Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan
Pembaru Dan Kekuatan Lokal Untuk Pembangunan
Pembaru dan
Kekuatan Lokal
untuk Pembangunan
Christopher Dureau
Buku ini adalah studi yang ditugaskan kepada penulis oleh Australian Community Development and Civil
Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, yang didukung oleh AusAID funded. Meskipun
konsisten dengan pendekatan yang digunakan oleh ACCESS Tahap II, isi buku ini merupakan pandangan
penulis dan tidak berimplikasi atau mewakili kebijakan atau pandangan baik pengelola program ACCESS
Tahap II maupun Pemerintah Australia dan pengelola program AusAID. Penulis bertanggung jawab
penuh atas karya ini sebagaimana tertulis.
Christopher Dureau
Penyunting Versi Bahasa Indonesia:
Dani W. Munggoro
Penerjemah Utama:
Budhita Kismadi
Tim Penerjemah Pendukung:
Silvia Fanggidae
Dwi Rahardiani
Retha Dungga
Christov Manuhutu
Illustrasi:
Deni Ganjar Nugraha, Dwi Bondan
Tata Letak:
Galih Gerryaldy
Diterbitkan oleh:
Kecuali dinyatakan berbeda, seluruh isi buku ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons AttributionNonCommercial- ShareAlike (CC BY-NC-SA). Pembaca boleh mencampur, mengubah, menggunakannya dalam
karyanya, selama mencantumkan buku ini sebagai sumbernya, dan menaruh lisensi seperti ini dalam hasil karya yang
baru.
Daftar isi
Kata Pengantar ................................................................................................. vii
1. Pendahuluan ...................................................................................................1
2. Elemen-elemen Kunci Pendekatan Berbasis Aset ............................................. 07
Ikhtisar ........................................................................................................................................................................................08
Perspektif Berbeda tentang Pembangunan .................................................................................... 08
Perbandingan antara Pendekatan Berbasis Kebutuhan dan Berbasis Aset ......................................................09
Keterbatasan Pendekatan Berbasis Kebutuhan yang Tradisional ........................................................................12
Tiga Elemen Kunci .............................................................................................................................. 16
Energi Masa Lampau: ............................................................................................................................................................16
Daya Tarik Masa Depan: .......................................................................................................................................................16
Persuasi Masa Kini: .................................................................................................................................................................17
Mengapa Menekankan Pesan Negatif ............................................................................................. 18
Bagaimana Menghadapi Ketidakadilan dan Masalah Sosial? ....................................................... 22
Berpikir dengan Memori dan Imajinasi ........................................................................................... 24
Inklusif Gender dan Sosial ................................................................................................................ 25
Peran Fasilitasi Organisasi dan Pemerintah .................................................................................... 27
Beberapa Poin Rangkuman Bab ini..................................................................................................................................30
ii
Ikhtisar ........................................................................................................................................................................................34
Pendekatan Partisipatif..................................................................................................................... 35
Psikologi Positif.................................................................................................................................. 38
Pengembangan Organisasi ............................................................................................................... 38
Pemetaan Aset ................................................................................................................................... 39
Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan........................................................................................ 41
Pengecualian Positif .......................................................................................................................... 44
Modal Sosial ....................................................................................................................................... 45
Dinamika Kekuasaan dan Suara Warga............................................................................................ 48
Percakapan dan Narasi (Tutur Cerita) .............................................................................................. 54
Pertumbuhan Organik dan Dikendalikan secara Lokal .................................................................. 55
Beberapa Poin Rangkuman Bab ini..................................................................................................................................57
iii
iv
Kata Pengantar
Kata
Pengantar
Vii
VII
Secara berkala selama setengah abad terakhir, terjadi perubahan radikal dalam cara orang
berpikir tentang pelaksanaan pembangunan. Buku Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk
Pembangunan menggambarkan salah satu perubahan tersebut, yakni dari melihat realitas
sebagai masalah yang harus dipecahkan menjadi sesuatu yang penuh dengan kemungkinan
dan potensi. Memanfaatkan potensi berpeluang memberi daya ungkit pada perubahan sosial
dan organisasi sehingga hasilnya jauh melampaui yang sudah dicapai saat ini. Buku ini
menyatakan bahwa sesungguhnya saat perubahan cara berpikir ini diterapkan untuk
memperbaiki kerja sama warga dan pemerintah, terbukti bahwa efektivitas dan dampak jangka
panjang program pembangunan meningkat tajam.
ViIi
iI
Kata Pengantar
Ii
X
Pembuatan buku ini ditugaskan oleh Australian Community Development and Civil Society
Strengthening Scheme (ACCESS).
ACCESS adalah program kerja sama Pemerintah
Australia dan Pemerintah Republik Indonesia yang bertujuan mempromosikan cara-cara
inovatif memperbaiki kerja sama antara instansi-instansi pemerintah dan organisasiorganisasi warga. ACCESS memilih pendekatan berbasis aset sebagai prinsip dasar
pelaksanaan pembangunan. Penulis buku, Christopher Dureau, telah menjadi penasihat
strategik ACCESS selama 10 tahun
terakhir. Dia sangat berpengalaman dalam pembangunan internasional dan selama puluhan
tahun terlibat dalam pengembangan masyarakat di Indonesia. Dapat dipastikan bahwa buku
ini
benar-benar ditulis berdasarkan banyak pengalaman dan refleksi mendalam yang kokoh.
Melalui publikasi buku ini dan alat-alat pembelajaran yang melengkapinya, ACCESS
berharap semua mitra program baik di tingkat strategik dan pelaksana, nasional, distrik dan
komunitas dapat benar-benar memahami apa yang menjadi konsep dan nilai-nilai dasar
pendekatan ini, dan bagaimana aplikasinya pada tiap tahap siklus program. Bagaimana
pendekatan ini bisa benar-benar meresap dalam cara-cara yang digunakan untuk
mendukung komunitas yang sedang berupaya meningkatkan standar kehidupan mereka, baik
melalui pendidikan, kesehatan, perbaikan infrastruktur, kesetaraan gender dan sosial, dan
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan atau pembangunan ekonomi?
Tercapai tidaknya tujuan tersebut tidak saja tergantung pada berapa banyak orang
memahami pendekatan ini sebagai alternatif, tetapi pada bagaimana orang sungguh-
sungguh mengerti
manfaatnya saat diaplikasikan. Kekayaan pengalaman dan nilainya bagi pembangunan akan
diperoleh dari kesuksesan penggunaannya dalam praktik. Hanya lewat mencoba dan
melakukan refleksi kita bisa belajar apakah pendekatan ini dapat digunakan secara lebih luas
dalam program- program seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan
apakah dapat juga memengaruhi program-program pembangunan nasional yang berbasis
masyarakat lainnya di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Buku ini dimaksudkan sebagai panduan praktisi tentang cara memfasilitasi pendekatan
berbasis aset. Selain bagian-bagian yang membantu pembaca semakin memahami konsepkonsep dasar, ada bagian-bagian praktis tentang aplikasinya. Proses enam tahap yang
dijelaskan pada bagian akhir buku dan modul-modul pelatihan satu dan dua hari serta
referensi bisa digunakan
para fasilitator dan agen perubahan untuk merancang program-program baru atau memantau
pelaksanaan
program
yang
sedang
berjalan.
ditampilkan
memberi
harapan kepada
pembaca
bahwa
investasi
waktuStudi-studi
dan upaya kasus
untuk yang
mencoba
pendekatan
sepadan dengan hasilnya.
ACCESS Tahap II sudah menggunakan pendekatan ini selama beberapa tahun terakhir.
Sekarang tiba saatnya, lewat buku ini, untuk berbagi tentang pendekatan dan metodologi
yang mungkin sudah pernah didengar orang tetapi belum pernah berkesempatan
memperoleh pemahaman dan gambaran lebih lengkap tentang pendekatan berbasis aset untuk
pembangunan.
Agustus 2013
Paul Boon
Direktur Program
ACCESS Tahap II
Xi
XII
PendaHuLuan
1
PenDaHULUan
BAB
01
01
Manual ini memuat ikhtisar tentang teori dan praktik pendekatan berbasis aset dalam
pelaksanaan pembangunan. Istilah pendekatan
berbasis aset digunakan untuk
menjelaskan sebuah pendekatan positif dalam pelaksanaan pembangunan dan perubahan
organisasi. Di dalam manual ini, pendekatan berbasis aset berkenaan dengan sekumpulan
pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan yang memiliki prinsip-prinsip, teori
perubahan dan tahapan metodologi yang sangat mirip satu sama lain. Pendekatanpendekatan ini terkadang disebut sebagai pendekatan berbasis kekuatan. Kata-kata seperti
apresiatif dan positif juga sering digunakan dalam menjelaskan cara pandang baru
pelaksanaan pembangunan dan perubahan organisasi ini. Di samping itu, orang-orang yang
menggunakan pendekatan ini juga mendapat inspirasi dari alam sekitar serta menyebutnya
sebagai sesuatu yang organik atau endogen, yang artinya lahir dari dalam dan bertumpu pada
apa yang sudah ada.
02
Pendekatan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan
kreatif dalam melihat realitas, seperti: melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi
apa yang bekerja dengan baik di masa lampau; dan menggunakan apa yang kita miliki
untuk mendapatkan apa yang kita inginkan.
Pendekatan-pendekatan ini meskipun sangat mirip dan pada dasarnya berbeda dari caracara konvensional, bervariasi satu sama lain karena lahir dari beberapa bidang ilmu sosial
dan perubahan perilaku yang berbeda namun saling terkait, baik dari ilmu psikologi,
pengembangan organisasi, pengembangan masyarakat, maupun
pembangunan
internasional. Pendekatan- pendekatan ini diterapkan dalam konteks beragam, seperti
psikologi personal dan klinis, pengembangan kapasitas organisasi, pelayanan publik oleh
pemerintah dan masyarakat sipil, atau perusahaan swasta. Kesemuanya mewakili cara
berpikir dan bertindak yang dapat diterapkan dalam perencanaan strategis, maupun desain
program, implementasi dan evaluasi.
PendaHuLuan
03
Bagian kedua terdiri dari Bab 7, yang menjelaskan proses enam tahap praktis, dan Bab
8 memberikan contoh-contoh lokakarya serta sumber-sumber informasi lebih lanjut.
Pada setiap tahap dalam Bab 7, terdapat ikhtisar aspek-aspek terpenting setiap tahapan,
termasuk tujuannya, bagaimana aplikasinya, siapa yang selayaknya berpartisipasi, peran
fasilitator, serta alat-alat bantu yang mungkin bermanfaat dalam melaksanakan tahap tersebut.
04
Buku ini bertumpu pada pengalaman menggunakan pendekatan berbasis aset dalam
banyak kegiatan pembangunan yang dipimpin oleh komunitas di Indonesia dan tempattempat lain di Asia, Afrika dan Pasifik. Secara lebih khusus, banyak pengetahuan dan
contoh alam manual ini diambil dari sebuah program kerja sama antara Pemerintah
Indonesia yang diwakili oleh
Kementerian Dalam Negeri cq Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, dan
Pemerintah Australia yang diwakili Australian Agency for International Development
(AusAID).
Program ini, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS),
telah bekerja di berbagai kabupaten di kawasan Indonesia Timur sejak tahun 2002. Saat
ini, ACCESS Tahap II bekerja dengan pemerintah dan organisasi masyarakat sipil di 20
kabupaten, meliputi lebih dari 1.000 komunitas desa. Pernyataan maksud ACCESS Tahap II
adalah:
Warga dan organisasinya berdaya untuk berinteraksi aktif dengan pemerintahan lokal sehingga
berdampak pada hasil pembangunan di berbagai bidang di 20 Kabupaten di Kawasan Timur Indonesia.
Program Australian Civil Society and Community Development Scheme (ACCESS Tahap
II):
l
Values driven atau bertumpu pada
nilai
PendaHuLuan
05
06
BAB
07
eLemen-eLemen KUnCi
PenDeKatan BerBasis
aset
07
ikhtisar
Bab ini menjelaskan elemen-elemen kunci dari pendekatan utama dalam pembangunan dan
perubahan organisasi yang kita sebut sebagai pendekatan-pendekatan berbasis aset. Hal-hal
yang turut dipertimbangkan di sini adalah:
l
l
l
l
l
08
Perspektif
Pembangunan
Berbeda
tentang
Pendekatan berbasis aset adalah perpaduan antara metode bertindak dan cara berpikir
tentang pembangunan. Pendekatan ini merupakan pergeseran yang penting sekaligus
radikal dari pandangan yang berlaku saat ini tentang pembangunan serta menyentuh setiap
aspek dalam cara kita terlibat dalam pelaksanaan pembangunan. Daripada melihat negaranegara berkembang sebagai masalah yang perlu diatasi kemudian memulai proses interaksi
dengan analisis pohon masalah, pendekatan berbasis aset fokus pada sejarah keberhasilan yang
telah dicapai; menemu kenali para pembaru atau orang-orang yang telah sukses dan
menghargai potensi melakukan mobilisasi serta mengaitkan kekuatan dan aset yang ada.
Menurut pemikiran di balik pendekatan- pendekatan berbasis aset, dengan fokus pada yang
tidak bekerja atau melihat kebutuhan dan masalah ketimbang melihat apa yang sudah
bekerja dengan baik, seorang agen perubahan menghalangi orang lain menemukan bahwa
mereka sudah memiliki banyak kompetensi yang dibutuhkan untuk mengelola proses
perubahan mereka sendiri.
09
berbasis kebutuhan. Dalam publikasi temuan risetnya, mereka menggambarkan dua cara
yang sangat berbeda dalam mengurus kemiskinan. Cara pertama fokus pada kebutuhan
komunitas, kekurangan dan masalah. Inilah
cara yang konvensional. Cara ini menciptakan gambaran negatif atau peta masalah
komunitas. Gambaran atau realitas negatif ini sebenarnya hanya menunjukkan setengah
bagian dari kondisi hidup aktual komunitas. Sayangnya, dalam upaya menjustifikasi masa
depan yang lebih baik, sering kali kondisi ini dianggap sebagai kebenaran yang utuh. Padahal
ada juga kebenaran yang lain. Yakni ketika komunitas merasa bahagia dan bangga akan diri
mereka dan komunitasnya. Kebenaran mana yang mau kita pilih, apakah anda memilih
melihat gelas setengah penuh atau setengah kosong?
10
Pendekatan pembangunan berbasis kebutuhan adalah produk dari niat baik perguruan
tinggi, lembaga dana dan pemerintah. Dengan menggunakan survei kebutuhan untuk
menemukenali kekurangan dalam masyarakat, mereka mengembangkan solusi untuk
mengisi kebutuhan tersebut. Tetapi pendekatan ini hanya menyajikan sisi negatif komunitas,
yang biasanya menunjukkan adanya kebutuhan, bukan berkontribusi pada peningkatan
kapasitas komunitas.
David Cooperrider2 yang melakukan studi tentang bagaimana organisasi berkembang,
berpendapat bahwa pendekatan pemecahan masalah sangat tidak efektif untuk membawa
perubahan dibandingkan pendekatan yang lebih dahulu memerhatikan apa yang bisa
menghidupkan suatu organisasi. Dia menemukan bahwa ketika orang melihat kembali
sejarah mereka dan menemukan sumber inspirasi dan kelentingan mereka, lalu
menggunakan pengetahuan tersebut sebagai basis untuk bergerak maju, maka mereka
menjadi lebih mampu dan berkomitmen untuk mencapai perubahan yang mereka inginkan.
Dia menyebut pendekatan ini sebagai Appreciative Inquiry dan menyimpulkan bahwa cara
terbaik untuk menghasilkan pengembangan organisasi adalah dengan menyelidiki capaian
terbaik sejauh ini 3.
11
~r.m. Brown~
Keterbatasan
tradisional
Pendekatan
Berbasis
Kebutuhan
yang
Salah satu alasan mengapa perubahan kerap terkendala dan berlangsung lambat adalah karena
ada banyak kekuatan yang menghambatnya. Ketika proses perubahan didasarkan pada
pemecahan masalah, maka kekuatan yang menghambat ini menemukan banyak alasan
untuk membela posisinya, bahwa perubahan itu tidak baik. Berikut ini beberapa respon yang
biasanya muncul terhadap pendekatan berbasis masalah, yang menggambarkan alasan
mengapa para pelaksana pembangunan sering tidak berhasil membangkitkan partisipasi
komunitas dan kemauan untuk berubah:
Beberapa pemimpin berusaha meyakinkan orang lain bahwa perubahan dibutuhkan.
Jadi perubahan tergantung pada bagaimana hal tersebut bisa dijual kepada pada mereka
yang
perlu perubahan.
l Perubahan terjadi secara bertahap dan dengan urutan yang diputuskan oleh aktor
perubahan
dan para pemimpin, daripada memiliki potensi untuk meluas dengan dahsyat dengan
berbagai cara ketika komunitas merangkul sendiri perubahan itu.
l
Perubahan dilihat sebagai gangguan terhadap kerja-kerja rutin, atau minimal sebagai
beban tambahan dalam hidup yang sudah penuh kesibukan.
l Implementasi macet ketika orang-orang lupa apa yang harusnya mereka lakukan.
l Proses perubahan tidak bisa berlanjut setelah intervensi program.
l
Ada sikap sinis yang kuat terhadap perubahan di kalangan pemimpin tradisional
dan kadang dalam komunitas sendiri merasa telah membuang waktu dalam intervensi
dari luar sebelumnya.
l
12
Sebaliknya bila program difokuskan pada memobilisasi aset atau bertumpu pada
kekuatan yang ada, maka mereka yang ingin menghambat perubahan berkurang
legitimasinya atau
ruang bagi mereka untuk berargumentasi tentang tidak perlunya perubahan, menyempit.
Tabel berikut menunjukkan perbedaan antara dua pendekatan ini. Yang pertama adalah
pendekatan defisit yang lebih tradisional (masalah, kebutuhan). Yang kedua adalah pendekatan
berbasis aset. Tabel ini diadaptasi dari sebuah artikel tentang Appreciative Inquiry yang
membandingkan antara pendekatan pemecahan masalah dengan pendekatan apresiatif5.
PendekPeantdaeknataBn
eBerrbaasisiMsasMalaahsalah
PendPenkdaektaatann
Aaprpesriaetisf iatif
Berbasis kelemahan
Berbasis kekuatan
13
14
l
l
Pendekatan berbasis aset mencari cara bagi individu dan seluruh komunitas
berkontribusi pada pengembangan mereka sendiri dengan:
l
l
l
Cara pikir tentang pembangunan yang seperti ini memiliki potensi untuk merevitalisasi
pemahaman kita tentang kemitraan, karena fokusnya adalah membantu tiap mitra
menemukenali
kekuatan mereka, atau apa yang bisa mereka kontribusikan pada suatu kemitraan. Pendekatan ini
15
bisa membantu kita lebih memahami berbagai pernyataan tentang arah dan efektivitas
bantuan
pembangunan. Contohnya konsep menyelaraskan pendekatan dengan proses dan struktur
lokal atau mendorong tanggung jawab bersama untuk mencapai hasil bisa dipahami
dengan lebih baik dari perspektif berbasis aset terhadap pelaksanaan pembangunan6.
Pada kenyataannya, memulai pendekatan ini tidak sulit sama sekali. Bila diberikan
peluang, kebanyakan komunitas dan organisasi bisa menemukan berbagai contoh di
mana mereka menggunakan apa yang sudah mereka miliki untuk mencapai apa yang
mereka inginkan di masa depan. Kebanyakan orang bisa melihat masa lampau mereka dan
menemukan strategi- strategi yang pernah membantu mereka untuk mengatasi tantangan
sehari-hari atau tantangan organisasi. Kebanyakan dari kita juga bisa menemukan orang
yang kita kenal yang sedang mengatasi masalah dan menemukan solusi yang bisa diterapkan
secara umum.
tiga
Kunci
elemen
Tidak ada cetak biru untuk aplikasi pendekatan berbasis aset dalam pembangunan. Tiap
metode memiliki langkah atau proses pilihan. Ada yang menekankan pada konteks sejarah,
ada yang fokus pada mengembangkan mimpi masa depan yang lebih artikulatif, ada juga
yang memulai dengan menginventarisasi aset yang tersedia. Langkah yang dipilih oleh
program atau organisasi masyarakat sipil (OMS) dalam proses memfasilitasi pembangunan
yang dipimpin oleh warga akan sangat ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk interaksi;
konteks spesifik; jumlah dan jenis orang yang akan berpartisipasi, serta tema atau area fokus
proyek tersebut.
16
Walau begitu, semua metode secara umum memiliki tiga proses kunci, dengan penekanan
yang berbeda-beda di tiap metode. Proses kunci pendekatan berbasis aset adalah:
menerus tentang visi mereka atau gambaran sukses mereka terbukti menjadi strategi
perubahan yang efektif.
Kekuat
(energi)
dari S kses
di Masa
Lamp
Persuasi dari
identifikasi
dan penggunaan
Kekuatan
Saat Ini
17
Seperti disebutkan di atas, sekuensi tiga elemen ini berbeda-beda pada tiap metode
yang digunakan dalam berbagai pendekatan berbasis aset. Misalnya, ada yang mulai dengan
pemetaan aset saat ini, ada yang mulai dengan cerita sukses masa lampau dan yang lain lagi
bisa mulai dengan tujuan akhir atau pernyataan tentang bagaimana sukses divisualisasikan.
Sekuensi ini bervariasi tergantung situasi dan karakter tugasnya. Di banyak kegiatan
pengembangan masyarakat, menggali aset yang ada akan membantu komunitas untuk fokus
pada potensi dan dari mana mereka bisa mulai. Ketersediaan aset yang dapat dimanfaatkan
menentukan arah tujuan. Dalam proyek, di mana sektor kerja dan hasil akhir sudah
ditentukan sebelumnya, memulai dengan cerita sukses masa lampau akan membuat
komunitas fokus pada menemukan harga diri dan keyakinan bahwa mereka memiliki energi
positif untuk mengatasi tantangan baru.
18
19
Marty Seligman sekarang ini dianggap sebagai penemu Psikologi Positif.8 Dia
mengemukakan bahwa lebih alamiah menampilkan risiko dan hambatan dan sisi negatif
dari tiap situasi, karena lebih menjamin keberlangsungan spesis kita. Menitikberatkan pada
bahaya di sekitar kita membantu kita tumbuh lebih aman. Konsekuensi dari
menghindari bahaya adalah menyelamatkan hidup. Maka alamiah bila kita menekankan
penghindaran daripada bersikap positif untuk menjaga keselamatan kita dan orang-orang
yang kita sayangi. Lebih lanjut dia berpendapat tentang belajar menjadi sehat dan optimis
bahwa orang yang fokus pada hal-hal positif adalah yang kemungkinan besar akan tumbuh
bertumbuh menjadi lebih kuat dan lebih baik.
20
Berkembang
(+)
Kenegatifan
tentang menjadi
aman atau
menjaga agar
tetap hidup dan
menghindari
( - ) kematian
Bertahan
hidup
Kepositifan adalah
melebarkan batas
berkembang dan
tumbuh lebih sehat
21
22
Pendekatan berbasis aset terkadang dikritik karena tidak menentang ketidakadilan sosial
atau kelemahan dasar manusia. Tetapi dalam kenyataannya, kebutuhan adanya perubahan
merupakan titik awal pendekatan ini. Dan dalam sejarahnya, kebanyakan pendekatan
berbasis aset ini muncul dari kegagalan pendekatan yang lebih konvensional dalam
mengatasi masalah yang ada. Dalam beberapa kondisi, pendekatan ini pada awalnya dicoba
dengan kelompok yang bermasalah, atau dengan bagian masyarakat yang paling terbelakang
atau paling sulit dikelola. Bukti kesuksesan menerapkan pendekatan ini dengan kelompok
seperti itulah yang kemudian membuat pendekatan ini digunakan di konteks dan masyarakat
yang lebih luas lagi. Jadi, secara sejarah, pendekatan ini berkembang dari kesuksesan
penerapannya pada konteks-konteks yang
masalah sosialnya paling berat.
Walau titik mulai pendekatan berbasis aset bukan menekankan masalah atau hambatan,
masalah atau hambatan tidak akan hilang. Tetapi masalah menjadi kurang penting apa
yang awalnya nampak seperti masalah, kemudian menjadi peluang perubahan atau menjadi
tidak penting untuk dibahas, karena fokus ada pada mempelajari cara baru untuk bergerak
ke masa depan. Pendekatan berbasis aset mendefinisi ulang gambaran kenyataan mencipta
ulang narasi, mengubah situasi masalah menjadi jalan menuju perubahan.
Dengan menggunakan pendekatan aset, Florence Nderitu, belum lama ini bekerja
dengan kelompok perempuan buta aksara di Kenya. Dia tidak fokus pada masalah buta
aksara, tetapi pada kapasitas berkomunikasi, di mana dia menemukan bahwa hampir
semua perempuan di kelompoknya menggunakan telepon seluler (ponsel) secara teratur.
Mereka telah belajar menggunakan ponsel untuk memahami konteks tulisan dan
untuk menyampaikan pesan. Dengan menganalisis cara komunikasi dan strategi yang
mereka gunakan untuk mengelolanya, Florence bisa membantu mereka memperoleh
pemahaman baru tentang
23
Tidak menyangkal realitas tetapi memilih untuk mencari sumber-sumber yang memberi
hidup pada kenyataan itu
Poin-poin ini akan dibahas lebih mendalam di bagian lain dari buku ini, ketika kita
membahas tentang pembelajaran dari berbagai metode lain dan langkah-langkah kunci dari
proses ini.
24
sudah tidak relevan lagi. Pada gilirannya proses ini membuka pintu untuk perumusan ulang
kearifan kolektif. Proses ini seperti proses membalik tanah yang dibutuhkan untuk
menanam tanaman baru, yakni arah kebijakan yang bisa mengatasi tantangan atau hambatan.
inklusif
sosial
gender
dan
Dari perspektif gender, pendekatan berbasis aset ini sangat membantu. Salah satu asumsi
pendekatan ini adalah bahwa setiap orang memiliki sesuatu yang bisa dikontribusikan dan
seluruh komunitas menjadi lebih kaya ketika kontribusi dan potensi setiap orang dihargai.
Karenanya, menemukenali dan memobilisasi keterampilan, kapasitas dan kompetensi
perempuan, baik
secara individual maupun sebagai kelompok, adalah bagian dari pendekatan berbasis aset
yang
lengkap. Dengan mengakui fakta bahwa perempuan mampu berkontribusi secara ekonomi,
sosial dan politik adalah proses yang memberdayakan, bukan hanya bagi perempuan, tetapi
bagi
laki-laki juga. Saat perempuan terorganisir untuk berkontribusi pada ekonomi keluarga atau
keseluruhan ekonomi komunitas, maka semua pihak untung.
Mengakui dan membebaskan potensi perempuan, bukan hanya untuk kegiatan sosial
ekonomi, tetapi juga dalam pengambilan keputusan dan kepemimpinan di ruang publik,
sudah terbukti secara signifikan mengurangi kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan
berbasis gender.10
Ketika kontribusi di ruang publik diakui maka perempuan lebih dihormati dan
diperlakukan dengan setara.
Ada banyak contoh bagaimana kontribusi perempuan di berbagai sektor atau kegiatan
25
Di Kayuloe Barat, Sulawesi Selatan, seorang kepala desa melaporkan bahwa ketika
kami mulai mendengarkan perempuan dan mereka terlibat dalam setiap aspek produksi beras,
produksi kami meningkat 2 3 ton per hektar menjadi 5 6 ton. Perempuan menyebarkan
disiplin dan konsistensi bekerja, demikian katanya.
Di Noelbaki, Timor Barat, perempuan melihat potensi aset alam mereka dan membentuk
kelompok petani perempuan. Dengan memikirkan kebutuhan mereka dan apa yang mereka
miliki, mereka memutuskan untuk saling membantu untuk menggunakan tanah, seluas atau
sesempit apapun, di depan rumah mereka untuk menanam sayuran, buah dan memelihara
lebih banyak ayam. Mereka juga belajar membuat pupuk organik. Dalam waktu singkat
mereka mampu menghasilkan tambahan gizi dan sumber pendapatan yang teratur untuk
keluarga.
26
Dari pengalaman ini mereka mendapatkan piagam penghargaan dan tambahan sumber
daya dari pemerintah lokal untuk melatih perempuan di desa-desa tetangga.
Mengenali seluruh aset komunitas dan potensi yang dimiliki tiap individu mengharuskan
kita menemukan cara untuk memastikan mereka yang biasanya tersingkir secara sosial
juga turut berkontribusi. Kelompok yang terpinggirkan ini bukan hanya bisa memahami
kebutuhan perubahan yang ada, tetapi mereka juga paling ingin berkontribusi
bilamana diberikan kesempatan berpartisipasi.
Contohnya para penyandang disabilitas. Dengan berfokus pada disabilitas mereka
akan membuat berbagai kemampuan yang telah mereka pelajari karena mereka jadi
tersembunyi. Penyandang disabilitas juga telah belajar mengembangkan kemampuan
berbeda
yang memperkaya kita semua ketika mereka diberi kesempatan
menggunakannya. Fokus pada
disabilitas hanya sebagian gambar yang ada, karena biasanya mereka telah mengembangkan
kemampuan yang berbeda (different abilities atau diffabilities).
27
Perbedaan kunci antara dua cara mengelola program pembangunan di atas terletak pada
perbedaan karakter relasi antara agen perubahan dengan masyarakat yang terlibat dalam
perubahan. Pada contoh pertama, agen perubahan mengambil peran seorang manajer yang
punya informasi dan memberikan arahan. Dalam contoh kedua, hubungan antar kedua pihak
bersifat saling belajar dan komunitas difasilitasi agar menjadi aktor dalam proses
perubahan mereka sendiri.
28
Maka tak mengherankan bila para profesional di bidang pembangunan dan organisasi
masyarakat sipil yang mengelola dana donor adalah yang paling enggan mengubah cara
mereka bekerja menjadi lebih sebagai fasilitator pendekatan berbasis aset. Konsep
bergantung pada dukungan dari luar adalah asumsi operasional kunci dari kebanyakan
lembaga tersebut.
Selama donor memberikan perhatian pada memberikan dukungan dana, lembaga-lembaga
pembangunan mendapatkan legitimasi dengan mengajukan solusi terhadap masalah orang
lain. Mereka melihat diri mereka sebagai lembaga antara yang penting dan ini menjadi
semakin
jelas bila mereka bisa meyakinkan lembaga donor bahwa komunitas tidak memiliki
kapasitas untuk mencapai aspirasinya sendiri.
Merespon MaSaLaH
29
30
Pendekatan berbasis aset dimulai dengan menemukan cerita-cerita sukses dari masa
lampau dan memetakan aset yang ada di dalam sebuah komunitas atau organisasi. Cerita
sukses dianalisis untuk menemukan elemen sukses atau strategi yang menghidupkan
komunitas atau organisasi. Aset dipetakan agar bisa lebih dihargai (karena nilai produktif
atau kegunaannya) kemudian dimobilisasi.
Pendekatan berbasis aset mencari apa yang sudah dilakukan dengan baik atau siapa
yang
melakukannya lebih baik daripada yang lain. Perilaku-perilaku ini dipelajari sebagai
strategi untuk merancang masa depan, yakni apa yang bisa dilakukan oleh orang lain
di masa mendatang.
l
Pendekatan berbasis aset bertumpu pada apa yang sudah ada sebagai bagian dari
proses membangun komunitas atau organisasi dari dalam. Dalam pendekatan ini,
rencana masa depan didasarkan pada apa yang sudah ada dalam masyarakat dan
organisasi agar bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Pendekatan berbasis aset memiliki tiga langkah kunci yang bisa dilaksanakan dalam
sekuensi yang berbeda, tetapi selalu ada:
n
Penggalian apa yang sudah dan terus menghidupkan kelompok atau komunitas
(cerita sukses sejauh ini);
Pemetaan aset yang tersedia (bakat, kapasitas dan sumber daya) dalam organisasi atau
komunitas;
Visi masa depan yang inspiratif di mana seluruh pihak bekerja untuk menghasilkan
rumusan bagi diri mereka sendiri.
Semua pendekatan berbasis aset mengatasi masalah dengan melihat peluang potensial
dan fokus pada bagaimana aset yang ada bisa lebih dimobilisasi dengan lebih baik untuk
mencapai visi masa depan yang diinginkan.
31
32
30 rAHVN
/Nf)OfEfIA
MeteDE/c:A
33
BAB 3
PengarUH HistOris
PaDa PenDeKatan
BerBasis aset
33
ikhtisar
Seperti layaknya pendekatan baru atau perubahan metode manapun, pendekatan berbasis aset
berkembang secara historis dari berbagai pemahaman mengenai pengembangan komunitas,
pengorganisasian komunitas, dan peningkatan kapasitas organisasi.
Bab ini memberikan gambaran tentang beberapa pengaruh historis tersebut. Para
pembaca akan belajar mengenai:
Beberapa sektor berbeda yang mulai menggunakan pendekatan lebih positif dan
berbasis kekuatan
l Beberapa metode dan alat yang menggunakan pendekatan berbasis kekuatan dan
apresiatif
untuk mendorong perubahan
l Beberapa konteks yang melahirkan pendekatan berbasis aset
l
34
Selain itu, bab ini juga akan secara khusus mengeksplorasi hubungan antara pendekatan
berbasis aset dan beberapa metode terkait dengan isu pembangunan di bawah ini:
l Pendekatan Partisipatif
l Psikologi Positif
l Pengembangan Organisasi
l Pembangunan Aset
l Penghidupan Berkelanjutan
l Pengecualian Positif
l Modal Sosial
l Dinamika Kekuasaan dan Suara Warga
l Platform Multi-Pihak
l Pendekatan Percakapan dan Naratif
Pendekatan Partisipatif
Pendekatan partisipatif bertujuan melibatkan penerima manfaat dalam pengumpulan data
awal serta dalam perancangan kegiatan yang sesuai. Pendekatan partisipatif berkembang
dari riset aksi dan proses refleksi aksi yang terkenal pada tahun 1970an. Pada pertengahan
tahun 1990an pendekatan partisipatif diterapkan secara luas di berbagai proyek yang
berhubungan dengan komunitas. Namun pada saat yang sama beberapa kritikus menyatakan
bahwa alat bantu untuk memastikan partisipasi menjadi lebih penting ketimbang tujuan
awalnya. Alat bantu proses partisipatif menjadi tujuan akhir dan bukan sarana bagi komunitas
untuk mengendalikan proses. Warga tetap menjadi obyek proses pengumpulan informasi,
bukan subyek proses pembangunan seperti yang diharapkan. Kritikus pendekatan ini
berargumentasi bahwa alat bantu yang
digunakan masih membebani komunitas, dan kekuasaan tetap di tangan donor atau
organisasi
perantara.
Pada saat yang sama, serangkaian pendekatan yang berpotensi untuk mengembalikan
kekuasaan kembali ke tangan warga mulai berkembang. Pendekatan-pendekatan ini bagian
dari
keluarga pendekatan berbasis aset. Kebanyakan dari pendekatan
berbasis aset
berkembang dari harapan yang sama, yaitu meningkatkan peluang terwujudnya
pembangunan yang dipimpin oleh warga. Alat bantu yang digunakan untuk meningkatkan
partisipasi masih relevan dalam pendekatan berbasis aset ini. Namun, pemilihan alat
ditentukan oleh apa yang paling bisa memberdayakan komunitas untuk mengelola aset
mereka sendiri. Alat bantu partisipatif digunakan untuk membantu komunitas menemukan
apa yang bisa mereka bawa ke dalam proses pembangunan.
Tabel berikut diadaptasi dari buku pelatihan Coady Institute mengenai Asset-Based
Community Development (Pengembangan Komunitas Berbasis Aset) dan menguraikan
35
Kapan
apa
1970an
Participative
Action Research,
Riset Aksi
Partisipatif
Awal
1980an
PAR
RRA
36
Akhir
1980an
PRA
Ide Dasar
Rapid Rural
Appraisal,
Penilaian Cepat
Pedesaan
Participatory
Rural Appraisal,
Penilaian
Partisipatif
Pedesaan
Kapan
apa
1990an
PRA,
PLA
PRA ganti nama menjadi Pembelajaran dan Aksi Partisipatif (Participatory Learning
and Action). Gagasan PLA populer di India, Asia Tenggara, dan Sub-Sahara Afrika.
Pada tahun 1996, PLA sudah digunakan di 100 negara. RRA dan PRA dilihat sebagai
kontinum dengan kendali pihak luar atas proses di satu ekstrem dan kontrol lokal di
ekstrem lainnya. Di tengah-tengah ada kolaborasi antara pihak lokal dan pihak luar.
Akhir
1990an
Kritik
terhadap
PRA
Akhir
1990an,
2000an
Akhir
1990an,
2000an
AI
ABCD
Ide Dasar
Appreciative
Inquiry
Asset-Based
Community
Development,
Pengembangan
Komunitas
Berbasis Aset
37
Psikologi Positif
38
Para psikolog merujuk psikologi positif sebagai sebuah cara di mana manusia dan
organisasi didorong untuk menghasilkan energi dan antusiasme yang lebih besar demi
mewujudkan perubahan yang diinginkan. Psikologi positif lahir dari beberapa eksperimen
terkenal seperti Placebo Effect dan Pygmalion Effect untuk menguji bagaimana manusia bereaksi
terhadap umpan balik positif dan negatif. Beberapa eksperimen sosial tersebut
mendemonstrasikan bagaimana seseorang secara utuh bisa mengubah pola perilaku untuk
memenuhi harapannya. Jika sebuah kelompok memiliki harapan pribadi yang kuat tentang
kesuksesan, maka pola perilaku kelompok tersebut kemungkinan besar akan merefleksikan
harapan tersebut. Sebaliknya, jika gambaran yang dominan adalah tentang kegagalan,
maka perilaku kelompok juga akan mendukung
gambaran tersebut. Visualisasi positif dan membayangkan visi sukses juga banyak
diterapkan
dalam psikologi olah raga serta penciptaan lingkungan belajar yang mendukung dengan fokus
pada apa yang membangun rasa percaya diri dan gambaran kuat sebagai seorang
pemenang.
Saat ini, ada banyak promotor psikologi positif untuk dibidang psikologi sosial dan
pendidikan, seperti Marty Seligman dan Barbara Fredrickson. Hasil riset mereka
membuktikan pentingnya memberikan perhatian yang sama untuk membimbing bakat
serta mendorong sikap dan kapasitas yang lebih memungkinkan membawa seseorang
menuju peningkatan kualitas hidup dan kebahagiaan. Menurut temuan mereka, orang yang
cenderung mengadopsi pendekatan positif dan pengembangan kompetensi diri dalam
kehidupannya lebih mungkin mencapai tujuan hidupnya.13
Pengembangan
Organisasi
Pengelolaan perubahan organisasi berdasar pada konsep bahwa kita bisa dan memang
membangun masa depan berdasarkan kata-kata yang kita gunakan dan mimpi-mimpi yang
kita pilih. Konsep
ini bagian dari teori konstruksi yang mengacu kepada siklus pembelajaran Kolb mengenai
model pengalaman, refleksi, dan aksi atau pembelajaran berbasis pengalaman yang
terinspirasi oleh Kurt Lewin. Dasar dari ide-ide ini adalah konsep aksi-refleksi atau belajar
berdasarkan apa yang sudah kita, atau sekelompok orang, alami apa yang sudah kita
lakukan di masa lalu. Beranjak dari aliran belajar dari masa lalu untuk mengubah organisasi,
David Cooperrider menemukan bahwa organisasi lebih banyak berubah ketika fokus pada
satu aspek tertentu dari pengalaman masa lalu, yaitu aspek positif dan yang memberikan
kehidupan pada masa lalu. Jadi ketimbang memikirkan apa salah, lebih banyak
pembelajaran akan didapat dengan memikirkan apa yang telah berjalan dengan baik.
Ide yang sama juga bisa ditemukan pada diskusi Peter Senge mengenai proses belajar organisasi.
Organisasi belajar ketika orang-orang di dalamnya memiliki keinginan untuk menjadi
berbeda
dan melakukan refleksi atas pengalaman masa lalu mereka. Senge memperkenalkan konsep
tentang organisasi pembelajaran. Menurut Peter Senge, organisasi pembelajaran adalah
...
organisasi di mana orang-orang di dalamnya terus-menerus mengembangkan kapasitas
mereka untuk menciptakan hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola pemikiran
yang baru dan lebih luas terbimbing, di mana aspirasi kolektif dibebaskan, dan di mana
orang-orang di dalamnya terus belajar untuk melihat semua ini bersama-sama. 14
Pemetaan
aset
Pemikiran berbasis aset dan pemetaan aset komunitas telah menjadi bagian dari
pengembangan komunitas selama lebih dari 20 tahun, terutama melalui Pendekatan
Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livelihoods Approach/SLA) dan Pengembangan
Komunitas Berbasis Aset (Asset Based Community Development/ABCD) yang akan dibahas lebih
lanjut kemudian.
39
40
Ide pembangunan aset memiliki beberapa asal usul. Amartya Sen mempromosikan
ide meningkatkan kebebasan dari setiap individu untuk menjadi agen perubahan yang aktif,
ketimbang menjadi penerima layanan yang pasif15. Konsep kebebasan ini tidak hanya
bersifat politis, namun juga lahir ketika manusia memiliki kapasitas dan kemampuan untuk
bertindak, sebagai akibat adanya pendidikan, fasilitas kesehatan, dan perlindungan keamanan
yang memadai. Maka dalam pemahaman yang lebih luas, pembangunan aset juga meliputi
penciptaan sebuah lingkungan di mana kapasitas-kapasitas itu bisa bangkit dan bertahan.
Dengan demikian, investasi untuk penanganan kesehatan dan pendidikan, perlindungan
sumber daya alam, dan penciptaan aset finansial untuk investasi menjadi penting. Oleh karena
itu, pembangunan berbasis aset bisa dilihat pada beragamnya program, mulai dari keuangan
mikro seperti yang dilakukan oleh Self Employed Womens Association (SEWA) di India16 dan
Grameen Bank di Bangladesh; investasi
dalam organisasi-organisasi komunitas yang dikelola oleh komunitas lokal; beberapa program
yang dirancang untuk memperkuat modal sosial; peningkatan kapasitas organisasi; pelayanan
kesehatan reproduksi; dan pengelolaan sumber daya berbasis-komunitas.
Pembangunan aset dimulai dengan sebuah komunitas atau organisasi belajar menghargai
aset yang mereka miliki. Banyak komunitas yang mengabaikan atau tidak menganggap
serius nilai dari aset yang sudah mereka miliki. Belajar untuk mengidentifikasi sumber
daya yang dimiliki, lalu mulai memperhitungkannya sebagai aset potensial untuk terlibat
dalam pelaksanaan pembangunan merupakan pemahaman kunci dari tradisi yang lahir dari
pendekatan pembangunan aset dan pelaksanaan berbasis aset.
Pembangunan aset: Memperkuat aset yang sudah ada dan memperluas aset dasar tersebut.
Mobilisasi aset: Menyusun, menyiapkan dan mengorganisasikan aset, dan siap menggunakannya
untuk ketahanan penghidupan jangka panjang.
Berbasis aset: Menghargai dan mengembangkan aset organisasi atau komunitas.
Pendekatan
Berkelanjutan
Penghidupan
Konsep Penghidupan Berkelanjutan berkembang dari karya Robert Chambers dan beberapa
tokoh lain pada tahun 1980an. Konsep ini dikembangkan menjadi sebuah pendekatan
khusus untuk pembangunan pada akhir 1990an oleh British Department for International
Development, dibantu Institute for Development Studies di Inggris. Beberapa organisasi seperti
UNDP, CARE (Amerika Serikat), Oxfam (Inggris), dan IISD di Kanada merupakan beberapa
pelopor penggunaan pendekatan ini.
41
42
H
Kerentanan
Konteks
goncangan
musim
tren Perubahan
Orang
miskin
pengaruh
Kebijakan
institusi
Proses
strategi
Penghidupan
Hasil
Penghidupan
Seluruh faktor ini memengaruhi strategi penghidupan manusia cara-cara untuk mengkombinasikan
dan menggunakan aset yang terbuka bagi setiap orang yang mencari hasil penghidupan yang
memenuhi tujuan penghidupan masing-masing.17
Sebagaimana yang dipromosikan oleh DFID dan UNDP, pendekatan penghidupan
berkelanjutan memiliki empat fitur penting:
l
Pertama, titik mulanya adalah bahwa kerentanan terhadap goncangan dan tren
menghambat orang untuk memiliki jaminan terhadap penghidupan berkelanjutan.
Kedua, sebagai kerangka analisis, pendekatan ini memberi perhatian pada cakupan aset
yang lebih luas yang diperlukan orang untuk membentuk penghidupannya (yaitu
manusia, alam,
keuangan, fisik, sosial, dan/atau budaya) dan mengamati elemen-elemen ini dalam konteks
lingkungan ekonomi, politik, dan institusi yang lebih luas.
Terakhir, pendekatan ini menempatkan anggota komunitas pada posisi pusat sebagai
agen pembangunan yang utama yang bertindak melalui organisasi-organisasi berbasis
komunitas, dan berkolaborasi dengan beragam agen lainnya seperti pemerintah lokal,
OMS, dan sektor swasta (DFID, 2001; UNDP, 1997).
43
cakupan aset-aset
inilah orang mulai mengembangkan pendekatan ABCD. SLA membuka pintu pemetaan aset
atau modal komunitas dan bagaimana mereka bisa menggunakan aset tersebut untuk
terlibat aktif dalam mengubah situasi mereka. Dalam pembahasan yang lebih terkini
tentang SLA, terdapat penekanan yang jauh lebih besar pada pendekatan berbasis aset sebagai
prinsip acuan. SLA bertumpu pada apa yang orang lihat sebagai kekuatan dan peluang,
bukan masalah dan kebutuhan. Hal ini mendukung strategi penghidupan yang sudah ada18
Pengecualian
Positif
44
Pengaruh penting lainnya pada pemikiran berbasis aset adalah strategi untuk menemukan
contoh-contoh positif tentang apa yang diinginkan dalam konteks saat ini. Berdasarkan
analisis
ini, setiap orang bisa menemukan contoh bagaimana mengatasi kesulitan dengan cara yang
lebih
dikehendaki untuk setiap situasi. Dengan kata lain, konteks apapun juga bisa dianalisis
untuk
memberikan contoh perilaku yang mencerminkan praktik yang diinginkan. Ada beberapa
orang yang bisa melakukannya, atau melakukannya dengan lebih baik dibanding orang-orang
di sekitar mereka walau semuanya memiliki akses terhadap sumber daya yang sama.
Organisasi yang menggunakan pendekatan ini biasanya mencari orang-orang yang
memiliki kinerja sangat baik dan tidak hanya memberikan penghargaan kepada mereka,
melainkan juga meneliti bagaimana mereka bisa melakukan pencapaian tersebut. Artinya,
fokus perubahan adalah dengan mengalokasikan waktu untuk memelajari mengapa orang
hebat tersebut bisa melakukan hal yang hebat dalam konteks yang sama dengan yang lain. Apa
yang mereka lakukan untuk mencapai apa yang tidak bisa dicapai oleh rekannya dalam
Komunitas pun bisa mengidentifikasi siapa yang bisa disebut champion dari anggota
mereka. Bisa jadi seseorang petani yang lebih baik, memiliki anak yang lebih sehat, memiliki
usaha yang lebih baik, atau memiliki usulan yang lebih baik untuk mencapai perubahan yang
diiinginkan.
Bagi ACCESS, menemukan dan mendukung pembaru atau champion lokal atau cerita perubahan
yang mengilustrasikan pendekatan yang baru dan inovatif terletak pada pusat hampir seluruh
aspek kegiatannya. Misalnya, sebelum Pertemuan Apresiatif Kabupaten tentang Pemberdayaan
Warga dan Organisasi, sebuah proses wawancara yang panjang dilakukan untuk menemukan
para pembaru demokrasi di kabupaten yang akan diundang untuk berpartisipasi dalam acara
tersebut.
modal sosial20
Modal sosial mengacu kepada hasil atau modal yang didapatkan oleh masyarakat ketika
dua atau lebih warganya bekerja untuk kebaikan bersama membantu warga lain di
masyarakat tanpa tujuan mencari keuntungan. Modal sosial dalam konteks ini mengacu
pada aset yang didapat oleh sebuah komunitas ketika beberapa orang membentuk asosiasi
atau kelompok untuk keswadayaan atau untuk kebaikan bersama. Modal sosial merupakan
bagian penting
45
dari pendekatan Penghidupan Berkelanjutan. Namun demikian peran pentingnya sebagai aset
pembangunan teridentifikasi lebih jelas pada pendekatan berbasis aset yang lebih baru.
Modal sosial telah banyak diteliti sejak Robert Putnam dalam studinya mengenai
perbedaan regional kesejahteraan ekonomi di Italia Utara mengidentifikasi hubungan antara
kesejahteraan ekonomi dan keanggotaan dalam asosiasi dan jejaring sosial (yang mewakili
modal sosial dalam sebuah komunitas). Hasil risetnya menunjukkan bagaimana kepercayaan
dan kerja sama yang ditemukan dalam kelompok-kelompok swadaya atau kelompok sosial
meningkatkan aliran informasi, mengembangkan potensi dari usaha-usaha individu dan
kolektif, dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi lokal.
46
Modal sosial tidak mengacu kepada cara anggota sebuah keluarga saling membantu, tetapi
bisa berlaku pada komunitas -komunitas di unit kecil, lebih kecil dari desa, di negara
berkembang
di mana banyak rumahtangga merupakan bagian dari sebuah keluarga besar atau memiliki
hubungan keluarga. Putman, dan beberapa tokoh lainnya yang kemudian menekuni bidang
yang dipeloporinya, mendeskripsikan modal sosial sebagai kumpulan:
l
l
l
l
l
Keyakinan (rasa saling percaya) antar-anggota sebuah masyarakat atau komunitas tertentu
Kelompok-kelompok di dalam komunitas tersebut
Norma sosial yang diterapkan kelompok-kelompok tersebut
Jejaring sosial atau relasi antar kelompok dan individu dalam kelompok
Organisasi atau kelompok lebih formal yang bekerja untuk kebaikan bersama
masyarakat lebih luas, tidak hanya untuk anggotanya
Seluruh faktor ini membentuk interaksi para aktor dalam masyarakat atau komunitas
dan dianggap sebagai aset individu dan kolektif untuk menciptakan kesejahteraan. Di antara
para
pelaku pendekatan berbasis aset, selain untuk keperluan bisnis dan pekerjaan, modal sosial
atau kehidupan berasosiasi semakin dianggap sebagai aset yang memberikan akses
terhadap aset lainnya. Hal ini dikarenakan mereka yang secara sosial terkoneksi dalam
hubungan kerja sama dan saling percaya memiliki jembatan atau gerbang menuju beragam
aset berguna lainnya yang dimiliki orang lain dalam komunitas tersebut. Mereka yang tidak
punya akses terhadap asosiasi sosial, atau terisolasi secara sosial, biasanya adalah yang paling
miskin dan termarjinalisasi dalam komunitas manapun.
Pengalaman menunjukkan bahwa ketika ada komitmen kuat dalam sebuah masyarakat
untuk membangun dan mempertahankan modal sosial, maka komitmen untuk aksi bersama
demi perubahan akan lebih mudah terjadi. Dengan demikian, membantu komunitas untuk
lebih
sadar akan modal sosial yang dimilikinya (misalnya berbagai jenis asosiasi dan kelompok yang
dianggotai warga) merupakan sebuah cara untuk membangun kapasitas mereka agar bekerja
sama demi perubahan.
Beberapa peneliti yang melanjutkan riset awal Robert Pittman menemukan bahwa
perbedaan yang dinyatakannya antara modal sosial yang mengikat (yang bisa membuat
kita bertahan hidup) dan modal sosial yang menjembatani (yang bisa membuat kita
terhubung dengan berbagai jaringan untuk meningkatkan pilihan penghidupan) amat
bermanfaat. Modal sosial yang menjembatani merupakan hubungan yang mereka miliki
dengan kelompok dan institusi yang memiliki sumber daya di luar batasan tradisional
keluarga atau komunitas mereka. Dalam pendekatan berbasis aset, modal sosial mengikat
menjadi sumber inspirasi dan keyakinan tentang pentingnya aksi kolektif. Sementara itu,
modal sosial yang menjembatani merupakan cara bagi komunitas untuk memperkuat
hubungan mereka dengan pemerintah lokal, organisasi masyarakat sipil, dan donor yang
potensial. Beberapa penulis modern sekarang menyebut yang terakhir sebagai mengaitkan
modal sosial. Mengaitkan modal sosial termasuk menjangkau ke
47
48
Karena modal sosial dalam bentuk apapun adalah tentang membangun hubungan, dan
membangun hubungan merupakan faktor kunci untuk peningkatan kapasitas organisasi dan
komunitas, maka modal sosial merupakan elemen kunci dalam seluruh kegiatan
pembangunan di tingkat lokal. Asosiasi, kelompok, dan jejaring sosial menyediakan hubungan
dan pengalaman usaha kolektif bagi individu dan kebaikan bersama. Hal ini juga akan
mengarah ke pertumbuhan tingkat ekonomi lokal. Beberapa studi membuktikan bahwa ketika
ada dukungan untuk modal sosial, terutama dalam konteks desentralisasi, maka hubungan
kemitraan yang lebih efektif
dengan pemerintah lokal dalam pengelolaan sumber daya lokal lebih mungkin terjadi.22
Ketika
komunitas meningkatkan penggunaan modal sosial mereka, maka mereka juga memperkuat
kapasitas mereka untuk mendapatkan respon yang lebih bagus dari pemerintah. Hal ini
akan
dibahas kemudian.
Di balik seluruh pendekatan berbasis aset, terdapat beragam asosiasi dan jaringan sosial
yang membentuk unsur-unsur kehidupan komunitas dan usaha bersama. Komunitas
menunjukkan kapasitas mereka sebagai warga dengan membuat perubahan melalui
kehidupan mereka yang saling berhubungan.
Dinamika
Warga
Kekuasaan
dan
suara
Pendekatan berbasis aset biasanya tidak langsung menantang dinamika kekuasaan yang
tidak setara, misalnya antara yang menindas dan tertindas. Meskipun advokasi penting
dalam perubahan sosial, pendekatan berbasis aset mencari sekutu dan dialog, ketimbang
konfrontasi dan protes saat berbicara tentang advokasi. Untuk alasan ini, pendekatan
berbasis aset pada
mulanya mungkin terlihat kurang efektif dalam situasi di mana ketidakadilan dan
penindasan terjadi dalam skala besar dan mengakar. Jika kekerasan dan konflik sosial internal
terus terjadi baik pada tingkat masyarakat maupun dalam konteks keluarga, orang tidak
memiliki banyak kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain dengan cara tanpa kekerasan.
Selain itu, korban kekerasan pada umumnya tidak memiliki banyak pilihan selain
mengikuti parameter yang ditentukan mereka yang memiliki kekuasaan penuh.
Jadi, pertanyaan yang banyak ditujukan kepada pendukung pendekatan berbasis aset
adalah apakah pendekatan ini bisa digunakan untuk mengatasi konflik sosial dan domestik,
dan apakah pendekatan ini efektif untuk mengatasi ketidakadilan sosial.
Pada tahun 1999, Mary Anderson menulis sebuah buku berjudul Do No Harm: How Aid Can Support
Peace or War. Berdasarkan refleksi atas pengalaman membangun perdamaian di Timur Tengah,
49
Sama halnya, pendekatan berbasis aset juga semakin melihat kekuasaan dengan lensa
yang berbeda. Dalam pendekatan berbasis aset, kekuasaan bisa dilihat sebagai kekuatan
laten yang tersedia bagi semua anggota komunitas. Pemahaman tradisional melihat
kekuasaan dipegang oleh organisasi dan institusi formal, dan didominasi oleh konsep
memiliki kekuasaan atas seseorang, serta dianggap sebagai jumlah yang tetap atau zero sum.
50
memiliki
kekuasaan merebutnya dari pihak yang berkuasa sekarang.
Kerangka berpikir tentang mengabaikan potensi kekuasaan informal dan yang tak terlihat,
seperti kekuasaan yang ada pada kita semua untuk menciptakan realitas baru, kekuasaan
yang timbul karena hidup di dunia ini, dan kekuasaan untuk berinteraksi dengan lainnya.
Tipe-tipe kekuasaan ini biasa disebut juga sebagai kekuasaan yang ada di dalam
seseorang, kekuasaan untuk melakukan sesuatu, dan kekuasaan bersama yang datang
dari orang bertindak bersama karena mereka peduli. Kekuasaan dari dalam lahir dari
harga diri, rasa percaya diri, serta keyakinan di dalam hati memberikan hak bagi seseorang
atau sekelompok orang untuk menggunakan kekuasaan laten mereka. Kekuasaan untuk
bertindak adalah kemampuan untuk bertindak dan pengakuan bahwa melakukan tindakan
adalah kekuatan yang bisa membawa perubahan di masa lalu. Ini adalah kekuasaan untuk
dan bukan sekadar penerima pasif penggunaan kekuasaan oleh pihak lain. Kekuasaan ada
saat orang bertindak bersama-sama. Margaret Mead dikenal telah melihat hal ini ketika ia
menulis kutipan terkenalnya: Jangan pernah meragukan bahwa sekelompok kecil orang
yang punya kepedulian dan berkomitmen bisa mengubah dunia; sesungguhnya, hanya mereka
yang pernah melakukannya.
Jadi pendekatan berbasis aset tidak bertanya bagaimana cara mengambil kembali
kekuasaan dari kelompok atau dominan. Sebaliknya, pendekatan berbasis aset mencari
sumber-sumber baru bagi kekuasaan yang belum digunakan sebelumnya. Kekuasaan
bukanlah sesuatu yang bersifat zero sum, atau tidak bisa bertambah, melainkan bisa tumbuh
dan meningkat tergantung siapa dan berapa orang dalam komunitas yang bersedia
menggunakan kekuasaan mereka.
Mereka yang saat ini memiliki kekuasaan tidak harus kehilangan kekuasaannya agar pihak
lain memiliki kekuasaan. Ketika pihak lain mengakui kekuasaan laten yang mereka miliki
dan menggunakannya, maka totalitas kekuasaan akan membesar, dan pentingnya
pemegang
kekuasaan secara relatif akan mengecil. Mereka yang tadinya tidak memiliki kekuasaan
akan mulai mengakui bahwa kekuasaan bukan komoditas yang tidak bisa diakses, melainkan
sebuah sumber daya yang potensial yang sifatnya dinamis, bukan statis. Mereka yang tidak
memiliki kekuasaan mulai menyadari bahwa mereka memiliki kekuasaan yang belum
digunakan atau diterapkan pada konteks di mana sebelumnya mereka merasa tidak berdaya.
Di sisi lain, mereka yang memegang kekuasaan sering kali menyadari bahwa kekuasaan
mereka atas orang lain ternyata kurang sah, kurang bermanfaat, atau bahkan tidak lagi
relevan.
51
52
Di Papua Nugini, sebagai bagian dari proyek peningkatan kapasitas komunitas untuk
sekolah dasar, para orang tua dan komunitas dari sebuah sekolah menyadari bahwa
mereka memiliki potensi sebagai pemegang kekuasaan untuk membuat perubahan atas
sistem pengelolaan sekolah tersebut. Sebelumnya, mereka mengajukan keluhan tentang
Badan Pengawas Sekolah, yang terdiri dari para pemilik lahan dan kelompok , tidak
efektif dan tidak aktif. Ketika mereka terorganisasi dan mengembangkan rencana
aksi serta pemahaman yang jelas tentang bagaimana mereka bisa memobilisasi aset
yang mereka miliki, anggota Badan Pengawas Sekolah yang lama memutuskan bahwa
mereka tidak memiliki energi untuk melawan dan mempertahankan kekuasaan
mereka. Mereka sadar bahwa mereka tidak mempunyai dukungan dari komunitas yang
ternyata memiliki lebih
banyak gagasan dan lebih banyak sumber daya daripada yang mereka mampu
himpun.
Akhirnya, mereka mundur dan dengan demikian membuka jalan bagi Badan Pengawas
Sekolah yang baru dan lebih representatif.
Pendekatan berbasis aset mencari sekutu baru, sumber kekuasaan baru, dan cara-cara
kreatif untuk mengenali dan memanfaatkan sumber-sumber kekuasaan yang ada saat ini.
Beberapa promotor pendekatan berbasis aset menjelaskan proses perubahan pada dinamika
kekuasaan sebagai crowding out atau mendesak keluarpenerapan kekuasaan atas pihak
lain dengan meningkatkan penerapan kekuasaan dari dalam, bersama, dan untuk bertindak.
Mereka yang belum menggunakan potensi kekuasaannya, atau yang mempunyai kekuasaan
dalam konteks lainnya, didorong untuk mengakui kekuasaan yang tersedia bagi mereka dan
menggunakannya. Ini merupakan dasar dari pendekatan berbasis hak dan programprogram partisipatif untuk akuntabilitas sosial lewat promosi suara warga dan tindakan
warga yang dikendalikan oleh mereka sendiri.
Perubahan dalam dinamika kekuasaan yang dicari oleh pendekatan berbasis aset dapat
dideskripsikan dalam diagram berikut:
Disini Keseimbangan
kekuasaaan bersifat konstan
53
Empat strategi kunci yang digunakan oleh pendekatan berbasis aset dalam kaitannya
dengan perubahan dinamika kekuasaan adalah:
Perbesar penggunaan sumber kekuasaan yang baru (kekuasaan dari dalam, bersama,
dan untuk bertindak)
l Desak Keluar penyalahgunaan kekuasaan atas pihak lain, yaitu sekelompok kecil
individu atau individu-individu yang dominan
l
Ciptakan forum-forum interaksi yang bersifat apresiatif, inklusif, dan
setara
l Dorong Dialog lewat tata kepemerintahan yang bersifat konsultatif/representative
dengan menemukan platform baru bagi suara dan akuntabilitas warga
l
Bentuk platform multi-pihak di mana setiap orang atau perwakilan dari setiap level
dalam
sebuah sistem atau organisasi bisa menegosiasikan sebuah visi kolektif tentang realitas yang
baru
l
54
Percakapan
Cerita)
dan
narasi
(tutur
Saat ini, banyak pendekatan modern untuk perubahan sosial yang bersifat terbuka
dibandingkan sebelumnya. Bertutur cerita dan bercakap bebas di antara anggota komunitas
membuat mereka berkumpul untuk saling mendengarkan dan belajar dari sesama.
Pendekatan ini percaya bahwa setiap cerita dan setiap percakapan mengandung
pembelajaran berharga dan bahan resep kesuksesan yang bisa dijadikan modal utama untuk
tindakan di masa yang akan datang. Forum terbuka dan diskusi kelompok kecil ini
mendorong adanya percakapan berharga antar warga sebagai awal mula sebuah proses
merancang masa depan.
Contoh terkenal dari diskusi terbuka dalam pertemuan, kecil maupun besar, adalah
Open Space Technology1, yaitu sebuah cara sederhana untuk menggelar rapat kecil dan besar
mengenai berbagai topik yang diminati dan ada orang yang dengan semangat mengusung topik
pilihannya.
Hal yang mirip dengan dan lebih cocok untuk seminar dan lokakarya adalah The Art of
Hosting2, yang mendefinisikan dirinya sebagai cara bagi orang untuk bertemu dan
mengembangkan kompetensi mereka melalui percakapan-percakapan untuk menemukan
sesuatu.
Ketertarikan baru terhadap menyimak aktif atau belajar bagaimana menjadi terbuka
terhadap orang lain lewat percakapan tengah dikembangkan oleh Collaborative for Development
Action (CDA), yang memperkenalkan kerangka Do No Harm seperti yang diterangkan di atas,
dan diberi nama
Listening Project.3 Proyek ini bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dari penerima
manfaat
atau penerima bantuan atau dukungan humanis lainnya hanya dengan menanyakan beberapa
pertanyaan terbuka.
55
tingkatan lebih tinggi. Kebanyakan dari pendekatan organik seperti ini melihat perubahan
sebagai proses evolusi yang didorong oleh mutasi dari dalam sebagai respon terhadap
tantangan eksternal dan hasrat mewujudkan kehidupan yang lebih memadai. Pendekatanpendekatan ini berkembang dari ilmu alam yang mengacu kepada perubahan seperti ini
sebagai bio-dinamis atau pendekatan yang endogen terhadap perubahan.
56
Pendekatan Berbasis Hak, yang sekarang menjadi strategi pilihan bagi banyak lembaga,
bisa juga dipandang sebagai langkah untuk menuju pendekatan yang organik dan dikendalikan
secara internal. Pendekatan berbasis hak menekankan bahwa inisiatif dan mandat untuk
pembangunan datang dari dalam masyarakat. Pembangunan harus dipimpin oleh warga
dan fokus pada kebutuhan warga akan kesejahteraan mereka. Warga berhak untuk
merasakan manfaat dari
pembangunan. Namun, walau pendekatan berbasis aset didorong oleh hak dan nilai,
pendekatan
ini juga melengkapi afirmasi sederhana bahwa warga juga memiliki hak atas pembangunan.
Warga juga memiliki hak untuk terlibat secara aktif dalam pembangunan mereka
sendiri.
Mereka berhak atas ruang dan sumber daya yang memudahkan mereka untuk menjadi agen
perubahan. Dalam hal ini, pendekatan berbasis aset mendorong kita untuk mempromosikan
inisiatif pembangunan yang dipimpin oleh aktor, di mana pemerintah dilihat sebagai pihak
yang bekerja sama, bukan pelaku atau badan yang bertanggung jawab untuk perubahan.
Akhir kata, bisa dikatakan bahwa Prinsip Pembangunan seperti yang dicanangkan
dalam tiga pertemuan terakhir OECD High Level Forums on Aid Effectiveness4 lebih konsisten
dengan pendekatan berbasis aset. Penekanan untuk memanfaatkan sistem dan proses suatu
pemerintah atau organisasi lokal, dan menyediakan dukungan dana untuk inisiatif lokal
merupakan sebuah pengakuan bahwa titik mula pendekatan ini harus bertumpu pada
penguatan kapasitas lokal dan dukungan terhadap upaya-upaya lokal. Demikian juga prinsipprinsip pembangunan yang terdapat dalam pernyataan tentang keefektifan bantuan ini
Bab ini mendiskusikan berbagai macam, walau tidak semua, pengaruh di balik
pendekatan berbasis aset.
Pendekatan partisipatif telah diterapkan dalam pembangunan selama lebih dari 20 tahun.
Pendekatan berbasis aset masih terbuka untuk menggunakan metode-metode partisipatif
dan mendukung tujuan pendekatan partisipatif sebagai usaha untuk memposisikan warga di
ruang kendali utama untuk mengarahkan pembangunan mereka sendiri.
Pendekatan berbasis aset juga berdasar kepada tren baru yang disebut Psikologi Positif,
yang menekankan pada membantu orang dan organisasi untuk fokus pada, dan bekerja
untuk, mengembangkan citra dan strategi positif guna mengatasi tantangan-tantangan
kehidupan.
Pemetaan aset sudah ada selama bertahun-tahun dan diakui sebagai strategi yang
dapat digunakan oleh organisasi-organisasi warga yang tertarik untuk mendorong
perubahan sosial.
Pendekatan Penghidupan Berkelanjutan muncul pada awal tahun 1990an sebagai cara
untuk mengatasi kerentanan dalam komunitas miskin dan kebanyakan di wilayah
pedesaan. Pendekatan ini mendorong penggunaan aset yang lebih kuat di mana ada
57
modal yang lebih besar sebagai cara untuk mengatasi aset yang lebih lemah atau
kekurangan yang
Walau kontribusi modal sosial terhadap pembangunan telah diakui selama bertahuntahun, ketika dikombinasikan dengan asosiasi atau organisasi warga, maka kesatuan ini
menjadi aset paling penting yang dimiliki komunitas. Pengembangan kapasitas
organisasi juga mengidentifikasi peningkatan kualitas relasi antarkelompok sebagai
strategi kunci untuk mempromosikan peningkatan fungsionalitas.
Pada mulanya, pendekatan berbasis aset terlihat tidak cukup memberi penekanan
pada dominasi kekuasaan dan penindasan. Salah satu alasannya adalah karena pendekatan
berbasis
aset melihat dinamika kekuasaan dengan cara yang sangat berbeda. Kekuasaan ada pada
setiap orang dan tumbuh melalui hubungan dan kolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Mengeluarkan dan menumbuhkan kekuasaan ini untuk bekerja sama, dan bukan untuk
mengkonfrontasi pemegang kekuasaan, adalah strategi yang digunakan untuk
pendekatan berbasis aset.
Ada beberapa gaya percakapan dan pendekatan naratif (atau bertutur cerita secara
terstruktur) dan penggunaannya sudah dipromosikan oleh banyak organisasi. Hal ini
juga merupakan salah satu modal dasar untuk kegiatan pembangunan berbasis aset.
Akhir kata, kebalikan dari pendekatan berbasis logika dan kaku yang digunakan
dalam industri konstruksi, dan dapat dilihat dalam aplikasi ketat pendekatan LogFrame,
pendekatan berbasis aset mengacu kepada contoh pertumbuhan organik dan evolusioner
seperti yang terjadi di alam.
58
59
60
61
4
BABA
teOri-teOri
PerUBaHan DaLam
BerBagai PenDeKatan
BerBasis KeKUatan
61
ikhtisar
Bab ini menjelaskan filosofi pembangunan yang digunakan banyak pendekatan berbasis
kekuatan. Pendekatan berbasis kekuatan membuat asumsi tentang realitas dan bagaimana
perubahan terjadi. Asumsi-asumsi ini dibuat berdasarkan melihat realitas dengan cara
yang berbeda dari pendekatan lain yang menggunakan pendekatan berbasis masalah untuk
menciptakan perubahan.
62
kita
l
di
l
dunia alam dan akan lebih efektif jika terjadi secara organik.
Masyarakat dan organisasi kemungkinan akan berkembang lebih cepat menuju apa
yang mereka pahami sebagai pemberi kehidupan dan energi positif.
Bab ini juga menjelaskan prinsip-prinsip operasional yang lahir dari landasan teori-teori
tersebut.
pada
pengalaman dan analisis terhadap pengalaman tersebut. Sebuah teori adalah ekspektasi akan
realitas seharusnya bagaimana. Teori perubahan adalah sebuah dalil atau pernyataan yang
mendeskripsikan usulan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
Di balik sebagian besar kegiatan-kegiatan pembangunan dan strategi-strategi perubahan
organisasi tradisional terdapat sebuah rancangan dan rencana kerja. Rancangan dan rencana
kerja sebuah program menguraikan implementasi teori perubahan tertentu. Teori
perubahan memberi alasan mengapa kita terlibat dalam sejumlah kegiatan untuk mencapai
hasil akhir yang diinginkan. Sebuah teori umumnya menyatakan bahwa saat seseorang atau
kelompok terlibat dalam sejumlah kegiatan maka hasil akhirnya bisa diperkirakan atau apa yang
kita yakinkan akan
terjadi. Misalnya, jika seorang petani menanam benih jagung di waktu tertentu dan
kemudian
menggarap tanahnya dengan cara khusus, maka petani itu bisa memperkirakan hasilnya berupa
63
Di sisi lain, pendekatan berbasis kekuatan melihat realitas dengan cara yang jauh lebih
alami dan holistik. Kegiatan pembangunan harus ditetapkan dalam konteks organisme hidup
yang memiliki sejarah dan aspirasi untuk masa depan yang lebih baik. Selain menggunakan
logika dan analisis, memori dan imajinasi juga penting dihidupkan dalam mencipta
perubahan. Proses perubahan adalah upaya bersengaja mengumpulkan apa yang memberi
hidup pada masa lalu (memori) dan apa yang memberi harapan untuk masa depan
(imajinasi). Proses tersebut didasarkan pada apa yang sedang terjadi sekarang dan
memobilisasi apa yang sudah ada sebagai potensi.
64
Berikut ini adalah beberapa kerangka dasar atau fondasi teori menjadi bagian dari teori perubahan
bagi pendekatan berbasis kekuatan untuk pembangunan5:
1. Keberlimpahan masa kini Setiap orang punya kapasitas, kemampuan, bakat dan
gagasan.
Setiap kelompok punya sistem dan sumber daya yang bisa digunakan dan diadaptasi
untuk proses perubahan.
2. Pembangunan inside out atau dari dalam ke luar Perubahan yang bermakna dan
berkelanjutan pada dasarnya bersumber dari dalam dan orang merasa yakin untuk
menapak menuju masa depan saat mereka bisa memanfaatkan kesuksesan masa lalunya.
3. Proses Apresiatif Setiap orang punya pilihan untuk melihat realitas dari sisi negatif
atau sisi positif. Anda bisa melihat sebuah gelas sebagai setengah penuh atau setengah
kosong. Pendekatan berbasis kekuatan menggunakan teori ini untuk menawarkan
pandangan bahwa sementara selalu ada dua sisi untuk realitas apa pun, memusatkan
perhatian pada kedua sisi
positif dan negatif akan memberi gambaran realitas yang lebih lengkap, tetapi
memusatkan perhatian pada hal yang positif atau gelas yang setengah penuh akan lebih
mungkin membantu masyarakat dan organisasi berubah. Pendekatan berbasis kekuatan
bersengaja mengamati dan mendorong sisi realitas yang bisa diapresiasi. Pendekatan
berbasis kekuatan melacak apa yang ingin kita lihat lebih banyak dan mengembangkan apa
yang telah berhasil sejauh ini.
4. Pengecualian positif dalam setiap komunitas sering kali ada sesuatu yang bekerja
dengan baik dan seseorang yang berhasil secara istimewa, kendati menggunakan
sumber daya yang sama. Ini adalah prinsip yang mendasari teori Positive Deviance.
Menurut teori ini, titik mula adalah mencari dan menganalisis contoh-contoh mereka
yang lebih berhasil meski menggunakan sumber daya yang sama seperti semua orang lain.
Titik awal perubahan adalah
mengamati perilaku yang patut dicontoh, bukan kekurangan dan kelemahan.
Pengetahuan
dan perubahan sikap adalah hasil dari aplikasi ulang dan adaptasi perilaku sukses yang sudah
65
ada.
5. Konstruksi Sosial atas Realitas tidak ada situasi sosial yang telah ditentukan sebelumnya.
Kita selalu mengkonstruksikan sendiri realitas yang kita jalani apapun yang kita
lakukan merupakan langkah pertama menuju apa yang kita wujudkan. Appreciative
Inquiry dan pendekatan berbasis aset lain beranjak dari teori ini.6 Banyak pendekatan
berbasis aset yang menyatakan kita bergerak menuju realitas yang kita paling menarik
perhatian kita. Apa yang kita bicarakan menjadi fokus kita, dan apa yang kita inginkan
sangat mungkin terwujud karena kita selalu menciptakan peluang dan membuat
pilihan untuk mewujudkannya. Bahkan apa yang ingin kita ketahui, dan saat kita mulai
proses pencarian, maka kita memulai proses perubahan. Jadi jika kita ingin perubahan
positif maka kita harus mencari tahu tentang berbagai hal yang paling mungkin membuat
66
7. Dialog Internal Anda bisa mengukur dan memengaruhi bagaimana sebuah organisasi
berfungsi dengan memerhatikannya dan mengubah dialog internal yang terjadi di dalam
organisasi tersebut. Riset oleh Profesor Marcial Losada dan Barbara Fredrickson
tentang
Organisasi dengan Kinerja Tinggi dan Rendah memperlihatkan efek ini.7 Mereka
memberikan beberapa bukti untuk menunjukkan bahwa jika sebagian besar hubungan
kita berdasarkan interaksi positif, maka besar kemungkinan hubungan tersebut akan
berkembang. Akibatnya, Jika dialog internal (atau percakapan antar anggota) positif,
terbuka terhadap perubahan, dan kolaboratif maka organisasi itu akan menjadi lebih
kuat. AI mengambil dari teori ini dengan menyatakan bahwa jika kita fokus pada
kekuatan dan kesuksesan maka kita bisa menemukan energi yang lebih besar untuk
perubahan dan kita bisa menciptakan lingkungan yang mendukung terjadinya perubahan.
Menariknya, dialog internal ini sangat terkait dengan bertutur cerita dan interaksi informal,
sama seperti keterkaitannya dengan pernyataan misi dan KPA atau alat manajemen
organisasi lainnya.
8. Keterlibatan Seluruh Sistem Cara berpikir sistem atau systems thinking (bagaimana
segala sesuatu bekerja dalam sistem atau saling terhubung, dengan masing-masing
bagian saling memengaruhi dalam menentukan apa yang akan terjadi) diadaptasi untuk
diterapkan pada sistem sosial dan organisasi oleh Peter Checkland, dan telah menjadi
apa yang sekarang dikenal sebagai Soft Systems Methodology (SSM).8 Metodologi ini
beranggapan bahwa sebuah organisasi atau kumpulan kelompok yang bekerja menuju
tujuan bersama dapat berubah dengan menemukan cara untuk memengaruhi bagianbagian dalam rantai unit yang saling berinteraksi. AI menggunakan sebagian teori di balik
systems thinking dan SSM dengan menawarkan bahwa jika ingin melakukan perubahan
seluruh sistem harus dilibatkan
keseluruhan organisasi dan mitranya semua yang berhubungan dengan apa yang
sedang diusahakan. Ini bisa berarti agen dan klien; pembeli dan penjual; guru dan
siswanya; atau
dalam pendekatan program, semua mitra yang berbeda-beda. Kebanyakan program AI akhirakhir ini dimulai dengan apa yang disebut sebagai AI Summit.
9. Teori Naratif Penggunaan percakapan semi terstruktur makin sering digunakan dan
dilihat sabagai cara mendorong pemahaman dan fokus komunitas pada apa yang
menjadi kepedulian bersama kelompok. Percakapan merupakan bentuk lain mendorong
bertutur cerita dalam format yang terlalu terstruktur. Percakapan adalah belajar
mengidentifikasi apa yang dianggap penting lewat suasana terbuka dan tidak terlalu
formal. Salah satu contoh adalah World Caf yang biasanya dipakai sebagai pertemuan
kelompok yang sedang mencari arah, dan dijelaskan sebagai usaha interaksi pemikiran
yang lewat percakapan tentang pertanyaan yang benar-benar penting. 9
67
68
6.
Prinsip Keutuhan: Keutuhan menarik yang terbaik dari orang dan organisasi;
membawa seluruh pemegang kepentingan dalam forum bersama yang mendorong
kreativitas dan membangun kapasitas kolektif.
69
70
Metode teoritis untuk perubahan dalam berpikir berbasis aset diambil dari alam dan
cara lingkungan alam berubah secara organik dan berinteraksi secara holistik.
Berpikir kreatif, atau apa yang kadang sering disebut cara berpikir otak kanan
sangat berguna karena membantu kita mengaktif kan imajinasi dan membuka banyak
kesempatan yang sebelumnya mungkin tidak akan terpikirkan. Pemikiran ini mendorong
kita melihat realitas dengan cara berbeda.
Karena manusia, organisasi, dan komunitas tempat mereka berada pada dasarnya
mampu secara inheren untuk bergerak maju menuju respon hidup yang lebih sesuai, maka
perubahan dimulai saat dua orang atau lebih berkumpul untuk saling bertutur cerita dan
berinteraksi dalam percakapan-percakapan yang kaya. Percakapan dan pendekatan
naratif adalah alat paling fundamental untuk mencipta perubahan sosial menurut cara
berpikir berbasis aset dan apresiatif.
71
72
- -"
..
BAB 5
HUBUngan antara
Warga Dan PemerintaH
73
73
ikhtisar
Bab ini akan membahas bagaimana pendekatan berbasis aset mendorong peluang
membangun kemitraan dengan pemerintah dan dengan demikian meningkatkan kinerja
pemerintah serta memberi manfaat bagi warga.
Bab ini
berikut:
mencakup
topik-topik
sebagai
Forum
Multipihak
l
74
Desentralisasi
l
Produksi
Bersama
l
Sisi
Permintaan
Penawaran
dan
Forum
multipihak
Pendekatan apresiatif untuk perubahan organisasi dan pendekatan berbasis aset untuk
pengembangan warga semakin menyadari pentingnya dengan mengumpulkan perwakilan
dari seluruh sistem, termasuk para manajer atau level senior, level menengah dan level
bawah atau penerima manfaat utama. David Cooperrider menggambarkannya sebagai
kombinasi pendekatan bawah ke atas dan atas ke bawah yang disatukan. Ada pula yang
menyebutkan platform multi pihak di mana semua pemain ada di ruang yang sama pada
waktu yang sama. Ini adalah sebuah pencarian kolektif oleh semua yang mungkin akan kena
pengaruh kegiatan-kegiatan proyek sekaligus sebuah persetujuan kolektif untuk bekerja secara
kolaboratif untuk mewujudkan masa depan yang disepakati.
Salah seorang pendukung awal proses interaksi multipihak ini adalah Peter Checkland,
yang mengembangkan Soft Systems Methodology (SSM) pada awal 1990-an. SSM adalah
pendekatan lain yang melihat bahwa perilaku manusia adalah bagian dari sebuah sistem
yang lebih utuh dan organic, dan setiap aspek dari sistem organik itu memengaruhi setiap
bagian lainnya. SSM berusaha melibatkan seluruh sistem dengan mencari cara untuk
menstimulasi pertumbuhan dari dalam sistem, bukan merancang dan mengatur perubahan
dari luar.
Gawe Rapah Warga adalah kegiatan tradisional di Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Komunitas dan para pemimpinnya
berkumpul dalam satu pertemuan untuk
mengungkapkan keluhan, mempertimbangkan pilihan dan menyepakati strategi untuk masa
depan. Kesepakatan yang
dicapai
mengikat
semua
pihak.
Ini adalah contoh bagus tentang pemanfaatan forum multi pihak tradisional untuk berpikir kreatif
dan mnyepakati tindakan untuk masa depan. Jaringan Masyarakat Sipil adalah sebuah
organisasi
masyarakat sipil di Lombok Barat yang mengaplikasikan strategi tradisional dan efektif ini
pada kerja sama komunitas dan pemerintah daerah guna meningkatkan pelayanan publik. 10
Dasar untuk mengelola dan memantau proses perubahan lewat kegiatan-kegiatan multi
pihak terletak pada prinsip-prinsip kunci pendekatan berbasis aset. Yaitu bahwa setiap
anggota sistem memiliki kontribusi yang relevan pada proses perubahan dan setiap orang
memiliki pemahaman yang berhubungan dengan bagiannya masing-masing dalam proses
perubahan, yang harus diikutsertakan dalam rencana besar sistem itu.
75
Desentralisasi
Pemerintahan
dan
Partisipasi
Warga
dalam
Desentralisasi terjadi saat pemerintah pusat memberi kekuasaan bagi aktor atau institusi di
tingkat bawah. Desentralisasi memiliki banyak bentuk, seperti ditampilkan dalam tabel di
bawah ini. Dalam kasus-kasus di mana desentralisasi sumber daya mengikuti desentralisasi
kekuasaan kepada pemerintah lokal, kemitraan yang lebih tulus antara komunitas dan
pemerintah lokal mulai muncul, sebagai akibat lebih terlibatnya warga dalam
pengambilan keputusan atas distribusi sumber daya.
Desentralisasi11
76
Desentralisasi
Politik atau
Demokratik
Kekuasaan dan sumber daya dialihkan kepada pihak berwenang yang mewakili
(dan bertanggung jawab kepada) populasi lokal.
Desentralisasi
Administratif
Kekuasaan dan sumber daya dialihkan kepada cabang lokal pemerintah pusat.
Badan-badan yang bertanggung jawab ke atas adalah lembaga administratif
lokal perpanjangan dari pemerintah pusat.
Desentralisasi Fiskal
Privatisasi
Manajemen bersama
(Produksi bersama)
Seiring dengan waktu, warga telah menuntut dan mencari cara meningkatkan
partisipasi mereka dalam pembuatan keputusan tentang masa depan mereka dan jenis
pelayanan publik yang harus berikan oleh negara kepada mereka. Lebih dari seabad lalu,
asosiasi-asosiasi buruh dan gerakan kesejahteraan lahir sebagai penyeimbang monopoli feodal
dan menjadi reaksi kuat terhadap industrialisasi Eropa. Perjuangan kelas atau usaha kaum
miskin untuk mengambil kembali kekuasaan kelas menengah atas aset-aset produksi dan
pengambilan keputusan membuat komunitas mengorganisir diri menjadi kelompok-kelompok
konfrontatif untuk menuntut haknya. Gerakan-gerakan rakyat membawa perjuangan warga
masuk ke ruang-ruang publik sebagai cara menghentikan mekanisme pemerintahan yang
opresif. Pengembangan masyarakat awalnya dimaksudkan untuk membantu komunitas
bernegosiasi dengan pemerintah untuk mendapat layanan yang lebih baik. Pada akhirnya,
pengembangan masyarakat termasuk kegiatan-kegiatan
swadaya sosial dan ekonomi yang dikelola oleh OMS, yang terkadang menggantikan kerjakerja
pemerintah atau menjangkau tempat-tempat di mana layanan pemerintah belum berfungsi.
Akhir-akhir ini jejaring sosial digunakan oleh warga untuk mendorong demokratisasi dan
membuka ruang-ruang baru bagi partisipasi warga dalam meningkatkan layanan
pemerintah. Pemerintah juga lebih terbuka dalam menurunkan dana langsung ke
masyarakat, seperti yang terjadi dalam inisiatif pembangunan yang dipimpin oleh
komunitas, seperti Program Nasional Pembangunan Masyarakat (PNPM) di mana
pemerintah desa (atau dewan yang terdiri dari perwakilan desa) menerima subsidi
keuangan tahunan langsung dari Kementerian Keuangan untuk mengelola secara mandiri
pembangunan infrastruktur skala kecil.
Maka, kemitraan atau jaringan kolaboratif antara warga dan pemerintah dalam
menjalankan pengelolaan pembangunan sebuah daerah atau negara menjadi lebih sering
umum dan sekarang memiliki legitimasi yang oleh warga era sebelumnya hanya menjadi
mimpi. Sekarang warga mengorganisir diri dan mengelola sumber dayanya sendiri menjadi
praktik standar dalam kegiatan pembangunan.
77
LaYaNaN
LEMBaGa
Pemerintah
78
non Pemerintah
Kolaborasi
Pembangunan
antara Pemerintah,
Lembaga Non-Pemerintah,
dan Organisasi Masyarakat
aSEt YaNG
DIMOBILISaSI
Warga
Pengalaman tsunami tahun 2002 di Aceh dan gempa tahun 206 di sekitar Yogyakarta membuat
komunitas di tempat-tempat tersebut menggunakan alat pengumpul data modern dan
aplikasi pemetaan ruang yang terbuka (seperti Open Street Map) untuk merevisi cara
mengumpulkan informasi desa. Sejak 2003, ACCESS lewat organisasi-organisasi masyarakat
sipil yang menjadi mitranya telah mengembangkan cara-cara partisipatif untuk melakukan
pemetaan sosial dan aset. Semua inisiatif ini telah mendorong lahirnya Sistem Informasi Desa
(SID) yang lebih partisipatif berjalan terus-menerus. Selain membantu masyarakat belajar
tentang aset apa saja yang mereka miliki untuk digunakan dalam perencanaan desa, prosesnya
sendiri menunjukkan bagaimana perempuan dan kelompok-kelompok lain yang lebih
terpinggirkan di dalam desa mampu berkontribusi. Pemerintah juga terbantu dalam
menentukan sasaran layanan publik dan program
jaringan sosial dengan lebih baik agar sampai pada mereka yang benar-benar membutuhkannya.
Pemetaan komprehensif dan database GPS telah memungkinkan para pemimpin desa dan warganya
memiliki cara-cara lebih baik untuk bernegosiasi dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan
cakupan layanan yang lebih baik.
79
80
Sebuah studi tentang dampak ACCESS dan mitra masyarakat sipil di pulau
Sumba, Nusa Tenggara Timur, memperlihatkan bahwa dengan mengikuti proses multi
pihak dalam mengembangkan rencana jangka menengah desa, masyarakat menjadi sadar bahwa
mereka mampu menjalankan banyak rencana mereka sendiri tanpa menunggu dukungan
pemerintah. Beberapa contoh yang dijabarkan dalam studi tersebut termasuk:
Di Sumba Barat, dimulai dari satu desa yang bersebelahan dengan hutan Poromombu
dan pada akhirnya berkembang menjadi 3 kecamatan dan 6 desa, masyarakat menjadi sadar
bahwa mereka perlu segera mengambil langkah untuk melindungi dan mengembangkan
sumber daya hutan. Selain menyepakati beberapa kebijakan konservasi, komunitas sekitar mulai
melihat hutan sebagai sumber daya integral bagi konservasi air, obat-obatan tradisional,
keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan jangka pendek maupun jangka panjang. Organisasiorgansiasi yang dibentuk
di enam desa ini tidak saja semakin menyadari nilai aset yang sebelumnya mereka rusak secara
acak, namun mereka juga mulai mendekati pemerintah sebagai mitra untuk menjalankan rencanarencana mereka.
Di desa lain, komunitas memutuskan bahwa mereka bisa menyelesaikan beberapa kegiatan
prioritas tanpa
perlu menunggu pendanaan pemerintah yang akan datang. Di
Waimangoma, komunitas menggunakan asetnya sendiri untuk mendirikan kantor desa baru
dan rumah bagi para pemimpin desa. Di Pahola mereka membangun jalan akses sepanjang
2 kilometer yang menghubungkan desa mereka dengan desa lainnya serta memberikan akses
lebih luas bagi mereka bagi mobilitas sosial dan ekonomi. DI banyak desa lainnya, proses
partisipasi dalam perencanaan satu rencana desa mendorong lahirnya usaha-usaha koperasi
tingkat kecil dan menengah.
Dalam contoh ini dan banyak lainnya yang serupa, penelitian oleh IRE Yogyakarta
menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan berbasis aset, masyarakat menjadi sadar
akan meningkatnya, atau emansipasi modal sosial mereka sendiri, termasuk meningkatnya
rasa percaya diri dan saling percaya, meningkatnya kesadaran akan keuntungan dari bekerja
bersama dan dalam jejaring. 12
Produksi
Bersama
Berbagai pemerintah semakin mengakui bahwa meskipun pemerintah mengelola layanan
seperti kesehatan dan pendidikan, organisasi warga juga melakukan banyak fungsi-fungsi
pelengkap yang tidak saja membuat layanan publik itu efektif, namun juga menguatkannya.
Jika warga tidak turut berpartisipasi mewujudkan kesejahteraannya sendiri, tidak saja
birokrasi dan anggaran yang membengkak, namun juga tidak mungkin mempunyai
jangkauan yang sama seperti yang dicapai warga yang bekerja sama dalam berbagai asosiasi.
Dalam pendidikan, kualitas dan efektivitas komite manajemen warga dan asosiasi orang
tua berdampak besar pada layanan secara keseluruhan. Dalam sekolah tipe apapun yang
berfungsi
baik, selalu ada banyak kelompok organisasi warga atau orang tua yang bersemangat dan
melengkapi layanan yang diberikan Kementerian Pendidikan. Dalam hal kesehatan, kelompok
81
dukungan warga memenuhi kebutuhan masyarakat dalam lingkup antara rumah dan kantor
layanan pemerintah manapun. Di dalam rumahnya juga, masyarakat merawat keluarganya
masing-masing dengan cara-cara yang sepadan dengan program layanan resmi yang
disediakan pemerintah.
Di berbagai tempat di dunia, sebagai akibat desentraliasai dan tekanan menurunnya
birokrasi pemerintah, pengakuan atas peran potensial yang lebih besar bagi organisasi
masyarakat sipil telah mendorong pemerintah, khususnya pemerintah lokal, untuk bekerja
sama dengan masyarakat sipil di tingkat implementasi dan kebijakan. Organisasi masyarakat
sipil sekarang bekerja sama dalam mengupayakan perbaikan dalam kebijakan dan sistem yang
melayani masyarakat dengan lebih baik.
Pengalaman ACCESS dengan masyarakat sipil yang menghasilkan peningkatan rasa kepemilikan
dan institusionaliasi partisipasi warga oleh pemerintah daerah telah diakui secara nasional,
terbukti dari permintaan berulang kali dari lembaga seperti Tim Nasional Percepatan Pengentasan
Kemiskinan untuk berkontribusi terhadap formulasi kebijakan kolaborasi, juga permintaan dari
banyak pemerintah kabupaten untuk mendanai replikasi model kemitraan warga-pemerintah
untuk layanan publik.
Tabel berikut menggambarkan proses historis dari tiga model berbeda tentang
partisipasi warga dalam meningkatkan layanan dan menuntut haknya terhadap
pembangunan.
82
Kemandirian
Layanan yang
Dinegosiasikan
Komunitas dan
Pemerintah
l Proses-proses
swadaya
l Memanfaatkan
modal sosial
l Skala kecil
l Berbasis hak
l Berpusat pada
klien
l Bergantung pada
dana hibah
Dalam model Kemandirian mewakili aktivitas warga dan kelompok komunitas yang
bekerja sendiri dan dalam kelompok-kelompok komunitasnya. Usaha ini ditujukan untuk
memenuhi tujuan mereka sendiri dan dilakukan seiring dengan apapun yang disediakan
pemerintah. Pelaksanaan pengembangan komunitas sering kali tetapi tidak secara eksklusif
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan sebuah komunitas untuk terlibat dalam kegiatankegiatan mandiri. Kegiatan-kegiatan ini sering kali didanai oleh dana hibah komunitas
diberikan pemerintah atau lembaga donor lewat organisasi masyarakat sipil lokal dan
internasional
Interaksi dalam model Layanan yang Dinegosiasikan menunjukkan kegiatan-kegiatan
yang dijalankan oleh organisasi independen, biasanya non-profit, yang bekerja sama
dengan lembaga donor dan pemerintah untuk memberikan layanan pada warga. Organisasiorganisasi
ini mewakili orang-orang kelas menengah yang terpelajar, yang bekerja dalam birokrasi dan
menyediakan
diri untuk memastikan
apa yang
diinginkan
pemerintah
atautidak
donorselalu
di komunitas
terjadi. Organisasi-organisasi
ini biasanya
dimotivasi
oleh
nilai namun
tinggal
di komunitas atau dipimpin oleh komunitas yang mereka layani. Misalnya, programprogram berbasis organisasi sering kali bekerja bersama pembawa amanat untuk
memperjuangkan hak warga yang tak memiliki kapasitas sendiri untuk melakukannya.
Mereka bisa menjadi wakil masyarakat untuk menghadap pemerintah, menuntut agar
pemerintah menyalurkan dana lewat mereka sebagai agar dapat memperluas cakupan layanan.
Program-program berbasis organisasi biasanya diberikan kepada korban individu, seperti anakanak yang kurang beruntung, atau orang dengan disabilitas. Para individu ini adalah klien
mereka. Pertanggung jawaban mereka kepada pemerintah dilihat dari bagaimana mereka
mengelola para klien. Jadi, mengelola bantuan lewat mengelola klien bermanfaat bagi mereka
sendiri dan bagi pemerintah.
83
84
Saatkomunitasbelajarmengorganisirasetmerekasendiridanmembangunorganisasi-organisasi
yang lebih kuat untuk perubahan sosial, pemerintah semakin bersedia mengkontribusikan
sumber daya dan keahliannya. Menggunakan pendekatan berbasis aset, komunitas bisa menguji
coba praktik pertanian baru, mengolah kembali lahan tak terpakai, meningkatkan
pengelolaan
sumber daya alam mereka sendiri, mengelola diri dengan lebih baik untuk memanfaatkan
layanan kesehatan dan pendidikan, mengorganisir diri dalam kelompok-kelompok
pengguna untuk distribusi air, baik untuk produksi maupun untuk air minum,
meningkatkan perilaku sanitasi dan kebersihan, mengembangkan strategi untuk memperbaiki
gizi, mendirikan koperasi dan jaringan pemasaran, di samping memanfaatkan aset alam dan
manusia yang dimiliki untuk membangun atau merawat infrastruktur di mana pemerintah
gagal atau terlalu merespon.
Dalam merespon mobilisasi warga, sumber daya pemerintah memiliki banyak bentuk.
Contoh pertama, mereka mungkin menunjukkan ketertarikan, yang tidak ada sebelumnya.
Mereka mungkin merevisi kebijakan untuk memastikan keberlanjutan inisiatif masyarakat
atau setidaknya melengkapi kegiatan komunitas. Kunci meningkatkan kualitas pelayanan
dalam pendekatan produksi bersama adalah dengan meningkatkan kapasitas daya ungkit.
Semakin besar keterlibatan komunitas dalam memenuhi kebutuhan sosial dasar, makin
besar kemungkinan pemerintah akan mau membuat komitmen untuk mendukung
keterlibatan ini. Ilustrasi di bawah menjelaskan hal ini secara jelas. Saat masyarakat aktif,
pemerintah menjadi lebih terinformasikan dan menjadi lebih ingin terlibat.
Memberi
informasi
Pemerintah
atau Dinas
Investasi
85
Merespon
Bekerja
Punya Suara
Komunitas
Daya ungkit
86
87
88
Dalam program yang berhubungan dengan tata kepemerintahan, istilah sisi penawaran
(supply side) dan sisi permintaan (demand side) sering digunakan. Sisi penawaran
seharusnya
pemerintah dan sisi permintaan adalah komunitas atau konsumen. Faktanya, terdapat sisi
penawaran dan permintaan pada peran pemerintah dan warga dalam pembangunan.
Memang
benar, menyebut masyarakat sipil sebagai sisi permintaan berarti warga menjadi penerima
pasif dan tergantung pada dukungan pemerintah dan opihak luar. Dari perspektif pendekatan
berbasis aset, merendahkan peran warga dengan meletakkannya pada sisi permintaan
berarti tidak menghargai potensi mereka untuk berpartisipasi bahkan memimpin kegiatankegiatan pembangunan. Warga memang bisa menuntut perubahan kepada pemerintah dan
membantu warga menjadi sadar tentang apa yang dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah
(lewat proses- proses perbaikan transparansi dan akuntabilitas), dan membantu warga untuk
tahu apa hak merekadalam pembangunan, semuanya adalah kontribusi penting dalam
pembangunan.
Dalam pendekatan berbasis aset, warga juga mampu berkontribusi dalam proses
pembangunan. Warga bisa berkontribusi berbagai aset dan melengkapi layanan pemerintah.
Warga juga bisa menuntut kualitas pengeloaan organisasi mereka sendiri juga, bukan
hanya pemerintah.
Dalam pendekatan aset, pemerintah dan organisasi warga sama-sama bertanggung jawab
atas sisi penawaran dan sisi permintaan. Layanan publik oleh pemerintah bisa
ditingkatkan dengan partisipasi warga dalam dalam perencanaan pembangunan, pusat
pengaduan warga dan citizen report cards. Layanan publik bisa juga ditingkatkan dengan
adanya populasi warga yang lebih aktif dan terlibat penuh dalam melakukan inisiatif mereka
sendiri dan memimpin upaya- upaya pembangunan sendiri juga. Di banyak tempat yang
sebelumnya pasif dan sering kali termarjinalkan, warga sekarang melihat pemerintah
sebagai salah satu dari banyak aset yang mereka miliki untuk berkontribusi pada
pengembangan diri mereka sendiri.
Jejaring Desa Siaga adalah program kesehatan untuk memobilisasi aset komunitas dan
memperkuat lembaga-lembaga lokal untuk melengkapi dan memaksimalkan
layanan
kesehatan dari pemerintah. Di kabupaten Kupang, Timor Barat, Oelomin adalah satu
dari banyak desa di mana hal ini telah terjadi dibawah arahan organisasi masyarakat
sipil
bernama INCREASE. Masyarakat melakukan pencatatan atas kondisi kesehatan desa yang
terus diperbarui secara berkala, mendirikan pusat promosi kesehatan menggunakan
aset fisik dan kemampuan lokal yang ada, membuat jadwal transport sebagai pengganti
layanan ambulans, menjalankan tabungan bagi ibu melahirkan, memproduksi makanan
tambahan lokal untuk bayi, melakukan konseling dan memberikan pelatihan gizi,
kesehatan ibu, menyusui, dan keluarga berencana. Bersamaan dengan beberapa
program lain yang dijalankan masyarakat dengan dukungan tekis dari Kementerian
Kesehatan, dalam 4 tahun terakhir telah terjadi penurunan drastis dalam: kematian
ibu dan bayi saat persalinan; penyakit bawaan vektor; penyakit saluran pernafasan
dan penyakit dalam lainnya; serta telah menjadikan akses terhadap layanan kesehatan
lebih terjangkau dan tidak berakibat meningkatkan kemiskinan secara dramatis bagi
keluarga yang membutuhkannya.
89
90
BAB 6
metODe-metODe
PaLing UmUm
91
91
ikhtisar
Bab ini membahas metodologi yang paling jelas dan bersengaja menggunakan pendekatan
berbasis aset untuk pengembangan organisasi dan pemberdayaan komunitas. Setiap
pendekatan ini berkembang dari beberapa pengalaman, sektor, dan tujuan yang cukup
berbeda-berbeda. Walau pada dasarnya semua mengandung pesan-pesan berbasis aset
yang serupa, setiap metodologi memiliki penekanan atau kontribusi khusus terhadap
pendekatan berbasis aset secara keseluruhan.
Beberapa
adalah:
l
92
metodologi
tersebut
Appreciative
Inquiry
l
Pengembangan Komunitas Berbasis
Aset
l Inisiatif Penyimpangan Positif
l
Ekonomi
Kerakyatan
Beragam
l
Pembangunan
Endogen
appreciative
inquiry
Pendekatan berbasis aset yang paling maju kemungkinan berasal dari apa yang dinamakan
Appreciative Inquiry (AI).
Appreciative Inquiry adalah sebuah filosofi perubahan positif dengan pendekatan siklus
5-D, yang telah sukses digunakan dalam proyek-proyek perubahan skala kecil dan besar,
oleh ribuan organisasi di seluruh dunia. Dasar dari AI adalah sebuah gagasan sederhana,
yaitu bahwa organisasi akan bergerak menuju apa yang mereka pertanyakan. Misalnya, ketika
sebuah kelompok mempelajari tentang masalah dan konflik yang dihadapi manusia, sering
kali mereka
menemukan bahwa jumlah dan intensitas masalah-masalah itu semakin meningkat. Dengan
cara yang sama, ketika kelompok mempelajari idealisme dan capaian manusia, seperti
pengalaman puncak, praktik terbaik, dan capaian mulia, maka fenomena ini juga cenderung
akan meningkat.
Appreciative Inquiry merupakan pencarian evolusioner bersama dan kooperatif untuk
menemukan yang terbaik dari diri seseorang, organisasinya, dan dunia di sekelilingnya. AI
meliputi penemuan tentang apa yang membentuk kehidupan dalam sebuah sistem yang
hidup, yaitu saat sistem itu paling efektif, secara konstruktif berkemampuan secara ekonomi,
ekologi dan sebagai manusia. AI melibatkan seni dan praktik bertanya memperkuat
kapasitas sebuah sistem untuk memahami, mengantisipasi, dan meningkatkan potensi positif
yang ada. Proses pencarian terus-menerus ini digerakkan melalui penciptaan pertanyaan
positif tak bersyarat,
yang biasanya melibatkan ratusan bahkan ribuan orang. Intervensi AI fokus pada kecepatan
berimajinasi dan berinovasi bukan pada kenegatifan, kritik, dan diagnosis berbelit yang biasa
digunakan dalam organisasi. Model discovery (menemukan), dream (mimpi), design (merancang),
dan destiny (memastikan) menghubungkan energi dari pusat positif ke perubahan yang
tidak pernah diduga sebelumnya.
Yang membedakan AI dari metodologi perubahan lainnya adalah bahwa AI sengaja
mengajukan pertanyaan positif untuk memancing percakapan konstruktif dan tindakan
inspiratif dalam organisasi.
Ap-preci-ate, (apresiasi): 1. menghargai; melihat yang paling baik pada seseorang atau
dunia sekitar kita; mengakui kekuatan, kesuksesan, dan potensi masa lalu dan masa kini;
memahami hal-hal yang memberi hidup (kesehatan, vitalitas, keunggulan) pada sistem
yang hidup. 2. meningkat dari segi nilai, misalnya tingkat ekonomi telah meningkat
nilainya. Sinonim: nilai, hadiah, hargai, dan kehormatan.
93
94
Appreciative Inquiry (AI) adalah teknik sederhana yang digunakan dalam berbagai
konteks yang kompleks untuk:
l Berkonsultasi dengan orang lain dan belajar dari pengalaman mereka, untuk
l Melibatkan seluruh kelompok atau organisasi untuk terlibat dalam perubahan, dan untuk
l
Membangun visi masa depan di mana semua orang bisa berbagi dan saling membantu
dalam mewujudkannya
l Mengajak dan melibatkan seluruh peserta dengan menggunakan teknik sederhana
yang
bisa mengeksplorasi pengalaman saat ini dan kesuksesan masa lalu
l Mendorong keterampilan menyimak dan komunikasi dan
l Memberdayakan individu dan menunjukkan rasa hormat terhadap pendapat masingmasing
Prinsip-prinsip AI dideskripsikan secara rinci dalam bab sebelumnya di buku ini. Secara
sederhana, AI berkembang dari empat gagasan kunci:
l Kata mencipta dunia kita mulai menciptakan masa depan lewat cara kita
membicarakannya.
l
Pertanyaan mencipta perubahan kita memulai proses perubahan saat kita
mengajukan pertanyaan
l
Gambar menginspirasi tindakan gambaran yang kita miliki tentang masa
depan mepengaruhi tindakan yang kita ambil
l
Pertanyaan positif akan mengarah kepada perubahan positif jika kita
menginginkan masa depan yang berbeda, maka kita perlu mengajukan pertanyaan yang
sesuai dengan masa depan itu
Define
Topik Pilihan
DisCoVerY
Apa yang memberi
hidup?
(yang terbaik dari yang
ada sekarang)
Mengapresiasi
Dream
Apa yang mungkin?
(apa yang diinginkan
dunia?)
Membayangkan Hasil
SIKLuS
5 atau 4-D
Siklus Appreciative
Inquiry bisa dilihat
dalam diagram
berikut:
inti Positif
DestinY
Bagaimana
memberdayakan,
belajar, menyesuaikan/
improvisasi?
Melanjutkan
Design
95
1. Define (Menentukan)
Kelompok pemimpin sebaiknya menentukan pilihan topik positif : tujuan dari
proses pencarian atau deskripsi mengenai perubahan yang diinginkan.
2. Discover (Menemukan)
96
Apa yang telah sangat dihargai dari masa lalu perlu diidentifikasi sebagai titik awal
proses perubahan. Proses menemukenali kesuksesan dilakukan lewat proses
percakapan atau wawancara dan harus menjadi penemuan personal tentang apa yang
menjadi kontribusi individu yang memberi hidup pada sebuah kegiatan atau usaha.
Pada tahap discovery, kita mulai memindahkan tanggung jawab untuk perubahan kepada
para individu yang berkepentingan dengan perubahan tersebut yaitu entitas lokal.
Kita juga mulai membangun rasa bangga lewat proses menemukan kesuksesan masa lalu
dan
dengan rendah hati tetapi jujur mengakui setiap kontribusi unik atau sejarah
kesuksesan/
kemampuan bertahan.
Tantangan bagi fasilitator adalah mengembangkan serangkaian pertanyaan yang inklusif
tepat mendorong peserta mampu menceritakan pengalaman sukses serta peran mereka
dalam kesuksesan tersebut. Lihat lampiran untuk beberapa contoh pertanyaan.
3. Dream (Impian)
Dengan cara kreatif dan secara kolektif melihat masa depan yang mungkin terwujud,
apa yang sangat dihargai dikaitkan dengan apa yang paling diinginkan. Seperti apa masa
depan yang dibayangkan oleh semua pihak? Jawaban bisa berupa harapan atau impian.
Sebuah mimpi atau visi bersama terhadap masa depan yang bisa terdiri dari gambar,
tindakan, kata- kata, lagu, dan foto. Pada tahap ini, masalah yang ada didefinisikan ulang
menjadi harapan untuk masa depan dan cara untuk maju sebagai peluang dan aspirasi.
4. Design (Merancang)
Proses di mana seluruh komunitas (atau kelompok) terlibat dalam proses belajar
tentang kekuatan atau aset yang dimiliki agar bisa mulai memanfaatkannya dalam
cara yang konstruktif, inklusif, dan kolaboratif untuk mencapai aspirasi dan tujuan seperti
yang sudah ditetapkan sendiri.
5. Deliver (Lakukan)
Serangkaian tindakan inspiratif yang mendukung proses belajar terus menerus dan
inovasi tentang apa yang akan terjadi. Hal ini merupakan fase akhir yang secara khusus
fokus pada cara-cara personal dan organisasi untuk melangkah maju. Dalam banyak kasus,
AI menjadi kerangka kerja bagi kepemimpinan dan pengembangan organisasi yang terus
menerus.
Pembelajaran
inquiry
dari
appreciative
97
Metodologi
ini mengandalkan wawancara dan bertutur cerita yang memancing memori positif, serta
analisis kolektif terhadap berbagai kesuksesan yang ada. Analisis ini kemudian akan menjadi
titik referensi untuk merancang perubahan organisasi atau aksi komunitas di masa
mendatang.
98
bagi
visi mereka akan masa depan. Meski tidak menyangkal adanya masalah, masalah tidak
dibahas
secara langsung. Ashford dan Patkar (2001) mengilustrasikan hal ini dengan mengutip tulisan
Carl Jung, seorang psiko-analis:
Pada prinsipnya, semua masalah terbesar dan terpenting dalam hidup tidak bisa
terpecahkan. Masalah-masalah ini tidak akan pernah bisa diselesaikan, tetapi hanya bisa
ditinggalkan. Lewat investigasi lebih lanjut tentang meninggalkan masalah, terbukti bahwa
hal ini membutuhkan tingkat kesadaran yang baru. Munculnya minat lebih penting dan lebih
luas di cakrawala, yang membuat cara pandang kita menjadi lebih luas, sehingga masalah
yang tak terpecahkan tadi kehilangan urgensinya. Masalah itu tidak dipecahkan secara logis,
tetapi luntur ketika dihadapkan dengan daya tarik kehidupan yang baru dan lebih kuat. (hal.
86).
Pembangunan
aset
Komunitas
Berbasis
Kelompok yang paling kuat dan yang saat ini paling berpengaruh dalam mempromosikan
cara berpikir berbasis aset adalah Asset Based Community Development Institute yang
berada di School of Education and Social Policy di Northwestern University, Illinois,
Amerika Serikat.14
99
Berbagai karya dari institusi ini memegang peran sentral dalam pendekatan berbasis aset dan
akan dibahas dalam bagian selanjutnya dengan lebih lengkap.
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berangkat dari hasil kerja yang dilakukan
sebagai bagian dari gerakan masyarakat sipil dan perjuangan kelas di daerah-daerah
kumuh sekitar kota Chicago di Amerika Serikat. Kegiatan pengorganisasian komunitas
dirancang untuk merebut kekuasaan dari kelas menengah dan kelas atas, karena upaya
memberdayakan wilayah- wilayah miskin terus menerus berakhir dengan kekecewaan dan
kepasrahan untuk menerima ketergantungan pada orang lain.
100
Dua periset pionir memutuskan untuk mengubah keadaan ini dengan mendorong
anggota komunitas untuk melihat kembali ke dalam diri mereka. Komunitas yang bekerja
dengan mereka dibantu dalam mendokumentasikan semua kekuatan dan aset yang ada pada
mereka, dan mulai menggunakan semua itu sebagai dasar membangun fondasi ekonomi dan
sosial baru.
Kedua pionir ini, Jody Kretzmann dan John McKnight, menuangkan hasil penemuan
riset mereka selama lima tahun tentang inisiatif-inisiatif komunitas yang berhasil dalam sebuah
buku yang berjudul Building Communities from the Inside Out15 atau Membangun
Komunitas dari Dalam ke Luar. Gagasan-gagasan John McKnight dan Jody Kretzmann
kemudian mulai dikenal dengan Asset Based Community
Development (Pembangunan
Komunitas Berbasis Aset/ABCD). Dalam bukunya, mereka menjelaskan bagaimana
komunitas lokal dengan kepemimpinan yang berdedikasi berhasi mentransformasi ekonomi
lokal dan kondisi kehidupan sosialnya. Setelah hasil penelitian mereka diterbitkan, mereka
mendirikan Departemen Asset Based Comunity Development di Institute for Policy Research,
Northwestern University, Illinois, Amerika Serikat. ABCD Institute masih terus menyediakan
sumber daya dan menginspirasi komunitas di seluruh dunia dengan pendekatan radikal
mereka terhadap pemberdayaan komunitas dan memperbaiki basis ekonomi komunitas lokal.
Banyak institusi lain, yang paling terkenal adalah Coady Institute di St. Francis Xavier
University, Nova Scotia, Kanada, sekarang melanjutkan gagasan ABCD Institute. Coady
Institute telah melakukan riset tentang dampak ABCD dan melatih orang dari berbagai
penjuru dunia selama 10 tahun terakhir.
Belum lama ini, jaringan ABCD Asia Pasifik didirikan di Australia16. Beberapa
jaringan nasional lainnya yang mempromosikan ABCD telah berdiri di wilayah Asia Pasifik,
termasuk Vietnam dan Filipina.
John McKnight dan Jody Kretzmann menggambarkan Membangun Komunitas dari
Dalam Keluar sebagai jalan untuk menemukan dan menggerakkan aset komunitas.
Dengan mempelajari bagaimana menemukan dan mendaftar aset komunitas dalam beberapa
kategori tertentu (misalnya aset pribadi, aset asosiasi atau institusi), warga komunitas
belajar melihat kenyataan mereka sebagai gelas yang setengah penuh. Sebelumnya, mereka
melihat kebutuhan dan masalah, sekarang mereka lebih banyak melihat sumber daya dan
kesempatan.
Dua peta di bawah ini adalah contoh tipikal apa yang dibahas dalam buku mereka.
Yang pertama adalah peta kebutuhan komunitas dalam kaitannya dengan ekonomi.
Sementara, peta kedua melihat realitas yang sama dengan lensa yang berbeda, yaitu
melimpahnya peluang ekonomi dan pemanfaatan aset fisik yang sudah ada dengan lebih baik.
101
102
asosiasi dan
Institusi Lokal
Sumber: Community Partnering Conference of the South East Asian Geography Association (SEAGA) di Manila, 2008.
103
asosiasi dan
Institusi Lokal
104
Dampak lain dari kondisi tersebut adalah munculnya kepemimpinan yang hanya mampu
untuk mencetak gambaran negatif atas komunitasnya. Ketika peta kebutuhan adalah satusatunya hal yang mereka miliki untuk menggambarkan kenyataan, para pemimpin tersebut
akan berpikir bahwa cara paling tepat untuk menarik bantuan dari berbagai institusi eksternal
adalah hanya dengan meningkatkan tingkat kebutuhan atau permasalahan tersebut.
Kepemimpinan lokal kemudian dihargai dari berapa banyak bantuan sumber daya luar
yang berhasil ditarik masuk ke komunitas, bukan seberapa jauh tingkat kemandirian
komunitas.
Di sisi lain, ketika komunitas didorong untuk fokus pada aset yang ada, maka mereka
mulai merasa berdaya dan mulai membuat perubahan untuk diri mereka sendiri. Mereka
akan memilih pemimpin yang mampu mendokumentasikan kapasitas serta aset mereka
sendiri, dan menghubungkan diri dengan institusi-institusi eksternal, termasuk pemerintah,
sebagai mitra untuk melaksanakan inisiatif mereka sendiri.
Para pendukung ABCD mendorong komunitas agar fokus berpikir bahwa mereka adalah
gelas setengah penuh yaitu dengan melihat bahwa mereka memiliki aset melimpah
yang layak dan belum digunakan. Mereka melakukan hal ini dengan mendorong komunitas
untuk mengidentifikasi aset yang bisa dihubungkan dengan beberapa konteks masalah,
misalnya seperti yang tergambarkan pada tabel berikut.17
Masalah
Komunitas
Aset Komunitas
Fatalism/apatis/
ketergantungan
105
Pendapatan/produktifitas
rendah
asosiasi,
Warga
institusi,
dan
Penguatan organisasi lokal merupakan tulang punggung seluruh pendekatan berbasis aset.
Organisasi dan asosiasi lokal, atau sekelompok orang yang memiliki tujuan baik bersama,
mewakili struktur yang bisa menjalankan pembangunan yang dipimpin oleh warga.
Kebanyakan, pendekatan berbasis aset mengidentifikasi dan memperkuat organisasi yang
sudah ada ketimbang mendirikan organisasi baru.
106
Fitur yang berbeda dari ABCD adalah penekanannya untuk melibatkan warga sebagai
bagian dari asosiasi mereka, baik yang sudah ada sebelumnya maupun yang baru. Salah satu cara
seorang individu bisa menjalankan peranannya sebagai warga adalah dengan ikut
bertanggung jawab untuk membuat inisiatif kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh
mereka sendiri, misalnya dengan membentuk kelompok sipil lokal. Proses pembangunan
yang dipimpin oleh warga akan terjadi secara spontan ketika warga membentuk asosiasi
formal maupun informal untuk melakukan kegiatan pengembangan komunitas. Sebagai alat
untuk upaya bekerja sama, banyak asosiasi yang kemudian mengambil peran lebih dari tujuan
awalnya untuk berkontribusi penuh pada proses pembangunan, termasuk untuk menjalin
hubungan dengan publik dan institusi swasta.
Dalam terminologi ABCD, sebuah asosiasi adalah segala organisasi komunitas dasar untuk
memperkuat individu dan menggerakkan kapasitas mereka. Sebuah asosiasi bisa
didefinisikan sebagai satu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang berkumpul
untuk melakukan kegiatan bersama dan biasanya memiliki visi atau tujuan bersama. Asosiasi
adalah organisasi suka rela yang beroperasi berdasarkan dari kehendak anggotanya. Pada
prinsipnya, tidak ada yang bisa memberi tahu anggota apa yang harus mereka lakukan
bahkan untuk menghadiri rapat. Asosiasi bisa memiliki bentuk formal, dengan struktur
kepengurusan dan keanggotaan yang
memiliki tugas masing-masing. Bisa juga informal, tidak punya nama, tidak ada
kepengurusan, dan tidak memiliki sistem keanggotaan formal. Beberapa asosiasi
biasanya berdiri untuk merespon isu sosial yang mendesak. Beberapa asosiasi lain terorganisir
dalam beberapa kategori minat seperti olah raga, budaya, gender, umur, keterampilan,
layanan, dan kesamaan profesi.
Asosiasi atau organisasi warga memiliki tiga kekuatan utama:
l
Anggota asosiasi menentukan sendiri apa yang menjadi kesempatan atau masalah;
mereka tidak perlu berkonsultasi kepada ahlinya terlebih dahulu.
l
Secara bersama-sama, mereka mengembangkan rencana untuk memanfaatkan
kesempatan atau memecahkan masalah yang ada; mereka tidak perlu menunggu seorang
ahli untuk melakukannya.
l
Mereka mengambil tindakan untuk menjalankan kesempatan tersebut, menciptakan
inisiatif, atau untuk memecahkan masalah.
Tidak ada yang baru atau secara khusus mempertimbangkan faktor berbasis aset ketika
mendirikan asosiasi tersebut. Yang jelas, ABCD mengajak kita untuk mengakui potensi
asosiasi tersebut sebagai aset atau kekuatan pembangunan berbasis warga.
Institusi adalah aktor utama lainnya alam proses pembangunan komunitas. Yang
disebut dengan institusi meliputi bisnis swasta, badan publik, dan OMS. Pada dasarnya,
institusi adalah sistem. Mereka terorganisir untuk mengendalikan sesuatu yang banyak oleh
yang sedikit, serta untuk produksi masal: Meletakkan pemikiran sedikit orang kepada
banyak tangan. Seperti yang dilihat oleh John Mc Knight, sistem merupakan hal yang sangat
bagus untuk beberapa hal, misalnya untuk menjalankan sebuah penerbangan. Kita tidak ingin
pilot terus bertanya kepada penumpang untuk meminta pendapat mereka kemana pesawat
tersebut harus terbang, atau siapa yang harus merawat pesawat tersebut. Sistem juga baik
untuk menjaga efisiensi dalam birokrasi penyediaan jasa, seperti kesehatan dan pendidikan.
107
Walau sistem sangat membantu untuk menjaga efisiensi, namun penemu ABCD
berpendapat bahwa sistem bukan hal yang tepat untuk menunjukkan kepedulian.
Sistem tidak bisa mengakomodir perbedaan-perbedaan dari setiap individu. Sistem
menciptakan pelanggan dan klien, bukan produser dan warga. Ketika sistem tumbuh besar,
biasanya mereka akan kewalahan atau mengambil alih fungsi asosiasi. Lebih lanjut lagi,
sistem biasanya tidak akuntabel untuk komunitas lokal, melainkan untuk beberapa pusat
kekuasaan atau serangkaian standar profesional.
108
Namun demikian, biasanya ada beberapa orang di dalam institusi yang menyadari akan
situasi tersebut dan tidak menyukainya. McKnight dan Kretzmann menyebut orang-orang ini
sebagai gappers yaitu orang-orang yang bekerja dalam institusi namun hatinya ada di
komunitas. Mereka biasanya yang akan menjembatani antara institusi dan asosiasi.
akan dipenuhi oleh pemerintah maupun badan lain tersebut dalam waktu dekat. Maka
biasanya, semua lembaga akan berhati-hati untuk tidak bertanya terlalu banyak karena
hal ini bisa meningkatkan harapan di komunitas yang belum tentu bisa dipenuhi.
Dengan pendekatan ABCD, setiap orang didorong untuk memulai proses perubahan
dengan menggunakan aset mereka sendiri. Harapan yang timbul atas apa yang mungkin
terjadi dibatasi oleh apa yang bisa mereka sendiri tawarkan, yaitu sumber daya apa yang
mereka bisa identifikasi dan kerahkan. Mereka kemudian menyadari bahwa jika sumber daya ini
ada atau bisa didapatkan, maka bantuan dari pihak lain menjadi tidak penting. Komunitas bisa
memulainya sendiri besok. Proses ini membuat mereka menjadi jauh lebih berdaya.
Komunitas yang mampu mengidentifikasi aset mereka bisa memperkenalkan diri sebagai
entitas yang patut diperhatikan dan merupakan investasi bagi pemerintah dan donor. Akumulasi
aset (atau pengetahuan) adalah potensi jaminan bagi investor dan merupakan pengakuan bahwa
komunitas dan pemerintah bisa bekerja sama untuk pembangunan sebagai mitra dengan
kontribusi yang setara.
Akhirnya, melalui pendekatan berbasis aset untuk pembangunan komunitas,
kompetensi serta model perilaku yang sudah ada menjadi kesempatan untuk proses
pembelajaran bagi diri sendiri dan untuk perubahan perilaku. Identifikasi kompetensi setiap
individu atau contoh nyata keterampilan untuk memimpin yang bisa dirasakan oleh komunitas
merupakan hal yang penting karena bisa menjadi sumber inspirasi dan panutan bagi anggota
komunitas. Dengan demikian, proses ketergantungan terhadap pihak luar bisa terputus.
109
Penyimpangan
Positif
Inisiatif Penyimpangan Positif (Positive Deviance, PD) adalah bentuk lain dari pembangunan
yang mencari juara, atau orang yang melakukan sesuatu hal dengan baik, dalam suatu
konteks tertentu sebagai cara untuk memengaruhi perubahan perilaku.
Simpangan positif berdasar pada pengamatan bahwa dalam setiap komunitas pasti ada
beberapa individu atau kelompok yang memiliki perilaku dan strategi berbeda, yang bisa
menemukan solusi lebih baik ketimbang rekan lainnya dalam komunitas tersebut. Padahal,
mereka semua memiliki akses yang sama terhadap sumber daya serta menghadapi tantangan
yang sama baik maupun buruknya.18
110
pada perilaku yang tidak biasa namun lebih diinginkan, atau pada strategi yang ditemukan
oleh anggota komunitas yang melakukan hal baik walaupun dia/mereka merupakan bagian
dari kelompok besar yang tidak semuanya berhasil melakukan kesuksesan yang sama.
Selain itu komunitas atau organisasi juga bisa mengembangkan beberapa kegiatan atau inisiatif
berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dan mengukur hasilnya. Pendekatan PD
menawarkan perubahan perilaku dan sosial yang berkelanjutan dengan mengidentifikasi
solusi yang sudah ada dalam sistem.
Metodologi PD terdiri dari empat langkah dasar,
yaitu:
l
l
l
Definisikan area fokus yang ingin dibahas, misalnya: nutrisi, layanan publik, atau
perilaku pencegahan penyakit
Tentukan siapa dan perilaku apa yang paling sukses dalam konteks dan dalam
komunitas tertentu tersebut
Temukan apa yang menjadi elemen kunci kesuksesan
Rancang sebuah cara agar elemen ini bisa diadaptasi dan diterapkan untuk seluruh
anggota masyarakat sehingga hal ini bisa menjadi standar perilaku bagi banyak orang
PD menyebut langkah-langkah di atas sebagai 4D dan jelas ada pola yang serupa
dengan pendekatan 5D pada AI. Walau polanya sama apa kesuksesan yang sudah pernah
terjadi, apa yang diinginkan, dan apa yang harus dilakukan berdasarkan kekuatan kita
sendiri namun rincian dari setiap langkah tersebut sedikit berbeda dan lebih fokus. Untuk
PD, langkah-langkah
111
4D merupakan peta jalan dari sebuah proses. Istilah PD inquiry (pertanyaan PD)
mengacu pada tahap dalam proses tersebut di mana komunitas mencari perilaku dan strategi
sukses yang mungkin berulang di antara sesama anggota komunitas.
Istilah Proses PD mengacu kepada seluruh langkah penggunaan metode pembelajaran
berbasis pengalaman (experiential learning methods) serta keterampilan fasilitasi yang tepat
untuk diterapkan dalam empat langkah rancangan PD. Hal ini akan menghasilkan pengerahan
sumber daya dan rasa kepemilikan dari komunitas, penemuan solusi yang sudah ada,
pembentukan jaringan baru, dan lahirnya solusi baru sebagai hasil dari inisiatif komunitas.
112
Petikan
Positif
Pembelajaran
dari
Penyimpangan
Jika seseorang atau sekelompok kecil orang di komunitas atau organisasi apapun
melakukannya dengan baik, atau di mana kinerja mereka mendekati apa yang diinginkan,
maka mereka sudah memiliki solusi untuk masalah yang dihadapi oleh anggota komunitas
yang lain. Selain itu, mereka juga sudah menemukan sumber daya dalam konteks mereka
sendiri. Oleh karenanya, solusi atau jalur menuju sukses sebenarnya berada di tangan
semua orang dan bisa dicapai. Dengan demikian, semua orang bisa melaksanakannya dan hal
ini akan mempermudah pekerjaan pendamping.
Pendekatan Penyimpangan Positif mengubah cara penyelesaian yang biasa kita lakukan
dari puncaknya. Biasanya, kita akan melihat dasar teori untuk sebuah perubahan, atau
mencoba untuk memahami apa yang diperlukan untuk berubah. Biasanya, hal ini akan
berujung pada menemukan seseorang dari luar komunitas untuk memeriksa masalah yang
ada, mengidentifikasi solusi, kemudian meyakinkan komunitas agar mau mengadopsi
penyelesaian tersebut. Proses perubahan akan dimulai dengan mendapatkan pengetahuan
baru atau mempelajari hal baru.
Langkah selanjutnya adalah untuk meyakinkan semua orang untuk mengubah sikap mereka
yaitu untuk mau berubah dan bersedia mengadopsi pola perilaku yang baru.
Di sisi lain, Penyimpangan Positif bermula dari pengamatan akan sebuah praktik yang
sudah ada, dan dimulai dari perilaku. Tugas pertama dalam proses perubahan apapun
adalah untuk memeriksa dan meniru perilaku yang diinginkan dari dalam komunitas atau
kelompok. Kemudian, hal ini akan dilanjutkan dengan sebuah pengetahuan atau apresiasi
mendalam mengenai apa yang sudah ada dan bagaimana hal ini bisa dikembangkan atau
diadaptasi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh komunitas atau oleh anggota
komunitas lainnya.
ekonomi Komunitas
Economics)
yang
Beragam
(Diverse
Community
ABCD merupakan sebuah strategi untuk pembangunan ekonomi oleh komunitas (communitydriven economic development). Sampai saat ini, teori pembangunan ekonomi kerakyatan
banyak didasari oleh teori pembangunan komunitas ketimbang teori ekonomi itu sendiri.
Bahkan, teori ekonomi tidak bisa merangkul konsep komunitas sama sekali. Teori ekonomi
klasik menuntut adanya pergerakan bebas baik untuk tenaga kerja dan modal, sementara
konsep komunitas menghambat pergerakan tersebut.
Gibson & Graham (2005) mengambil kesimpulan serupa berdasarkan kerja mereka di
Filipina dan Indonesia bagian timur. Mereka menemukan aset ekonomi tersembunyi,
seperti modal sosial, modal bersama yang timbul ketika beberapa keluarga saling
membantu atau berbagi sumber daya, usaha kecil seperti kios yang sering kali tidak
tercatat dalam konteks ekonomi formal, kerja sukarela membantu sesama warga
mengorganisir sebuah acara, serta saweran untuk mengadakan pesta atau membangun
sesuat
u
bersa
masama.
Ternya
ta,
pekerj
aan
yang
dilaku
kan
perem
puan
meme
gang
perana
113
Pembaru
LoKaL UNTUK
untuK PEMBANGUNAN
Pembangunan
PEMBARU dan
DAN KeKuatan
KEKUATAN LOKAL
upah buruh
wage labor
prporodduuckesi
fuonrtuak pmaasarrket
pinerauscahaapain
taklaisptitfiallims
in
114
11
menghidupi
sendiri self-provisioning
di bawah meja
al not diri
motezed
koperasi produser koperasi pelanggan
ndpeerr-uthsea-htaabalne npornodkuacpeitracliosoperatives er
cooperative non-capitalist firms
hal ini jarang diperhitungkan. Mereka menyebut ekonomi kerakyatan sebagai fenomena
gunung es, seperti yang terlihat pada gambar di atas. Bagian yang terlihat di atas permukaan
air adalah ekonomi formal, sementara di bawah sebenarnya terdapat banyak kegiatan ekonomi
yang terjadi di sektor informal dan di tingkat rumah tangga.
Faktor yang membentuk sebuah komunitas yang kuat adalah kapasitas masyarakat lokal
dan kelompok mereka. Pengakuan akan kapasitas ini bisa dimulai dengan mengkonstrusi
sebuah sudut pandang baru di mana komunitas bisa mulai menyusun kekuatan mereka ke
dalam beberapa kombinasi baru, struktur kesempatan yang baru, sumber pemasukan dan
kontrol yang baru, dan kesempatan produksi yang juga baru (ibid, p. 6).
Pembelajaran
Beragam
dari
ekonomi
Komunitas
yang
Penerapan cara berpikir berbasis aset ke dalam pembangunan ekonomi lokal, terutama
terhadap perempuan sebagai aktor utama Ekonomi Komunitas yang Beragam, menyadari
bahwa ada banyak keterampilan dan bakat yang digunakan oleh perempuan untuk bertahan
dalam ekonomi kerakyatan di mana hal ini belum sepenuhnya disadari atau dimobilisasi
seoptimal mungkin.
Wacana dari Ekonomi Komunitas yang Beragam dan proses yang mereka gunakan
sangat bermanfaat untuk membangun inisiatif komunitas lokal untuk pengembangan
ekonomi, terutama untuk perempuan.
Pembangunan
endogen
Pembangunan endogen adalah pembangunan yang berdasar dari dalam konteks atau
komun
itas
tertent
u.
Istilah
ini
menga
cu
pada
sebuah
model
peruba
han
yang
organi
k dan
menda
sar
pada
115
116
untuk menanam tanaman yang paling bermanfaat dan tumbuh di sekitar mereka dengan
mengembangkan Kebun Tanaman Obat. Hasilnya adalah kombinasi dari praktik tradisional
dan modern yang terbukti bisa lebih efektif dan lebih hemat biaya.20
Di bagian timur Indonesia, Threads of Life, sebuah usaha sosial yang berbasis di Bali juga
menerapkan ide dasar Pembangunan Endogen ketika bekerja sama dengan para penenun
tradisional. Warisan budaya dan adat yang diwujudkan dalam produksi kain tradisional
diberi nilai komersial yang lebih tinggi dibanding harga pasar sebagai hanya sekadar kain. Bahan
yang ditenun dengan tangan ini mengandung banyak budaya yang tak terhingga, seperti yang
dikatakan oleh William Ingram, co-founder Threads of Life. Istilah budaya tak terhingga ini
meliputi nilai-nilai, pengetahuan,
pemahaman, serta aspirasi yang tersirat di balik ekspresi budaya dan perilaku komunitas di desa
sehari-hari. Praktik pembangunan barat pada umumnya, atau ekonomi berbasis barat,
tidak pernah menyertakan nilai komersil atas hal-hal yang sangat penting dan tak terpisahkan
dalam sehari-hari ini. Di sisi lain, dengan kerelaan untuk membayar lebih untuk sebuah kain
kehidupan
tradisional, Threads of Life membantu mengembangkan komunitas dengan mendapatkan kembali
harga diri yang mereka miliki tentang identitas mereka dan apa yang mereka wakili ke dunia luar.
Kunci pembangunan yang sukses dan berkelanjutan adalah dengan bekerja sama dengan budaya
tradisional dan terlibat dengan nilai yang tersirat dalam budaya tradisional tersebut.21
Pembelajaran
endogen
dari
Pembangunan
Menarik untuk dicatat bahwa ide dan proses di balik Pembangunan Endogen ternyata
serupa dengan pendekatan ABCD. Namun, Compas Network mengatakan bahwa yang paling
penting adalah bahwa metode ini bermula dari kelas menengah, donor, dan negara dunia
117
pertama yang
selalu tidak bisa mengakui aset kunci yang ternyata bisa dimobilisasi untuk wilayah pedesaan
di negara berkembang. Aset ini biasa disebut sisi spiritual sistem kepercayaan, cerita, dan
tradisi yang datang dari adat dan sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari komunitas. Hal
ini sering kali diabaikan oleh pekerja pembangunan asing, bahkan dianggap hambatan untuk
kemajuan program. Pembangunan Endogen mengubah hal ini menjadi aset penting yang bisa
dimobilisasi untuk pembangunan sosial dan ekonomi kerakyatan. Di saat orang lain
menganggapnya sebagai kekurangan, metode ini malah mengubahnya menjadi salah satu
pilar pembangunan.
118
Setiap metode atau pendekatan yang dijelaskan dalam bab ini telah memberikan
kontribusi penting dan substantif terhadap pendekatan berbasis aset untuk memperkuat
organisasi dan membangun komunitas.
Kontribusi utama dari masing-masing metodologi adalah:
l
perubahan sudut pandang ini, mereka menghargai fakta bahwa aset mereka sendiri bisa
digunakan untuk mencapai apa yang mereka belum miliki. Mereka bisa memulai proses
perubahan dari dalam keluar.
l
Ekonomi Komunitas yang Beragam yang berkontribusi untuk menerapkan kunci perspektif
ABCD pada pembangunan ekonomi lokal berbasis
masyarakat.
119
120
121
BAB 7
taHaP taHaP
DaLam PeLaKsanaan
PenDeKatan
BerBasis aset
121
Bab ini menggarisbawahi enam tahap kunci yang bisa digunakan untuk memadu-padankan
bagian
bagian pendekatan berbasis aset. Tahapan kunci ini adalah suatu kerangka kerja atau
panduan tentang apa yang mungkin dilakukan, tapi bukan apa yang harus dilakukan. Tiap
komunitas, organisasi atau situasi itu berbeda beda dan proses ini mungkin harus
disesuaikan agar bisa cocok dengan situasi tertentu. Tiap tahapan bisa saja memiliki
penekanan tertentu, tergantung pada titik berangkatnya. Misalnya, bila satu program baru
saja dimulai, maka tahapan awal lah yang paling penting. Bila satu program sedang berjalan,
maka tahapan seperti perencanaan aksi dan monitoring menjadi tahapan paling penting.
Walaupun derajat penekanannya berbeda di tiap bagian dalam siklus proyek, tetapi tiap tiap
tahapan memiliki sumbangsih penting masing- masing.
122
tahap 1:
skenario
mempelajari
dan
mengatur
Tempat
Orang
Fokus Program
Informasi tentang Latar Belakang
tempat
Bagian penting dari tahap pertama ini adalah pendekatan berbasis aset dan dipelopori oleh
warga untuk memutuskan lokasi, organisasi atau komunitas, di mana proses perubahan akan
terjadi. Hal ini penting dilakukan diawal, karena lokasilah yang akan menghasilkan informasi
informasi yang spesifik di konteksnya, dan memengaruhi keseluruhan rancangan input
berikutnya. Di mana kita bekerja sama pentingnya dengan bagaimana proses yang kita
gunakan. Termasuk dalam pertimbangan tempat adalah menentukan di mana pertemuan
awal akan dilakukan. Tempat- tempat tertentu memiliki konotasi atau pengaruh sosial dan
politik tersendiri. Misalnya, bila kita ingin bekerja dengan kelompok yang kurang akses ke
sumber daya, maka harus melakukan riset sebelumnya tentang lokasi kerja kita nantinya.
Mungkin kita juga harus menjelaskan alasan pemilihan lokasi tersebut pada pemerintah
setemp
at.
Piliha
n
lokasi
juga
bisa
jadi
dipeng
aruhi
123
oleh rencana pembangunan di tingkat distrik yang telah disepakati. Dalam kasus ACCESS
rencana ini dipengaruhi oleh Visi Kabupaten dan Rencana Kerja yang dipilih oleh
Organisasi Non Pemerintah (Ornop).
124
Kemiskinan atau kebutuhan terbesar dunia bukan kriteria yang berguna untuk
melaksanakan pendekatan berbasis aset. Yang jauh lebih penting adalah kemauan untuk
berpartisipasi. Salah satu cara menilai kemauan ini adalah dengan mencari tanda tanda
kepemimpinan lokal yang kuat, sejarah kerja bersama untuk kepentingan bersama, serta
modal sosial yang tinggi. Mencari komunitas seperti ini akan memakan waktu lama. Penting
untuk mengenal orang orang, dan cara mereka berinteraksi dalam komunitas tersebut.
Sebaliknya, bila suatu komunitas tidak mau berkomitmen pada kekuatan dan sumber
dayanya, maka disarankan untuk tidak bekerja di komunitas tersebut, untuk alasan sosial
politik apapun.
Bila komunitas atau organisasi sudah dipilih, maka diharapkan untuk memilih lokasi
mulai yang netral secara politik, yang tidak mengkaitkan proses ini dengan pemilik
kekuasaan. Dan dalam konteks masyarakat di mana konflik sedang berlangsung, penting
untuk memilih posisi netral yang tidak bisa dikaitkan atau diidentifikasi sebagai domain salah
satu pihak yang terlibat dalam konflik.
masyaraka
t
Kita harus sangat jelas tentang siapa yang akan terlibat. Harus ada cukup waktu yang
digunakan untuk membangun hubungan dengan masyarakat atau kelompok, sehingga
Organisasi Non Pemerintah bisa memahami dinamika internal dan hubungan hubungan
majemuk yang ada dalam komunitas. Tidak cukup untuk mengasumsikan bahwa kita akan
bekerj
a
bersa
ma
seluruh komunitas, hanya karena kita sudah mendorong setiap orang untuk terlibat. Dalam
menggunakan pendekatan berbasis aset, penting untuk memastikan semuanya jelas bahwa
setiap orang memiliki sesuatu yang bisa dikontribusikan, setiap orang punya bakat,
talenta, kemampuan atau cara pandangan yang bermanfaat. Seluruh komunitas, bukan salah
satu bagian saja, harus dilibatkan.
Tujuan
haruslah:
l
l
l
yang
dirumuskan
Inklusif gender memastikan laki laki dan perempuan terwakili secara setara di
tiap kegiatan, mulai dari penentuan agenda sampai dengan monitoring dan evaluasi.
Inklusif orang muda memberikan kesempatan bagi orang muda dibawah sampai dengan
16 tahun untuk berpartisipasi.
Inklusif secara sosial memastikan bahwa mereka yang dengan alasan apapun terasing
dari komunitas, juga hadir (penting memastikan keterlibatan etnis minoritas, orang miskin,
yang terisolasi secara geografis, juga mereka yang dianggap rendah karena kondisi yang
dialami sejak lahir, agama ataupun kondisi fisik, mereka yang baru bermukim di lokasi
tersebut, maupun mereka secara sejarah terpisah dari kelompok atau keluarganya).
Inklusif penyandang disabilitas pelajari mereka yang menyandang disabilitas atau
punya kebutuhan khusus dan memastikan bahwa mereka ini bisa juga terlibat di seluruh
proses sejak awal.
Penting juga untuk memastikan keterlibatan agen perubahan formal maupun informal
dalam komunitas. Agen perubahan seperti itu biasanya adalah mereka yang bekerja di
belakang layar dan memastikan keberhasilan suatu upaya. Mereka ini belum tentu dipilih atau
dinominasikan sebagai pemimpin di komunitas.
125
Fokus
Program
Di banyak konteks pembangunan, alasan kita bekerja bersama masyarakat biasanya sudah
ditentukan sebelumnya. Ada yang ditentukan oleh pemerintah setempat atau donatur atau
mananjer program. Ada yang ditentukan oleh karakter intervensi, misalnya pemulihan
dan rehabilitasi setelah bencana alam atau program untuk pengembangan ekonomi lokal
atau memperbaiki pengelolaan sumber daya alam sebagai respon terhadap perubahan
iklim. Komunitas sendiri bisa jadi terlibat dalam penentuan ini. Di ACCESS, banyak Ornop
sudah memiliki rancangan konsep atau fokus program untuk menyikapi tema yang muncul
dari Visi Kabupaten dan Rencana Kerja.
126
Komunitas ingin tahu mengapa kita hadir ditengah mereka dan fokus program kita bisa
menjelaskan ini. Fokus program bisa juga dipahami sebagai topik pembicaraan kita dengan
komunitas. Komunitas bisa saja ingin membicarakan berbagai hal tetapi diskusi dan
interaksi bisa dibatasi dengan menyampaikan bahwa kita diundang untuk menjajaki hal atau
kepedulian tertentu.
Bila alasan atau latar belakang ini sudah ditentukan, maka harus sangat umum seperti
memajukan kesehatan atau memajukan kesempatan mendapatkan pendidikan, atau untuk
memberdayakan komunitas agar bisa mengelola sumber dayanya dengan lebih baik.
Penting untuk tidak menjadi terlalu spesifik agar masih ada ruang bagi komunitas untuk
terlibat dalam menentukan fokus yang diinginkan bagi diri mereka sendiri.
Dalam memilih fokus atau latar belakang keterlibatan kita, pastikan kita melakukannya
secara positif atau apresiatif. Tujuan utama penyelidikan atau fokus kegiatan yang akan
membawa perubahan haruslah suatu outcome yang diinginkan. Pilihan topik kita harusnya
untuk mencapai sesuatu yang diinginkan, bukannya menghindari sesuatu yang
menye
babka
n
informasi
Belakang
Latar
Pada tahap awal membangun hubungan dengan komunitas atau kelompok, akan ada
kesempatan untuk melengkapi penelitian awal di konteks yang ada. Riset ini hanyalah
bagian dari pengambilan data dasar yang mungkin dibutuhkan, dan biasanya terkait
informasi yang bisa dikumpulkan melalui survey atau review atas survey yang sudah ada. Riset
latarbelakang ini termasuk jenis informasi yang bisa dikumpulkan tanpa banyak keterlibatan
masyarakat ataupun kebutuhan perspektif dan sumber sumber yang berbeda. Kebanyakan
adalah data obyektif tentang konteks yang ada, dan bukanlah identifikasi kebutuhan,
keinginan atau masalah yang dihadapi komunitas.
Ketika monitoring rencana kerja atau pelaksanaan oleh Ornop yang menggunakan
pendekatan berbasis aset, akan sangat berguna untuk menanyakan tentang bagaimana tiap
tiap
point
diatas
akan
atau
sudah
disika
pi.
127
siapa
yang
Berpartisipasi?
Harus
Langkah ini membutuhkan kemampuan membangun hubungan dan waktu untuk mengamati
bila konteksnya masih baru. Banyak pihak berpendapat bahwa fasilitator harus
menggunakan waktu untuk mengenal orang orang dalam komunitas dan siapa yang
paling mungkin akan berpartisipasi. Kata kata dari guru di Abad 16 SM ini, Lao Tse, sangat
relevan dengan bagaimana melakukannya:
128
alat
Semua pendekatan berbasis aset dimulai dari percakapan dan cerita. Percakapan merupakan
nadi
dari
seluru
h
kekuat
an dan
pende
katan
berbasi
s aset.
Percak
apan
tentan
g
capaia
n
di
masa
lampa
u,
aspiras
i masa
depan,
aset
potens
ial dan
orang
orang
yan
memb
uat
peruba
han yang
lebih baik, adalah alat yang paing mendasar. Secara khusus, tahap awal dalam membangun
kepercayaan dan belajar memahami komunitas, mendorong percakapan yang kaya dan
menerus adalah alat terbaik yang tersedia.
Percakapan bisa formal atau informal. Percakapan informal bisa mendorong orang
bercerita tentang apa yang paling dibanggakan oleh komunitas dan apa yang menjadi
kepedulian komunitas yang beragam, baik orang muda, perempuan, penyandang disabilitas,
orang renta, maupun mereka yang terpinggirkan. Percakapan bisa jadi formal, dalam
konteks pertemuan, ketika ada pertanyaan yang sama untuk semua orang, tetapi masingmasing punya kesempatan untuk menyampaikan pendapat dengan cara mereka, berdasarkan
pengalaman masing-masing.
Ada sejumlah alat atau metode yang bisa disarankan untuk kepentingan ini. Mungkin
yang paling berguna adalah proses Wawancara Apresiatif, baik di kelompok kecil maupun
secara individual. Cara ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang yang paling
terbuka untuk perubahan, yang paling kreatif dalam membayangkan masa depan.
Banyak yang memulai dengan forum terbuka atau membuat ruang bagi masyarakat
untuk mengembangkan percakapan yang lebih terbuka. Termasuk di dalamnya adalah World
Cafe dan Open Space Technology.
alat untuk
Dasar
Pengumpulan
Data
Ada banyak jenis alat yang bisa digunakan dalam komunitas dan dilakukan oleh kelompok
besar, seperti pemetaan organisasi yang ada (modal sosial), pemetaan kapasitas komunitas,
ranking kesejahteraan, analisis peran berbasis gender dan kalender musim. Mungkin butuh
transek dan survey rumahtangga untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Kemaj
uan
teknol
ogi
digital
dan
akses
interne
t
memp
ermud
ah
pengu
mpula
n
inform
asi
129
rumit. Mengubah data menjadi visual dan peta yang bisa diakses dapat dilakukan dengan
menggunakan program OpenStreetMap yang bisa diunduh gratis.
OpenStreetMap (OSM) adalah proyek kolaboratif yang menciptakan peta dunia yang
bisa diedit. Dua kekuatan utama di balik pembuatan dan perkembangan OSM adalah
larangan penggunaan peta informasi yang ada di berbagai belahan dunia, dan ditemukannya
alat navigasi satelit portabel yang murah.
130
Peta tersebut diciptakan dengan menggunakan data dari alat GPS portabel, potret udara,
dan sumber sumber gratis lainnya atau bahkan dari pengetahuan lokal. Tetapi baik gambar
yang dihasilkan dari kumpulan data ini dan kategori informasi yang dapat dikumpulkan,
tersedia dan dapat diunduh di Creative CommonsAttribution-ShareAlike 2.0.[4]
ACCESS dan mitra bekerja di 20 kabupaten di Indonesia bagian Timur, dan sekarang
menggunakan Pendekatan OpenStreetMap bersama sama dengan perangkat editing lain yang
juga dapat diunduh gratis seperti JOSM dan program editing data vektor lain seperti
Quantum GIS. Dengan berbagai kombinasi, perangkat perangkat ini sekarang digunakan
sebagai cara untuk memasukkan informasi komprehensif yang kemudian dapat digunakan
untuk memetakan kesuksesan program dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga. Informasi
ini berguna untuk kebutuhan perencanaan dan monitoring pemerintah. Juga berguna bagi
komunitas, dengan melakukan pemetaan perkembangan mereka secara partisipatif, misalnya,
perkembangan kesejahteraan, sanitasi lingkungan, gizi, kondisi kesehatan dasar dan
memastikan partisipasi kelompok rentan, termasuk penyandang disabilitas, orang muda dan
perempuan.
tahap
2:
(Discovery)
mengungkap
masa
Lampau
Kebanyakan pendekatan berbasis aset dimulai dengan beberapa cara untuk mengungkap
(discovering) hal hal yang memungkinkan sukses dan kelentingan di komunitas sampai
pada kondisi sekarang ini. Kenyataan bahwa suatu komunitas masih berfungsi sampai saat
ini membuktikan bahwa ada sesuatu dalam komunitas yang harus dirayakan. Tahap ini terdiri
dari:
Mengungkap (discover) sukses apa sumber hidup dalam komunitas. Apa yang
memberi kemampuan untuk tiba di titik ini dalam rangkaian perjalanannya. Siapa yang
melakukan lebih baik.
l
Menelaah sukses dan kekuatan elemen dan sifat khusus apa yang muncul dari telaah
cerita
cerita yang disampaikan oleh komunitas.
l
Bercerita
Discovery
di
Tahap discovery merupakan pencarian yang luas dan bersama-sama oleh anggota
komunitas untuk memahami apa yang terbaik sekarang dan apa yang pernah menjadi
terbaik . Di sinilah akan ditemukan inti positif pontensi paling positif untuk perubahan
di masa depan.
telaah
Kekuatan
sukses
dan
komun
itas,
kekuat
an dan
aset.
Juga
merup
akan
cara di
mana
pekerja
pemba
nguna
n
dapat
memb
angun
rasa
hormat
terhadap pengetahuan dan pengalaman anggota komunitas. Kemitraan yang sebenarnya lebih
bisa terbangun dengan mengajukan pertanyaan, dan bukan mendiktekan apa yang harus
dilakukan. Agar wawancara menjadi produktif, penting untuk menjaga diskusi tetap terfokus
dan mengajukan pertanyaan pertanyaan rinci.
131
Untuk membantu pencerita mengingat informasi rinci tentang kekuatan dan aset,
pewawancara perlu menggali dengan pertanyaan. Pewawancara sedang berupaya
memahami faktor pendorong sukses, belajar bersama dengan orang yang sedang bercerita.
Pertanyaan yang bisa diajukan:
l Apa saja peran dari orang orang tertentu dalam komunitas dalam mendorong sukses
ini? (Mencari tahu tentang kekuatan dan kapasitas
kelompok/komunitas/individu/institusi).
132
Bagaimana peran anda dalam sukses tersebut? (Orang mungkin tidak ingin atau
terlalu malu menceritakan kekuatan dan kapasitas diri sendiri. Bila demikian, anda
mungkin harus mencari tahu dengan bertanya pada orang lain).
Siapa lagi yang membantu mencapai sukses yang anda alami sejauh ini?
Dokumentasi kekuatan, aset dan faktor pendukung positif yang baik sangat penting ,
karena informasi informasi ini akan digunakan di tahap pemetaan aset.
Dengan dorongan positif, pertanyaan pertanyaan diatas akan menghasilkan cerita yang
kaya yang mencerminkan pencapaian, nilai dan aspirasi individual, kelompok maupun
komunitas. Peran fasilitator adalah membantu kelompok menggambarkan tema umum dari
cerita cerita tersebut. Juga mulai memahami alasan mengapa proses ini digelar dengan cara
seperti itu, dan memahami hubungan antara beragam aset komunitas.
tujuan Discovery
Tahap discovery ditujukan untuk:
l
l
l
l
l
Pesan kunci yang ingin kami sampaikan di tahap Discovery adalah bahwa komunitas:
l
l
l
l
l
l
Sudah pernah mencapai sukses atau bahwa mereka sudah melakukan hal seperti
ini sebelumnya.
Memiliki rasa bangga dan percaya terhadap upaya mereka sendiri
Memiliki contoh bagaimana mereka bisa melakukan sesuatu yang lebih baik atau
bagaimana mereka mampu mengatasi kesulitan kesulitan.
Memiliki cerita sukses yang memberikan mereka contoh baik serta menjadi inspirasi di
masal depan.
Mulai mengidentifikasi beberapa kekuatan dan asetnya.
Melalui proses ini komunitas menemukan energi dan kepercayaan diri untuk bisa bergerak
ke masa depan yang tidak diketahuinya dan bisa jadi melampaui apa yang mereka
bayangkan.
133
Bagaimana?
Mulailah dengan pertanyaan pertanyaan umum. Minta orang-orang untuk bercerita
tentang sukses komunitas di masa lalu, di mana masyarakat mengambil inisiatif tanpa bantuan
dari luar.
Ajukan juga pertanyaan yang berhubungan dengan fokus keterlibatan kita topik
penyelidikan yang akan digali. Misalnya: bagaimana komunitas ini berkontribusi pada
pengelolaan dan berfungsinya sekolah atau klinik? Atau perluas pertanyaan menjadi apa yang
telah anda lakukan untuk memastikan bahwa masyarakat tetap sehat atau apa kegiatan
ekonomi yang menurut anda paling berguna? Tanyakan tentang sukses di praktik pertanian
atau pengelolaan sumber daya alam.
134
Contohnya, diskusi bisa dimulai dengan salah satu dari point dibawah ini:
l
Ceritakan pada saya tentang satu inisiatif komunitas yang menurut anda berhasil,
dan merupakan upaya komunitas sendiri. (Bisa jadi membantu bila didahului dengan
pertanyaan tentang upaya upaya yang sudah dilakukan oleh komunitas dengan
menggunakan sumber daya sendiri atau dengan hanya sedikit bantuan luar).
Ceritakan pada saya tentang satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota komunitas
yang menguntungkan ekonomi lokal dan terus memberikan keuntungan bagi komunitas
lokal
.
l
Ceritakan pada saya tentang suatu waktu di mana anda sendiri berkontribusi
memperbaiki kesehatan komunitas atau keluarga anda, dengan sumber daya anda
sendiri, serta gagasan tentang bagaimana hidup sehat itu.
siapa
yang
Berpartisipasi?
Harus
Tahap discovery ini ditujukan untuk setiap orang, atau sebanyak mungkin perwakilan
komunitas. Penting untuk memastikan bahwa mereka yang anda inginkan terlibat, juga
diberikan waktu untuk bercerita dan terhubung dengan kelompok besar. Juga harus ada waktu
untuk
wawan
cara
135
atau sesi diskusi kelompok dengan pihak pihak yang berasosiasi dengan komunitas. Bisa
pelaku usaha lokal, pedagang, pemuka agama lokal, unsur pemerintah lokal seperti guru, staf
kesehatan, PPL, atau camat dan staf pemerintah lokal lainnya.
Peran
Fasilitator
136
Sangat penting bagi fasilitator untuk terlibat dalam proses bercerita dan wawancara ini
dengan cara pikir yang apresiatif. Fasilitator atau staf Ornop harus bisa memandang proses
ini sebagai kesempatan untuk belajar tentang apa yang bisa ditawarkan oleh komunitas dan
kekuatan yang dimiliki untuk membuat perubahan. Komunitaspun harus bisa melihat
bahwa Ornop benar benar tertarik mempelajari apa yang dibanggakan oleh komunitas.
Fasilitator pun harus bisa menunjukkan pendekatan menyimak apresiatif. Fasilitator
atau pewawancara dituntut untuk menyimak dengan aktif dan apresiatif, atau memanfaatkan
peluang untuk mengenali dan mengakui bagian terbaik dari cerita yang disampaikan.
Mengapresiasi adalah menghargai, prize, esteem and honour.
Waktu
Dibutuhkan
yang
Tahap Discovery bisa dilakukan sendiri atau dikombinasikan dengan tahap berikutnya.
Ada banyak contoh di mana tahap ini bisa dilakukan dengan ratusan peserta dalam waktu
sangat singkat, katakanlah beberapa jam saja.
Tahap ini juga bisa dilakukan dalam satu minggu atau lebih panjang, dimulai dan
berpuncak pada pertemuan kelompok besar dengan sejumlah besar anggota komunitas. Di
antara dua pertemuan besar tersebut, diskusi terfokus kecil atau wawancara perorangan bisa
dilakukan.
ini.
Identifikasi kontribusi apa saja kontribusi orang lain dukungan yang diberikan
oleh,
misalnya, keluarga, anggota kelompok, atau komunitas anda?
l
Elemen sukses apa yang membuat sukses tersebut apa kekuatan, keterampilan
khusus, sumber daya atau aset yang anda gunakan? Elemen sukses bisa dijelaskan sebagai
pembelajaran
pembelajaran apa yang anda peroleh dari pengalaman sukses ini, sesuatu yang akan
anda lakukan lagi dan lagi setelah pengalaman tersebut.
Menyeleksi cerita terbaik atau yang paling informatif untuk dihubungkan dengan
seluruh komunitas, atau yang paling bisa mewakili capaian komunitas.
137
Sangat penting dipastikan bahwa anda mengajukan pertanyaan yang tepat. Pertanyaan
harus cocok dengan konteks orang, tempat dan juga hakikat penyelidikan, atau fokus
percakapan ini. Adalah normal untuk mengujicoba pertanyaan yang ingin diajukan, sampai
menemukan rangkaian kata kata yang tepat untuk mendorong respon yang berharga.
138
Metode Simpangan Positif dimulai dengan menggali informasi siapa dalam komunitas
yang melakukan hal hal yang lebih baik daripada yang lain. Simpangan Positif berguna
bila kita mencari pola perilaku yang diinginkan. Contohnya, bila fokus kita adalah
mempromosikan praktik pertanian yang baik, atau ketahanan pangan maka komunitas bisa
diminta mengidentifikasi siapa petani terbaik di antara mereka. Bila fokus kita adalah
memajukan fungsi pelayanan kesehatan di desa, maka mulailah bertanya pada mereka yang
paling mendapat keuntungan dari pelayanan kesehatan, atau contoh pusat pos layanan
kesehatan terbaik serta pelayanan yang mereka berikan.
tahap
Depan
3:
mimpikan
masa
Memimpikan masa depan atau proses pengembangan visi (visioning) adalah kekuatan positif
luar biasa dalam mendorong perubahan. Tahap ini mendorong komunitas menggunakan
imajinasinya untuk membuat gambaran positif tentang masa depan mereka. Proses ini
menambahkan energi dalam mencari tahu apa yang mungkin.
Tahap ini adalah saat di mana masyarakat secara kolektif menggali harapan dan impian
untuk komunitas, kelompok dan keluarga mereka. Tetapi juga didasarkan pada apa yang
sudah pernah terjadi di masa lampau. Apa yang sangat dihargai dari masa lampau
terhubungkan pada apa yang diinginkan di masa depan, dengan bersama-sama mencari hal
hal yang mungkin. Bagaimana masa depan yang bisa dibayangkan oleh komunitas secara
bersa
ma?
Perbedaan antara tahap mimpi dengan menggunakan pendekatan berbasis aset dengan di
proses visioning lain adalah, mimpi di sini dibangun diatas penggalian kekuatan yang ada
sekarang. Mimpi tanpa didahului oleh penggalian aset atau kekuatan akan berakhir hanya
sebagai daftar khayalan dan tidak berakar pada kenyataan.
Tahap Mimpi terdiri dari dua langkah:
l Mengartikulasi visi masa depan yang positif
l Mencari kesepakatan atas mimpi tersebut.
mengartikulasi mimpi
Kebanyakan komunitas tradisional yang tidak mengecap pendidikan modern, tidak terbiasa
mempunya mimpi masa depan. Mereka hidup dalam masyarakat yang diatur dengan tradisi
dan bagi mereka hari esok adalah tantangan. Dengan memberikan mereka ruang untuk
mengembangkan visi mereka, setelah mempelajari aset mereka, akan sangat membantu untuk
membayangkan masa depan yang bisa diraih.
Pelajaran yang dapat dipetik dari beberapa pengalaman adalah bahwa ketika melakukan
visioning, ada bahaya kecenderungan bahwa hasilnya akan terlalu sempit atau sebaliknya
sekadar daftar keinginan hal-hal yang diinginkan sesuai anggaran yang tersedia. Dengan kata
lain, kita tidak perlu takut untuk membiarkan masyarakat membayangkan hal-hal baru yang
mungkin dilakukan serta cara-cara baru bekerja sama guna mewujudkan tujuan bersama.
Justru dengan cara ini kita bisa membantu mereka menemukan energi baru untuk
menjelajahi masa depan yang memiliki makna.
139
Juga bila komunitas membuat gambar atau menggunakan lagu, tarian atau ekspresi
kreatif lainnya, maka ada kesempatan untuk menceritakan apa yang ada dalam gambar atau
gerakan tersebut. Biasanya hal ini merupakan daftar atau urutan prioritas di dalam
kelompok sebelum dibagikan di komunitas yang lebih besar.
140
Proses ini kemudian diikuti dengan diskusi tentang apa yang paling penting atau apa yang
paling diinginkan oleh paling banyak orang. Hal ini yang menjadi fokus energi mereka.
Inilah kesempatan bagi seluruh komunitas untuk bersepakat tentang visi masa depan
bersama, yang akan mengarahkan seluruh upaya dan kerja mereka. Hal inilah yang menjadi
dasar untuk satu rencana, satu desa atau visi masa depan yang merangkum aspirasi
aspirasi mereka atau apa yang paling diinginkan.
Rangkuman ini bisa berbentu gambar desa ideal, sekolah komunitas ideal, atau desa
yang sehat tapi biasanya juga mengandung kalimat atau pernyataan kunci yang bisa
digunakan oleh komunitas sebagai versi ringkas dari gambar yang sangat kaya.
Biasanya lebih baik kalau masyarakat punya versi panjang dan versi ringkas. Versi panjang
bisa menggambarkan keseluruhan gambar atau mimpi masa depan, menetapkan
beberapa prioritas kunci atau menggarisbawahi aspek aspek kunci dari mimpi, termasuk
tampakan masa depan, siapa saja aktornya dan seperti apa mereka akan bekerja sama.
Sementara versi ringkas adalah cara agar masyarakat bisa mengulang ulangnya terus
menerus. Versi ringkas ini adalah bagian refrain yang akan tetap diingat, dan bisa menjadi
bagian dari lagu atau judul dari upaya komunitas ini.
141
l
l
Masalah bisa diubah menjadi kesempatan dan cara baru untuk bergerak maju.
Kesempatan untuk berbagai kelompok dalam masyarakat untuk saling mendengar
tentang visi masa depan masing-masing. Juga kesempatan untuk membua dialog antara
perempuan dan laki laki, anak muda dan orang dewasa, kaya dan miskin dan mereka
yang terkucilkan karena alasan tertentu.
Kata cipta dunia ekspresi ini digunakan untuk menjelaskan fakta bahwa kata dan
gambar tentang masa depan yang kita miliki dalam pikiran dan apa yang kita bicarakan,
menentukan arah masa depan kita. Apa yang kita bicarakan dan apa yang kita impikan
menentukan apa yang kita capai.
142
Visi harusnya adalah masa depan yang diinginkan semua orang dan harusnya melibatkan
semua orang dalam upaya mencapainya. Visi bukan tujuan khusus proyek atau yang
dihadirkan untuk mengurangi apa yang tidak diinginkan, tetapi:
l
Gambaran tentang sesuatu yang menarik sesuatu cukup berharga sehingga kita
mau berkomitmen untuk mencapainya misalnya akan selalu tersedia cukup makanan
bergizi untuk kita semua
l
Tujuan yang inklusif sesuatu yang membuat setiap orang dalam komunitas merasa
terlibat dalam kerja kerja untuk mencapainya misalnya transparansi, bukannya anti
korupsi; keharmonisan rumah tangga, daripada hentikan kekerasan dalam rumah
tangga, layanan kesehatan yang baik, bukannya memperbaiki standar layanan kesehatan
yang buruk. Tujuan inklusif ini lebih dibutuhkan lagi bila ada bagian atau seseorang
dalam komunitas yang diketahui punya perilaku negatif yang ingin kita ubah.
Gambaran positif sesuatu yang menjelaskan sebuah kondisi di mana masalah yang
kita hadapi telah diatasi.
Bagaimana?
Ada beberapa cara mendorong komunitas atau kelompok untuk memikirkan masa depan
yang ideal. Beberapa yang paling sering digunakan:
l
Terkadang anda bisa mulai dengan bertanya pada anggota kelompok, satu atau dua keinginan
atau harapan atas komunitas mereka (dan berhubungan dengan area fokus spesifik).
Terkadang berguna juga untuk meminta tiap anggota komunitas untuk dalam
diam memikirkan mimpi atau ambisi pribadi mereka. Proses ini membantu mereka
dalam mengambil posisi merefleksikan apa yang mereka inginkan untuk komunitas.
Misalnya, ada yang langsung berpikir tentang lingkungan kerjanya, dan yang lain bisa jadi
berpikir tentang masa depan anak mereka.
Komunitas bisa juga diminta untuk membayangkan bagaimana rupa desa mereka
dalam 5 atau 10 tahun bila semua keinginan tersebut telah tercapai.
Anda bisa minta komunitas untuk membuat gambar masa depan ideal mereka dan
letakkan semua elemen penting yang telah mereka gambarkan dalam komunitas ideal
tersebut.
Di tempat tertentu bisa saja membuat kolase atau bahkan bermain peran tentang
situasi ideal sebagai langkah untuk membantu masyarakat merasakan apa yang benar
benar ingin mereka lihat.
143
siapa
yang
Berpartisipasi?
Harus
Mimpi adalah kesempatan berharga untuk mempromosikan dialog tentang apa yang penting
di bagian bagian yang berbeda dalam komunitas. Karenanya, penting untuk memastikan
bahwa laki laki, perempuan, pemuda dan pemudi, anak anak, diberikan kesempatan
untuk menemukan mimpi mereka secara terpisah. Juga kesempatan untuk menjelaskan mimpi
tersebut kepada anggota komunitas lainnya.
Peran
Fasilitator
144
Fasilitator fase mimpi harus berkonsultasi dengan anggota komunitas terpilih atau wakilwakilnya tentang proses yang digunakan dan bentuk mimpi (lihat bagian Bagaimana diatas).
Jumlah dan karakter kelompok dan waktu yang tersedia akan menentukan proses yang
digunakan.
Fasilitator harus mempersiapkan material yang akan digunakan, seperti kertas atau alat
mewarnai. Terkadang akan membantu bila ada pekerja seni atau pelukis bagus yang siap
membantu komunitas menyempurnakan gambar mereka atau memberikan warna dan
detailnya.
Fasilitator harus bisa memastikan bahwa gambar yang dihasilkan akan bisa
diterjemahkan menjadi aspirasi atau ekspresi kepedulian komunitas atau pernyataan yang
akan dicari oleh komunitas dalam perjalanan menuju sukses mereka (outcome).
Ekspresi ekspresi atau pernyataan ini juga menjadi titik mulai untuk mengidentifikasi
indika
tor
outcom
e
proyek
,
sehing
ga
harus
ditulis
kan
denga
n cara
tertent
u
sehing
ga
komun
itas
bisa
memb
uat
keputu
san
dan
priorit
as
atasny
a.
alat
AI memberikan informasi terbanyak tentang pelaksanaan fase mimpi. AI membantu kita
menyadari bahwa fase ini bukan visioning sederhana tetapi suatu kesempatan untuk
menggali aspirasi yang lebih dalam lewat imajinasi. AI juga membantu kita menyadari bahwa
mimpi tidak boleh dilakukan sebelum fase discovery, di mana orang-orang mencari dan
menemukan kekuatan mereka sendiri.
Mimpi atau visioning tidak diutamakan dalam ABCD karena ada bahaya ketika mimpi
tidak didasarkan pada aspek gelas setengah penuh di konteks komunitas sendiri. Dengan
kata lain ABCD juga menekankan pentingnya memastikan bahwa komunitas memutuskan
apa yang
mereka inginkan hanya setelah mereka menyadari bahwa mereka kuat, kompeten dan memiliki
aset atau sumber daya yang selama ini disia siakan.
Outcome Mapping juga memberi tekanan pada tahap visioning dan menggunakan beberapa
metode dan alat bantu untuk melakukan fase ini. Agar tidak langsung loncat ke tahap
visioning, dalam program ACCESS ditambahkan tahap Wawancara Apresiatif sebelum visioning
dilakukan.
tahap
aset
4:
memetakan
Aset adalah sesuatu yang berharga yang bisa digunakan untuk meningkatkan harkat atau
kesejahteraan. Kata ASET secara sengaja digunakan untuk meningkatkan kesadaran
komunitas yang sudah kaya dengan aset atau memiliki kekuatan yang digunakan
sekarang dan bisa digunakan secara lebih baik lagi. Mungkin ada yang sudah dilatih
menjadi guru tetapi tidak ada orang atau tempat untuk mengajar. Ada juga yang belajar
145
atau kerajinan tangan atau pertukangan tapi tidak ada kesempatan menggunakannya.
Ketika sudah terungkap aset aset yang ada, maka komunitas bisa mulai mengumpulkan
atau menggunakannya dengan lebih baik untuk mencapai tujuan pribadi maupun mimpi
bersama.
Tujuan pemetaan aset adalah agar komunitas belajar kekuatan yang sudah mereka
miliki sebagai bagian dari kelompok. Apa yang bisa dilakukan dengan baik sekarang dan siapa
di antara mereka yang memiliki keterampilan atau sumber daya. Mereka ini kemudian dapat
diundang untuk berbagi kekuatan demi kebaikan seluruh kelompok atau komunitas.
146
Pemetaan
aset
Istilah aset bisa keliru dipahami dan terkadang lebih baik untuk mempersiapkan
sejumlah istilah yang bisa digunakan komunitas untuk memahami beragam kekuatan yang
sudah mereka miliki.
Daftar
lengkap
aset
22
adalah:
1. Aset personal atau manusia: keterampilan, bakat, kemampuan, apa yang bisa anda
lakukan dengan baik, apa yang bisa anda ajarkan pada orang lain. (Kemampuan Tangan,
Kep
ala
dan
Hat
i).
2.
Asosia
si atau
aset
sosial:
tiap
organis
asi
yang
diikuti
oleh
anggot
a
kelom
pok,
kelom
pok
kelo
mpo
k
gere
ja
sepe
rti
Kel
omp
ok
Kau
seperti Kelompok Tari atau Nyanyi; Kelompok Kerja PBB atau Ornop lain dalam
komunitas atau yang memberikan pelatihan bagi komunitas. Asosiasi mewakili modal
sosial komunitas dan penting bagi komunitas untuk memahami kekayaan ini.
3. Institusi: lembaga pemerintah atau pewakilannya yang memiliki hubungan dengan
komunitas. Seperti komite sekolah, komite untuk pelayanan kesehatan, mengurus
listrik, pelayanan air, atau untuk keperluan pertanian dan peternakan. Terkadang institusi
institusi ini terhubung dengan Aset Sosial tetapi keduanya mewakili jenis aset komunitas
yang berbeda. Komite Sekolah, Komite Posyandu dan koperasi yang dibentuk oleh
pemerintah termasuk dalam kategori ini.
4. Aset Alam tanah untuk kebun, ikan dan kerang, air, sinar matahari, pohon dan semua
hasilnya seperti kayu, buah dan kulit kayu, bambu, material bangunan yang bisa
digunakan kembali, material untuk menenun, material dari semak, sayuran, dan
sebagainya.
5. Aset Fisik alat untuk bertani, menangkap ikan, alat transportasi yang bisa dipinjam,
rumah atau bangunan yang bisa digunakan untuk pertemuan, pelatihan atau kerja, pipa,
ledeng, kendaraan.
6. Aset Keuangan mereka yang tahu bagaimana menabung, tahu bagaimana menanam dan
menjual sayur di pasar, yang tahu bagaimana menghasilkan uang. Produk produk yang
bisa dijual, menjalankan usaha kecil, termasuk berkelompok untuk bekerja menghasilkan
uang. Memperbaiki cara penjualan sehingga bisa menambah penghasilan dan
menggunakannya dengan lebih bijak. Kemampuan pembukuan untuk rumah tangga
dan untuk kelompok maupun usaha kecil.
147
7. Aset Spiritual dan Kultural anda bisa menemukan aset ini dengan memikirkan nilai
atau gagasan terpenting dalam hidup anda apa yang paling membuat anda bersemangat?
Termasuk di dalamnya nilai nilai penganut Kristen atau Muslim, keinginan untuk
berbagi, berkumpul untuk berdoa dan mendukung satu sama lain. Atau mungkin ada
nilai nilai budaya, seperti menghormati saudara ipar atau menghormati berbagai
perayaan dan nilai
nilai harmoni dan kebersamaan. Cerita cerita tentang pahlawan masa lalu dan
kejadian sukses masa lalu juga termasuk di sini karena hal hal tersebut mewakili elemen
sukses dan strategi untuk bergerak maju.
148
seleksi
relevan
aset
yang
dan
terkad
ang
disebu
t juga
mobili
sasi
aset.
Pemet
aan
aset
tanpa
seleksi
atau
memb
uat
hubun
gan
satu
denga
n
lain, akan menjadi proses statis dan mungkin tidak akan menantang bagi komunitas untuk
meraih apa yang bisa mereka capai tanpa ketergantungan. Karena proses seleksi ini
memberikan gambaran ke arah mana komunitas dapat bergerak.
tujuan
aset
Pemetaan
Komunitas menyadari bakat terpendam dan orang-orang yang punya kapasitas tetapi
belum punya kesempatan.
Komunitas menyadari nilai kehidupan yang asosiatif bagaimana hal tersebut bisa
berguna bagi tujuan khusus suatu komunitas.
Orang-orang menyadari bahwa hidup mereka dibangun atas sumber daya dan aset
sekarang, tetapi juga bisa digunakan dengan lebih baik.
149
Bagaimana?
Terkadang pemetaan aset dilakukan dengan kelompok kecil fasilitator atau wakil-wakil.
Bila yang ini sudah dilakukan, maka proses harus dilanjutkan dengan kelompok lebih besar
yang mewakili seluruh komunitas. Lebih baik lagi untuk memulai dengan kelompok besar
yang terdiri dari semua anggota, atau paling kurang mewakili setiap bagian dari komunitas.
Sesi pertama di Tahap ini adalah membantu komunitas memahami makna kata aset
(keterampilan, karunia, bakat atau kemampuan, kelompok komunitas dan sumber daya
fisik).
150
Ketika komunitas sudah memahmainya, maka buatlah kategori aset yang ingin
komunitas dalami. Salah satu cara membuat komunitas memahami aset dan kekuatan
memulai dengan kemampuan pribadi atau anggota kelompok. Cobalah berbagai cara untuk
melakukannya. Contohnya, anda bisa menggunakan:
Karunia dari Tangan apa yang kita lakukan untuk mencipta, misalnya, bekerja,
memasak, keterampilan membuat kerajinan tangan, membangun gedung, menjaga anak
anak yang sulit, penyandang disabilitas atau orang sakit.
Karunia dari Kepala apa yang kita lakukan untuk mengatur sesuatu atau
memastikan sesuatu terlaksana, mereka yang bisa memimpin, bisa mengajar, bisa
mengorganisir kegiatan.
Karunia dari Hati apa yang kita lakukan untuk membantu orang bekerja sama atau
tinggal bersama atau merasa sebagai satu kelompok bernyanyi, konseling, memberi
motivasi, suportif dan pendengar yang baik, menunjukkan empati.
mengungkap
rumah:
aset
di
Dalam
Kegiatan lain untuk membantu anggota memahami apa itu aset adalah dengan meminta
setiap orang untuk berpikir, bagaimana mereka bisa sukses mengelola rumah mereka sendiri,
dalam rumah sendiri dan di rumah tetangga atau keluarga besar. Bagaimana mereka membuat
rumah mereka rumah yang bahagia dan sehat? Apa yang dilakukan orang lain? Siapa yang
memiliki anak yang sehat? Siapa yang punya keluarga yang harmonis? Siapa yang
mengkonsumsi makanan bergizi? Siapa yang mampu mengelola keuangan rumahtangganya?
Bila peserta sudah bisa memahami makna aset yang berbeda-beda, bagi peserta dalam
kelompok berdasarkan jenis kelamin atau kelompok sosial. Tiap kelompok diminta untuk
memetakan apapun aset yang ada dalam komunitas.
Kelompok kecil dengan jumlah orang terbatas adalah saat yang tepat untuk memulai
proses pemetaan aset. Anda bisa membantu kelompok menyadari banyak dan beragamnya
aset dan kekuatan yang mereka miliki dan membantu brainstorming dan membuat 5 8
kategori yang dipilih sendiri oleh mereka.
Bila peserta banyak dan mewakili kelompok yang lebih besar, seperti keseluruhan
komunitas, bisa jadi berguna untuk mulai proses dengan meminta masing-masing kelompok
untuk brainstorm kategori aset yang berbeda-beda. Bila peserta sudah dibagi dalam
kelompok, masing-masing kelompok diminta untuk merndiskusikan salah satu kategori
saja. Misalnya satu kelompok memikirkan aset fisik dan kelompok lain tentang aset alam,
aset spiritual dan kultural, dan kelompok lain lagi tentang aset sosial dan jejaring dan
seterusnya.
151
Ketika semua telah selesai, semua orang berkumpul kembali dan membuat gambar besar
atau daftar inventaris aset yang dimiliki dan bisa digunakan oleh komunitas di masa depan.
Cara lain memetakan aset yang bisa digunakan untuk memobilisasi komunitas agar
berpartisipasi dalam perencanaan sosial dan ekonomi adalah dengan melatih sekelompok
fasilitator. Mereka ini yang akan melakukan wawancara sendiri sendiri atau diskusi terfokus
di kelompok kelompok yang berbeda dalam komunitas. Mereka yang akan menanyakan
tentang strategi dan pengalaman yang ada di komunitas, keterampilan yang dimiliki,
terutama yang bermanfaat untuk mereka, dan apa yang ingin dikontribusikan bagi
kesejahteraan komunitas.
152
Ketika semua informasi sudah dikumpulkan (biasanya lebih dari dua minggu)
kemudian dipresentasikan di kelompok yang lebih besar untuk mendengar tentang apa yang
dikontribusikan oleh tiap bagian dari komunitas. Proses ini dijabarkan lebih rinci di strategi
BEAR.23 Informasi yang dikumpulkan lewat proses ini adalah basis untuk mengkoordinir
masukan dari komunitas untuk mencapai apa yang komunitas bayangkan tentang masa depan
mereka.
siapa
yang
Berpartisipasi?
Harus
Sangat penting membuat keputusan tentang siapa yang harus turut serta dalam proses
pemetaan aset. Tujuan utama adalah memastikan tetap inklusif. Pemetaan aset tidak boleh
dilakukan dengan cara seperti melakukan survei dalam penelitian. Ini bukan proses
mengumpulkan informasi penelitian. Proses ini tidak boleh dilakukan untuk masyarakat,
tetapi oleh masyarakat. Bila tujuannya adalah inklusif terhadap orang orang yang
sebelumnya tidak bisa bersuara atau yang tidak berpengaruh dalam pengambilan
keputu
san,
maka
dalam
proses
ini,
orang
atau
kelom
pok
orang
terseb
ut,
harus
dipasti
kan
terlibat
.
Misaln
ya
pemet
aan
aset
para
penya
ndang
disabilitas harus bisa mengejutkan komunitas umum tentang banyaknya kontribusi yang
bisa diberikan oleh penyandang disabilitas. Satu organisasi berbasis di Yogyakarta, yang
berdedikasi untuk mendukung penyandang disabilitas, mencoba melakukan pemetaan aset
dan keheranan dengan respon komunitas. Saat itu adalah pertama kalinya dalam 20 tahun di
mana penyandang disabilitas dianggap kaya aset, dan bukannya tidak mampu dan butuh
bantuan.
Waktu
Dibutuhkan
yang
Pemetaan aset bisa dilakukan di satu pertemuan atau dalam satu periode waktu. Seorang
fasilitator, misalnya, memutuskan apakah kelompok akan menggunakan sepanjang minggu
atau satu bulan untuk memikirkan dan mendiskusikan seluruh aset di tiap kategori dan
kemudian berkumpul untuk menggambarkannya.
Bila semua orang akan turut berkontribusi, maka harus diatur sesi dan waktu yang
berbeda- beda untuk pertemuan. Akan ada waktu juga untuk seluruh kelompok untuk
berkumpul bersama dan menggabungkan aset aset yang ditemukenali.
Peran
Facilitator
Ornop yang bekerja dengan komunitas atau kelompok warga harus memastikan bahwa
setiap orang yang bisa membuat kontribusi dilibatkan dan mendapatkan kesempatan untuk
mengemukakan aset mereka. Proses mengungkapkan, menggambarkan, mengkategorisasi
dan mempublikasikan aset komunitas adalah proses yang sangat menguatkan dan persuasif.
Pengungkapan dan peningkatan kesadaran tentang kelimpahan yang ada, dan bukan
tentang kekurangan, adalah capaian penting yang harus menjadi tujuan fasilitator.
153
Fasilitator harus membuat masyarakat berpikir reflektif tentang aset yang mereka miliki
dan yang mungkin relevan dengan perjalanan mencapai visi mereka. Untuk itu fasilitator akan
perlu mengembangkan strategi yang memastikan tingkat partisipasi yang maksimal. Komunitas
tidak terbiasa dengan cara berpikir seperti ini, sehingga membutuhkan banyak praktik dan
eksperimen untuk membantu komunitas menyadari jumlah maupun jangkauan aset yang ada
maupun yang potensial. Ada banyak kasus di mana kelompok laki laki yang dominan lebih
sulit melakukan tugas ini dibandingkan orang muda dan kelompok yang terpinggirkan.
154
Terkadang orang dengan kemampuan luar biasa atau mereka yang sudah menonjol
dalam komunitas akan butuh untuk diidentifikasi oleh kelompok mereka dalam proses ini.
Mereka juga perlu didorong untuk menggambarkan apa yang menjadi kekuatan mereka.
Pengalaman menunjukkan bahwa bila hal ini dilakukan maka setiap orang akan punya rasa
memiliki terhadap kompetensi masing-masing.
alat
ABCD mendorong kita untuk memulai proses pemetaan aset dengan penggalian
organisasi komunitas dan mengusulkan langkah langkah berikut:
1. Mulailah dengan panitia pelaksana. Minta mereka untuk mendaftar hubungan orang
orang dengan asosiasi yang ada. Gambarkan karakter hubungan yang ada. Tuliskan
nama tiap orang di daftar asosiasinya. Tuliskan pemimpin dari tiap asosiasi ini.
2. Luaskan daftar ini ke asosiasi lainnya. Minta tiap anggota panitia pelaksana untuk
menemukenali asosiasi lain yang diketahuinya. Bila diketahui, daftar nama pemimpin
dan nama orang disekitar kelompok anda yang paling bisa menghubungi pemimpin
tersebut. Bila
anda sudah tahu asosiasi apa yang ada dalam komunitas, maka akan baik untuk tahu juga
jenis hubungan antara asosiasi dengan komunitas dan antar asosiasi.
3. Temukenali prospek terbaik. Asosiasi mana yang paling mungkin turut serta dalam
mengupayakan tujuan bersama? Kunci untuk membangun relasi antar aset lokal adalah
memobilisasi asosiasi asosiasi untuk melakukan aksi. Dan ini dimulai dari pemimpinnya.
l
l
masyarakat
Isu yang baik adalah isu yang jawabannya adalah YA atas pertanyaan: Bisakah kita
sukses?
dan Apakah ini akan membangun partisipasi kita?
l
155
Lakukanlah hal yang mudah lebih dahulu: asosiasi bisa mulai kerja bersama dengan
melakukan hal yang cocok dengan dirinya sukses akan mendorong lebih banyak
partisipasi.
Tetap fokus: jangan mencoba melakukan banyak hal sekaligus asosiasi juga memiliki
energi terbatas.
Harapkan kontribusi orang lain dan dorong semua orang juga melakukan hal yang sama.
156
ABCD telah mengembangkan beragam alat untuk mengukur kapasitas dan kompentensi
komunitas yang bisa diadaptasikan ketika pemetaan aset manusia dan sosial secara
keseluruhan telah dilakukan.
Cara sederhana untuk mengembangkan inventaris aset manusia dimulai dengan meminta
orang orang untuk menemukenali anugrah dan keterampilan yang mereka miliki yang
berhubungan dengan kepala (manajemen dan pengorganisasian); tangan (praktik,
membangun dan mencipta); dan hati (motivasi, fasilitasi, menghubungkan).
Cara yang lebih komprehensif untuk mengembangkan inventaris aset manusia bisa
mengikuti format ini:
1. Mulai dari keterampilan, kekuatan dan aset yang muncul dari wawancara apresiatif.
Pastikan ada cukup perwakilan komunitas: orang renta, usia pertengahan, muda, seniman,
perempuan, wirausahawan, penyandang disabilitas, dan sebagainya.
2. Organisir dalam kategori kategori
berikut:
a. Kemampuan dan keterampilan umum: keterampilan bisa jadi sangat luas, mulai dari
menyiapkan makanan sampai menggembalakan ternak, juga memanjat pohon. Di
beberapa kultur, masyarakat sangat rendah hati tentang bakat dan keterampilan
mereka. Mereka mungkin saja tidak punya pengalaman menawarkan keterampilan
mereka pada orang lain, baik sebagai karunia atau sebagai sesuatu yang dijual.
b. Keterampilan sebagai warga: keterampilan mengembangkan komunitas, seperti
pengorganisasian, komunikasi, kemampuan untuk bekerja dengan orang muda dan
orang renta, kepemimpinan, dan sebagainya.
c. Kemampuan dan Pengalaman Kewirausahawan: keterampilan wirausaha seperti
mengelola bisnis kecil, pembukuan, pemasaran, berurusan dengan pemasok, dan
sebagainya.
d. Keterampilan budaya dan seni: keterampilan seperti membuat kerajinan tangan,
menari, teater, mendongeng, musik, dan sebagainya.
3. Tandai tingkat tertarik, pengalaman, kemampuan dan kemauan untuk
mengajarkan.
4. Perluas inventaris kapasitas ini agar mencakup setiap orang dalam
komunitas.25
perke
mbang
an
157
bersama. Mereka ini bisa saja menjadi relawan atau bagian dari organisasi nirlaba. Modal
dalam hal ini adalah nama lain dari aset yang ada dalam organisasi atau asosiasi masyarakat
di dalam komunitas.
Setiap orang bergabung dalam satu atau lebih kelompok. Biasanya seseorang menjadi
bagian dari 4 atau 5 kelompok, baik yang berhubungan dengan agama, pekerjaan, hobi atau
kelompok saling dukung.
158
Salah satu cara yang berguna untuk memulai proses ini adalah dengan meminta tiap
anggota untuk menemukenali tiga kelompok paling penting di mana mereka bergabung dan
aset atau kontribusi apa yang bisa diberikan kelompok tersebut dalam usaha mencapai visi
bersama.
Cara lebih formal adalah menggunakan Analisis Jejaring Sosial (Social Network Analysis/
SNA). Analisis Jejaring Sosial membantu anggota menemukenali dengan siapa mereka
terhubung dan yang mana yang merupakan kelompok paling penting atau paling
berpengaruh dalam komunitas.
Tahapan kunci dalam proses Analisis Jejaring Sosial yang relevan dengan pemetaan aset
sosial dalam komunitas atau kelompok adalah:
1. Menemukenali jejaring orang yang akan dianalisis (misalnya tim, kelompok kerja,
komunitas)
2. Memperjelas tujuan, menentukan cakupan analisis dan menyepakati tingkatan pelaporan
yang dibutuhkan.
3. Mengembangkan metode survei dan merancang kuesioner.
4. Mengamati individu individu yang ada dalam jejaring untuk menemukenali hubungan
hubungan dan pengetahuan yang beredar di antara mereka.
5. Gunakan alat perangkat lunak pemetaan atau desain grafis untuk membuat peta visual
jejaring.
6. Petakan kompentensi dan kesempatan yang bisa dibuat oleh masing-masing kelompok
atau asosiasi.
7. Temukenali dan rancang aksi untuk tiap kelompok untuk memaksimalkan kompentensi
spesifik mereka.
8. Lakukan aksi aksi tersebut.
9. Pantau bagaimana kelompok bisa menggunakan kompetensinya dan koneksinya dengan
melakukan pemetaan jejaring lagi setelah jangka waktu tertentu yang tepat.26
memetakan
isu
aset
Berdasarkan
Cara lain membantu komunitas dan organisasi mengapresiasi keberadaan dan kekuatan aset
mereka adalah dengan meminta mereka menemukenali isu kunci mereka. Isu ini bisa berarti
apa yang mereka ingin ubah atau apa yang mereka anggap sebagai penghambat
keberh
asilan.
159
Ketika tiap kelompok bisa menemukenali dua atau tiga isu, maka minta mereka untuk
menemukan kekuatan atau aset komunitas yang ada dan bisa digunakan untuk mulai
mengurus isu isu tersebut. Misalnya, bila komunitas menemukenali bahwa mereka
punya masalah dengan kekurangan pangan di bulan bulan terntentu, maka komunitas
bisa diminta untuk menemukenali aset apa yang sekarang dimiliki dan bisa mengatasi
problem tersebut. Termasuk misalnya orang dengan pengetahuan pertanian, orang yang bisa
mengajarkannya, orang yang bisa mengorganisir diskusi atau mengumpulkan material untuk
diajarkan; alat pertanian mereka, sumber air yang bisa digunakan dengan lebih baik, dan
sebagainya.
Isu
160
Bulan
bulan
kekurangan
pangan
Latihan ini sangat berguna untuk membantu kelompok yang sulit bergerak maju dari
selalu dipenuhi dengan pemikiran tentang masalah dan kesulitan yang mereka alami. Nilai
latihan ini adalah membantu memotivasi masyarakat agar menyadari bahwa mereka
memiliki aset dan memahami mengapa pemetaan aset bisa berguna untuk mereka.
lokal,
pening
katan
pengel
olaan
sumbe
r daya
alam,
untuk
melen
gkapi
dan
memp
erbaik
i
efektiv
itas
layana
n
161
dan infrastruktur. Mobilisasi aset membantu menyadarkan komunitas akan jenis jenis
aksi yang bisa mereka lakukan, dan juga yang mereka miliki sumber dayanya. Mobilisasi aset
tidak hanya bisa diaplikasikan pada proyek mandiri yang dilakukan oleh komunitas sendiri.
Proses ini juga membantu komunitas untuk memposisikan aset komunitas atas rencana
kontribusi oleh lembaga luar dan pemerintah.
Aset termasuk juga pola strategi dan perilaku yang telah terbukti berhasil di masa lampau.
Indikator sukses dan contoh champion (atau pola perilaku yang menunjukkan simpangan
positif ) akan didokumentasikan sebagai bagian dari proses bercerita di Tahap 2.
162
Bila komunitas sudah bisa membayangkan dunianya dengan cara berbeda dan berbagi
visi masa depannya, akan ada berbagai jenis kegiatan dengan cakupan yang luas yang
dilakukan oleh kelompok dan anggota dengan menggunakan aset mereka untuk mencapai
beragam bagian dari mimpi mereka. Perjalanan ini memiliki beragam rute. Tiap rute akan
ditentukan oleh kreatifitas masyarakat memobilisasi asetnya. Misalnya mereka bisa
menyadari bahwa mereka bisa menggunakan aset yang ada untuk memperbaiki komite
sekolah, layanan kesehatan yang disediakan oleh pemerintah, keterlibatan kaum muda yang
lebih baik dalam komunitas, atau untuk memperbaiki kondisi sanitasi desa.
Bagaimana?
Setelah ditemukenali, aset dikelompokkan berdasarkan kategori yang serupa. Bisa saja
berdasarkan pendekatan sektoral, layanan yang diberikan, ukuran wirausaha kecil atau
menengah atau kesejahteraan sosial. Pengelompokkan aset diikuti dengan telaah. Termasuk
dalam telaah adalah menanyakan pertanyaan pertanyaan berikut:
1. Aksi apa yang diusulkan dengan kelompok aset ini? misalnya siapa yang punya
keterampilan atau kemampuan yang bisa dimobilisasi; sumber daya apa yang bisa
digunakan; aset fisik apa yang bisa membantu kita mencapai tujuan kita?
2. Bagaimana pentahapan aksi yang paling efektif ? misalnya apa yang bisa dilakukan
sekarang, apa yang harus dilakukan pertama, yang kedua, dan seterusnya.
3. Strategi apa yang pernah sukses di masa lampau dan bisa diulang lagi untuk pilihan
pilihan aksi ini?
4. Siapa yang sudah terbukti punya kemampuan untuk memimpin proses seperti ini?
misalnya siapa champion sehubungan dengan aset dan aksi ini?
Bila pengelompokkan awal aset dan rumusan aksi telah ada, maka sekaranglah saatnya
untuk bertanya apa lagi yang masih dibutuhkan dan akses seperti apa yang kita miliki
untuk mendapatkan dukungan tersebut. Bisa jadi yang dibutuhkan adalah bantuan teknis
ataupun keuangan. Pada titik inilah komunitas bisa berpaling pada lembaga luar dan
mendapatkan komitmen untuk dukungan di masa depan. Dukungan ini untuk melengkapi
apa yang bisa dikelola komunitas dari dalam dengan sumber daya dan kemampuan sendiri.
Bila aksi yang dibutuhkan berhubungan dengan layanan pemerintah seperti
pendidikan, layanan kesehatan, PPL pertanian, infrastruktur atau pasokan air, maka fokus
pengelompokkan
163
dan mobilisasi aset adalah bagaimana memperlengkapi layanan yang ada sekarang.
Contohnya bila ada subsidi pemerintah, maka bagaimana agar komunitas bekerja bersama,
menggunakan aset sendiri untuk memastikan bahwa subsidi mencapai sasaran sebenarnya
dengan paling efektif dan dilaksanakan dengan cara yang akuntibel. Atau bila layanan
kesehatan dasar yang direview, bagaimana agar jangkauan dan sumber dayanya yang
terbatas itu bisa diperbesar dengan cara yang paling efektif untuk keuntungan sebesarnya.
siapa
yang
terlibat?
Harus
Di beberapa wilayah, pengelompokkan aset awal bisa dilakukan dengan mengambil data di
kelompok kecil, di tingkat rumahtangga atau dengan bantuan asosiasi dan lembaga yang ada.
164
Perencanaan Aksi biasanya membutuhkan prioritasi aksi yang mungkin dilakukan. Hal
ini bisa dilakukan dengan mempersilakan kelompok kelompok yang berbeda di seluruh
komunitas untuk menentukan prioritas tertinggi mereka. Kemudian diikuti dengan proses
pemeringkatan atau memilih prioritas tertinggi dengan kehadiran perwakilan dari tiap
kelompok atau sub- kelompok.
Pada akhirnya rencana aksi harus disusun dengan merespon pada lima tipikal
pertanyaan berikut: Apa? Mengapa? Siapa? Bagaimana? dan Kapan?
Peran
Fasilitator
Dalam pendekatan berbasis aset, peran lembaga perantara adalah memastikan kehadiran
semua orang yang harus hadir. Biasanya ini dilakukan melalui proses wawancara apresiatif
untuk menemukan siapa champion atau orang yang paling cocok dengan visi positif yang
akan
dicapai. Misalnya bila program ini tentang demokratisisasi, maka akan dicari peserta yang
paling memahami hal tersebut. Di reformasi kesehatan misalnya, akan dipilih mereka yang
paling nampak ada komitmen untuk perubahan.
Hal terpenting kedua dari lembaga yang memfasilitasi adalah mempromosikan
keterhubungan antar semua aktor untuk memastikan partisipasi yang penuh dan setara.
Bisa jadi artinya memastikan ada perwakilan perempuan dan laki laki yang sepatutnya,
atau mereka yang biasanya tidak diperhatikan karena ada keterbatasan atau kecacatan.
Hal terpenting ketiga tentang fungsi lembaga fasilitatif adalah memastikan ada proses
perencanaan aksi yang positif dan milik bersama.
Di ACCESS, proses pengembangan aset awal ini dilakukan melalui Pertemuan Apresiatif
Kabupaten (PAK). Di PAK, para champion dari tiap tingkatan dalam masyarakat, termasuk
pemerintah, ornop, lembaga agama, media dan pemimpin masyarakat diseleksi melalui wawancara
apresiatif. Mereka kemudian dikumpulkan untuk merumuskan visi dan menentukan area aksi
yang mungkin dilakukan untuk mencapai visi kabupaten.
Waktu
Dibutuhkan
yang
Perencanaan aksi bisa jadi satu kegiatan sederhana dalam satu hari atau bahkan beberapa
jam (Apa yang perlu kita lakukan untuk membuat perubahan kecil atau memperbaiki
sesuatu?). Tapi bisa juga butuh suatu rangkaian pertemuan dengan pemangku kepentingan
yang berbeda-beda dalam periode beberapa minggu (Bagaimana kita bisa memperbaiki
kinerja klinik kesehatan lokal?). Biasanya perencanaan aksi dilakukan di tiga tahapan berikut:
165
Penentuan arahan umum dan prioritasi oleh kelompok pemangku kepentingan yang
besar dari sub-kelompok yang berbeda-beda.
Perencanaan substantif dan rinci oleh perwakilan yang diseleksi atau oleh kelompok
manajemen. Biasanya difasilitasi oleh lembaga dari luar (pemerintah lokal atau
organisasi masyarakat sipil).
Diikuti dengan pertemuan besar untuk mengalokasi tanggung jawab, mendapatkan
pengakuan dan memfinalkan kontrak atau kesepakatan.
166
alat
Seperangkat alat tersedia untuk membantu mengelompokkan aset yang berhubungan atau
yang saling melengkapi. Kemudian bisa diurutkan menurut suatu proses logis termasuk:
l
Jejak penting apa saja langkah inti dan di urutan yang mana.
Jadwal alur kerja apa yang harus selesai dilakukan sebelum memulai sesuatu yang lain
lagi
l
Pemetaan sistem seperti yang bisa ditemukan dalam Soft System Methodology, di mana
semua aksi yang bisa dilakukan diletakkan dan kemudian dipindah pindahkan untuk
membuat suatu alur atau koneksi atau pengelompokkan antar kegiatan yang berhubungan.
Alat pemeringkatan diambil dari PLA bisa juga digunakan untuk menentukan apa
yang paling dianggap penting oleh kebanyakan peserta.
tahap
6:
Pembelajaran
monitoring,
evaluasi
dan
Pendekatan berbasis aset juga membutuhkan studi data dasar (baseline), monitoring
perkembangan dan kinerja outcome. Tetapi bila suatu program perubahan menggunakan
pendekatan berbasis aset, maka yang dicari bukanlah bagaimana setengah gelas yang
kosong akan diisi, tetapi bagaimana setengah gelas yang penuh dimobilisasi. Pendekatan
berbasis aset bertanya tentang seberapa besar anggota organisasi atau komunitas mampu
menemukenali dan memobilisasi secara produktif aset mereka mendekati tujuan bersama.
Empat pertanyaan kunci Monitoring dan Evaluasi dalam pendekatan berbasis aset adalah:
1. Apakah komunitas sudah bisa menghargai dan menggunakan pola pemberian hidup dari
sukses mereka di masa lampau?
2. Apakah komunitas sudah bisa menemukenali dan secara efektif memobilisasi aset
sendiri yang ada dan yang potensial (keterampilan, kemampuan, sistem operasi dan sumber
daya?)
3. Apakah komunitas sudah mampu mengartikulasi dan bekerja menuju pada masa depan
yang diinginkan atau gambaran suksesnya?
4. Apakah kejelasan visi komunitas dan penggunaan aset dengan tujuan yang pasti telah
mampu memengaruhi penggunaan sumber daya luar (pemerintah) secara tepat dan
memadai untuk mencapai tujuan bersama?
Dibawah ini adalah beberapa pesan kunci yang dimonitor dalam pendekatan berbasis
aset dalam hubungannya dengan mobilisasi komunitas:
l
Setiap orang dalam komunitas ini memberikan kontribusi dan kita menjadi kuat
dengan memastikan kontribusi ini diartikulasi dan dimanfaatkan.
l
Kegiatan ini untuk keuntungan kita (meningkatkan kesejahteraan) dan kita memiliki
kap
asit
as
unt
uk
tah
u
bag
aim
ana
me
ma
ksi
mal
kan
keu
ntu
ngan tersebut.
167
Setiap orang punya bakat dan setiap komunitas punya sumber daya yang bisa dan
harus digunakan untuk meningkatan kesejahteraan komunitas.
Sebagian orang di komunitas ini mampu menjadi teladan (role model) tentang
perubahan perilaku yang diinginkan.
Komunitas tahu dan mampu bersama sama sepakat tentang masa depan seperti apa
yang diinginkan, yang didasarkan pada apa yang berhasil dicapai di masa lampau.
Kita mampu
memperbaiki akses kita terhadap pelayanan dasar dengan
menggunakan peningkatan kapasitas yang kita miliki sekarang untuk mengelola masa
depan.
168
Beberapa indikator kemajuan sehubungan dengan mobilisasi aset dan pembentukan visi:
Peningkatan kesadaran atau akses pada aset komunitas (individual, sosial, kelembagaan,
fisik, alam, spiritual dan keuangan), baik yang kelihatan maupun tersembunyi (atau yang
tidak diperhatikan).
Peningkatan penggunaan, dari waktu ke waktu, aset lokal yang tersedia dalam
kegiatan pembangunan komunitas.
Para champion dan pemimpin alami (yang sudah memiliki keterampilan dan kapasitas)
ditemukenali dari komunitas dan menjadi bagian dari proses perubahan.
Peningkatan kesadaran tentang kontribusi yang bisa dilakukan oleh orang muda dan
sebaliknya, menurunnya kegiatan merusak diri sendiri di antara mereka.
Rancangan kegiatan didasarkan pada apa yang mungkin dan diinginkan, dengan sumber
daya dan kapasitas yang tersedia di lokal.
Perencanaan aksi dirancang atas dasar apa yang menurut komunitas mampu mereka
lakukan, bisa langsung dimulai dan menghasilkan sesuatu yang bisa diukur (tangible).
Visi Bersama
l
Komunitas sadar dan mengapresiasi apa yang mereka capai di masa lalu (sumber
kelentingan dan hidup mereka).
Ada visi dan hasil akhir (outcome) yang tampak jelas dan diartikulasikan dalam
komunitas.
l
Komunitas menggunakan visi untuk menentukan pilihan pilihan nilai dan seleksi
prioritas sehubungan dengan pendanaan dari pemerintah.
169
170
Evaluasi apresiatif mengajukan pertanyaan: Seberapa jauh jalan menuju perubahan yang
telah ditempuh program ini?, dan bukannya mengapa kemajuannya demikian terbatas?
atau apa yang menjadi penghambat perkembangan program sejauh ini? Karenanya,
evaluasi apresiatif fokus pada mendukung dan mendorong organisasi atau komunitas untuk
semakin kuat dan lebih fokus pada apa yang memungkinkan mereka lebih sukses mencapai
hasil (outcomes).
Asset-Based
Development
Community
ABCD mengevaluasi bagaimana sumber daya dalam komunitas digunakan dan sumber daya
atau aset tambahan apa yang masih bisa dimobilisasi dengan efektif. ABCD mempelajari
kapasitas dalam komunitas untuk memimpin diri sendiri atau untuk meningkatkan
partisipasi warga dalam pembangunan. Biasanya evaluasi ABCD akan melihat peningkatan
kapasitas komunitas untuk mengorganisir dan memobilisasi sumber daya, peningkatan aksi
bersama, keanggotaan yang lebih demokratik dan inklusif, peningkatan motivasi untuk
memob
ilisasi
sumbe
r
daya.27
Outcome Mapping
Outcome mapping metode yang biasa digunakan dalam monitoring proyek atau program.
Pendekatan berbasis aset biasa digunakan bersama sama dengan Outcome Mapping
dalam proses monitoring. Proses ini memiliki hubungan erat dengan organisasi masyarakat
sipil, yang dideskripsikan sebagai boundary partner . Outcome mapping juga memberikan
penekanan kuat terhadap identifikasi visi atau gambaran jelas tentang sukses.
Tetapi Outcome Mapping mulai dengan rancangan yang disengaja atau visi masa
depan. Kebanyakan pendekatan berbasis aset proses visioning sampai peserta atau mitra benar
benar mengapresiasi kapasitas dan kekuatan atau cerita sukses masa lalu mereka.
Tambahan lagi, Outcome Mapping lebih fokus pada pelaksananya, para mitra (boundary
partners).
Fokus utama pendekatan berbasis aset adalah komunitas itu sendiri. Pendekatan berbasis
aset membawa semua orang ke meja atau ruang pertemuan bersama. Mitra (boundary
partner) dan manajer proyek didorong untuk pindah kedalam ruang kelompok penerima
manfaat utama yakni komunitas, bukan sebagai konsekuensi tetapi sejak tahap awal.
171
172
BAB 8
PeLatiHan Dan
reFerensi
173
173
agenda Pelatihan
Agenda Satu Hari: Pendekatan Berbasis Aset dalam Pembangunan
Waktu
Materi
Keterangan
9.30
Pengantar
9.45 10.45
174
10.45
11.00
11.30
11.30
12.15
Bercerita menggunakan
Pendekatan Berbasis Aset (Asset
Based Approach, ABA) Peserta
menemukenali cerita-cerita
tentang bagaimana orang dan
komunitas menggunakan
kemampuan dan aset sendiri untuk
mengurus prioritas pembangunan
mereka.
Penjelasan singkat tentang apa
yang dimaksud dengan pendekatan
Istirahat
Pendukung utama ABA dan konteks
historis penerapannya.
Tantangan pembangunan apa
saja yang diatasi oleh
pendekatan ini?
Apa saja kunci dari semua ABA?
Bagaimana pendekatan ini berbeda
dengan
praktik pada umumnya?
12.15
12.45
12.45 1.30
Makan siang
1.30 2.30
2.30 3.00
Bermain peran
3.00
Istirahat
3.15 3.45
3. 45 4.15
4.15 5.00
Kerja kelompok
Agenda Dua Hari: Pendekatan Berbasis Aset dalam Perubahan Komunitas dan Sosial
Waktu
Materi
Keterangan
Hari 1
8.00
175
Waktu
176
Materi
Keterangan
8.30
Cerita Peserta
9.30
10.00
Istirahat
10.30
10.00
11.00
Waktu
Materi
Keterangan
11.30
Tugas Kelompok
12.30
1.30
2.30
177
Waktu
Materi
3.00
Istirahat
Keterangan
3.30
178
4.30
Evaluasi Hari 1
Waktu
Materi
Keterangan
Hari 2
8.00
9.00
10.00
11.00
12.00
Istirahat
179
2.00
3.00
Istirahat
180
3.30
Pengenalan Tahapan-tahapan
Implementasi
Pendekatan Berbasis Aset
4.00
4.30
Evaluasi Lokakarya
Buku Pelatihan
Appreciative Inquiry memiliki banyak alat bantu; kebanyakan bisa ditemukan melalui
website Appreciative Inquiry Commons . Buku pelatihan terkini tentang How to Build
Partnerships telah dikembangkan oleh CRS di America. Beberapa sudah lebih tua tetapi
tetap berguna, termasuk yang ditulis oleh Malcolm Odell di Nepal seperti buku pelatihan
untuk pelatih yang dignakan oleh Habitat for Humanity Asia dan pelatihan yang
digunakan oleh Mountain Institute untuk Community Based Tourism in Nepal. Lihat
juga Do it Now an Appreciative Toolkit.
Untuk Asset Based Community Development, buku pelatihan paling berguna dan relevan
adalah yang dari SEWA yang menggunakan kombinasi dari AI dan ABCD dan diaplikasikan
untuk perencanaan keuangan mikro di satu desa di India. Buku ini bisa diunduh dalam
bentuk pdf atau versi microsoft di dari website Coady Institute Resources. Coady
Institute
lah
yang sekarang paling banyak melakukan pelatihan ABCD untuk pelajar internasional
dan memiliki ABCD Certificate Book yang sangat bermanfaat untuk pengembangan
masyarakat. Di website yang sama ada juga buku pelatihan lain yang digunakan dalam
konteks pengembangan masyarakat. Penjelasan tentang penggunaan ABCD oleh
komunitas Jambi Kiwa memberikan pengetahuan tentang bagaimana program
dilaksanakan di komunitas pedesaan Kolombia.
Ada juga sumber pelatihan yang bisa diunduh dari website ABCD Institute, termasuk
bagian bagian dari Building Community From the Inside Out yang asli dan
seperangkat
Workbooks yang lebih kecil atau buku buku yang menjelaskan bagian bagian
dan contoh contoh yang berbeda dari proses pembangunan berbasis aset.
181
Jejaring Community Economies juga memproduksi satu seri modul pelatihan untuk
para pekerja di Community Partnering Project yang memasukkan pemetaan
komunitas.
referensi
Ashe, Jeffrey and Lisa Parrott, (2001) Impact Evaluation, PACTs Womens
Empowerment Program in Nepal, A savings and Literacy Led Alternative to Financial
Institution Building,Pacts Womens Empowerment Program in Nepal
182
Ashford, G and Patkar, S, (2001) The Positive Path, Using Appreciative Inquiry in
Indian Rural Development, International Institute for Sustainable Development IISD
in collaboration with DFID. http://ww w.iisd.org/pd f/2001/ai _the_postive_path.pdf
Bergdall, Terry (2003) Reflections on the Catalytic Role of an Outsider in Asset Based
Community Development.
Brescia, Steve, Workshop Report: Facilitated Capacity Self-Assessment and Action
Plan, CEDICAM, Oaxaca, Mexico, July 2001.
Booy, D. & Sena, O. (2001) Capacity Building Using the Appreciative Inquiry
Approach: The Experience of World Vision Tanzania, January.
Braun, A. (2005). Beyond the Problem-Solving Approach to Sustainable Rural
Development. Participatory Research and Development for Sustainable Agriculture and
Natural Resource Management:.
Cameron, Jenny and Katherine Gibson ABCD Meets DEF: Using Asset Based Community
Development to Build Economic Diversity. Paper presented at the Asset Based
Community Development Conference, University of Newcastle, December 2008.
Catholic Relief Services (2005) The partnership toolbox a facilitators guide to partnership
dialogue. How to maintain effective partnerships, Publisher: CRS, USA, 2005
http://crs.org/ publications/showpdf.cfm?pdf_id=92
Chimbuya, Sam (2006) Participatory Tools and Community Based Planning Khanyaaicdd, Free State, South Africa.
Cunningham, G. & Mathie, A. (2003) Who is driving development? Reflections on the
transformative potential of Asset Based community development, paper presented at
the conference on Participation: From Tyranny to Transformation, University of
Manchester, UK, 27-28 February 2003. Downloadable fromhtt p://ww w.coady.stf x.ca/
Manchester,
library/coady-publications/researchlist/
Cooperrider, David, (2001) Positive Image, Positive Action, in Appreciative Inquiry: An
Emerging Direction for Organization Development, David L. Cooperrider, Peter F. Sorensen,
Jr., Therese F. Yaeger, and Diana Whitney, editors. Champaign IL: Stipes Publishing
http:// ww w.stipes.com/aichap2.htm#DocInfo
Delaney, Jim and Nguyen Duc Vinh (2009) When bamboo is old, the sprouts appear:
rekindling local economies through traditional skills in Hanoi, Vietnam in From
Clients to Citizens: Communities changing the course of their own development. Rural
Community Development Center, National Institute of Agricultural Planning and
Projection
183
Dureau, C (2009) Applying an Asset Based Approach to Community Development and Civil
Society Strengthening, Matrix International Consulting (private circulation, unpublished)
Elliott, C. (1999) Locating the energy for change: An introduction to appreciative inquiry.
Winnipeg, MB: International Institute for Sustainable Development
Foster, Megan & Alison Mathie, (2001)Situating Asset Based Community Development
in the International Development Context, Coady Institute,
htt p://ww w.stf x.ca/institutes/ coady/about_publications_new_situating.html
184
Guri, Bernard, Development from the Inside Out: The Case of the Tanchara Project in
Northern Ghana.
Kretzmann, John & McKnight, John, (1993), Building Communities from the Inside Out:
A Path Toward Finding and Mobilizing a Communitys Assets. The Asset Based
Community Development Institute, Institute for Policy Research, Northwestern
University, Evanston, Illinois
Kretzmann, John, McKnight, John, & Sheehan, Geralyn (with Mike Green & Deborah
Putenney), 1997, A Guide to Capacity Inventories: Mobilizing the Community Skills of
Local Residents, Asset Based Community Development Institute, Institute for Policy
Research, Northwestern University, Illinois
Mathie, Alison (2006), Does ABCD Deliver on Social Justice, Panel Discussion for the
International Association of Community Development, CIVICUS Conference,
Glasgow, htt p://coady.stf x.ca/librar y/coady-publications/
Mathie, Allison, Gordon Cunningham (ed), (2008) From Clients to Citizens: Communities
Changing the Course of their own development, Practical Action Publishing. (13 case studies
from around the world)
Mathie, A. & Cunningham, G. (2002) From Clients to Citizens: Asset Based Community
Development as a Strategy for Community-Driven Development, Occassional Paper,
Nova Scotia: The Coady International Institute, St Francis Xavier University,
http://coady.stf x.ca/ library/coady-publications/
Michael, Sarah (2005) The Promise of Appreciative Inquiry as an Interview Tool for Field
Reseach, Development in Practice, Vol 15, No 2, April 2005, pp 222-230 in
http://appreciativeinquir y. case.edu/practice/bibAiArticlesDetail.cfm?coid=7110
Moser, Caroline (2007) Asset accumulation policy and poverty reduction in C. Moser
(Ed.)
Reducing Global Poverty: the Case for Asset Accumulation, Washington DC Brookings Press
Puntenney, Deborah (2000) A Guide to Building Sustainable Organizations from the Inside
Out: An Organizational Capacity Building Toolbox from the Chicago Foundation for Women.
Chicago, IL: ACTA Publications. AACESible through
http://ww w.abcd instit ute.org/publications/ workbooks/
Liebler, C. (2000). Getting comfortable with Appreciative Inquiry, GEM Journal,
1:2. November
Odell, Malcolm J, (2002) Issues in Participatory Development: From Participatory Rural
Appraisal to Appreciative Planning and Action, Habitat for Humanity
185
186
Van Otterloo-Butler, Sara (ed), 92007) Learning Endogenous Development. Building on Biocultural Diversity, Compas, Practical Action Publishing
A series of case studies and reflective pieces about endogenous development and how it is used in
promoting learning
Web sites
Appreciative Inquiry
http://appreciativeinquir y.case.edu/
Ini adalah website utama tentang Appreciative Inquiry (AI) dan menggunaannya. Website
ini dikenal dengan Appreciative Commons dan mengandung tautan untuk buku-buku,
artikel, riset, bibliografi, alat bantu praktik, manajemen, cerita dari lapangan, daftar
kontak dan website-website terbaik terkait AI.
187
yang dipimpin oleh warga dan berbasis aset di seluruh dunia; melakukan eksplorasi
tentang bagaimana pendekatan berbasis aset dapat diaplikasikan pada konteks
internasional yang beragam untuk menstimulasi pembangunan yang dipimpin warga;
mempelajari implikasi pendekatan berbasis aset terhadap peran lembaga donor, LSM,
pemerintah lokal dan perantara lainnya; menemukenali lingkungan kebijakan dan
peraturan yang optimal bagi kesuksesan aplikasi pembangunan berbasis aset dan dipimpin
oleh warga.
Beberapa referensi menarik dapat ditemukan di website Coady
Institute. http://ww w.synergos.org/k nowledge/02/abcdoverview.htm
188
Endogenous Development
http://ww w.compasnet.org/ed _1.html
Jejaring ini menggunakan pendekatan berbasis aset dalam pembangunan agrikultur dan
pedesaan yang berdasarkan keanekaragaman hayati. Website dan portal pengetahuan
terkait bagus sebagai sumber kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
hidup. Ada banyak contoh tentang bagaimana pendekatan berbasis aset lahir dari
pertimbangan tentang pentingnya nilai-nilai budaya dan spiritualitas. Disamping itu,
jaringan ini menekankan pentingnya budaya dalam menentukan berbagai cara
memperoleh informasi baru (belajar). Di website ini terdapat banyak referensi, termasuk
buku,
majalah dan artikel yang dapat
diunduh.
Community Economies
http://ww w.communit yeconomies.org/
Website berisi proyek-proyek menarik yang dasarnya ekonomi dan tertarik mempelajari
bagaimana membangun perekonomian lewat mobilisasi sumberdaya lokal. Pendekatan
ini berkembang dari kritik feminis J.K. Gibson-Grahams feminist critique tentang
perekonomian politis yang fokus pada keterbatasan memandang perekonomian sebagai
dominan kapitalis, daripada memperhatikan kekayaan perekonomian non-formal dan
tersembunyi. Cara pandang terhadap perekonomian ini kemudian berkembang sebagai
cara mendokumentasi keragaman cara (keragaman perekonomian) mengembangkan
ekonomi dan proses mengembangkan berbagai bentuk komunitas. Tautan pada website
ini menunjukkan basis pendukung yang kuat di Australia (bekerja di komunitaskomunitas yang tertekan) dan di Filipina. Aplikasi berbagai pendekatan berbasis aset untuk
pengembangan koperasi dan kegiatan ekonomi komunitas lainnya juga bisa ditemukan
disini.
189
190
Catatan akhir
1 John Kretzmann dan John L. McKnight, adalah pendiri The Asset based Community
Development Institute, di Northwestern University, Evanston, Illinois.
2 David Cooperrider, penemu Appreciative Inquiry, berasal dari Case Western
University, USA. Informasi lebih lanjut lihat: ww w.appreciativeinquir y.net.au
3 Cooperrider, D dan S. Srivastva, Appreciative Inquiry in Organizational Life, dalam W.
Pasmore and R. Woodman, eds., Research in organizational change and development,
Vo. 1. Greenwich, Ct: JAI Press. 1987 dan Cooperrider, D. & Whitney, D. (1999), A
Positive Revolution in Change: Appreciative Inquiry, Case Western Reserve University and
The Taos Institute.
191
192
17 Diadaptasi dari DFID (2001). Sustainable livelihoods approach guidance sheets. Livelihoods
Connect Website. http://www.livelihoods.orgcrs
18 Untuk penjelasan lebih baru tentang SLA lihat: http://ww w.ifad.org/sla/index.htm
19 Lihat ww w.positivedeviance.org
20 Bagian ini diambil dari presentasi oleh Mathie A. and Cunningham G. (2003) Who
is Driving Development? Manchester, February 2003. Lihat http://ww w.coady.stf x.ca/
knowledge/publications/
21 Woolcock, Michael (2001), The place of social capital in understanding social
and economic outcomes, Isuma: Canadian Journal of Policy Research 2:1, pp 1-17
193
194
35 Checkland, Peter B. & Poulter, J. (2006) Learning for Action: A Short Definitive Account of
Soft
Systems Methodology and its use for Practitioners, Teachers and Students, Wiley, Chichester.
36 Lihat ww w.theworldcafe.com.
37 Rias, R.M & Suhaimi, (2012), Gawe Rapah Warga, Menilik Masa Lalu Menata Hari Ini
Merangkai Masa Depan, publikasi JMS yang didukung oleh ACCESS Tahap II.
38 Tabel diadaptasi dari Dupar, M., & Badenoch, N. (2002), Environment, livelihoods and
local institutions: Decentralization in Mainland South East Asia, Washington DC, USA:
World Resources Institute.
39 Rozaki, A, (2012) Inovasi Tatakelola Perencanaan Pembangunan Untuk Pencepatan
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Sumba Barat, IRE, Yogyakarta. Sebuah studi
yang ditugaskan oleh ACCESS Tahap II.
195
49 Posyandu di Indonesia.
50 Lihat ww w.bankofideas.com.au/about _f rames.html the BEAR Program uang
dirancang oleh Peter Kenyon.
51 Green, M (2006) When People Care Enough To Act, Inclusion Press, Toronto, Canada, p
36.
52 Diambil dari Mobilising Assets for Community-Driven Development, Participant Book,
2008, Coady International Institute.
196
197