Masyarakat berburu dan meramu adalah masyarakat di mana teknik-teknik produksi bahan
makanan masih primitif dan tidak efisien, dan di mana unsur-unsur teknologi lainnya juga primitif
(Lenski, 1966:96). Dalam masyarakat berburu dan meramu kehidupan orang sangat pas-pasan,
kehidupan berdasarkan kebutuhan hari demi hari. Varian di antara masyarakat berburu dan meramu
sering merupakan hasil langsung dari perbedaan lingkungan fisik. Lenski menyatakan bahwa kunci
untuk membahas sistem pelapisan dalam masyarakat demikian ialah tidak adanya surplus ekonomi
yang cukup besar (1966:102), dan distribusi barang-barang hampir merata (lenski 1966:103).
Dalam masyarakat berburu dan meramu, karena persediaan barang-barang ekonomi yang langka
tidak memungkinkan berkembangnya stratifikasi di sepanjang alur ini. Akan tetapi tidak demikian
halnya dengan distribusi prestise Lenski menulis: di sini tidak ada masalah kekurangan persediaan,
dan perbedaan yang ada tidak membahayakan kesempatan bagi kelangsungan hidup kelompok.
Sebagai konsekuensinya distribusi prestise atau kehormatan yang tidak sama di dalam masyarakat,
cenderung menjadi peraturan ketimbang pengecualian. Berdasarkan atas data antropologis yang
tersedia Lenski melalui logika induktif menunjukkan bahwa dalam masyarakat berburu dan
meramu sebagian besar kekuasaan privilise dan prestise adalah fungsi dari kemampuan dan
keahlian personal. Warisan hanya disiapkan oleh kesempatan; agar individu berarti, dibutuhkan
tindakan-tindakan yang menyolok berdasarkan kualitas personal. Dalam masyarakat demikian
tingkat mobilitas antargenerasi dan dalam generasi sangat tinggi. Dan sebagian besar hal itu
disebabkan oleh kemampuan personal.
Singkatnya, karena masyarakat berburu dan meramu hanya sedikit memiliki surplus barang-barang
dan sumber-sumber, maka sistem pelapisan tidak bergantung pada surplus. Kelangsungan kelompok
membutuhkan kerjasama dalam mengalokasikan barang yang tersedia, guna memenuhi kebutuhan
hidup minimal individu dalam masyarakat. Tetapi di sini terdapat juga sistem pelapisanyaitu
sistem berdasarkan prestise dan kehormatan.
Evolusi lanjut dari sistem distribusi adalah masyarakat Holtikultural sederhana. Masyarakat ini
dibangun di atas dasar ekonomi perkebunan... alat utama adalah tongkat penggali (Lenski
1966:118). Masyarakat Holtikultura yang telah maju juga dibangun di atas perkebunan tetapi
memakai bajak dan penerapan teknologi maju lainnya, seperti pemetaan, pengairan dan
pemupukan. Dalam membandingkan masyarakat holitkultura yang sederhana dengan yang maju,
Lenksi mengamati sifat-sifat yang menyolok saja. Ada perkembangan yang jelas dimana
perkembangan sistem-sistem lebih banyak terbentuk di dalam masyarakat holitkultura yang maju
daripada masyarakat holitkultura sederhana. Berdasarkan pengamatan tersebut, Lenski
mengetengahkan prinsip-prinsip berikut ini: di antara masyarakat-masyarakat yang berada ditingkat
perkembangan holtikultra maju, pemisahan sistem kekeluargaan dengan politik dan perkembangan
keadaan yang dihasilkannya, merupakan prasarat mutlak untuk mengamati perkembangan
perbedaan sosial. Selanjutnya dia menambahkan bahwa di tingkat ini lembaga pemerintahan
merupakan kunci pemecahan permasalahan dasar distribusi dan pelapisan dalam masyarakat
(Lenski, 1966:160). Sebab masyarakat pertanian maju itu berkembang, di kala faktor keturunan
tampil sebagai dasar kelas sosial.
Ringkasnya, masyarakat holtikultura sederhana sangat mirip dengan masyarakat berburu dan
meramu dalam soal kelangkaan surplus yang membuat perkembangan kelas sosial lebih jelas. Akibat
meningkatnya teknik perkebunan, masyarakat holtikultura yang maju mulai memiliki (sedikit)
surplus dan kemudian mengarah pada satu sistem politik yang terpisah. Di sini kita bisa melihat asal
mula sistem kelas yang terutama dilandasi kelahiran daripada hanya atas dasar sumbangan yang
dapat diberikan seseorang di dalam kelompok.
Dalam sejarah umat manusia masyarakat agraris merupakan tahap penting lain, yang mungkin
terjelma lewat penemuan bajak dan pemanfaatan tenaga binatang. Lenski (1966:193) juga
menunjukkan bahwa kemajuan teknologi produksi diimbangi oleh kemajuan teknologi militer
sehingga teknik-teknik berperang semakin lebih efisien. Di sini kita melihat kelahiran kelas militer
yang mengambil tempat di sepanjang jalur kelas politik. Kelas-kelas lain juga dimasukan ke dalam
hirarki masyarakat agraris adalah termasuk suku bangsa asing warga negara taklukan para pedagang
(adanya perbaikan transportasi), dan penduduk kota, termasuk kelas penguasa yang mampu hidup
dari surplus yang dihasilkan masyarakat (petani) agraris. Tipe sosial ini ditandai oleh masyarakat
yang tersusun secara kaku dan bersandar pada kelahiran sebagai dasar pembentukan kelas.
Sumber.
Poloma, Margaret M. 1979. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
https://pustaka-teori.blogspot.co.id/2016/04/gerhard-e-lenski-pembuktian-tesis.html