8. Lenny Nainggolan
2. Imelda Fitri
9. Monarisa
3. Henny Gustianti
4. Gustina
5. Nikmatullah Wahidah
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji penulis panjatkan kepada Allah SWT,
atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Psikososial Kebidanan dengan judul Masalah Kebidanan ANC,
INC, PNC dan BBL. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kebidanan Komunitasyang diampu oleh Bd. Erwani, M. Kespada
program pascasarjana ilmu kebidanan Universitas Andalas Padang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan
sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang ini.
Padang,
September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A.
Latar Belakang...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................3
A.
1.
2.
3.
4.
B.
1.
2.
3.
4.
C.
1.
2.
3.
4.
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................iv
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebidanan berasal dari perawatan yang diberikan kepada ibu melahirkan oleh ibu
lain dari komunitas atau keluarganya sendiri. Walaupun profesionalisasi kebidanan dengan
registrasi bidan sudah ada, sebagian besar berdasarkan pada komunitas. Mayoritas
persalinan dirumah, dengan perbandingan antara persalinan di rumah sakit mengalami
perubahan selama setengah abad terakhir. Hal ini menyebabkan terjadinya pemisahan
antara kebidanan di rumah sakit dan kebidanan komunitas; ketika bidan berada di rumah
sakit, mereka diorganisasikan berdasarkan model asuhan kebidanan, oleh karena itu,
perawatan yang diberikan menjadi semakin terpecah-pecah. Selain itu, karena asuhan
maternitas menjadi semakin bersifat teknis dan medis, semakin sulit pula bagi bidan untuk
berpraktik secara otonom. Akibatnya, potensi terciptanya hubungan yang kontinu antara
bidan dan ibu semakin sedikit, dan kemampuan bidan untuk menggunakan semua
keterampilan dan pengetahuannya dan menatalaksanakan perawatan juga semakin kecil
(Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
Masalah kerusakan lingkungan hidup manusia di bumi telah diketahui secara umum
dan berdampak merugikan kesehatan ibu dan bayi sehingga mengakibatkan kematian.
Masalah kebidanan komunitas terdiri dari kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja, unsafe
abortion, berat badan lahir rendah (BBLR), tingkat kesuburan, asuhan antenatal (ANC)
yang kurang di komunitas, pertolongan persalinan non-kesehatan, sindrom pra-menstruasi,
perilaku dan social budaya yang berpengaruh pada pelayanan kebidanan yang
komprehensif dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat. Bidan dapat mengetahui
kebutuhan pelayanan kebidanan (Syafrudin, 2009).
Faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak sangat luas dan rumit.
Dampaknya muncul jauh sebelum kehamilan dan akan terus berlanjut setelah pemulangan
wanita dari layanan maternitas. Oleh karena itu, layanan kesehatan komunitas dan social
berperan penting dalam siklus kehidupan keluarga di banyak masyarakat (Frase M Diane
and Cooper A Margaret, 2009).
Menurut McCharty dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan
bahwa peran determinan sebagai landasan yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab
langsung dan tidak langsung dari identifikasi kematian ibu dan bayi, kehamilan remaja,
unsafe abortion, BBLR, dan tingkat kesuburan yang ada di komunitas (Syafrudin, 2009).
Setiap menit, setiap hari, dimanapun di dunia, seorang ibu meninggal dunia akibat
komplikasi yang muncul selama masa hamil dan persalinan, sebagian besar kematian ini
tidak bisa dihindari (Varney et al, 2007).
BAB II
PEMBAHASAN
A Tinjauan Teoritis Asuhan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan
1.
yang lebih holistic tentang kebutuhan ibu. Bidan juga harus memberi
kesempatan kepada ibu jika ibu ingin meluangkan waktu bersama bidan
untuk berdiskusi secara pribadi. Sebagai contoh, penting bagi bidan untuk
mengenali sikapnya sendiri terhadap agama dan budaya, dan untuk
menerima perbedaan individu yang dapat bertentangan dengan hal tersebut.
Menerima asuhan antenatal dari bidan di lingkungan yang tidak familier
atau yang tidak dikenal, dapat merupakan pengalaman pertama bagi
beberapa wanita di luar komunitasnya sendiri.
d. Konsep dasar asuhan kehamilan
Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh
bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan
kebidanan pada klien selama masa kehamilan. Dalam filosofi asuhan kehamilan
ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.
1) Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat
fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun
adalah
asuhan
yang
meminimalkan
intervensi.
Bidan
harus
keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat
dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam
hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama
antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama
dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk
memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan
memperoleh pelayanan kebidanannya.
4) Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan
memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan
kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus
menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil
perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri
sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu
mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui
tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
e. Prinsip-prinsip pokok asuhan kehamilan
1) Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan
sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang
membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal
adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu
melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidencebased practice).
2) Pemberdayaan. Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.
Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga)
dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui
pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri
pada kondisi tertentu. Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3) Otonomi. Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.
Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan
informasi. Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang
resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun
test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya.
Bidan juga harus membantu ibu dalam membuat suatu keputusan
tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem nilai
dan kepercayaan ibu/keluarga.
6
4) Tidak membahayakan.
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan
sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada
kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang
terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi
yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5) Tanggung jawab. Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu
didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.
Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan
bidan. Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu &
janin, bukan atas kebutuhan bidan. Asuhan yang berkualitas, berfokus
pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini
(praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.
f. Refocusing asuhan kehamilan
Hasil survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007
menunjukkan angka kematian ibu sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup
dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya
bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap
kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan
komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa
kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun
deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen
ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka
kematian maternal & perinatal.
g. Isi refocusing ANC :
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1) Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan
persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin,
keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk
ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal
yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta
dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2) Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan
diri
diri
sebelum
terjadi
komplikasi
maka
waktu
tambang
(penanganan
presumtif)
untuk
berinteraksi
dengan
masyarakat
secara
berkala
untuk
secara
seksama
dan
melakukan
plapasi
untuk
potensinya
yang
dapat
menekan
biaya
perawatan.
Dalam hal pilihan pelayanan yang diterima, ibu hamil dapat memilih
tenaga profesional yang berkualitas & dapat dipercaya sesuai dengan
tingkat pengetahuan dan kondisi sosio-ekonomi mereka.
2) ANC pada usia kehamilan lebih dini
Data statistik mengenai kunjungan
ANC
trimester
pertama
untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
persiapan
kelahiran
&
kesiapan
menghadapi
12
dalam
lancarnya
persalinan.
Dorong
dukungan
14
Peran bidan adalah menjaga hubungan dengan ibu dan bayi sejak
persalinan hingga pemeriksaan 4-6 minggu post partum. Asuhan kebidanan
ibu nifas salah satunya yaitu support system dalam pelayanan post natal
meliputi breast feeding, peran menjadi orang tua dan kelompok ibu post
partum atau postpartum group.
1) Breastfeeding atau menyususi adalah proses pemberian air susu ibu
kepada bayi. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI. Peran bidan dapat membantu ibu untuk
memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-masalah umum
terjadi. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir sering
disebut dengan inisiasi menyusui dini (early initiation) atau permulaan
menyusui dini. Pemberian ASI sedini mungkin lebih baik, jika
memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah lahir. Mengajarkan cara
merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum
yang timbul.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI adalah :
a) Meyakinkan bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi
dari payudara ibunya.
b) Membantu ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui
bayinya sendiri.
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan :
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama
beberapa jam pertama.
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk
mencegah masalah umum yang timbul.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
d) Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat
gabung).
e) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f) Memberikan kolustrum dan ASI saja.
g) Menghindari susu botol dan dot empeng.
Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam
pertama. Bayi mulai meyusu sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
15
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini
merupakan peristiwa penting, dimana bayi dapat melakukan kontak kulit
langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan kehangatan. Selain
itu, dapat membangkitkan hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi. Pemberian ASI
seawal mungkin lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit setelah
lahir. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah
masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan sirkulasi darah dan
mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
Perawatan payudara dilakukan sedini mungkin, bahkan tidak menutup
kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah mulai dilakukan.
Sebelum menyentuh puting susu, pastikan tangan ibu selalu bersih dan cuci
tangan sebelum menyusui. Kebersihan payudara paling tidak dilakukan minimal
satu kali dalam sehari, dan tidak diperkenankan mengoleskan krim, minyak,
alkohol ataupun sabun pada puting susunya.
Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI. Membantu ibu
segera untuk menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin sering
bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar.
Hal ini disebabkan, isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis
untuk segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja merangsang otot
polos untuk memeras ASI. Pemberian ASI tidak terlepas dengan teknik atau
posisi ibu dalam menyusui.
Pemberian ASI tidak hanya menjadi tanggung jawab ibu saja, tetapi peranan
suami (ayah bayi) sebagai pasangan juga sangat dibutuhkan. Peranan ayah
dalam pemberian ASI dikenal dengan istilah breastfeeding father.Para ayah
umumnya berpendapat bahwa menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka
menganggap cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya ayah
mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui karena
ayah akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran air susu ibu yang
sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu.
Breastfeeding father adalah suatu istilah yang artinya adalah dukungan
penuh dari seorang suami kepada istrinya dalam proses memberikan ASI.
Maksud dari dukungan penuh seorang suami berarti adalah semua tindakan-
16
tindakan yang diberikan suami kepada istri dalam hal memberikan ASI, yang
dilakukan dengan penuh kasih sama seperti dia mengasihi dirinya sendiri.
Semakin ibu tenang dan percaya diri, apalagi jika didukung oleh
pengetahuan ibu tentang manajemen menyusui, maka proses menyusui bisa
dilalui dengan lebih mudah. Jika ibu khawatir, tidak percaya diri, banyak
pikiran, maka proses menyusui bisa terhambat. Maka disini breastfeeding father
dibutuhkan untuk membuat si ibu tenang dan percaya diri.
Tindakan-tindakan suami dalam breastfeeding father antara lain
a) Membantu istri supaya nyaman dlm memberikan ASI, seperti
memberikan bantal sandaran supaya ibu bisa duduk dengan nyaman
dan rileks.
b) Setiap saat siang atau malam, bila bayi ingin minum, ambillah bayi dan
gendong ke ibunya untuk disusu.
c) Selalu sendawakan bayi setelah menyusu. Cara sendawa yang paling
tepat adalah dengan menggendong tegak kemudian perut bayi
diletakkan pada pundak ayahnya.
d) Ganti popoknya sebelum atau sesudahbayi menyusu.
e) Gendong bayi dengan kain, biarkan ia merasakan kehangatan badan
ayahnya.
f) Tenangkan bayi bila ia gelisah dengan cara menggendong, menepuknepuk, atau menggoyang-goyang tempat tidur goyangnya.
g) Sekali-kali mandikan bayi.
h) Biarkan bayi berbaring di dada ayahnya agar ia dapat mendengar detak
jantung sang ayah, bunyi napas, dan kehangatan kulit ayahnya.
i) Biasakan memijat bayi sejak baru lahir, bila mungkinsehari dua kali.
j) Memperhatikan
si
istri
dengan
memberikan
minum,
sampai
lingkungan dan kurangnya penguasaan ilmu ASI dan Menyusui, Sebaiknya Ibu
mempersiapkan diri akan ilmu dasar tentang ASI & menyusui kemudian transfer
ke lingkungan terdekat ibu yaitu suami dan keluarga sehingga dengan
banyaknya dukungan, pemberian ASI akan sukses.
2) Kehamilan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.
Setiap anggota memerlukan proses adaptasi yang bergantung pada budaya
dan lingkungannya. Wanita segala umur selama masa kehamilannya beradaptasi
untuk berperan sebagai ibu, suatu proses belajar yang kompleks secara sosial
dan kognitif.
Peran ibu dimulai pada kehidupan seorang perempuan menjadi seorang ibu
dari anaknya. Persepsi lingkunagn sosialnya tentang aturan-aturan peran wanita
dapat mempengaruhi pilihannya antara menjadi ibu atau perempuan karier,
menikah atau tetap membujang, atau menjadi bebas dari pada tergantung orang.
Bermain peran dengan boneka, mengasuh bayi dan mengasuh saudara dapat
meningkatkan pengertian seperti apa peran ibu. Perempuan yang menyukai bayi
atau anak-anak mempunyai motivasi untuk menerima kehamilan dan menjadi
ibu.
Kedekatan hubungan membuat ibu hamil lebih siap untuk berperan sebagai
ibu. Pada saat anggota keluarga menyadari peran baru mereka, bisa terjadi
konflik dan ketegangan. Diperlukan komunikasi yang efektif antara ib dengan
suami dan keluarganya. Komponen-komponen yang penting seputar ibu hamil
adalah : ibunya sendiri, reaksinya terhadap kehamilan anaknya, menghargai
kemandirian anaknya, keberadaanya dimasa lampau dan sekarang, dan
keinginan untuk mengenangnya.
3) Tidak hanya pada masa kehamilan saja perlu dilakukan kelas ibu hamil,
pada masa nifas juga masih diperlukan suatu kelompok yang biasanya
disebut postpartum group.
Kelompok
organisasi kecil dari ibu nifas, yang bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan
mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul selama masa nifas. Dalam
postpartum group para ibu nifas bisa berkeluh kesah dan mendiskusikan
18
19
d) Buat Perencanaan.
Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah
terkumpul, buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang
latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok post partum.
Perencanaan
meliputi
kegiatan-kegiatan
yang
dilakukan
dalam
20
Kunjungan Waktu
Asuhan
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta
melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara
mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
II
III
2
minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan
post
yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
partum
6
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa
minggu nifas.
IV
post
partum Memberikan konselingKB secara dini.
e. Pelaksanaan Asuhan Nifas Masa Nifas Di Rumah
Pelaksanaan asuhan nifas meliputi:
1) Ibu baru pulang dari rumah sakit.
a) Keputusan bersama antara tenaga kesehatan dengan ibu/keluarga.
b) Bidan memberikan informasi tentang ringkasan proses persalinan,
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
a. Definisi
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 - 28 hari. Kehidupan
pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian
fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya .
b. Pelayanan kesehatan neontaus
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus
sedikitnya 3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di
fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus :
1) Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 48
Jam setelah lahir.Hal yang dilaksanakan :
a) Jaga kehangatan tubuh bayi
b) Berikan Asi Eksklusif
c) Rawat tali pusat
2) Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir.
a) Jaga kehangatan tubuh bayi
b) Barikan Asi Eksklusif
c) Cegah infeksi
d) Rawat tali pusat
3) Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir.
22
Status obstetrinya ialah P1A0. Ibu diantar keluarganya ke klinik dengan keluhan demam
tinggi. Hasil pemeriksaan fisik : TD 100/80 mmHg, HR 100 x/I, RR 28 x/I, T 38.6 0C,
riwayat demam pada hari ke tiga postpartum, TFU 1 jari dibawah pusat, Lokea Rubra
berbau. Riwayat Kehamilan : ANC (-), status belum menikah, pernah mencoba untuk
aborsi dengan minum obat-obat tradisional, stress psikologis antepartum (+). Riwayat
Persalinan: ditolong oleh dukun. Keadaan bayi saat lahir : BB 2450 gram, PB 45 cm.
Keadaan bayi saat ini : tali pusat kemerahan, berbau, tampak ikterus, telah diberi susu
formula. Keluarga menyatakan jarak rumah dengan rumah cukup jauh.
1
23
abortus,
persalinan
premature,
dapat
terjadi
mereka dalam kesehatan masyarakat dan pemberian layanan yang tepat dan
terjangkau (Frase M Diane and Cooper A Margaret, 2009).
Dengan dukungan yang tepat, ibu muda dapat melakukan transisi yang
efektif menjadi orang tua. Mereka dapat dibantu untuk mengembangkan
keterampilan menjadi orang tua yang baik dan keterampilan hidup dan dibantu
keluar dari situasi sulit tersebut, sikap yang menghakimi tidak menghasilkan
apapun yang positif, tetapi malah mengurangi harga diri, menimbulkan
kebencian, dan merusak hubungan antara bidan dan kliennya (Frase M Diane
and Cooper A Margaret, 2009).
b. Percobaan melakukan aborsi yang tidak aman.
Di Indonesia diperkirakan 2-2,5 juta kasus aborsi terjadi setiap tahunnya.
Sebagian besar masih dilakukan secara tersembunyi sehingga menimbulkan
berbagai bentuk komplikasi ringan sampai meninggal dunia. Pelaksanaan aborsi
yang liberal akan dapat meningkatkan sumber daya manusia karena setiap
keluarga dapat merencanakan kehamilan pada saat yang optimal. Akibat
beratnya syarat-syarat yang harus dipenuhi dari UU Kesehatan No. 36Tahun
2009 masyarakat yang memerlukan terminasi kehamilan akhirnnya mencari
jalan pintas dengan bantuan dukun yang beresiko tidak bersih dan tidak aman.
Pertolongan terminasi kehamilan yang dilakukan secara illegal dengan fasilitas
terbatas dan komplikasi yang sangat besar (yaitu, perdarahan-infeksi-trauma)
dan menimbulkan mortalitas yang tinggi. Terminasi kehamilan yang tidak
diketahendaki merupakan fakta yang tidak dapat dihindari sebagai akibat
perubahan perilaku seksual, khususnya remaja sehingga memerlukan pemecahan
yang rasional dan dapat diterima di masyarakat (Syafrudin, 2009).
Upaya promotif dan preventif pada remaja dengan memberi pendidikan
seks yang sehat, termasuk menghindari kehamilan, menyediakan metode KB
khusus untuk remaja, memberi penjelasan tentang KB darurat, dan menyediakan
sarana terminasi kehamilan. Penyediaan sarana terminasi kehamilan dianggap
menjunjung hak asasi manusia karena penentuan nasib kandungan merupakan
hak asasi perempuan. Tempat yang memenuhi syarat terminasi kehamilan sesuai
dengan UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Hanya rumah sakit pemerintah
sehingga pelaksanaan terminasi kehamilan berjalan bersih dan aman serta tujuan
fungsi dan kesehatan reproduksi remaja dipertahankan (Syafrudin, 2009).
25
ibu
dan
keluarga
terhadap
pentingnya
26
yang
terpencil
ibu
hamil
sulit
memeriksakan
seseorang,
biasanya
dilakukan
oleh
tenaga
media
meningkatkan
massa,
pengetahuan
maupun
ibu
media
hamil
elektronik
tentang
akan
pentingnya
mendambakan
bayi
dalam
kandungan
istri,
suami
28
5.
dikaji, yakni :
a. Persalinan yang ditolong oleh dukun, sehingga beresiko terjadinya infeksi
dan komplikasi persalinan
b. Terjadinya komplikasi saat persalinan dengan adanya riwayat anemia pada
ibu
Di beberapa daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam
menolong persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan
oleh masyarakat keberadaannya. Berbeda dengan keberadaan bidan yang rata-rata
masih muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
Pendidikan dukun umumnya adalah Kejar Paket A atau tamat SD, bisa baca tulis
dengan kapasitas yang rendah, mereka tidak mendapat ilmu tentang cara pertolongan
persalinan secara teori, tetapi mereka hanya berdasarkan pengalaman saja. Peralatan
yang digunakannya hanya seadanya seperti memotong tali pusat menggunakan
bambu, untuk mengikat tali pusat menggunakan tali naken, dan untuk alasnya
menggunakan daun pisang tidak berbeda dengan seorang bidan, dukun beranak
melakukan pemeriksaan kehamilan melalui indra raba (palpasi). Biasanya
perempuan yang mengandung, sejak mengidam sampai melahirkan selalu
berkonsultasi kepada dukun, bedanya dibidan perempuan yang mengandunglah yang
datang ketempat praktek bidan untuk berkonsultasi. Sedangkan dukun ia sendiri
yang berkeliling dari pintu ke pintu memeriksa ibu yang hamil. Sejak usia
kandungan 7 bulan kontrol dilakukan lebih sering. Dukun menjaga jika ada
gangguan, baik fisik maupun non fisik terhadap ibu dan janinnya. Agar janin lahir
normal, dukun biasa melakukan perubahan posisi janin dalam kandungan dengan
cara pemutaran perut (diurut-urut) disertai doa.
Masih banyak masyarakat yang memilih persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan non- medis daripada tenaga kesehatan disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
a. Kemiskinan
Tersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan
mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih
kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasarkan penyedia
layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan
besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin.
29
30
6.
perlekatan
plasenta
merupakan
tempat
yang
besar,
dengan sangat cepat. Tempat seperti ini merupakan suatu media yang
ideal untuk pembiakan bakteri. Di laboratorium, kondisi kondisi yang
hangat, gelap, dan basah sengaja dibuat untuk membantu bakteri
tumbuh dan berbiak.
2) Sisi plasenta memiliki persediaan darah yang kaya, dengan pembuluh
pembuluh darah besar yang langsung menuju sirkulasi vena utama. Hal
ini memungkinkan bakteri di sisi plasenta untuk bergerak dengan
sangat cepat ke dalam aliran darah. Ini disebut septikemia. Septikemia
dapat menyebabkan kematian dengan sangat cepat.
3) Sisa plasenta tidak jauh dari bagian luar tubuh ibu. Hanya panjang
vagina (9 10 cm) yang memisahkan jalan masuk ke uterus dan
lingkungan luar. Ini berarti bahwa bakteri yang biasanya hidup di
rektum (seperti E Coli) dapat dengan mudah pindah ke dalam vagina
dan kemudian menuju uterus. Di sini bakteri menjadi berbahaya atau
patogenik karena menyebabkan infeksi pada sisi plasenta.
4) Selama persalinan area serviks ibu, vagina, atau area perineunmya
mungkin robek atau diepisiotomi. Area jaringan yang terluka ini rentan
terhadap infeksi, terutama jika teknik steril pada pelahiran tidak
digunakan. Infeksi biasanya terlokalisasi, tetapi pada kasus kasus
berat infeksi ini dapat menyebar ke jaringan di bawahnya.
Sehingga ibu nifas yang mengalami sepsis ini beresiko mengalami
kematian, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.
d. Resiko terjadinya perdarahan sekunder pascapartum.
Meningkatnya volume darah berarti meningkatkan pula jumlah zat besi
yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel darah merah sehingga tubuh dapat
menormalkan konsentrasi hemoglobin sebagai protein pengankut oksigen.
Anemia dapat mengurangi daya tahan tubuh ibu dan meninggikan frekuensi
komplikasi kehamilan serta persalinan. Anemia juga menyebabkan peningkatan
risiko perdarahan pasca persalinan. Rasa cepat lelah pada penderita anemia
disebabkan metabolisme energi oleh otot tidak berjalan secara sempurna karena
32
kekurangan oksigen. Selama hamil diperlukan lebih banyak zat besi untuk
menghasilkan sel darah merah karena ibu harus memenuhi kebutuhan janin dan
dirinya sendiri dan saat bersalin ibu membutuhkan hemoglobin untuk
memberikan energi agar otot-otot uterus dapat berkontraksi dengan baik. Dapat
dipastikan karena tidak pernahnya ibu melakukan ANC, berarti ibu tidak
mengkonsumsi tablet Fe dan tidak mendapatkan pendidikan kesehatan tentang
kehamilan dan nutrisi pada ibu hamil dari tenaga kesehatan yang memiliki
pengetahuan tentang hal tersebut.
Menurut penelitian, anemia bermakna sebagai faktor risiko yang
mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang mengalami anemia
berisiko 2,8 kali mengalami perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang
tidak mengalami anemia. Demam tinggi yang dialami ibu, beresiko terjadinya
perdarahan
sekunder
pascapartum,
sehingga
menyebabkan
vasodilatasi
psikososial
ibu
dapat
mempengaruhi
ibu
dalam
merawat
kehamilannnya.
b. Bayi beresiko mengalami infeksi tali pusat
Omfalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai dengan
kulit kemerahan disertai pus.
1) Etiologi
Penyebab terjadinya omfalitis pada kasus ini adalah akibat kurangnya
aseptik antiseptik saat pengguntingan dan perawatan tali pusat oleh
penolong persalinan.
Infeksi tali pusat adalah suatu penyakit toksemik akut yang
disebabkan oleh Clostridium tetani dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran.
33
2) Klasifikasi
1. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau
busuk, dan di sekitar tali pusat kemerahan dan pembengkakan
terbatas pada daerah kuang dari 1 cm di sekitar pangkal tali
pusat lokal atau terbatas.
2. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi
area 1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan
memerah serta bayi mengalami pembengkakan perut, disebut
sebagai infeksi tali pusat berat atau meluas
c. Bayi mengalami ikterus
Ikterus pada bayi bisa terjadi karena fisiologis dan patologis, umumnya bayi
baru lahir mengalami icterus pada hari-hari pertama kelahiran karena bayi belum
dapat menyusu secara adekuat, namun perlahan icterus akan mulai menghilang.
Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah cenderung mengalami icterus
karena tidak dapat menyusu secara adekuat, ditambah jika ASI ibu belum keluar.
Volume ASI ibu banyak dipengaruhi oleh factor nutrisi, sehingga kualitas dan
kuantitas ASI dapat dipengaruhi baik dari segi fisik ibu maupun segi psikologis
ibu.
C.
remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan
kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa
pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :
Masalah ANC di
komunitas
Kehamilan
Remaja
Solusi Permasalahan
1. Promotif
Mengadakan penyuluhan-penyuluhan dengan narasumber
dari seseorang yang mengalami dampak kehamilan remaja,
karena pada usia remaja mereka lebih suka mendengarkan
dampak atau akibat dari suatu hal.
34
2. Preventif
Menggalakkan konseling kesehatan reproduksi, bahaya seks
bebas dengan sasaran : Remaja, karena pada usia ini adalah usia
dimana seseorang mencari jati diri, sehingga perlu arahan dan
bimbingan dari orang-orang terdekat dengan pendekatan
sebagai teman bukan menggurui.
Sosialisasi kontrasepsi yang dapat digunakan oleh remaja
seperti metode barrier dapat dilakukan, mengingat dengan
biaya yang terjangkau, sehingga perilaku seks yang aman,
meskipun ada dampak negative yang mungkin timbul, namun
mengingat perilaku seseorang dipengaruhi oleh keinginan diri
sendiri dan lingkungan, sehingga pengetahuan yang positif
diperlukan untuk dapat merangsang pemikiran remaja untuk
menghindari seks bebas.
3. Kuratif
Pencarian kasus kehamilan remaja diluar nikah dari tokoh
masyarakat, untuk dapat mendeteksi secara dini kehamilan pada
remaja, sehingga dapat diberikan asuhan secara khusus seperti
yang telah dijelaskan diteori. Dengan asuhan ANC yang telah
didapat diharapkan dapat mengurangi stress antepartum, serta
Bidan dapat menjadi partnership dalam memberikan asuhan,
sehingga kehamilan berjalan dengan baik.
4. Rehabilitatif
Memberdayakan wanita yang mengalami kehamilan saat
remaja dengan menjadikan kader, sehingga dapat dijadikan
perbandingan bagi remaja lain saat memberikan penyuluhan
kepada remaja-remaja terkait kesehatan reproduksi dan dampak
kehamilan remaja, sehingga dirinya dianggap dan berguna bagi
orang lain.
Terus memberikan konseling dan nasihat untuk dapat
mencapai peran sebagai Ibu, sehingga dapat merawat bayi
hingga tumbuh sehat. Dengan ini stress postpartum juga dapat
Anemia
dihindari.
pada 1. Promotif
35
kehamilan
kelas
ibu
penyuluhan
hamil
mengenai
tiap
semester
asupan
nutrisi
untuk
saat
tidak aman
Tidak
melakukan
kunjungan ANC
kondisi tertentu.
1. Sosialisasi penggunaan jampersal bagi masyarakat, dan
memenuhi syarat penggunaan dengan melakukan kunjungan
ANC minimal 4 kali.
2. Melakukan kunjungan
rumah
(Home
Visit)
untuk
berkualitas
tinggi,
bagi
organisasi/institusi
penyelenggaraan
pelayanan.
8.
tanpa fasilitas memadai, antara lain tidak adanya tenaga bidan apalagi dokter obgin.
Karena persalinan masih ditangani oleh dukun beranak atau peraji, kasus kematian
ibu saat melahirkan masih tetap tinggi. Pertolongan gawat darurat bila terjadi kasus
perdarahan atau infeksi yang diderita ibu yang melahirkan, tidak dapat dilakukan.
Penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan orang lebih memilih untuk
menggunakan dukun beranak. Sementara itu, definisi merekatentang mutu pelayanan
berbeda dengan definisi standar medis. Kelemahan utama dari mutu pelayanan
adalah tidak terpenuhinya standar minimal medis oleh para dukun beranak, seperti
dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan sebilah bambu dan
meniup lubang hidung bayi yang baru lahir dengan mulut). Riwayat kasus kematian
ibu dan janin dalam penelitian ini menggambarkan apa yang terjadi jika dukun
beranak gagal mengetahui tanda bahaya dalam masa kehamilan dan persalinan serta
37
rujukan yang terlambat dan kecacatan janin pun bisa terjadi dari kekurangtahuan
dukun beranak akan tanda-tanda bahaya kehamilan yang tidak dikenal.
Berdasarkan dukun di Indonesia masih mempunyai peranan dalam menolong
suatu persalinan dan tidak bisa dipungkiri, masih banyak persalinan yang ditolong
oleh dukun beranak, walaupun dalam menolong persalinan dukun tidak berdasarkan
kepada pengalaman dan berbagai kasus persalinan oleh dukun seringkali terjadi dan
menimpa seorang ibu dan atau bayinya. Tetapi keberadaan dukun di Indonesia tidak
boleh dihilangkan tetapi kita bisa melakukan kerjasama dengan dukun untuk
mengatasi hal-hal atau berbagai kasus persalinan oleh dukun.
Mereka merasa pelatihan dan peralatan persalinan yang diberikan saat pelatihan
sangat bermanfaat. Para dukun juga dilatih tentang pencatatan dan pelaporan. Setiap
dukun dilatih membaca sampai mengerti bagaimana cara pengisian kolom tersebut.
Pelatihan untuk perawatan ibu hamil, pertolongan pada diare, makanan bergizibagi
bayi, balita dan ibu hamil juga dilakukan. Membina hubungan baik dengan dukun
juga dilakukan agar kita bisa lebih gampang menjalin kerjasama dengan dukun.
a. Peran bidan dengan dukun dalam pelaksanaan kemitraan
1) Periode Kehamilan
BIDAN
1. Melakukan pemeriksaan ibu hamil dalam
DUKUN
1. Memotivasi ibu hamil untuk periksa ke
hal :
Bidan
2. Mengantar ibu hamil yang tidak mau
a. Keadaan umum
b. Menentukan taksiran partus
periksa ke Bidan
c. Menentukan Keadaan janin dalam 3. Membantu Bidan pada saat pemeriksaan
kandungan
ibu hamil
d. Pemeriksaan laboratorium yang
4. Melakukan penyuluhan pada ibu hamil
e. diperlukan.
dankeluarga tentang
2. Melakukan tindakan pada ibu hamil
a. Tanda-tanda Persalinan
dalamhal :
b. Tanda bahaya kehamilan Kebersihan
a. Pemberian Imunisasi TT
pribadi & lingkungan.
b. Pemberian tablet Fe
c. Kesehatan & Gizi
c. Pemberianpengobatan/tindakan apabila
d. Perencanaan Persalinan (Bersalin di
ada komplikasi.
Bidan, menyiapkan transportasi,
3. Melakukan Penyuluhan dan konseling pada
menggalang
dalam
menyiapkan
ibu hamil dan keluarga mengenai :
a. Tanda-tanda Persalinan
biaya, menyiapkan calon donor
b. Tanda bahaya kehamilan
darah)
c. Kebersihan pribadi & lingkungan
5. Memotivasi ibu hamil dan
38
d. Gizi
e. Perencanaan Persalinan (Bersalin di
Bidan,
menyiapkan
transportasi,menggalang
dalam
keluarga tentang :
a.KB setelah melahirkan
b. Persalinan di Bidan pada waktu
menjelang taksiran partus.
6. Melakukan ritual keagamaan/tradisional
yang sehat sesuai tradisi setempat bila
keluarga meminta.
7. Melakukan motivasi pada waktu rujukan
diperlukan.
(ABPK)
8. Melaporkan ke Bidan apabila ada ibu
4. Melakukan kunjungan Rumah untuk :
a. Penyuluhan/Konseling pada keluarga
hamil baru.
tentang persencanaan persalinan
b. Melihat Kondisi Rumah persiapan
persalinan
c. Motivasi persalinan di Bidan pada
waktu menjelang taksiran partus
5. Melakukan rujukan apabila diperlukan
6. Melakukan pencatatan seperti :
a. Kartu ibu
b. Kohort ibu
c. Buku KIA
7. Melakukan Laporan :
a. Melakukan laporan cakupan ANC
2) Periode Persalinan
BIDAN
1. Mempersiapkan sarana prasara persalinan
aman dan alat resusitasi bayi baru lahir,
termasuk pencegahan infeksi.
2. Memantau kemajuan persalinansesuai
DUKUN
1. Mengantar calon ibu bersalin ke
Bidan
2. Mengingatkan keluargamenyiapkan alat
transport untukpergi ke Bidan/memanggil
Bidan.
3. Mempersiapkan sarana prasaran
dengan partogram
3. Melakukan asuhan persalinan.
4. Melaksanakan inisiasi menyusudini dan
a. Air bersih
b. Kain bersih
mengalami komplikasi.
8. Melakukan rujukan bila diperlukan
9. Melakukan pencatatan persalinanpada :
prosespersalinan.
6. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional
yang sehatsesuai tradisi setempat
7. Membantu Bidan dalam perawatanbayi
a. Kartu ibu/partograf
b. Kohort Ibu dan Bayi
baru lahir
8. Membantu ibu dalam inisiasimenyusu
c. Register persalinan
NIFAS
1. Melakukan kunjungan rumah dan
KN3) :
nifas
b. Tanda-tanda bayi sakit
c. Kebersihan pribadi & lingkungan
d. Kesehatan & Gizi
e. ASI Ekslusif
f. Perawatan tali pusat
g. Perawatan payudara
2. Memotivasi ibu dan keluarga untuk ber-
KB setelah melahirkan.
3. Melakukan ritualkeagamaan/tradisional
Ibu hamil
Ibu bersalin
Ibu nifas (sampai 42 hari setelah melahirkan)
Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Pemeriksaan kesehatan
Pertolongan persalinan
Pelayanan nifas
Pelayanan KB pasca persalinaN
Pelayanan bayi baru lahir
Peserta program Jampersal adalah seluruh ibu hamil yang belum memiliki
jaminan persalinan (tidak tertanggung di dalam kepesertaan ASKES,
Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek dan asuransi lainnya).Pelayan yang didapat
oleh peserta Jampersal meliputi:
1) Pemeriksaan kehamilan (ANC) sekurang-kurangnya 4 kali (1kali di
trimester I, 1 kali di trimester II, dan 2 kali di trimester III)
2) Persalinan normal
3) Pelayanan nifas normal
4) Pelayanan bayi baru lahir normal
5) Pemeriksaan kehamilan resiko tinggi
6) Pelayanan pasca keguguran
7) Persalinan per vaginam dengan tindakan emergensi dasar
8) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi dasar
9) Pemeriksaan rujukan kehamilan pada kehamilan resiko tinggi
10) Penanganan rujukan pasca keguguran
11) Penanganan kehamilan ektopik terganggu (KET)
12) Persalinan dengan tindakan emergensi komprehensif
13) Pelayanan bayi baru lahir dengan tindakan emergensi komprehensif
14) Pelayanan KB pasca persalinan
41
mendapatkan
pelayanan
dimanapun
berada
dengan
remaja, anemia pada kehamilan, aborsi yang tidak aman serta tidak melakukan
kunjungan antenatal. Hal ini paling sering terjadi dimasyarakat, untuk itu beberapa
pemecahan masalah yang ditawarkan seperti :
Masalah ibu
post partum
Solusi Permasalahan
berdasarkan
kasus
Ibu mengalami PENANGANAN SEPSIS PUERPURALIS
infeksi
1.
3.
Semua ibu nifas berisiko terkena infeksi, dan ibu yang telah
melahirkan bayi dalam keadaan mati, persalinan yang
memanjang,
pecahnya
selaput
ketuban
yang
lama
menggunakan
alat kontrasepsi
43
saat
kehamilan
serta
pemantauan
tumbuh
kembang bayi
2. Melakukan perawatan BBLR di sarana kesehatan yang
memadai, untuk mencegah terjadinya komplikasi dan
mencegah peningkatan angka mortalitas dan morbiditas
Infeksi tali pusat
BBL
1. Melakukan teknik pemotongan tali pusat dengan
tindakan steril
2. Melakukan perawatan tali pusat dirumah, dengan
a. Selalu mencuci tangan sebelum melakukan
perawatan tali pusat
b. Biarkan tali pusat terbuka dan selalu dalam keadaan
kering
c. Saat mandi bersihkan tali pusat
d. Setelah selesai keringkan dengan handuk lembut atau
cukup diangin anginkan
e. Saat ini tidak dianjurkan lagi membungkus dengan
kassa steril yang di basahi dengn alcohol 70 %
f. Setelah tali pusar lepas, oleskan pangkalnya dengan
betadine dengan menggunakan cotton bud
g. Bila tali pusat basah, berbau atau dinding perut
disekitarnya kemerahan harus segera dibawa ke
petugas kesehatan, poskesdes, puskesmas atau
fasilitas kesehatan yang lain.
Kebiasaan yang merugikan bayi :
a. Membubuhi
tali
pusat
dengan
ramuan
dapat
menyebabkan infeksi
b. Bayi boleh keluar rumah sebelum umur 40 hari
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, dengan
tetap menjaga kehangatan dan hindarkan dari orang
sakit.
c. Ibu tidak perlu khawatir dengan imunisasi, imunisasi
mungkin
menyebabkan
demam
tetapi
tidak
Ikterus
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Frase M Diane and Cooper A Margaret. (2009). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Linda V Walsh. 2001. Midwivery Community Based Care. Philadelpia: WB Saunders
Company.
Reeder and Sharon J. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi &
Keluarga. Jakarta: EGC.
Syafrudin. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Tom Lissauer dan Avroy Fanaroff. (2008). At a glance neonatologi. Jakarta: EMS.
Varney et al. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan (4th ed., Vol. 1). (E. Wahyuningsih,
Ed.) Jakarta: EGC.