Anda di halaman 1dari 30

SATUAN TUGAS PENURUNAN KEMATIAN IBU DAN BAYI KOTA SURABAYA

2013

PANDUAN PRAKTIS PENANGANAN PRE/EKLAMSIA DAN PERDARAHAN POSTPARTUM


Daftar Isi
Sambutan
Pengantar

Pendahuluan

Panduan Praktis Penanganan Pre Eklamsia

Panduan Praktis Penanganan Eklamsia

Panduan Praktis Penanganan Perdarahan Postpartum

10

Algoritma Tata Laksana HPP

14

Kepustakaan

15

Lampiran
Prosedur Tetap

Kata Pengantar
Sebagai tindak lanjut dari deklarasi Grahadi, seminar ISSHP dan berbagai pertemuan
setelahnya dipandang perlu menyusun satu buku panduan praktis penanganan HPP dan
Pre eklamsi.
Buku ini terutama ditujukan untuk Jakaberusasu (Jaringan Kamar Bersalin Rumah Sakit
Surabaya) yang tentunya bersifat Praktis, minim teori, lebih ke promotif preventif, lebih ke
pengelola kamar bersalin dan poliklinik, bukan untuk tertiary centre, serta
menggabungkan buku panduan WHO, buku panduan Internasional HPP serta berbagai
pengalaman praktis di RSUD Dr Soetomo Surabaya.
Tentunya buku ini masih jauh dari sempurna untuk itu mohon masukan disampaikan
kepada kami melalui satgaspenakib@gmail.com
Kami ucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu tersusunnya
buku panduan ini.

Surabaya, Desember 2013

Tim Satgas Penakib Kota Surabaya

PENDAHULUAN
Kematian ibu bersalin sudah diupayakan diturunkan dengan berbagai upaya, namun
secara absolut terjadi peningkatan di Jawa Timur 582 tahun 2012 menjadi 642 kematian
tahun 2013 dan secara nasional Kematian ibu bersalin di Indonesia ternyata makin
meningkat bukan menurun dari 228 per seratus ribu kelahiran hidup menjadi 359 per
seratus ribu kelahiran hidup.
Penyebab utamanya tetap Pre eklamsi/Eklamsi dan perdarahan serta penyakit jantung
dalam kehamilan pada kasus-kasus di Rumah Sakit.
Disamping itu terdeteksi adanya perubahan epidemiologis preeklamsia bahwa: adanya
kasus late onset preeklamsia, merupakan penyumbang terbesar kematian ibu di rumah
sakit, meningkatnya kematian kasus preeklamsia dengan komplikasi lain (CVA, Edema
paru, HELPP syndrome), adanya evidence base obstetrics mengenai terminasi preeklamsia
ringan pada usia kehamilan 37 minggu, adanya kasus morbiditas (nearmiss) yang
merupakan sumber informasi yang tak ternilai dalam mengkaji kasus-kasusnya, dan
adanya upaya mengurangi atonia uteri dengan pemakaian MAT , SANSAK, misoprostol
dan perasat kondom kateter.
Mudah-mudahan buku panduan praktis ini dapat dipakai sebagai acuan
penanganan HPP dan Pre Eklamsi secara mudah.

PANDUAN PRAKTIS PENANGANAN PREEKLAMSIA


Batasan
Peningkatan tekanan darah lebih dari 140/ 90 mm Hg pada kehamilan lebih dari
20 minggu yang disertai proteinuria
Angka Kejadian
Berkisar 7 % dari semua kehamilan
Klasifikasi
Preeklamsia ringan 140/ 90 mm Hg
protein +
Preeklamsia berat >160/110 mm Hg
proteiuria +++
atau disertai tanda klinis impending eklamsia
atau gangguan fungsi organ-organ lain
Patofisiologi
Etiologi belum diketahui secara pasti, ada beberapa teori misalnya. Yang jelas
terjadi vasospame general, kegagalan penambahan volume darah
Tanda dan Gejala
Peningkatan tekanan darah
Adanya edema anasarka
Adanya protein uria
Adanya gangguan fungsi organ
Adanya gangguan tumbuh kembang janin
Diagnosis
Adanya peningkatan tekanan darah dan proteinuria
Komplikasi
untuk ibu
untuk janin

eklamsia, HELLP syndrome, edema paru,


IUGR, asfiksia

Penanganan
Pencegahan sebelum hamil
Rencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan saat imunisasi TT (perjanjian
pranikah?)
Promosikan pentingnya periksa hamil
Promosikan maternal class
Edukasi Tanda Bahaya untuk petugas dan ibu hamil
Simulasi kasus gawat darurat obstetris tiap minggu
Adakan peralatan "code red/ code blue"
Catat semua wanita hamil dan determinannya
Pantau secara ketat jumlah kunjungan untuk periksa hamil
Bila tidak periksa, kunjungi rumah bumil
Periksa hamil minimal 4 x sebaiknya 12 x selama hamil

Identifikasi faktor risiko


Riwayat pre/eklamsia pada kehamilan sebelumnya
Indeks masa tubuh < 16 atau > 30
Primigravida
Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
Menderita penyakit Diabetes, Hipertensi, Ginjal
Tangani faktor risiko sebelum hamil
Gunakan kartu skor PR pendekatan risiko
Gunakan kartu P4K
termasuk persetujuan bila mengalami gawat darurat obstetris
Rencanakan tempat bersalin
Pencegahan selama hamil muda
Skrining dengan memeriksa BMI, Roll Over Test dan MAP
Skrining melalui pemeriksaan Dop Vel a uterina
Penanganan saat hamil tua
Terminasi kehamilan usia 37 minggu
Penanganan saat persalinan
Skrining persalinan risiko tinggi
Skrining kehamilan risiko tinggi +
Tidak pernah periksa hamil
Hipertensi dalam kehamilan
Kelainan Plasenta
Distensi uterus: Bayi besar, kembar, poli hidramnion
Tindakan obstetris: EV, E F, induksi augmentasi
Partus lama, partus
presipitatus
Infeksi
Mintakan Persetujuan Tindakan medis s/d histerektomi pada setiap kasus
Mintakan persetujuan pemasangan IUD postpartum setelah penjelasan
Manajemen aktif kala III
Berikan Misoprostol 3 buah postpartum
Observasi ketat 2 jam postpartum
Diupayakan persalinan per vaginam di rumah sakit
Hati-hati terjadi perdarahan postpartum
Inisiasi Menyusui Dini
Prognosis
Bila dilakukan sesuai standar maka prognosis lebih baik

Algoritma Penanganan Pre Eklamsia


Prahamil

Perencanaan kehamilan:
konseling - perbaiki faktor risiko

Hamil mgg 18

skrining risiko : BMI, MAP, ROT, DVAUt

risiko tinggi
risiko rendah
perbaiki faktor risiko
ANC biasa
pertinobs
buku KIA / kartu P4K/ KSPR
Aspilets, Kalsium, vit E
ANC tiap 2 minggu sampai 34 mgg
tiap minggu
Minggu ke 37
terminasi
pertinobs

rencana persalinan
pertinobs

inpartu - pervaginam
infus RL lifeline
MAK III
misoprostol 3 tab per rektal
obs ketat 2 jam pp
Inisiasi Menyusu Dini, Rawat Gabung

PANDUAN PRAKTIS PENANGANAN EKLAMSIA


Batasan
Kejang atau penurunan kesadaran pada wanita hamil usia kehamilan> 20 minggu
atau postprtum tanpa ada riwayat epilepsi atau kejang sebelumnya
Hampir tidak ada eklamsia yang tidak didahului preeklamsia
Angka kejadian
0,5 %
Patofisiologi
Sama dengan PE ringan- Berat
Penyebab
Belum diketahui
Gejala dan tanda
Hamil 20 minggu ke atas atau postpartum
Tekanan darah > 140/90 mm Hg
protein uria
kejang dan atau penurunan kesadaran
Diagnosis
Adanya kejang dan atau penurunan kesadaran pada wanita hamil > 20 minggu
Penanganan
Atasi dan kejang ulangan dengan pemberian SM
Berikan oksigen
Miringkan kepala
Pasang alat supaya lidah tidak tergigit
Infus RL asal netes
Laboratorium lengkap
Rujuk

Algoritma Penanganan Eklamsia


Bulin kejang / kesadaran menurun tanpa riwayat epilepsi
BPS/Puskesmas

Rumah Sakit

Rapid Initial Asessment (ABC):


Tidur miring, oksigen, spatel lidah
Stabilitation:
Sulfas Magnesikus (SM), Infus
Rujuk:
BAKSOKU

Terminasi kehamilan + IUD

PANDUAN PRAKTIS PERDARAHAN POSTPARTUM (PPP)

Batasan
Perdarahan > 500 cc dalam 24 jam pertama setelah bayi lahir.
NB: perkiraan jumlah 500 cc sering kali lebih rendah d/p perkiraan bisa sampai 50
% nya
Angka kejadian
1-5 % persalinan. Tetapi pada setiap persalinan petugas harus siap untuk
menghadapi HPP
Klasifikasi
Kelas 1
Kelas 2

1000 cc
1500 cc

15 %
20-25 %

Kelas 3

2000 cc

30-35 %

Kelas 4

>2500 cc

40 %

pusing, berdebar, T D tidak berubah


takhikardia, takhipnea, berkeringat,
lemah, hipotensia, pp menyempit
takhikardia hebat, gelisah, pucat,
akral dingin,hipotensi
shock, sesak, olgouria/ anuria

KLASIFIKASI PPP DAN RESPONS YANG TERJADI


KLAS

JUMLAH(cc)

% LOST

TEK.DA

RESPONS

< 500

< 10

Normal

Tidak ada (tetap)

10 - 15

Normal

Asimtomatik, takikardi, pusing

15 - 25

Sdk

Takikardi, takipnea, pulse pressure

GARIS WASPADA
1

500 1000

GARIS TINDAKAN
2 (*)

1000 1500

menyempit, hipotensi ortostatik


3 (**)

1500 2000

25 - 35

70 - 80

Takikardi dan takipnea berlebihan,


hipotensi,

ekstremitas

oliguria
4(***)

> 2000

> 35

< 70

Syok, oliguria / anuria

10

dingin,

GARIS WASPADA
GARIS TINDAKAN

Observasi replacement therapy

(*)
(**)
(***)

Replacement therapy + oxytocics


Urgent active management
Critical active management (50% mortality if not
managed actively)
Diadaptasi dari Bonnar J. Baillieres Best Pract Res Clin Obstet Gynaecol 2000;14:1 dan
Benedetti. A Pocket companion to Obstetrics,2002:Ch 17, dari Text book
Postpartum Hemorrhage, 2006.
FAKTOR RISIKO PPP
Faktor risiko terjadinya PPP
FAKTOR RISIKO ANTENATAL
1
Usia 35 tahun
2
3
4
5
6
7

BMI > 30
Primigravida
Post-date
Makrosomia
Multipel (kembar)
Myoma (fibroid)

8
Ante partum bleeding (APB)
9
Riwayat PPP
10
Riwayat section caesarea
FAKTOR RISIKO INTRAPARTUM
1
Induksi persalinan
2
Partus lama :
- Kala I
- Kala II
- Kala III
3
Epidural analgesia
4
Persalinan pervaginam dengan
bantuan alat (forseps / vakum)
5
Episiotomi
6
Chorio-amnionitis

1,5 x (persalinan pervaginam)


1,9 x (section caesarea)
1,5 x
1,6 x
1,37 x
2,01 x
4,46 x
1,9 x (persalinan pervaginam)
3,6 x (section caesarea)
12,6 x
2,2 x
3,1 x
1,5 x
1,6 x
1,6 x
2,61 s/d 4,90 x
1,3 x
1,66 x
2,18 x
1,3 x (persalinan pervaginam)
2,69 x (section caesarea)

Dikutip dari Cameron, 2006


Penyebab
Obstetris: Atonia uteri (terbanyak), Robekan jalan lahir, Sisa plasenta, inversion
uteri
Non osbtetris: gangguan faal pembekuan darah

11

Patofisiologi
Perdarahan utamanya berasal dari bekas implantasi plasenta
Berhubungan dengan waktu 600 cc/ menit
Pada atonia uteri, tidak adanya kontraksi otot uterus menyebabkan tetap
terbukanya pembuluh darah uterus
Gejala dan Tanda
Perdarahan setelah bayi lahir yang lebih dari biasanya
Aadnya perubahan tanda vital ibu
Adanya perubahan nilai laboratoirs
Komplikasi
Jangka pendek
Schock hipovolumia,
Jangka panjang
Pencegahan
Rencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan saat imunisasi TT (perjanjian
pranikah?)
Promosikan pentingnya periksa hamil
Promosikan maternal class
Edukasi Tanda Bahaya untuk petugas dan ibu hamil
Simulasi kasus gawat darurat obstetric tiap minggu
Adakan peralatan code red/ code blue
Catat semua wanita hamil dan determinannya
Pantau secara ketat jumlah kunjungan untuk periksa hamil
Bila tidak periksa, kunjungi rumah
Rencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan
Periksa hamil minimal 4 x sebaiknya 12 x selama hamil
Identifikasi factor risiko
Riwayat HPP
Indeks masa tubuh < 16 atau > 30
Grande multi
Usia < 16 tahun atau > 35 tahun
Jarak anak terakhir < 2 tahun
Menderita penyakit anemia, jantung dll
Tangani faktor risiko sebelum hamil
Gunakan kartu skor PR pendekatan risiko
Gunakan kartu P4K termasuk persetujuan bila mengalami gawat darurat
obstetris
Rencanakan tempat bersalin
Skrining persalinan risiko tinggi
Skrining kehamilan risiko tinggi +
Tidak pernah periksa hamil
Hipertensi dalam kehamilan
Kelainan Plasenta
Distensi uterus: Bayi besar, kembar, poli hidramnion
Tindakan obstetris: EV, E F, induksi augmentasi
Partus lama, partus presipitatus
Infeksi
Mintakan Persetujuan Tindakan medis s/d histerektomi pada setiap kasus
12

Mintakan persetujuan pemasangan IUD postpartum setelah penjelasan


IV line saat kala II pada kasus yang berisiko
Manajemen aktif kala III
Berikan Misoprostol 3 buah postpartum
Observasi ketat 2 jam postpartum
Inisiasi Menyusui Dini
Diagnosis
Klinis adanya perdarahan yang terus menerus dan atau perubahan tanda dan
gejala vital dan atau penurunan hemoglobin atau platelet. Pada atonia uteri didaptkan
uterus yang lembek bahkan kadang sulit diraba
Tatalaksana
Tekan Code red/ Code Blue
Masase uterus
Pasang infus RL k/p kanan dan kiri
Kosongkan kandung kemih
Cari penyebab
Berikan uterotonika lagi bila penyebabnya atonia uteri
Hentikan perdarahan sambil ganti kehilangan darah k/p transfusi
Bila atonia uteri
Pasang kondom kateter
Atau kompresi bimanual interna atau kompresi Aorta
Beritahu keluarga kondisi ibu
Keluarga Berencana postpartum
Rujuk atau lapor ke Sp OG
Prognosis
baik bila mendapatkan penanganan yang cepat, tepat dan adekuat

13

Algoritma Tatalaksana HPP


Prahamil

Perencanaan kehamilan:
konseling - perbaiki faktor risiko

Hamil
skrining risiko untuk HPP: riwayat HPP, APB, under/overweight, grande multi, usia > 35
th, gemelli, hidramnion, tinobs, hipertensi, DMPg tipe >C, kelainan darah(anemia,
hemofilia)
risiko tinggi

risiko rendah

perbaiki faktor risiko


pertinobs
buku KIA / kartu P4K/ KSPR

ANC biasa

Minggu ke 36
rencana persalinan
pertinobs

rencana persalinan
pertinobs

inpartu - pervaginam
infus RL lifeline (profilaksis)
MAK III
misoprostol 2 tab per rektal
obs ketat 2 jam pp
HPP + :
pasang infus RL 1 lagi
uterotonika 1 amp lagi
drip uterotonika
cari penyebab
atonia uteri:

HPP -

Robekan jalan lahir sisa plasenta

kompresi bimanual interna atau kompresi Aorta abdominalis


kondom kateter
ligasi B Lynch/ a Uterina
histerektomi/ ligasi a Hipogastrika

14

PROTAP
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Mengukur BMI
Mengukur MAP
Melakukan Roll Over Test
Melakukan pemeriksaan Doppler Velosimetri arteri uterina
Memberikan sulfas magnesikus
Memasang kondom kateter
Melakukan Ligasi B Lynch modifikasi Surabaya

Kepustakaan
B Lynch. A Textbook of postpartum hemorhage
Cunningham FG
Sibai
SOGC. ALARM.
WHO.

15

1. PROSEDUR TETAP MENGUKUR INDEKS MASA TUBUH


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Langkah
Sapa bumil dan perkenalkan diri
Cek data ibu hamil
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Ukur tinggi badan ibu dalam meter
Ukur berat badan ibu dalam kilogram
Hitung indeks masa tubuh dengan rumus berat badan dalam kg
dibagi tinggi badan dalam meter dikuadrat(rumus Quetelet)
Klasifikasi menjadi
obese ringan
>30 - <35
obese berat
>35 - <40
obese sangat berat > 40
Catat di buku KIA atau DMK
Bila overweight (obese, yaitu IMT/BMI > 29) atau lebih, masukkan
dalam kehamilan risiko tinggi dan rujuk ke RSUD dr Soetomo

16

Penilaian

2. PROSEDUR TETAP MENGUKUR "MEAN ARTERIAL PRESSURE"


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Langkah
Sapa bumil dan perkenalkan diri
Cek data ibu hamil
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Ukur tekanan darah sesuai persyaratan dalam keadaan
TERLENTANG
Catat nilai sistolik dan diastolik
Hitung nilai MAP dengan memakai rumus
sistolik + 2 diastolik/ 3. Positif bila > 90 mm Hg
Catat di buku KIA atau DMK
Bila positif rujuk ke RSUD dr Soetomo

17

Penilaian

3. PROSEDUR TETAP MELAKUKAN "ROLL OVER TEST"

No
1.
2.
3.
4.

Langkah
Sapa bumil dan perkenalkan diri
Cek data ibu hamil
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Ukur tekanan darah sesuai persyaratan dalam keadaan miring ke
ke kiri
5.
Catat nilai sistolik dan diastolik
6.
Minta ibu untuk kembali ke posisi berbaring terlentang - tunggu
sekitar 2 menit
7.
Ukur tekanan darah lagi
8.
Interpretasi hasil ROT - bila ada perbedaan diastolik lebih dari 20
mm Hg
9.
Catat di buku KIA atau DMK
10. Bila positif rujuk ke RSUD dr Soetomo

18

Penilaian

4. PROSEDUR TETAP MENGUKUR VELOSIMETRI DOPPLER A UTERINA


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.
9.

Langkah
Sapa bumil dan perkenalkan diri
Cek data ibu hamil
Jelaskan tujuan pemeriksaan
Ukur biometri janin
Evaluasi biofisik janin
Cari a uterina dengan DV(DV) yaitu daerah inguinal dimana
didapatkan gambaran menyilangnya a uterina dari a iliaka
komunis dan gambaran khas DVAU
Analisis hasil dengan membagi menjadi 4, yaitu
1. normal,
2. tahanan /RI yang meningkat >0,57,
3. Terdapat notch tetapi tahanan < 0,57,
4. Notch dengan tahanan >0,57) yaitu normal, terdapat "notch"
dan terdapat "reversal"
Catat di buku KIA atau DMK
Bila positif (kelas 2, 3 atau 4) rujuk ke RSUD dr Soetomo

19

Penilaian

5. PROSEDUR TETAP SULFAS MAGNESIKUS PERTAMA


No
1.
2.

Langkah
Sapa bumil dan perkenalkan diri
Cek data ibu hamil

Penilaian

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Infus RL / RD5%
Jelaskan tujuan pemberian SM
Cek adanya glukonas kalsikus sebagai antidotum
Siapkan SM 20% dengan mengencerkan SM 40%
Memasukkan 4gr 20% secara perlahan-lahan intravenus
Menyiapkan SM 10gr 40% dalam spoit 20cc
Memberikan SM 5gr bokong kanan dan kiri
Alternatif lain berikan secara drip 1gr per jam selama 6 jam
Catat dalam rekam medik
Rujuk pasien atau lapor SpOG

20

6. PROSEDUR TETAP PEMASANGAN KONDOM KATETER METODA SAYEBA


TUGAS / LANGKAH
PERSIAPAN
1. Persiapan alat yang diperlukan dengan cepat, ikat
kondom pada kateter, infusion set dipasangkan pada
Normal saline (PZ)
2. Berikan KIE pada bu-lin dan keluarga
3. Siapkan pada posisi litotomi ditepi tempat tidur
4. Persiapan diri sendiri
KETRAMPILAN/AKTIVITAS DILAKUKAN SECARA
MEMUASKAN
PEMASANGAN KONDOM KATETER METODA SAYEBA
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan steril
2. Pasang spekulum
3. Pegang bibir serviks depan dengan ring tang
4. Spekulum dipegang asisten
5. Masukkan kondom kateter ke cavum uteri sampai
menyentuh permukaan endometrium atas (fundus)
6. rangkai pangkal kateter dengan ujung infusion set
7. Isikan cairan PZ melalui infusion set kateter ke dalam
kondom sebanyak 250 350 cc
8. Lihat kondom yang mulai tampak menonjol di ostium uteri
eksternum
9. Evaluasi adakah perdarahan masih keluar dari samping
kondom.
10.Lepas infusion set dan kateter diikat agar cairan PZ di
kondom tidak keluar
11. Pasang tampon kassa di vagina untuk menahan agar
kondom tidak keluar dari cavum uteri
12. Pasang kateter menetap selama kondom terpasang
13. Beri uterotonika dan kontraksi uterus dipertahankan
minimal sampai 12 jam
14. Beri antibiotika tripel Amoksisilin, Gentamisin dan
Metronidazol***
15. Tampon kondom dilepas 24-48 jam kemudian***

KASUS

*** dikerjakan di RS
CATATAN :
1. Efektivitas tindakan ini tinggi pada PPP yang disebabkan atonia uteri
2. Tindakan ini disebut gagal bila setelah pemasangan kondom masih tampak
perdarahan keluar dari cavum uteri (pada langkah 9). Bila gagal kondom tidak
perlu dikeluarkan, tetapi diikat dan dipasang tampon vagina dan dirujuk segera
untuk penanganan selanjutnya. Dengan kondom tetap menekan cavun uteri
walau tidak menghentikan perdarahan akan tetapi tetap mengurangi jumlah
perdarahan
3. Selama melakukan tindakan ini resusitasi cairan tetap dilakukan
21

KEUNTUNGAN PENGGUNAAN KONDOM DIBANDINGKAN KASSA


1. Kelenturan kondom lebih lentur sehingga tidak mengganggu kontraksi uterus,
2. Tidak berpori kassa menyerap darah sehingga bila terjadi kegagalan tidak cepat
diketahui dan menambah jumlah darah yang keluar, INGAT DIKTUM PPP
PROGNOSIS TERGANTUNG KECEPATAN TINDAKAN DAN MENGENAL
KEGAGALAN
3. Kemudahan pemasangan dan alat-alat pemasangan lebih mudah dan
permukaan kondom dapat menyesuaikan dengan permukaan cavum uteri serta
kurang traumatis baik pemasangan ataupun pelepasannya
4. Risiko infeksi lebih kecil
5. Tekanan uterus dapat dihindari tekanan yang terlalu padat atau longgar
6. Walaupun diperlukan tindakan operatif, pemasangan kondom dapat dikerjakan
lebih dulu untuk mengurangi jumlah perdarahan sambil menunggu persiapan
operasi
7. Lebih sederhana, lebih mudah, lebih murah, lebih efektif, efek samping lebih kecil,
bisa dikerjakan dimana saja

22

7. TEKNIK JAHITAN KOMPRESI UTERUS METODE B-LYNCH

Prinsip metode B-Lynch adalah melakukan kompresi uterus secara vertikal dan juga
horizontal dengan melakukan penjahitan pada uterus. Tehnik ini dilakukan dengan cara:
a. Bila bersamaan dengan SC
- Penderita berbaring dalam posisi semi-litotomi, seorang asisten berdiri diantara
kaki pasien dan melakukan swab di daerah vagina untuk menilai perdarahan.
Uterus dikeluarkan dari abdomen kemudian dilakukan kompresi dengan
tangan operator pada bagian posterior sampai dengan cerviks, bagian anterior
sampai dengan perbatasan Vesica urinaria. Jika kompresi ini berhasil
meghentikan perdarahan maka aplikasi B-Lynch kemungkinan akan berhasil
mengatasi PPH.
- Dengan jarum semisirkuler (3/8 kurve) no. 8 atau french eye tusukkan benang
chromic no.2 pada 3 cm dari bawah sayatan SBR, 4 cm dari lateral kiri hingga
menembus dinding dalam SBR.
- Tusukkan kembali jarum tersebut melalui dinding dalam SBR pada 3 cm di atas
sayatan dan 4 cm dari tepi lateral SBR hingga menembus dinding SBR depan
kiri.
- Lingkarkan benang tersebut ke corpus anterior, fundus, hingga ke korpus
belakang dan tusukan kembali di SBR belakang kiri, 4 cm dari tepi lateral
setinggi tusukan awal pada SBR depan, hingga menembus dinding dalam
(perhatikan jalannya tusukan jarum melalui luka sayatan SBR depan).
- Setelah mencapai dinding dalam, arahkan jarum ke sisi kanan dengan arah
transversal (sejajar depan arah sayatan SBR depan) hingga 4 cm dari tepi lateral
kanan dan tusukkan jarum pada dinding dalam hingga tembus ke dinding
belakang.
- Tarik jarum dan benang kromik ke luar, kemudian lingkarkan benang tersebut
pada korpus belakang, fundus dan korpus depan kanan.
- Tusukkan jarum pada dinding SBR depan, 4 cm dari tepi lateral kanan, 3 cm
diatas sayatan pada SBR depan (sama tinggi dengan tempat tusukan di atas
sayatan SBR depan kiri), hingga menembus dinding dalam.
- Arahkan tusukan jarum ke dinding dalam SBR depan 3 cm dibawah dari luka
sayatan SBR, 4 cm dari tepi lateral kanan, hingga tembus ke depan (luar).
- Minta bantuan asisten untuk menekan uterus (dari fundus ke SBR) agar
operator dapat menarik benang dengan aman dan efektif (tidak terjadi
robekan dan benang dapat mengecilkan uterus semaksimal mungkin.
- Lakukan pengikatan benang dan simpul kunci pada SBR depan.
- Perhatikan perdarahan yang keluar pervaginam dan perdarahan dari bagian
lain, bila perdarahan dapat diatasi (terkontrol), selesaikan penjahitan SBR
depan.
b. Bila dinding uterus utuh
- Langkah dilakukan sama dengan sebelumnya hanya saja insisi SBR diganti
dengan garis transversal imajiner yang berjalan pada pertengahan SBR depan.
(Lynch,2006)

23

7.a. DAFTAR TILIK IKATAN UTERUS METODE B-LYNCH


No
1
2
2
3

7
8

10
11

12
13
14
15
16

Tindakan
Keterangan
Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen (exteriorisasi)
Explorasi cavum uteri, bila ada sisa jaringan plasenta atau bekuan
darah, dikeluarkan
Asisten I melakukan elevasi uterus keatas dengan mencengkam
corpus uteri bagian cranial sehingga dinding SBR menjadi lebih tipis
Dengan jarum semisirkuler ( 3/8 curve) no 8, atraumatik atau french
eye, tusukkan benang monocril no 1 atau benang kromik no 2 pada
3 cm dari bawah sayatan SBR, 3 cm dari tepi lateral kiri hingga
menembus dinding dalam SBR.
Secara avue tusukkan jarum dari sisi dalam cavum uteri 3 cm diatas
sayatan SBR 4 cm dari tepi lateral uterus sehingga jaruk keluar pada
dinding depan uterus
Jarum ditarik melingkari sisi atas fundus uteri, dibawa ke sisi
belakang uterus, ditusukkan dari sisi luar belakang uterus ke cavum
uteri setinggi sayatan SBR.
Secara avue, jarum ditarik ke luar cavum uteri dan ditusukkan kembali
ke ke sisi kontralateral cavum uteri sejajar dengan tusukan
sebelumnya hingga menembus dinding belakan uterus.
Jarum ditarik ke atas, dibawa ke sisi depan uterus dengan melewati
fundus uteri sejajar dengan yang pertama.
Jarum ditusukkan pada tepi depan kontralateral dan sejajar jahitan
pertama, masuk ke cavum uteri pada 3 cm diatas sayatan SBR 4 cm
dari tepi lateral uterus
Selanjutnya secara avue dilakukan penusukan dari sisi dalam cavum
uteri keluar ke dinding depan uterus sejarar tusukan pertama, yaitu 3
cm dibawah SBR dan 3 cm dari tepi lateral uterus.
Asisten I melakukan penekukan uterus ke anterior inferior sehingga
uterus menjadi antefleksi dan anteversi
Operator menarik dan mengikat kedua ujung benang pada sisi depan
uterus dibawah sayatan SBR sedemikian rupa sehingga tarikan
benang cukup untuk menggantikan penekanan tangan asisten I
Dilakukan penjahitan pada sayatan SBR
Asisten II melakukan evaluasi pada vagina, apakah perdarahan telah
berhenti
Bila perdarahan berhenti, dilakukan penutupan cavum abdomen
secara lapis demi lapis
Perbaikan keadaan umum, resusitasi dilanjutkan.
Kalau perlu diberikan transfusi darah, trombosit atau plasma darah
Diberikan antibiotika, uterotonika

24

Gambar 5. Jahitan Kompresi uterus Metode B-Lynch

Yang perlu diperhatikan pada aplikasi metode B-lynch


1. Gunakan benang dan jarum yang biasa dipakai, seperti monocryl N0. 1 panjang 90
cm jarum semisirkuler tumpul. Benang yang dapat diaborbsi lain dapat digunakan
sesuai dengan saran operator. Benang yang panjang dan jarum sangat penting.
2. Dibutuhkan ketrampilan bedah dasar yang kompeten.
3. Kavum uteri dieksplorasi dan jika ada sisa jaringan plasenta dibersihkan.
4. Ikatan dibuat sedemikian rupa hingga tidak mengakibatkan trauma pada uterus.
5. Dapat mengeluarkan sisa darah dan debris.
6. Kompresi uterus transversal pada SBR sangat efektif untuk control perdarahan
pada letak plasenta yang abnormal.
7. Sangat simple, efektif dan menghemat biaya.
8. Dapat mempertahankan fertilitas.
9. Menghindarkan kematian
10. Keberhasilan dilaporkan dari seluruh dunia (>13.000 kasus).
11. Sangat potensial dipakai sebagai pencegahan pada seksio sesarea dengan faktor
predisposisi terjadinya PPH seperti placenta akreta, plasenta previa atau operasi
pada penderita dengan kepercayaan yang tidak mengijinkan tranfusi darah.

25

TEKNIK JAHITAN KOMPRESI UTERUS METODE SURABAYA

Prinsip jahitan uterus metode Surabaya adalah melakukan jahitan kompresi uterus secara
vertikal tanpa jahitan horizontal. Tehnik ini dilakukan dengan cara:
Bila bersamaan dengan SC, dilakukan penjahitan incisi SBR terlebih dulu, bila
setelah persalinan pervaginam dilakukan incisi pada dinding abdomen diperdalam
sampai cavum abdomen. Teknik Metode Surabaya adalah sebagai berikut :
- Penderita berbaring telentang.
- Uterus dikeluarkan dari abdomen kemudian diangkan ke antero-kranial agar
dinding SBR menipis.
- Dilakukan penjahitan dari arah anterior 3 cm dari lateral SBR secara sejajar
menembus dinding belakang uterus dengan jarum yang agak lurus atau
semisirkuler (3/8 kurve) no. 8 atau french eye dengan menggunakan benang
Chromic no 2. Kemudian jarum dilepaskan dari benang.
- Dilakukan penjahitan pada sisi kontra-lateral dengan cara yang sama dengan
benang terpisah.
- Demikian juga dilakukan penjahitan diantara keduanya (bagian tengahnya).
- Ketiga benang yang telah terjahitkan pada SBR disiapkan untuk pengikatan
kompresi uterus.
- Asisten melakukan kompresi atau penekanan fundus uteri kearah inferior
sehingga memudahkan operator dalam melakukan pengikatan
benang
kemudian disimpul mati pada fundus uteri 4 cm sebelah medial cornu uteri
- Demikian berturut-turut pada sisi kontra-lateral dan tengah, sehingga ketiga
benang yang telah dijahitkan dapat mengikat uterus kearah inferior seolaholah menggantikan kompresi yang telah dilakukan asisten.
- Untuk menilai efektivitas pengikatan kompresi uterus, sebelum dinding
abdomen ditutup dilakukan pemeriksaan perdarahan pervaginam dengan cara
ibu diposisikan litotomi dan asisten yang lain memeriksa vagina apakah masih
terdapat perdarahan. Bila tidak didapatkan perdarahan yang mengalir, berarti
teknik penjahitan berhasil dan dinding abdomen ditutup, bila masih
perdarahan banyak berarti teknik penjahitan tidak berhasil, maka perlu
dilakukan tindakan operasi yang selajutnya, ligasi a.Hypogastrica atau
histerektomi.

26

Gambar 6. Teknink penjahitan metode Surabaya ( modifikasi B-Lynch)

27

7.b. PROSEDUR TETAP PENJAHITAN UTERUS METODE SURABAYA

No TINDAKAN
1
Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen (exteriorisasi)
2
Asisten melakukan elevasi keatas uterus sehingga
dinding SBR menjadi lebih tipis
3
Dilakukan penjahitan dari dinding depan SBR 3cm
dibawah incisi SBR dan 3cm medial dari tepi lateral SBR
atau pada bidang yang sejajar dengannya pada PPH
pervaginam, ditembuskan sampai dinding posterior SBR.
4
Dilakukan penjahitan dengan cara yang sama pada sisi
kontralateral dan selanjutnya pada antara jahitan ke 1
dan 2 masing-masing dengan benang tersendiri (3
benang)
5
Asisten melakukan penekukan uterus ke anterior inferior
sehingga uterus menjadi antefleksi dan anteversi.
6
Operator mengikat benang yang melingkar uterus pada
fundus uteri, mulai dari bagian tengah, sisi lateral dan
terakhir pada sisi kontralateral.
7
Asisten II melakukan evaluasi pada vagina, apakah
perdarahan telah berhenti
8
Bila perdarahan berhenti, dilakukan penutupan cavum
abdomen secara lapis demi lapis
9
Perbaikan keadaan umum, resusitasi dilanjutkan.
Kalau perlu diberikan transfusi darah, trombosit atau
plasma darah
10 Diberikan antibiotika, uterotonika

28

KETERANGAN

SKRINING PERSALINAN RISIKO TINGGI


Kunjungan
Butir
Terlalu muda (< 17 tahun)
Terlalu tua (> 35 tahun)
Terlalu lama(> 2tahun)
Terlalu banyak (> 5 anak)
Terlalu dekat(< 2 tahun)
Terlalu pendek (< 152 cm)
Terlalu gemuk (obese dan overweight atau BMI > 26)
Terlalu kurus (BB <40 kg atau BMI < 18)
Pernah abortus
Pernah abortus berulang (> 2x)
Pernah persalinan dengan tindakan pervaginam
(Vakum, forsep, embriotomi, simfisotomi))
Pernah dilakukan persalinan sesar
Kehamilan ini gagal KB
Ada turunan DM, Hipertensi dll
Ada penyakit lain
Ada kelainan ginekologis
Menikah dengan orang non Asia
Suami menderita penyakit hepatitis, AIDS, pecandu
narkoba
Usia kehamilan tidak pasti
Kehamilan yang tidak direncanakan/ diinginkan
Pernah ada upaya menggugurkan
Ultrasonografi trimester 1- ada kelainan
Laboratorium trimester 1 ada kelainan
Laboratorium trimester 2 3 ada kelainan
Ultrasonografi trimester 2 -3 ada kelainan
Kelainan letak (lintang, oblik)
Kelainan presentasi (bokong)
Bayi lebih besar dari usia kehamilan
Tes DKP positif (kartu Soedarto, Osborn)
Bayi lebih kecil dari usia kehamilan
Gerak janin berkurang
Berat badan tidak naik
Berat badan naik berlebihan
Hidramnion
Evaluasi UPD sempit, tidak normal
Versi luar gagal
Kehamilan lewat waktu
Ada kenaikan tekanan darah
Ada keluhan sesak hebat
Ada kejang-kejang
Ada perdarahan
Ada kontraksi
Keluar air
Rencana persalinan sesar APS
Tidak mendapat stimulasi yang adekuat
Tidak mendapat nutrisi yang seimbang

29

K1

K2

K3

K4

K5

K6

LEMBAR OBSERVASI KALA IV ( 2 jam post partum)

Kesadaran Tek.darah

Nadi

15 menit

30 menit

45 menit

60 menit

(75 menit)

90 menit

(105 menit)

120 menit

30

Fund.uteri

Fluksus

Lain2

Anda mungkin juga menyukai