Anda di halaman 1dari 4

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

CARA KERJA VENTILATOR


Philip Purworahyono
HIPERCCI JATENG/ ICU RS Kota Semarang

A. Pendahuluan
Deskripsi tentang ventilasi tekanan positif pertama kali dikemukakan oleh Vesalius sejak
400 tahun yang lalu, namun penerapan konsep tersebut dalam penatalaksanaan pasien dimulai
pada tahun 1955, saat epidemi polio terjadi hampir di seluruh dunia. Pada saat itu dibutuhkan
suatu bentuk bantuan ventilasi yang dapat bertindak sebagai tangki ventilator bertekanan
negatif yang dikenal dengan istilah iron lung. Di Swedia, seluruh pusat pendidikan kedokteran
tutup, dan seluruh mahasiswanya bekerja selama 8 jam sehari sebagai human ventilator, yang
memompa paru pada pasien-pasien dengan gangguan ventilasi. Demikian pula di Boston,
Amerika Serikat, Emerson Company berhasil membuat suatu prototipe alat inflasi paru
bertekanan positif yang kemudian digunakan di Massachusetts General Hospital dan
memberikan hasil yang memuaskan dalam waktu singkat. Sejak saat itu, dimulailah era baru
penggunaan ventilasi mekanik bertekanan positif serta ilmu kedokteran dan perawatan
intensif
Ventilasi mekanik adalah teknik yang berlawanan dengan fisiologi ventilasi, yaitu dengan
menghasilkan tekanan positif sebagai pengganti tekanan negatif untuk mengembangkan paruparu, sehingga tidak mengherankan, dalam pemakaiannya dapat menimbulkan permasalahan.
Kecenderungan terbaru saat ini tentang penggunaan volume tidal yang rendah selama
ventilasi mekanik adalah langkah yang benar karena strategi semakin rendah semakin baik
adalah yang paling tepat diterapkan pada teknik ventilasi yang berlawanan dengan proses
fisiologi yang normal. Segala sesuatu yang diterapkan dengan ventilator dapat menyebabkan
dampak yang dikehendaki karena ventilasi mekanik merupakan alat bantu dan bukan
modalitas terapi. Sebaliknya, ventilasi mekanik bias menyebabkan efek negatif yang dapat
merugikan pasien. Oleh karena itu seorang perawat di ICU harus mengetahui cara kerja alat
ventilasi mekanik untuk menghindari dampak negative yang bisa ditimbulkan.

Ventilator (mechanical ventilation) adalah alat yang digunakan untuk membantu


pasien yang mengalami gagal napas. Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang
bisa menghembuskan gas (dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat
menghembuskan gas, ventilator bisa tidak tergantung otot pernapasan (ventilator
menggantikan sepenuhnya kerja otot pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot
pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang ditiupkan
tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki.

302

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

B. Cara kerja alat.


Penggerak awal alat Penggerak awal bisa berupa pneumatik atau elektrik (AC atau DC),
yang kemudian diteruskan kompresor. Letak kompresor bisa di luar ventilator (eksternal) atau
menyatu di dalam (internal).

a. Pengontrolan Variabel
Dengan adanya dorongan dalam sistem sirkuit ventilator, maka akan dihasilkan
aliran udara yang akan menghembus paru-paru pasien. Hembusan ke pasien akan
menghasilkan beberapa variabel yaitu tekanan, volume dan aliran. Berdasarkan
pengontrolan terhadap variabel-variabel tersebut maka dikenal pressure control,
volume control dan flow control disamping juga ada time control.
Pada awalnya kebanyakan ventilator hanya bisa mengontrol satu variabel saja
sehingga variabel lainnya akan bervariasi tergantung dari kondisi paru-paru. Namun
dalam perkembangannya, banyak ventilator yang bisa mengontrol lebih dari satu
variabel. Pengontrolan tersebut bisa dalam satu periode napas ke napas berikutnya
atau dalam periode satu kali napas saja.

b. Fase dalam pernapasan dengan ventilator


Fase bernapas dengan ventilator adalah sebagai berikut:
Awal bernapas (initiating/triggering)
Awal bernapas bisa terjadi secara otomatis karena pengaturan waktu pada ventilator
(machine triggering) atau atas picuan (rangsangan/usaha bernapas) pasien yang
merangsang mesin (patient triggering) sehingga mesin memulai menghembuskan gas
ke pasien. Rangsangan napas dari pasien bisa atas dasar perubahan flow atau tekanan
yang terjadi pada mesin. Perubahan flow atau tekanan berapa yang bisa merangsang
mesin (sensitivity/trigger) tergantung pengaturan kita. Artinya bisa dibuat lebih
sensitif atau kurang sensitif.
Pembatasan variabel (limitation)
Selama inspirasi, beberapa variabel (volume, tekanan atau flow) akan terbatasi dan
tetap dipertahankan (sesuai dengan pengaturan) sebelum inspirasi berakhir.

Siklus perpindahan (cycling)

Cycling adalah perpindahan dari fase inspirasi ke fase awal ekspirasi. Perpindahan ini
akan terjadi sesuai dengan pengaturan. Pengaturan tersebut bisa berdasar atas waktu
(time cycle), tekanan (pressure cycle), volume (volume cycle) atau aliran udara (flow
cycle). Time cycle, artinya fase inspirasi berakhir setelah alokasi waktu inspirasi
berdasarkan pengaturan sudah terlampaui. Pressure/volume cycle, artinya inspirasi
berakhir setelah tidak ada flow yang masuk (flow berhenti). Flow akan berhenti kalau
pressure/volume sesuai pengaturan sudah tercapai. Flow cycle, artinya inspirasi berakhir
kalau flow mencapai pengaturan yang dibuat. Agar lebih menyelaraskan dengan pola
napas pasien, pengaturan pada flow cycle bisa diatur berbeda dengan pengaturan pabrik.
303

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

Pengaturan ini sering disebut sebagai ETS (expiratory trigger sensitivity) atau inspiratory
cycling off. Misalnya pengaturan ETS 40%, artinya bila flow mencapai 40% dari peak
flow maka akan terjadi cycling. Pengaturan pabrik biasanya 25%.

C. Pengontrolan variabel base line


Pada akhir ekspirasi, tekanan di jalan napas bisa dikontrol. Bisa dibuat sama dengan tekanan
atmosfer atau lebih. Pengaturan pengontrolan itu disebut dengan PEEP (positive end
expiratory pressure). Bila PEEP = 0, berarti tekanan di jalan napas pada akhir ekspirasi sama
dengan tekanan atmosfer, dan bila positif ,misalnya 5, berarti pada akhir ekspirasi tekanan di
jalan napas 5 cmH2O lebih tinggi dibandingkan tekanan udara atmosfer.

Pengontrolan terbuka (open loop control)

Dalam sistem ini, semua perintah yang diperintahkan akan dikerjakan oleh efektor dan
menghasilkan variabel. Yang dimaksud efektor dalam hal ini bisa berupa pompa piston
atau pengatur katup aliran udara pada ventilator. Secara skematik cara pengontrolan
terbuka pada ventilator adalah sebagai berikut:

Pengontrolan tertutup (closed loop control )

Pada sistem ini, hasil keluaran yang dihasilkan dipakai sebagai umpan / masukan balik (feed
back control). Dari perbedaan antara masukan balik dan masukan awal, akan mengubah
304

Kumpulan Materi Pelatihan Keperawatan Intensif Komprehensif

pengontrol dan efektor dalam ventilator yang selanjutnya akan menghasilkan data baru (yang
disesuaikan dengan kondisi pasien). Secara skematik cara pengontrolan tertutup pada
ventilator adalah sebagai berikut:

Sinyal umpan balik bisa berupa arus listrik (misalnya electronic pressure transducer)
atau mekanik (misalnya katup pengatur tekanan). Berdasarkan sinyal umpan balik ini,
beberapa ventilator canggih mampu menganalisis dan selanjutnya memberikan program
tertentu sehingga menghasilkan beberapa mode baru seperti ASV (adaptive support
ventilation) yang menghasilkan variabel sehingga kerja napas (work of breathing) pada
posisi yang paling optimal, PAV (proportional assist ventilation) dan sebagainya

305

Anda mungkin juga menyukai