Anda di halaman 1dari 53

MAKALAH ILMIAH KEWARGANEGARAAN

NEGARA HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA

Disusun oleh Kelompok 6 :

1. Muhammad Faizal A.

1424010019

2. Yudi Setiawan Putra

1424010024

3. Hana Rahma Siwi

1424010029

4. Burhamtoro

1424010038

5. Laras N. Fitriani

1424010042

FAKULTAS PERTANIAN PROGDI AGRIBISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA, INDONESIA
2014/2015
PENCURIAN KAYU DI SITUBONDO
1

Tujuan dari kami membuat materi ini karena Tujuan dari penulisan
makalah ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan ,
selain itu penyusunan makalah ini juga merupakan suatu cara untuk meningkatkan
pemahaman tentang Negara hokum dan Hak Azasi Manusia yang ada di Negara
Indoneisa kepada penyusun dan kepada pembaca.

Disusun oleh Kelompok 6 :


1. Muhammad Faizal A.

1424010019

2. Yudi Setiawan Putra

1424010024

3. Hana Rahma Siwi

1424010029

4. Burhamtoro

1424010038

5. Laras N. Fitriani

1424010042

FAKULTAS PERTANIAN PROGDI AGRIBISNIS


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR
SURABAYA, INDONESIA
2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta
inayah-Nya kepada seluruh umat-Nya. Shalawat dan salam tercurah untuk baginda
Rasulullah SAW yang menjadi teladan untuk umat seluruh alam.

Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan makalah bertema Negara Hukum dan


Hak Asasi Manusia dan berjudul Kasus Pencuri Kayu Di Situbondo. telah menyelesaikan
tugas makalah ilmiah yang sangat sederhana ini, sebagai pemenuhan tugas karya ilmiah
kelompok.

Dengan selesainya makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Prof. DR. Ir. H. Syarif Imam Hidayat, MM. selaku dosen pendidikan kewarganegaraan
dan media media lain nya yang membantu saya dalam pengetikan.

Segala daya dan upaya penulis lakukan yang terbaik untuk menyusun makalah ini,
akan tetapi dengan keterbatasan waktu, tenaga dan minimnya pengalaman, tentunya masih
banyak kekurangan di dalamnya, untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya,
serta kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan langkah penulis
kedepan.
Sekian, semoga bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Surabaya, 25 Maret 2015

Ketua kelompok

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................i
JUDUL..................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
1.4 Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Negara Hukum Indonesia................................................................................11
3.1.1 Pengertian Hukum ...........................................................................11
3.1.2 Tujuan Hukum..................................................................................13
3.1.3 Penggolongan Hukum......................................................................14
3.2 Indonesia Sebagai Negara hukum...................................................................23
3.3 HAM Di Indonesia..........................................................................................26
3.3.1 Pengertian HAM...............................................................................26
3.3.2 Pengertian Pelanggaran HAM..........................................................30
3.4 Kasus Pelanggaran HAM (Nenek Asyani)......................................................31
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......45
B. Saran .....45
C. Daftar Pustaka

47

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Hukum haruslah memiliki ciri atau syarat mutlak bahwa
negara itu melindungi dan menjamin Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Dengan demikian jelas sudah keterkaitan antara Negara hukum dan Hak
Asasi Manusia, dimana Negara Hukum wajib menjamin dan melindungi
Hak Asasi Manusia setiap warganya.
Pencarian fakta, penyidikan polisi, pengadilan sekalipun nyatanya
belum mampu mengungkap kasusnya secara tuntas dan memuaskan,
Tetapi kendati hakim telah memvonis nenek aryani sebagai tersangka yang
bersalah dan telah penjara selama 3 bulan dan saat ini masih mengalami
penangguhan tetapi proses hukum masih tetap berjalan . Orang tak percaya
begitu saja bahkan KOMNAS HAM turut serta untuk melindungi hak
nenek Aryani tersebut untuk mendapatkan hak nya kembali. Hukum tidak
hanya untuk gagah-gagahan tetapi didalam hokum negara juga ada unsur
kemanusiaannya yang melihat suatu kondisi orang tersebut dan adanya
hokum .

1.2 Rumusan Masalah


Sesuai dengan judul makalah ini Kasus Pencuri Kayu Di
Situbondo, maka masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1) Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2) Apa yang dimaksud dengan negara hukum dan hak azasi manusia ?
3) Bagaimana kasus nenek asyani terhadap Negara hukum dan HAM
di Indonesia ?

1.3 Tujuan

Tujuan kami mengangkat materi ini tentang Kasus Pencuri Kayu


Di Situbondo yaitu :
1) Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.,
2) Untuk mengetahui macam-macam pelanggaran HAM.,
3) Untuk mengetahui contoh pelanggaran HAM di Indonesia,
4) Mengetahui lebih dalam mengenai terjadinya kasus pencurian
kayu di Situbondo oleh nenek bernama Asyani,
5) Upaya penyelesaian pelanggaran HAM khususnya kasus pencurian
kayu di Situbondo oleh nenek bernama Asyani.

1.4 Manfaat
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi
penulis dan pembaca.
1) Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan
tentang salah satu kasus pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia.
2) Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai
bahan kajian atau referensi tambahan bagi ilmu kewarganegaraan
serta memperkaya informasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Istilah negara hukum dalam berbagai literatur tidak bermakna tunggal,


tetapi dimaknai berbeda dalam tempus dan locus yang berbeda, sangat tergantung
pada idiologi dan sistem politik suatu negara. Karena itu Tahir Azhary, (Tahir
Azhary, 2003) dalam penelitiannya sampai pada kesimpulan bahwa istilah negara
hukum adalah suatu genus begrip yang terdiri dari dari lima konsep, yaitu konsep
negara hukum menurut Al Quran dan Sunnah yang diistilahkannya dengan
nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa kontinental yang disebut
rechtstaat, konsep rule of law, konsep socialist legality serta konsep negara hukum
Pancasila.
Begitu juga Oemar Seno Adji (Lihat Seno Adjie, 1980) menemukan tiga
bentuk negara hukum yaitu rechtstaat dan rule of law, socialist legality dan negara
hukum Pancasila. Menurut Seno Adji antara rechtstaat dan rule of law memiliki
basis yang sama. Menurut Seno Adji, konsep rule of law hanya pengembangan
semata dari konsep rechtstaats. Sedangkan antara konsep rule of law dengan
socialist legality mengalami perkembangan sejarah dan idiologi yang berbeda,
dimana rechtstaat dan rule of law berkembang di negara Inggris, Eropa
kontinental dan Amerika Serikat sedangkan socialist legality berkembang di
negara-negara komunis dan sosialis. Namun ketiga konsep itu lahir dari akar yang
sama, yaitu manusia sebagai titik sentral (antropocentric) yang menempatkan
rasionalisme, humanisme serta sekularisme sebagai nilai dasar yang menjadi
sumber nilai
Sedangkan dari sisi waktu ternyata konsep negara hukum berkembang
dinamis dan tidak statis. Tamanaha ( Lihat Tamanaha: 2006 : 91-1001)
mengemukakan dua versi negara hukum yang berkembang yaitu versi formal dan
versi substantif yang masing-masing tumbuh berkembang dalam tiga bentuk.
Konsep negara hukum versi formal dimulai dengan konsep rule by law dimana
hukum dimaknai sebagai instrument tindakan pemerintah. Kemudian berkembang
dalam bentuk formal legality, dimana konsep hukum diartikan sebagai norma
yang umum, jelas, prospektif dan pasti. Sedangkan perkembangan terakhir dari
konsep negara hukum versi formal adalah democracy and legality, dimana
kesepakatanlah yang menentukan isi atau substansi hukum. Sedangkan versi

substantif konsep negara hukum berkembang dari individual rights, dimana


privacy dan otonomi individu serta kontrak sebagai landasan yang paling pokok.
Kemudian berkembang pada prinsip hak-hak atas kebebasan pribadi dan atau
keadilan (dignity of man) serta berkembang menjadi konsep social welfare yang
mengandung

prinsip-prinsip

substantif,

persamaan,

kesejahteraan

serta

kelangsungan komunitas.
Menurut Tamanaha konsepsi formal dari negara hukum ditujukan pada
cara dimana hukum diumumkan (oleh yang berwenang), kejelasan norma dan
dimensi temporal dari pengundangan norma tersebut. Konsepsi formal negara
hukum tidak ditujukan kepada penyelesaian putusan hukum atas kenyataan
hukum itu sendiri, dan tidak berkaitan dengan apakah hukum itu hukum yang baik
atau jelek. Sedangkan konsepsi substantif dari negara hukum bergerak lebih dari
itu, dengan tetap mengakui atribut formal yang disebut di atas. Konsepsi negara
hukum substantif ingin bergerak lebih jauh dari itu. Hak-hak dasar atau
derivasinya adalah menjadi dasarnya konsep negara hukum substantif. Konsep
tersebut dijadikan sebagai fondasi yang kemudian digunakan untuk membedakan
antara hukum yang baik yang memenuhi hak-hak dasar tersebut dan hukum yang
buruk yang mengabaikan hak-hak dasar. Konsep formal negara hukum fokus pada
kelayakan sumber hukum dan bentuk legalitasnya sementara konsep substantif
juga termasuk persyaratan tentang isi dari norma hukum.
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945)
setelah perubahan menegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum.
Semula istilah negara hukum hanya dimuat pada Penjelasan UUD 1945 yang
menegaskan bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum (rechtstaats), tidak
berdasar atas kekuasaan belaka (machtstaat). Persoalannya apakah yang dimaksud
dengan rechtstaat dalam konsepsi UUD 1945 dan bagaimana impelementasinya
dalam kehidupan negara. Dengan dasar kerangka berpikir di atas dalam kajian
singkat ini, hendak menguraikan secara ringkas bagimana konsep negara hukum
Indonesia dan perbedaannya dengan konsep rechtstaat atapun rule of law serta
perkembangan pemahaman dan konsepnya pada tingkat implementasi dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan dan hukum dalam praktik (law in


action).
Kemudian Dicey ( Lihat Dicey, 1952: 2002203) yang dianggap sebagai
teoretisi pertama yang mengembangkan istilah rule of law dalam tradisi hukum
Anglo-Amerika, rule of law mengandung tiga elemen penting yang secara ringkas
dapat dikemukakan, yaitu absolute supremacy of law, equality before the law dan
due process of law, dimana ketiga konsep ini sangat terkait dengan kebebasan
individu dan hak-hak asasi manusia. Kesemua konsep negara hukum Barat
tersebut bermuara pada perlindungan atas hak-hak dan kebebasan individu yang
dapat diringkas dalam istilah dignity of man dan pembatasan kekuasan serta
tindakan negara untuk menghormati hak-hak individu yang harus diperlakukan
sama. Karena itulah harus ada pemisahan kekuasaan negara untuk menghindari
absolutisme satu cabang kekuasaan terhadap cabang kekuasaan lainnya serta
perlunya lembaga peradilan yang independen untuk mengawasi dan jaminan
dihormatinya aturan-aturan hukum yang berlaku, yang dalam praktik negaranegara Eropa kontinental memerlukan peradilan administrasi negara untuk
mengawasi tindakan pemerintah agar tetap sesuai dan konsisten dengan ketentuan
hukum. Pandangan negara hukum Barat didasari oleh semangat pembatasan
kekuasaan negara terhadap hak-hak indivu.
Pada sisi lain konsep rule of law ditentang oleh para ahli hukum yang
menganut paham Marxis yang memperkenalkan istilah socialist legality. Jika
konsep rule of law ditujukan pada satu titik sentral, yaitu dignity of man sehingga
kekuasaan negara harus dibatasi maka dalam konsep sosialist legality, hukum
sebagai guiding principles yang meliputi segala aktivitas dari organ-organ negara,
pemerintahnya, pejabat-pejabatnya serta warga-warganya. Dalam kaitan ini
Oemar Seno Adji berkesimpulan bahwa socialist legality lebih memberi
kemungkinan bagi uniformitas dan similiaritas dalam asa-asanya daripada variatas
yang bermacam-macam. Ia dapat dikembalikan kepada putusan Lenin mengenai
On the precise observance of laws yang menghendaki agar supaya semua warga
negara, organ-organ negara dan pejabat-pejabat mematuhi hukum dan dektritdekrit dari penguasa Uni Sovyet (Oemar Seno Adji, 1980: 13). Hak-hak individu

dalam konsep socialist legality tetap dihormati, akan tetapi harus dikaitkan dengan
dan tunduk pada cita-cita masyarakat sosialis. Karena itu pembatasan tidak saja
difokuskan pada kekuasaan negara terhadap individu tetapi juga pada kebebasan
individu terhadap negara dan cita masyarakat sosialis. Demikian juga pengadilan
yang independen diakui, tetapi memberikan hak kepada pemerintah untuk
memberikan rekomendasi, usul dan saran. Walaupun Uni Soviet sudah runtuh
sebagai sebuah negara namun konsep socialist legality tetap memiliki pengaruh
dan menjadi kajian yang menarik sebagai sumber pengembangan konsep negara
hukum pada masa kini dan ke depan.
Setelah mengkaji perkembangan praktik negara-negara hukum moderen
Jimly Asshiddieqie (lihat Jimly Asshiddiqie, 2006: 151162), sampai pada
kesimpulan bahwa ada 12 prinsip pokok negara hukum (rechtstaat) yang berlaku
di zaman sekarang, yaitu sumpremasi hukum (supremacy of law), persamaan
dalam hukum (equality before the law), asas legalitas (due process of law),
pembatasan kekuasaan, organ-organ eksekutif independen, peradilan bebas dan
tidak memihak, peradilan tata uasaha negara, peradilan tata negara, perlindungan
hak asasi manusia, bersifat demokratis, berfungsi sebagai sarana mewujudkan
tujuan negara serta trasnparansi dan kontrol sosial. Keduabelas prinsip pokok itu
merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya satu negara hukum
moderen dalam arti yang sebenarnya.
Negara hukum Indonesia yang dapat juga diistilahkan sebagai negara
hukum Pancasila, memiliki latar belakang kelahiran yang berbeda dengan konsep
negara hukum yang dikenal di Barat walaupun negara hukum sebagai genus
begrip yang tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 terinspirasi oleh konsep negara
hukum yang dikenal di Barat. Jika membaca dan memahami apa yang
dibayangkan oleh Soepomo ketika menulis Penjelasan UUD 1945 jelas merujuk
pada konsep rechtstaat. Karena negara hukum dipahami sebagai konsep Barat,
Satjipto Raharjo (Lihat Satjipto Rahardjo, 2006: 48) sampai pada kesimpulan
bahwa negara hukum adalah konsep moderen yang tidak tumbuh dari dalam
masyarakat Indonesia sendiri, tetapi barang impor. Negara hukum adalah
bangunan yang dipaksakan dari luar. Lebih lanjut menurut Satjipto, proses

menjadi negara hukum bukan menjadi bagian dari sejarah sosial politik bangsa
kita di masa lalu seperti terjadi di Eropa.
Lahirnya negara hukum Pancasila menurut Padmo Wahyono (lihat Tahir
Azhary, 2003: 96) berbeda dengan cara pandang liberal yang melihat negara
sebagai suatu status tertentu yang dihasilkan oleh suatu perjanjian bermasyarakat
dari individu-individu yang bebas atau dari status naturalis ke status civis
dengan perlindungan terhadap civil rights. Tetapi dalam negara hukum Pancasila
terdapat anggapan bahwa manusia dilahirkan dalam hubungannya atau
keberadaanya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu negara tidak terbentuk
karena perjanjian atau vertrag yang dualistis melainkan atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas. Jadi posisi Tuhan dalam negara hukum
Pancasila menjadi satu elemen utama bahkan menurut Oemar Seno Adji (Lihat
Oemar Seno Adji, 1980: 25) merupakan causa prima. Begitu pentingnya prinsip
Ketuhanan ini dalam negara Indonesia menempatkan prinsip Ketuhanan Yang
Maha Esa, sebagai prinsip pertama dari dasar negara Indonesia. Begitu pentingnya
dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh para founding fathers negara kita dapat
dibaca pada pidato Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar
negara (philosophische grondslag ) yang menyatakan :
Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masingmasing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Yang kristen
menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al Masih, yang Islam menurut petunjuk
Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab
yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara
Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya
dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni
dengan tiada egoisme agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara
yang ber-Tuhan.
Pidato Soekarno ini, nampaknya merupakan rangkuman pernyataan dan
pendapat dari para anggota BPUPK dalam pemandangan umum mengenai dasar
negara yang dimulai sejak tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni itu. Kesemuanya

mengemukakan pentingnya dasar Ketuhanan ini menjadi dasar negara, terutama


pandangan dan tuntutan dari para tokoh Islam yang menghendaki negara
berdasarkan Islam. Dengan demikian negara hukum Indonesia berbeda dengan
konsep negara hukum Barat yang menganut hak asasi dan kebebasan untuk berTuhan maupun tidak ber-Tuhan, serta tidak memungkinkan kampanye anti Tuhan
maupun anti agama dalam konsep socialist legality.
Dengan demkian posisi agama dalam negara hukum Pancasila tidak bisa
dipisahkan dengan negara dan pemerintahan. Agama menjadi satu elemen yang
sangat penting dalam negara hukum Pancasila. Negara hukum Indonesia tidak
mengenal doktrin separation of state and Curch. Bahkan dalam UUD 1945
setelah perubahan nilai-nilai agama menjadi ukuran untuk dapat membatasi hakhak asasi manusia (lihat Pasal 28J UUD 1945). Negara hukum Indonesia tidak
memberikan kemungkinan untuk adanya kebebasan untuk tidak beragama,
kebebasan untuk promosi anti agama serta tidak memungkinkan untuk menghina
atau mengotori ajaran agama atau kitab-kitab yang menjadi sumber kepercayaan
agama ataupun mengotori nama Tuhan. Elemen inilah yang merupakan salah satu
elemen yang menandakan perbedaan pokok antara negara hukum Indonesia
dengan hukum Barat. Sehingga dalam pelaksanaan pemerintahan negara,
pembentukan hukum, pelaksanaan pemerintahan serta peradilan, dasar ketuhanan
dan ajaran serta nilai-nilai agama menjadi alat ukur untuk menentukan hukum
yang baik atau hukum buruk bahkan untuk menentukan hukum yang
konstitusional atau hukum yang tidak konstitusional.
Hak asasi (fundamental Untuk memahami hakikat Hak Asasi Manusia,
terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian dasar tentang hak. Secara definitif
hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku,
melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia
dalam menjaga harkat dan martabatnya. (Tim ICCE UIN, 2013)

John Locke menyatakan bahwa hak asasi manusia adalah hak-hak yang
diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
Oleh karenanya, tidak ada kekuasaan apapun di dunia yang dapat mencabutnya.
Hak ini sifatnya sangat mendasar (fundamental) bagi hidup dan kehidupan
manusia dan merupakan hak kodrati yang tidak bisa terlepas dari dan dalam
kehidupan manusia. (Masyhur Effendi, 1994)
Konsepsi tentang HAM yang tumbuh dan berkembang di kalangan
sejarawan Eropa bermula dari Yurisprudensi Romawi yang kemudian meluas pada
etika teori alam (natural law). Tentang hal ini, Robert Audi mengatakan sebagai
berikut: the concept of right arose in Roman Jurisprudence and was axtended to
ethics via natural law theory. Just a positive law makers, confers legal right, so the
natural confers natural right. (Robert Audi, 2005)
Menurut Philipus M.Hadjon, 11 hak asasi manusia konsep Barat yang pada
dasarnya adalah pembatasan terhadap tindak tanduk negara dan organ-organnya
dan peletakan kewajiban negara terhadap warganya sehingga prinsip yang
terkandung dalam konsep hak asasi manusia adalah tuntutan (claim) akan hak
terhadap negara dan kewajiban yang harus dilakukan oleh negara. (Philipus M.
Hadjon, 2010)
Hak asasi manusia dalam Islam sebagaimana termasuk dalam fikih
menurut Masdar F. Masudi, memiliki lima prinsip utama, yaitu:
1) Hak perlindungan terhadap jiwa
Kehidupan merupakan sesuatu hal yang sangat niscaya dan tidak boleh
dilanggar oleh siapa pun, maka barang siapa yang secara sengaja
melanggar kehidupan orang lain, dia harus dihukum setimpal supaya orang
itu tidak melakukan hal yang sama di tempat lain.
2) Hak Perlindungan Keyakinan
Perlindungan keyakinan ini dituangkan dalam ajaran La Iqrah fidhien
(tidak ada pemaksaan dalam beragama) atau Lakum dienukum waliyadien
(bagimu agamamu, bagiku agamaku). Oleh sebab itu, tidak diperbolehkan
adanya pemaksaan dalam memeluk agama. Tetapi dalam sejarah kemudian
9

menurut Masdar F. Masudi, hak perlindungan atas agama ini


diterjemahkan dalam aturan hukum yang memberi ketentuan keras
terhadap orang yang pindah agama. Padahal dalam konteks yang paling
mendasar (Al-Quran), tidak ada pemaksaandalam ketentuan memeluk
agama.
3) Hak Perlindungan Terhadap Akal Pikiran
Hak perlindungan terhadap akal pikiran ini diterjemahkan dalam perangkat
hukum yang sangat elementer, yakni tentang haramnya makan atau minum
yang bisa merusak akal pikiran. Barang siapa yang melanggar hal itu
hukunya cukup keras. Hukuman yang keras

dimaksud sebagai

perlindungan terhadap akal pikiran. Sebenarnya dari penjabaran yang


elementer ini bisa ditarik lebih jauh, yakni perlindungan kebebasan
berpendapat, dan hak memperoleh pendidikan.
4) Hak Perlindungan Terhadap Hak Milik
Perlindungan ini diterjemahkan dalam hukum tentang keharaman mencuri
dan hukuman yang keras terhadap pencuri hak milik yang dilindungi
secara sah. Kalau diterjemahkan lebih luas hak ini dapat dipahami sebagai
hak bekerja atau memperoleh pendapatan yang layak, hak cipta, dan hak
kekayaan intelektual.
5) Hak Berkeluarga atau Hak Memperoleh Keturunan dan Memertahankan
Nama Baik Hak ini diterjemahkan begitu keras terutama bagi mereka yang
melakukan perbuatan zina. Orang yang menuduh seseorang berbuat zina
haruslah membuktikan dengan bukti 4 orang saksi seperti yang terdapat di
dalam AlQuran surat An-Nur ayat 4. Jika tidak terbukti maka seseoarang
itu tidak dapat dipersalahkan.
6) (Masdar F. Masudi, 2003

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Negara Hukum Indonesia

10

3.1.1 Pengertian hukum


Hukum merupakan peraturan-peraturan hidup di dalam masyarakat
yang dapat memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat
serta memberikan sanksi yang tegas berupa hukuman terhadap yang tidak
mentaatinya. Beberapa pendapat dari pakar hukum antara lain sebagai
berikut:
a. Drs. E. Utrecht, S.H.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar dalam Hukum Indonesia
(1953), beliau mencoba membuat suatu batasan sebagai pegangan bagi
orang yang sedang mempelajari ilmu hukum. Menurutnya, hukum
ialah himpunan peraturan-peraturan (perintah dan larangan) yang
mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat yang seharusnya ditaati
oleh anggota masyarakat yang bersangkutan karena pelanggaran
petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.
b. Achmad Ali
Hukum ialah seperangkat norma tentang apa yang benar dan apa
yangsalah yang dibuat atau diakui eksistensinya oleh pemerintah, yang
dituangkanbaik dalam aturan tertulis (peraturan) maupun yang tidak
tertulis, yang mengikat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya
secara keseluruhan, dan dengan ancaman sanksi bagi pelanggar aturan
itu (2008).

c. Immanuel Kant
Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak
bebas dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak
bebas dariorang lain, menuruti peraturan hukum tentang kemerdekaan
(1995).
11

d.

Leon Duguit
Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat yang
harusditaati oleh masyarakat sebagai jaminan kepentingan bersama dan
jika dilanggar akan menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang
melakukan pelanggaran itu (1919).

e. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja


Hukum ialah keseluruhan kaidah-kaidah serta asas-asas yang
mengatur

pergaulan

hidup

dalam

masyarakat

dan

bertujuan

memelihara ketertiban serta meliputi lembaga-lembaga dan proses


guna mewujudkan berlakunya kaidahsebagai kenyataan dalam
masyarakat (1986).
Dari rumusan-rumusan definisi tentang hukum tersebut, dapat ditarik kesimpulan
bahwa hukum itu meliputi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut:
1. Peraturan tentang tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat
2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib
3. Peraturan tersebut bersifat memaksa
4. Sanksi terhadap pelanggaran bersifat tegas.

3.1.2 Tujuan hukum


Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka macam hubungan antara
anggota masyarakat, yakni hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan
kepentingan

anggota

masyarakat

itu.

Untuk

menjamin

kelangsungan

keseimbangan dalam hubungan antara anggota masyarakat, diperlukan aturanaturan hukum yang diadakan atas kehendak dan kesadaran tiap-tiap anggota

12

masyarakat itu. Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengaturdan memaksa


anggota masyarakat untuk patuh mentaatinya, menyebabkan terdapatnya
keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam masyarakat. Setiap hubungan
kemasyarakatan tak boleh bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam
peraturan hukum yang berlaku dalam masyarakat. Setiappelanggar hukum yang
ada akan dikenai sanksi berupa hukuman sebagaireaksi terhadap perbuatan yang
melanggar hukum.
Untuk menjaga agar peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung terus dan
diterima oleh anggota masyarakat, maka peraturan-peraturan hukum yang ada
harus sesuai dan tidak boleh bertentangan dengan asas-asas keadilan dari
masyarakat tersebut. Dengan demikian, hukum itu bertujuan untuk:
1. Menjamin kepastian hukum bagisetiap orang dalam masyarakat.
2. Menjaga

jangan

sampai

terjadiperbuatan

main

hakim

sendiri

dalampergaulan di masyarakat.
3. Menjamin ketertiban, ketentraman, kedamaian, keadilan, kemakmuran,
kebahagiaan, dan kebenaran dalam masyarakat.

3.1.3 Penggolongan hukum


a.

Menurut sumber hukum

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang berupa tulisan, dokumen,


naskah, dan sebagainya, yang dipergunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman
hidupnya pada masa tertentu. Adapun sumber hukum menurut Sudikno
Mertokusumo terbagi atas dua hal.
13

1)

Sumber hukum material adalah tempat dari mana materi itu diambil.

Sumber hukum material ini merupakan faktor yang membantu pembentukan


hukum, misalnya, hubungan sosial, hubungan kekuatan politik, situasi sosial
ekonomi, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),hasil penelitian ilmiah,
perkembangan internasional, dan keadaan geografis.
2)

Sumber hukum formal merupakan tempat atau sumber dari mana suatu

peraturan memperoleh kekuatan hukum. Hal ini berkaitan dengan bentuk atau cara
yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku. Sumber hukum formal
ialah undang-undang, perjanjian antarnegara, yurisprudensi, dan kebiasaan.
Berikut macam-macam sumber hukum yang berlaku di Indonesia.

Kebiasaan hukum tidak tertulis

Kebiasaan ialah sumber hukum tertua, sumber dari mana dikenal ataudapat digali
sebagian dari hukum di luar undang-undang. Kebiasaan merupakan tindakan
menurut pola tingkah laku yang tetap, ajeg, lazim, normal dalam masyarakat atau
pergaulan hidup tertentu yang diulang-ulang terhadap hal yang sama dan
kemudian diterima serta diakui oleh masyarakat. Di dalam masyarakat,
keberadaan hukum tidak tertulis (kebiasaan) diakui sebagai salah satu norma
hukum yang dipatuhi. Dalam praktik penyelenggaraan negara, hukum tidak
tertulis disebut konvensi. Hukum tidak tertulis dipatuhi karena adanya
kekosongan hukum tertulis yang sangat dibutuhkan masyarakat/negara. Oleh
karena itu, hukum tidak tertulis (kebiasaan) sering digunakan oleh para hakim
untuk memutuskan perkara yang belum pernah diatur didalam undang-undang.

Doktrin

Doktrin adalah pendapat para ahli hukum terkemuka yang dijadikan dasar atau
asas-asas penting dalam hukum dan penerapannya. Pendapat para sarjana hukum
yang ternama juga mempunyai kekuasaan dan pengaruh dalam pengambilan
keputusan oleh hakim. Ketika akan menetapkan apa yang akan menjadi dasar
keputusannya, hakim sering menyebut atau mengutip pendapat. Pendapa titu
menjadi dasar keputusan hakim tersebut. Doktrin bisa menjadi sumber hukum
formal apabila digunakan oleh para hakim dalam memutuskan perkara melalui
14

yurisprudensi di mana doktrin tersebut menjadi alasan atau dasar hakim dalam
memutuskan perkara tersebut.

Undang-undang

Pengertian undang-undang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu


undang-undang dalam arti material dan undang-undang dalam arti formal.
a)

Undang-undang dalam arti material ialah setiap peraturan yangdikeluarkan

oleh pemerintah yang dilihat dari isinya disebut undang-undang dan mengikat
setiap warga negara secara umum. Di dalamUUD 1945, dapat kita jumpai
beberapa contoh, seperti undang-undang dasar, ketetapan MPR, undang-undang,
peraturan perundang-undangan, peraturan pemerintah, keputusan presiden, dan
peraturan daerah.
b)

Undang-undang dalam arti formal ialah setiap keputusan penguasa yang

dilihat dari bentuknya dan cara terjadinya dapat disebut undang-undang. Jadi,
undang-undang dalam arti formal merupakan ketetapan pengua sayang
memperoleh sebutan undang-undang karena cara pembentukannya.Misalnya,
ketentuan Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 (amendemen) yangberbunyi: Presiden
memegang kekuasaan membentuk undang-undangdengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Jadi, undang-undang yang dibentuk oleh presiden bersama
DPR tersebut dapat diakui sebagaisumber hukum formal karena dibentuk oleh
yang berwenang sehingga derajat peraturan itu sah sebagai undang-undang.

Yurisprudensi

Yurisprudensi ialah keputusan hakim terdahulu terhadap suatu perkara yang tidak
diatur oleh undang-undang dan dijadikan pedoman oleh hakim lainnya dalam
memutuskan perkara yang serupa. Munculnya yurisprudensi dikarenakan adanya
peraturan perundang-undangan yang kurang maupun tidak jelas pengertiannya
sehingga menyulitkan hakim dalam memutuskan suatu perkara. Untuk itu, hakim
membuat maupun membentuk hukum baru dengan cara mempelajari putusan-

15

putusan hakim terdahulu, khususnya tentang perkara-perkara yang sedang


dihadapinya.
Diakuinya yurisprudensi sebagai sumber hukum didasarkan pada bunyi Pasal 22B
Algemeene Bepalingenvan Wetgeving voor Indonesia (AB) atau ketentuanketentuan umum tentang peraturan perundangan untuk Indonesia yang
menyatakan bahwa hakim tidak boleh menolak untuk menyelesaikan suatu
perkara dengan alasan bahwa peraturan perundangan yang bersangkutan tidak
menyebutkan, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia dapat dituntut untuk
dihukum karena menolak mengadili. Hal itu sesuai dengan Pasal 16 ayat (1) UU
No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman yang berbunyi: Pengadilan tidak
boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih hanya hukum tidak ada atau kurang jelas, melainkan wajib
untuk memeriksa dan mengadilinya.

Traktat

Traktat ialah perjanjian dalam hubungan internasional antara satu negara dengan
negara lainnya. Apabila dua orang mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang
sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian ini ialah
pihak-pihak yang bersangkutan terikat pada isi perjanjian yang mereka adakan itu.
Hal ini disebut pacta sunt servanda, yang berarti bahwa perjanjian mengikat
pihak-pihak yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
Traktat dapat dibedakan menjadi dua.
a)

Traktat bilateral ialah perjanjian yang diciptakan oleh dua negara. Traktatini

bersifat tertutup karena hanya melibatkan dua negara yangberkepentingan.


Misalnya, Perjanjian Dwi-Kewarganegaraan antara Indonesia dan RRC.
b)

Traktat multilateral ialah perjanjian yang dibuat atau dibentuk oleh lebih

dari dua negara. Contohnya, perjanjian internasional tentang pertahanan bersama


negara-negara Eropa (NATO). Apabila ada traktat multilateral yang memberikan
kesempatan pada negara-negara yang semula tidakturut mengadakannya, tetapi

16

kemudian juga menjadi pihaknya, makatraktat tersebut adalah traktat kolektif atau
traktat terbuka, misalnya,Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
b.
1)

Menurut sasarannya

Hukum satu golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi satu golongan

tertentu.
2)

Hukum semua golongan, yaitu hukum yang berlaku bagi semua golongan

tanpa kecuali. Contohnya, UU No. 12/2006 tentang Kewarganegaraan.


3)

Hukum antargolongan, yaitu hukum yang mengatur untuk kepentingan

tertentu dengan golongan lain. Contohnya, UU No. 2/1958 tentang DwiKewarganegaraan RI-RRC.
c.
1)

Menurut Bentuknya

Hukum tertulis, yaitu hukum yang dapat kita temui dalam bentuk

tertulis,resmi, dan dicantumkan dalam berbagai peraturan negara. Contohnya,


UUD1945. Mengenai hukum tertulis, ada yang telah dikodifikasikan dan yang
belum dikodifikasikan. Kodifikasi ialah pembukuan jenis-jenis hukum tertentu
dalam kitab undang-undang secara sistematis dan lengkap.
2)

Hukum tidak tertulis, yaitu kebiasaan-kebiasan yang tumbuh dan terpelihara

dalam masyarakat atau hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam keyakinan
masyarakat tertentu (hukum adat). Dalam praktik ketatanegaraan, hukum tidak
tertulis disebut konvensi. Contohnya, pidato kenegaraan presiden setiap tanggal
16 Agustus.
d.

Menurut isinya

17

1)

Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan

antara negara dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan
perseorangan (warga negara). Dalam arti formal, hukum publik mencakup hukum
acara, hukum tata negara, hukum administrasi negara, dan hukum pidana.

Hukum Acara

Hukum acara disebut juga hukum formal (pidana dan perdata). Hukum acara atau
hukum formal ini adalah rangkaian kaidah hukum yang mengatur caracarabagaimana mengajukan suatu perkara kemuka suatu badan peradilan serta
caracarahakim memberikan putusan. Hukum acara dibedakan menjadi dua, yaitu
hukumacara pidana dan hukum acara perdata.
Hukum acara pidana adalah rangkaian peraturan hukum yang menentukan
bagaimana

cara-cara

mengajukan

ke

depan

pengadilan

perkara-perkara

kepidanaan, bagaimana cara-cara menjatuhkan hukuman oleh hakim, dan jika ada
orang yang disangka melanggar aturan hukum pidana yang telah ditetapkan
sebelum perbuatan melanggar hukum itu terjadi.
Adapun hukum acara perdata adalah rangkaian peraturan hukum yang
menentukan bagaimana cara-cara mengajukan ke depan pengadilan perkaraperkara keperdataan dalam arti luas.

Hukum tata negara.Hukum tata negara ialah peraturan-peraturan hukum


yang mengatur tentang bentuk, sifat, serta tugas negara berikut susunan
pemerintahan serta ketentuan yang menetapkan hak serta kewajiban warga
negara terhadap pemerintah. Demikian pula sebaliknya, hak serta
kewajiban pemerintahan terhadap warga negarnya. Hukum tata negara
hanya khusus menyorot negara tertentu saja yang menitik beratkan pada
hal-hal yang bersifat mendasar dari negara.

Hukum administrasi negara

Hukum administrasi negara ialah peraturan yang mengatur ketentuan mengenai


hubungan antara alat perlengkapan negara serta kekuasaan negara maupun antara
18

warga negara serta perlengkapan negara. Jadi, hukum administrasi negara


mengatur mengenai hal-hal yang bersifat teknis dari negara.

Hukum pidana

Hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang pelanggaran serta kejahatan
terhadap kepentingan umum sehingga perbuatan tersebut diancam dengan
hukuman. Bentuk maupun jenis pelanggaran serta kejahatan tertuang dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Pelanggaran ialah perbuatan yang
diancam dengan hukuman denda. Misalnya, pengendara motor tidak membawa
SIM atau tidak mengenakan helm. Kejahatan ialah perbuatan yang melawan
hukum mengenai persoalan besar. Misalnya, penganiayaan, pembunuhan,
dan pencurian.Hukum pidana tidak berlaku terhadap perbuatan yang dilakukan
sebelum undang-undang ini diadakan. Prinsip ini sesuai dengan Pasal 1ayat (1)
KUHP, yang menyatakan bahwa suatu perbuatan tidak dapat dihukum selain atas
kekuatan aturan pidana dalam undang-undang yang diadakan sebelum perbuatan
itu terjadi.
2)

Hukum privat

Pada pengertian luas, hukum privat (perdata) ialah rangkaian peraturan hukum
yang mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya, dengan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan. Pembagian dan
sistematika hukum perdata adalah sebagai berikut.

Hukum kekayaan

Pengertian hukum kekayaan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang


hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang. Hukum kekayaan
mengatur benda (segala barang serta hak yang dapat menjadi milik orang maupun
objek hak milik) serta hak-hak yang dapat dimiliki atas benda. Hukum ini
mencakup dua hal berikut.

19

a)

Hukum benda, yakni hukum yang mengatur hak-hak kebendaan yang

bersifat mutlak. Artinya, hakterhadap benda diakui serta dihormati oleh setiap
orang.
b)

Hukum perikatan, yaitu hukum yang mengatur hubungan yang bersifat

kehartaan antara dua orang atau lebih. Pihak pertama berhak atas sesuatu prestasi
(pemenuhan sesuatu), sedangkan pihak lain wajib memberikan sesuatu. Pihak
yang wajib memenuhi perikatan tersebut disebut debitur, sedangkan pihak yang
berhak atas pemenuhan sesuatu perikatan disebut kreditur. Objek perikatan ialah
prestasi, yaitu hal pemenuhan perikatan.

Hukum perorangan

Pengertian hukum perorangan ialah himpunan peraturan yang mengatur manusia


sebagai subjek hukum dan tentang kecakapannya memiliki hak-hak serta
bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-haknyaitu. Manusia dan badan hukum
(PT, CV, Firma, dan sebagainya)merupakan pembawa hak atau sebagai subjek
hukum.

Hukum waris

Hukum yang mengatur benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia
disebut hukum waris. Hukum ini mengatur akibat dari hubungan keluarga
terhadap harta peninggalan seseorang. Hukum waris mengatur pembagian harta
peninggalan, ahli waris, urutan penerima waris, hibah, serta wasiat.

Hukum keluarga

Hukum keluarga ialah hukum yang memuat rangkaian peraturan yang timbul dari
pergaulan hidup keluarga. Hubungan keluarga terjadi sebagai akibat adanya
perkawinan yang sah antara seorang laki-lakidan perempuan.

a)

Hukum dagang dan hukum adat


Hukum dagang

20

Hukum dagang ialah sebuah hukum yang mengatur hubunganhukum antara


manusia serta badan hukum satu sama lainnya dalampermasalahan perdagangan
atau perniagaan. Berikut hal-hal yang diatur dalam hukum dagang.
Hukum dagang bisa juga disebut hukum perdata dalam pengertian sempit. Van
Khan berpendapat bahwa hukum dagang ialah satu tambahan hukum perdata,
tambahan khsusus (lex spesialis). Hukum dagang tidaklah berdiri sendiri lepas
dari hukum perdata, melainkan melengkapi hukum perdata.
b)

Hukum adat

Hukum adat ialah peraturan hukum yang tumbuh serta berkembang pada
masyarakat tertentu dan hanya dipatuhi oleh masyarakat yang bersangkutan.
Hukum adat biasanya merupakan perbuatan berulang-ulang terhadap hal yang
sama, kemudian diterima serta disetujui oleh masyarakat sehingga bagiorang yang
melanggarnya akan merasa bertentangan dengan perasaan hukum. Beberapa
contoh hukum adat ialah perkawinan adat Batak berdasarkan garis keturunan
patrilineal, tata cara pernikahan daerah Jawa, dan pembagian warisan (adat) di
Minangkabau menurut garis keturunan matrilineal.
e.
1)

Menurut wujudnya

Hukum subjektif, yakni hukum yang timbul dari hukum objektif yang

dihubungkan dengan seseorang tertentu. Contohnya, UU No. 1/74 tentang


Perkawinan.
2)

Hukum objektif, yaitu hukum dalam negara yang berlaku umum dan tidak

mengenal orang atau golongan tertentu. Contohnya, UU No. 14/92 tentang Lalu
Lintas.
f.

Menurut waktu berlakunya

21

1)

lus contitutum atau hukum positif, yaitu hukum yang berlaku sekarang

bagisuatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu atau hukum yang
berlaku bagi suatu masyarakat pada suatu waktu, dalam suatu tempat tertentu. Ada
sarjana yang menamakan hukum positif itu Tata Hukum.
2)

lus constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang

akan datang.
3)

Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang berlaku di mana-mana segala waktu

dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini tak mengenal batas waktu
melainkan berlaku untuk selama-lamanya (abadi) terhadap siapapun juga di
seluruh tempat.
g.
1)

Menurut ruang atau wilayah berlakunya

Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di suatu daerah

tertentu.Contohnya, Hukum Adat Batak, Jawa, Dayak, dan Minangkabau.


2)

Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di suatu negara tertentu.

Contohnya, Hukum Nasional Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat.


3)

Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum antara

dua negara atau lebih. Contohnya, hukum perang dan hukum perdata
internasional.
h.

Menurut tugas dan fungsi

Berdasarkan tugas dan fungsinya, hukum terbagi atas hukum material dan hukum
formal. Hukum yang mengatur peraturan yang berhubungan dengan kepentingan
yang berwujud perintah dan larangan disebut hukum material. Misalnya, hukum
pidana, hukum perdata, dan hukum dagang. Hukum yang mengatur cara
bagaimana mempertahankan berlakunya hukum material apabila hukum material

22

dilanggar disebut hukum acara atau formal. Misalnya, bagaimana cara


mengajukan tuntutan dan cara hakim mengambil keputusan.
3.2 Indonesia sebagai negara hukum
Dasar yuridis bagi negara Indonesia sebagai negara hukum tertera pada
Pasal 1 ayat (3) UUD Negara RI 1945 (amandemen ketiga), Negara Indonesia
adalah Negara Hukum Konsep negara hukum mengarah pada tujuan terciptanya
kehidupan demokratis, dan terlindungi hak azasi manusia, serta kesejahteraan
yang berkeadilan. Bukti lain yang menjadi dasar yuridis bagi keberadaan negara
hokum Indonesia dalam arti material, yaitu pada: Bab XIV Pasal 33 dan Pasal 34
UUD Negara RI 1945, bahwa negara turut aktif dan bertanggungjawab atas
perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat.
Dalam dekade abad 20 konsep negara hukum mengarah pada pengembangan
negara hukum dalam arti material. Arah tujuannya memperluas peran pemerintah
terkait dengan tuntutan dan dinamika perkembangan jaman. Konsep negara
hukum material yang dikembangkan di abad ini sedikitnya memiliki sejumlah ciri
yang melekat pada negara hukum atau Rechtsstaat, yaitu sebagai berikut:
1. HAM terjamin oleh undang-undang
2. Supremasi hukum
3. Pembagian kekuasaan ( Trias Politika) demi kepastian hukum
4. Kesamaan kedudukan di depan hukum
5. Peradilan administrasi dalam perselisihan
6. Kebebasan menyatakan pendapat, bersikap dan berorganisasi
7. Pemilihan umum yang bebas
8. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan
pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan padalegalitas. Artinya pemerintah tidak
dapat melakukan tindakan pemerintahan tanapa dasar kewenangan.
Unsur-unsur yang berlaku umum bagi setiap negara hukum, yakni sebagai berikut:
23

1. Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan


rakyat.
2. Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan.
3. Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara).
4. Adanya pembagian kekuasaan dalam negara.
5. Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle)
yang bebas dan mandiri, dalam arti lembaga peradilan tersebut benarbenar tidak memihak dan tidak berada di bawah pengaruh eksekutif.
6. Adanya peran yang nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga
negara untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah.
7. Adanya sistem perekonomian yang dapat menjamin pembagian yang
merata sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.
Unsur-unsur negara hukum ini biasanya terdapat dalam konstitusi. Oleh karena
itu, keberadaan konstitusi dalam suatu negara hukum merupakan kemestian.
Menurut Sri Soemantri, tidak ada satu negarapun di dunia ini yang tidak
mempunyai konstitusi atau undang-undang dasar. Negara dan konstitusi
merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas disebutkan dalam
Penjelasan UUD 1945 (setelah amandemen) yaitu pasal 1 ayat (3); Indonesia
ialah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat). Indikasi bahwa Indonesia
menganut konsepsi welfare state terdapat pada kewajiban pemerintah untuk
mewujudkan tujuan-tujuan negara, sebagaimana yang termuat dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu; Melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia. Tujuantujuan ini diupayakan perwujudannya melalui pembangunan yang dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan dalam program jangka pendek, menengah,
dan panjang.

24

Menurut Philipus M. Hadjon, karakteristik negara hukum Pancasila tampak pada


unsur-unsur yang ada dalam negara Indonesia, yaitu sebagai berikut :
1. Keserasian hubungan antara pemerintah dan rakyat berdasarkan asas
kerukunan;
2. Hubungan fungsional yang proporsional antara kekuasaan-kekuasaan
negara;
3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan
merupakan sarana ter-akhir;
4. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Berdasarkan penelitian Tahir Azhary, negara hukum Indonesia memiliki ciri-ciri
sebagai berkut :
1. Ada hubungan yang erat antara agama dan negara;
2. Bertumpu pada Ketuhanan Yang Maha Esa;
3. Kebebasan beragama dalam arti positip;
4. Ateisme tidak dibenarkan dan komunisme dilarang;
5. Asas kekeluargaan dan kerukunan.
Meskipun antara hasil penelitian Hadjon dan Tahir Azhary terdapat perbedaan,
karena terdapat titik pandang yang berbeda. Tahir Azhary melihatnya dari titik
pandang

hubungan

memandangnya

dari

antara
aspek

agama

dengan

perlindungan

negara,
hukum

sedangkan
bagi

rakyat.

Philipus
Namun

sesungguhnya unsur-unsur yang dikemukakan oleh kedua pakar hukum ini


terdapat dalam negara hukum Indonesia. Artinya unsur-unsur yang dikemukakan
ini saling melengkapi.
3.3 HAM di Indonesia
Untuk memahami hakikat HAM terlebih dahulu memahami pengertian
dasar tentang hak. Secara definitif hak merupakan unsur normatif yang berfungsi
sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin
adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.

25

3.3.1 Pengertian HAM


Menurut Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, HAM adalah
seperangkathak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk
TuhanYang Maha Esa. Hak itu merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah, dan setiap
orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sifat HAM adalah universal, artinya berlaku untuk semua manusia tanpa
membeda-bedakan suku, ras, agama, dan bangsa (etnis). HAM harus ditegakkan
demi menjamin martabat manusia seutuhnya di seluruh dunia. Hal itu tercermin
dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Ada berbagai versi definisi mengenai HAM. Setiap definisi menekankan
padasegi-segi tertentu dari HAM. Berikut beberapa definisi tersebut.
1. HAM dan kebebasan-kebebasan fundamental adalah hak-hak individual
yangberasal dari kebutuhan-kebutuhan serta kapasitas-kapasitas manusia.
(DavidBeetham dan Kevin Boyle)
2. HAM

adalah

seperangkat

hak

yang

melekat

pada

hakikat

keberadaanmanusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan


merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan
dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkatdan martabat manusia. (Pasal 1 butir
1 UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Pasal 1 butir 1
UU No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia)
3. HAM adalah hak hukum yang dimiliki setiap orang sebagai manusia. Hakhak tersebut bersifat universal dan dimiliki setiap orang, kaya maupun
miskin, laki-laki ataupun perempuan. Hak-hak tersebut mungkin saja
dilanggar, tetapi tidak pernah dapat dihapuskan. Hak asasi merupakan hak
hukum, ini berarti bahwa hak-hak tersebut merupakan hukum. Hak asasi
manusia dilindungi oleh konstitusi dan hukum nasional di banyak negara
di dunia. (C. de Rover)
26

4. HAM adalah ruang kebebasan individu yang dirumuskan secara jelas


dalam konstitusi dan dijamin pelaksanaannya oleh pemerintah. (AustinRanney)
5. HAM adalah hak yang dimiliki oleh semua umat manusia di segala masa
dan di segala tempat karena keutamaan keberadaannya sebagai manusia.
(A.J.M. Milne)
6. HAM adalah hak-hak yang dimiliki manusia bukan karena diberikan
kepadanya oleh masyarakat. Jadi bukan karena hukum positif yang
berlaku, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia. Manusia
memilikinya karena ia manusia. (Franz Magnis-Suseno)

Ciri khusus HAM

Hak asasi manusia memiliki ciri-ciri khusus jika dibandingkan dengan


hakhakyang lain. Ciri khusus hak asasi manusia sebagai berikut.
1. Tidak dapat dicabut, artinya hak asasi manusia tidak dapat dihilangkan
atau diserahkan.
2. Tidak dapat dibagi, artinya semua orang berhak mendapatkan semua
hak,apakah hak sipil dan politik atau hak ekonomi, social, dan budaya.
3. Hakiki, artinya hak asasi manusia adalah hak asasi semua umat manusia
yang sudah ada sejak lahir.
4. Universal, artinya hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa
memandang status, suku bangsa, gender, atau perbedaan lainnya.
Persamaan adalah salah satu dari ide-ide hak asasi manusia yang
mendasar.
Macam-macam HAM
Sesuai dengan perkembangan zaman dan tuntutan reformasi, maka aspek HAM
berkembang demikian pesat sebagaimana diatur dalam UUD dan perundangan
yang berlaku. Perkembangan tuntutan HAM tersebut berdasar tingkat kemajuan
peradaban budaya bangsa dapat dibagi secara garis besar meliputi bidang berikut
ini.
Hak ekonomi, sosial, dan budaya, meliputi:
27

1)

hak untuk membentuk serikat pekerja,

2)

hak atas pendidikan,

3)

hak atas pekerjaan,

4)

hak atas pensiun, dan

5)

hak atas hidup yang layak.

Hak sipil dan politik, meliputi:


1)

hak mempunyai pendapat tanpa mengalamigangguan;

2)

hak untuk hidup;

3)

hak untuk berserikat;

4)

hak atas kebebasan dan persamaan;

5)

hak atas berpikir, mempunyai konsiensi, danberagama;

6)

hak atas kesamaan di muka badan badan peradilan;

7)

hak kebebasan berkumpul secara damai.

Secara umum, hak asasi asasi manusia terdiri atas lima macam.
1. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata cara peradilan dan
perlindungan (procedural rights).
2. Hak asasi politik (political rights).
3. Hak asasi pribadi (personal rights).
4. Hak asasi untuk memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan (rights of legal equality).

28

5. Hak asasi ekonomi (poverty rights).


Dalam HAM, terkandung pula kewajiban-kewajiban dasar manusia sebagai
berikut.
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi orang lain, moral, etika, dan
tatatertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Setiap orang yang ada di wilayah negara RI wajib patuh pada
peraturanperundang-undangan,

hukum

tidak

tertulis,

dan

hukum

internasional (mengenaihak asasi manusia yang telah diterima oleh negara


RI).
3. Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk
kepada batasan yang ditetapkan oleh undang-undang.
4. Setiap warga negara wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
5. Setiap hak asasi seseorang menimbulkan kewajiban dasar dan tanggung
jawabuntuk menghormati hak asasi orang lain secara timbal balik.

Hak Asasi Manusia di Indonesia

HAM di Indonesia bersumber dan bermuara pada Pancasila, yang artinya bahwa
HAM adalah menjadi jaminan filsafat yang kuat dari filsafat bangsa. Beberapa
instrument HAM yang ada di Indonesia antara lain yaitu Undang Undang Dasar
1945, Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,
Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan
instrumennya yaitu Komisi Nasional Hak Asasi Manusia atau Komnas HAM.

3.3 Pengertian Pelanggaran HAM


Menurut Pasal 1 Angka 6 UU No. 39 Tahun 1999 yang dimaksud dengan
pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok
orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau
mencabut hak asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
undang-undang dan tidak mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan

29

memperoleh penyesalan hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme


hukum yang berlaku.
Menurut UU no 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, Pelanggaran
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan,
atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
Dengan demikian pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan baik dilakukan oleh individu maupun oleh institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain tanpa ada dasar atau alasan
yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakannya.

3.4.1 Kasus Pencurian Kayu Oleh Nenek Asyani


Nenek berusia 63 tahun yang beralamat Dusun Kristal RT 02 RW 03 Desa
Jatibanteng Kecamatan Jatibanteng Kabupaten Situbondo, dituduh mencuri kayu
oleh pihak perhutani Desember 2014 lalu. Kayu jati yang sudah enam tahun lalu
dipugar oleh suami

nenek arsyani yang saat ini telah meninggal itu yang

menurutnya diambil di lahan milik pribadinya dulu pada tahun 2010 silam itu
yang sekarang sudah di jual. Pada bulan Juli 2014, dia hendak membuat dipan
atau lencak (tempat duduk seperti tempat kasur), dia pun meminta menantunya,
30

Ruslan, menyewa mobil milik Abdus Salam dan membawa kayu-kayu itu ke
Sucipto, tukang kayu. Tapi nahas, saat melintas di Perhutani, polisi hutan menyita
kayu tersebut karena dianggap barang curian di kawasan hutan produksi.
Kemudian Sawin hanya melaporkan telah kehilangan dua pohon kayu jati di petak
43F yang di duga kayu milik nenek Arsyani adalah hasil curian yang di ambil di
tanah milik perhutani tersebut dengan ukuran cukup beragam, mulai dari 3x8x 90
sentimeter, sebanyak 5 batang; 3x8x100 sebanyak 5 batang; 3x8x130 sebanyak 8
batang; 3x8x150 sebanyak 1 batang; 3x8x200 sebanyak 7 batang; 2x15x200
sebanyak 8 batang; dan 4 batang lagi juga berukuran panjang 200 sentimeter itu
dilihat dari serat-seratnya terjadi ke samaan dan warnanya sama dengan kayu di
petak 43F tersebut yang telah hilang.
Nenek Asyani pun akhirnya dijebloskan ke sel tahanan sejak 15 Desember
2014 silam, beserta Ruslan, menantu Asyani; Sucipto, seorang tukang kayu; serta
Abdus Salam, sopir pikap. Nenek asal Dusun Krastan Desa/Kecamatan
Jatibanteng itu dijerat dengan pasal 12 juncto pasal 83 UU Nomor 18 tahun 2013,
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan yaitu :
Pasal 12 UU RI Nomor 18 tahun 2013
Setiap orang dilarang:
a. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan yang tidak sesuai
dengan izin pemanfaatan hutan;
b. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan tanpa memiliki izin
yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang;
c. melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan secara tidak sah;
d. memuat,

membongkar,

mengeluarkan,

mengangkut,

menguasai,

dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin;

31

e. mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang

tidak

dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan;


f. membawa

alat-alat

yang

lazim

digunakan

untuk menebang,

memotong, atau membelah pohon di dalam kawasan hutan tanpa izin


pejabat yang berwenang;
g. membawa alat-alat berat dan/atau alat-alat lainnya yang lazim atau patut
diduga akan digunakan untuk mengangkut hasil hutan di dalam kawasan
hutan tanpa izin pejabat yang berwenang;
h. memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan
liar;
i. mengedarkan kayu hasil pembalakan liar melalui darat, perairan, atau udara;
j. menyelundupkan kayu yang berasal dari atau masuk ke wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia melalui sungai, darat, laut, atau udara;
k. menerima,

membeli,

menjual,

menerima

tukar, menerima titipan,

dan/atau memiliki hasil hutan yang diketahui berasal dari pembalakan liar;
l. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah hasil hutan kayu yang berasal
dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/atau
m. menerima,

menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan,

dan/atau memiliki hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang
diambil atau dipungut secara tidak sah.
Sumber : http://ppid.dephut.go.id/informasi_kemenhut/browse/24

32

Dikenakannya nenek Arsyani hukuman Pasal 12 UU RI Nomor 18 tahun


2013 bertentangan tentang Hak Azasi Manusia yang sudah ada sejak didalam
kandungan tersebut yang selayaknya dilindungi oleh Negara hukum seperti
Indonesia ini. HAM yang di lindungi oleh Negara antara lain yaitu :
HAK ASASI MANUSIA DALAM UUD 1945
Masalah Hak Asasi Manusia (HAM) secara jelas diatur dalam UUD 1945
yang diamandemen. Tapi, bukan berarti sebelum itu UUD 1945 tidak memuat
masalah HAM. Hak asasi yang diatur saat itu antara lain hak tentang merdeka
disebut pada bagian pembukaan, alinea kesatu. Kemudian, hak berserikat diatur
dalam pasal 28, hak memeluk agama pada pasal 29, hak membela negara pada
pasal 30, dan hak mendapat pendidikan, terdapat pada pasal 31. Dalam UUD 1945
yang diamandemen, HAM secara khusus diatur dalam Bab XA, mulai pasal 28 A
sampai dengan pasal 28 J. Pasal 28 A :
Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.

Pasal 28 B :

(1) Setiap orang berhak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui
perkawinan sah.
(2) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta
berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pasal 28 C :

33

(1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan


dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.
(2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya
secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya.

Pasal 28 D :

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang
adil dan layak dalam hubungan kerja.
(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
pemerintahan.
(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

Pasal 28 E :

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,
memilih

pendidikan

kewarganegaraan,

dan

memilih

pengajaran,
tempat

memilih

tinggal

di

pekerjaan,
wilayah

memilih

negara

dan

meninggalkannya, serta hendak kembali.

34

(2) Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran
dan sikap, sesuai dengan hati nuruninya.
(3) Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat.

Pasal 28F :

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. **)

Pasal 28G :

(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa
aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi. **)
(2) Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari
negara lain. **)

Pasal 28H :

35

(1)Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan. **)
(2) Setiap orang mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan. **)
(3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. **)
(4) Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak
boleh diambil alih secara sewenangwenang oleh siapa pun. **)

Pasal 28I :

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apa pun. **)
(2) Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar
apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu. **)
(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. **)

36

(4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah
tanggung jawab negara, terutama pemerintah. **)
(5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip
negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin,
diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. **)

Pasal 28J :

(1) Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. **)
(2) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata
untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain
dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilainilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
**)
Nenek arsyani yang tinggal di sekitar hutan jati terebut telah menjadi
kesewenang-wenangan dari UU P3H (Pencegahan dan Pemberantasan,
Perusakan hutan), dan melanggar HAM Pasal yang berhubungan dengan
pelanggaran kasus yang terjadi yaitu :

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 1999


tentang Hak Asasi Manusia.

Bab I

37

Ketentuan Umum
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
Pasal 1
Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada
hakikat dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha
Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia;
Dalam kasus nenek Arsyani, hak nenek Arsyani harusnya
dilindungi oleh komnas ham karena masyarakat local seperti
nenek arsyani tersebut menggantungkan hidupnya dengan
sumber daya yang ada di sekitar lingkungannya sebagai yang
telah diputusan 35 tahun 2012 menegaskan hutan adat bukan
hutan negara. Hal ini jelas mengakui hutan adat sebagai entitas
tersendiri dikelola masyarakat hukum adat. Dengan adanya UU
P3K hak masyarakat daerah hutan tersebut menjadi di rebut oleh
Pemerintah.

Pasal 3
Diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan
yang langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan
manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status
sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang
berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan,
pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar

38

dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik,


ekonomi, hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.
Nenek Arsyani dituduh mencuri kayu jati milik perhutani tanpa
bukti yang jelas, karena kayu yang disita sekarang adalah dari
lahannya 6 tahun yang lalu yang sekarang sudah di jual oleh
pihak nenek arsyani.

Bab II
Asas-Asas Dasar

Pasal 3
Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan
kebebasan dasar manusia, tanpa diskriminasi.
Hampir sama dengan pasal 3 di atas bahwa Nenek Arsyani
dituduh mencuri kayu jati milik perhutani tanpa bukti yang
jelas, karena kayu yang disita sekarang adalah dari lahannya 6
tahun yang lalu yang sekarang sudah di jual oleh pihak nenek
arsyani serta data-data tentang nenek arsyani tidak jelas seperti
usia nenek arsyani dalam data berumur 45 th sedangkan dalam
pengakuannya dalam sidang usia nenek arsyani berumur 63
tahun dan terlihat jelas secara fisiknya usia nenek tidak mungkin
berumur 45 tahun.
Pasal 5

39

Setiap orang diakui sebagai manusia pribadi yang berhak menuntut


dan memperoleh perlakuan serta perlindungan yang sama sesuai dengan
martabat kemanusiaannya di depan hukum.
Nenek arsyani yang berumur sudah lanjut usia tidak di
perhatikan bahwa nenek tersebut sudah tua dan tidak
sepantasnya berada di dalam jeruji besi mengingat umur yang
lanjut

usia.

Hukum

juga

dapat

melihat

dalam

sisi

kemanusiaannya juga.

Bab III
Hak Asasi Manusia Dan Kebebasan Dasar Manusia
Bagian Keempat
Hak Memperoleh Keadilan
Pasal 18
Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka
melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak bersalah,
sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam suatu sidang
pengadilan dan diberikan segala jaminan hukum yang diperlukan untuk
pembelaannya, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Berkas-berkas nenek Arsyani tidak kongkrit dan tidak di
benarkan bahwa umur nenek dalam data yaitu 45 tahun
sedangkan pengakuan serta terlihat dari fisik berumur 63 tahun
tidak. Serta kayu tersebut pengakuannya juga menebang di
lahannya sendiri. Dan dimana seharusnya putusan 35 tahun

40

2012 menegaskan hutan adat bukan hutan negara. Hal ini jelas
mengakui hutan adat sebagai entitas tersendiri dikelola
masyarakat

hukum

adat.

MK

telah

memulihkan

hak

masyarakat adat atas hutan. Dan setiap UU negara wajib


mengakui dan menghormati hak ulayat masyarakat karena
dilindungi konstitusi dan tidak boleh merugikan rakyat, apalagi
sampai menimbulkan kriminalisasi.
sejak disahkan pada 6 Agustus 2013, UU P3H telah memenjarakan
masyarakat lokal yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan.
tercatat setidaknya terdapat 22 orang yang sudah dihukum dengan dasar UU P3H
tersebut dan tak satupun Korporasi yang menjadi pelaku-nya, melainkan individu
individu yang hampi semua adalah warga yang tinggal di dalam/sekitar kawasan
hutan (Koalisi Anti Mafia Hutan). Tak luput juga dengan nenek Arsyani yang
mengambil kayu nya sendiri di lahannya sendiri malah di jebloskan ke penjara
oleh pihak perhutani dengan dasar melanggar UU P3H Undang-undang ini
justru mengkriminalkan masyarakat lokal yang tinggal di dalam atau sekitar
kawasan hutan yang melakukan perladangan tradisional, yakni masyarakat lokal
yang tinggal di sekitar atau di dalam kawasan hutan (siaran pers yang diterima
wartawan, Minggu (15/03/15)).
Dan UUD P3H juga yang telah menyeret nenek Arsyani ke dalam jeruji besi ini
bertentangan dan melanggar ham :
Pasal 18B
(1) Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang
bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.
Ketentuan ini mendukung keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang bersifat
khusus atau istimewa (baik provinsi, kabupaten dan kota, maupun desa). Contoh
satuan pemerintahan bersifat khusus adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI)

41

Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah Daerah Istimewa


(DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
(2)

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum

adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang
diatur dalam undang-undang.
Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di
Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai
kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hakhaknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok masyarakat
hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-paksakan ada; bukan
dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, kelompok itu harus
diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD. Selain itu,
penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.
Tidak hanya pelanggaran ham terjadi pada kasus nenek Arsyani saja.
Kasus-kasus pelanggaran serupa juga pernah terjadi di Negara Indonesia tercinta
kita yaitu :

42

43

44

Banyaknya kasus pelanggaran ham yang tertera pada table resmi Litbang
Kontras yang tidak di bawa ke perkara hukum sangatlah tidak adil, karena jika di
bandingkan oleh nenek arsyani yang mengambil kayunya sendiri di lahannya
sendiri malah menjadi tersangka dalam DUGAAN pencurian kayu jadi oleh pihak
perhutani, pemerintah tidak boleh sewenang-wenang dengan adanya UU P3H
yang di sahkan pada tahun 2013 ini mengambil hak orang lain atau adat yang ada
sejak zaman dulu di antaranya yaitu nenek Arsyani yang memanfaatkan hutan di
sekitar rumahnya .

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

45

Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat penyusun tarik dalam makalah ini :
1. Negara telah mengambil hak masyarakat asli di sekitar hutan dengan
adanya UU P3H.
2. Nenek Arsyani tidak bersalah karena data-data tidak kongkrit mengenai
umur dll yang menyangkut proses siding.
3. Nenek berusia 63 tahun yang beralamat Dusun Kristal RT 02 RW 03 Desa
Jatibanteng Kecamatan Jatibanteng Kabupaten Situbondo, dituduh
mencuri kayu oleh pihak perhutani Desember 2014
4. Negara telah mengambil hak masyarakat asli di sekitar hutan dengan
adanya UU P3H salah satu kasusnya yaitu nenek Arsyani tidak bersalah
karena data-data tidak kongkrit mengenai umur dan lain-lain yang
menyangkut proses sidang.
B. Saran
Setelah kami menyusun makalah ini, saran yang dapat kami berikan terkait
dengan Negara Hukum dan Hak azasi Manusia dengan mengambil studi kasus
pencurian kayu oleh nenek asyiani 63th di situbondo ialah seharusnya pihak
perhutani melakukan proses Restorative justice, restorative justice itu sendiri
memiliki makna keadilan yang merestorasi, di dalam proses peradilan pidana
konvensional dikenal adanya restitusi atau ganti rugi terhadap korban, sedangkan
restorasi memiliki makna yang lebih luas. Restorasi meliputi pemulihan hubungan
antara pihak korban dan pelaku. Pemulihan hubungan ini bisa didasarkan atas
kesepakatan bersama antara korban dan pelaku. Pihak korban dapat
menyampaikan mengenai kerugian yang dideritanya dan pelaku pun diberi
kesempatan untuk menebusnya, melalui mekanisme ganti rugi, perdamaian, kerja
sosial, maupun kesepakatan-kesepakatan lainnya.
Serta jangan jadikan hukum jadi gaya-gayaan atau gagah-gagahan. Lihat
dari sisi kemanusiaan jangan jadi seperti PENSIL yang diatasnya tumpul ada
penghapusnya yang di bawah runcing . harus adil seadil-adilnya tetapi keadilan
seesungguhnya Cuma di miliki oleh Allah SWT

46

DAFTAR PUSTAKA
Azhary, Tahir. Negara Hukum, Suatu Study tentang Prinsip-prinsipnya
Dilihat dari Segi Hukum Islam, Implementasinya pada Periode Negara Madinah
dan Masa Kini. Edisi Kedua. Kencana. Jakarta. 2003.
Dicey, A.V. Introduction to the study of the Law and the Constitution.
Ninth Edition. MacMilland and CO. London. 1952.
47

Oemar Seno Adji. Peradilan Bebas. Negara Hukum. Erlangga Jakarta.


1980.
Jimly Asshiddiqie. Konstitusi & Konstitusionalisme Indonesia. Sekretariat
Jenderal Mahkamah Konstitusi RI. Jakarta.
Masdar F. Masudi, Hak Asasi Manusia dalam Islam. Dalam Sobirin
Malian dan Suparman Marzuki, Pendidikan Kewarga negaraan dan Hak Asasi
Manusia. Yogyakarta: UII Press. 2003. hal. 103-104.
Masyhur Effendi. Dimensi dan Dinamika Hak Asasi Manusia dalam
Hukum Nasional dan Internasional. Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994.
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia,
(Surabaya: Bina Ilmu, 2010), hal 61.
Robert Audi dalam Majda El-Muhtaj, 2005, Hak Asasi Manusia dalam
Konstitusi-konstitusi Indonesia, Kencana: Jakarta, hal. 50.
Tamanaha, Brian Z. On The Rule of Law, History, Politics, Theory.
Cambridge University Press, Edisi Keempat. 2006.
Tim ICCE UIN Jakarta. Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat
Madani. (Jakarta : Prenada Media,2003)
Satjipto Rahardjo. Membedah Hukum Progresif. Penerbit Buku Kompas.
Jakarta. 2006.
http://ppid.dephut.go.id/informasi_kemenhut/browse/24
http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4e25360a422c2/pendekatanirestorative-justice-i-dalam-sistem-pidana-indonesia-broleh--jecky-tengens--shhttp://www.mongabay.co.id/2015/01/21/sidang-uu-p3h-soal-masyarakat-adatinilah-kata-para-ahli/
http://www.tempo.co/read/news/2015/03/19/063651283/Nenek-Asyani-JalaniSidang-Kelima
http://www.blog.limc4u.com/2012/12/penjelasan-pasal-18b-uud-1945.html
http://www.radarlampung.co.id/read/radar/berita-foto/78353-asyani-nenek-63tahun-yang-didakwa-mencuri-7-batang-kayu-jati

48

http://news.detik.com/read/2015/03/19/183317/2863992/10/inilah-wujud-kayujati-yang-menyeret-nenek-asyani-ke-sel-tahanan
http://www.elsam.or.id/article.php?
act=content&id=3239&cid=101&lang=in#.VRAiOiuUddw
http://www.kontras.org/index.php?hal=siaran_pers&id=2012
http://cyberangjalan.blogspot.com/2013/04/hak-asasi-manusia-ham-dalamamandemen_24.html
http://www.academia.edu/9739630/NEGARA_HUKUM_DAN_HAK_ASASI_M
ANUSIA_HAM_Endang_Asad_Fauzy_5._Fahri_Ilham_Derajat
http://www.covesia.com/berita/11707/nenek-arsyani-dan-deretan-kasus-rakyatkecil-tak-berdaya-di-hadapan-hukum.html
https://www.youtube.com/watch?v=yw6D4kEfJ_Q

49

Anda mungkin juga menyukai