Anda di halaman 1dari 3

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Depresi Pada Lansia Di

Desa

Jumat, 28 Oktober 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Depresi merupakan suatu gangguan keadaan tonus perasaan yang secara umum
ditandai oleh rasa kesedihan, apatis, pesimisme, dan kesepian yang mengganggu
aktivitas sosial dalam sehari-hari. Depresi biasanya terjadi pada saat stress yang
dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, sebagian besar diantara kita pernah
merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan,
kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan
keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan
merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau (Gred
Wilkinson,
1995).
Depresi dan Lanjut Usia sebagai tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa
dimana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta
menikmati masa pensiun bersama anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih
sayang. Pada kenyataanya tidak semua lanjut usia mendapatkannya. Berbagai
persoalan hidup yang menimpa lanjut usia sepanjang hayatnya seperti :
kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stress yang berkepanjangan, ataupun
konflik dengan keluarga atau anak, atau kondisi lain seperti tidak memiliki
keturunan yang bisa merawatnya dan lain sebagainya. Kondisi-kondisi hidup
seperti ini dapat memicu terjadinya depresi. Tidak adanya media bagi lanjut usia
untuk mencurahkan segala perasaan dan kegundahannya merupakan kondisi yang
akan mempertahankan depresinya, karena dia akan terus menekan segala bentuk
perasaan negatifnya ke alam bawah sadar (Rice philip I, 1994).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat depresi adalah gangguan
mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di
muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5
persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benarbenar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi
pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada
dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun.
Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh
diri
terkait
dengan
depresi
(Ahmad
Djojosugito,
2002).
Depresi dialami oleh 80 persen mereka yang berupaya atau melakukan bunuh diri
pada penduduk yang didiagnosis mengalami gangguan jiwa. Bunuh diri adalah
suatu pilihan untuk mengakhiri ketidakberdayaan, keputusasaan dan kemarahan
diri akibat gangguan mood. Angka bunuh diri meningkat tiga kali lipat pada
populasi remaja (usia 15 sampai 24) karena terdapat peningkatan insiden depresi
pada populasi ini. Pria yang berusia lebih dari 64 tahun memiliki angka bunuh diri
38/100.000 dibandingkan dengan angka 17/100.000 untuk semua pria di Amerika
Serikat
(Roy,
2000).

Menurut sebuah penelitian di Amerika, hampir 10 juta orang Amerika menderita


Depresi dari semua kelompok usia, kelas sosial ekonomi, ras dan budaya. Angka
depresi meningkat secara drastis diantara lansia yang berada di institusi, dengan
sekitar 50 persen sampai 75 persen penghuni perawatan jangka panjang memiliki
gejala depresi ringan sampai sedang. Dari jumlah itu, angka yang signifikan dari
orang dewasa yang tidak terganggu secara kognitif (10 sampai 20 persen)
mengalami gejala-gejala yang cukup parah untuk memenuhi kriteria diagnostik
depresi klinis. Oleh karena itu, depresi merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang disignifikan merupakan gangguan psikiatri yang paling banyak terjadi pada
lansia, tetapi untungnya dapat diobati dan kembali sehat (Hermana, 2006).
Selain itu prevalensi depresi pada lansia di dunia berkisar 8-15 persen dan hasil
meta analisis dari laporan-laporan negara di dunia mendapatkan prevalensi ratarata depresi pada lansia adalah 13,5 persen dengan perbandingan wanita-pria
14,1 : 8,6. Adapun prevalensi depresi pada lansia yang menjalani perawatan di RS
dan panti perawatan sebesar 30-45 persen. Perempuan lebih banyak menderita
depresi
(Chaplin
dan
Prabova
Royanti,
1998).
Depresi pada lansia seringkali lambat terdeteksi karena gambaran klinisnya tidak
khas. Depresi pada lansia lebih banyak tampil dalam keluhan somatis, seperti:
kelelahan kronis, gangguan tidur, penurunan berat badan dan sebagainya. Depresi
pada lansia juga tampil dalam bentuk pikiran agitatif, ansietas, atau penurunan
fungsi kognitif. Sejumlah faktor pencetus depresi pada lansia, antara lain faktor
biologik, psikologik, stress kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya
faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor resiko vaskuler, kelemahan fisik,
sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada lansia, yaitu tipe kepribadian,
relasi,
interpersonal
(Frank
J.
Bruno,
1997).
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Desa ....... ...... Terdapat
80 KK yang mempunyai lansia yang tinggal bersama mereka.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia di Desa ....... ......
Kecamatan
........
Tahun
2009.
B.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah : Bagaimanakah Pengetahuan Keluarga tentang Depresi
pada Lansia di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009?.
C.
Tujuan
Penelitian
C.1.
Tujuan
Umum
Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Keluarga tentang Depresi pada Lansia
di
Desa
.......
......
Kecamatan
........
Tahun
2009.
C.2.
Tujuan
Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia
di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan umur.
2. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia
di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pendidikan.
3. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia
di Desa ....... ...... Kecamatan ........ Tahun 2009 berdasarkan pekerjaan.
4. Untuk mengetahui distribusi pengetahuan keluarga tentang depresi pada lansia

di Desa ....... ...... Kecamatan ........ tahun 2009 berdasarkan informasi.


D.
Manfaat
Penelitian
D.1.
Bagi
Peneliti
Sebagai penambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam
mengaplikasikan
mata
kuliah
riset
keperawatan.
D.2.
Bagi
Institusi
Pendidikan
Sebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan Keperawatan/Kebidanan
dalam melakukan penelitian terutama yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.
D.3.
Bagi
Tempat
Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi keluarga untuk menambah pengetahuan keluarga
tentang depresi pada lansia dan sebagai informasi bagi keluarganya tentang
gambaran pengetahuan terhadap depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai