Laporan Kasus MH Tipe BL (Risma Ayu Soraya)
Laporan Kasus MH Tipe BL (Risma Ayu Soraya)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
SEPTEMBER 2015
Disusun Oleh:
Risma Ayu Soraya
105420325 11
Pembimbing:
DR. dr. Hj. Sitti Musafirah, Sp.KK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:
Nama
: Risma Ayu Soraya
NIM
: 105420325 11
Judul Lapsus : Kusta tipe borderline lepromatous (BL)
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Makassar, September 2015
Pembimbing
Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kusta dikenal juga dengan namaLeprosy atau Morbus Hansen (MH). Kusta
merupakan penyakit infeksi yang kronik.Kuman penyebab adalah Mycobacterium
leprae yang bersifat intraseluler obligat ditemukan oleh G.A.Hansen pada tahun 1874
di Norwegia, yang sampai sekarang belum juga dapat dibiakkan dalam media
artifisial.M.Leprae merupakan mikroorganisme yang memiliki kecenderungan
menyerang kulit dan saraf.M. leprae berbentuk kuman dengan ukuran 3-8 m x 0,5
m, tahan asam dan alkohol serta positif Gram. Sebenarnya, M. leprae mempunyai
patogenitas dan daya invasi yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman
lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan dapat
sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan derajat penyakit tidak
lain disebabkan oleh respons imun yang berbeda, yang menggugah timbulnya reaksi
granuloma setempat atau menyeluruh yang dapat sembuh sendiri atau progresif. Oleh
karena itu penyakit kusta dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya
lebih sebanding dengan tingkat reaksi selularnya daripada intensitas infeksinya.1,2,3
Diagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran klinis, bakterioskopis, dan
histopatologis.Ridley dan Jopling memperkenalkan istilah spektrum determinate pada
penyakit kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk, yaitu Tuberculoid polar,
Borderline tuberculoid, Mid Borderline, Borderline lepromatous, Lepromatosa
indefinite, Lepromatous polar.1
Menurut WHO, kusta dibagi mejadi tipe multibasilar dan pausibasilar. Yang
termasuk dalam multibasilar adalah tipe LL, BL dan BB.Sedangkan tipe pausibasiler
adalah tipe I, TT dan BT. Banyak penyakit yang menjadi diagnosis banding dari
kusta.Untuk diagnosis banding tersebut di nilai dari bentuk kesamaan lesi. Untuk lesi
makula hipopigmentasi vitiligo, pityriasis alba, dan pityriasis versikolor dapat
menjadi diagnosis banding. Granuloma multiformis, sarkoidosis dan tuberkulosis
kutaneus merupakan diferensial diagnosis untuk lesi berbentuk plak.Untuk lesi
berbentuk papul dan nodul dermatofibroma, limfoma, dan sarkoidosis.4
Awal mulanya penyakit kusta ini tidak dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada
yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari Asia Tengah kemudian menyebar ke
Mesir, Eropa, Afrika, dan Amerika.Pemerintah Belanda membangun perkampungan
kusta di Sulawesi Selatan pada berbagai kabupaten sekitar tahun 1936.Badan
Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO, 2013) melaporkan jumlah kasus
penderita kusta di dunia pada tiga bulan pertama di tahun 2013 terdaftar sebanyak
189.018 kasus sementara jumlah kasus baru yang terdeteksi pada tahun 2012
sebanyak 232.857 kasus.2 Pada tahun 2012 Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP&PL) Kemenkes RI melaporkan di
Indonesia terdapat jumlah kasus baru kusta sebanyak 23.169 kasus. Sulawesi Selatan
pada tahun 2013 dilaporkan terdapat 746 kasus, serta data Kota Makassar sendiri
terdapat 128 kasus baru pada tahun 2013.5,14
BAB II
LAPORAN KASUS
Resume :
Seorang wanita umur 34 tahun datang ke Balai Penyakit Kulit dan Kelamin
dengan keluhan timbul bercak kemerahan yang banyak tanpa disertai rasa gatal
didaerah tangan dan hampir seluruh badan, penyebaran hampir simetris dengan
permukaan bercak yang berbatas jelas. Awal mula bercak muncul pertama kali di
lutut sekitar 10 bulan yang lalu dan memberat sejak sekitar 15 hari pertama puasa
ramadhan. Pasien juga mengeluh adanya nyeri tulang yang disertai demam.Riwayat
penyakit sebelumnya (-).Riwayat penyakit keluarga (-).Riwayat alergi (-).Riwayat
pengobatan (-).Riwayat lingkungan (-).
Status Presens :
Pemeriksaan klinis : Keadaan umum : sakit (ringan/sedang/berat) Kesadaran
(komposmentis/uncomposmentis)
Status Dermatology
Lokasi
Ukuran
: Numular, plakat
Efloresensi
Ditemukan lesi kulit eritematous hampir seluruh badan disertai dengan anestesi pada
lesi.
Penebalan saraf perifer pada nervus ulnaris kiri dan kanan dan nervus tibialis posterior
kiri dan kanan.
Pemeriksaan Lab
BTA (-)
Diagnosis banding
1. Erisipelas
2. Psoriasis
3. Dermatitis Seboroik
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan yang dilakukan maka
pasien didiagnosis dengan :
Kusta/Morbus Hansen/Leprae tipe BL (Borderline Lepromatous)
Terapi yang diberikan pada pasien :
1. Terapi sistemik
Dosis bulanan
R/ Rifampicin tab 300 mg No.II
1 dd II
Qou ad vitam
Quo ad function
Quo ad sanationam
: bonam
: bonam
: bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Umtuk menetapkan diagnosis penyakit kusta perlu dicari tanda-tanda utama
atau Cardinal Sign, yaitu :7
1.
2.
3.
(paralisis).
c. Gangguan fungsi otonom : kulit kering dan retak retak.
Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif).
leprae
merupakan
satu-satunya
basil
yang
dapat
menginfeksi sistem saraf tepi dan merupakan penyebab infeksi tersering neuropati
perifer.Perubahan patologis pada saraf disebabkan oleh invasi M.leprae pada sel
Schwann. Inflamasi dengan infiltrasi selular dan edema menyebabkan pembengkakan
pada saraf dan penekanan serabut saraf.Kerusakan saraf pada kusta mengenai
peripheral nerve trunk dan small dermal nerve. Saraf tepi yang terlibat yaitu pada
fibro-osseus tunnel dekat permukaan kulit meliputi Nervus (N.) auricularis magnus,
ulnaris, medianus, radiculocutaneus, poplitea lateralis,dan tibialis posterior.
Keterlibatan pada saraf ini menyebabkan pembesaran saraf, dengan atau tanpa nyeri
dengan pola penurunan fungsi sensoris dan motoris regional. Kerusakan small dermal
nerve menyebabkan keluhan anestesi parsial pada kusta tipe tuberkuloid dan borderline
tuberculoid, serta glove and stocking sensory loss pada tipe lepromatosa.5,14
Diagnosis penyakit kusta dapat ditegakkan jika dijumpai salah satu dari ketiga
tanda kardinal.Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosis dan pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan/lesi kulit atau
usapan dan kerokan mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap basil
tahan asam (BTA), antara lain dengan Zhiel-Neelsen. 6,9
Pemeriksaan BTA pada kasus ini menunjukkan hasil yang negatif. Namun
gejala klinis dari pasien sangat mendukung untuk diagnosis kusta yaitu terdapat
beberapa lesi makula eritematous yang anestesi dan juga terdapat penebalan pada saraf
ulnaris kiri dan kanan serta saraf tibialis posterior kiri dan kanan yang sesuai dengan
tanda-tanda utama atau cardinal sign, hanya saja BTA memberikan hasil negatif.
Bakterioskopik negatif pada seorang penderita bukan berarti orang tersebut tidak
mengandung kuman M.Leprae.Hal ini bisa saja disebabkan karena adanya
kesalahandalam pengambilan apusan kulit. Selain itu juga, banyak pasien kusta yang
memiliki apusan kulit negatif , ini berarti bahwa meskipun mereka memiliki kusta basil
dalam tubuh mereka, ternyata kendalanya terlalu sedikit untuk dilihat di apusan
tersebut. Oleh karena itu, pasien ini dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan BTA
kembali 1 bulan kemudian.Jika BTA masih menunjukkan hasil yang negatif maka
dilakukan pemeriksaan histopatologik (biopsi kulit). Pemeriksaan ini dilakukan apabila
manifestasi klinis dan bakteriologik tidak jelas.5,8
Melihat jumlah lesi eritematous hampir di seluruh badan namun masih terdapat
bagian yang sehat dan distribusi lesi hampir simetris kiri dan kanan dimana permukaan
lesi halus mengkilat, batas jelas maka menurut Ridley dan Jompling termasuk kusta
dalam golongan borderline lepromatous (BL).
Berdasarkan kepustakaan bahwa kusta tipe BL secara klasik lesi dimulai
dengan makula.Awalnya hanya dalam jumlah sedikit dan dengan cepat menyebar ke
seluruh badan.Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya.Bentuk lesi dapat
berupa makula, plakat, papul dengan jumlah yang sukar dihitung namun masih
terdapat kulit yang sehat.Distribusi lesi hampir simetris kiri dan kanan, permukaan
halus berkilat dengan batas yang jelas dan anestesia tidak jelas. Pada pemeriksaan
BTA yang diambil dari lesi kulit ditemukan banyak namun pada sekret hidung
biasanya negatif.5,6
Berdasarkan diagnosis pasien kusta dengan tipe BL maka terdapat beberapa
diagnosis banding yaitu erisipelas, psoriasis dan dermatitis seboroik.
Erisipelas merupakan peradangan akut pada kulit yang disebabkan oleh
Streptococcus dengan gejala utama kemerahan kulit.Perjalanan penyakit termasuk
keluhan utama dan keluhan tambahan seperti demam dan malaise.Lesi dimulai
dengan luka-luka kecil di kulit selanjutnya menjadi merah cerah, berbatas tegas,
edema dan nyeri tekan.Terasa panas pada perbaan, di bagian tengah terkadang
ditemukan vesikel atau bula, pada tempat masuknya kuman. Daerah predileksinya
pada kaki, tangan dan wajah.10
infeksi HIV. Lokasi yang terkena seringkali di daerah kulit kepala berambut, wajah,
alis, lipat naasobial, lipatan telinga dan liang telinga, bagian atas tengah, dada dan
punggung, lipat gluteus, inguinal, genital, ketiak. Dapat ditemukan skuama kuning
berminyak, eksematosa ringan, kadang disertai rasa gatal dan menyengat. Dapat
dijumpai kemerahan perifolikular pada tahap lanjut menjadi plak ertitematosa
berkonfluens, bahkan dapat membentuk rangkaian plak di sepanjang batas rambut
frontal dan disebut sebagai korona seboroika.6,15
Lampiran Status
Identitas Pasien
Nama
: Ny. R
Umur
: 29 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMP
Status Perkawinan
: Kawin
: 14 Agustus 2015
Anamnesis
: Autoanamnesis
Keluhan utama
Anamnesis terpimpin :
Seorang wanita umur 34 tahun datang ke Balai Penyakit Kulit dan Kelamin
dengan keluhan timbul bercak kemerahan yang banyak tanpa disertai rasa gatal
didaerah tangan dan hampir seluruh badan, penyebaran hampir simetris dengan
permukaan bercak yang berbatas jelas. Awal mula bercak muncul pertama kali di
lutut sekitar 10 bulan yang lalu dan memberat sejak sekitar 15 hari pertama puasa
ramadhan. Pasien juga mengeluh adanya nyeri tulang yang disertai demam.Riwayat
penyakit sebelumnya (-).Riwayat penyakit keluarga (-).Riwayat alergi (-).Riwayat
pengobatan (-).Riwayat lingkungan (-).
DAFTAR PUSTAKA
1. Budimulja U. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S editors. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin.5th Ed.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. p. 89-105.
2. Rea TH., Modlin RL. Leprosy, In: Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB,
Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatricks Dermatology In General Medecine. 7th Ed.
New York: Mc Grew Hill Medical;2008.p. 1786-96.
3. Bhat M R, Prakash C. July 2012. Leprosy: An overview of pathopysiology. Eliete
Cal Romero. Department of Dermatology, Father Medical College, Karnataka,
Mangalore 572002, India. Volume: 2012. Available on http://downloads.hindawi.com/
jurnal/ipid/2012/181089.pdf. Diakses pada tanggal 30 Agustus 2015.
4. Lockwood DNJ. Leprosy, In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C editors.
Rooks Textbook of Dermatology. 8th Ed.Willey-Blackwell;2010. p. 32.1-32.19.
5. Amiruddin, M.D. Klasifikasi kusta dalam : Penyakit kusta, sebuah pendekatan klinis.
Wijaya, A. (Editor), Edisi 1, Surabaya 2012. Hal:1-3,29-37.
6. Menaldi SW Linuwi Sri, Bramono K, Indriatmi w, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta : 2015. Balai Penerbit: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal: 87-102.
kusta
di
kota
Makassar.
Availabe
on
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/10649/LISDAWATI
%20ADWAN%20K11110915.pdf?sequence=1 . Diakses pada tanggal 2 September
2015.
14. Sagita C, Siswati AS. Pure Neural Leprosy. Bagian/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin
FK
UGM/RS
Dr.Sardjito.
Yogyakarta.
Availble
http://perdoski.org/doc/mdvi/fulltext/13/61/Dr._Catharina_S_(LKasus).doc.
on
Diakses
of
Medicine.
January
22,
2009.
Availabe
on