Anda di halaman 1dari 36

Kata pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah,beserta inayahNya kepada kita semua sehingga
kita masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan tugas matematika wajib ini, tak lupa pula kami panjatkan puji
syukur atas kemurahan Allah yang telah memberikan kami kelancaran sehingga matematika wajib ini dapat kami
selesaikan dengan lancar, sempurna, serta tak kurang dari apapun.
Sebelumnya kami haturkan banyak terimakasih kepada :
Hj. Musthofiyah, S.Pd selaku guru kami pembimbing guru matematika wajib .
Beserta rekan anggota kelompok 6 yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami berharap semoga materi dokumen matematika wajib semester 1 ini dapat memberikan ilmu
pengetahuan yang bermanfaatnya bagi kita semua, memberikan wawasan, dan ilmu yang bermanfaat.Semoga
dokumen materi ini selain bermanfaat dalam ilmu pengetahuan juga membantu dalam proses pembelajaran.
Sebelum kami akhiri, apabila ada kesalahan dalam penulisan dan pengeditan dokumen materi matematika
wajib ini, kami selaku dari kelmpok 6 MIA 1 , memohon maaf sebesar- besarnya.
Trimakasih

Pleret, 22 november 2014


Atas nama
Kelompok 6
(Fika Nurida,Eka Oktaviani,Aulia Urrahmani,Indah wulan)

DAFTAR ISI

BAB I
1 KELOMPOK VI

program Linear.........................................................................................................4
program Linear menggunakan garis selidik............................................................ 5
Program Linear menggunakan model matematika........................................... .......7
Penyelesaian masalah menggunakan program linear............................................ ..8

BAB II
Konsep Matriks........................................................................................................10
Jenis- jenis Matriks..................................................................................................11
Perkalian matrik dengan bilangan skalar.................................................................13
Perkalian dua matrik................................................................................................13
Determina matriks ordo 2 x 2 dan 3 x 3..................................................................14
Matriks singular.......................................................................................................15
Invers matrik ordo 2 x 2................................................................................... .......16
Rumus invers matrik persegi ordo 3 x 3..................................................................17
BAB III
Komposisi fungsi dan invers ...................................................................................20
Fungsi matematika pada daerah ............................................................................. 21
Menentukan fungsi jika fungsi komposisi dan sebuah fungsi di ketahui.................21
Menentukan fungsi dengan permisalan....................................................................22
Menjadikan Fungsi ke invers....................................................................................23.
Rumus fungsi invers................................................................................................ 24
Rumus fungsi invers dari fungsi pecahan................................................................24
Rumus komposisi fungsi invers...............................................................................24
BAB IV

Menemukan konsep baris dan deret tak hingga......................................................28


Barisan Konstan naik dan turun..............................................................................28

BAB V
Gradien dan garis....................................................................................................29
Garis- garis sejajar..................................................................................................29
Garis- garis tegak lurus..........................................................................................30
BAB VI
Aturan sinus ..........................................................................................................35
Aturan Cosinus......................................................................................................36
2 KELOMPOK VI

Luas segitiga.................................................................................................... .....37


DAFTAR PUSTAKA.....................................................................38

26 Oktober 2014
Kelompok 6

BAB I
PROGRAM LINEAR
Menentukan Daerah Penyelesaian dengan sistem pertidaksamaan
Pengertian : Program Linear adalah suatu cara untuk penyelesaian masalah dengan menggunakan
persamaan atau pertidaksamaan linear yang mempunyai banyak penyelesaian, dengan memperhatikan
syarat-syarat agar diperoleh hasil yang maksimum/minimum (penyelesaian optimum).
Persamaan Daerah Penyelesaian :
3 KELOMPOK VI

a) X 0
Y0
X+Y p
x
y
x,y
0
p

p
0

0,p
P,0

Dengan kata lain (DP) dapat dibatasi oleh (0,0), A (x,y), B (x,y), C (x,y),.
Dengan daerah B di dapatkan dari proses Eliminasi.
Contoh :
a) X 0
Y 0
Misal: X + Y 4
x

x,y

0
4

4
0

0,4
4,0

3X + Y 6
x

x,y

0
6
0,6
2
0
2,0 oleh (0,0), A (2,0), B (2,2), C (0,4)
Dengan kata lain (DP) dapat dibatasi

Dengan kata lain B di peroleh dari Eliminasi dengan cara seperti dibawah ini:
B -> x + y = 4
3x + y = 6

x3
x1

3x + 3y = 12
3x + y = 6
3y = 6
y=2

maka : x + y = 4
x +2=4
x=42
x=2

gambar grafiks disamping:


gambar 1(bab1)

4 KELOMPOK VI

2. program linear menggunakan garis selidik


Pengertian garis selidik
Cara lain untuk menyelesaikan program linear adalah dengan menggunakan garis selidik. Garis selidik
adalah garis yang diperkirakan berpotongan dengan garis lain yang mendekati nilai optimum.
Garis selidik persamaannya dibentuk dari rumus fungsi objektif. Untuk menentukan titik optimum pada
daerah penyelesaian suatu program linear dengan fungsi objektif f = ax + by maka persamaan garis selidik yang
digunakan adalah ax + by = k
Ax + by diperoleh dari bentuk objektif. Garis selidik ini semakin jauh dari O harganya semakin besar sehingga
bentuk objektif harga terbesar dan terkecil akan bersesuaian dengan jauh dekatnya garis
Persamaan :
Menentukan nilai optimum ( minimum dan maksimum ) dengan menggunakan garis selidik
ax + by = k
dari x 0
x,y c
y 0
dengan kata lain bentuk Obyektifnya : Z = x + y
contoh dan caranya :

1. Menentukan nilai x dan y nya.


Misal : x + 3y = 6
dengan
x

x,y

0
6

2
0

0,2
6,0

6x + 2y = 24
x

x,y

0
4

12
0

0,12
4,0

2. Menentukan ( DP )dengan menentukan daerah- daerah yang dibatasi:


Misal : DP = (0,0), A(4,0), B(0,2), C(0,2).
3. Dengan kata lain B dicari dengan cara Eliminasi
Secara persamaan linear dengan metode gabungan eliminasi.
Misal: B -> x + 3y = 6
x6 6x + 18y = 36
6x + 2y = 24 x1 6x + 2y = 24
6y = 12
y = 2.

Maka :

x + 3y = 6
x + 3.2 = 6
x=66
x=0
5 KELOMPOK VI

4. Degan mencari pembagi dari kedua obyektif


Misal : Z = 20 x + 80 y , maka yang dapat membagi 20, dan 80 adalah 80.
Maka garis selidiknya 80 = 4 x + 1 y, dengan kata lain garis selidik bernilai - ,(-4,-1)
5. Mencari optimum dengan cara mengubah / menjadikan nilai optimum (minimum dan maksimum)
berpusat nilai B
Penentuan nilai optimum suatu bentuk fungsi objektif
Untuk menentukan nilai optimum suatu bentuk objektif dengan garis selidik dapat
dilakukan
dengan cara sebagai berikut
Menentukan nilai maksimum suatu bentuk fungsi objektif, f + ax +by
Langkah langkah :
1 Bentuklah persamaan garis ax + by = ab memotong sumbu X di titik (b,0) dan memotong sumbu Y di
2

titik (0,a)
Buatlah garis garis yang sejajar dengan ax + by = ab sehingga ditemukan garis yang melalui suatu titik
pada daerah himpunan penyelesaian dan terletak paling kanan. Misalnya garis ax + by = k, melalui titik
(p,q) yang terletak pada daerah himpunan penyelesaian dan terletak pada paling kanan maka titik (p,q)
tersebut merupakan titik optimum dan nilai maksimum fungsi objektif tersebut adalah k1 = ap + bq
Misal : Z = 20 x + 80 y, maka nilai x,y dari B, tadi dimasukkan dalam optimum disini. Z = 20 .(0) + 80
(2).
6.Mulai menggambar (gambar 2(bab 1))

3. menyelesaikan program linear menggunakan model matematika.


Dimana dalam hal ini caranya hampir sama dengan nomor pembahasan bab 1 no 1 dan 2 hanya disini soal
berbentuk dalam soal cerita, disni kita dapat menentukan model matematika , kemudia di lanjut pada penerapan
cara matematik no 1 dan 2.
Model matematika pengertian: Model matematika adalah sistim persamaan atau pertidaksamaan yang
mengungkapkan semua syarat yang harus dipenuhi oleh x dan y.

6 KELOMPOK VI

Model matematika ini merupakan cara sederhana untuk memandang suatu masalah dengan menggunakan
persamaan atau pertidaksamaan matematika
Caranya: dalam pembahasan kali ini untuk menentukan model matematika, kita membutuhkan pemahaman,
logika, serta konsentrasi, agar dapar tercipta suatu perbandingan yang mewujudkan model matematika itu sendiri.
Contoh soal:
Sebuah kopsis menjual bolfoint dan pensil , dan ada beberapa siswa akan membeli bolfoint dan pensil tersebut
untuk 2 matapelajaran, pada pelajaran matematika seorang siswa membutuhkan 2 bolfoint dan 1 pensil, pada
pelajaran senirupa membutuhkan 6 bolfint dan 4 pensil , persediaan di kopsis tersebut masing- masing memiliki
20 dan 24, dan hasil penjualan kopsis untuk memenuhi beberapa pesanan dari siswa untuk mata pelajaran
matematika Rp 24.000 dan senirupa Rp 20.000. Tentukanlah program linear menggunakan model matematika ini.
Jawab:, misal:
pelajaran matematika : x
Pelajaran Seni Rupa : y.
Maka : 2x + 1y 20
6x + 4y 24
x 0
y 0
dengan fungsi obyektif Z = Rp 24.000 x + Rp 20.000 y
4. penyelesaian masalah program linear
Misal langsung saja kita ambil contoh soal dari (nomor 3) bab 1 ,dengan 4 langkah sebagai berikut.
Langkah I : menentukan model matematika
Langkah II : menentukan daerah penyelesaian
Langkah III : menentukan optimum daris selidik
Langkah IV : menentukan nilai maksimum dan minimum
Langkah I : misal:
pelajaran matematika : x
Pelajaran Seni Rupa : y.
Maka : 2x + 1y 20
6x + 4y 24
x 0
y 0
dengan fungsi obyektif Z = Rp 24.000 x + Rp 20.000 y
Langkah II : menentukan daerah penyelesaian dengan di batasi (0,0), A(4,0), B(8,36), C(0,20).
Dengan B di tentuakan eliminasinya :
2x + 1y 20
x6 12x + 6y = 120
6x + 4y 24
x2
12x + 8y = 48
-2y= 72
y = -36, y harus tetap bernilai positif, maka y = 36.
Maka, 2x + 1y = 20
2x + 36 = 20
2x = 36- 20
2x = 16
x = 8.
7 KELOMPOK VI

Gambar 4 ,Bab 1

Langkah III
Kemudian menentukan garis selidik dengan:
Obyektif Z= Rp 24.000 x + Rp. 20.000 y , maka Z bernilai 120.000
120.000 = (-5,0) + ( 0,-6).
Dengan langkah IV.
Jadi nilai maksimum pada titik B (8,36)
Adalah : Z = Rp. 24.000 x + Rp 20.000 y
= Rp. 24.000 (8) + Rp. 20.000 (36).

8 KELOMPOK VI

BAB II
MATRIKS DAN INVERS MATRIKS
1.Konsep matriks
Dalam hal ini kita akan membahas tentang matriks , sebelum kita terjun dalam pembahasan matriks, mari kita
memulai dengan mengerti pengertian matrik terlebuh dahulu.
Pengertian: kumpulan bilangan yang terdiri dari baris dan kolom .
Dengan pemahaman konsep menggunakan kolom:
Dalam kolom ini , sebuah data menunjukkan hasil pertandingan Classmeeting tahun 2013/2014.
Nama Klub

mena
ng
16
16
10
9

main
24
24
24
24

XI MIA 1
XI IIS 1
XI MIA !
X IIS 1

seri

kalah

nilai

8
5
8
8

3
4
5
6

75
73
65
62

Penunjukkan bagian di atas seperti:


a)
16
16
10
9

8v
5v
8
8

3
4
5
6

baris

kolom

b) Ordo matriks:
Yang mana ordo itu gunanya menunjjukan baris dan kolom seperti,
yang di ikuti 3 kolom.
c) Banyaknya Elemen
Suatu perkalian antara baris dengan kolom, misal :

A 4 x 3 artinya terdiri dari 4 baris

A 4 x 3 = 4 . 3 = 12.

d) Transpose Matriks : baris menjadi kolom, atau sebaliknya kolom menjadi baris
AT
Misal :
:
16

16

16

16

10

10

3x4

e) Jenis matrik dasar.


1) Matriks persegi ordo m x m.
2) Matriks nol = elemen seluruhnya maka menjadi nol.
9 KELOMPOK VI

3) Matriks identitas = menunjukan suatu identitas ordo m x m


Seperti:
1 0
=
dengan diagonal utama : 1 ,dan elemen baris 0.
2x2
0 1

[ ]

4) Matriks diagonal = matriks identitas diagonal utama tidak satu

0
5) Matriks segitiga atas =
0 0
3x3
0

6) Matriks segitiga bawah =

0 0

3x3
f) Kesamaan Matriks: dima maksud dari kesamaan ini, bukan angka yang sama melainkan hasil akhirnya
yang sama jika di hitung dengan matriks,
180 100
10
=
3
Contoh:
7 5
2+5 3

][

log5

g) Penjumlahan dan pengurangan matriks:


Cara: menjumlahkan / mengurangkan elemen yang bersamaan / bersesuaian.
Contoh: + seri
Menang
+
kalah =
hasil
1
6
1
6
1
0

8
5
8

h) Matriks kolom m x I
i) Matriks baris I x m.

2.2. Jenis- jenis matriks :


Jenis- jenis matriks ini berdasarkan:
I
Berdasarkan Ordo :
Matriks persegi ( bujur sangkar) , matriks yang memilikinordo m x matau banyaknya matriks tersebut.
2 5 6
a) AB maka A dan B disebut
4 3 9
Contoh :
sifat :
Commute (sai ing).
5 4 7
b) AB = - BA => A dan B,
artinya anti commute.

Matriks Baris : matriks yang hanya terdiri dari baris saja.

10 KELOMPOK VI

A
Contoh : 37 ) ( 2 (

1 x m.

Matriks Kolom : terdiri hanya kolom saja.


4
Contoh : A= 3
Mx1
Matriks tegak : suatu matriks yang banyaknya baris lebih dari banyaknya kolom.
4 4
A=
5 4
Contoh:
0 7
3x2

Matriks datar: matriks yang banyak baris kurang dari banayaknya kolom, atau bisa disebut kebalikan dari
matriks tegak.
4 3 2
y4
Contoh: Z 2 =
0 6 7
2 x3
II. Matriks berdasarkan elemen penyusunnya :
Matriks nol: suatu matriks yang setia unsurnya 0 berordo m x n yang ditulis dengan huruf O.
0 0 0
O
=
0 0
2x 3 0
Contoh:
0 0 0
3x 3
Matriks diagonal : suatu matriks bujur sangkar yang semua elemennya di luar diagonal utamanya nol.
3 0 0
Contoh : Z =0 4 0
0 0 5
3 x3
Matriks identitas / satuan : matriks diagonal yang semua elemennya diagonal. 1/0
1 0 0
Dengan sifat:
Z
=
0 1 0
Contoh:
0 0 1
I.
Ax1=A
3x3

II.

1xA=A

Matriks Skalar : matriks diagonal yang semua elemennya sama tapi bukan 0 / 1
3 0 0
0 3 0
Contoh: Z =
0 0 3
3x 3

11 KELOMPOK VI

Matriks segitiga atas (upper triangular)


Matriks bujur sangkar yang semua elemennya dibawah. Diagonal elemennya
yang = 0.
3 2 2
0 4 1
Contoh: Z =
0 0 5
3x 3.
Matriks segitiga bawah ( lower triangular)
Matriks bujur sangkar yang semua elemennya diatas. Diagonal elemennya
yang = 0.
3 0 0
1 4 0
Contoh: : Z =
2 2 5
3x 3.

Matriks Simentri; suatu matriks bujur sangkar yang unsur pada baris ke i kolom ke jsama dengan
unsur pada baris ke j kolom ke i. Yang mana segitiga Z ij =Z ji .
Contoh:
Z 11 Z12 Z 13 3 2 5
Z 12 Z 21
Z =Z 21 Z22 Z 23=9 4 7 , dimana z 13 = Z 31
Z 31 Z32 Z 33 5 6 1
Z 23 Z 32

3.2 perkalian Matriks dengan Skalar:


pengertian: suati bilangan real dan A suatu matriks , maka kA adalah matriks yang diperoleh dengan mengalikan
setiap elemen matriks A dengan skalar k sehingga :
jika di ketahui:
sifat- sifat perkalian matriks dengan bilangan skalar:
misalkan p,q,dan r adalah bilangan real , serta A dan B matriks- matriks berodo m x n , maka :
1. (q + r ) A = qA + rA
2. r ( A + B ) = rA + rB
3. p (qA) = ( pq ) A.
Dengan persamaan :
p q
p q
kp kq
Jika A= r s ,maka kA=k r s = kr ks

( )

( )(

( )
3

Contoh: Z =
2

( )(

1
1
3
2 , maka2 Z=2
2 = 6 1

20
10
10
2

12 KELOMPOK VI

4.2 perkalian dua matriks:


Pengertian : sebuah perkalian yang mengalikan dua matriks yang dengan ciri kolom x baris dengan nilai yang
sama.
Syarat Perkalian Dua Matriks
Jika matriks Am x n dan matriks Bp x q dikalikan, maka :

Banyaknya kolom matriks A harus sama dengan banyaknya kolom matriks B, sehingga n = p

Matriks hasil perkalian antara A dan B adalah matriks dengan ordo m x q

Perkalian dilakukan dengan menjumlahkan hasil kali setiap elemen baris matriks A dengan setiap elemen
kolom matriks B yang sesuai

Contoh 1
Diketahui matriks-matriks :

Manakah diantara operasi-operasi perkalian matriks berikut yang dapat dilakukan :


a. A x B
Dapat, karena ordo matriks A adalah 2x3 dan ordo matriks B adalah 3x2, kolom matriks Asama
dengan baris matriks B
b. A x C
Tidak, ordo matriks A adalah 2x3 sedangkan ordo matriks C adalah 2x2, kolom matriks Atidak
sama dengan baris matriks C
c. B x C
Dapat, ordo matriks B adalah 3x2 dan ordo matriks C adalah 2x2, kolom matriks B sama
dengan baris matriks C
d. C x D
Tidak, ordo matriks C adalah 2x2 sedangkan ordo matriks D adalah 3x2, kolom matriks Ctidak
sama dengan baris matriks D

Determinan suatu matriks


Matriks ordo 2x2
Pengertian:
Misalkan:

maka Determinan A (ditulis

Contoh:

) adalah:

( )

P= 3 6 =3.76.4=0
4 7

Matriks ordo 3x3


Pengertian:
13 KELOMPOK VI

Cara Sarrus
Misalkan:

Jika

maka tentukan

Penghitungan matriks dilakukan dengan cara menambahkan elemen dari kiri atas ke kanan bawah (mulai dari a
e i, b f g, dan c d h) lalu dikurangi dengan elemen dari kanan atas ke kiri bawah (mulai dari c
e g, a f h, dan b d i) sehingga menjadi:

Contoh:

maka tentukan

Cara ekspansi baris-kolom


Misalkan:

Jika

maka tentukan

dengan ekspansi baris pertama!

Matriks Singular
Matriks singular adalah matriks yang nilai determinannya 0.
Contoh:

14 KELOMPOK VI

Jika A matriks singular, tentukan nilai x!


Jawab:

vs
Invers matriks
Invers matriks 2x2
Pengertian : pengertian invers : persegi atau buju sangkar yang berordo 2x2 dan 3x3maupun ordo nxn, akan
menjadi topik pembahasan kali ini.
Suatu matriks dapat dibalik jika dan hanya jika matriks tersebut adalah matriks persegi (matriks yang
berukuran n x n) dan matriks tersebut non-singular (determinan 0). Tidak semua matriks memiliki invers.
Invers matriks dapat didefinisikan sebagai berikut.
Definisi :
Jika A adalah suatu matriks kuadrat, dan jika kita dapat mencari matriks B sehingga AB = BA = I, maka
A dikatakan dapat dibalik (invertible) dan B dinamakan invers dari A
Misalkan:

maka inversnya adalah:

Sifat-sifat invers matriks

Persamaan matriks
Tentukan X matriks dari persamaan:

Jika diketahui matriks A.X=B

15 KELOMPOK VI

Jika

diketahui matriks X.A=B

Contoh:

y2
y2
2
2
=( y ( 3 p+ 2 ) )( y . 5 y )
5 y 3 p+2

3 p y 2 +2 y 25 y 3=3 p y 25 y 3+ 2 y 2

Invers matriks ordo 3 x 3


Pengertian invers matriks 3 x3 : sebuah
rumus yang membalikan dari rumus awal
(determina),yangb dapat ditentukan
menggunakan beberapa cara. Pada pembahaan ini kita akan menggunakan cara adjoin dan transformasi.

Adjoin adalah matriks kofaktor yang di Transposkan ( baris jadi kolom , kolom jadi baris )

Oke langsung ke contoh soal berikut ini :


Langkah pertama maka kita harus mencari kofaktor dari A , dengan cara sbb:

Langkah kedua, Setelah hasil dari Kofaktor A ditemukan , maka kita mencari ADJOIN nya =

Langkah ketiga , Mencari nilai determinan A :

16 KELOMPOK VI

Langkah terakhir adalah mencari invers matriks A dengan rumus :


Invers Matriks nxn = 1 / nilai determinan . Matriks Adjoinnya

jadi matriks invers A adalah =


Suatu matriks dapat dibalik jika dan hanya jika matriks tersebut adalah matriks persegi (matriks yang berukuran n
x n) dan
matriks tersebut non-singular (determinan 0). Tidak semua matriks
memiliki invers. Invers matriks dapat didefinisikan sebagai berikut.
Definisi :
Jika A adalah suatu matriks kuadrat, dan jika kita dapat mencari
matriks B sehingga AB = BA = I, maka A dikatakan dapat
dibalik (invertible) dan B dinamakan invers dari A
Karena AB = BA = I, maka berdasarkan Definisi, B adalah invers
dari matriks A.
Bagaimana cara menghitung invers jika matriksnya memiliki ordo lebih
dari 2? Misal matriks 33, 44, dan seterusnya. Pada matriks yang
berordo lebih dari dua ini kita akan memanfatkan Eliminasi Gauss
Jordan.
Contoh 2 :

Carilah invers matriks 33 yaitu A =


Penyelesaian :
Susun matriks sedemikian sehingga seperti dibawah ini.

Matriks disebelah kiri adalah matriks A dan sebelah kanan adalah matriks identitas. Kemudian lakukan Operasi
Baris Elementer sedemikan sehingga matriks sebelah kiri menjadi matriks identitas dan matriks identitas (pada
sebelah kanan) yang akan menjadi invers matriks tersebut.
1. baris kedua : B2 + (-2B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -2 kali baris pertama]
baris ketiga : B3 + (-B1) [artinya baris kedua dijumlahkan dengan -1 kali baris pertama]

17 KELOMPOK VI

2. baris ketiga : B3 + 2B2 [artinya baris ketiga dijumlahkan dengan 2 kali baris kedua]

3. baris ketiga : B3 x (-1) [artinya baris ketiga dikali dengan -1]

4. baris kedua : B2 + 3B3 [artinya baris kedua dijumlahkan dengan 3 kali baris ketiga]
baris pertama : B1 + (-3B3) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -3 kali baris ketiga]

5. baris pertama : B1 + (-2B2) [artinya baris pertama dijumlahkan dengan -2 kali baris kedua]
Karena matriks kiri sudah terbentuk menjadi matriks identitas, maka invers dari matriks A adalah A-

Contoh 3 :

Periksa apakah matriks A33 memiliki invers? Jika, tentukan inversnya, dengan A =

Penyelesaian :
Susun matriks sedemikian sehingga seperti dibawah ini, kemudian lakukan Operasi Baris Elementer

1. baris pertama : B1 x (1/3)

2. baris kedua : B2 + (-2B1)


baris ketiga : B3 + 4B1

Perhatikan matriks sebebelah kiri pada baris kedua dan ketiga. Karena baris kedua dan ketiga memiliki entry
yang sama, ini mengakibatkan matriks tersebut memiliki dterminannya nol, sehingga matriks tersebut tidak
memiliki invers.
BAB III
FUNGSI dan RELASI
Relasi
18 KELOMPOK VI

Relasi adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan satu ke himpunanlain. Suatu relasi dari himpunan A ke
himpunan B adalah pemasangan atau perkawananatau korespondensi dari anggota-anggota himpunan A ke anggotaanggota himpunan B.Jika diketahui himpunan A
= {0, 1, 2, 5}; B = {1, 2, 3, 4, 6}, maka relasi satukurangnya dari himpunan A ke himpunan B dapat disajikan dalam
diagram panah,diagram Cartesius, himpunan pasangan berurutan, dan dengan rumus.2.Fungsi
a.Pengertian Fungsi
Suatu relasi dari himpunan A ke himpunan B
disebut fungsi dari A ke B
jika setiap anggota A dipasangkan dengan tepat satu anggota B
lihat pada gambar disamping,
menunjukkan relasi fungsi:
fungsi itu sama dengan relasi dalam
disamping ini ada yang disebut sebagai:

{a , b , c }

Domain: daerah asal

Kodomain: daerah sekawan

{ 1,2,3 }

19 KELOMPOK VI

Range : daerah hasil

{ 1,2,3 }

R:AB
A = {1,2,3,4} dan B = [1,2,3,4,5,6} apabila di kaitkan kedua himpunan dengan hubungan
A merupakan setengah dari B maka relasi tersebut dapat digambarkan dalam diagram
berikut

Fungsi atau Pemetaan


Apa sebenarnya yang dimakasud dengan fungsi atau pemetaan? suatu relasi dari A ke B
yang memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B disebut dengan fungsi
atau pemetaan dari A ke B. Suatu fungsi umumnya dinotasikan dengan huruf ef kecil (f).
Misalny f adalah fungsi yang memtakan dari A ke B, maka fungsi tersebut ditulis
f:AB
A disebut dengan daerah asal [domain]
B disebut dengan daerah kawan [codomain]
Jikaf memetakan x A ke y B maka dapat sobat hitung katakan bahwa y adalah peta
dari x dan dapat ditulis f : x y (f memetakan x ke y) atau y adalah fungsi dari x, y = f(x).
Contoh

20 KELOMPOK VI

Diagaram disamping adalah pemetaan f: A B dengan


daerah asal A = {a,b,c,d,e}
daerah kawan B = {1,2,3,4,5,6}
f(a) = 1; f(b) = 2; f(c) = 3; f(d) = 4; f(e) = 5, sehingga
didapat range (daerah hasil) H = {1,2,3,4,5}

21 KELOMPOK VI

fungsi yang memetakan daerah asal ke daerah kawan bermacam-macam sobat, bisa
fungsi sederhana, linier, kuadrat, dan sebagainya.
Contoh
Misal f: R R dengan f(x+2) = x2-x, tentukan berapa nilai f(x) dan f(1)
Kita misalkan y = x + 2, sehingga x = y-2
f(y) = (y-2)2 (y-2) = y2 4y + 4 y +2 = y2 -5y + 6
sehingga bisa didapat f(x) = x2 -5x + 6
f(1) = 12 -5(1) + 6 = 2
Komposisi Fungsi
menghitung dengan menggabungkan dua fungsi secara berurutan akan menghasilkan
sebuah fungsi baru.

Pada diagram di atas fungsi f dikomposisikan dengan fungsi g menghasilkan fungsi h. h


dinamakan fungsi komposisi dari fungsi f dan g dinotasikan h = f o g (sobat mungkin
sering sebut fog atau f bundaran g). Jadi jika kira rinci
g(y) = g(f(x))
h(x) = g(f(x)) atau h (x) = (g o f) (x) = g(f(x))
Buat lebih jelas kita latihan dengan contoh soal berikut
Jika f(x) = 2x2 + 1 dan g(x) = x+2
tentukan
a. (g o f ) (x)
b. (g o f ) (5)
c. (f o g) (x)
d. (f o g) (3)
Jawab:
mengkomposisikan fungsi sebenarnya sangat sederhana, sobat hanya perlu mentaati
asas ketika memasukkan nilai x.
a. (g o f ) (x) > kita masukkan fungsi f sebagai x dalam fungsi g
(g o f ) (x) = g(f(x)) = g (2x2+1) = 2x2+1 + 2 = 2x2+3
b. (g o f ) (5) = 2(5)2 + 3 = 53
c. (f o g) (x) > kita masukkan fungsi g sebagai x dalam fungsi f
(f o g) (x) = f(g(x)) = f (x+2) = 2(x+2)2 +1 = 2 (x2+4x+4) +1 = 2x2 + 8x +8 + 1 =
2x2 + 8x + 9
d. (f o g) (3) = 2(3)2 + 8(3) + 9 = 51
Invers Fungsi
22 KELOMPOK VI

Apa itu invers fungsi? Misal fungsi f: A B maka invers fungsi dari f dinyatakan dengan f1: B A
jika y = f(x) maka x = f-1(y).
Hasil invers dari suatu fungsi dapat merupakan fungsi atau bukan fungsi. Kapan invers
suatu fungsi merupakan fungsi juga? Jawabannya ketik fungsi tersebeut berkorespondensi
satu-satu. Ketika suatu fungsi bukan merupkan korespondensi satu-satu maka inversnya
bukan merupakan sebuah fungsi melainkan suatu relasi.
Bagaimana Menentukan Invers Suatu Fungsi?
Invers suatu fungsi dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memisalkan fungsinya denga
y
Kemudian menyatakan variabel x sebagai fungsi dari y
Menggantinya dalam fungsi menjadi x
Contoh
Tentukan ivers dari fungsi f(x) = 2x + 6
Pembahasan
f(x) = 2x + 6
misal y = 2x + 6
2x = y 6
x=y3
dengan demikian f-1(y) = y 3 atau f-1(x) = x 3
Contoh 2
Tentukan Invers dari fungsi y = 2x + 3/ 4x + 5
jawab :
y = 2x + 3/ 4x + 5
y (4x + 5) = 2x + 3
4yx + 5y = 2x + 3
4yx 2x = 3 5y
x (4y-2) = 3 5y
x = 3 5y / 4y-2
atau
x = -5y +3 / 4y 2
jadi dengan dimikian f-1 (y) = 2x + 3/ 4x + 5 = -5y +3 / 4y 2
atau f-1(x) = -5x +3 / 4x 2

Soal Nomor 1
Diberikan dua buah fungsi masing-masing f(x) dan g(x) berturut-turut adalah:
f(x) = 3x + 2
g(x) = 2 x
Tentukan:
a) (f o g)(x)
b) (g o f)(x)

23 KELOMPOK VI

Pembahasan
Data:
f(x) = 3x + 2
g(x) = 2 x
a) (f o g)(x)
"Masukkan g(x) nya ke f(x)"
sehingga:
(f o g)(x) = f ( g(x) )
= f (2 x)
= 3(2 x) + 2
= 6 3x + 2
= 3x + 8
b) (g o f)(x)
"Masukkan f (x) nya ke g (x)"
sehingga:
(g o f)(x) = g ( f (x) )
= g ( 3x + 2)
= 2 ( 3x + 2)
= 2 3x 2
= 3x

FUNGSI INVERS
Jika diketahui suatu fungsi f(x) dan memenuhi syarat untuk memilikiinvers, maka invers fungsi dari f(x) ditulis
f 1 x

24 KELOMPOK VI

Inver dari fungsi linier : f(x) = ax + b


maka invers nya

adalah :

Fungsi Pecahan :

inversnya adalah :

Fungsi kuadrat :
f(x) = ax2 + bx + c
inversnya adalah :

25 KELOMPOK VI

Jika fungsi f: DfRf adalah fungsi bijektif, maka invers fungsi f adalah fungsi
yang
didefinisikan sebagai f -1: Rf Df dengan kata lain f -1 adalah fungsi dari Rf ke
Df .
Perhatikan kembali Definisi 3.4 di atas. Fungsi f: Df Rf adalah fungsi bijektif,
jika
yRf merupakan peta dari x Df, maka hubungan antara y dengan f(x)
didefinisikan
dengan y = f(x). Jika f -1 adalah fungsi invers dari fungsi f, maka untuk setiap
x Rf -1adalah peta dari y f 1 D . Hubungan antara x dengan f -1(y)
didefinisikan
dengan rumus x = f -1(y).
5. Menentukan Rumus Fungsi Invers
Masalah-3.6
Salah satu sumber penghasilan yang diperoleh klub sepak bola adalah hasil
penjualan tiket penonton jika timnya sedang bertanding. Besar dana yang
diperoleh bergantung pada banyaknya penonton yang menyaksikan pertandingan
tersebut. Suatu klub memberikan informasi bahwa besar pendapatan yang
diperoleh klub dari penjualan tiket penonton mengikuti fungsi f(x) = 50.000x +
20.000, dengan x merupakan banyak penonton yang menyaksikan pertandingan.
a) Tentukanlah invers fungsi pendapatan dari tiket penonton klub sepak bola
tersebut.
b) Jika dalam suatu pertandingan, klub memperoleh dana hasil penjualan tiket
penonton sebesar Rp55.570.000,-. Berapa penonton yang menyaksikan
pertandingan tersebut?
Alternatif Penyelesaian
Diketahui bahwa fungsi pendapatan klub sepak bola tersebut adalah f(x) = 50.000x+ 20.000
a) Invers fungsi pendapatan dari tiket penonton klub sepak bola
Untuk menentukan rumus fungsi invers f(x) dilakukan sebagai berikut.
y = f(x) = 50.000x + 20.000
y = 50.000x + 20.000
50.000x = y - 20.000
x =y 20 000
50 000
Karena x = f -1(y) maka f (y)= y1 20 000
50 000
Karena f (y)= y1 20 000
50 000
. maka f -1(x) =

(x) = x- 20 000
50 000

Jadi, fungsi invers dari f(x) = 50.000x + 20.000 adalah

f 1 (x)

x1

= 20 000
50 000
.
atau

f 1 (x)= 1 (x-20000)
50 000
b) Jika dana hasil penjualan tiket penonton sebesar Rp 55.570.000, maka banyak
penonton yang menyaksikan pertandingan tersebut adalah
f-1(x) = x 20 000
50 000
26 KELOMPOK VI


f 1 5000 000)=

55 570 000 20 00

50 000
= 55 570 000 20 000
50 000
=

1111

Jadi, penonton yang menyaksikan pertandingan itu sebanyak 1111 orang.


Berdasarkan alternatif penyelesaian Masalah 3.6 di atas, diperoleh sifat sebagai
berikut.
Sifat 3.4
Misalkan f -1 adalah fungsi invers fungsi f. Untuk setiap xDf dan yRf berlaku
y = f(x) jika dan hanya jika f -1(y)= x

BAB 4
BARISAN DAN DERET

Baris Aritmatika :
a, (a+b), (a+2b), (a+3b),.....................Un (1+(n-1))b.
u1=a u2u 1=u3u 2= ..........................= unu n1
un=a+ ( n1 ) b

Deret Aritmatika:
s n = a, (a+b), (a+2b), (a+3b),..................... + Un.
n
s n= (a+u n)
2

Atau

n
s n= ( 2 a+ ( n1 )) b
2

Barisan Geometri:
2
3
n1
Un= a , ar , a r ,a r , a r
U 1=a
Un=a r n1

u u
u
r= 2 = 3 = = n .
u1 u4
un1

Deret Geometri =
2
3
n 1
Sn = a+ ar+ a r + a r + a r

0<r<1

r>1

27 KELOMPOK VI

a(1r )
Sn=
(1r )

atau

a(r 1 )
Sn=
( r1)

Notasi Sigma:
u1 +u2 +u3 +u4

ui
................... + +un=

Dengan i = 1.

BAB 5
HUBUNGAN ANTARA GARIS
1. Garis dan Gradien
Memulai subbab ini, kita awali dengan mengingat kembali materi yang sudah
pernah kamu pelajari di SMP (Kelas VIII) tentang bagaimana menentukan persamaan
garis lurus dan gradien suatu garis. Coba perhatikan bentuk persamaan garis dan
gradien garis di bawah ini.

1. Garis dengan persamaan ax + by = c gradien m= b


2. Garis dengan persamaan y = ax + c gradien m = a
3. Garis dengan persamaan y y1= p(xx 1) gradien m = p
4. Garis dengan persamaan

y y1
xx 1

y2 y1
x2 x1

gradien m =

y2 y1
x2 x1

a,b,c,d, x 1 , y 1 R

Pengertian Garis Sejajar, Garis Berpotongan, Garis Berimpit


Matematika

Pengertian Garis Sejajar, Garis Berpotongan, Garis Berimpit Dalam Matematika, garis
merupakan hal yang akan sering kita bahas, terutama pada grafik, berikut pengertian garis.
Pengertian Garis Sejajar, Garis Berpotongan, Garis Berimpit
1. Garis sejajar
Dua buah garis dikatakan sejajar apabila kedua garis tersebut terletak pada satu bidang datar
yang tidak akan berpotongan meskipun diperpanjang tanpa batas.

Garis Sejajar

Dua buah garis l dan m adalah sejajar atau ditulis l // m (l sejajar m).
28 KELOMPOK VI

Sifat-Sifat Garis Sejajar


Pada gambar di bawah ini, melalui dua buah titik yaitu titik A dan titik B dapat dibuat tepat satu garis, yaitu garis
m. Selanjutnya, apabila dari titik C di luar garis m dibuat garis sejajar garis m yang melalui titik tersebut, ternyata
hanya dapat dibuat tepat satu garis, yaitu garis n.

Berdasarkan uraian di atas, secara umum diperoleh sifat sebagai berikut. Melalui satu titik di luar sebuah garis
dapat ditarik tepat satu garis yang sejajar dengan garis itu.

Selanjutnya perhatikan gambar di bawah ini. Pada gambar di bawah diketahui garis m sejajar dengan garis n (m //
n) dan garis l memotong garis m di titik P. Apabila garis l yang memotong garis m di titik P diperpanjang maka
garis l akan memotong garis n di satu titik, yaitu titik Q.

Jika sebuah garis memotong salah satu dari dua garis yang sejajar maka garis itu juga akan memotong garis yang
kedua.

Sekarang, perhatikan Gambar di bawah ini. Pada gambar tersebut, mula-mula diketahui garis k sejajar dengan
garis l dan garis m. Tampak bahwa garis k sejajar dengan garis l atau dapat ditulis k // l dan garis k sejajar dengan
garis m, ditulis k // m. Karena k // l dan k // m, maka l // m. Hal ini berarti bahwa garis l sejajar dengan garis m.

Jika sebuah garis sejajar dengan dua garis lainnya maka kedua garis itu sejajar pula satu sama lain.
29 KELOMPOK VI

2. Garis berpotongan
Dua buah garis dikatakan berpotongan apabila garis tersebut terletak pada satu bidang datar dan kedua
garis tersebut berpotongan disalah satu titiknya.

Garis Berpotongan

3. Garis Berimpit
Dua buah garis yang terletak pada satu bidang datar dikatakan berimpit jika dan hanya jika kedua garis
itu memiliki paling sedikit dua titik potong (dua titik persekutuan).

Garis Berimpit

Dua buah garis m dan m saling berimpit. Untuk mempermudah pemahaman tentang garis berimpit,
cobalah kalian perhatikan jam ketika tepat pukul 12.00. Jarum panjang tepat berimpit dengan jarum
pendek atau berada pada satu garis lurus.
4. Garis tegak lurus
Dua buah garis dikatakan salin tegak lurus jika saling berpotongan membentuk sudut 90.

Garis Tegak Lurus

Sekian materi MATEMATIKA mengenai pengertian garis sejajar, garis berpotongan, garis berimpit.
Semoga menambah wawasan kita

Persamaan Garis Lurus[


Persamaan Garis Melalui 2 Titik[

dimana

dan

adalah koordinat dari 2 titik

Persamaan Garis Melalui 1 Titik Dan Diketahui Gradien[

30 KELOMPOK VI

dimana m adalah gradien dari suatu persamaan garis dan

adalah koordinat dari suatu titik

Gradien Garis[
Gradien Oleh 2 Titik

dimana m adalah kemiringan suatu garis dan kedua titik adalah suatu titik yang akan dihitung kemiringannya

Gradien Oleh Persamaan Garis


Bentuk Baku :
(a dan b 0)
dimana m adalah gradien yang akan dicari dan, 'a' dan 'b' adalah koefisien dari suatu persamaan

Gradien Garis Umum


dimana m adalah kemiringan garis

Hubungan Dua Buah Garis


Garis Sejajar[
maksud dari dua buah garis sejajar adalah dua buah persamaan yang gradiennya sama
Contoh :
Buktikan

sejajar dengan

Persamaan 1 :

memiliki gradien

Persamaan 2 :

memiliki gradien

Terbukti bila gradien persamaan 1 dan 2 sama, jadi

sejajar dengan

Garis Tegak Lurus


maksud dari dua buah garis tegak lurus adalah dua buah persamaan yang gradiennya terbalik
Contoh :
Buktikan

tegak lurus dengan

31 KELOMPOK VI

Persamaan 1 (Utama) :

memiliki gradien

Persamaan 2 :

memiliki gradien

Lalu kalikan kedua gradien itu


jadi

. Terbukti bila

tegak lurus dengan

Jarak 2 Buah Titik Dan Garis[]


Jarak 2 Titik

dan

Jarak Titik dan Garis]


Jarak antara garis :

dan titik

Contoh Soal :

Contoh Soal :
Dengan cara substitusi, tentukan koordinat titik potong antara garis 3x + y = 5 dan
garis 2x 3y = 7.
Jawab :
Ikuti langkah-langkah berikut.
Ambil salah satu persamaan garis, misalnya 3x + y = 5.
Tentukan salah satu variabel dari garis tersebut, misalnya y.
3x + y = 5 maka y = 5 3x.
Substitusikan nilai y tersebut ke dalam persamaan garis yang lain.
2x 3y = 7
2x 3(5 3x) = 7
2x 15 + 9x = 7
2x + 9x = 7 + 15
11x = 22

32 KELOMPOK VI

x=2
Substitusikan nilai x ke dalam salah satu persamaan garis.
3x + y = 5
3 (2) + y = 5
6+y=5
y=56
y = 1
Diperoleh x = 2 dan y = 1. Jadi, koordinat titik potong kedua garis itu adalah (2, 1)

BAB 6
RUMUS RUMUS SEGITIGA
Rumus dan Aturan Trigonometri dalam Segitiga Dear sobat hitung, kali ini rumushitung.com ingin sharing sekaligus
ngingetin kembali aturan dan rumus trigonometri yang berlaku dalam segitiga (aturan sinus, aturan cosinus, dan aturan
luas). Dalam beberapa soal trigonometri melibatkan berbagai hal terkait segitiga dan kita kadang bingung aturan
trigonometri yang mana sih yang harus dipakai. Misalnya sobat ketemu soal seperti di bawah ini. Perhatikan gambar
segitiga di bawah, Coba sobat tentukan berapa luas segitiga tersebut?

hayoo pakai aturan trigonometri segitiga yang mana? Mau pakai rumus luas segitiga yang biasa tidak bakal ketemu, adanya
sobat malah bingung. Okey untuuk mengingatkan sobat kembali berikut rangkuman tentang aturan trigonometri dalam
segitga.
1. Aturan Sinus dalam Segitiga

Pada segitiga di atas berlaku

loh, darimana asalnya aturan sinus tersebut? mari kita cari tahu pembuktiannya berikut
pembuktian aturan sinus paling mudah melalui pendekatan pembuktian dari rumus luas segitiga. Silahkan baca pembuktian
rumus luas segitiga di bagian akhir postingan ini terlebih dahulu. Menurut aturan luas segitiga di dapat
L = bc. sin (1)

33 KELOMPOK VI

L = ac. sin (2)


L = ab. sin (3)
Persamaan (1) dan (2)
L=L
bc. sin = ac. sin (coret yang sama)
b sin = a sin
b/sin = a/sin
Persamaan (1) dan (3)
L=L
bc. sin = ab. sin
c. sin = a sin
c/sin = a/sin
nah terbukti kan aturan sinus segitiganya.
contoh soal
Misalkan pada segitiga ABC, A =30o, BC = 6 dan AC = 10, tentukan berapa besar B
jawab :
BC/sin A = AC/ sin B
6/ sin 30o = 10/ sin B
6/ 0,5 = 10 / sin B
12 = 10/sin B
sin B = 10/12 = 5/6
maka sudut B adalah 56,44o
2. Atuan Cosinus dalam Segitiga
Pasa sebuah segitiga dengan titik sudut A, B, C, panjang sisi a,b,c, dan sudut , , berlaku aturan cosinus

a2 = b2 + c2 2bc cos
b2 = a2 + c2 2ac cos
c2 = a2 + b2 2ab cos
Pembuktian aturan cosinus
Darimana dapatnya aturan cosinus di atas? Jawabannya adalah

c2 = (a sin )2 + (b-a cos )2


c2 = a2 sin2 + b2- 2ab cos + a2 cos2
c2 = a2 sin2 + a2 cos2 + b2- 2ab cos
c2 = a2 (sin2 + cos2 ) + b2- 2ab cos (ingat sobat sin2 a + cos2 a = 1)
c2 = a2+ b2- 2ab cos (terbukti)
34 KELOMPOK VI

contoh soal

perhatikan gambar di samaping. Titik P dan Q dinyatakan dengan korrdinat polar. Tentukan jarak antar titik Pdan Q.
Jawab:
Dari gambar di atas terlihat bentuk segitiga dan jarak antar titik P dan Q bisa dicari dengan menggunakan aturan cosinus.
Besar sudut POQ = 180o (75o+45o) = 60o.
PQ2 = OQ2 + OP2 2.OQ.OP cos POQ
PQ2 = 32 + 52 2.3.5 cos 60o c
PQ2 = 9 + 25 30. 0,5
PQ2 = 9 + 25 -15
PQ2 = 19
PQ = 19 = 4,36
3. Aturan Trigonometri Luas Segitiga
Selain aturan sinus dan cosinus dalam segitiga berlaku rumus luas segitiga menggunakan aturan trigonometri.
Jika sobat punya sebuah segitiga seperti gambar di bawah ini

maka berlaku aturan


Luas Segitiga ABC
= bc. sin
= ac. sin
= ab. sin
Trimakasih

Daftar Pustaka

http://rumushitung.com/2013/09/30/rumus-aturan-trigonometri-segitiga/
http://id.wikipedia.org/wiki/Persamaan_garis
35 KELOMPOK VI

http://garda-pengetahuan.blogspot.com/2013/01/pengertian-garis-sejajar-garis.html
http://www.scribd.com/doc/236125500/SMA-Kelas-XI-Semester-I
Mustofiyah.2014.Materi harian Buku Kerja Siswa.pleret Yogyakarta: SMA N 1 Pleret.

36 KELOMPOK VI

Anda mungkin juga menyukai