Anda di halaman 1dari 27

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum


Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga
negaranya yang mana keadilan tersebut merupakan syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup
untuk warga Negara dan sifat keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar
dapat membuat warganegara suatu bangsa menjadi baik.
Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus dijalankan atas dasar
hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama: hubungan antara
yang memerintah dan yang diperintah tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu
norma objektif, yang juga mengikat pihak yang memerintah; kedua: norma objektif itu harus
memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan
dengan idea hukum.
Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa negara
menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum:
1.Demi kepastian hukum
2.Tuntutan perlakuan yang sama
3.Legitimasi demokrasi
4.Tuntutan akal budi
Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya sejauh berdasarkan
hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam hukum itu. Dalam negara hukum,
tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi putusan sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara
adalah untuk memastikan kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan
hukum.

B. Unsur-unsur Negara Hukum


1.Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia.
2.Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu.
3.Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
4.Adanya peradilan
pemerintahannya.

administrasi

dalam

perselisihan

antara

rakyat

dengan

Sedangkan A.V.Dicey berpendapat bahwa Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok,
yakni :
1)

Supremacy Of Law (Supremasi hukum)

Kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan
sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan. Dengan kata lain hukum harus menjadi tujuan
untuk melindungi kepentingan rakyat.
2)

Equality Before The Law (Persamaan dalam hukum)

Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah sama
(sederajat),

yang

membedakan

hanyalah

fungsinya,

yakni

pemerintah

berfungsi

mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang diatur pedomannya satu,
yaitu undang-undang.
3)

Human Rights (Kebenaran hukum)

Human rights lebih menekankan pada seorang warga negara untuk dapat melakukan
kebebasan atau kemerdekaan dalam menjalani kehidupannya, seperti kemerdekaan pribadi,
kemerdekaan diskusi, dan kemerdekaan mengadakan rapat.

C. Ciri-ciri Negara Hukum


1.Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
2.Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif
3.Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
7

4.Menuntut pembagian kekuasaan

Fredrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan ciri-ciri
Rechtsstaat sebagai berikut:
1.Hak asasi manusia
2.Pemisahan antara pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM yang biasa dikenal sebagai
Trias Politika
3.Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi
Dalam perselisihan AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon memberikan ciri-ciri
Rule of Law sebagai berikut :
1.Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan, sehingga seseorang
hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
2.Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupum bagi pejabat
3.Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan
Ciri-ciri Rechsstaat dan Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep Negara hukum
formal atau Negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi para juris yang tergabung dalam
International Commision of Jurits pada konferensinya di Bangkok tahun 1965 merumuskan
ciri- ciri pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri
tersebut adalah:
1.Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-hak
indvidu harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak
yang dijamin
2.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4.Pemilihan umum yang
bebas
5.Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6.Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Menurut Stahl, model negara hukum ada empat, yaitu :
9

1.

adanya perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia

2.

adanya pemisahan kekuasaan

10 10

3.

pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum

4.

adanya peradilan administrasi

D. Prinsip Negara Hukum


Para Sarjana Eropa Kontinental yang diwakili oleh Julius Stahl menuliskan prinsip negara
hukum (Rechtsstaat) dengan mengimplementasikan:
1. Perlindungan hak asasi manusia
2. Pembagian kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang
4. Peradilan Tata Usaha Negara.
International Comission of Jurists pada konfrensinya di Bangkok (1965) juga menekankan
prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya dianut oleh sebuah negara hukum, yaitu:
1. Perlindungan konstitusional, artinya, selain menjamin hak-hak individu, konstitusi harus
pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh perlindungan atas hak-hak yang dijamin
2. Badan-badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan
Jimly

Ashshiddiqie

menuliskan

kembali

prinsip-prinsip

negara

hukum

dengan

menggabungkan pendapat dari sarjana-sarjana Anglo-Saxon dengan sarjana-sarjana Eropa


Kontinental. Menurutnya dalam negara hukum pada arti yang sebenarnya, harus memuat dua
belas prinsip, yakni:
1. Supremasi Hukum (Suprermacy of Law)
Dalam perspektif supremasi hukum, pada hakekatnya pemimpin tertinggi negara yang
sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan hukum yang
tertinggi, The Rule of Law and not of man.

11 11

2. Persamaan dalam hukum (Equality before the Law)


Setiap orang berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Sikap diskrimatif
dilarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan sementara yang disebut
affirmative action, yakni tindakan yang mendorong dan mempercepat kelompok warga
masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan, sehingga mencapai perkembangan yang lebih
maju dan setara dengan kelompok masyarakat kebanyakan yang telah lebih maju.
3. Asas Legalitas (Due Process of Law)
Segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah
dan tertulis. Setiap perbuatan administrasi harus didasarkan atas aturan atau rules and
procedurs (regels). Namun, disamping prinsip ini ada asas frijsermessen yang memungkinkan
para pejabat administrasi negara mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid-regels atau
policy rules yang berlaku secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan
yang dibebankan oleh peraturan yang sah.
4. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-organ negara dengan cara menerapkan
prinsip pembagian secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara horizontal. Kekuasaan
harus selalu dibatasi dengan cara memisahkan kekuasaan ke cabang-cabang yang bersifat
checks and balances dalam kedudukan yang sederajat dan saling mengimbangi serta
mengendalikan satu sama lain. Dapat juga dilakukan pembatasan dengan cara membagikan
kekuasaan negara secara vertikal, dengan begitu kekuasaan negara tidak tersentralisasi dan
terkonsentrasi yang bisa menimbulkan kesewenang-wenangan. Akhirnya falsafah power
tends to corrupt, and absolut power corrupts absolutly bisa dihindari.
5. Organ-organ eksekutif independen
Independensi lembaga atau organ-organ dianggap penting untuk menjamin demokrasi,
karena

fungsinya

dapat

disalahgunakan

oleh

pemerintah

untuk

melanggengkan

kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar fungsinya sebagai pemegang senjata
tidak disalahgunakan untuk menumpas aspirasi pro-demokrasi.

12 12

6. Peradilan bebas dan tidak memihak (independent and impartial


judiciary)
Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh siapapun juga,
baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan uang (ekonomi). Untuk
menjamin keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan adanya intervensi ke dalam proses
pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik intervensi dari lingkungan kekuasaan
eksekutif maupun legislatif ataupun dari kalangan masyarakat dan media massa. Namun
demikian, hakim harus tetap terbuka dalam pemeriksaan perkara dan menghayati nilai-nilai
keadilan dalam menjatuhkan putusan.
7. Peradilan Tata Usaha Negara
Dalam setiap negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap warga negara untuk
menggugat keputusan pejabat administrasi negara dan dijalankannya putusan hakim tata
usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi negara. Pengadilan administrasi
negara ini juga menjadi penjamin bagi rakyat agar tidak di zalimi oleh negara melalui
keputusan pejabat administrasi negara.
8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)
Pentingnya Constitutional Court adalah dalam upaya untuk memperkuat sistem checks and
balances antara cabang-cabang kekuasaan yang sengaja dipisahkan untuk menjamin
demokrasi.
9. Perlindungan hak asasi manusia
Perlindungan terhadap hak asasi manusia dimasyarakatkan secara luas dalam rangka
mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia sebagai
ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis.
10. Bersifat demokratis (democratische rechtsstaat)
Negara hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi, sebagaimana di
dalam setiap negara demokratis harus dijamin penyelenggaraannya berdasar atas hukum. Jadi

13 13

negara hukum (rechtsstaat) yang dikembangkan bukanlah negara hukum yang absolut
(absolute rechtsstaat) melainkan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).

14 14

11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Welfare Rechtsstaat)


Sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945,
tujuan bernegara Indonesia dalam rangka melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial. Negara hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat
tujuan negara Indonesia tersebut. Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak
terjebak pada rule-driven, melainkan mission driven, tetapi mission driven yang didasarkan
atas aturan.
12. Transparansi dan kontrol sosial
Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses pembuatan dan
penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam mekanisme
kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara komplementer oleh peran serta masyarakat
secara langsung.

E. Sistem hukum di dunia


Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-negara di dunia pada
saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental, common law system, sistem hukum
Anglo-Saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama.
Sistem hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya
berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan
ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari populasi dunia
tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.

15 15

Common Law System


Common law system adalah suatu sistem hukum yang digunakan di Inggris yang mana di
dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak dibatasi oleh undangundang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang atau
mengabaikannya.
Sistem hukum Anglo-Saxon
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurisprudensi, yaitu
keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru,
Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara
bagian Louisiana mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa
Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan
sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang
menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga memberlakukan hukum
adat dan hukum agama.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan
zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam
memutus perkara.
Sistem hukum adat/kebiasaan
Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di suatu
wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat
dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di wilayah tertentu.
Sistem hukum agama

16 16

Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama tertentu.
Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci.

17 17

F. Negara Hukum Indonesia


1. Landasan Yuridis Negara Hukum
Indonesia
Konstitusi kita UUD 1945 secara nyata menyatakan Indonesia sebagai negara hukum
yaitu padapasal 1 ayat (3) UUD 1945 berbunyi : Negara Indonesia negara hukum. Selain
itu, dalam Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem Pemerintahan Negara, dijelaskan
bahwa :

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat) tidak berdasar atas
kekuasaan belaka (Machtstaat ).
Sistem konstitusional,Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukumdasar), tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:


a)Negara Indonesia berdasar atas hukum, bukan berdasarkan kekuasaan semata
b)Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan kekuasaan pemerintah terbatas,
tidak absolut
Konsepsi negara hukum Indonesia adalah konsep negara hukum materiil atau negara hukum
arti luas, yang berarti pemerintah berperan aktif membangun kesejahteraan umum di
berbagai lapangan kehidupan.
2. Perwujudan
Indonesia

Negara

Hukum

Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan
pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan perundangundangan atau berdasarkan pada legalitas.Artinya, pemerintah tidak dapat melakukan
tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan. Unsur-unsur yang berlaku umum bagi setiap
negara hukum yakni sebagai berikut:
1) Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan
rakyat
18 18

2) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas
hukum atau perundang-undangan
3) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)

19 19

4) Adanya pembagian kekuasaan dalam negara


5) Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan yang bebas dan mandiri, dalam arti
lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan tidak berada di bawah pengaruh
eksekutif
6) Adanya peran nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga Negara untuk turut serta
mengawasi perbuatan dan pelaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah
7) Adanya sistem perekonomian yang menjamin pembagian yang merata sumberdaya yang
diperlukan bagi kemakmuran warga negara.Unsur-unsur negara hukum ini biasanya terdapat
dalam konstitusi. Oleh karena itu, perwujudan secara operasional dari konsep nagara hukum
adalah konstitusi negara tersebut.

G. Macam-macam Bidang Hukum di Indonesia


Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum publik, hukum
perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum administrasi negara/hukum
tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat, hukum islam, hukum agraria, hukum
bisnis, dan hukum lingkungan. Namun akan dijelaskan 3 bidang hukum yang popular di
Indonesia, yaitu : hukum pidana, hukum perdata, dan hukum acara.
1.Hukum Pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik.Hukum pidana adalah hukum yang
mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan perbuatan yang diharuskan
dan dilarang oleh peraturan perundang undangan dan berakibat diterapkannya sanksi
berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya.Dalam hukum pidana dikenal 2
jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran.Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya
bertentangan dengan peraturan perundang undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai
moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat.Pelaku pelanggaran berupa kejahatan
mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri, membunuh, berzina,

20 20

memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang
oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh secara

21 21

langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya. Di Indonesia, hukum pidana diatur secara
umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan
dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS).
KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia dimana asasasas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar
KUHP (lex specialis)
Hukum pidana dalam Islam dinamakan qisas, yaitu nyawa dibalas dengan nyawa, tangan
dengan tangan, tetapi di dalam Islam ketika ada orang yang membunuh tidak langsung
dibunuh, karena harus melalui proses pemeriksaan apakah yang membunuh itu sengaja atau
tidak disengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah dibunuh jika tidak disengaja wajib
membayar di dalam Islam wajib memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada
membayar dengan 100 onta, jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka tidak
akan terkena hukuman.
2.Hukum Perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-individu dalam
masyarakat dengan saluran tertentu.Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum
sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau
kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1.
2.
3.
4.
5.

Hukum keluarga
Hukum harta kekayaan
Hukum benda
Hukum Perikatan
Hukum Waris

3.Hukum Acara

22 22

Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut hukum
formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara dan siapa yang

23 23

berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum
materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang
menegakkan hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata, maka ada hukum acara perdata.Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha
negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara.Hukum acara pidana harus dikuasai
terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana yang
mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menurut hukum
acara

pidana

(KUHAP)

adalah

terutama

melaksanakan

tugas

penyelidikan

dan

penyidikan.Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim
pidana.Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan
tugasnya tersebut.Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata.termasuk hukum
acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam
hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa
(penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara pidana.Advokat lah
yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan
tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu
akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang
advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak hukum itu
sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, dan kejujuran.Para penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi,
advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benarbenar menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di
atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum.
Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum.

24 24

H. Kondisi Negara Hukum di Indonesia


Kondisi Negara Hukum Indonesia kita dewasa ini sangat memprihatinkan. Hukum
diperlukan agar kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan dapat memperoleh bentuk
resmi yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan berlakunya untuk umum. Karena hukum
yang baik kita perlukan dalam rangka pembuatan kebijakan (policy making) yang diperlukan
merekayasa, mendinamisasi, mendorong, dan bahkan mengarahkan guna mencapai tujuan
hidup bersama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Di samping itu, dalam rangka pelaksanaan kebijakan-kebijakan
tersebut (policy executing), hukum juga harus difungsikan sebagai sarana pengendali dan
sebagai sumber rujukan yang mengikat dalam menjalankan segala roda pemerintahan dan
kegiatan penyelenggaraan negara.
Namun dalam kenyataan praktik, baik dalam konteks pembuatan kebijakan (policy
making) maupun dalam konteks pelaksanaan kebijakan (policy executing), masih terlihat
adanya gejala anomi dan anomali yang belum dapat diselesaikan dengan baik selama 11
tahun pasca reformasi ini. Dari segi sistem norma, perubahan-perubahan telah terjadi dimulai
dari norma-norma dasar dalam konstitusi negara yang mengalami perubahan mendasar. Dari
segi materinya dapat dikatakan bahwa UUD 1945 telah mengalami perubahan 300 persen
dari isi aslinya sebagaimana diwarisi dari tahun 1945. Sebagai akibat lanjutannya maka
keseluruhan sistem norma hukum sebagaimana tercermin dalam berbagai peraturan
perundang-undangan harus pula diubah dan diperbarui.
Sebenarnya, upaya pembaruan hukum itu sendiri tentu dapat dikatakan sudah berjalan
selama 11 tahun terakhir ini. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa: Pertama, perubahanperubahan tersebut cenderung dilakukan secara cicilan sepotong-sepotong tanpa peta jalan
(road-map) yang jelas. Akibatnya, perubahan sistem norma hukum kita selama 11 tahun
masa reformasi ini belum menghasilkan kinerja Negara Hukum yang kita diidealkan. Kedua,
pembentukan berbagai peraturan perundang-undang baru telah sangat banyak menghasil

18 18

norma-norma hukum baru yang mengikat untuk umum. Akan tetapi norma-norma baru itu
belum secara cepat tersosialisasikan secara umum sehingga pelaksanaannya di lapangan

19 19

banyak menghadapi kendala dan kegagalan. Sebaliknya, norma-norma hukum yang lama,
sebagai akibat sudah terbentuknya norma hukum yang baru, tentu sudah tidak lagi dijadikan
rujukan dalam praktik.
Ketiga, di masa reformasi ini banyak sekali lembaga baru yang kita bentuk untuk maksud
yang mulia, yaitu agar kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang sudah berubah sebagai
masyarakat demokratis dapat lebih efisien dan efektif dilayani oleh fungsi-fungsi kekuasaan
negara. Pembentukan lembaga-lembaga baru itu dilakukan sekaligus dengan mengubah
fungsi-fungsi lembaga-lembaga yang ada sebelumnya. Akan tetapi dalam kenyataan praktik
sampai sekarang ternyata banyak sekali lembaga-lembaga baru yang kinerjanya belum
berhasil menempatkan diri secara tepat dalam sistem kenegaraan baru berdasarkan UUD
1945, sementara lembaga-lembaga yang lama sudah lumpuh dan tidak lagi menjalankan
fungsi yang diambil alih oleh lembaga baru. Akibatnya, timbul gejala tumpang tindih akibat
banyaknya lembaga yang menangani satu fungsi yang sama, sementara di pihak lain banyak
fungsi yang ada lembaga yang menanganinya sama sekali. Karena itu, dapat dikatakan bahwa
sesudah 11 tahun masa reformasi ini, kita menghadapi keadaan anomi dan anomali. Keadaan
anomi mencerminkan keadaan yang seolah-olah ketiadaan norma (a-nomous), sedangkan
keadaan anomali menegaskan adanya kekacauan structural dan fungsional dalam hubungan
antara lembaga dan badan-badan penyelenggara fungsi kekuasaan negara.
Dalam konteks pembuatan aturan, perhatikanlah bagaimana kinerja lembaga-lembaga
legislasi dan regulasi kita, baik di tingkat pusat maupun daerah. Kinerjanya sebagian terbesar
masih belum professional dan mengarah kepada upaya perbaikan sistem hukum kita secara
keseluruhan. Baik DPR, DPD, DPRD, biro-biro hukum berbagai instansi pemerintahan masih
bekerja secara serabutan dan tanpa arah yang jelas, melainkan hanya berdasarkan kebutuhan
dadakan dan didasarkan atas pesanan ataupun perintah yang bersifat sesaat dan seperlunya.
Demikian pula di bidang pelaksanaan kebijakan (policy executing), yang menentukan justru
adalah atasan atau pejabat yang berwenang mengambil keputusan. Sistem birokrasi
penerapan hukum kita masih sangat personal, belum melembaga secara kuat, dan masih
sangat tergantung kepada keteladanan pimpinan.

20 20

Begitu pula dalam proses penegakan hukum (law enforcement), aparat penyelidik,
penyidik, penuntut, pembela, hakim pemutus, dan aparatur pemasyarakatan masih bekerja
dengan kultur kerja yang tradisional dan cenderung primitif. Lihatlah bagaimana kasus Bibit
dan Chandra memberi tahu kepada kita semua mengenaki kebobrokan dunia penegakan
hukum kita. Dari kasus ini jelas tergambar betapa buruknya cara kerja lembaga penyidik di
Negara kita. Sebaliknya, lihat pula kasus terungkapnya kasus istana dalam penjara yang
melibatkan Artalyta Suryani yang menikmati kamar tidur mewah yang jelas tidak adil bagi
narapidana lain yang tidak berpunya. Dengan perkataan lain, kita menghadapi banyak
masalah mulai dari lembaga penyidik sampai ke lembaga pemasyarakatan.
Mengenai kasus Bibit dan Chandra, misalnya, telah menyedot perhatian publik yang
sangat luas selama berbulan-bulan. Namun, solusi yang diambil kemudian adalah
penghentian perkaranya oleh Kejaksaan atas tekanan publik. Solusi demikian juga
mencatatkan preseden yang sangat buruk dalam penegakan hukum yang tunduk kepada
tekanan politik. Sekali aparat penegak hukum takluk kepada tekanan politik yang datang dari
bawah (civil society), maka pada saat yang lain jangan salahkan jika ada orang yang menilai
bahwa aparat yang sama akan tunduk dan takluk pula kepada tekanan politik (state) yang
datang dari atas ataupun dari samping (market). Namun demikian, semua sudah menjadi
bubur, apa boleh buat, kasus Bibit dan Chandra sudah berakhir, dan kita harus siap menutup
buku mengenai hal ini. Akan tetapi, dari kasus Bibit dan Chandra, kasus Istana Artalyta di
LP, serta kasus-kasus lainnya, seperti kasus Bank Century dan sebagainya, kita dapat berkaca
mengenai bobroknya sistem penegakan hukum di Negara kita. Jalan yang tersedia di hadapan
kita hanya satu, yaitu bahwa kita harus melangkah ke depan untuk memperbaiki sistem
hukum dan peradilan di tanah air kita sebagaimana mestinya dengan cetak biru dan peta jalan
(road-map) yang jelas berdasarkan UUD 1945.
Untuk itu, kita dapat mengusulkan kiranya sistem peradilan kita dievalusasi dan diadakan
perubahan mendasar agar proses peradilan dan produk putusan pengadilan dapat ditingkatkan
menjadi lebih bermutu dan benar-benar menjamin keadilan daripada yang ada sekarang.
Misalnya, kita mesti memperbaiki kondisi-kondisi untuk menjamin independensi peradilan
secara benar dan memperbaiki sistem peradilan yang menjamin mutu putusan seperti dengan
20 20

menerapkan kebijakan pembatasan perkara di Mahkamah Agung sambil memperkuat


kedudukan dan peranan Pengadilan Tinggi di setiap ibukota provinsi. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, di lingkungan peradilan, sebaiknya segera diadakan sistem kamar dalam
penanganan perkara, tidak lagi sistem majelis seperti yang dipraktikkan selama ini. Dengan
sistem kamar itu, perkara-perkara (i) pidana, (ii) perdata umum, (iii) bisnis, (iv) agama, (v)
tatausaha Negara, dan (vi) militer dapat ditangani secara professional oleh hakim yang
memang menguasai bidang hukum terkait.
Demikian pula dengan aparat dan aparatur penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pembelaaan, dan pemasyarakatan juga perlu segera direformasi secara mendasar. Polisi,
sejak berpisah dari TNI (ABRI) tentu harus mengubah wataknya menjadi organisasi sipil.
Pendekatannya jangan lagi militeristik. Polisi adalah pengayom masyarakat bukan
bermusuhan dengan masyarakat. Kejaksaan dan lembaga-lembaga penuntut khusus lain,
yaitu KPK juga harus lah bertindak professional sebagai lembaga penegak keadilan, bukan
sekedar merupakan lembaga penegak peraturan.
Yang tidak kalah peliknya juga adalah profesi advokat yang masih jauh dari idealitas
profesionalnya sebagai penegak hukum. Apalagi sampai sekarang, persatuan para advokat
dalam wadah tunggal sampai sekarang juga terus menghadapi kendala yang para advokat
sendiri tidak juga kunjung dapat menyelesaikannya sendiri. Padahal para advokat
mengimpikan watak independensi yang kokoh bagi kedudukan professional mereka. Namun,
jika para advokat justru tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah internal mereka, apa
alasannya untuk mencegah agar fungsi-fungsi Negara yang relevan ikut berperan jikalau
kepentingan rakyat dan negara justru menuntut berfungsinya organisasi tunggal para advokat
yang oleh UU Advokat telah dikukuhkan sebagai aparat penegak hukum.

21 21

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
negara adalah suatu organisasi dari kelompok yang bersama-sama mendiami suatu wilayah
tertentu dan mengakui adanya pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan
kelompok

atau beberapa kelompok tersebut. Negara indonesia adalah negara yang

berdasarkan

atas

hukum

,dibangun

dan

ditegakkan

menurut

prinsip-prinsip

demokrasi.hukum tidak boleh di buat,di tetapkan,ditafsirkan,di tegakkan dengan tangan


besi,berdasarkan kekuasaan belaka.prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan
mengabaikan prinsip-prinsip demokrasi yang di atur dalam uud 45.Namun demikian sering
pada pelaksanaannya mengalami kendala yaitu dilema antara menegakkan hukum,sehingga
kalau tidak konsisten maka akan menyiksa bangsa indonesia sendiri. Negara hukum adalah
Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Ada
dua unsur dalam negara hukum, yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang
diperintah kedua: norma objektif yang harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara
formal, melainkan dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Negara hukum
memiliki unsur-unsur, ciri-ciri, dan prinsip yang mendasar. Ada berbagai jenis sistem hukum
yang berbeda yang dianut oleh negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum
Eropa Kontinental, common law system, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat,
sistem hukum agama. Konsepsi negara hukum Indonesia adalah konsep negara hukum
materiil atau

negara

hukum

arti

luas,

yang

berarti

pemerintah

berperan

aktif

membangun kesejahteraan umum di berbagai lapangan kehidupan.

22 22

B. Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar terciptalah
Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat terlindungi hukum
dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakkan, sebagai Negara hukum Indonesia adalah
salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman dinegara Indonesia senantiasa
terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan ketentraman dalam bermasyarakat, oleh
karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut turun langsung meninjau apakah seluruh
masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia
masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat
juga dan masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
Dengan teraplikasnya konsepsi negara hukum di Inionesia, maka Indonesia bisa menjadi negara
yang aman,nyaman, dan terkondisi seperti sebagaimana mestinya. karena itulah, hendaknya
seluruh warga negara, patuh dan taat terhadap hukum yang ada serta mampu menegakkannya
sehingga harapan agar Negara indonesia yang taat hukum serta harmonis dapat dicapai.

23 23

DAFTAR PUSTAKA
Erwin,Muhammad.

2010.Pendidikan

Kewarganegaraan

Republik

Indonesia.

Bandung:

PT.Refika Aditama
sumber :http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/01/hukum-administrasi-negara.html
http://hifdzil.wordpress.com/category/artikel-politik-dan-hukum/
http://www.scribd.com/doc/58730825/Makalah-Kelompok-3-Negara-Hukum-Finish
http://ericktecno.com/contoh-makalah-hukum/

24 24

Anda mungkin juga menyukai