Apakah model pembelajaran berbasis proyek itu? Model pembelajaran berbasis proyek
(project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek
(kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, dan sintesis informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap).
Saat ini pembelajaran di sekolah-sekolah kita masih lebih terfokus pada hasil belajar berupa
pengetahuan (knowledge) semata. Itupun sangat dangkal, hanya sampai pada tingkatan
ingatan (C1) dan pemahaman (C2) dan belum banyak menyentuh aspek aplikasi (C3),
analisis (C4), sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Ini berarti pada umumnya, pembelajaran di
sekolah belum mengajak siswa untuk menerapkan, mengolah setiap unsur-unsur konsep yang
dipelajariuntuk membuat (sintesis) generaliasi, dan belum mengajak siswa mengevaluasi
(berpikir kritis) terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang telah dipelajarinya.
Sementara itu, aspek keterampilan (psikomotor) dan sikap (attitude) juga banyak terabaikan.
Model pembelajaran berbasis proyek selalu dimulai dengan menemukan apa sebenarnya
pertanyaan mendasar, yang nantinya akan menjadi dasar untuk memberikan tugas proyek
bagi siswa (melakukan aktivitas). Tentu saja topik yang dipakai harus pula berhubungan
dengan dunia nyata. Selanjutnya dengan dibantu guru, kelompok-kelompok siswa akan
merancang aktivitas yang akan dilakukan pada proyek mereka masing-masing. Semakin
besar keterlibatan dan ide-ide siswa (kelompok siswa) yang digunakan dalam proyek itu,
akan semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap proyek tersebut. Selanjutnya, guru
dan siswa menentukan batasan waktu yang diberikan dalam penyelesaian tugas (aktivitas)
proyek mereka.
Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan
pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan
memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan
yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka
lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge
terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang
mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka
lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi
lebih baik lagi.
Selain itu pembelajaran tentunya harus diubah dari kecenderungan lama (satu arah) agar
menjadi lebih interaktif (multiarah). Melalui model pembelajaran ini, siswa juga akan dapat
diharapkan menjadi aktif menyelidiki (belajar) dengan menyajikan dunia nyata (bukan
abstrak) kepada mereka. Di dalam model pembelajaran ini, siswa akan bekerja secara tim
(berkelompok) kooperatif dan mengubah pemikiran faktual semata menjadi pemikiran yang
lebih kritis dan analitis.
Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru sehingga secara otomatis guru berarti juga
menggunakan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam pembelajarannya. Pendekatan
saintifik adalah pendekatan pembelajaran di mana siswa memperoleh pengetahuan
berdasarkan cara kerja ilmiah. Melalui pendekatan saintifik ini siswa akan diajak meniti
jembatan emas sehingga ia tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan (knowledge) semata
tetapi juga akan mendapatkan keterampilan dan sikap-sikap yang dibutuhkan dalam
kehidupannya kelak. Saat belajar menggunakan model pembelajaran berbasis proyek ini,
siswa dapat berlatih menalar secara induktif (inductive reasoning). Sebagai salah satu model
pembelajaran dalam pendekatan saintifik, project based learning (model pembelajaran
berbasis proyek) sangat sesuai dengan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 Lampiran IV
mengenai proses pembelajaran yang harus memuat 5M, yaitu: (1) mengamati; (2) menanya;
(3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasi; dan (5) mengkomunikasikan.
Dalam model pembelajaran berbasis proyek ini, siswa melakukan pembelajaran aktif. Mereka
benar-benar akan dibuat aktif baik secara hands on (melalui kegiatan-kegiatan fisik), maupun
secara minds on (melalui kegiatan-kegiatan berpikir/secara mental). Karena itulah, ruh dari
pelaksanaaan model pembelajaran berbasis proyek ini sesuai sekali dengan amanat
Kurikulum 2013. Siswa, melalui pembelajaran aktif akan melakukan aktifitas 5M
(mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan).
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing peserta didik dalam
sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.
PjBLmerupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi
atensi dan usaha peserta didik.
E-Book Berbahasa Asing : Buck Institute for Education. Dengan judul Introduction to Project Based
Learning. [Online]. Diakses pada tanggal 4 Januari 2015 di
http://www.bie.org/images/uploads/general/20fa7d42c216e2ec171a212e97fd4a9e.pdf, Project
Based Learning as a systematic teaching method that engages students in learning knowledge and
skills through an extended in-quiry process structured around complex, authentic questions and
carefully designed products and tasks.(BIE,2001) Sehingga, arti dalam Bahasa Indonesianya yaitu
pembelajaran Berbasis Proyek sebagai metode pengajaran yang sistematis yang melibatkan para
siswa dalam pengetahuan dan keterampilan belajar melalui proses menemukan, proses terstruktur
yang kompleks, pertanyaan otentik dan produk yang dirancang dengan hati-hati dan tugas.
Kerja Pyoyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan
(problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancangm memecahkan masalah,
membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa
untuk belajar secara mandiri.(Thomas,dkk dalam Wena : 2011).
Project Based Learning atau dengan akronim PBL adalah pemanfaatan proyek dalam proses belajar
mengajar, dengan tujuan memperdalam pembelajaran, di mana siswa menggunakan pertanyaan-
pertanyaan investigatif dan juga teknologi yang relevan dengan hidup mereka. Proyek-proyek ini juga
berfungsi sebagai bahan menguji dan menilai kompetensi siswa pada mata pelajaran tertentu, bukan
dengan menggunakan ujian tertulis konvensional.(Kreshna:2012)
Dr. E. Mulyasa M.Pd menyatakan dalam buku berjudul Menjadi Guru Profesional : menciptakan
pembelajaran kreatif & menyenangkan pada halaman 113 Metode Penugasan merupakan cara
penyajian bahan pelajaran, dimana pada metode ini guru diharapkan bisa memberikan tugas yang
harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Beni S. Ambarjaya menyatakan dalam bukunya yang berjudul Psikologi pendidikan & Pengajaran Teori
& Praktik halaman 105 bahwa Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan di mana
guru memberikan tugas tertentu agar siswa dapat memperdalam materi pelajaran, sehingga hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan,
Dari Referensi diatas, Dapat di simpulkan bahwa Metode Project Based Learning merupakan metode
berbasis Projek yang menghasilkan karya/projek/penugasan pada akhir pembelajaran, dimana proyek
ini memuat tugas yang berasal dari pertanyaan mendasar atau permasalahan yang kemudian
dilanjutkan dengan proses mencari/ menyelidiki serta menemukan, sehingga siswa mendapatkan
pengetahuannya secara lengkap.
Peran guru dalam Pembelajaran Berbasis Proyek sebaiknya sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan
perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari
siswa.
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan
peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia
nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam dan topik yang diangkat relevan untuk para
peserta didik.
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik diharapkan
akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi aturan kegiatandalam penyelesaian
proyek.
Pengajar dan peserta didik menyusun jadwal aktivitas penyelesaian proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain: (1) membuat timeline penyelesaian proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek,
(3) membimbing peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
Pengajar bertanggung jawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek,
menggunakan rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.
(6) memberikan kesempatan siswa memanajemen sendiri kegiatan atau aktivitas penyelesaian tugas
sehingga
(7) dapat memberikan pemahaman konsep atau pengetahuan secara lebih mendalam kepada siswa;
Keterpusatan (centrality) Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau
inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah
strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep konsep inti suatu
disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana
siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karena
itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep
yang sedang dipelajari, melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
Berfokus pada pertanyaan atau masalah. Proyek dalam PBL adalah berfokus pada
pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras )
konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
Investigasi konstruktif atau desain. Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi
konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah,
pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi
transformasi dan kontruksi pengetahuan,
Bersifat otonomi pembelajaran. Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan
tanggung jawab pelajaran terhadap proyek.
Bersifat realisme. Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan
nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan
pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
Persiapan. Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat
dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan
pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan
menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung
keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam
menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang
penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus
melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum,
mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu
pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
Penugasan/menentukan topik. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh
pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka
proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada
referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung
mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu
pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang
dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam
menentukan sub topik suatu proyek.
Merencanakan kegiatan. Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu
kelas atau antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil
sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan
menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus
mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban
menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat
ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
Investigasi dan penyajian. Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada
ahlinya melalui e-mail, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan
pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang
berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron
dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan,
diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar
berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
Finishing. Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain.
Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap
proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang
dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan
untuk memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan
kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
Monitoring/Evaluasi. Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang
dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam
pengerjaan proyek.