LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 35 tahun
Suku
: Jawa
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan Terakhir
: SMU
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jaban 2/11 krajan Sukoharjo
No RM
: 289xxx
Tanggal MRS
: 14 Juni 2016, Pkl. 19.45 WIB
KRONOLOGIS
14Juni 2016
Pukul 10.00 WIB
S/ Pasien datang ke poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Sukoharjo pukul
10.00WIB rujukan dari puskesmas weru atas indikasi kehamilan 37+2 dengan
Hipertensi, kemudian pasien datang mondok di ruang bersalin VK RSUD Sukoharjo
pukul 19.45 WIB.
O/ KU : Cukup, Compos Mentis
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Suhu tubuh
: 36,8C
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
:18x/menit
TFU
:40 cm
VT
:His
:DJJ
: 136
BB
: 116 Kg
HPHT
: 27-9-15
HPL
: 4-7-16
janin intra uteri, hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa kehamilan pasien usia
hamil 37 minggu +2 hari yang disertai dengan cairan dalam kantung janin lebih banyak
dari 2000 ml AFI pada USG >20 (Polihidramnion), Untuk itu advise dr Sp.OG adalah
untuk rawat inap segera, kemudianpasien datang ke ruang bougenvile VK pukul 19.45
WIB dan lapor ke dr Sp.OG berikutnya dan advice: Observasi per 4 jam DJJ tekanan
darah diulang 6 jam berikutnya, Cek GDS ulang.dengan hasil GDS 174, TD 150/90
III.
Kehamilan
Tempat
Penolong Cara
1
2
3
Klinik
Klinik
-
Bidan
Bidan
-
Cara
BB
Jenis
Kehamilan
Persalinan
lahir/
Kelamin
Aterm
Preterm
Abortus
Spontan
Spontan
Abortus
kg
3,3
3,1
Lupa
L
L
-
Usia
Hidup /
Mati
12
6
Lup
H
H
M
IV.
G. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah.
H. Haid
HPHT
:27 September 2015
Siklus haid
: Teratur
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya
: Biasa
Dismenorea
: (-)
Menarche usia : 14 tahun
I. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi terakhir : pil kb
J. Keluhan selama kehamilan
Sakit pinggang, Perut membuncit pada usia kehamilan 5 bln
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital signs
Tekanan darah : 150/90
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi rate : 18 x/menit
Suhu
: 36,8 C
B. Pemeriksaan fisik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
nafas cuping hidung (-)
Leher
: Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan JVP (-),
pembesaran kelenjar linfe (-)
Thorax : SDV (+/+), Rho (-/-), Wheezing (-/-), Bunyi Jantung I-II reguler
Abdomen : Inspeksi Tampak membuncit, Linea mediana hiperpigmentasi,
striae. Palpasi
Ekstremitas: Akral hangat pada ke empat extremitas. Clubbing finger tidak
ditemukan, edema tidak ditemukan.
Urogenital : BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Perdarahan Per Vaginam : (-)
C. Status Obstetri
HPMT
: 27 September 2015
HPL
: 4 Juli 2016
3
Usia Kehamilan
HIS
VT
: G4P2A1 37+2
: (-)
: (-)
Pemeriksaan Luar
Abdomen :
Inspeksi
: Besar, Lebar,Tinggi,Linea Nigrae (+), Striae Livida (-)
L1
dinilai
L2
: Tahanan besar bagian janin sulit dinilai
L3
: Sulit menilai bagian bawah
L4
:Tidak dilakukan
TFU
:40 cm
HIS
: Auskultasi : DJJ (+) 136, samar terdengar
Pemeriksaan Dalam
VT : terbuka 1cm, portio teraba tebal, pendataran 30%, portio anterior, Hodge
V.
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin
H 13,7 x 10^3/uL
4.0 x 10^6/uL
13,1 g/dL
3.8 10.6
4.40 - 5.90
13.2 17.3
Hematokrit
Trombosit
L 33%
213 x10^3/uL
40 52
150 450
NRBC
Neutrofil
0.00 %
70 %
01
53 -75
Limfosit
Monosit
18.50 %
4,70 %
25 40
28
Eosinofil
Basofil
IG
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan
0.20 %
0.10 %
0.20 %
3 menit
3 menit
2.00 4.00
01
Golongan Darah
KIMIA KLINIK
Gula darah Sewaktu
SGOT
SGPT
ureum
creatinin
SERO IMUNOLOGI
Hbs Ag
174 md/dL
19,09 U/L
15,8 U/L
140,2 mg/dl
7,57 mg/dl
Negatif
70 -120
0 35
0 35
0- 31
0,50 0,90
B. USG Abdomen
VI.
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Janin tunggal, DJJ+, intra uterin, preskep, AFI pada USG >20, Polihidramnion
Prognosis
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini ad bonam
FOLLOW UP
Tanggal
15/6/2016
Subjektif
Pasien
Objektif
KU : cukup
Assesment
G4P2AI
Planning
Advice
05.00WI
mengeluh
TD : 150/90
polihidramnion
drSp.OG:USG ,
keluan cairan HR
bening
: dengan HT DM.
80x/mnt
rembes sejak RR
Diet gula,Infus
Ringer
Laktat
20tpm,
5
Niphediphine
terasa T : 36oC
5ml apabila TD
tegang,hamil
PPV : -
>140/90,
obsv
besar
VT : portio
terbuka1
konsul
bagian
cm, tebal
Interna
karena
His : belum
GDS tinggi, di
ada
USG, SC jika
GDS dan TD
normal
Advise
dr
16/6/2016
Pasien
KU : cukup
G4P2A1
05.00WI
mengeluh
TD : 140/90
Polihidramnion HT Sp.OG:
Terapi
perut
DM
sesuai
Pindah
Bangsal
terasa besar, RR
terasa HR:
cairan
lanjut
Intrna, obsvasi
:
20x/mnt
Advice
tidak keluar
GDS: 104
Sp.PD:
PPV : -
Nipediphine 5-
Stolsel -
5-5
VT
dr
teruskan
jika TD >140/90
Terbuka
, Novorapid 6-
1cm, tebal
6-6
p.c,
cek
Tidak
(Pindah
keluhan.
Bangsal)
ada KU : cukup
G4P2A1
hari.
Advise
TD : 130/90
HR:
DM
lanjut
sesuai
80x/mnt
Intrna,Konsul
RR:
Interna, SC jika
20x/mnt
pasien setuju
T : 36,4oC
PPV:-
dr.Sp.PD:
GDS : 165
Nipediphine 56
5-5, Novorapid,
6-6-6 p.c, SC
jika GDS <200,
cek GDS Pagi
di SC jika GDS
18/6/16
<200
Advice
G4P2A1
ada keluhan
TD : 130/90
Polihidramnion HT drSp.OG:
HR:80x/mn
DM
Hari
SC
ini,DC,
Cefazoline
RR:
18x/mnt
T : 36oC
PPV : His:GDS:99
LAPORAN SC
SC
Tanggal SC
Jam SC
Operator
Ahli Anestesi
Indikasi Operasi
Jenis Tindakan
Desinfeksi kulit
1)
2)
3)
4)
: 18 Juli 2016
: 09.20 mulai SC
: dr Sp.OG
: dr Sp.An
: Polihidramnion,HT,DM
: SC
: Povidone iodine 10%
Laporan SC
SBR insisi
Air ketuban banyak, >2liter
Bayi lahir menangis, ikattali pusat, plasenta lahir perabdominal lengkap.
Perdarahan terkontrol
Tanggal
19/6/2016
Subjektif
Pasien
Objektif
KU : cukup
Assesment
Planning
Post SC hari ke Advise drSp.OG:
05.00WI
mengeluh
TD : 130/90
1,
Sakitdi
HR : 80x/mnt
polihidramnion cefazolin
a/i HT,DM
Transfusi darah,
,
As.Mefenamat,
7
jahitan.
T : 36,5oC
Ketorolak, Raber
Hb : 8,8
Interna krn DM
Luka :Basah,
Flatus : Urine : 2 jam
Post SC 200 cc,
8 jam terahir
20/6/2016
Pasien
900 cc
KU : cukup
05.00WI
mengeluh
TD : 130/90
ke
Polihidramnio
Mobilisasi miring
jahitan
RR:18x/mnt
n HT DM
kiri-kanan,
masih sakit.
T : 36oC
2 Terapi lanjut,
medikasi luka.
Hb : 11.8
Luka : Sedikit
keluarserous
Advice drSp.PD:
Flatus > ++
BLPL.
GDS: 104
Novorapid 6-6-6
p.c
21/6/16
Teruskan,
Kontrol Poli
hari Advise
Post SC
ada keluhan
TD : 130/90
ke
HR:80x/mnt
Polihidramnio
dengan
resep
RR: 18x/mnt
n HT DM
pulang.
Kontrol
T : 36oC
2 drSp.OG:BLPL,
Poli 7 hari.
Hb : 11,8
PPV : GDS:99
Pasien boleh pulang untuk Post SC hari ke II tanggal 21 Juni 2016, dengan
obat-obatan yang boleh dilanjutkan : Cefadroxil 2x500 mg,As.Mefenamat 3x1,
Vitamin B Complex 3x1. Novorapid. Kemudian dianjurkan untuk kontrol ke poli
pada waktu yg di tentukan pada surat kontrol
BAB II
PEMBAHASAN
1. Polihydramnion
A. Pendahuluan
Polihidramnion disebut juga dengan hidramnion
dimana jumlah Air ketuban lebih dari 2000 ml atau AFI pada USG >20. Beberapa
ahli ada yang berpendapat 4 atau 5 liter, sedangkan kustner menemukan sampai 15
liter pada kehamilan usia 5 bulan. Volume air ketuban sangatlah penting sebagai
skoring biofisikal profil3,4
Kelainan cairan amnion menandakan adanya kelainan dari produksi atau sirkulasi,
seperti gangguan plasenta dan janin, Peningkatan Cairan amnion secara ekstrem
berhubungan dengan peningkatan resiko gangguan saluran kehamilan4,3
B. Fisiologi
Pada keadaan normal banyaknyan air ketuban dapat mencapai 1000 cc untuk
kemudian menurun lagi stelah minggu ke 38 sehingga akhirnya hanya tinggal
beberapa ratus cc saja. Kelainan air ketuban bisa berbentuk melebihi atau kurang
dari volume yang normal13
Volume Normal Cairan Amnion
Pada awal kehamilan, ruang amnion terisi oleh cairan serupa dengan ekstrak
sel, pada pertengahan trimester pertama terjadi reabsopsi cairan amnion trans
membranosa, melewati kapiler pada janin, permukaan plasenta, dan melintasi kulit
janin, hal tersebut Terjadi pada usia kehamilan 8-11 minggu. Transport air pada kulit
janin terus terjadi sampai usia kehamilan 22-25 minggu3,4
C. Patofisiologi
Dengan meningkatnya usia kehamilan, ada empat jalur yang memegang
peranan penting dalam regulasi peningkatan volume cairan amnion. Pertama Urin
janin merupakan sumber utama cairan amnion pada trimester ke 2 kehamilan. Saat
usia kehamilan aterm produksi urin janin dapat menghasilkan satu liter dalam satu
hari. Kedua tingkat osmolaritas dari urin janin secara signifikan mempengaruhi
hipotonik terhadap plasma janin dan maternal sehingga serupa dengan cairan
amnion. Secara spesifik, osmoloitas urin dan plasma yang terlarut mempengaruhi
jumlah volume amnion. Sumber regulasi cairan amnion yang Ketinga berasal dari
pernafasan. Hampir sekitar 350 ml cairan paru-paru dibentuk secara teratur pada
kehamilan lanjut, yang keempat proses menelan janin adalah mekanisme primer
penyerapan sekitar 500-1000 mL cairan amnion per harinya. Jika terjadi gangguan
menelan, faktor sekunder dari Central nervous system (CNS) atau obstruksi traktus
gastrointestinal, menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya Hidramnion atau
polihydramnion, dan jalur lain seperti sekresi cairan transmembran menjadi faktor
kecil dalam kehamilan trimester kedua menjadi salah satu faktor penyebab4,10
Sumber utama dari cairan amnion adalah produksi urin janin,cairan paru
janin, dan sekresi dari hidung dan mulut janin. Rute utama dari pembersihan cairan
amnion adalah kemampuan menelan janin dan absopsi via jalur intra membranousa.
Polihidramnion dapat terjadi apabila salah satu jalur produksi tersebut terganggu,
faktor penyebab diantaranya kelainan anomali (Atresia koana, Atresia
esofagus,Atresia intestinal duodenale), Kelainan pada Neurologis dan
Neuromuskular, akibat konsumsi obat-obatan, Gagal ginjal janin dan Diebetes
militus maternal menyebabkan dapat terjadinya Polihidramnion10
D. Kalsifikasi
10
Fetus
(gr)
Placenta
(gr)
Amnionic
fluid (ml)
Fluid
(%)
16
100
100
200
50
28
1000
200
1000
45
36
2500
400
900
24
40
3300
500
800
17
E. Etiologi
Secara historis, polihidramnion idiopatik tercata mencapai 50-60% dari semua
kasus, sisanya secara umum4
1.
2.
3.
4.
5. Haemoroid
6. Palpasi sulit teraba janin
7. DJJ sukar terdengar
Diabetes pregestasionan dan Diabetes gestasional dapat dihubungkan
dengan terjadinya polihidramnion, terdapat 672 kehamilan dengan polihidramnion,
sekitar 5% yang berhubungan dengan diabetes (2% diterapy dengan insulin, 3%
dikontrol dengan diet)10
kehamilan dengan komplikasi diabetes pada usia kehamilan 34 minggu
keatas. Angka kejadian polihidramnion 18,8%.Prevalensi hidramnion pada diabetes
berkisar antara 8-20% dan dapat ditemukan 30 kali lebih banyak dibanding dengan
kehamilan non diabetik 4,10
Secara umum hidramnion muncul pada keadaan glikemia yang tidak
terkontrol, meskipun pada keadaan glikemia dan diabetes gestasional yang
terkontrol secara ketat( GDP 90mg/dl dan gula 2jam posprandial 120) neonatus
pada wanita dengan hidramnion secara signifikan lebih besar dari pada wanita
dengan kehamilan dengan diabetes yang tidak terkontrol4
Hiperglikemia maternal yang disebabkan oleh buruknya kontrol diabetes dapat
berakibat hiperglikemia dan hiperinsulinemia janin. Mekanisme mengenai diabetes
maternal menyebabkan polihidramnion dalam hal ini masih belum begitu jelas,
Etiologi yang dikemukakan berhubungan dengan poliuri janin yang diakibatkan dari
peningkatan diuresis osmotik akibat dari hiperglikemia janin. Tingginya konsentrasi
glukosa pada cairan amnion dan kontrol glukosa yang buruk menunjukan hubungan
dengan peningkatan volume cairan ketuban, Ditemukan juga output urin janin pada
janin makrosomia (sering pada kehamilan dengan diabetes) Dikarenakan
peningkatan cardiac output, peningkatan volume darah dan peningkatan filtrasi
glomerulus 4,10
G. Diagnosa
1. Anamnesis
Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa
Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu
hanya bisa bernafas bila berdiri tegak
Nyeri ulu hati dan sianosis
Nyeri perut karena tegangnya uterus
Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami
obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
2. Inspeksi
Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
12
Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi
terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang
terlalu besar
3. Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan
sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali
4. Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar
5. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi
24-25 cm pada pemeriksaan USG
H. Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi dua bagia yaitu maternal dan janin, pada janin
dalam kasus ini didapat komplikasi 1. Kelainan kongenital, 2.prematuritas,
3.prolaps funikuli dll. Sedangkan pada maternal memiliki komplikasi berupa :
1.solusio placenta, 2.inertia uterina, 3.perdarahan post partum10
I. Tatalaksana
Prinsip
penatalaksanaan
hidramnion
adalah
untuk
mengatasi
yang
dimaksud
denganeklamsi
adalah
kelainan
akut
Urine 24-Jam
Gejala
dan
Pemeriksaan
Laboratorium
Hipertensi Kronik
Baseline
total
14
Hipertensi
gestasional
Normal
diastolik 90 mm Hg
Terjadi 2 kali pada UK
>20 minggu dg jarak min
Preeclampsia
6 jam
Sistolik 140 mm Hg atau 300 mg
diastolik 90 mm Hg
6 jam
Sistolik 160 mm Hg atau 5 g dalam 24 jam Oliguria (<500 mL
diastolik 105 mm Hg
24
jam)
atau
atau
terhambat
Trombositopenia
superimposed
pada
wanita
dengantingkat proteinuria
hipertensi
terkontrol
mm
diatas
Hg
(30jika
baseline
baselinemeningkat
Peningkatan
ALT
sistolik atau 15 mm Hg
HELLP syndrome
Mungkin normal
Hemolisis
apusan
darah
pada
tepi,
15
bilirubin total
>1.2 mg/dL
AST >70 U/L
Hitung platelet
<100,000 sel/mm3
Pada pasien ini belum dapat ditegakan dengan pasti diagnosis sebagai
Diabetes Militus dengan klasifikasi Diabetes Gestasional, dengan hasil GDS 202
yang menunjukan bahwa hiperglikemia meskipun disertai oleh Polidipsi, berat badan
pasien yang Besar 116 kg dan riwayat keluarga yang memiliki penyakit gula serupa,
karena penegakan pasti diagnosa DM pada gestasional harus disertai juga nilai GDP
16
pagi hari selama 3 hari dengan pasien yang telah di puasakan 8 jam pada malam hari
sebelumnya.
4. SECTIO SESARIA
a Definisi
Bedah sesar merupakan proses pengeluaran janin melalui insisi dinding
abdomen dan dinding rahim. Bedah sesar dilakukan apabila ibu tidak dapat
melahirkan secara pervaginam yang dapat disebabkan oleh adanya kelainan
seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada janin, serta indikasiindikasi yang lain. Persalinan dengan bedah sesar juga dilakukan ketika terdapat
risiko yang dapat membahayakan nyawa ibu ataupun janin13
b Epidemiologi
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah
persalinan dengan bedah sesar di Indonesia telah mengalami peningkatan sejak
tahun 1991 hingga 2007 sebesar 1,3 % - 6,8 %.2 Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2012, tingkat persalinan dengan bedah sesar dari 33 propinsi di Indonesia
sebesar 15,3 %13. Dengan indikasi 3-4% pada kehamilan tunggal pada umur
cukup bulan >37 minggu, presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi
bokong berkisar 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya
presentasi
uteri,
kehamilan,
multipel,
anomali
janin
>35
tahun
dan
<
20
tahun
merupakan usia
terbanyak
sayatan dibagian bawah rahim sehingga potongan pada otot rahim tidak
membujur lagi. Dengan demikian bahaya rahim robek akan lebih kecil
dibandingkan dengan teknik seksio dulu yang sayatan dibagian tengah rahim
dengan potongan yang bukan melintang7,13
b)
Indikasi Janin
1. Kelainan letak
2. Letak Lintang
3. Letak Sungsang
4. Letak Defleksi
5. Gawat janin
6. Gemelli
c)
Indikasi Waktu
1. Partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung sampai 18 jam atau lebih.
2. Partus tidak maju, yaitu tidak ada kemajuan dalam jalannya persalinan kala 1
baik dalam pembukaan serviks, penurunan kepala.Putaran paksi.
Pada pasien ini tidak adanya tanda menunjukan kemajuan pada kala
1, tidak adanya his, tidak adanya pembukaan portio yang bertambah, setelah
>18 jam diobservasi, dengan mempertimbangkan kesejahteraan janin dan
keselamatan ibu, beberapa tindakan yang menjadi pilihan yaitu Amniotomi
dan SC berdasarkan kriterianya masing-masing tindakan tersebut dapat
dilakukan pada pasien ini, sebelum persetujuan tindakan kepada pasien telah
dijelaskan prosedur tindakan dan setiap resiko pada tindakan yang akan
diambil, namun pasien memutuskan untuk memilih dilakukan section
secaria,
19
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis pada kasus ini adalah Polihidramnion,HT,DM G4P2A1 yang didapatkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
2.
Penatalaksanaan di RSUD Sukoharjo yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu
dengan melakukan tindakan sectio cesariaAtas pertimbangan faktor resiko dan
komplikasi
20
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. 2014. Diagnosis And Classification Of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care. Volume 27 : 2
2. Brach, D., Porter, T. 2014. Hypeertensive Disorders of Pregnancy. Ostetrics and
Gynecologiy edisi 8. Philadelphia : Lippincot Willliams & Wilkins.
3. Callen. W peter,2008. Obstetrik ultra sound: Amniotic Fluid Volum: its pole in
fetal health and disease 5ed.,Mcgraw Hill
4. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2014. Amniotic Fluid Hidramnion. Dalam
Williams Obstetrics edisi 22. New York : McGraw Hill.
5. Cunningham, F., Leveno, K., et al. 2014. Hypertensive Disorder in Pregnancy.
Williams Obstetrics edisi 24. New York : McGraw Hill.
.
6. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2006.sectio secaria.Williams Obstetrics
edisi 24. Hal 592 New York : McGraw Hill.
7. Hamza ,A., Herr, D., et al. 2013. Polihidramnion: Penyebab, Diagnosis dan
Terapi.Geburtshilfe Frauenheilkd. Volume (12): 1241-1246.
8. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005
9. Piette,
J.2013.
EffectivenessofSelf-managementEducationDiabetesAtlas.
Edisike-2.Belgium:InternationalDiabetesFederation.
10. Prawirohadrjo S, et al. 2002.Polihydramnion dalam Ilmu Kandungan, Edisi
ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
11. Prawirohadrjo S, et al. 2002. Hipertensi dalam kehamilan dalam Ilmu
Kandungan, Edisi ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
12. Prawirohadrjo S, et al. 2002. Diabetes gestasional dalam Ilmu Kandungan, Edisi
ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
13. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1, cet.VI. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.133
21
22