Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS
I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Usia
: 35 tahun
Suku
: Jawa
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan Terakhir
: SMU
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Alamat
: Jaban 2/11 krajan Sukoharjo
No RM
: 289xxx
Tanggal MRS
: 14 Juni 2016, Pkl. 19.45 WIB
KRONOLOGIS
14Juni 2016
Pukul 10.00 WIB
S/ Pasien datang ke poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD Sukoharjo pukul
10.00WIB rujukan dari puskesmas weru atas indikasi kehamilan 37+2 dengan
Hipertensi, kemudian pasien datang mondok di ruang bersalin VK RSUD Sukoharjo
pukul 19.45 WIB.
O/ KU : Cukup, Compos Mentis
Tekanan darah
: 150/90 mmHg
Suhu tubuh
: 36,8C
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
:18x/menit
TFU
:40 cm
VT
:His
:DJJ
: 136
BB
: 116 Kg
HPHT

: 27-9-15

HPL

: 4-7-16

A/G4P2A1 H37+2 Minggu polihidramnion,HT


P/ Infus RL, Cek Lab,Urine,GDS
Resume Kronologi
Pasien G4P2A1 datang ke poliklinik RSUD Sukoharjo pukul 10.00 dengan
rujukan dari puskesmas Weru Hamil aterm dengan HTtekanan darah 150/90 mmHg
Berat badan 116 kg. Pasien kemudian dilakukan cek lab di RSUD Sukoharjo dengan
hasil GDS dengan hasil 202, Proteinuri (-), ureum 140,2 mg/dl, kreatin 7,52 mg/dl serta
kehamilanya diperiksa dengan Ultra Sonography untuk mengetahui perkembangan
1

janin intra uteri, hasil pemeriksaan USG menunjukkan bahwa kehamilan pasien usia
hamil 37 minggu +2 hari yang disertai dengan cairan dalam kantung janin lebih banyak
dari 2000 ml AFI pada USG >20 (Polihidramnion), Untuk itu advise dr Sp.OG adalah
untuk rawat inap segera, kemudianpasien datang ke ruang bougenvile VK pukul 19.45
WIB dan lapor ke dr Sp.OG berikutnya dan advice: Observasi per 4 jam DJJ tekanan
darah diulang 6 jam berikutnya, Cek GDS ulang.dengan hasil GDS 174, TD 150/90
III.

mmHg, VT (-), HIS (-).


ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan mengeluarkan cairan bening merembes dari kemaluan, perut
terasa buncit kulit perut terasa tegang,
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G4P2A1 H37 +2 Keluar cairan bening merembes 1 hari smrs
tekanan darah 150/90 mmHg Berat badan 116 kg. GDS dengan hasil 202
serta kehamilanya diperiksa dengan Ultra Sonography DJJ (+), disertai
dengan cairan dalam kantung janin lebih banyak dari 2000 ml
C. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus
: Disangkal
Riwayat TBC
: Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat asma
: Disangkal
Riwayat batuk lama
: Disangkal
Riwayat alergi
: Disangkal
Riwayat opname
: Disangkal
Riwayat operasi
: Disangkal
D. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok
: Disangkal
Minum-minuman beralkohol
: Disangkal
Minum jamu
: Disangkal
Memelihara Unggas, Kucing
: Disangkal
E. Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi
: Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus
: (+) Ibu pasien
Riwayat TBC
: Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat alergi
: Disangkal
Riwayat asma
: Disangkal
Riwayat batuk lama
: Disangkal
Riwayat alergi
: Disangkal
Riwayat menderita kanker
: Disangkal
F. Riwayat Obstetri
2

Kehamilan

Tempat

Penolong Cara

1
2
3

Klinik
Klinik
-

Bidan
Bidan
-

Kehamilan saat ini

Cara

BB

Jenis

Kehamilan

Persalinan

lahir/

Kelamin

Aterm
Preterm
Abortus

Spontan
Spontan
Abortus

kg
3,3
3,1
Lupa

L
L
-

Usia

Hidup /
Mati

12
6
Lup

H
H
M

IV.

G. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah.
H. Haid
HPHT
:27 September 2015
Siklus haid
: Teratur
Lama haid
: 7 hari
Banyaknya
: Biasa
Dismenorea
: (-)
Menarche usia : 14 tahun
I. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi terakhir : pil kb
J. Keluhan selama kehamilan
Sakit pinggang, Perut membuncit pada usia kehamilan 5 bln
PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital signs
Tekanan darah : 150/90
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi rate : 18 x/menit
Suhu
: 36,8 C
B. Pemeriksaan fisik
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
nafas cuping hidung (-)
Leher
: Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-), peningkatan JVP (-),
pembesaran kelenjar linfe (-)
Thorax : SDV (+/+), Rho (-/-), Wheezing (-/-), Bunyi Jantung I-II reguler
Abdomen : Inspeksi Tampak membuncit, Linea mediana hiperpigmentasi,
striae. Palpasi
Ekstremitas: Akral hangat pada ke empat extremitas. Clubbing finger tidak
ditemukan, edema tidak ditemukan.
Urogenital : BAK : dalam batas normal
BAB : dalam batas normal
Genitalia : dalam batas normal
Perdarahan Per Vaginam : (-)
C. Status Obstetri
HPMT
: 27 September 2015
HPL
: 4 Juli 2016
3

Usia Kehamilan
HIS
VT

: G4P2A1 37+2
: (-)
: (-)

Pemeriksaan Luar
Abdomen :
Inspeksi
: Besar, Lebar,Tinggi,Linea Nigrae (+), Striae Livida (-)

Striae Albicans (-)


Palpasi
:

L1

: Fundus uteri dibawah proc.xhyphoidea. bagian janin fundus sulit

dinilai
L2
: Tahanan besar bagian janin sulit dinilai
L3
: Sulit menilai bagian bawah
L4
:Tidak dilakukan
TFU
:40 cm
HIS
: Auskultasi : DJJ (+) 136, samar terdengar
Pemeriksaan Dalam
VT : terbuka 1cm, portio teraba tebal, pendataran 30%, portio anterior, Hodge
V.

1 belm masuk panggul


PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. LaboratoriumDilakukan pada tanggal 15 Juni 2016
Laboratorium
Tes

Hasil

Nilai Normal

Leukosit
Eritrosit
Hemoglobin

H 13,7 x 10^3/uL
4.0 x 10^6/uL
13,1 g/dL

3.8 10.6
4.40 - 5.90
13.2 17.3

Hematokrit
Trombosit

L 33%
213 x10^3/uL

40 52
150 450

NRBC
Neutrofil

0.00 %
70 %

01
53 -75

Limfosit
Monosit

18.50 %
4,70 %

25 40
28

Eosinofil
Basofil
IG
Waktu Perdarahan
Waktu Pembekuan

0.20 %
0.10 %
0.20 %
3 menit
3 menit

2.00 4.00
01

Golongan Darah

KIMIA KLINIK
Gula darah Sewaktu
SGOT
SGPT
ureum
creatinin
SERO IMUNOLOGI
Hbs Ag

174 md/dL
19,09 U/L
15,8 U/L
140,2 mg/dl
7,57 mg/dl
Negatif

70 -120
0 35
0 35
0- 31
0,50 0,90

B. USG Abdomen

VI.

VII.

DIAGNOSIS KERJA
Janin tunggal, DJJ+, intra uterin, preskep, AFI pada USG >20, Polihidramnion
Prognosis
Prognosis quo ad vitam pada pasien ini ad bonam
FOLLOW UP

Tanggal
15/6/2016

Subjektif
Pasien

Objektif
KU : cukup

Assesment
G4P2AI

Planning
Advice

05.00WI

mengeluh

TD : 150/90

polihidramnion

drSp.OG:USG ,

keluan cairan HR
bening

: dengan HT DM.

80x/mnt

rembes sejak RR

Diet gula,Infus
Ringer

Laktat

20tpm,
5

kmarin pagi, 20x/mnt


perut

Niphediphine

terasa T : 36oC

5ml apabila TD

tegang,hamil

PPV : -

>140/90,

obsv

besar

VT : portio

DJJ ,TD 4jam,

terbuka1

konsul

bagian

cm, tebal

Interna

karena

His : belum

GDS tinggi, di

ada

USG, SC jika
GDS dan TD
normal
Advise

dr

16/6/2016

Pasien

KU : cukup

G4P2A1

05.00WI

mengeluh

TD : 140/90

Polihidramnion HT Sp.OG:

Terapi

perut

DM

sesuai

Pindah

tegang, perut 80x/mnt

Bangsal

terasa besar, RR

terasa HR:

cairan

lanjut

Intrna, obsvasi
:

20x/mnt

bening suda T : 36oC

Advice

tidak keluar

GDS: 104

Sp.PD:

PPV : -

Nipediphine 5-

Stolsel -

5-5

VT

dr

teruskan

jika TD >140/90

Terbuka

, Novorapid 6-

1cm, tebal

6-6

p.c,

cek

GDS Tiap Pagi


17/6/16

Tidak

(Pindah

keluhan.

Bangsal)

ada KU : cukup

G4P2A1

hari.
Advise

TD : 130/90

Polihidramnion HT drSp.OG: terapi

HR:

DM

lanjut

sesuai

80x/mnt

Intrna,Konsul

RR:

Interna, SC jika

20x/mnt

pasien setuju

T : 36,4oC
PPV:-

dr.Sp.PD:

GDS : 165

Nipediphine 56

5-5, Novorapid,
6-6-6 p.c, SC
jika GDS <200,
cek GDS Pagi
di SC jika GDS
18/6/16

<200
Advice

Pasien tidak KU : cukup

G4P2A1

ada keluhan

TD : 130/90

Polihidramnion HT drSp.OG:

HR:80x/mn

DM

Hari

SC

ini,DC,

Cefazoline

RR:
18x/mnt
T : 36oC
PPV : His:GDS:99

LAPORAN SC
SC
Tanggal SC
Jam SC
Operator
Ahli Anestesi
Indikasi Operasi
Jenis Tindakan
Desinfeksi kulit
1)
2)
3)
4)

: 18 Juli 2016
: 09.20 mulai SC
: dr Sp.OG
: dr Sp.An
: Polihidramnion,HT,DM
: SC
: Povidone iodine 10%

Laporan SC
SBR insisi
Air ketuban banyak, >2liter
Bayi lahir menangis, ikattali pusat, plasenta lahir perabdominal lengkap.
Perdarahan terkontrol

Tanggal
19/6/2016

Subjektif
Pasien

Objektif
KU : cukup

Assesment
Planning
Post SC hari ke Advise drSp.OG:

05.00WI

mengeluh

TD : 130/90

1,

Sakitdi

HR : 80x/mnt

polihidramnion cefazolin

perut bagian RR : 20x/mnt

a/i HT,DM

Transfusi darah,
,

As.Mefenamat,
7

jahitan.

T : 36,5oC

Ketorolak, Raber

Hb : 8,8

Interna krn DM

Luka :Basah,
Flatus : Urine : 2 jam
Post SC 200 cc,
8 jam terahir
20/6/2016

Pasien

900 cc
KU : cukup

Post SC Hari Advise drSp.OG:

05.00WI

mengeluh

TD : 130/90

ke

perut bawah HR:80x/mnt

Polihidramnio

Mobilisasi miring

jahitan

RR:18x/mnt

n HT DM

kiri-kanan,

masih sakit.

T : 36oC

2 Terapi lanjut,

medikasi luka.

Hb : 11.8
Luka : Sedikit
keluarserous

Advice drSp.PD:

Flatus > ++

BLPL.

GDS: 104

Novorapid 6-6-6
p.c

21/6/16

Teruskan,

Kontrol Poli
hari Advise

Pasien tidak KU : cukup

Post SC

ada keluhan

TD : 130/90

ke

HR:80x/mnt

Polihidramnio

dengan

resep

RR: 18x/mnt

n HT DM

pulang.

Kontrol

T : 36oC

2 drSp.OG:BLPL,

Poli 7 hari.

Hb : 11,8
PPV : GDS:99
Pasien boleh pulang untuk Post SC hari ke II tanggal 21 Juni 2016, dengan
obat-obatan yang boleh dilanjutkan : Cefadroxil 2x500 mg,As.Mefenamat 3x1,
Vitamin B Complex 3x1. Novorapid. Kemudian dianjurkan untuk kontrol ke poli
pada waktu yg di tentukan pada surat kontrol

BAB II
PEMBAHASAN
1. Polihydramnion
A. Pendahuluan
Polihidramnion disebut juga dengan hidramnion

adalah suatu keadaan

dimana jumlah Air ketuban lebih dari 2000 ml atau AFI pada USG >20. Beberapa
ahli ada yang berpendapat 4 atau 5 liter, sedangkan kustner menemukan sampai 15
liter pada kehamilan usia 5 bulan. Volume air ketuban sangatlah penting sebagai
skoring biofisikal profil3,4

Cairan amnion mempunyai beberapa peran selama kehamilan memberikan


ruang bagi janin untuk bergerak, berperan dalam perkembangan normal sistem
muskuloskeletal, gerakan nafas janin penting untuk perkembangan paru-paru janin.
Cairan amnion melindungi janin dari trauma dan terjadinya kompresi tali pusat,
9

Kelainan cairan amnion menandakan adanya kelainan dari produksi atau sirkulasi,
seperti gangguan plasenta dan janin, Peningkatan Cairan amnion secara ekstrem
berhubungan dengan peningkatan resiko gangguan saluran kehamilan4,3
B. Fisiologi
Pada keadaan normal banyaknyan air ketuban dapat mencapai 1000 cc untuk
kemudian menurun lagi stelah minggu ke 38 sehingga akhirnya hanya tinggal
beberapa ratus cc saja. Kelainan air ketuban bisa berbentuk melebihi atau kurang
dari volume yang normal13
Volume Normal Cairan Amnion
Pada awal kehamilan, ruang amnion terisi oleh cairan serupa dengan ekstrak
sel, pada pertengahan trimester pertama terjadi reabsopsi cairan amnion trans
membranosa, melewati kapiler pada janin, permukaan plasenta, dan melintasi kulit
janin, hal tersebut Terjadi pada usia kehamilan 8-11 minggu. Transport air pada kulit
janin terus terjadi sampai usia kehamilan 22-25 minggu3,4
C. Patofisiologi
Dengan meningkatnya usia kehamilan, ada empat jalur yang memegang
peranan penting dalam regulasi peningkatan volume cairan amnion. Pertama Urin
janin merupakan sumber utama cairan amnion pada trimester ke 2 kehamilan. Saat
usia kehamilan aterm produksi urin janin dapat menghasilkan satu liter dalam satu
hari. Kedua tingkat osmolaritas dari urin janin secara signifikan mempengaruhi
hipotonik terhadap plasma janin dan maternal sehingga serupa dengan cairan
amnion. Secara spesifik, osmoloitas urin dan plasma yang terlarut mempengaruhi
jumlah volume amnion. Sumber regulasi cairan amnion yang Ketinga berasal dari
pernafasan. Hampir sekitar 350 ml cairan paru-paru dibentuk secara teratur pada
kehamilan lanjut, yang keempat proses menelan janin adalah mekanisme primer
penyerapan sekitar 500-1000 mL cairan amnion per harinya. Jika terjadi gangguan
menelan, faktor sekunder dari Central nervous system (CNS) atau obstruksi traktus
gastrointestinal, menjadi faktor yang menyebabkan terjadinya Hidramnion atau
polihydramnion, dan jalur lain seperti sekresi cairan transmembran menjadi faktor
kecil dalam kehamilan trimester kedua menjadi salah satu faktor penyebab4,10
Sumber utama dari cairan amnion adalah produksi urin janin,cairan paru
janin, dan sekresi dari hidung dan mulut janin. Rute utama dari pembersihan cairan
amnion adalah kemampuan menelan janin dan absopsi via jalur intra membranousa.
Polihidramnion dapat terjadi apabila salah satu jalur produksi tersebut terganggu,
faktor penyebab diantaranya kelainan anomali (Atresia koana, Atresia
esofagus,Atresia intestinal duodenale), Kelainan pada Neurologis dan
Neuromuskular, akibat konsumsi obat-obatan, Gagal ginjal janin dan Diebetes
militus maternal menyebabkan dapat terjadinya Polihidramnion10
D. Kalsifikasi
10

Polihidramnion dibagi menjadi dua :


Dari pemeriksaan USG, hidramnion terbagi menjadi :
1. Mild hydramnion (hidramnion ringan), bila kantung amnion mencapai 8-11
cm dalam dimensi vertikal. Insiden sebesar 80% dari semua kasus yang terjadi.
2. Moderate hydramnion (hidramnion sedang), bila kantung amnion mencapai
12-15 cm dalamnya. Insiden sebesar 15%.
3. Severe hydramnion (hidramnion berat), bila janin ditemukan berenang dengan
bebas dalam kantung amnion yang mencapai 16 cm atau lebih besar. Insiden
sebesar 5%.
Weeks
gestation

Fetus
(gr)

Placenta
(gr)

Amnionic
fluid (ml)

Fluid
(%)

16

100

100

200

50

28

1000

200

1000

45

36

2500

400

900

24

40

3300

500

800

17

E. Etiologi
Secara historis, polihidramnion idiopatik tercata mencapai 50-60% dari semua
kasus, sisanya secara umum4
1.
2.
3.
4.

Kelainan kongenitas dan genetik (8-45%)


Diabetes maternal (5-26%)
Kehamilan ganda (8-10%)
Anemia janin (1-11%)

Pengkonsumsian rokok dan alkohol juga dihubungkan dengan terjadinya


polihidramnionamnion meski belum jelas mekanismenya.
Pada kasus ini polihidramnion dapat dikaitkan dengan gangguan metabolik
yang disebabkan diabetes maternal yang diderita pasien hal tersebut ditunjang oleh
teori yang terdapat pada pembahasan faktor resiko serta patofisiologi yg terjadi
penyebab polihidramnion.
F. Gejala klinis
Gejala yang disebabkan karena tekanan uterus yang sangat besar pada organ sekitar
maka timbulah4
1.
2.
3.
4.

Sesak nafas dan rasa tidak nyaman diperut


Gangguan pencernaan
Edem labia, Vulva dan dinding abdomen
Varises
11

5. Haemoroid
6. Palpasi sulit teraba janin
7. DJJ sukar terdengar
Diabetes pregestasionan dan Diabetes gestasional dapat dihubungkan
dengan terjadinya polihidramnion, terdapat 672 kehamilan dengan polihidramnion,
sekitar 5% yang berhubungan dengan diabetes (2% diterapy dengan insulin, 3%
dikontrol dengan diet)10
kehamilan dengan komplikasi diabetes pada usia kehamilan 34 minggu
keatas. Angka kejadian polihidramnion 18,8%.Prevalensi hidramnion pada diabetes
berkisar antara 8-20% dan dapat ditemukan 30 kali lebih banyak dibanding dengan
kehamilan non diabetik 4,10
Secara umum hidramnion muncul pada keadaan glikemia yang tidak
terkontrol, meskipun pada keadaan glikemia dan diabetes gestasional yang
terkontrol secara ketat( GDP 90mg/dl dan gula 2jam posprandial 120) neonatus
pada wanita dengan hidramnion secara signifikan lebih besar dari pada wanita
dengan kehamilan dengan diabetes yang tidak terkontrol4
Hiperglikemia maternal yang disebabkan oleh buruknya kontrol diabetes dapat
berakibat hiperglikemia dan hiperinsulinemia janin. Mekanisme mengenai diabetes
maternal menyebabkan polihidramnion dalam hal ini masih belum begitu jelas,
Etiologi yang dikemukakan berhubungan dengan poliuri janin yang diakibatkan dari
peningkatan diuresis osmotik akibat dari hiperglikemia janin. Tingginya konsentrasi
glukosa pada cairan amnion dan kontrol glukosa yang buruk menunjukan hubungan
dengan peningkatan volume cairan ketuban, Ditemukan juga output urin janin pada
janin makrosomia (sering pada kehamilan dengan diabetes) Dikarenakan
peningkatan cardiac output, peningkatan volume darah dan peningkatan filtrasi
glomerulus 4,10
G. Diagnosa
1. Anamnesis
Perut terasa lebih besar dan lebih berat dari biasa
Sesak nafas, beberapa ibu mengalami sesak nafas berat, pada kasus ekstrim ibu
hanya bisa bernafas bila berdiri tegak
Nyeri ulu hati dan sianosis
Nyeri perut karena tegangnya uterus
Oliguria. Kasus sangat jarang terjadi. Hal ini terjadi karena urethra mengalami
obstruksi akibat uterus yang membesar melebihi kehamilan normal.
2. Inspeksi
Perut terlihat sangat buncit dan tegang, kulit perut mengkilat, retak-retak
kulit jelas dan kadang-kadang umbilikus mendatar
Ibu terlihat sesak dan sianosis serta terlihat payah karena kehamilannya
12

Edema pada kedua tungkai, vulva dan abdomen. Hal ini terjadi karena kompresi
terhadap sebagian besar sistem pembuluh darah balik (vena) akibat uterus yang
terlalu besar
3. Palpasi
Perut tegang dan nyeri tekan Fundus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan
sesungguhnya
Bagian-bagian janin sukar dikenali
4. Auskultasi
Denyut jantung janin sukar didengar
5. Pemeriksaan penunjang
Ultrasonografi
Banyak ahli mendefinisikan hidramnion bila index cairan amnion (ICA) melebihi
24-25 cm pada pemeriksaan USG
H. Komplikasi
Komplikasi dibagi menjadi dua bagia yaitu maternal dan janin, pada janin
dalam kasus ini didapat komplikasi 1. Kelainan kongenital, 2.prematuritas,
3.prolaps funikuli dll. Sedangkan pada maternal memiliki komplikasi berupa :
1.solusio placenta, 2.inertia uterina, 3.perdarahan post partum10

I. Tatalaksana
Prinsip

penatalaksanaan

hidramnion

adalah

untuk

mengatasi

ketidaknyamanan, mengetahui penyebab dan untuk menghindari dan mengatasi


komplikasinya. Penatalaksanaan hidramnion secara sfesifik dapat dilakukan
berdasarkan keadaan kehamilan, keadaan umum dan riwayat penyakit ibu, toleransi
untuk pengobatan spesifik, prosedur dan terapi. Pada hidramnion harus melakukan
monitoring ketat 3,4,10.
Amniosintesis (Memasukan jarum melalui uterus dan masuk kekantong
cairan amnion) dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan ibu dengan
melakukan drainase cairan amnion dapat dikeluarkan sebanyak 500cc/jam, jika bayi
mengalami cacat kongenital disarankan melakukan terminasi tanpa menghiraukan
usia kehamilan4,10
13

Sectio secaria terencana atau elektif dapat dilakukan sebagai tatalaksana


dengan pertimbangan keselamatan ibu dengan indiikasi hiperglikemi dan janin
untuk menhindari faktor resiko dan komplikasi yang ada pada maternal maupun
fetal 4,10
2.

Hipertensi pada kehamilan


Yang di maksud dengan preeklamsi adalah timbulnya hipertensi yang
disertai proteinuri akibat kehamilan, setelah usia kehamilan >20 minggu atau segera
setelah persalinan2
Sedangkan

yang

dimaksud

denganeklamsi

adalah

kelainan

akut

padapreeklamsi dalam kehamilan, persalinan, atau nifas yang ditandai dengan


timbulnya kejang dengan atau tanpa penurunan kesadaran(gangguan sistem saraf
pusat). Ada pula istilah eclamsia sine ecklamsi yaitu eklamsi yang tidak disertai
penurunan kesadaran dan kejang2
Hipertensi kronik adalah hipertensi pada ibu hamil yang sudah ditemukan
sebelum kehamilan atau ditemukan pada usia kehamilan < 20 mgg dan menetap 12
minggu pasca persalinan. Hipertensi kronis yang diperberat oleh preeklamsi atau
eklamsia adalah preeklamsi atau eklamsi yang timbul pada hipertensi kronis dan
disebut juga super impoused preeklamsia2
Sedangkan Hipertensi gestasional adalah timbulnya hipertensi dalam
kehamilan pada wanita yang tekanan darah seblumnya normal dan tidak disertai
proteinuri. Gejala ini akan hilan setelah >12 minggu post partum2
A. Diagnosis Hipertensi Gestasional
Tabel diagnosis hipertensi8
Diagnosis

Kriteria Tekanan Darah

Urine 24-Jam

Gejala

dan

Pemeriksaan
Laboratorium
Hipertensi Kronik

Sistolik 140 mmHg atau


diastolik 90 mm Hg

Baseline

total

protein dan klirens

Sebelum UK 20 minggu kreatinine

14

Hipertensi
gestasional

Sistolik 140 mm Hg atau <300 mg protein

Normal

diastolik 90 mm Hg
Terjadi 2 kali pada UK
>20 minggu dg jarak min

Preeclampsia

6 jam
Sistolik 140 mm Hg atau 300 mg

Tidak ada criteria lain

diastolik 90 mm Hg

untuk penyakit berat

Terjadi 2 kali pada UK


>20 minggu dg jarak min
Preeklamsia berat

6 jam
Sistolik 160 mm Hg atau 5 g dalam 24 jam Oliguria (<500 mL
diastolik 105 mm Hg

atau 3D dalam 2 dlm

Terjadi 2 kali pada UKsampel urin acak

24

jam)

atau

gagal ginjal (Cr 1.5

>20 minggu dg jarak minyang diperoleh dg mg/dL)


6 jam

jarak min 4 jam

Sakit kepala menetap


atau skotomata, nyeri
epigastrik

atau

kuadran kanan atas


Edema pulmo
Peningkatan AST or
ALT (>2 kali normal)
Trombositopenia
(<100,000 mm3)
Pertumbuhan janin
Preeklamsia

Peningkatan tekanan darahPeningkatan

terhambat
Trombositopenia

superimposed

pada

wanita

dengantingkat proteinuria

hipertensi

terkontrol

mm

diatas

Hg

(30jika

baseline

baselinemeningkat

Peningkatan

ALT

atau AST ke kadar


abnormal

sistolik atau 15 mm Hg
HELLP syndrome

diatas baseline diastolik)


Mungkin normal

Mungkin normal

Hemolisis

apusan

darah

pada
tepi,

LDH >600 U/L,atau

15

bilirubin total
>1.2 mg/dL
AST >70 U/L
Hitung platelet
<100,000 sel/mm3

timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada pasien yang tekanan darah


seblumnya normal dan tidak disertai proteinuri TD 150/90 mmHg telah dilakukan
pengulangan 6 jam 2 kali dalam keadaan istirahat, pasien juga Tidak memiliki
riwayat hipertensi sebelumnya, maka pasien dapat diklasifikasikan sebagai
Hipertensi Gestasional sesuai dengan kriteria diagnosis hipertensi pada tabel diatas.
3. Diabetes Melitus Gestasional
DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan,dimana intoleransi glukosa
didapati pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan
ketiga. DM gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi
perinatal. Penderita DM gestasional memiliki risiko lebih besar untuk menderita
DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan6
A. Diagnosis
Wanita dengan kadar glukosa yang tinggi dan ketoasidosis, kadar glukosa
plasma sewaktu > 200 mg/dl disertai tanda dan gejala klasik pada DM misalnya
polidipsi, polituria, atau GDP >125 mg/dl. Pemeriksaan harus dilakukan pada pagi
hari setelah puasa semalam paling kurang 8 jam tetapi tidak lebih pada 14 jam dan
setelah paling sedikit 3 hari tanpa pembatasan diet (> 150 gkarbohidrat/hari) untuk
diagnosis yang positif maka dua atau lebih dari konsentrasi glukosa plasma vena
6,12

Pada pasien ini belum dapat ditegakan dengan pasti diagnosis sebagai
Diabetes Militus dengan klasifikasi Diabetes Gestasional, dengan hasil GDS 202
yang menunjukan bahwa hiperglikemia meskipun disertai oleh Polidipsi, berat badan
pasien yang Besar 116 kg dan riwayat keluarga yang memiliki penyakit gula serupa,
karena penegakan pasti diagnosa DM pada gestasional harus disertai juga nilai GDP
16

pagi hari selama 3 hari dengan pasien yang telah di puasakan 8 jam pada malam hari
sebelumnya.
4. SECTIO SESARIA
a Definisi
Bedah sesar merupakan proses pengeluaran janin melalui insisi dinding
abdomen dan dinding rahim. Bedah sesar dilakukan apabila ibu tidak dapat
melahirkan secara pervaginam yang dapat disebabkan oleh adanya kelainan
seperti placenta previa, presentasi atau letak abnormal pada janin, serta indikasiindikasi yang lain. Persalinan dengan bedah sesar juga dilakukan ketika terdapat
risiko yang dapat membahayakan nyawa ibu ataupun janin13
b Epidemiologi
Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) jumlah
persalinan dengan bedah sesar di Indonesia telah mengalami peningkatan sejak
tahun 1991 hingga 2007 sebesar 1,3 % - 6,8 %.2 Berdasarkan data Riskesdas
tahun 2012, tingkat persalinan dengan bedah sesar dari 33 propinsi di Indonesia
sebesar 15,3 %13. Dengan indikasi 3-4% pada kehamilan tunggal pada umur
cukup bulan >37 minggu, presentasi bokong merupakan malpresentasi yang
paling sering dijumpai Sebelum umur kehamilan 28 minggu, kejadian presentasi
bokong berkisar 25-30%, dan sebagian besar akan berubah menjadi presentasi
kepala setelah umur kehamilan 34 minggu. Penyebab terjadinya

presentasi

bokong tidak diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor risiko selain


prematuritas, yaitu abnormalitas struktual uterus, polihidramnion ,plasenta
previa,multiparitas,mioma

uteri,

kehamilan,

multipel,

anomali

janin

(anensefali dan hidrosefalus), dan riwayat presentasi bokong sebelumnya13


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa proporsi ibu bersalin dengan
sectio caesarea mayoritas terjadi pada kelompok umur 20-35 tahun yang
merupakan kelompok umur reproduksi yang optimal bagi ibu untuk hamil dan
melahirkan. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kelompok
usia

>35

tahun

dan

<

20

tahun

merupakan usia

terbanyak

dilakukannya sectio sesarea, kemungkinan penyebabnya timbulnya faktor resiko


komplikasi pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan
terhadap ibu, Komplikasi yang mungkin timbul saat kehamilan juga dapat
mempengaruhi jalannya persalinan sehingga sectio caesarea dianggap sebagai
cara terbaik untuk melahirkan janin. Komplikasi tersebut antara lain
17

hidramnion, gemmeli, kelainan letak, ketuban pecah dini plasenta previa,


solutio plasenta, toksemia gravidarum, diabetes millitus, dan kehamilan
serotinus13.
c

Indikasi seksio sesarea


Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan dalam persalinan,
yaitu power (kekuatan ibu), passage (jalan lahir), passanger (janin), psikologis
ibu dan penolong persalinan. Apabila pada salah satu faktor terdapat gangguan,
dapat mengakibatkan keberhasilan dalam persalinan tidak dapat tercapai bahkan
dapat menimbulkan komplikasi yang dapat membahayakan ibu dan janin jika
keadaan tersebut berlanjut7,13.
Indikasi seksio sesarea dilakukan apabila diambil langkah keputusan
penundaan persalinan yang lebih lama akan menimbulkan bahaya serius bagi ibu,
janin, bahkan keduanya, atau bila tidak dimungkinkan dilakukan persalinan
pervaginam secara aman. Adapun indikasi dilakukannya seksio sesarea
dibedakan menjadi 3, yaitu:
a). Indikasi Ibu
1. Jika panggual sempit, sehingga besar anak tidak proporsional dengan
indikasi panggul ibu (disporsi).
2. Pada kasus gawat janin akibat terinfeksi misalnya, kasus ketuban pecah dini
(KPD) sehingga bayi terendam cairan ketuban yang busuk atau bayi ikut
memikul demam tinggi. Pada kasus ibu mengalami preeklamsia/eklamsia,
sehingga janin terpengaruh akibat komplikasi ibu.
3. Pada kasus plasenta terletak dibawah yang menutupi ostium uteri
internum (plasenta previa), biasanya plasenta melekat di bagian tengah
rahim. Akan tetapi pada kasus plasenta previa menutupiostium uteri
internum.
4. Pada kasus kelainan letak. Jika posisi anak dalam kandungan letaknya
melintang dan terlambat diperiksa selama kehamilan belum tua.
5. Jika terjadi kontraksi yang lemah dan tidak terkoordinasi, hal ini
menyebabkan tidak ada lagi kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari
rahim. (incordinate uterine-action).
6. Jika ibu menderita preeklamsia, yaitu jika selama kehamilan muncul gejala
darah tinggi, ada protein dalam air seni, penglihatan kabur dan juga melihat
bayangan ganda. Pada eklamsia ada gejala kejang-kejang sampai tak
sadarkan diri.
7. Jika ibu mempunyai riwayat persalinan sebelumnya adalah seksio sesar
maka persalinan berikutnya umumnya harus seksio sesar karena takut terjadi
robekan rahim. Namun sekarang, teknik seksio sesar dilakukan dengan
18

sayatan dibagian bawah rahim sehingga potongan pada otot rahim tidak
membujur lagi. Dengan demikian bahaya rahim robek akan lebih kecil
dibandingkan dengan teknik seksio dulu yang sayatan dibagian tengah rahim
dengan potongan yang bukan melintang7,13
b)
Indikasi Janin
1. Kelainan letak
2. Letak Lintang
3. Letak Sungsang
4. Letak Defleksi
5. Gawat janin
6. Gemelli
c)
Indikasi Waktu
1. Partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung sampai 18 jam atau lebih.
2. Partus tidak maju, yaitu tidak ada kemajuan dalam jalannya persalinan kala 1
baik dalam pembukaan serviks, penurunan kepala.Putaran paksi.
Pada pasien ini tidak adanya tanda menunjukan kemajuan pada kala
1, tidak adanya his, tidak adanya pembukaan portio yang bertambah, setelah
>18 jam diobservasi, dengan mempertimbangkan kesejahteraan janin dan
keselamatan ibu, beberapa tindakan yang menjadi pilihan yaitu Amniotomi
dan SC berdasarkan kriterianya masing-masing tindakan tersebut dapat
dilakukan pada pasien ini, sebelum persetujuan tindakan kepada pasien telah
dijelaskan prosedur tindakan dan setiap resiko pada tindakan yang akan
diambil, namun pasien memutuskan untuk memilih dilakukan section
secaria,

19

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan kasus ini terdiri dari:
1. Diagnosis pada kasus ini adalah Polihidramnion,HT,DM G4P2A1 yang didapatkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
2.

Penatalaksanaan di RSUD Sukoharjo yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat yaitu
dengan melakukan tindakan sectio cesariaAtas pertimbangan faktor resiko dan
komplikasi

20

DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. 2014. Diagnosis And Classification Of Diabetes
Mellitus. Diabetes Care. Volume 27 : 2
2. Brach, D., Porter, T. 2014. Hypeertensive Disorders of Pregnancy. Ostetrics and
Gynecologiy edisi 8. Philadelphia : Lippincot Willliams & Wilkins.
3. Callen. W peter,2008. Obstetrik ultra sound: Amniotic Fluid Volum: its pole in
fetal health and disease 5ed.,Mcgraw Hill
4. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2014. Amniotic Fluid Hidramnion. Dalam
Williams Obstetrics edisi 22. New York : McGraw Hill.
5. Cunningham, F., Leveno, K., et al. 2014. Hypertensive Disorder in Pregnancy.
Williams Obstetrics edisi 24. New York : McGraw Hill.
.
6. Cunningham, F.G, Leveno, K., et al. 2006.sectio secaria.Williams Obstetrics
edisi 24. Hal 592 New York : McGraw Hill.
7. Hamza ,A., Herr, D., et al. 2013. Polihidramnion: Penyebab, Diagnosis dan
Terapi.Geburtshilfe Frauenheilkd. Volume (12): 1241-1246.
8. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn
and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier
Saunders, 2005
9. Piette,
J.2013.
EffectivenessofSelf-managementEducationDiabetesAtlas.
Edisike-2.Belgium:InternationalDiabetesFederation.
10. Prawirohadrjo S, et al. 2002.Polihydramnion dalam Ilmu Kandungan, Edisi
ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
11. Prawirohadrjo S, et al. 2002. Hipertensi dalam kehamilan dalam Ilmu
Kandungan, Edisi ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
12. Prawirohadrjo S, et al. 2002. Diabetes gestasional dalam Ilmu Kandungan, Edisi
ketiga, Cetakan ketiga, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
13. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Edisi 1, cet.VI. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. p.133
21

22

Anda mungkin juga menyukai