KWN Pengembangan Pribadi Berkeadaban
KWN Pengembangan Pribadi Berkeadaban
KWN Pengembangan Pribadi Berkeadaban
Tri Pitara
Jumat, 18 Mei 2012
Editor: Varo 11
A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami karakteristik masyarakat global dan dampak globalisasi
2. Memahami bagaimana strategi menghadapi tantangan globalisasi
3. Memahami apa dan bagaimana perkembangan kepribadian
4. Menyadari pentingnya kecerdasan emosi,disamping kecerdasan intelektual dan
kecerdasan sosial
5. Memahami cara-cara melatih kecerdasan emosi.
B. Pengantar Sartono Kartidirjo
Sartono Kartidirjo memberikan DUA pernyataan mengenai pribadi yang berkeadaban
dalam hubungannya dengan proses industrualisasi.
Proses industrialisasi dengan penerapan
teknologi
modern
memaksa
Globalisasi yang telah berlangsung hampir satu dasawarsa ini memberikan dampak
yang luas, baik positif maupun negatif, kepada berbagai lapisan umur masyarakat, terutama
generasi muda. Globalisasi terlihat nyata dalam memberikan dampaknya bagi generasi
muda seperti tiga poin berikut:
1. Sains dan Teknologi. Sains dan teknologi menjadi tulang punggung kemajuan
sehingga rahasia alam semakin terbuka.
2. Limbah peradaban. Terjadi pergeseran tata nilai sehingga mudah terperangkap
materialisme.
3. Dua tokoh sosial, yaitu Eisenberg dan Strayer berpendapat bahwa Salah satu
permasalahan serius dunia modern antara lain: kurangnya komunikasi dan
pemahaman antar individu & antar kelompok, rendahnya kepedulian sosial, serta
sering terjadinya perilaku yang tidak manusiawi,
E. Strategi Menghadapi Tantangan Globalisasi
Globalisasi adalah sesuatu yang tak terhentikan, namun tidak perlu kita takuti, apalagi
hindari. Justru kita harus memanfaatkan globalisasi sebagai momentum kebangkitan
bangsa dengan menggunakan strategi yang tepat untuk mengahadapi globalisasi tersebut.
Menurut Nils A. Shapiro (editor Gallery Magazine), inilah 6 kiat sukses yang harus kita
terapkan dalam menghadapi tantangan globalisasi:
1. Perencanaan yang cermat (Careful Planning)
2. Latihan dan pengalaman (Training & Experience)
3. Bersedia belajar dari orang lain (Willingness to learn from others)
Dalam poin ini, menurut Ki Hajar Dewantoro: Orang mau maju perlu melakukan 3N:
Niteni
(Memperhatikan/Mengingat),
(Menambahkan)
4. Tabah menghadapi
kekecewaan
dan
Niroake
(Menirukan),
kemunduran
(Courage
dan
Nambahi
to
overcome
Kecerdasan emosi atau EQ harus dilatih sejak dini, terutama dimulai dari lingkungan
keluarga, yaitu orang tua. Orang tua merupakan pihak pertama yang berinteraksi langsung
dengan anak, sehingga gaya atau tipe orang tua dalam mengasuh anak sangat berpengaruh
terhadap tingkat EQ yang dimiliki anak. Berikut ini adalah 4 gaya / tipe orang tua dalam
mengasuh emosi anak:
1. Orang tua yang mengabaikan, yaitu orang tua yang tidak peduli, menyepelekan
emosi-emosi negatif anak dan tidak perhatian terhadap ekspresi emosi anak.
2. Orang tua yang tidak menyetujui, yaitu selalu menghukum/memarahi anak yang
mengungkapkan emosinya.
3. Orang tua laisse-Faire, yaitu orang tua yang menerima/bersimpati pada emosi
anak.
4. Orang tua pelatih emosi, yaitu orang tua yang berempati dan memberi panduan
terhadap perkembangan emosi anak.
Orang tua tipe 1 sampai 3 gagal mengembangkan emosi anak, sedangkan tipe 4
berhasil dengan baik mengembangkan emosi anak.
K. Ciri Orang Tua Pelatih Emosi
1. Mendengarkan dan berempati dengan kata-kata yang menyejukkan.
2. Menolong memberi nama terhadap emosi yang sedang dirasakan anak, baik itu sedih,
jengkel/marah, bosan, dll.
3. Menawarkan petunjuk/bimbingan pengaturan emosi.
4. Menentukan batas-batas dan mengajarkan ungkapan-ungkapan emosi yang dapat
diterima.
5. Mengajarkan ketrampilan - ketrampilan pemecahan masalah.