PEMBAHASAN
administrasi
dalam
perselisihan
antara
rakyat
dengan
Sedangkan A.V.Dicey berpendapat bahwa Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok,
yakni :
1)
Kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan
sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan. Dengan kata lain hukum harus menjadi tujuan
untuk melindungi kepentingan rakyat.
2)
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama
(sederajat),
yang
membedakan
hanyalah
fungsinya,
yakni
pemerintah
berfungsi
mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu,
yaitu undang-undang.
3)
Human rights lebih menekankan pada seorang warga negara untuk dapat melakukan
kebebasan atau kemerdekaan dalam menjalani kehidupannya, seperti kemerdekaan pribadi,
kemerdekaan diskusi, dan kemerdekaan mengadakan rapat.
Fredrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtsstaat sebagai berikut:
1.Hak asasi manusia
2.Pemisahan antara pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM yang biasa dikenal sebagai
Trias Politika
3.Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi
Dalam perselisihan AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri
Rule of Law sebagai berikut :
1.Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
2.Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupum bagi pejabat
3.Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan
Ciri-ciri Rechsstaat dan Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara hukum
formal atau Negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam
International Commision of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan
ciri- ciri pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri
tersebut adalah:
1.Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-hak
indvidu harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin
2.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4.Pemilihan umum yang
bebas
5.Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6.Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Menurut Stahl, model negara hukum ada empat, yaitu :
9
1.
2.
10 10
3.
4.
Ashshiddiqie
menuliskan
kembali
prinsip-prinsip
negara
hukum
dengan
11 11
fungsinya
dapat
disalahgunakan
oleh
pemerintah
untuk
melanggengkan
kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar fungsinya sebagai pemegang senjata
tidak disalahgunakan untuk menumpas aspirasi pro-demokrasi.
12 12
13 13
negara hukum (rechtsstaat) yang dikembangkan bukanlah negara hukum yang absolut
(absolute rechtsstaat) melainkan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).
14 14
15 15
16 16
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu.
Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci.
17 17
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat) tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtstaat ).
Sistem konstitusional,Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukumdasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).
Negara
Hukum
Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan
pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundangundangan atau berdasarkan pada legalitas.Artinya, pemerintah tidak dapat melakukan
tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan. Unsur-unsur yang berlaku umum bagi setiap
negara hukum yakni sebagai berikut:
1) Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan
rakyat
18 18
2) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hukum atau perundang-undangan
3) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)
19 19
20 20
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang
oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh secara
21 21
langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya. Di Indonesia, hukum pidana diatur secara
umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan
dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS).
KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia dimana asasasas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar
KUHP (lex specialis)
Hukum pidana dalam Islam dinamakan qisas, yaitu nyawa dibalas dengan nyawa, tangan
dengan tangan, tetapi di dalam Islam ketika ada orang yang membunuh tidak langsung
dibunuh, karena harus melalui proses pemeriksaan apakah yang membunuh itu sengaja atau
tidak disengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah dibunuh jika tidak disengaja wajib
membayar di dalam Islam wajib memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada
membayar dengan 100 onta, jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka tidak
akan terkena hukuman.
2.Hukum Perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu dalam
masyarakat dengan saluran tertentu.Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum
sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau
kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.
Hukum keluarga
Hukum harta kekayaan
Hukum benda
Hukum Perikatan
Hukum Waris
3.Hukum Acara
22 22
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut hukum
formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara dan siapa yang
23 23
berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum
materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang
menegakkan hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata, maka ada hukum acara perdata.Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha
negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara.Hukum acara pidana harus dikuasai
terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana yang
mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menurut hukum
acara
pidana
(KUHAP)
adalah
terutama
melaksanakan
tugas
penyelidikan
dan
penyidikan.Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim
pidana.Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan
tugasnya tersebut.Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata.termasuk hukum
acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam
hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa
(penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara pidana.Advokat lah
yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan
tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu
akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang
advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak hukum itu
sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, dan kejujuran.Para penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi,
advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benarbenar menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di
atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum.
Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum.
24 24
18 18
norma-norma hukum baru yang mengikat untuk umum. Akan tetapi norma-norma baru itu
belum secara cepat tersosialisasikan secara umum sehingga pelaksanaannya di lapangan
19 19
banyak menghadapi kendala dan kegagalan. Sebaliknya, norma-norma hukum yang lama,
sebagai akibat sudah terbentuknya norma hukum yang baru, tentu sudah tidak lagi dijadikan
rujukan dalam praktik.
Ketiga, di masa reformasi ini banyak sekali lembaga baru yang kita bentuk untuk maksud
yang mulia, yaitu agar kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang sudah berubah sebagai
masyarakat demokratis dapat lebih efisien dan efektif dilayani oleh fungsi-fungsi kekuasaan
negara. Pembentukan lembaga-lembaga baru itu dilakukan sekaligus dengan mengubah
fungsi-fungsi lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Akan tetapi dalam kenyataan praktik
sampai sekarang ternyata banyak sekali lembaga-lembaga baru yang kinerjanya belum
berhasil menempatkan diri secara tepat dalam sistem kenegaraan baru berdasarkan UUD
1945, sementara lembaga-lembaga yang lama sudah lumpuh dan tidak lagi menjalankan
fungsi yang diambil alih oleh lembaga baru. Akibatnya, timbul gejala tumpang tindih akibat
banyaknya lembaga yang menangani satu fungsi yang sama, sementara di pihak lain banyak
fungsi yang ada lembaga yang menanganinya sama sekali. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
sesudah 11 tahun masa reformasi ini, kita menghadapi keadaan anomi dan anomali. Keadaan
anomi mencerminkan keadaan yang seolah-olah ketiadaan norma (a-nomous), sedangkan
keadaan anomali menegaskan adanya kekacauan structural dan fungsional dalam hubungan
antara lembaga dan badan-badan penyelenggara fungsi kekuasaan negara.
Dalam konteks pembuatan aturan, perhatikanlah bagaimana kinerja lembaga-lembaga
legislasi dan regulasi kita, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kinerjanya sebagian terbesar
masih belum professional dan mengarah kepada upaya perbaikan sistem hukum kita secara
keseluruhan. Baik DPR, DPD, DPRD, biro-biro hukum berbagai instansi pemerintahan masih
bekerja secara serabutan dan tanpa arah yang jelas, melainkan hanya berdasarkan kebutuhan
dadakan dan didasarkan atas pesanan ataupun perintah yang bersifat sesaat dan seperlunya.
Demikian pula di bidang pelaksanaan kebijakan (policy executing), yang menentukan justru
adalah atasan atau pejabat yang berwenang mengambil keputusan. Sistem birokrasi
penerapan hukum kita masih sangat personal, belum melembaga secara kuat, dan masih
sangat tergantung kepada keteladanan pimpinan.
20 20
Begitu pula dalam proses penegakan hukum (law enforcement), aparat penyelidik,
penyidik, penuntut, pembela, hakim pemutus, dan aparatur pemasyarakatan masih bekerja
dengan kultur kerja yang tradisional dan cenderung primitif. Lihatlah bagaimana kasus Bibit
dan Chandra memberi tahu kepada kita semua mengenaki kebobrokan dunia penegakan
hukum kita. Dari kasus ini jelas tergambar betapa buruknya cara kerja lembaga penyidik di
Negara kita. Sebaliknya, lihat pula kasus terungkapnya kasus istana dalam penjara yang
melibatkan Artalyta Suryani yang menikmati kamar tidur mewah yang jelas tidak adil bagi
narapidana lain yang tidak berpunya. Dengan perkataan lain, kita menghadapi banyak
masalah mulai dari lembaga penyidik sampai ke lembaga pemasyarakatan.
Mengenai kasus Bibit dan Chandra, misalnya, telah menyedot perhatian publik yang
sangat luas selama berbulan-bulan. Namun, solusi yang diambil kemudian adalah
penghentian perkaranya oleh Kejaksaan atas tekanan publik. Solusi demikian juga
mencatatkan preseden yang sangat buruk dalam penegakan hukum yang tunduk kepada
tekanan politik. Sekali aparat penegak hukum takluk kepada tekanan politik yang datang dari
bawah (civil society), maka pada saat yang lain jangan salahkan jika ada orang yang menilai
bahwa aparat yang sama akan tunduk dan takluk pula kepada tekanan politik (state) yang
datang dari atas ataupun dari samping (market). Namun demikian, semua sudah menjadi
bubur, apa boleh buat, kasus Bibit dan Chandra sudah berakhir, dan kita harus siap menutup
buku mengenai hal ini. Akan tetapi, dari kasus Bibit dan Chandra, kasus Istana Artalyta di
LP, serta kasus-kasus lainnya, seperti kasus Bank Century dan sebagainya, kita dapat berkaca
mengenai bobroknya sistem penegakan hukum di Negara kita. Jalan yang tersedia di hadapan
kita hanya satu, yaitu bahwa kita harus melangkah ke depan untuk memperbaiki sistem
hukum dan peradilan di tanah air kita sebagaimana mestinya dengan cetak biru dan peta jalan
(road-map) yang jelas berdasarkan UUD 1945.
Untuk itu, kita dapat mengusulkan kiranya sistem peradilan kita dievalusasi dan diadakan
perubahan mendasar agar proses peradilan dan produk putusan pengadilan dapat ditingkatkan
menjadi lebih bermutu dan benar-benar menjamin keadilan daripada yang ada sekarang.
Misalnya, kita mesti memperbaiki kondisi-kondisi untuk menjamin independensi peradilan
secara benar dan memperbaiki sistem peradilan yang menjamin mutu putusan seperti dengan
20 20
21 21
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
negara adalah suatu organisasi dari kelompok yang bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu dan mengakui adanya pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
kelompok
berdasarkan
atas
hukum
,dibangun
dan
ditegakkan
menurut
prinsip-prinsip
negara
hukum
arti
luas,
yang
berarti
pemerintah
berperan
aktif
22 22
B. Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar terciptalah
Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat terlindungi hukum
dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakkan, sebagai Negara hukum Indonesia adalah
salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman dinegara Indonesia senantiasa
terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh
karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau apakah seluruh
masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia
masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat
juga dan masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
Dengan teraplikasnya konsepsi negara hukum di Inionesia, maka Indonesia bisa menjadi negara
yang aman,nyaman, dan terkondisi seperti sebagaimana mestinya. karena itulah, hendaknya
seluruh warga negara, patuh dan taat terhadap hukum yang ada serta mampu menegakkannya
sehingga harapan agar Negara indonesia yang taat hukum serta harmonis dapat dicapai.
23 23
DAFTAR PUSTAKA
Erwin,Muhammad.
2010.Pendidikan
Kewarganegaraan
Republik
Indonesia.
Bandung:
PT.Refika Aditama
sumber :http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/01/hukum-administrasi-negara.html
http://hifdzil.wordpress.com/category/artikel-politik-dan-hukum/
http://www.scribd.com/doc/58730825/Makalah-Kelompok-3-Negara-Hukum-Finish
http://ericktecno.com/contoh-makalah-hukum/
24 24