada umumnya orang percaya bahwa proses belajar,
memori,

dan

intelegensi

mengalami

pemerosotan

bersamaan

dengan

terus

bertambahnya usia.
Kecepatan dalam memproses informasi mengalami penurunan pada masa dewasa akhir.
Selain itu, orang-orang dewasa lanjut usia juga kurang mampu mengeluarkan kembali
informasi yang telah disimpan dalam ingatannya. Kecepatan memproses informasi
secara perlahan-lahan memang akan mengalami penurunan pada masa dewasa akhir,
namun faktor individual differences juga berperan dalam hal ini. Nancy Denney (1986)
menyatakan bahwa kebanyakan tes kemampuan mengingat dan memecahkan masalah,
mengukur bagaimana orang-orang dewasa lanjut usia melakukan aktifitas-aktifitas yang
abstrak dan sederhana.

50

Ada tiga komponen penting yang berpengaruh terhadap fungsi kognitif individu
berusia lanjut, antara lain sebagai berikut.
1.Pendidikan
Fasilitas pendidikan semakin tahun memang semakin meningkat, sehingga
generasi sekarang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik
daripada generasi sebelumnya. Pengalaman-pengalaman di dunia pendidikan, ternyata
berkorelasi positif dengan hasil skor pad tes-tes inteligensi dan tugas-tugas pengolahan
informasi atau ingatan (Verhaegen, Marcoen & Goossens, 1993). Dinegara-negara maju,
beberapa lansia masih berusaha untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi. Alasanalasan yang dikemukakan antara lain:
1.

Ingin memahami sifat dasar penuaan yang dialaminya;

2.

Ingin mempelajari perubahan sosial dan teknologi yang dirasakan memengaruhi

kehidupannya;
3.

Ingin menemukan pengetahuan dan mempelajari keterampilan-keterampilan

yang relevan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan masyarakat dan tuntutan


pekerjaan, agar tetap dapat berkarier secara optimal dan mampu bersaing dengan
generasi sesudahnya;
4.

Ingin mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat, serta sebagai bekal untuk

mengadakan penyesuaian diri dengan lebih baik pada masa pensiunnya.


2.Pekerjaan
Searah dengan kemajuan teknologi, biasanya orang-orang dewasa lanjut usia
dengan kompetensi yang dimiliki, cenderung bekerja dengan jenis pekerjaan yang
belum mengarah ke orientasi kognitif seperti generasi sesudahnya. Hal ini
mengakibatkan banyak tenaga dewasa lanjut usia yang harus tersingkir dari dunia kerja
karena tidak mampu lagi bersaing dengan generasi yang berikutnya.
3.Kesehatan
Dari hasil penelitian, kondisi kesehatan berkorelasi positif dengan kemampuan
intelektual individu (Hultsch, Hammer & Small, 1993). Seperti hasil penelitian yang
menemukan bahwa hipertensi ternyata berkorelasi dengan berkurangnya daya guna
individu berusia di atas 60 tahun pada tes WAIS (Wilkie & Eisdorfer, 1971). Semakin

51

tua, semakin banyak masalah kesehatan yang dihadapi (Siegler & Costa, 1985). Jadi,
beberapa penurunan kemampuan intelektual yang ditemukan pada orang-orang dewasa
lanjut usia sangat mungkin disebabkan oleh faktor-faktor yang terkait dengan kesehatan
daripada faktor usia semata.
Gaya hidup individu juga berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisiknya.
Pada satu penelitian, ditemukan bahwa ada hubungan antara aktifitas olahraga dengan
kecakapan kognitif pada subyek pria dan wanita berusia 55-91 tahun (Clarkson, Smith
& Hartley, 1989). Orang-orang yang giat berolahraga memiliki kemampuan penalaran,
ingatan, dan waktu reaksi lebih baik daripada mereka yang kurang atau tidak pernah
berolahraga.
Penelitian berikutnya, (Park, 1992; Stones & Kozman, 1989) menyetujui bahwa
olahraga merupakan faktor penting untuk meningkatkan fungsi-fungsi kognitif pada
orang dewasa lanjut usia. Yang harus diperhatikan dalam aktifitas berolahraga pada
masa dewasa akhir adalah pemilihan jenis olahraga yang akan dijalani harus disesuaikan
dengan usia subyek, dalam arti kondisi fisik individu tersebut.
D. Perkembangan Sosioemosi Pada Masa Dewasa Akhir
Pada masa lalu, diduga kerusakan mental yang tidak dapat dihindari juga diikuti
oleh kerusakan fisik. Menurunnya kondisi fisik yang menunjang kerusakan mental telah
ditunjukan dengan fakta bahwa perlakuan terhadap hormon seks pada wanita berusia
lanjut dapat meningkatkan kemampuan berpikir, mempelajari bahan baru, menghafal,
mengingat, dan meningkatkan kemauan untuk mengeluarkan energi intelektual. Pada
pihak lain, beberapa kondisi patologis seperti tekanan darah tinggi, mengarah pada
hilangnya kemampuan intelektual pada usia lanjut meskipun menurut Wilkie dan
Eisdorfer bahwa gangguan-gangguan semacam itu bukan merupakan bagian dari proses
penuaan yang normal (Hurlock, 1980).

Teori-teori sosial mengenai penuaan menurut Santrock (2012) yang menonjol,


yaitu:
1. Teori Pemisahan (disangagement theory)

52

Teori pemisahan menyatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut usia secara


perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry (2002) dalam
Santrock).Menurut teori ini, orang-orang dewasa lanjut atau lebih dikenal dengan masa
lansia mengembangkan suatu kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preoccupation),
mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan
ketertarikan terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Jadi, penurunan interaksi
sosial dan peningkatan kesibukan terhadap dirinya sendiri dianggap mampu
meningkatkan kepuasan hidup di kalangan orang-orang dewasa lanjut usia, rendahnya
semangat juang akan mengiringi aktifitas yang tinggi, dan pemisahan tidak dapat
dihindari bahkan dicari-cari oleh orang usia lanjut. Akan tetapi, serangkaian penelitian
gagal mendukung penelitian ini (Maddox, 1968; Neugarten,Havighurst,& Tobin, 1968;
Reichard, Levson,& Peterson, 1962). Ketika individu terus hidup secara aktif, energik,
dan produktif sebagai orang dewasa lanjut usia, kepuasan hidup mereka tidak menurun
dan sering kali tetap meningkat.
2. Teori Aktifitas (activity theory)
Teori aktifitas menyatakan bahwa semakin orang-orang dewasa lanjut usia aktif
dan terlibat dalam sesuatu, semakin kecil kemungkinan mereka merasa menjadi renta
dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Menurut
teori ini, individu-individu seharusnya melanjutkan peran-peran masa dewasa tengahnya
disepanjang masa dewasa akhir. Jika peran-peran itu diambil dari mereka seperti dalam
PHK, penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang memelihara
keaktifan dan keterlibatan mereka di dalam aktifitas-aktifitas kemasyarakatan.
3. Teori Rekonstruksi Gangguan Sosial (social breakdwown-reconstruction
theory)
Teori rekonstruksi gangguan sosial menyatakan bahwa penuaan dikembangkan
melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif
tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut usia yang tidak memadainya
penyediaan layanan untuk mereka. Rekonstruksi sosial dapat terjadi dengan mengubah
pandangan dunia sosial dari orang-orang pada masa dewasa akhir dan dengan
menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguan sosial dimulai dengan

53

pandangan dunia sosial yang negatif dan diakhiri dengan identifikasi, serta pemberian
label seseorang sebagai individu yang tidak mampu.
Seberapa besar penurunan kemampuan mental pada masa dewasa akhir? Ada
yang penting untuk diketahui bahwa menurunnya kemampuan mental yang
berhubungan dengan usia lanjut mungkin tidak sepopuler yang diduga orang atau
seperti yang dilaporkan oleh hasil studi terdahulu. Dalam beberapa hal, untuk
penurunan mental yang kelihatan, ternyata menyertai pertambahan usia.
Sebagai tambahan,selama diketahui bahwa kecepatan bergerak menurun secara
bertahap sesuai dengan pertambahan usia, maka tes terhadap kemampuan mental yang
menekankan pada elemen waktu dianggap tidak sesuai bagi orang dewasa lanjut usia.
Karena adanya bukti-bukti yang saling bertentangan dengan dewasa ini tentang
menurunnya kemampuan mental. Perubahan mental pada orang dewasa lanjut usia
adalah sebagai berikut.
1. Belajar
Orang yang berusia lanjut lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu
yang lebih banyak untuk dapat mengintegrasikan jawaban mereka, kurang mampu
mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa
lalu, dan hasilnya kurang tepat dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
2. Kreatifitas
Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi orang
dewasa lanjut usia cenderung berkurang. Dengan demikian, prestasi kreatifitas dalam
menciptakan hal-hal penting dalam orang-orang berusia lanjut secara umum relatif
berkurang dibandingkan dengan mereka yang lebih muda.
3. Berpikir dan Memberi Argumen
Secara umum terdapat penurunan kecepatan dalam mencapai kesimpulan, baik
dalam alasan induktif maupun deduktif. Sebagian dari hal ini merupakan hasil dari sikap
yang terlalu hati-hati dalam mengungkapkan alasan yang gradasinya cenderung
meningkat dengan bertambahnya usia seseorang.
4. Rasa Humor

54

Pada umumnya, mereka kehilangan rasa humor. Pendapat ini benar karena
dalam kemampuan mereka untuk membaca komik dan hal-hal lain yang menyenangkan
berkurang, dan perhatian terhadap komik yang dapat mereka baca bertambah dengan
bertambahnya usia.
5. Mengenang
Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi pada masa lalu
meningkat. Semakin senang seseorang dalam menjalani masa dewasa akhir, semakin
kecil waktu yang digunakan untuk mengenang masa lalu dan sebaliknya.
6. Ingatan
Orang dewasa lanjut usia pada umumnya cenderung lemah dalam mengingat
hal-hal baru yang baru dipelajari. Sebagian dari ini disebabkan oleh fakta bahwa mereka
tidak selalu termotivasi dengan kuat untuk mengingat-ingat sesuatu, sebagian
disebabkan oleh kurangnya perhatian, dan juga pendengaran yang kurang jelas.
7. Mengingat Kembali
Banyak dipengaruhi oleh faktor usia dibandingkan dengan pemahaman terhadap
obyek yang ingin diungkapkan kembali. Banyak orang berusia lanjut yang
menggunakan tanda-tanda, terutama simbol visual, suara, dan gerak (kinestetik) untuk
membantu mereka untuk mengingat kembali.
8. Kekerasan Mental
Kekerasan mental sangat tidak universal bagi orang dewasa lanjut usia. Orang
yang pada masa dewasa akhir cenderung semakin tampak terjadi kekerasan mental
seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dikarenakan pada usia lanjut, mereka sudah
lambat dan susah untuk belajar daripada yang sudah dikerjakan sebelumnya.
Tidak ada usia tertentu yang dianggap sebagai awal mula terjadinya penurunan
mental dan tidak ada pola khusus dalam penurunan mental yang berlaku untuk semua
orang. Ketika orang-orang dewasa lanjut mengikuti pencarian stimulasi mental yang
tepat, dan memiliki relasi dan dukungan sosial yang baik, maka perkembangan masa
dewasa akhir mereka akan berhasil. Penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan
keterampilan pemecahan masalah terjadi.

55

DAFTAR PUSTAKA
Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. 2001. Psikologi Perkembangan: Pengantar
dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

56

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Santrock.2007. Perkembangan Anak.Jilid 1.Jakarta: Erlangga
Santrock.2002. Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jilid 2. Jakarta:
Erlangga
Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional
Julius dkk. 1989. Melangkah Menuju Kedewasaan. Yogyakarta: Kanisius
Ayu, Ida. Jurnal: Perbedaan Sikap Terhadap Perilaku Seks Maya Berdasarkan Jenis
Kelamin

pada

Dewasa

Awal.

Fakultas

Psikologi,

Universitas

Gunadarma:

dayu_sarasvaty@yahoo.com
Qalbinur.

Periodesasi

Perkembangan

Masa

Dewasa

Awal.

http//qalbinur.wordpress/2009/03/27.
Hubungan Sikap terhadap Penundaan Usia Perkawinan dengan Intensi Penundaan
Usia Perkawinan: http/www.averroes.or.id / 2009/03/21
Nurul. Dewasa Dini.http/www.nurul.or.id/2009/02/23
Sari Dewi, Ika. 2006.Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja.
Medan: Jurusan Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni 2005
Jurnal Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Desember 2005

57

Dikutif dari Psikologi Orang Dewasaoleh Andi Mappiare, hal 20 dan Psikologi
Perkembangan oleh Elizabeth E. Hurlock. Hal 246-252
Ida Ayu Putri. Perbedaaan sikap terhadap perilaku seks maya berdasarkan jenis kelamin
pada

dewasa

awal.

Fakultas

Psikologi

Universitas

Gunadarma

dayu_sarasvaty@yahoo.com.
Jurnal. Hubungan Sikap Terhadap Penundaan Perkawinan Dengan Intensi Penundaan
Usia Perkawinan. http//www.averroes.or.id.(03.12.2009)
Dalam jurnal Kesiapan Menikah pada Wanita Dewasa Awal yang Bekerja. Ika Sari
Dewi. 2006: USU
Jurnal. Kemandirian Mahasiswi UIN Suska Riau Ditinjau dari Ksetaraan Gender. Oleh
Hirmaningsih, S.Psi. Fakultas Psikologi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 1, Juni
2005
Ibid. Perkembangan Identitas Diri dalam Area Agama pada Remaja Akhir.Oleh
Mukhlis. Fakultas Psikoogi UIN Suska Riau. Volume 1, Nomor 2, Desember 2005
Ibid. Hubungan Antara Sikap Terhadap Aspek Kehalalan dengan perilaku Membeli
produk Makanan dan Minuman Halal pada Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN SUSQA
Pekanbaru. Oleh Reni Susanti dkk, Fakultas Psikologi UIN Suka Riau. Volume 1,
Nomor 1, Juni 2005
Dalam jurnal.Ibid.
Dalam Op Cit. hal 31-32
Op Cit. Hal 36
Agoes Dariyo.2003, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda,Jakarta;PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia

58

Drs.Johan W Kandau.1991,Psikologi Umum,Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama


B.P Dwi Riyanti dan Hendro Prabowo.1998,Psikologi Umum,Jakarta;Universitas
Gunadarma Press
Elizabeth B. Hurlock;Psikologi Perkembangan.
Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta :
Erlangga.
https://coretanyessyazwarni.wordpress.com/2013/12/23makalah-psikologiperkembangan-peserta-didik-tentang-perkembangan-pada-masa-dewasa-madya/
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE - 110k diakses pada minggu, 27 April 2014.
B. Hurlock, Elizabeth, 1987, Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga
Papalia, Diane E., Old, Sally Wendkos, & Feldman, Ruth Duskin, 2008, Human
Development (Psikologi Perkembangan), Jakarta : Kencana

59

Anda mungkin juga menyukai