Presus Ektima - Stella Gracia - G4A014127
Presus Ektima - Stella Gracia - G4A014127
EKTIMA
Pembimbing :
dr. Ismiralda Oke Putranti, Sp. KK.
Disusunoleh :
Stella Gracia Octarica
G4A0140127
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
EKTIMA DAN TINEA PEDIS
Disusunoleh :
Stella Gracia Octarica
G4A0140127
Pembimbing
I. PENDAHULUAN
A. Identitas Pasien
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Status
Alamat
Tanggal Periksa
: Nn. R
: Perempuan
: 18 tahun
: Islam
: Belum Menikah
: Purwanegara RT 2/RW7
: 3 Oktober 2016
B. Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 3 Oktober 2016 pagi hari.
Keluhan Utama:
Timbul lenting-lenting berisi dibagian tangan kiri dan kanan, dan kaki
kiri dan kanan.
Keluhan Tambahan:
Pasien juga mengeluhkan rasa gatal dan perih pada bagian lesi. Luka
yang timbul akibat garukan dirasa nyeri apabila di tekan. Pasien juga merasa
demam apabila lesi membesar dan kemudian pecah.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Puskesmas Baturaden 1 dengan keluhan muncul
lenting-lenting berisi nanah pada bagian kedua kaki dan tangan. Keluhan
dirasakan sudah selama 1 minggu dan terus bertambah banyak. Lentinglenting muncul disertai gatal yang dirasakan sepanjang hari. Pasien sering
menggaruk-garuk bagian yang gatal sehingga menimbulkan luka pada area
tersebut setelah lenting itu pecah dan mengeluarkan cairan nanah. Selain gatal,
pasien juga merasa luka-luka yang timbul nyeri apabila di tekan dan merasa
demam apabila lenting-lenting pada tubuhnya membesar.
Awalnya lenting-lenting muncul pada bagian kaki kiri, pasien sering
mengaruk area tersebut dan lenting pecah, kemudian lesi mulai menyebar di
kaki kiri dan kaki kanan, dan akhirnya muncul beberapa lenting di tangan
kanan dan kiri terutama di area lengan bawah hingga punggung telapak
tangan. Luka bekas garukan tampak berwarna merah kekuningan dan
memiliki dasar yang cukup dalam.
: 43 kg
Tinggi Badan
: 149 cm
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Thorax
Jantung
Paru
Abdomen
KGB
Ekstremitas
E. Status Dermatologikus:
1.
Lokasi
Regio pedis, palmar, dan flexor antebrachii
2.
Efloresensi
Pustule dengan dasar eritematosa disertai dengan beberapa krusta
berwarna kuning tersebar diskret di regio carpal, metacarpal, dan pedis
dekstra et sinistra.
Gambar 1. Lesi pada tangan dan kaki.
F.
Pemeriksaan
Penunjang
Pada pasien
ini
tidak
: Bonam
: Bonam
: dubia ad malam
: dubia ad bonam
yang
utama
ialah
Streptococcus
hemolyticus,
fungsi
kulit
sebagai
pelindung
akan
terganggu
sehingga
Delapan puluh satu persen, anak menderita infeksi kulit. Tidak terdapat
perbedaan jenis kelamin. Terdapat tendensi lebih sering terjadi pada anak usia
2-5 tahun dibandingkan anak yang lebih tua (Siregar, 2005).
D. Patogenesis
Protein berkontribusi terhadap kemampuan Streptococcus sp untuk
menghalangi fagositosis streptococcus oleh sel leukosit polimorfonuklear
(PMN). Sebaliknya, antibody spesifik terhadap protein M meningkatkan
fagositosis. Infeksi dengan tipe M, membuat resistensi terhadap antibody
terhadap grup A streptococcus. Boyle menunjukan bahwa protease dari grup
ini memecah protein M bagian terminal yang membuat organisme ini lebih
mudah difagositosis oleh serum normal, tetapi resisten terhadap terhadap
fagositosis terhadap antibodi (Stevens, 2001).
Pirogen eksotoksin menginduksi demam pada manusia dan hewan serta
berpartisipasi pada syok dengan menurunkan ambang batas terhadap eksogen
endotoksin. Organisme ini menginduksi sel mononuklear untuk mensintesis
tumor nekrosis (TNF ), tetapi juga interlukin-1 (IL-1 ) dan interlukin 6
(IL-6) (Stevens, 2001).
E. Diagnosis
Pasien datang umumnya dengan keluhan gatal. Lesi awal berupa vesikel
atau vesikopustula di atas kulit eritematosa, membesar, dan pecah, terbentuk
krusta tebal dan kering yang sukar dilepas dari dasarnya. Jika krusta dilepas
terdapat ulkus dangkal. Ukuran lesi dapat 0.5-3 cm. Jika keadaan umum baik
akan sembuh sendiri dalam waktu 3 minggu, meninggalkan jaringan parut
yang tidak berarti. Jika keadaan umum buruk dapat menjadi ganggren
(Siregar, 2005).
Pada pemeriksaan kulit didapatkan efloresensi berupa macula eritematosa
lenticular hingga nummular, vesikel, dan pustule miliar hingga nummular,
difus, simetris serta krusta yang sukar lepas yang terletak pada daerah
ektremitas inferior, dorsal pedis, dan malleolus. Pada pemeriksaan fisik juga
didapatkan
limfadenopati.
Pada
gambaran
histopatologi
didapatkan
d. Sefalosporin
Pada pioderma yang tidak respon dengan pengobatan di atas dapat
digunakan golongan ini. Contohnya adalah sefadroksil 2 x 500 mg.
2. Topikal
Obat topical antimikroba seperti neomisin. Kloramphenicol dan
teramisin dinyatakan kurang efektif. Mupironin dan asam fusidic
dinyatakan mampu menmberikan efek yang baik terhadap ektima. Selain
dapat dilakukan kompres terbuka contohnya adalah larutan rivanol,
permanganas kalikus, dan yodium povidon 7.5% dilarutkan 10 kali
(Djuanda, 2010).
Terapi lain yang dapat digunakan untuk mengembalikan barrier kutan
pada pasien dengan penyakit dasar dermatitis atopic atau xerosis adalah
dengan memberikan pelembab dan kortikosteroid (Brannon, 2014).
H. Komplikasi
Ektima jarang menimbulkan gejala sistemik. Komplikasi diantaranya
adalah selulitis, erisipelas, ganggren, limfangitis, limfadenitis supuratif dan
dapat menyebabkan glomerulonephritis. Streptococcal toxic shock syndrome
juga sudah pernah dilaporkan. Beberapa jenis S. aureus dapat menyebabkan
Staphylococcal scalded skin syndrome (Siregar, 2005).
I. Pencegahan
Pada daerah tropis, perhatikan kebersihan dan makanan. Selain itu
gunakan obat antiseraggan untuk mencegah gigitan (Djuanda, 2010).
J. Prognosis
Ektima sembuh secara perlahan (2- 23 hari dengan rata-arata 9.6 hari),
tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut (skar).
10
III. PEMBAHASAN
Diagnosis ektima didapat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik status
dermatologis sebagai berikut :
Anamnesis :
1. Keluhan utama timbul lenting-lenting
2. Onset 1 minggu yang lalu diawali dari bagian kaki kemudian tangan.
3. Keluhan disertai rasa perih, adanya benjolan bernanah serta luka yang tak
kunjung sembuh.
St. Dermatologis:
1.
12
IV. KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Brannon, Heather. 2014. How topical Steroids work. Dermatology.
Djuanda, Adhi. 2010. Pioderma Dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Siregar R.S. 2005. Ektima Dalam Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Edisi
Kedua. Jakarta: EGC
Stevens, Dennis. Streptococcus pyorogens (Group A hemolytic Streptococcus).
Veteran Affairs Medical Center. 2001
Unandar, B. Mikosis. In. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. 2007.Ilmu
penyakit kulit dan kelamin. 5th ed. Jakarta: Balai penerbitan FKUI.
14