Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal
REKONSILIASI FISKAL
MODUL 13
Mutiah
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2008
Rekonsiliasi Fiskal
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan yang sudah dibahas dalam bab-bab sebelumnya dinamakan dengan laporan
keuangan komersial.
Dalam rangka penyusunan laporan keuangan fiskal; yaitu laporan keuangan yang
menggunakan dasar undang-undang pajak; dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan rekonsiliasi fiskal. Secara ideal, seharusnya proses penyusunan laporan
keuangan dapat menghasilkan informasi keuangan yang dapat dimanfaatkan langsung
untuk pelaporan pajak. Dari nilai ideal tersebut, tercetus ide untuk menyamakan prinsip
akuntansi kornersial dengan prinsip akuntansi fiskal. Sehingga data-data dapat terintegrasi
dalam laporan keuangan, tidak terpisah dalam catatan tersendiri yang menyebabkan
penelusuran terhadap data tersebut menemui kesulitan.
Contoh kasus:
Dalam hal terjadi sewa guna usaha dengan hak opsi. Berapa harga perolehan Aktiva sewa
guna usaha secara akuntansi dan fiskal. Secara akuntansi data tersebut dapat tersimpan
dengan rapi dalam bentuk daftar aktiva yang terintegrasi ke dalam jurnal. Sedangkan secara
fiskal catatan tersebut harus disediakan tersendiri tidak terintegrasi ke dalamjurnal.
Dalam kenyataan saat ini gagasan tersebut belum dapat diwujudkan karena belum adanya
kesepakatan antara pihak IAI dengan Otoritas Pajak mengingat adanya perbedaan orientasi
akuntansi dan pembukuan fiskal. Sehingga pendekatan yang dilakukan mcnggunakan
rekonsiliasi fiskal.
Masalah pokok dalam akuntansi sama dengan PPh yaitu menentukan penghasilan
(pendapatan) dan biaya (beban) Beda pada satu periode tertentu (tahun buku). Didalam
Waktu menentukan penghasilan dan biaya tersebut terdapat persamaan dan perbedaan
mengenai prinsip dan metode, perbedaan terdiri dan beda tetap (permanent different) dan
beda waktu (temporary different).
Rekonsiliasi Fiskal dilakukan yang menghilangkan perbedaan antara Laporan Keuangan
Komersial yang berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan peraturan pajak,
sehingga dihasilkan laporan keuangan fiskal. Perbedaan perlakuan dalam Laporan
Keuangan Komersial dengan Laporan Keuangan Fiskal dapat dikelompokkan menjadi dua
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
perbedaan, yaitu BEDA TETAP (Permanent Djfference) dan BEDA WAKTU (Time
Difference).
Dinamakan beda tetap, karena akumulasi perbedaan tersebut akan tetap ada sarnpai waktu
yang tidak terhingga.
Contoh :
Pada Tahun 1999 s.d. 2002 terdapat biaya sumbangan sebesar Rp 60.000.000,- setahun.
Berdasarkari Pasal 9 UU No.17 tahun 2002. biaya sumbangan bukan merupakan
pengurang penghasilan bruto, maka pengakuan hiaya pada masing-masing akuntansi
adalah:
1999
2000
2001
2002
Total
Akuntansi
Auntansi
Komersial
60.000.000
60.000.000
60.000.000
60.000.000
240.000.000
Pajak
0
0
0
0
0
Perbedaan
60.000.000
60.000.000
60.000.000
60.000.000
240.000.000
Sedangkan dalam beda waktu, akan terjadi saling eliminasi antar tahun-tahun fiscal,
sehingga tidak ada perbedaan lagi.
Contoh:
HP Aktiva tctap tahun 1999 = Rp 240.000.000. Disusutkan menurut akuntansi 3 tahun dan
menurut Pajak 4 tahun (metode garis lurus). Berdasarkan data tersebut maka penyusutan
akutansi komersial
Rp 60.000.000/tahun sedangkan akutansi pajak Rp 60.000.000/tahun
1999
2000
2001
2002
Total
Akuntansi
Auntansi
Komersial
80.000.000
80.000.000
80.000.000
0
240.000.000
Pajak
60.000.000
60.000.000
60.000.000
60.000.000
240.000.000
Perbedaan
20.000.000
20.000.000
20.000.000
(60.000.000)
0
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukan koreksi fiskal, baik positif maupun
negatif. Yang dimaksud dengan penyesuaian fiskal positif adalal penyesuaian terhadap
penghasilan neto komersial yang bersifat menambah penghasilan dan atau mengurangi
biaya, misalnya: Penyesuaian atas pemupukan cadangan.
Sedangkan penyesuaian fiskal negatif adalah penyesuaian terhadap penghasilan neto yang
bersifat mengurangi penghasilan atau menarnbah biaya kemersial, misalnya pembayaran
sewa guna usaha.
Laporan Keuangan Fiskal yang dihasilkan dan proses rekonsiliasi fiskal tesebut akan
digunakan sebagai dasar perhitungan Pajak Penghasilan Terutang menurut ketentuan pasal
17 UU No.7 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan UU No.17 tahun 2000.
PENGHASILAN KENA PAJAK
Berdasarkan Pasal 16 ayat (1) UU.No.10 Tahun 1994 tidak berubah pada UU.No.17
Tahun 2000,Penghasilan Kena Pajak (PhKP) bagi WP Badan DN yang penghasilannya
merupakan objek PPh Yang tidak dikenakan Pph Final, adalah penghasilan Bruto
sebagaimana dimaksud Pasal 4 ayat (1) Dikurangi:
Biaya yang diperkenankan sebagaimana dimaksud Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat
(1) huruf c, d, e.
Rp.43.481.400.000
(Rp. 1.500.000.000)
Rp. 1.765.397.000
(Rp.
50.000.000)
0
Rp.43.696.797.000
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Apabila bersaldo negatif merupakan Rugi Fiskal, berdasarkan Pasal 6 ayat (2) UU.
No. 17 Tahun 2000 dapat dikompensasi dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutanya
sampai dengan 5 (lima) tahun.
REKONSILIASI RUGI LABA FISKAL
Rekonsiliasi Rugi Laba Fiskal adalah cara melakukan penyesuaian fiskal atas Rugi
Laba Komersial menjadi Rugi Laba Fiskal.
Penghasilan yang dkenakan PPh-Final dan yang bukan merupakan objek
PPh.dimasukan ke Lampiran IV SPT PPH. Penyesuaian Fiskal Positif dan negatif
dimasukan ke Lampiran I SPT PPh.
STUDI KASUS SPT.PPH.BADAN TAHUN 2006
II. REKONSILIASI FISKAL HP PENJUALAN (DALAM RIBUAN Rp)
KOREKSI
NO
KOMERSIAL
FISKAL POS
(1)
(Neg) 1771.1
(2)
1. BAHAN BAKU
a. Persediaan Awal
b. Pembelian
c. Retur Pembelian
d. Siap dipakai
e. Persediaan Akhir
f. Digunakan
2. UPAH LANGSUNG
a. Upah Pokok
b. JKK & JKM
c. JHT
d. THR
e. Lembur
f. Pengganti
Pengobatan
3.
BIAYA
FISKAL
KETERANGAN
(1-2)
5.000.000
24.860.000
(160.000)
29.700.000
(5.200.000)
24.500.000
5.000.000
24.860.000
(160.000)
29.700.000
(5.200.000)
24.500.000
900.000
11.000
33.000
76.000
300.000
900.000
11.000
33.000
76.000
300.000
100.000
100.000 Ps. 21
1.420.000
500.000
50.000
500.000 Ps. 21
50.000 Ps. 21
550.000
550.000
Ps. 21
Ps. 21
Ps. 21
Ps. 21
1.420.000
PRODUKSI
TAK LANGSUNG
a. Gaji Teknisi
b. Tunj. PPh 21
SUBTOTAL
BIAYA
GAJI
PPH
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
c. Bahan Pembantu
d. PBB-Pabrik
690.000
50.000
1.290.000
4. PENYUSUTAN
a. Bangunan
100.000
4a
b. Mesin Pabrik
1.200.000
3i
1.300.000
5.
6.
7.
8.
9.
BIAYA PRODUKSI (1
(50.000)
523.52
0
473.52
0
473.52
28.510.000
s.d. 4)
BRG DLM PROSES
a. Persediaan Awal
b. Persediaan Akhir
HP PRODUKSI
BARANG JADI
a. Persediaaan Awal
b. Persediaan Akhir
HP PENJUALAN
690.000
50.000
1.290.000
150.000
676.480
826.480
28.036.480
2.900.000
(2.100.000)
29.310.000
2.900.000
(2.100.000)
473.520 28.836.480
1.500.000
(1.200.000)
29.610.000
1.500.000
(1.200.000)
473.520 29.136.480
JENIS BIAYA
KOMERSIAL
KOREKSI
FISKAL
(1)
FISKAL
(1-2)
KETERANGAN
POS (Neg)
1.
Gaji Pokok
2.
3.
JHT
4.
Iuran Pensiun-MK
5.
Tunj. Aktivitas
6.
Pengobatan
a. Tunjangan
b. Penggantian
c. Cuma-cuma
7.
THR
4.500.000
50.000
150.000
250.000
550.000
300.000
120.000
50.000
350.000
1771.1 (2)
-
Objek Ps. 21
4.500.000
Objek Ps. 21
50.000
Bukan PPh 21
150.000
Bukan PPh 21
250.000
Ps. 21
550.000
Ps. 21
300.000
Ps. 21
120.000
-
3c
Ps. 9 (1) e
50.000
-
50.000
Ps. 21
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
8.
Bonus
a. Prestasi Kerja
b. Pembagian Laba
9.
PPH-Ps. 21
a. Tunjangan
b. Ditanggung
10.
11.
Perush.
Pembagian Beras
Sumbangan
b. Keagamaan
12.
Promosi
13.
Pulsa HP Pegawai
14.
Kerugian Piutang
a. Penyisihan
250.000
100.000
300.000
20.000
60.000
20.000
6.000.000
30.000
300.000
16.
3l
Ps. 21
100.00
0
20.000
10.000
5.000
Ps. 21-SE16/PL.44/92
Ps. 21
300.000
-
3c
Ps. 9 (1) e
20.000
3c
Ps. 9 (1) e
60.000
3
e
-
Ps. 9 (1) g
20.000
Ps. 6 (1) a
6.000.000
3c
KEP.220/PJ/02
15.000
15.000
300.00
b
-
Ps. 9 (1) c
Ps. 6 (1) h
180.000
50.000
250.000
-
180.000
3l
Ps. 6 (1) h
50.000
-
Ps. 3 (1)
3l
20.000
-
PP.138/00
s.d.a
s.d.a
Ps. 9 (1) k
Ps. 9 (1) k
Ps. 9 (1) h
10.000
3l
5.000
Sanksi Adm.PjkKUP
a. Denda Ps. 7
2.000
30.000
h
3
2.000
61.600
h
3f
30.000
17.
18.
Beban Bunga
a. Investasi Saham
61.600
100.000
3l
100.00
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
0
19.
Rugi Kurs
200.000
SUBTOTAL
20.
Penyusutan
a. Sedan
Ps. 6 (1) e
14.358.600
150.000
3i
14.208.600
823.60
200.000
13.535.00
118.277
3i-1771,I
941.87
31.723
13.266.72
Penjualan Bruto
Potongan Penjualan
Retur Penjualan
Penjualan Neto (I)
Harga
Pokok
Penjualan (II)
Laba Bruto Usaha (III)
Biaya Usaha (IV)
Penghasilan
Neto
Usaha (V)
Penghasilan
KOREKSI
PPH TIDAK
FISKAL POS
FINAL
(Neg) 1771.1)
90.000.000
(3.000.000) 3b
300.000
(1.000.000)
86.000.000
300.000
KETERANGAN
90.000.000
(2.700.000)
(1.000.000)
86.300.000
(29.610.000)
473.520
(29.136.480)
56.390.000
(14.208.600)
773.520
941.877
57.163.520
(13.266.723)
42.181.400
1.715.397
43.896.797
Bruto
Diluar
Usaha
(sebelum
potong
1771.IV
PPh)
a.Jasa Giro
e. Sewa Ruangan
f. Dividen PT. KLM
i. Laba Penjualan
200.000
200.000
500.000
(200.000)
(200.000)
(500.000)
Saham
j. Laba Kurs
Total
Penghasilan
600.000
(600.000)
100.000
100.000
1.600.000
(1.500.000)
100.000
43.781.400
215.397
43.996.797
Final 20%
Final 10%
Bukan Obyek
Final 0,1%
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
PPh
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
= 5.411.840.424
Penyusutan fiskal tahun ke-10 (2006)
= 12,5% 5.411.840.424
= 676.480.053
5. Biaya pengobatan pegawai yang dibayar langsung ke rumah sakit, dokter dan apotik,
merupakan pemberian kenikmatan kepada pegawai, tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto dan bukan merupakan objek PPh ps. 21.
Penggantian pengobatan, pemberian uang pengobatan atau pemberian tunjangan
pengobatan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari pengahasilan bruto dan
merupakan objek PPh ps. 21.
6. SE-16/PJ.44/1992.
Pembayaran bonus, gratifikasi, jasa produksi, tantiem dan sebagainya kepada
karyawan yang merupakan bagian keuntungan (pembagian laba) atau dibebankan
ke laba yang ditahan (Retained Earning), tidak dapat dikurangkan (non
deductible), tapi bagi pegawai merupakan objek PPh ps. 21.
Pasal 9 (1) e UU No.17 tahun 2000
Penggantian atau imbalan sehibngan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak dapat dikurangkan (non deductible);
kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian
atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan
Menteri Keuangan (No. 466/ KMK.04/ 2000, KEP. 213/ PJ/ 2001, KEP-220/ PJ/ 2002)
dapat dikurangkan (deductible)
7. Sumbangan yang tidak ada hubungan usaha, pekerjaan, penguasaan atau
kepemilikan, bagi yang menerima bukan objek PPh dan bagi yang memberi bukan
biaya.
8. Pasal 6 (1) h UU No. 17 tahun 2000.
KEP-238/PJ/2001:
Kerugian piutang tak tertagih dapat dikurangkan, dengan syarat kumulatif:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan rugi laba komersial,
b. Telah diserahkan perkara pengaihannya ke Pengadilan Negeri bagi
perusahaan swasta, atau ke BUPLN bagi BUMD/ BUMN, atau ada perjanjian
tertulis ( Akta Notaris) mengenai penghapusan piutang atau pembebasan
utan (perjanjian restrukturisasi utang usaha) antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan.
c. Telah diumumkan dalam penerbitan umum: (koran, majalah, media massa
cetak, yang lazim lainnya berskala nasional), atau penerbitan khusus
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Bagi perusahaan yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, PPN atas perolehan atau
pembelian BKP/ JKP dibedakan antara PM yang dapat dikreditkan dengan PK dan
PM yang tidak dapat dikreditkan dengan PK, perlakuannya seperti pada pengusaha
yang bukan PKP, ditambah untuk Faktur Pajak Standar yang rusak, cacat atau
kurang lengkap dalam pengisiannya tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
10. Sanksi Administrasi Perpajakan
Pasal 9 (1) k UU No. 17 tahun 2000
Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa
denda yang berkenaan dengan pelaksanaan undang-undang perpajakan di bidang
perpajakan, tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
11. Biaya Bunga
Pasal 6 (1) a UU No.17 tahun 2000, biaya bunga merupakan biaya yang dapat
dikurangkan (deductible). Bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk membeli
saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang deviden yang diterima
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
bukan merupakan objek pajak, biaya bunga tersebut dapat dikapitalisasikan pada
harga perolehan saham.
12. Rugi Kurs
Pasal 4 (1) e UU No. 17 tahun 2000.
Kerugian dari selisih kurs mata uang asing dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto.
13. Penyusutan Sedan
Pada tanggal 1 Juli 2001 dibeli 4 buah sedan untuk Komisaris, Direktur, dan
Manager seharga Rp 900.000.000.
Akuntansi, disusutkan selama 6 tahun dengan metode garis lurus tanpa taksiran nilai
residu. Penyusutan Komersial per tahun Rp 150.000.000.
Penyusutan Fiskal, Saldo Menurun, tarif 25%:
KEP-220/PJ/2002 m.b. 18 April 2002, SE-09/ PJ.42/ 2002.
Kendaraan termasuk sedan yang digunakan pegawai (dibawa pulang) karena
jabatannya, 50% dari harga perolehan dapat disusutkan termasuk harta Kelompok II
dan 50% dari biaya rutin/ pemeliharaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
Yang dimiliki sebelum 18 April 2002, dihitung NSBF per 30 April 2002 dan 50% dapat
disusutkan (S-174/PJ.42/2003, 27 Maret 2003)
1 Juli 2001 HP 4 unit sedan
Rp 900.000.000
Penyusutan Fiskal-Nondeductible:
2001 = 6/12 X 25% X 900.000.000 = 112.500.000
2002 = 4/12 X 25% X 787.500.000 = 65.625.000
NSBF per 30 April 2002
(178.125.000)
721.875.000
= 360.937.500
= 60.156.250
2003 =
25% X 300.781.250
= 75.195.313
2004 =
25% X 225.585.937
= 56.394.484
2005 =
25% X 169.184.453
= 42.297.363
2006 =
25% X 126.842.090
= 31.723.023
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WPDN maupun WPLN dari
transaksi penjualan saham di bursa efek di Indonesia dipungut PPh yang
bersifat final oleh penyelenggara bursa efek.
Atas semua transaksi penjualan saham baik saham pendiri maupun bukan
saham pendiri dikenakan PPh. Pasal 4 (2) Final sebesar 0,1% dari jumlah
bruto transaksi penjualan.
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN
Muti'ah SE
AKUNTANSI PERPAJAKAN