1. Muhammad Faizal A.
1424010019
1424010024
1424010029
4. Burhamtoro
1424010038
5. Laras N. Fitriani
1424010042
Tujuan dari kami membuat materi ini karena Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ,
selain itu penyusunan makalah ini juga merupakan suatu cara untuk meningkatkan
pemahaman tentang Negara hokum dan Hak Azasi Manusia yang ada di Negara
Indoneisa kepada penyusun dan kepada pembaca.
1424010019
1424010024
1424010029
4. Burhamtoro
1424010038
5. Laras N. Fitriani
1424010042
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada seluruh umat-Nya. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda
Rasulullah SAW yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.
Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Prof. DR. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM. selaku dosen pendidikan kewarganegaraan
dan media media lain nya yang membantu saya dalam pengetikan.
Segala daya dan upaya penulis lakukan yang terbaik untuk menyusun makalah ini,
akan tetapi dengan keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman, tentunya masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
serta kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan langkah penulis
kedepan.
Sekian, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Ketua kelompok
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
JUDUL..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Negara Hukum Indonesia................................................................................11
3.1.1 Pengertian Hukum ...........................................................................11
3.1.2 Tujuan Hukum..................................................................................13
3.1.3 Penggolongan Hukum......................................................................14
3.2 Indonesia Sebagai Negara hukum...................................................................23
3.3 HAM Di Indonesia..........................................................................................26
3.3.1 Pengertian HAM...............................................................................26
3.3.2 Pengertian Pelanggaran HAM..........................................................30
3.4 Kasus Pelanggaran HAM (Nenek Asyani)......................................................31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......45
B. Saran .....45
C. Daftar Pustaka
47
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa
negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak
Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi
Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Pencarian fakta, penyidikan polisi, pengadilan sekalipun nyatanya
belum mampu mengungkap kasusnya secara tuntas dan memuaskan,
Tetapi kendati hakim telah memvonis nenek aryani sebagai tersangka yang
bersalah dan telah penjara selama 3 bulan dan saat ini masih mengalami
penangguhan tetapi proses hukum masih tetap berjalan . Orang tak percaya
begitu saja bahkan KOMNAS HAM turut serta untuk melindungi hak
nenek Aryani tersebut untuk mendapatkan hak nya kembali. Hukum tidak
hanya untuk gagah-gagahan tetapi didalam hokum negara juga ada unsur
kemanusiaannya yang melihat suatu kondisi orang tersebut dan adanya
hokum .
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
penulis dan pembaca.
1) Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan
tentang salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia.
2) Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai
bahan kajian atau referensi tambahan bagi ilmu kewarganegaraan
serta memperkaya informasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
prinsip-prinsip
substantif,
persamaan,
kesejahteraan
serta
kelangsungan komunitas.
Menurut Tamanaha konsepsi formal dari negara hukum ditujukan pada
cara dimana hukum diumumkan (oleh yang berwenang), kejelasan norma dan
dimensi temporal dari pengundangan norma tersebut. Konsepsi formal negara
hukum tidak ditujukan kepada penyelesaian putusan hukum atas kenyataan
hukum itu sendiri, dan tidak berkaitan dengan apakah hukum itu hukum yang baik
atau jelek. Sedangkan konsepsi substantif dari negara hukum bergerak lebih dari
itu, dengan tetap mengakui atribut formal yang disebut di atas. Konsepsi negara
hukum substantif ingin bergerak lebih jauh dari itu. Hak-hak dasar atau
derivasinya adalah menjadi dasarnya konsep negara hukum substantif. Konsep
tersebut dijadikan sebagai fondasi yang kemudian digunakan untuk membedakan
antara hukum yang baik yang memenuhi hak-hak dasar tersebut dan hukum yang
buruk yang mengabaikan hak-hak dasar. Konsep formal negara hukum fokus pada
kelayakan sumber hukum dan bentuk legalitasnya sementara konsep substantif
juga termasuk persyaratan tentang isi dari norma hukum.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
setelah perubahan menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Semula istilah negara hukum hanya dimuat pada Penjelasan UUD 1945 yang
menegaskan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaats), tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat). Persoalannya apakah yang dimaksud
dengan rechtstaat dalam konsepsi UUD 1945 dan bagaimana impelementasinya
dalam kehidupan negara. Dengan dasar kerangka berpikir di atas dalam kajian
singkat ini, hendak menguraikan secara ringkas bagimana konsep negara hukum
Indonesia dan perbedaannya dengan konsep rechtstaat atapun rule of law serta
perkembangan pemahaman dan konsepnya pada tingkat implementasi dalam
dalam konsep socialist legality tetap dihormati, akan tetapi harus dikaitkan dengan
dan tunduk pada cita-cita masyarakat sosialis. Karena itu pembatasan tidak saja
difokuskan pada kekuasaan negara terhadap individu tetapi juga pada kebebasan
individu terhadap negara dan cita masyarakat sosialis. Demikian juga pengadilan
yang independen diakui, tetapi memberikan hak kepada pemerintah untuk
memberikan rekomendasi, usul dan saran. Walaupun Uni Soviet sudah runtuh
sebagai sebuah negara namun konsep socialist legality tetap memiliki pengaruh
dan menjadi kajian yang menarik sebagai sumber pengembangan konsep negara
hukum pada masa kini dan ke depan.
Setelah mengkaji perkembangan praktik negara-negara hukum moderen
Jimly Asshiddieqie (lihat Jimly Asshiddiqie, 2006: 151162), sampai pada
kesimpulan bahwa ada 12 prinsip pokok negara hukum (rechtstaat) yang berlaku
di zaman sekarang, yaitu sumpremasi hukum (supremacy of law), persamaan
dalam hukum (equality before the law), asas legalitas (due process of law),
pembatasan kekuasaan, organ-organ eksekutif independen, peradilan bebas dan
tidak memihak, peradilan tata uasaha negara, peradilan tata negara, perlindungan
hak asasi manusia, bersifat demokratis, berfungsi sebagai sarana mewujudkan
tujuan negara serta trasnparansi dan kontrol sosial. Keduabelas prinsip pokok itu
merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara hukum
moderen dalam arti yang sebenarnya.
Negara hukum Indonesia yang dapat juga diistilahkan sebagai negara
hukum Pancasila, memiliki latar belakang kelahiran yang berbeda dengan konsep
negara hukum yang dikenal di Barat walaupun negara hukum sebagai genus
begrip yang tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 terinspirasi oleh konsep negara
hukum yang dikenal di Barat. Jika membaca dan memahami apa yang
dibayangkan oleh Soepomo ketika menulis Penjelasan UUD 1945 jelas merujuk
pada konsep rechtstaat. Karena negara hukum dipahami sebagai konsep Barat,
Satjipto Raharjo (Lihat Satjipto Rahardjo, 2006: 48) sampai pada kesimpulan
bahwa negara hukum adalah konsep moderen yang tidak tumbuh dari dalam
masyarakat Indonesia sendiri, tetapi barang impor. Negara hukum adalah
bangunan yang dipaksakan dari luar. Lebih lanjut menurut Satjipto, proses
menjadi negara hukum bukan menjadi bagian dari sejarah sosial politik bangsa
kita di masa lalu seperti terjadi di Eropa.
Lahirnya negara hukum Pancasila menurut Padmo Wahyono (lihat Tahir
Azhary, 2003: 96) berbeda dengan cara pandang liberal yang melihat negara
sebagai suatu status tertentu yang dihasilkan oleh suatu perjanjian bermasyarakat
dari individu-individu yang bebas atau dari status naturalis ke status civis
dengan perlindungan terhadap civil rights. Tetapi dalam negara hukum Pancasila
terdapat anggapan bahwa manusia dilahirkan dalam hubungannya atau
keberadaanya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu negara tidak terbentuk
karena perjanjian atau vertrag yang dualistis melainkan atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi posisi Tuhan dalam negara hukum
Pancasila menjadi satu elemen utama bahkan menurut Oemar Seno Adji (Lihat
Oemar Seno Adji, 1980: 25) merupakan causa prima. Begitu pentingnya prinsip
Ketuhanan ini dalam negara Indonesia menempatkan prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa, sebagai prinsip pertama dari dasar negara Indonesia. Begitu pentingnya
dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh para founding fathers negara kita dapat
dibaca pada pidato Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar
negara (philosophische grondslag ) yang menyatakan :
Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masingmasing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang kristen
menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk
Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara
Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya
dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni
dengan tiada egoisme agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang ber-Tuhan.
Pidato Soekarno ini, nampaknya merupakan rangkuman pernyataan dan
pendapat dari para anggota BPUPK dalam pemandangan umum mengenai dasar
negara yang dimulai sejak tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni itu. Kesemuanya
John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. (Masyhur Effendi, 1994)
Konsepsi tentang HAM yang tumbuh dan berkembang di kalangan
sejarawan Eropa bermula dari Yurisprudensi Romawi yang kemudian meluas pada
etika teori alam (natural law). Tentang hal ini, Robert Audi mengatakan sebagai
berikut: the concept of right arose in Roman Jurisprudence and was axtended to
ethics via natural law theory. Just a positive law makers, confers legal right, so the
natural confers natural right. (Robert Audi, 2005)
Menurut Philipus M.Hadjon, 11 hak asasi manusia konsep Barat yang pada
dasarnya adalah pembatasan terhadap tindak tanduk negara dan organ-organnya
dan peletakan kewajiban negara terhadap warganya sehingga prinsip yang
terkandung dalam konsep hak asasi manusia adalah tuntutan (claim) akan hak
terhadap negara dan kewajiban yang harus dilakukan oleh negara. (Philipus M.
Hadjon, 2010)
Hak asasi manusia dalam Islam sebagaimana termasuk dalam fikih
menurut Masdar F. Masudi, memiliki lima prinsip utama, yaitu:
1) Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapa pun, maka barang siapa yang secara sengaja
melanggar kehidupan orang lain, dia harus dihukum setimpal supaya orang
itu tidak melakukan hal yang sama di tempat lain.
2) Hak Perlindungan Keyakinan
Perlindungan keyakinan ini dituangkan dalam ajaran La Iqrah fidhien
(tidak ada pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dienukum waliyadien
(bagimu agamamu, bagiku agamaku). Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan
adanya pemaksaan dalam memeluk agama. Tetapi dalam sejarah kemudian
9
dimaksud sebagai
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Negara Hukum Indonesia
10
c. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dariorang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan
(1995).
11
d.
Leon Duguit
Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat yang
harusditaati oleh masyarakat sebagai jaminan kepentingan bersama dan
jika dilanggar akan menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu (1919).
pergaulan
hidup
dalam
masyarakat
dan
bertujuan
anggota
masyarakat
itu.
Untuk
menjamin
kelangsungan
keseimbangan dalam hubungan antara anggota masyarakat, diperlukan aturanaturan hukum yang diadakan atas kehendak dan kesadaran tiap-tiap anggota
12
jangan
sampai
terjadiperbuatan
main
hakim
sendiri
dalampergaulan di masyarakat.
3. Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagiaan, dan kebenaran dalam masyarakat.
1)
Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu diambil.
Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu
peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber hukum formal
ialah undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Berikut macam-macam sumber hukum yang berlaku di Indonesia.
Kebiasaan ialah sumber hukum tertua, sumber dari mana dikenal ataudapat digali
sebagian dari hukum di luar undang-undang. Kebiasaan merupakan tindakan
menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal dalam masyarakat atau
pergaulan hidup tertentu yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan
kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat. Di dalam masyarakat,
keberadaan hukum tidak tertulis (kebiasaan) diakui sebagai salah satu norma
hukum yang dipatuhi. Dalam praktik penyelenggaraan negara, hukum tidak
tertulis disebut konvensi. Hukum tidak tertulis dipatuhi karena adanya
kekosongan hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara. Oleh
karena itu, hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim
untuk memutuskan perkara yang belum pernah diatur didalam undang-undang.
Doktrin
Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya. Pendapat para sarjana hukum
yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam pengambilan
keputusan oleh hakim. Ketika akan menetapkan apa yang akan menjadi dasar
keputusannya, hakim sering menyebut atau mengutip pendapat. Pendapa titu
menjadi dasar keputusan hakim tersebut. Doktrin bisa menjadi sumber hukum
formal apabila digunakan oleh para hakim dalam memutuskan perkara melalui
14
yurisprudensi di mana doktrin tersebut menjadi alasan atau dasar hakim dalam
memutuskan perkara tersebut.
Undang-undang
oleh pemerintah yang dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat
setiap warga negara secara umum. Di dalamUUD 1945, dapat kita jumpai
beberapa contoh, seperti undang-undang dasar, ketetapan MPR, undang-undang,
peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan
peraturan daerah.
b)
dilihat dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang-undang. Jadi,
undang-undang dalam arti formal merupakan ketetapan pengua sayang
memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya.Misalnya,
ketentuan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (amendemen) yangberbunyi: Presiden
memegang kekuasaan membentuk undang-undangdengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Jadi, undang-undang yang dibentuk oleh presiden bersama
DPR tersebut dapat diakui sebagaisumber hukum formal karena dibentuk oleh
yang berwenang sehingga derajat peraturan itu sah sebagai undang-undang.
Yurisprudensi
Yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Munculnya yurisprudensi dikarenakan adanya
peraturan perundang-undangan yang kurang maupun tidak jelas pengertiannya
sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Untuk itu, hakim
membuat maupun membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusan-
15
Traktat
Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan
negara lainnya. Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang
sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah
pihak-pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan itu.
Hal ini disebut pacta sunt servanda, yang berarti bahwa perjanjian mengikat
pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
Traktat dapat dibedakan menjadi dua.
a)
Traktat bilateral ialah perjanjian yang diciptakan oleh dua negara. Traktatini
Traktat multilateral ialah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih
16
kemudian juga menjadi pihaknya, makatraktat tersebut adalah traktat kolektif atau
traktat terbuka, misalnya,Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
b.
1)
Menurut sasarannya
Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu golongan
tertentu.
2)
Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi semua golongan
tertentu dengan golongan lain. Contohnya, UU No. 2/1958 tentang DwiKewarganegaraan RI-RRC.
c.
1)
Menurut Bentuknya
Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk
dalam masyarakat atau hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan
masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan, hukum tidak
tertulis disebut konvensi. Contohnya, pidato kenegaraan presiden setiap tanggal
16 Agustus.
d.
Menurut isinya
17
1)
antara negara dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan
perseorangan (warga negara). Dalam arti formal, hukum publik mencakup hukum
acara, hukum tata negara, hukum administrasi negara, dan hukum pidana.
Hukum Acara
Hukum acara disebut juga hukum formal (pidana dan perdata). Hukum acara atau
hukum formal ini adalah rangkaian kaidah hukum yang mengatur caracarabagaimana mengajukan suatu perkara kemuka suatu badan peradilan serta
caracarahakim memberikan putusan. Hukum acara dibedakan menjadi dua, yaitu
hukumacara pidana dan hukum acara perdata.
Hukum acara pidana adalah rangkaian peraturan hukum yang menentukan
bagaimana
cara-cara
mengajukan
ke
depan
pengadilan
perkara-perkara
kepidanaan, bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman oleh hakim, dan jika ada
orang yang disangka melanggar aturan hukum pidana yang telah ditetapkan
sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi.
Adapun hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan hukum yang
menentukan bagaimana cara-cara mengajukan ke depan pengadilan perkaraperkara keperdataan dalam arti luas.
Hukum pidana
Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran serta kejahatan
terhadap kepentingan umum sehingga perbuatan tersebut diancam dengan
hukuman. Bentuk maupun jenis pelanggaran serta kejahatan tertuang dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pelanggaran ialah perbuatan yang
diancam dengan hukuman denda. Misalnya, pengendara motor tidak membawa
SIM atau tidak mengenakan helm. Kejahatan ialah perbuatan yang melawan
hukum mengenai persoalan besar. Misalnya, penganiayaan, pembunuhan,
dan pencurian.Hukum pidana tidak berlaku terhadap perbuatan yang dilakukan
sebelum undang-undang ini diadakan. Prinsip ini sesuai dengan Pasal 1ayat (1)
KUHP, yang menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum selain atas
kekuatan aturan pidana dalam undang-undang yang diadakan sebelum perbuatan
itu terjadi.
2)
Hukum privat
Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah rangkaian peraturan hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya, dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Pembagian dan
sistematika hukum perdata adalah sebagai berikut.
Hukum kekayaan
19
a)
bersifat mutlak. Artinya, hakterhadap benda diakui serta dihormati oleh setiap
orang.
b)
kehartaan antara dua orang atau lebih. Pihak pertama berhak atas sesuatu prestasi
(pemenuhan sesuatu), sedangkan pihak lain wajib memberikan sesuatu. Pihak
yang wajib memenuhi perikatan tersebut disebut debitur, sedangkan pihak yang
berhak atas pemenuhan sesuatu perikatan disebut kreditur. Objek perikatan ialah
prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan.
Hukum perorangan
Hukum waris
Hukum yang mengatur benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia
disebut hukum waris. Hukum ini mengatur akibat dari hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang. Hukum waris mengatur pembagian harta
peninggalan, ahli waris, urutan penerima waris, hibah, serta wasiat.
Hukum keluarga
Hukum keluarga ialah hukum yang memuat rangkaian peraturan yang timbul dari
pergaulan hidup keluarga. Hubungan keluarga terjadi sebagai akibat adanya
perkawinan yang sah antara seorang laki-lakidan perempuan.
a)
20
Hukum adat
Hukum adat ialah peraturan hukum yang tumbuh serta berkembang pada
masyarakat tertentu dan hanya dipatuhi oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum adat biasanya merupakan perbuatan berulang-ulang terhadap hal yang
sama, kemudian diterima serta disetujui oleh masyarakat sehingga bagiorang yang
melanggarnya akan merasa bertentangan dengan perasaan hukum. Beberapa
contoh hukum adat ialah perkawinan adat Batak berdasarkan garis keturunan
patrilineal, tata cara pernikahan daerah Jawa, dan pembagian warisan (adat) di
Minangkabau menurut garis keturunan matrilineal.
e.
1)
Menurut wujudnya
Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum objektif yang
Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku umum dan tidak
mengenal orang atau golongan tertentu. Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu
Lintas.
f.
21
1)
lus contitutum atau hukum positif, yaitu hukum yang berlaku sekarang
bagisuatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu atau hukum yang
berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada
sarjana yang menamakan hukum positif itu Tata Hukum.
2)
lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang
akan datang.
3)
dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu
melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di
seluruh tempat.
g.
1)
dua negara atau lebih. Contohnya, hukum perang dan hukum perdata
internasional.
h.
Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas hukum material dan hukum
formal. Hukum yang mengatur peraturan yang berhubungan dengan kepentingan
yang berwujud perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya, hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum yang mengatur cara
bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material apabila hukum material
22
24
hubungan
memandangnya
dari
antara
aspek
agama
dengan
perlindungan
negara,
hukum
sedangkan
bagi
rakyat.
Philipus
Namun
25
adalah
seperangkat
hak
yang
melekat
pada
hakikat
1)
2)
3)
4)
5)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Secara umum, hak asasi asasi manusia terdiri atas lima macam.
1. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights).
2. Hak asasi politik (political rights).
3. Hak asasi pribadi (personal rights).
4. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).
28
hukum
tidak
tertulis,
dan
hukum
HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa
HAM adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa. Beberapa
instrument HAM yang ada di Indonesia antara lain yaitu Undang Undang Dasar
1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM.
29
menurutnya diambil di lahan milik pribadinya dulu pada tahun 2010 silam itu
yang sekarang sudah di jual. Pada bulan Juli 2014, dia hendak membuat dipan
atau lencak (tempat duduk seperti tempat kasur), dia pun meminta menantunya,
30
Ruslan, menyewa mobil milik Abdus Salam dan membawa kayu-kayu itu ke
Sucipto, tukang kayu. Tapi nahas, saat melintas di Perhutani, polisi hutan menyita
kayu tersebut karena dianggap barang curian di kawasan hutan produksi.
Kemudian Sawin hanya melaporkan telah kehilangan dua pohon kayu jati di petak
43F yang di duga kayu milik nenek Arsyani adalah hasil curian yang di ambil di
tanah milik perhutani tersebut dengan ukuran cukup beragam, mulai dari 3x8x 90
sentimeter, sebanyak 5 batang; 3x8x100 sebanyak 5 batang; 3x8x130 sebanyak 8
batang; 3x8x150 sebanyak 1 batang; 3x8x200 sebanyak 7 batang; 2x15x200
sebanyak 8 batang; dan 4 batang lagi juga berukuran panjang 200 sentimeter itu
dilihat dari serat-seratnya terjadi ke samaan dan warnanya sama dengan kayu di
petak 43F tersebut yang telah hilang.
Nenek Asyani pun akhirnya dijebloskan ke sel tahanan sejak 15 Desember
2014 silam, beserta Ruslan, menantu Asyani; Sucipto, seorang tukang kayu; serta
Abdus Salam, sopir pikap. Nenek asal Dusun Krastan Desa/Kecamatan
Jatibanteng itu dijerat dengan pasal 12 juncto pasal 83 UU Nomor 18 tahun 2013,
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yaitu :
Pasal 12 UU RI Nomor 18 tahun 2013
Setiap orang dilarang:
a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai
dengan izin pemanfaatan hutan;
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. memuat,
membongkar,
mengeluarkan,
mengangkut,
menguasai,
31
tidak
alat-alat
yang
lazim
digunakan
untuk menebang,
membeli,
menjual,
menerima
dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar;
l. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal
dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/atau
m. menerima,
dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut secara tidak sah.
Sumber : http://ppid.dephut.go.id/informasi_kemenhut/browse/24
32
Pasal 28 B :
(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 28 C :
33
Pasal 28 D :
(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 28 E :
(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih
pendidikan
kewarganegaraan,
dan
memilih
pengajaran,
tempat
memilih
tinggal
di
pekerjaan,
wilayah
memilih
negara
dan
34
(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.
Pasal 28F :
Pasal 28G :
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain. **)
Pasal 28H :
35
(1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. **)
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa pun. **)
Pasal 28I :
(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun. **)
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu. **)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. **)
36
(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. **)
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. **)
Pasal 28J :
(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
**)
Nenek arsyani yang tinggal di sekitar hutan jati terebut telah menjadi
kesewenang-wenangan dari UU P3H (Pencegahan dan Pemberantasan,
Perusakan hutan), dan melanggar HAM Pasal yang berhubungan dengan
pelanggaran kasus yang terjadi yaitu :
Bab I
37
Ketentuan Umum
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
Pasal 1
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia;
Dalam kasus nenek Arsyani, hak nenek Arsyani harusnya
dilindungi oleh komnas ham karena masyarakat local seperti
nenek arsyani tersebut menggantungkan hidupnya dengan
sumber daya yang ada di sekitar lingkungannya sebagai yang
telah diputusan 35 tahun 2012 menegaskan hutan adat bukan
hutan negara. Hal ini jelas mengakui hutan adat sebagai entitas
tersendiri dikelola masyarakat hukum adat. Dengan adanya UU
P3K hak masyarakat daerah hutan tersebut menjadi di rebut oleh
Pemerintah.
Pasal 3
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang
berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar
38
Bab II
Asas-Asas Dasar
Pasal 3
Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.
Hampir sama dengan pasal 3 di atas bahwa Nenek Arsyani
dituduh mencuri kayu jati milik perhutani tanpa bukti yang
jelas, karena kayu yang disita sekarang adalah dari lahannya 6
tahun yang lalu yang sekarang sudah di jual oleh pihak nenek
arsyani serta data-data tentang nenek arsyani tidak jelas seperti
usia nenek arsyani dalam data berumur 45 th sedangkan dalam
pengakuannya dalam sidang usia nenek arsyani berumur 63
tahun dan terlihat jelas secara fisiknya usia nenek tidak mungkin
berumur 45 tahun.
Pasal 5
39
usia.
Hukum
juga
dapat
melihat
dalam
sisi
kemanusiaannya juga.
Bab III
Hak Asasi Manusia Dan Kebebasan Dasar Manusia
Bagian Keempat
Hak Memperoleh Keadilan
Pasal 18
Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka
melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah,
sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu sidang
pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Berkas-berkas nenek Arsyani tidak kongkrit dan tidak di
benarkan bahwa umur nenek dalam data yaitu 45 tahun
sedangkan pengakuan serta terlihat dari fisik berumur 63 tahun
tidak. Serta kayu tersebut pengakuannya juga menebang di
lahannya sendiri. Dan dimana seharusnya putusan 35 tahun
40
2012 menegaskan hutan adat bukan hutan negara. Hal ini jelas
mengakui hutan adat sebagai entitas tersendiri dikelola
masyarakat
hukum
adat.
MK
telah
memulihkan
hak
41
adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang.
Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di
Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai
kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hakhaknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok masyarakat
hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-paksakan ada; bukan
dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, kelompok itu harus
diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD. Selain itu,
penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.
Tidak hanya pelanggaran ham terjadi pada kasus nenek Arsyani saja.
Kasus-kasus pelanggaran serupa juga pernah terjadi di Negara Indonesia tercinta
kita yaitu :
42
43
44
Banyaknya kasus pelanggaran ham yang tertera pada table resmi Litbang
Kontras yang tidak di bawa ke perkara hukum sangatlah tidak adil, karena jika di
bandingkan oleh nenek arsyani yang mengambil kayunya sendiri di lahannya
sendiri malah menjadi tersangka dalam DUGAAN pencurian kayu jadi oleh pihak
perhutani, pemerintah tidak boleh sewenang-wenang dengan adanya UU P3H
yang di sahkan pada tahun 2013 ini mengambil hak orang lain atau adat yang ada
sejak zaman dulu di antaranya yaitu nenek Arsyani yang memanfaatkan hutan di
sekitar rumahnya .
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
45
Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penyusun tarik dalam makalah ini :
1. Negara telah mengambil hak masyarakat asli di sekitar hutan dengan
adanya UU P3H.
2. Nenek Arsyani tidak bersalah karena data-data tidak kongkrit mengenai
umur dll yang menyangkut proses siding.
3. Nenek berusia 63 tahun yang beralamat Dusun Kristal RT 02 RW 03 Desa
Jatibanteng Kecamatan Jatibanteng Kabupaten Situbondo, dituduh
mencuri kayu oleh pihak perhutani Desember 2014
4. Negara telah mengambil hak masyarakat asli di sekitar hutan dengan
adanya UU P3H salah satu kasusnya yaitu nenek Arsyani tidak bersalah
karena data-data tidak kongkrit mengenai umur dan lain-lain yang
menyangkut proses sidang.
B. Saran
Setelah kami menyusun makalah ini, saran yang dapat kami berikan terkait
dengan Negara Hukum dan Hak azasi Manusia dengan mengambil studi kasus
pencurian kayu oleh nenek asyiani 63th di situbondo ialah seharusnya pihak
perhutani melakukan proses Restorative justice, restorative justice itu sendiri
memiliki makna keadilan yang merestorasi, di dalam proses peradilan pidana
konvensional dikenal adanya restitusi atau ganti rugi terhadap korban, sedangkan
restorasi memiliki makna yang lebih luas. Restorasi meliputi pemulihan hubungan
antara pihak korban dan pelaku. Pemulihan hubungan ini bisa didasarkan atas
kesepakatan bersama antara korban dan pelaku. Pihak korban dapat
menyampaikan mengenai kerugian yang dideritanya dan pelaku pun diberi
kesempatan untuk menebusnya, melalui mekanisme ganti rugi, perdamaian, kerja
sosial, maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya.
Serta jangan jadikan hukum jadi gaya-gayaan atau gagah-gagahan. Lihat
dari sisi kemanusiaan jangan jadi seperti PENSIL yang diatasnya tumpul ada
penghapusnya yang di bawah runcing . harus adil seadil-adilnya tetapi keadilan
seesungguhnya Cuma di miliki oleh Allah SWT
46
DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum, Suatu Study tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah
dan Masa Kini. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.
Dicey, A.V. Introduction to the study of the Law and the Constitution.
Ninth Edition. MacMilland and CO. London. 1952.
47
48
http://news.detik.com/read/2015/03/19/183317/2863992/10/inilah-wujud-kayujati-yang-menyeret-nenek-asyani-ke-sel-tahanan
http://www.elsam.or.id/article.php?
act=content&id=3239&cid=101&lang=in#.VRAiOiuUddw
http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=2012
http://cyberangjalan.blogspot.com/2013/04/hak-asasi-manusia-ham-dalamamandemen_24.html
http://www.academia.edu/9739630/NEGARA_HUKUM_DAN_HAK_ASASI_M
ANUSIA_HAM_Endang_Asad_Fauzy_5._Fahri_Ilham_Derajat
http://www.covesia.com/berita/11707/nenek-arsyani-dan-deretan-kasus-rakyatkecil-tak-berdaya-di-hadapan-hukum.html
https://www.youtube.com/watch?v=yw6D4kEfJ_Q
49