Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

ANALISA KECEPATAN VIBRASI PER-TOOL PADA PROSES


PEMBUATAN RIB AT D574-50022-203 DI MESIN CNC 5 AXIS
DMC 210 U
4.1 Alur Proses Produksi RIB AT D574-50022-203

remark

issuer
inspection

fitter pre
cutting

machining

al
treatment

penetran
inspection

chromic
acid
anodizing

al
treatment

primer
painting

top coat
painting

marking

final
inspection

Gambar 4.1 Alur Proses Pengerjaan RIB AT D574-50022-203


Didalam proses pembuatan bagian RIB AT D574-50022-203 harus melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut;
1) Remark
Proses penerimaan raw material.
2) Issuer Inspection
Pemeriksaan secara terbuka terhadap raw material yang baru diterima.
3) Fitter Pre Cutting
Merupakan sebuah proses yang dilakukan yaitu dengan pencocokan
spesifikasi dari material yang akan dilakukan proses pemotongan.
47

48

4) Machining
Pada proses machining dengan proses pendesainan Catia lalu dibuat
program CNCnya. Kemudian CNC akan bergerak sesuai program dan
membentuk material sesuai dengan desain. Pada beberapa material dapat
langsung di forming (Cold Forming) tanpa melalui heat treatment.
5) Aluminium Treatment Inspection
Adalah proses pemeriksaan terhadap perlakuan yang diberikan pada
aluminium.
6) Penetran Inspection
penetran yaitu pengecekan material setelah part mengalami proses
machining. Penetran ini dapat mendeteksi adanya crack pada material
dengan menggunakan sinar ultraviolet.
7) Chromic Acid Anodizing
pelapisan menggunakan larutan elektrolit chromic acid dan menghasilkan
lapisan yang paling tipis, hanya sekitar 0,5 hingga 2,5 mikron. Pada saat
proses berlangsung, 50% Al2O3 terintegrasi ke dalam substrat dan 50%
pertumbuhan lapisan kearah luar. Dapat meningkatkan ketahanan korosi
pada alumunium. Lapisan yang

dihasilkan cenderung lebih ulet

dibandingkan tipe lainnya.


8) Aluminium Treatment Inspection
Setelah dilapisi dengan larutan elektrolit chromic acid dilakukan
pemeriksaan lagi.
9) Primer Painting
Merupakan proses pengecatan dasar terhadapmaterial yang telah melalui
proses inspeksi.
10) Top Coat Painting
Ini merupakan proses pengecatan yang paling luar setelah dilakukan
primer painting.
11) Marking
Merupakan proses penandaan bahwa telah melalui proses top coat
painting.
12) Final Inspection
Adalah proses akhir dari proses produksi RIB AT D574-50022-203 Airbus
A380.

Dimana

dilakukan

pemeriksaan

menggunakan

coordinate

measuring machine (CMM).nantinya material akan diperiksa dan apabila


ditemukan cacat pada komponen nanti akan dikembalikan untuk
diperbaiki,atau malah diganti.

49

Setelah melewati sederetan proses diatas, terakhir adalah proses


packing.karena komponen ini nantinya akan dikirim ke United Kindom
(UK) untuk di assembly.

4.2 Proses pembuatan RIB AT D574-50022-203 pada Mesin DMC 210 U


RIB AT D574-50022-203 adalah salah satu bagian dari pesawat Airbus A380. RIB AT D574-50022-203 memiliki nomor bagian D574-50022-203 yang
menandakan letak RIB AT ketika perakitan.
Dalam proses pembuatan RIB AT terdapat beberapa proses yaitu media 1,
2, 3 dengan menggunakan material alluminium alloys. Dari semua proses
tersebut yang di kerjakan pada Mesin DMC 210U hanyalah proses 2 dan 3.
Pengerjaan itu dapat dilihat per-tool yang digunakan. Pada media 1 adalah
pengerjaan drilling dan boring untuk pemasangan baut pada fixture yang telah
dipasang di meja kerja. Pada media 2 dan 3 adalah proses machining pada
Mesin DMC 210. Perbedaan pada media 2 dan 3 yaitu jika di media 2 adalah
pengerjaan bagian atas benda kerja maka pada media 3 adalah pergerjaan
bagian bawah benda kerja . Untuk kontur pada pengerjaan media 2 dan 3 juga
berbeda,pada media 2 adalah kontur atas benda kerja sedangkan media 3
adalah kontur bawah benda kerja.

50

Gambar 4.2 Material RIB AT D574-50022-203 (media 1)

Gambar 4.3 Hasil dari RIB AT D574-50022-203


4.3 Vibrasi
4.3.1. Teori Vibrasi
Secara visual vibrasi adalah gerakan bolak balik dari suatu mesin, yang
dapat dirasa dengan tangan atau oleh seluruh tubuh kita, yang dikenal sebagai
getaran.
Sebagai ilustrasi lihat Gambar 4.4. Sebuah piringan yang sedang berputar
pada tepinya ditempeli sebuah pemberat hingga unbalance. Maka timbulah gaya
sentripetal oleh pemberat tersebut, yang berusaha menarik piringan itu keluar dari
perputarannya secara radial.

51

Gambar 4.4 Ilustrasi Vibrasi


Keterangan : Pada posisi A dan C, gaya sentripetal menurut arah vertikal
adalah nol. Pada posisi B dan D, gaya sentripetal adalah positif maximum (upper
limit) dan negative maximum (lower limit).
Lihat Gambar 1. Akibat dari gaya-gaya ini jika kita pandang pada arah vertikal
(posisi B dan D), maka titik putar piringan akan tergeser keatas dan kebawah
karena elastisitasnya, searah dengan gaya yang dideritanya.
Pergeseran ini disebut displacement yang besarnya tergantung dari elastisitas
material dan bobot pemberat. Oleh karena piringan terus berputar, maka
pergeseran
ini akan berlangsung terus menerus secara bolak balik yang disebut vibrasi.
Secara matematis vibrasi mempunyai karakteristik yang disebut Parameterparameter vibrasi.
4.3.2 Parameter-Parameter Vibrasi.
Parameter-parameter vibrasi ada tiga yaitu : Displacement, Velocity dan
Acceleration.
1) Displacement (Jarak vibrasi)
Adalah jarak yang ditempuh oleh gerakan bolakbalik (getaran) pada
suatu periode waktu tertentu.
Hal ini jika menurut Gambar 1 adalah jarak pergeseran titik putar
piringan karena gaya sent ri petal .
Rumus : Displacement = A Sin ( 2 f t ) (mm)
Keterangan :

52

A = Panjang jarak radius pergeseran. (mm)


f = Frekuensi gerakan bolak-balik. (Hertz)
t = Waktu. (detik)
Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur Peak to Peak
Displacement, yaitu jarak dari positif maximum ke negatif maximum atau
sama dengan 2 x A.
2) Velocity (Kecepatan vibrasi)
Adalah kecepatan gerakan bolak balik pada suatu periode waktu
tertentu. Kecepatan ini selalu berubah sepanjang jarak yang ditempuhnya,
dimana pada posisi positif maximum dan negatif maximum kecepatan
adalah nol. Pada posisi gerakan melewati daerah netral kecepatan
adalah maximum.
Rumus : Velocity = 2 f A Cos (2 f t) (mm/s)
Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur kecepatan
maximum atau disebut Peak Velocity.
3) Acceleration (Percepatan vibrasi)
Adalah percepatan gerak bolak balik pada suatu periode waktu
tertentu.Percepatan selalu berubah sepanjang jarak yang ditempuhnya,
dimana maximum pada saat displacement mencapai positif maximum atau
mendekati negatif maximum.
Rumus : Acceleration = - (2 f) 2 A Sin (2 f t) (mm/s2)
Dalam pengukuran vibrasi kita hanya dapat mengukur percepatan
vibrasi maximum atau disebut Peak Acceleration.
4.3.3 Periode dan Frekuensi Getaran (Vibrasi)
1) Periode Getaran
T=

t
n

Dengan ketentuan:
T = Periode (sekon)
t = Waktu (sekon)

53

n = Jumlah getaran
2) Frekuensi Getaran
f=

n
t

Dengan ketentuan:
f = Frekuensi (Hz)
n = Jumlah getaran
t = Waktu (sekon)
3) Periode Getaran
T=

1
f

Dengan ketentuan:
T = periode getaran (sekon)
f = frekuensi(Hz)
4.3.4 Penyebab Vibrasi pada Proses Permesinan
1) Unbalance atau imbalance
Unbalance adalah terjadinya pergeseran titik pusat massa dari titik pusat
putarnya sehingga akan menimbulkan getaran yang tinggi. Besarnya
amplitudo getaran sebanding dengan besarnya putaran (merupakan kuadrat
dari putaranya).
2) Misalignment
Vibrasi yang disebabkan oleh penyambungan poros yang tidak simetris
dan besarannya tergantung dari ketidaksimetrisan penyambunganya,
semakin tidak simteris penyambungan poros pada sebuah peralatan maka
menyebabkan vibrasi akan semakin tinggi. Gejala vibrasi yang diakibatkan
oleh misalignment hampir sama dengan gejala unbalance akan tetapi dengan
menggunakan vibrimeter yang memadai akan lebih mudah membedakan
antara unbalance dan misalignment yaitu dari analisa sudut fasanya.

54

Terdapat beberapa jenis misalignment seperti misalignment pada sambungan


kopling, sabuk, rantai, roda gigi dan lain-lain.
3) Variasi beban
Beban besar (overload) pada mesin dapat menyebabkan vibrasi yang
tinggi. Untuk melakukan analisa dari fenomena ini maka karakstristik
pengoperasian mesin harus difahami, sehingga dalam mengukur getaran
dasar (baseline vibration) sangat penting untuk memperhatikan variasi
getaran terhadap beban, tekanan dan temperatur.

4) Mechanical looseness
Disebabkan oleh kerenggangan pada suatu mesin yang terjadi karena
adanya kerenggangan baut, kerenggangan bearing, keretakan di pondasi,
kerenggangan antara rotor dengan poros, dan sebagainya. Pada motor listrik
dan generator, kerenggangan dapat terjadi pada rotor bar atau gulungan rotor
maupun stator.
5) Oil whirl dan oil whip
Vibrasi ini terjadi pada journal bearing yaitu pada mesin-mesin dengan
sistem pelumasan minyak bertekanan, serta mesin putaran tinggi (di atas
putaran kritis pertama).
6) Gesekan (rubbing)
Gesekan antara bagian yang berputar dengan bagian yang tetap disebut
rubbing. Gesekan ini bisa terjadi secara terputus-putus (intermitent) atau
secara terus menerus (continue) selama berputar.
7) Feed Rate
Semakin besar nilai feed rate maka nilai amplitudo percepatan getaran
yang terjadi akan semakin besar
8) Depth of Cut
Bertambahnya nilai depth of cut menyebabkan nilai percepatan getaran
4.3.5 Vibrasi pada Mesin CNC DMC 210 U

55

Vibration (getaran) merupakan salah satu parameter yang dapat


menentukan kinerja dari mesin, dalam hal ini semakin tinggi vibrasi yang
dihasilkan maka kinerja mesin dianggap tidak optimal. Pada Mesin CNC
DMC 210 U vibrasi sendiri termasuk bagian dari indikator Machine
Protection Control (MPC), apabila MPC mendeteksi overload vibrasi pada
saat proses pegerjaan permesinan maka otomatis MPC akan mematikan
mesin secara tiba dengan kecepatan respon 0.01 detik. Oleh karena itu
keamanan operator terjamin disini. Batas aman dari vibrasi di Mesin CNC
DMC 210 U adalah bar hijau sebanyak 12 strip. Satuan aman pada batas
aman vibrasi di bar hijau adalah 6 mm/s. Apabila vibrasi yang terjadi lebih
dari itu maka mesin tidak bekerja optimal adan vibrasi yang terjadi terbilang
cukup besar.

Perhitungan

Gambar 4.5 Vibration


secara manual dapat dilakukan

dengan

cara

menghitung ruas garis yang ada pada display vibrasi pada MPC,
diketahui jumlah ruas garis pada vibration meter berjumlah 45 garis,
dengan pembagian di masing-masing tingkatan yaitu :

56

Hijau
Kuning
Merah
Biru

= 12 strip
= 18 strip
= 11 strip
= 4 strip
Pada pengoperasiaannya setiap garis dalam vibration meter

mewakili 0.5 mm/s sehingga dapat hasil perhitungan sebagai berikut :


Hijau
= 12/2 = 6 mm/s
Kuning
= 12+18 = 30/2 = 15 mm/s
Merah
= 12 +18+11 = 41/2 = 20.5 mm/s
Biru
= 12+18+11+4 = 45/2 = 22.5 mm/s

4.4 Analisa Kecepatan Vibrasi Mesin CNC 5 AXIS DMC 210 U pada Media 2
1) Routing 32 R4 Short

Tabel 4.1
Dari tabel diatas didapat vibrasi yang terjadi 1.55 mm/s dan vibrasi yang
terjadi pada tool Routing 32 R4 Short aman karena masih dibawah batas
aman yaitu 6 mm/s.
2) SD 25 R4 Short Z3

Tabel 4.2
Dari tabel diatas didapat vibrasi yang terjadi 1.95 mm/s dan vibrasi yang
terjadi pada tool SD 25 R4 Short Z3 aman karena masih dibawah batas
aman yaitu 6 mm/s.

57

3) SD 20 R0 Short Z3

Tabel 4.3
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 2 mm/s dan vibrasi
yang terjadi pada tool SD 20 R0 Z3 aman karena masih dibawah batas
aman yaitu 6 mm/s.
4) Straight Drill 12

Tabel 4.4
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 0.46 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool Straight Drill 12 aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
4.4 Analisa Kecepatan Vibrasi Mesin CNC 5 AXIS DMC 210 U pada
Media 3
1) Straight Driil 10

Tabel 4.5

58

Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 0.53 mm/s vibrasi
yang terjadi pada tool Straight Drill 10 aman karena masih dibawah
batas aman yaitu 6 mm/s.
2) Routing 32 R4 Short

Tabel 4.6
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1.7 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool Routing 32R4 Short aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
3) SD 20 R4 Short

Tabel 4.7
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1.57 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool SD 20 R4 Short aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
4) SD 16 R4 Short

Tabel 4.8

59

Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool SD 16 R4 Short aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
5) T. Slot 20#8

Tabel 4.9
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 0.43 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool T. Slot 20#8 aman karena masih dibawah
batas aman yaitu 6 mm/s.
6) SD 10 R4

Tabel 4.10
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 0.683 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool SD 10 R4 aman karena masih dibawah
batas aman yaitu 6 mm/s.
7) CD 2.5 Extralong

Tabel 4.11

60

Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool CD 2.5 Extralong aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
8) TD 5.1

Tabel 4.12
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 0.45 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool TD 5.1 aman karena masih dibawah batas
aman yaitu 6 mm/s.
9) TD 6.35

Tabel 4.13
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool TD 6.35 aman karena masih dibawah
batas aman yaitu 6 mm/s.
10) Routing 32 R4 Short

Tabel 4.14
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1.5 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool Routing 32 R4 Short aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.

61

11) SD 25 R0 Long Z3

Tabel 4.15
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 1 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool SD 25 R0 Long Z3 aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.

12) SD 25 R0 Short Z3

Tabel 4.16
Dari kedua table diatas didapat vibration yang terjadi 2.45 mm/s dan
vibrasi yang terjadi pada tool SD 25 R0 Short Z3 aman karena masih
dibawah batas aman yaitu 6 mm/s.
Dari semua tabel vibrasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa vibrasi yang
terjadi di semua tool dalam pengrjaan RIB AT D574-50022-203 di media 2 dan 3
aman, dan dapat dilihat dari tabel bi bawah ini :

62

Tabel 4.17

Anda mungkin juga menyukai