Creswell - Metodologi Penelitian Kualitatif
Creswell - Metodologi Penelitian Kualitatif
TUJUAN
BUKU ini menyajikan kerangka kerja, proses, dan aneka pendekatan komposisional dalam
merancang sebuah penelitian kualitatif, kuan-titatif, dan metode campuran untuk bidang-bidang sosial-
humaniora. Adanya minat yang tinggi pada penelitian kualitatif, munculnya beragam pendekatan
metode campuran, dan terus diterapkannya bentuk-bentuk tradisional kuantitatif, membuat saya
merasa pe"rlu melakukan perbandingan terhadap tiga rancangan penelitian ini. Saya
membandingkan ketiganya berdasarkan asumsi-asumsi filosofis, tinjauan pustaka, penggunaan
teori, struktur penyajian, dan pertimbangan-pertirnbangan etis atas ketiga rancangan tersebut.
Selanjutnya, saya menjelaskan unsur-unsur kunci dalam proses penelitian pada umumnya: menulis
pendahuluan, menegaskan tujuan penelitian, mengidentifikasi rumusan masalah dan hipotesis pe-
nelitian, serta menerapkan metode-metode dan prosedur-prosedur di dalam pengumpulan dan
analisis data. Semua elemen ini saya jelaskan berdasarkan penerapannya dalam rancangan
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
Cover buku ini buku aslinya, bukan buku terjemahan bahasa Indonesia ini menggambarkan
sebuah mandala: suatu simbol orang Hindu dan Buddha tentang dunia. Merancang mandala, sepertihal-
nya merancang penelitian, membutuhkan usaha pengamatan yang tepat terhadap kerangka kerja,
desain keseluruhan, dan detail-detail sebuah mandala yang dibuat dari pasir akan membutuhkan
waktu berhari-hari karena sang arsitek harus menyusun dengan tepat bagian-bagian di dalamnya
yang terdiri dari butiran-butiran pasir. Mandala juga menunjukkan keterkaitan bagian-bagian ini
secara keseluruhan, yang juga merefleksikan rancangan penelitian, di mana setiap bagian di dalamnya
saling berpengaruh terhadap konstruksi akhir penelitian.
SASARAN PEMBACA
Buku ini ditujukan untuk para mahasiswa sarjana dan pasca-sarjana yang ingin menyiapkan
rencana atau proposal untuk artikel jurnal akademis, disertasi, ataupun tesisnya. Pada level yang
lebih luas, buku ini bisa digunakan sebagai buku referensi sekaligus pegangan untuk mata kuliah
metode-metode penelitian. Agar mem-peroleh manfaat terbaik dari buku ini, pembaca perlu
memiliki pengetahuan dasar tentang penelitian kualitatif dan kuantitatif. Sebab, bagaimanapun
juga, istilah-istilah kunci yang akan dijelaskan dan dijabarkan serta strategi-strategi yang
direkomendasikan dalam buku ini, mengharuskan pembaca memiliki kesiapan dasar "teknis" dalam
merancangpenelitian. Istilah-istilah yang dicetak tebal dalam. tulisan ini ataupun dalam giosarium pada
akhir buku ini merupakan istilah-istilah yang diharapkan dapat membantu proses pernbacaan yang
lebih cepat, Buku ini juga dirancang untuk pembaca umum dalam bidang-bidang sosial-
humaniora. Sejak diterbitkan pertama kali, saya melihat bahwa pembaca buku ini adalah mereka
yang berasal dari berbagai disiplin dan bidang ilmu pengetahuan. Tentu saja, dari respons yang
begitu positif ini, saya sangat berharap para mahasiswa, pembaca, dan peneliti di bidang-bidang
seperti marketing, manajemen, hukum pidana, komunikasi, psikologi, sosiologi, pendidikan dasar,
pendidikan menengah atau perguruan tinggi, ke-perawatan, kesehatan, studi perkotaan, keluarga, dan
bidang- bidang lain, juga dapat memanfaatkan edisi ketiga buku ini.
FORMAT
Pada masing-masing bab, saya menyajikan contoh-contoh penelitian yang berasal dari
berbagai disiplin yang berbeda. Contoh-contoh ini saya ambil dari buku, artikel ilmiah, proposal
disertasi dan disertasi itu sendiri. Meskipun spesialisasi saya adalah pendidik-an, namun contoh-contoh
ini sudah saya rancang seinklusif mungkin agar dapat diterapkan dalam ilmu-ilmu sosial-humaniora.
Contoh-contoh ini pada umumnya merefleksikan isu-isu seputar keadilan sosial, individu-individu
marginal, serta sampel dan populasi yang pernah dikaji oleh para peneliti sosial. Sifat inklusivitas
(keterbukaan) ini diharapkan dapat memperluas pluralisme metodologis dalam . penelitian dewasa
ini. Apalagi, saya juga sudah memperluas konten dalam buku dengan menjelaskan gagasan-
gagasan filosofis penelitian, gaya-gaya penelitian, dan prosedur-prosedur penelitian yang
beraneka ragam.
Buku ini bukanlah buku metodologi yang rinci karena saya hanya menyoroti poin-poin
penting dalam rancangan/rencana penelitian. Meski demikian, saya berkeyakinan bahwa saya telah
menge-mas buku ini sebaik mungkin dengan menyajikan gagasan-gagasan inti yang kira-kira
dibutuhkan oleh peneliti untuk merencanakan suatu penelitian. Strategi-strategi penelitian dalam
buku ini dibatasi berdasarkan frekuensi penggunaan penelitian tersebut. Misalnya, untuk penelitian
kuantitatif, saya hanya membahas rancangan survei dan eksperimen. Sedangkan untuk penelitian
kuantitatif, disertakan pembahasan tentang fenomenologi, etnografi, grounded theory, studi kasus, dan
penelitian. Adapun strategi-strategi konkuren, sekuensial, dan transformatif menjadi tiga topik utama
yang saya bahas terkait dengan penelitian metode campuran. Para mahasiswa bisa memanf
aatkan buku ini untuk membantu mempersiapkan proposal disertasi. Akan tetapi, saya tidak
membahas topik-topik seputar "politik penyajian dan negoisasi" dengan pihak perguruan tinggi
karena topik-topik seperti ini sudah dijelaskan di buku-buku lain.
Dengan tetap konsisten pada konvensi-konvensi tulisan akade-mis, saya sudah berusaha
menghilangkan kata-kata dan contoh-contoh yang cenderung diskriminatif (seperti, seksis atau
etnis). Contoh-contoh yang dipilih pada umumnya berhubungan dengan gender dan kebudayaan.
Saya juga sudah berusaha membagi contoh-contoh secara merata untuk penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Tldak ada favoritisme di sini. Selain itu, perlu diketahui pula bahwa meskipun
contoh-contoh yang disajikan dalam buku ini dikutip dari berbagai buku dan referensi, masih ada
banyak contoh yang bisa Anda peroleh dari referensi-referensi lain. Saya hanya mengutip satu
referensi yang benar-benar sesuai dengan contoh yang ingin saya sajikan. Seperti halnya dengan dua
edisi sebelum buku ini, saya tetap mempertahankan beberapa hal yang dapat meningkatkan keterbaca-
an dan pemahaman atas materi di dalamnya, misainya bullet-bullet untuk menekankan poin-poin inti,
angka-angka untuk menekankan langkah-langkah pelaksanaan, contoh-contoh kutipan dengan catatan
tambahan untuk menyoroti poin-poin kunci penelitian yang di-tunjukkan oleh para
pengarangnya.
Meski demikian, pada edisi ketiga kali ini, ada banyak hal baru yang ditambah untuk merespons
keinginan pembaca dan perkem-bangan-perkembangan penelitian masa kini:
Asumsi-asumsi filosofis diperkenalkan di awal buku ini sebagai langkah dasar yang perlu
dipertimbangkan oleh peneliti sebelum mereka benar-benar merancang penelitiannya.
Pembahasan tentang masalah-masalah etis diperluas lagi dengan menyertakan lebih banyak
pertimbangan terkait pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian.
Dalam edisi ketiga ini juga diselipkan, untuk pertama kalinya., CD (Compact Disc) yang berisi
slide-slide presentasi Powerpoint yang dapat digunakan dalam kelas, serta contoh-contoh
aktivitas dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat didiskusikan.
Program-program terkomputerisasi untuk mencari bahan bacaan juga disertakan, seperti Google
Scholar, ProQuest, dan Survey-Monkey.
Bab tentang prosedur-prosedur metode campuran sudah direvisi secara besar-besaran dengan
menyertakan gagasan-gagasan mutakhir yang muncul baru-baru ini. Artikel-artikel terbaru dari
jurnal Sage, yakni Journal of Mixed Methods Research, juga disajikan dan dikutip.
Bab tentang Definisi Istilah, Batasan Penelitian, dan Perluasan Pe nelitian yang sebelumnya
muncul pada edisi kedua kini telah dihapus, dan informasi tersebut dimasukkan ke dalam bab
yang membahas tentang pendahuluan dan tinjauan pustaka.
Edisi ketiga ini juga berisi glosarium yang memuat sejumlah istilah penting yang bisa digunakan
oleh para peneliti pemula ataupun yang sudah berpengalaman untuk memahami bahasa
penelitian. Hal ini sangat penting, utamanya menyangkut soal istilah-istilah yang berkembang
tentang penelitian kualitatif dan metode campuran. tidak hanya disertakan, istilah-istilah
tersebut juga didefinisikan secara detail.
Pada hampir semua bab, saya juga menyertakan tips-tips peneliti an yang hingga saat ini telah
membantu saya dalam memberikan arahan pada mahasiswa dan fakultas saya tentang metode-
metode peneiitian selama hampir 35 tahun.
Saya juga telah menyertakan referensi-referensi terbaru yang terkait dengan setiap topik yang
dibahas dalam buku ini.
Keunggulan-keunggulan pada edisi sebelumnya, dalam beberapa hal, juga saya sertakan, seperti:
1. Struktur keseluruhan buku ini yang terdiri dari pembahasan mengenai rancangan kualitatif,
rancangan kuantitatif, dan rancangan metode campuran, utamanya yang terkait dengan
proses-proses dan langkah-langkah penelitian di dalamnya.
2. Strategi-strategi kunci dalam memahami asumsi-asumsi filo- sofis, tips-tips dalam
menulis penelitian akademis, melakukan tinjauan pustaka, script-script dalam menulis
tujuan penelitian dan pertanyaan-pertanyaannya, serta daftar-daftar rinci mengenai
bagaimana cara menulis prosedur-prosedur penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran.
3. Masing-masing bab diakhiri dengan pertanyaan-pertanyaan diskusi dan referensi-referensi
kunci.
RINGKASANBAB
Buku ini terbagi menjadi dua bagian. Bagian I berisi langkah-langkah yang perlu
dipertimbangkan oleh para peneliti sebelum mereka mengembangkan proposal atau
rencana penelitiannya. Bagian II membahas bagian-bagian dalam proposal.
Bagian I: Pertimbangan-Pertimbangan Awal
Bagian ini membahas persiapan-persiapan untuk merancang penelitian akademis. Bagian ini
mencakup Bab 1 sampai Bab 4.
Teori memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda dalam tiga bentuk penelitian. Dalam
penelitian kuantitatif, teori berperan sebagai penjelasan awal tentang hubungan antarvariabel yang
idiuji oleh peneliti. Dalam penelitian kuaiitatif, teori berperan sebagai perspektif bagi penelitian
dan terkadang pula justru dihasilkan selama penelitian itu berlangsung. Dalam penelitian
metode
campuran, teori bisa digunakan untuk beragam tujuan, bergantung pada fleksibilitas
penggunaannya dalam penelitian kualitatif dan kuantitatif. Bab ini membantu para pembuat proposal
dalam mempertLm-bangkan dan merencanakanbagaimana suatu teori dapat disertakan ke dalam
penelitian mereka.
Anda juga perlu memiliki outline/draf yang menyeluruh tentang topik-topik yang hendak
dimasukkan ke dalam proposal sebelum Anda benar-benar menulis proposal tersebut. Untuk
itulah, dalam bab ini, saya menyajikan sejumlah outline untuk proposal penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran. Selanjutnya, saya menyajikan pula trik-trik menulis proposal
yang sebenamya, seperti mengembangkan kebiasaan menulis dan aneka persoalan tata bahasa yang
perlu diperhatikan di dalam menulis proposal penelitian aka-demis. Di bagian akhir, saya mulai
bergeser ke masalah-masalah etis dan membahasnya tidak sebagai gagasan-gagasan abstrak, melain-
kan sebagai pertimbangan-pertimbangan yang perlu diantisipasi selama proses penelitian.
Dalam bagian ini, saya menjelaskan komponen-komponen proposal penelitian. Bab ini terdiri
dari Bab 5 sampai 10, yang masing-masing menjelaskan setiap komponen proposal dan tata cara
penulis- annya.
Bab 5. Pendahuluan
Pendahuluan adalah salah satu bagian penting dalam (proposal) penelitian mana pun. Saya
menyajikan satu contoh pendahuluan aka-demis yang baik untuk proposal Anda. Dalam bagian
pendahuluan, Anda perlu mengidentifikasi masalah penelitian, membuat kerangka atas masalah
tersebut berdasarkan literatur-literatur yang ada, me-nunjukkan defisiensi-defisiensi dalam literatur-
literatur tersebut, dan menargetkan para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penelitian
Anda. Bab ini menyajikan metode sistematis dalam merancang pendahuluan akademis untuk
proposal atau penelitian.
Bab 6. Tujuan Penelitian
Pada awal proposal penelitian, Anda juga perlu mempertegas tujuan inti dari penelitian
tersebut. Tujuan penelitian merupakan bagian yang teramat penting dalam keseluruhan proposal
penelitian. Pada bab ini, Anda akan belajar bagaimana menulis tujuan penelitian untuk penelitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran. Anda juga akan saya beri contoh-contoh yang sangat
membantu Anda dalam merancang dan menulis tujuan penelitian tersebut.
Merancang suatu penelitian merupakan proses yang amat sulit dan menyita waktu. Buku ini tidak
ditujukan untuk mempermudah atau mempercepat proses tersebut, tetapi lebih dimaksudkan untuk
menyediakan keterampilan-keterampilan khusus yang bisa diterap-kan dalam proses itu, sekaligus
petunjuk-petunjuk praktis dalam menyusun dan menulis sebuah penelitian akademis. Sebelum langkah-
langkah dalam proses ini dijelaskan, saya merekomen-dasikan agar para pembuat proposal terlebih
dahulu memikirkan pendekatan apa yang akan mereka terapkan dalam penelitiannya, melakukan
tinjauan pustaka atas masalah penelitian, mengembang-kan outline topik untuk disertakan dalam
rancangan proposalnya, dan mulai mengantisipasi masalah-masalah etis yang mungkin muncul selama
penelitian. Mengenai hal ini, Bagian I akan menjelas-kannya secara detail kepada Anda
Penghargaan
Buku ini tidak akan bisa terbit tanpa gagasan dan dorongan dari ratusan mahasiswa doktoral
pada mata kuliah Pengembangan Proposal yang saya ampu di University of Nebraska-Lincoln selama
beberapa tahun ini. Sejumlah mahasiswa sebelumnya dan para editor yang menjadi partner dalam
proses penulisan buku ini: Dr. Sharon Hudson, Dr. Leon Cantrell, Nette Nelson (aim.), Dr. De Tonack,
Dr. Ray Ostrander, dan Diane Greenlee. Sejak edisi pertama, saya juga banyak berutang budi kepada
para mahasiswa di kelas Metode Penelitian Dasar dan orang-orang yang telah berpartisipasi dalam
seminar metode campuran yang pernah saya pimpin. Kuliah-kuliah ini, semuanya, menjadi
laboratorium pribadi saya dalam menyam-paikan gagasan, memperoleh ide-ide segar, dan membagi-
bagikan pengalaman saya sebagai penulis dan peneliti. Kepada para staf dan rekan-rekan di Kantor
Penelitian Kualitatif dan Metode Campuran di University of Nebraska-Lincoln yang sudah banyak
membantu penulisan buku ini, saya ucapkan terima kasih. Saya juga mendapat-kan banyak kontribusi
dari kajian-kajian akademis Dr. Vicki Piano Clark, Dr. Ron Shope, Dr. Kim Gait, Dr. Yun Lu,
Sherry Wang, Amanda Garrett, dan Alex Morales.
Saya juga mengucapkan terima kasih atas saran-saran yang men-cerahkan dari para pereview buku
a
ini. Saya tidak bisa menghasilkan buku ini tanp dukungan dan dorongan dari rekan-rekan saya di
Penerbit Sage. Sage merupakan dan masih menjadi salah satu publishing-house dengan rating yang
cukup tinggi. Secara khusus, saya juga berutang banyak kepada pembimbing sekaligus editor saya
sebelumnya, C. Deborah Laughton (sekarang di Guilford Press), dan lisa Cuevas-Shaw, Vicki Knight,
dan Stephanie Adams. Selama hampir 20 tahvin bekerja sama'dengan Sage, kami telah berusaha
mengembangkan metode-metode penelitian.
Menulis Proposal'109
Bagian-Bagian dalam Proposal 109
Format Proposal Kualitatif 111
Format Proposal Kuantitatif 113
Format Proposal Metode Campuran 113
Merancang Bagian-Bagian dalam Proposal Penelitian 114
Menulis Gagasan 116
Menulis seperti Berpikir 117
. Kebiasaan Menulis 118
Keterbacaan Tulisan 121
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan" 124
Masalah-masalah Etis yang Perlu Diantisipasi 130
Masalah-Masalah Etis dalam Masalah Penelitian 131
Masalah-Masalah Etis dalam Tujuan Penelitian dan Rumusan
Masalah 132
Masalah-Masalah Etis dalam Pengumpulan Data 132
Masalah-Masalah Etis dalam Analisis dan Interpretasi Data
135
Masalah-Masalah Etis dalam Menulis dan Menyebarluaskan Hasil
Penelitian 137
Ringkasan 138
Latihan Menulis 139 -
Bacaan Tambahan 140
Glosarium 342
Daftar Pustaka 359 .
Indeks 379
Bagian Satu
Babl
Memilih Rancangan Penelitian
Bab 2
Tinjauan Pustaka
Bab 3
Penggunaan Teori
Bab 4
Strategi-Strategi Menulis dan Pertimbangan-Pertimbangan Etis
Rancangan-
Rancangan Penelitian
Kualitatif
Kuantitatif
Metode Campuran
Metode-metode Campuran
Pertanyaan-pertanyaan
Pengumpulan data
Analisis data
Interpretasi
Laporan tertulis
Validasi
Gambar 1.1 Kerangka Kerja Rancangan Penelitian Relasi antara Pandangan Dunia, Startegi-
Strategi Penelitian, dan Metode-Metode Penelitian
Pandangan dunia filosofis yang diusulkan dalam penelitian.
Pertimbangan-Pertimbangan dasar mengapa pandangan-dunia tersebut digunakan
Bagaimana pandangan-dunia itu membentuk pendekatan penelitian.
Post-positivisme Konstruktivisme
Determinasi Pemahaman
Reduksionisme Makna yang beragarn dari partisipan
Observasi dan Pengujian empiris Konstruksisosiai dan historis
Verifikasi teori Penciptaan teori
Advokasi/Partisipatoris Pragmatisme
Bersifat politis Efek-efek tindakan
Berorientasi pada isu pemberdayaan Berpusat Pada masalah
Kolaboratif Bersifat Pluralistik
Berorientasi pada perubahan Berorientasi pada praktik dunia-nyata
Pandangan-Dunia Post-positivisme
Asumsi-asumsi post-positivis merepresentasikan bentuk tradisional penelitian, yang
kebenarannya lebih sering disematkan untuk penelitian kuantitatif ketimbang penelitian
kualitatif. Pandangan-dunia ini terkadang disebut sebagai metode saintifik atau penelitian sains.
Ada pula yang menyebutnya sebagai penelitian positivis/post-positivis, sains empiris, dan post-
positivisme. Istilah terakhir disebut post-positivisme karena ia merepresentasikan pemikiran
post-positivisme, yang menentang gagasan tradisional tentang kebenaran absolut ilmu
pengetahuan (Phillips & Burbules, 2000), dan mengakui bahwa kita tidak bisa terus menjadi
"orang yang yakin/positif" pada klaim-klaim kita tentang pengetahuan ketika kita mengkaji
perilaku dan tindakan manusia. Dalam perkembangan historisnya, tradisi post-positivis ini lahir
dari penulis-penulis abad XIX, seperti Comte, Mill, Dukheim, Newton, dan Locke (Smith,
1983), dan belakangan dikembangkan lebih lanjut oleh penulis-penulis seperti Phillips dan
Burbules (2000).
Kaum Post-positivis mempertahankan filsafat deterministik bahwa sebab-sebab (faktor-
fakior kausatif) sangat mungkin menentukan akibat atau hasil akhir. Untuk itulah, problem-
problem yang dikaji oleh kaum post-positivis mencerminkan adanya kebutuhan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor penyebab y ang memengaruhi hasil akhir, sebagaimana yang
banyak kita jumpai dalam penelitian eksperimen kuantitatif. Filsafat kaum post-positivis juga
cenderung reduksionistis yang orientasinya adalah mereduksi gagasan-gagasan besar menjadi
gagasan-gagasan terpisah yang lebih kecil untuk diuji lebih lanjut, seperti halnya variabel-
variabel yang umumnya terdiri dari sejumlah rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Pengetahuan yang berkembang melalui kacamata kaum post-positivis selalu didasarkan
pada observasi dan pengujian yang sangat cermat terhadap realitas objektif yang muncul di dunia
"luar sana." Untuk itulah, melakukan observasi dan meneliti perilaku individu-individu dengan
berlandaskan pada ukuran angka-angka dianggap sebagai aktivitas yang amat penting bagi kaum
post-positivis. Akibatnya, muncul hukum-hukum atau teori-teori yang mengatur dunia, yang
menuntut adanya pengujian dan verifikasi atas kebenaran teori-teori tersebut. agar dunia ini
dapat dipahami oleh manusia. Untuk itulah, dalam metode saintifik,salah satu pendekatan
penelitian "yang telah disepakati" oleh kaum post-positivis, seorang peneliti harus mengawali
penelitiannya dengan menguji teori tertentu, lalu mengumpulkan data baik yang mendukung
maupun yang membantah teori tersebut, baru kemudian membuat perbaikan-perbaikan lanjutan
sebelum dilakukan pengujian ulang.
Membaca buku Phillips dan Burbules (2000), kita akan menemukan sejumlah asumsi
dasar yang menjadi inti dalam paradigma penelitian post-positivis, antara lain:
1. Pengetahuan bersifat konjektural/terkaan (dan antifondasional/ddak berlandasan apa pun) -
bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan kebenaran absolut. untuk itulah, bukti yang
dibangun dalam penelitian sering kali lemah dan tidak sempurna. Karena alasan ini pula,
banyak peneliti yang berujar bahwa mereka tidak dapat membuktikan hipotesisnya; bahkan,
tak jarang rnereka juga gagal untuk menyangkal hipotesisnya.
2. Penelitian merupakan proses membuat klaim-klaim, kemudian menyaring sebagian klaim
tersebut meniadi "klaim-klaim lain" yang kebenarannya jauh lebih kuat. sebagian besar
penelitian kuantitatif, rnisalnya, selalu diawali dengan pengujian atas suatu teori.
3. Pengetahuan dibentuk oleh data, bukti, dan Pertimbang-pertimbangan logis. Dalam
praktiknya, peneliti mengumpulkan informasi dengan menggunakan instrumen-instrumen
Pengukuran tertentu yang diisi oleh para partisipan atau dengan melakukan observasi
mendalam di lokasi penelitian.
4. Penelitian harus mampu mengembangkan statemen-statemen yang relevan dan benar,
statemen-statemen yang dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya atau dapat
mendeskripsikan relasi kausalitas dari suatu persoalan. Dalam penelitian kuantitatif, peneliti
membuat relasi antarvariabel dan mengemukakannya dalam bentuk pertanyaan dan hipotesis'
5. Aspek terpenting dalam penelitian adalah sikap objektif; para peneliti harus menguji kembali
metode-metode dan kesimpulan-kesimpulan yang sekiranya mengandung bias. untuk ituiah,
dalam penelitian kuantitatif, standar validitas dan reliabilitas. menjadi dua ispek penting yang
wajib dipertimbangkan oleh peneliti.
Strategi-Strategi Penelitian
Para peneliti hendaknya jangan hanya memilih penelitian kualitatif, kuantitatif, atau
metode campuran untuk diterapkan; mereka juga harus menentukan jenis penelitian dalam tiga
pilihan tersebut. Strategi-strategi penelitian merupakan jenis-jenis rancangan peneIitian
kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran yang menetapkan prosedur-prosedur khusus dalam
penelitian. Beberapa orang menyebut strategi penelitian dengan istilah pendekatan peneiitian
(Creswell, 2007) atau metodologi penelitian (Mertens, 1998).
Strategi-strategi yang tersedia bagi peneliti sebenamya sudah muncul bertahun-tahun lalu
saat teknologi komputer telah mempercepat aktivitas kita dalam menganalisis data-data yang
rurnit. Strategi-strategi tersebut hadir ketika manusia sudah mampu mengartikulasikan prosedur-
prosedur baru dalam melakukan penelitian ilmu sosial. Pilihlah salah satu dari strategi-strategi
penelitian yang sering kali digunakan dalam ilmu sosial, seperti yang akan saya jelaskan dalam
Bab 8, 9, dan10.
Di sini, saya hanya akan memperkenalkan strategi-strategi ini yang nantinya akan
dijelaskan lebih rinci lengkap dengan contoh-contohnya di sepanjang buku ini. Ringkasan
strategi-strategi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.2.
Selama akhir abad XIX dan awal abad XX, strategi-strategi penelitian yang berkaitan
dengan rancangan kuantitatif selalu meIibatkan pandangan-dunia post-positivis. Strategi-strategi
ini meliputi eksperimeh-eksperimen nyata, eksperimen-eksperimen yang kurang rigid yang
sering disebut dengan kuasi-eksperimen dan penelitian korelasional (Campbell & Stanley, 1963),
dan eksperimen-eksperimen single-subject (Cooper, Heron, & Heward, 1987; Neuman &
McCormick,1995).
Namun, dewasa ini, strategi-strategi kuantitatif sudah melibatkan eksperimen-eksperimen
yang lebih kompleks dengan semua variabei dan treatment-nya (seperti rancangan faktorial dan
rancangan repeated measure). Strategi-strategi kuantitatif juga meliputi model-model persamaan
struktural yang sedikit rumit, yang biasanya menyertakan metode-metode kausalitas dan
identifikasi kekuatan variabel-variabel ganda. Dalam buku ini, saya hanya fokus pada dua
strategi penelitian kuantitatif, yakni survei dan eksperimen.
Penelitian survei berusaha memaparkan secara kuantitatif kecenderungan, sikap, atau opini
dari suatu populasi tertentu dengan meneliti satu sampel dari populasi tersebut. Penelitian ini
meliputi studi-studi cross-sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terencana dalam pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasi
populasi berdasarkan sampel yang sudah ditentukan (Babbie, 1990).
Penelitian eksperimen berusaha menentukan apakah suatu treatment memengaruhi hasil
sebuah penelitian. Pengaruh ini dinilai dengan cara menerapkan treatment tertentu pada
satu kelompok (sering disebut kelompok treatment, penj.) dan tidak menerapkannya pada
kelompok yang lain (sering disebut kelompok kontrol, Penj.), Ialu menentukan bagaimana
dua kelompok tersebut menentukan hasil akhir. Penelitian ini mencakup eksperimen-aktual
dengan penugasan acak (random assignmenf) atas subjek-subjek yang di-treatment dalam
kondisi-kondisi tertentu, dan kuasi-eksperimen dengan prosedur-prosedur non-acak (Keepel
1991). Termasuk dalam kuasi-eksperimen adalah rancangan single-subiect.
Strategi-Strategi Kualitatif
Untuk penelitian kualitatif, strategi-strateginya sudah mulai bermunculan sepanjang
tahun 1990-an dan memasuki abad XX. Tidak sedikit buku yang telah membahas strategi
kualitatif ini (seperti 19 strategi yang diperkenalkan oleh Wolcott, 2001). Bahkan, pendekatan-
pendekatan di dalam penelitian kualitatif tertentu sudah memiliki prosedur-prosedur yang
lengkap dan jelas. Misalnya, Clandinin dan Connelly (2000) telah membuat deskripsi
komprehensif tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peneliti naratif. Moustakas (1994)
juga telah membahas doktrin-doktrin filosofis dan prosedur-prosedur dalam metode
fenomenologi, sedangkan Strauss dan Corbin (1990,1998) memperkenalkan prosedur-prosedur
untuk peneliti grounded theory. Wolcott (1999) menjabarkan prosedur-prosedur etnografis, dan
Stake (1995) merekomendasikan sejumlah proses yang harus dilakukan dalam penelitian studi
kasus.
Dalam buku ini, saya sudah menyajikan ilustrasi-ilustrasi berdasarkan strategi-strategi di
atas, sekaligus memperkenalkan bahwa pendekatan-pendekatan seperti penelitian partisipatoris
(Kemmis & Wilkinson, 1998), analisis wacana (Cheek,2004), dan pendekatan-pendekatan lain
yang tidak disebutkan (lihat Creswell, 2007b) juga dapat menjadi cara-cara yang memadai di
dalam melakukan penelitian kualitatif:
Etnografi merupakan salah satu strategi penelitian kualitatif yang di dalamnya peneliti
menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu
yang cukup lama dalam dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara
(creswell, 2007b). Proses penelitiannya fleksibel dan biasanya berkembang sesuai kondisi
dalam merespons kenyataan-kenyataan hidup yang dijumpai di lapangan (LeCompte &
Schensul, 1999).
Grounded theory nterupakan strategi penelitian yang di dalamnya peneliti "memproduksi"
teori umum dan abstrak dari suatu proses, aksi, atau interaksi tertentu yang berasal dari
pandangan-pandangan partisipan. Rancangan ini mengharuskan peneliti untuk menjalani
sejumlah tahap pengumpulan data dan penyaringan kategori-kategori atas informasi yang
diperoleh (Charmaz, 2006; Strauss dan Corbin, 1990, 1998). Rancangan ini memiliki dua
karakteristik utama, yaitu: (1) perbandingan yang konstan antara data dan kategori-kategori
yang muncul dan (2) pengambilan contoh secara teoretis (teoretical sampling) atas
kelompok-kelompok yang berbeda untuk memaksimalkan kesamaan dan perbedaan
informasi.
Studi kasus merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyeliki secara
cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap
dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah
ditentukan (Stake, 1995).
Fenomenologi merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti mengidentifikasi
hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu. Memahami pengalaman-
pengalaman hidup manusia menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode
penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah
subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan
pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994). Dalam Proses ini, peneliti
mengesampingkan terlebih dahulu pengalaman-pengalaman pribadinya agar ia dapat
memahami pengalaman-pengalaman partisipan yang ia teiiti (Nieswiadomy,1993).
Naratif merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki kehidupan
individu-individu dan meminta seorang atau sekolompok individu untuk menceritakan
kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi
naratif. Di akhir tahap penelitian, peneliti harus menggabungkan dengan gaya naratif
pandangan-pandangannya tentang kehidupan partisipan dengan pandangan-pandangannya
tentang kehidupan peneliti sendiri (Clandinin & Connelly,2000).
Strategi-Strategi Metode Campuran
Strategi-strategi metode campuran sebenamya kurang populer dibanding dua strategi
sebelumnya (kuantitatif dan kualitatif). Konsep untuk "mencampur metode-metode yang
berbeda" ini pada hakikatnya muncul pada 1959 ketika Campbell dan Fisk menggunakan
metode-jamak (multimethods) dalam meneliti kebenaran watak-watak psikologis. Mereka
kemudian mendorong orang lain menggunakan matriks metode-jamak mereka untuk menguji
kemungkinan digunakannya pendekatan-jamak (muttiple approaches) dalam pengumpulan data
penelitian. Berawal dari inilah, banyak orang yang kemudian mencampur metode-metode
sekaligus pendekatan-pendekatan yang berhubungan dengan metode-metode tersebut, misalnya,
mereka menggabungkan metode observasi dan wawancara (data kualitatif) dengan metode survei
tradisional (data kuantitatif) (Sieber, 1973).
Dengan menyadari bahwa setiap metode pasti memiliki kekurangan dan keterbatasan,
para peneliti metode campuran pun akhirnya meyakini bahwa bias-bias yang muncul dalam satu
metode dapat menetralisasi atau menghilangkan bias-bias dalam metode metode yang lain.
Triangulasi sumber-sumber data (triangulasi of data resourcers) suatu metode dalam mencari
konvergensi antara metode kualitatif dan metode kuantitatifpun muncul (Jick, 1979). Pada
awal 1990-an, gagasan "pencampuran" (mixing) ini mulai beralih dari yang awalnya hanya
berusaha mencari-cari konvergensi menuju usaha penggabungan yang sebenarnya antara data
kuantitatif dan data kualitatif. Misalnya, hasil-hasil dari satu metode dapat membantu metode
yang lain, utamanya dalam mengidentifikasi para partisipan yang diteliti atau pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan (Thashakkori & Teddlie, 1998). Selain itu, data kualitatif dan
kuantitatif dapat disatukan menjadi satu database besar yang bisa digunakan secara
berdampingan untuk memperkuat satu sama lain (misalnya, kuota kualitatif dapat mendukung
hasi-hasil statistik)(Creswell & Plano Clark, 2007). Jika tidak, kombinasi dua metode tersebut
dapat diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang luas dan transformatif, misalnya, dalam
mengadvokasi kelompok-kelompok marginal, seperti perempuan, minoritas etnik/ras, komunitas
gay dan lesbian, orang-orang difabel, dan mereka yang miskin/lemah (Mertens' 2003).
Dimungkinkannya sejumlah metode dicampur "jadi satu" telah rnenuntun para pakar
untuk mengembangkan prosedur-prosedur penelitian berdasarkan metode campuran. Hingga saat
ini, istilah-istilah untuk menyebut rancangan metode campuran pun sangat beragam, seperti
multi-metode, metode konvergensi, metode terintegrasi, dan metode kombinasi (Creswell &
Plano Clark, 2007), yang memiliki prosedur-prosedurnya masing-masing (Tashakkori & Teddlie,
2003) .
Secara khusus, ada tiga strategi metode campuran dan sejumlah variasinya yang akan
diilustrasikan dalam buku ini:
Strategi metode campuran sekuensial/bertahap (sequential mixed methods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti berusaha menggabungkan atau memperluas
penemuan-penernuannya yang diperoleh dari satu metode dengan penemuan-penemuannya
dari metode yang lain. Strategi ini dapat dilakukan dengan melakukan interview kualitatif
terlebih dahulu untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang memadai, lalu diikuti
denganmetode survei kuantitatif dengan sejumlah sampel untuk memperoleh hasil umum dari
suatu populasi. Jika tidak, penelitian ini dapat dimulai dari metode kuantitatif terlebih dahulu
dengan menguji suatu teori atau konsep tertentu, kemudian diikuti dengan metode kualitatif
dengan mengeksplorasi sejumlah kasus dan individu.
Strategi metode campuran konkuren/satu waktu (concurrent mixed metlnds) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti mempertemukan atau menyatukan data
kuantitatif dan data kualitatif untuk memperoleh analisis kornprehensif atas masalah
penelitian. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan dua jenis data tersebut pada satu
waktu, kemudian menggabungkannya menjadi satu informasi dalam interpretasi hasil
keseluruhan. Jika tidak, dalam strategi ini peneliti dapat memasukkan satu jenis data yang
lebih kecil ke dalam sekumpulan data yang lebih besar untuk menganalisis jenis-jenis
pertanyaan yang berbeda-beda (misalnya, jika metode kualitatif diterapkan untuk
melaksanakan penelitian, metode kuantitatif dapat diterapkan untuk mengetahui hasil
akhir).
Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods) merupakan
prosedur-prosedur di mana di dalamnya peneliti menggunakan kacamata teoretis (lihat
Bab
3) sebagai perspektif overaching yang di dalamnya terdiri dari data kuantitatif dan data
kualitatif. Perspektif inilah yang akan menyediakan kerangka kerja untuk topik penelitian,
metode-metode untuk pengumpulan data, dan hasil-hasil atau perubahan-perubahan yang
diharapkan. Bahkan, perspektif ini bisa digunakan peneliti sebagai metode pengumpulan data
secara sekuensial ataupun konkuren.
Metode-Metode Penelitian
Komponen ketiga dalam kerangka kerja penelitian adalah metode-metode penelitian spesifik
yang berkaitan dengan strategi pengumpulan, analisis, dan interpretasi data. Seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 1.3, peneliti perlu mempertimbangkan sejumlah metode pengumpulan
data dan mengatumya secara sisternatis, misalnya berdasarkan level metode tersebut atas sifat
objek penelitian, fungsi metode tersebut saat peneliti menggunakan pertanyaan tertutup dan
terbuka, dan fokus metode tersebut pada analisis data yang numerik atau non-numerik. Metode-
metode ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam Bab 8 hingga 10.
Peneliti mengumpulkan data dengan bantuan instrumen atau tes (seperti, pertanyaan-
pertanyaan tentang harga diri) atau mengumpulan informasi dengan bantuan checklist perilaku
(seperti, observasi atas seorang pekerja yang terlibat dalam keterampilan yang kompleks). Di
sisi lain, pengumpulan data juga bisa melibatkan peneliti untuk mengunjungi secara langsung
tempat penelitian dan mengobservasi perilaku individu-individu di dalamnya tanpa ada
pertanyaan yang disediakan sebelumnya atau melakukan wawan cara secara aktif atas individu-
individu tersebut agar dapat mengungkapkan gagasannya tentang topik penelitian, tanpa harus
menyediakan pertanyaan-pertariyaan yang spesifik.
Pemilihan metode ini pada akhirnya haruslah disesuaikan dengan maksud peneliti;
apakah peneliti bermaksud untuk menggali informasi yang diinginkan atau membiarkannya
muncul begitu saja dari para partisipan. Atau, apakah peneliti ingin menganalisis jenis data
berupa informasi numerik yang dikumpulkan dari instrumen penelitian atau informasi teks yang
dikumpulkan dari rekaman hasil pembicaraan dengan partisipan. Atau, apakah peneliti ingin
menafsirkan, hasil-hasil statistik atau mereka ingin menafsirkan kecenderungan-kecenderungan
atau pola-pola umum yang muncul dari data penelitian.
Dalam sejumlah penelitian, data kuantitaiif dan kualitatif bisa saja dikumpulkan,
dianalisis, dan ditafsirkan secara bersama-sama. Data instrumen dapat dilengkapi dengan
observasi-terbuka, atau data sensus dapat diikuti dengan wawancara mendalam. Akan tetapi,
dalam kasus metode campuran, peneliti membuat inferensi/kesimpulan antara data
kuantitatif dan data kualitatif.
Pandangan-dunia, strategi, dan metode, semuanya turut menentukan apakah suatu rancangan
penelitian akan cenderung kuantitatif, kualitatif, atau campuran. Tabel 1.4 menyajikan perbedaan-
perbedaan yang mungkin berguna bagi para peneliti dalam memilih suatu pendekatan penelitian. Tabel
ini juga menyertakan praktik-praktik dari tiga pendekatan yang akan dijelaskan secara lebih rinci
dalambab-bab selanjutnya di buku ini.
Berikut ini, akan digambarkan bagaimana ketiga elemen ini (pandangan-dunia, strategi,
dan metode) berkombinasi dalam satu skenario penelitian:
Tabel 1.4 Pendekatan-Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran
Pendekatan Pendekatan Pendekatan Metode
Kecenderungan
Kualitatif Kuantitatif Campuran
Menggunakan Klaim-klaim Klaim-klaim Klaim-klaim
asumsi-asumsi Pengetahuan pengetahuan Post- pengetahuan
filosofis ini konstruktivis/advok positivis pragmatis
asi/ Partisipatoris
Menerapkan Fenomenologi, Survei dan Sekuensial,
strategi-strategi grounded theory, eksprimen konkuren, dan
penelitian ini etnografi, studi transformatif
kasus, dan naratif
Menerapkan Pertanyaan- Pertanyaan- Pertanyaan-
metode-metode ini Pertanyaan lerbuka, Pertanyaan pertanyaa
pendekatan- terbuka, yang terbuka dan
Pendekatan yang pendekatan- tertutup,
berkembang pendekatan yang pendekatan-
dinamis predetermined pendekatan yang
(fleksibel/emerging (sudah ditentukan berkembang
), data tekstual dan sebelumnya), data dinamis
gambar berupa angka- (emerging) dan
angka sudah ditentukan
sebelumnya
(predetermined),
analisis data
kuantitatif dandata
kualitatif
Menerapkan Posisi-posisi dia Menguji atau Mengumpulkan
praktik-praktik memverifikasi data kuantitatif
penelitian ini teori atau dan data kualitatif
Mengumpulkan Penjelasan Membuat
makna dari para Mengidentifikasi rasinalisasi atas
partisipan variabel-variabel dicampurnya dua
Fokus pada satu yang akan diteliti data
konsep atau Menghubungkan Menggabungkan
fenomenon variabel-variabel data pada tahap-
Membawa nilai- dalam rumusan tahap penelitian
nilai pribadi ke masalah dan yang berbeda
dalam penelitian hipotesis Menyajikan
Meneliti konteks penelitian gambaran visual
atau setting Menggunakan tentang prosedur-
partisipan standar-standar prosedur
Menvalidasi akurasi validitas dan Menerapkan
penemuan- reliabilitas praktik-praktik
penemuan Mengobservasi kuantitatif dan
Menginterpretasi dan mengukur kualitatif
data informasi secara
Membuat agenda numerik (angka-
perubahan atau angka)
reformasi Menerapkan
Berkolaborasi pendekatan-
dengan partisipan pendekatan yang
bebas-bias
Menerapkan
prosedur-prosedur
statistik
Masalah Penelitian
Masalah penelitian, yang akan dijelaskan lebih rinci pada Bab 5, haruslah masalah yang
benar-benar perlu dibahas (seperti, masalah diskriminasi ras). Masalah-masalah sosial tertentu
terkadang turut menentukan pendekatan penelitian yang digunakan. Misalnya, jika masalah ini
mengharuskan (a) identifikasi faktor-faktor yang memengaruhi hasil, (b) fungsi keterlibatan, atau
(c) pemahaman prediksi hasil, pendekatan kuantitatif menjadi pilihan terbaik. Pendekatan ini
juga layak diterapkan untuk menguji suatu teori atau pernyataan.
Di sisi lain, jika ada suatu konsep atau fenomena yang perlu dipahami misalnya, karena
sedikitnya penelitian yang membahas fenomena/konsep tersebutberarti pendekatan kualitatif
dapat dipilih sebagai jalan terbaik. Pendekatan kualitatif bersifat eksploratif, dan berguna bagi
peneliti-peneliti yang tidak mengetahui bagaimana menguji variabel-variabel. Jenis pendekatan
ini juga bisa berguna, misalnya, karena ada topik yang baru, dan topik baru ini tidak pernah
dibahas dengan sampel atau sekelompok individu tertentu; atau karena teori-teori yang ada
selama ini belum diterapkan sebagai landasan untuk meneliti sampel atau sekelompok individu
yang diteliti (Morse, 1991).
Pendekatan metode campuran sangatlah berguna, utamanya ketika pendekatan kuantitatif
atau pendekatan kualitatif dirasa tidak memadai untuk memahami masalah yang diteliti. Alhasil,
keduanya pun harus digabung agar mampu memahami masalah yang tengah diteliti. Misalnya,
seorang peneliti mungkin sjia ingin melakukan generalisasi terhadap penemuan-penemuannya
atas populasi yang ada; atau ingin mengembangkan pandangan yang detail mengenai makna
suatu fenomena atau konsep tertentu. Dalam penelitian ini, peneliti tersebut terlebih dahulu harus
mempelaiari variabel-variabel apa yang akan diteliti, kemudian menguji variabel-variabel ini
berdasarkan sampel individu yang luas. Jika tidak, peneliti bisa melakukan survei terlebih dahulu
pada sejumlah besar individu, kemudian menindaklanjuti dengan sejumlah partisipan saja untuk
memperoleh pandangan mereka tentang topik penelitian. Dalam kondisi seperti inilah,
pengumpulan data kuantitatif yang tertutup dan data kualitatif yang terbuka, benar-benar
diperlukan.
Pengalaman-Pengalaman Pribadi
Pengalaman pribadi juga turut memengaruhi para peneliti dalam memilih pendekatan
yang akan mereka terapkan. Seseorang yang terbiasa dilatih dalam program-program teknik,
penulisan saintifik, statistik, dan komputer, serta terbiasa membaca jumal-jurnal kuantitatif di
perpustakaan, ia cenderung akan memilih rancangan kuantitatif. Di sisi lain, seseorang yang
sudah nyaman menulis buku atau melakukan wawancara pribadi dan observasi, mungkin akan
lebih tergerak untuk menggunakan pendekatan kualitatif. Namun, seseorang yang terbiasa
dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif sangat mungkin akan memilih metode campuran.
Biasanya, dia memiliki waktu dan sumber yang memadai untuk mengumpulkan data-clata
kuantitatif dan kualitatif, serta memiliki outlet untuk menerapkan metode campuran yang
jangkauannya cenderung luas.
Sejak penelitian kuantitatif menjadi gaya penelitian tradisional, banyak prosedur, dan
aturan yang dibuat untuk penelitian tersebut. Sebagian orang mungkin saja lebih nyaman dengan
prosedur-prosedur penelitian kuantitatif yang sangat sistematis ini. Namun, bagi sebagian yang
lain, hal ini justru kurang comfortable karena tidak dapat beradaptasi dengan keinginan sejumlah
fakultas yang memang memiliki basis pendekatan kualitatif dan advokasi/partisipatoris dalam
penelitian-penelitiannya. Apalagi, pendekatan-pendekatan kualitatif diyakini menyediakan ruang
inovasi yang lebih besar bagi kerangka kerja penelitian. Penelitian semacam ini juga
memungkinkan munculnya tulisan-tulisan yang lebih kreatif dan bergaya sastrawi: suatu gaya
yang sebagian orang lebih menyukainya. Untuk para penulis advokasi/partisipatoris, tak dapat
disangkal ada dorongan yang kuat untuk mengejar topik yang memang sesuai dengan minat
pribadi isu-isu yang berhubungan dengan orang-orang marginal, misalnya, atau keinginan untuk
menciptakan kelompok masyarakat yang lebih baik bagi mereka dan yang lainnya.
Bagi para peneliti dengan metode campuran, proyek ini bisa saja menyita banyak waktu
karena mereka dituntut untuk mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dan kualitatif
sekaligus. Artinya, penelitian dengan metode campuran ini hanya sesuai bagi seorang peneliti
yang merasa nyaman dengan struktur penelitian kualitatif yang cenderung rigid dan fleksibilitas
penelitian kualitatif yang cenderung adaptif.
Pembaca
Pada akhirnya, peneliti menulis laporan penelitian yang benar-benar bisa diterima oleh
para pembaca. Pembaca-pernbaca ini bisa jadi editor jurnal, pembaca jumal, dewan perguruan
tinggi, peserta seminar, atau rekan-rekan satu bidang ilmu pengetahuan. Mahasiswa seharusnya
mempertimbangkan pendekatan-pendekatan yang sudah biasa direstui dan digunakan oleh para
pembimbing mereka. Pembaca yang telah berpengalaman dengan penelitian kuantitatif,
kualitatif, atau metode campuran ini dapat membantu mahasiswa untuk menentukan pilihan
mereka.
RINGKASAN
Dalam merencanakan suatu proyek penelitian, peneliti perlu menentukan apakah mereka
akan menggunakan rancangan kualitatif, kuantitatif, atau metode campuran. Rancangan ini
dipilih berdasarkan pandangan-dniia atau asumsi-asumsi filosofis tentang suatu
penelitian,strategi-strategi penelitian, dan metode-metode penelitian. Pilihan atas suatu
rancangan penelitian biasanya dipengaruhi oleh masalah penelitian yang akan diteliti,
pengalaman-pengalaman pribadi dari si peneliti, dan target pembaca yang diharapkan akan
membaca hasil penelitian tersebut.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Cariiah rumusan masalah penelitian dalam sebuah artikel jurnal dan jelaskan
rancangan apa yang terbaik untuk meneliti pertanyaan tersebut, berikut alasan-
alasannya.
2. Pikirkanlah satu topik yang ingin Anda teliti; dan dengan menggunakan
pandangan-dunia, strategi penelitian, dan metode penelitian seperti yang tertera
pada, Gambar 1.1, buatlah satu proyek penelitian yang berbasis pada satu
pandangan-dunia, strategi, dan metode yang telah Anda pilih. Lalu, tentukanlah
apakah proyek tersebut akan didesain menjadi penelitian kuantitatif, kualitatif,
atau metode campuran.
3. Apa yang membedakan penelitian kuantitatif dari pnelitian kualitatif? Jelaskan
(minimal) tiga karakteristik pembedanya!
BACAAN TAMBAHAN
Michael Crotty menawarkan kerangka penting unttrk mengikat secara bersama isu-isu
epistemologis, perspektif-perspektif teoretis, metodologi, dan metode-metode penelitian sosial.
Crotty ,menghubungkan empat komponen ini dalam suatu proses penelitian, lalu ia menampilkan
sebuah tabel berisi metode representatif pengambilan sampel (sampling) atas topik-topik yang
ada dalam setiap komponen tersebut. Crotty lalu beralih menjelaskan enam perbedaan orientasi
teoretis dalam penelitian-penelitian sosial, seperti post-modernisme, feminisme, penelitian kritis,
interpretativisme, konstruktivisme, dan positivisme.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). "Participatory Action Research and The Study of
Practice." dalam B. Atweh, S. Kemmis, & P. Weeks (ed.). Action Research in Practice:
Partnerships for social Justice in Education. New York: Routledge. (hlm. 21-36).
Stephen Kemmis dan Mervyn Wilkinson menyajikan satu ringkasan apik tentang
penelitian partisipatoris. Singkatnya, mereka menjelaskan enam keunggulan utama penelitian
aksi partisipatoris (participatory action research), lalu menjabarkan bagaimana penelitian ini
dipraktikkan dalam ranah individu, sosial, dan kedua-duanya.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). "Paradigmatic Controversies, Contradictions, and Emerging
Confluences." dalam N.K. Denzin & Y.S. Lincoln, The Sage Handbooko f Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (hlm. 191-215).
Yvonna Lincoln and Egon Guba menjelaskan prinsip-prinsip dasar dari lima paradigma
penelitian ilmu sosial: positivisme/Post-positivisme, teori kritis, konstruktivisme, dan
partisipatoris. Penielasan ini memperluas kembali analisis yang sudah disajikan dalam edisi
pertama dan kedua Handbook tersebut. Masing-masing paradigma disajikan secara ontologis
(seperti, substansi realitas), epistemologis (seperti, bagaimana kita mengenali pengetahuan kita),
dan metodologis (seperti, proses penelitian). Paradigma partisipatoris menjadi paradigma
alternatif tambahan yang kehadirannya baru muncul pada edisi kedua buku ini. Setelah
menjelaskan lima pendekatan ini, mereka kemudian membedakannya berdasarkan tujuh isu
utama, seperti sifat pengetahuan bagaimana pengetahuan bertambah, dan kelayakan atau kriteria
mutu.
Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches.
Boston: Allyn & Bacon.
Phillips, D.C., & Burbules, N.C. (2000). Post positivism and Educational Research. Lanham,
MD: Rowrnan & Littlefield.
D.C. Phillips dan Nicholas Burbules merangkum gagasan-gagasan penting pemikiran post-
positivisme. Melalui dua bab sekaligus, "What is Postpositivism?" dan "Philosophical
Commitments of Postpositivist Researchers," mereka menjelaskan ide-ide utama dalam post-
positivisme, khususnya ide-ide yang membuat aliran ini berbeda dengan aliran positivisme. Post-
positivisme menegaskan bahwa pengetahuan manusia pada hakikatnya lebih bersifat spekulatif
ketimbang normatif, dan bahwa kepastian kita sebelumnya akan suatu pengetahuan dapat
terbantahkan dalam proses penelitian selanjutnya.
BAB DUA
TINJAUAN PUSTAKA
Selain memilih rancangan kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran, seorang peneliti juga
perlu melakukan tinjauan pustaka terkait dengan topik penelitiannya. Tinjauan pustaka ini membantu
peneliti untuk menentukan apakah topik tersebut layak diteliti ataukah tidak. Tinjauan pustaka juga
akan memberikan pengetahuan luas bagi peneliti dalam membatasi ruang lingkup penelitiannya.
Bab ini masih tetap membahas hal-hal yang harus dipertimbangkan terlebih dahulu oleh peneliti
sebelum meluncurkan (proposal) penelitian. Pertama-tama, saya akan membahas bagaimana memilih
dan menulis suatu topik yang menjadi fokus penelitian. Dalam hal ini, penting juga dipertimbangkan
apakah topik tersebut dapat dan perlu diteliti. Selanjutnya, saya akan menjabarkan langkah-langkah
dalam melakukan tinjauan pustaka, tujuan-tujuan utama dilakukannya tinjauan pustaka dalam
penelltian, dan prinsip-prinsip penting dalam merancang tinjauan pustaka untuk penelitian kualitatif,
kuantitatif, dan metode campuran.
TOPIK PENELITIAN
Sebelum mempertirnbangkan pustaka/literatur apa yang akan ditinjau dalam proyek penelitian,
pertama-tama identifikasilah dahulu satu topik yang akan diteliti, lalu pertimbangkan apakah topik
tersebut bermanfaat secara praktis atau tidak. Topik adalah subjek atau materi subjek penelitian, seperti
"pengajaran sekolah," "kreativitas organisasi," atau "tekanan psikologis." Buatlah abstraksi tentang
topik tersebut dalam beberapa paragraf. Topik inilah yang nantinya akan menjadi gagasan utama yang
harus dipelajari dan dieksplorasi oleh peneliti.
Dalam hal ini, ada beberapa cara untuk memperoleh pemahaman mengenai topik
penelitian (dengan asumsi bahwa topik ini harus dipilih sendiri oleh si peneliti dan bukan oleh
pembimbing). Salah satunya adalah dengan menulis judul yang jelas dalam proposal penelitian.
Saya terkejut ketika menjumpai banyak peneliti yang sering kali gagal merancang judul awal
untuk proyek penelitian mereka. Menurut saya, judul yang baik dan terencana akan menjadi jalan
utama untuk masuk ke dalam penelitianinilah gagasan nyata yang harus dimiliki peneliti agar
tetap fokus pada proyek penelitiannya (lihat Glesne & Peshkin, 1992). Ketika saya melakukan
penelitian, topik akan menuntun dan memberikan saya petunjuk atas apa yang harus saya teliti,
serta petunjuk yang akan saya gunakan untuk menyampaikan gagasan penelitian saya kepada
orang lain. Saat para mahasiswa pertama kali memberikan prospektus penelitian mereka pada
saya, saya sering meminta mereka agar terlebih dahulu merancang judul yang baik sebelum
menulis penelitiannya.
Bagaimana menulis judulyang baik? Coba lengkapi kalimat ini, Penelitian saya
akan membahas.... Jawabannya bisa jadi Penelitian saya akan membahas siswa-siswa
nakal di SMA, atau Penelitian saya akan membahas bagaimana memfasilitasi mahasiswa
menjadi peneliti yang kompeten. Pada tahap in, buatlah kerangka jawaban atas pertanyaan
tersebut sehingga orang lain mudah menangkap maksud/tujuan proyek penelitian anda.
Kesalahan umum para peneliti pemula adalah bahwa mereka sering kali membuat kerangka
penelitiannya dengan bahasa yang rumit dan kompleks. Kesalahan ini mungkin saja disebabkan
terlalu seringnya mereka membaca artikel-artikel ilmiah yang telah mengalami revisi berkali-kali
sebelum diterbitkan. Akan tetapi terlepas dari itu, proyek penelitian yang baik biasanya dilandasi
dengan pemikiran-pemikiran yang jelas dan tidak rumit, mudah dibaca dan dipahami. Coba
renungkan artikel yang anda baca baru-baru ini. Jika artikel tersebut mudah dibaca dan dipahami,
dipastikan artikel ini ditulis dalam bahasa vang sederhana sehingga anda (pembaca) dapat
dengan mudah memahaminya, selain konseptualisasi dan rancangan keseluruhan artikel yang
memang ditulis dalam bentuk yang lugas dan sederhana.
Wilkinson (1991) pernah memberikan saran yang bagus dalam membuat judul: Buatlah
sejelas mungkin dan hindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan. Hilangkan kata-kata yang
tidak penting, seperti Suatu Pendekatan..., Sebuah Studi..., dan seterusnya. Gunakan
judul tunggal atau ganda. Contoh judul ganda bisa seperti "Etnografi: Memahami Persepsi Anak-
anak tentang Perang." Selain saran-saran Wilkinson di atas, cobalah membuat judul yang tidak
lebih dari 12 kata, hilangkan kata sandang dan preposisi yang berlebihan, dan pastikan bahwa
judul tersebut sudah mencakup topik utama penelitian.
Strategi lain untuk mengembangkan topik adalah menuliskannya dalam bentuk
pertanyaan. Pertanyaan seperti apa yang harus dijawab dalam penelitian? Buatah pertanyaan,
seperti Ancaman apa yang paling membahayakan bagi penderita depresi? Apa makna
menjadi orang Arab dalam masyarakat Amerika saat ini? Faktor-faktor apa saja yang membuat
orang ingin berkunjung ke Midwest? Ketika merancang pertanyaan-pertanyaan seperti di atas,
fokuslah anda pada topik inti dalam penelitian. Pikirkan apakah pertanyaan tersebut akan
terjawab dalam penelitian Anda ataukah tidak (lihat Bab 6 dan 7 tentang tujuan, rumusan
masalah, dan hipotesis penelitian).
Pertimbangkan alasan-alasan utama mengapa topik penelitian tersebut benar-benar dapat
dan perlu diteliti. Suatu topik dapat diteliti jika peneliti memiliki target partisipan yang bersedia
membantunya dalam melakukan penelitian dan memiliki perangkat-perangkat yang memadai
dalam mengumpulkan dan menganalisis data dalam jangka waktu yang ditentukan, seperti
program komputer atau perangkat-perangkat lain.
Selain kemungkinan suatu topik yang dapat diteliti, peneliti juga perlu
mempertimbangkan apakah topik tersebut memang perlu diteliti. Masalahnya, untuk menentukan
topik yang layak diteliti bukanlah pekerjaan yang mudah. Ada banyak faktor yang
melatarbelakangi kemungkinan ini. Setidak-tidaknya, hal terpenting yang harus dipertimbangkan
adalah apakah topik tersebut hanya sekadar menambah pengetahuan yang sudah ada, atau
sekadar menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya, atau justru berusaha menyuarakan
kembali hak-hak kelompok atau individu yang terpinggirkan, atau membantu keadilan sosial,
atau justru berusaha mentransformasi gagasan-gagasan para peneliti sebelumnya.
Untuk mengatasi masalah itu, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
memanfaatkan sebanyak mungkin waktu di perpustakaan untuk membaca berbagai literatur
tentang topik yang akan diteliti (tentang strategi-strategi efektif memanfaatkan perpustakaan dan
sumber-sumber pustaka dapat dibaca pada subbab selanjutnya). Langkah ini harus menjadi
pertimbangan utama. Para peneliti pemula mungkin saja sudah melangkah jauh dalam penelitian,
seperti merancang rumusan masalah, melengkapi data penelitian, dan melakukan analisis
statistik. Akan tetapi bukan tidak mungkin mereka kurang didukung oleh pihak fakultas atau
perencana seminar karena penelitian mereka tidak memberikan sesuatu yang baru. Tanyakan
pada diri Anda, Bagaimana proyek saya ini memiliki kontribusi pada literatur?
Pertimbangkan pula apakah proyek penelitian anda akan membahas suatu topik yang belum
diteliti, ataukah akan memperluas pembahasan literatur/penelitian sebelumnya dengan
menyertakan elemen elemen baru, ataukan akan menduplikasi penelitian-penelitian sebelumnya,
namun dengan partisipan-partisipan baru dan dalam situasi-situasi yang berbeda pula.
Mengenai apakah topik itu memang perlu diteliti atau tidak, pada hakikatnya juga
berhubungan dengan apakah ada orang lain di luar lembaga peneliti yang akan tertarik pada topik
tersebut. Jika ada pilihan antara topik yang berkaitan dengan kepentingan daerah dan topik yang
berkaitan dengan kepentingan nasional, saya akan memilih opsi yang terakhir karena topik
tersebut memiliki daya tarik yang lebih besar bagi pembaca umum. Editor jurnal, pihak
universitas, panitia serninar, dan agen pendanaan, semuanya akan mengapresiasi penelitian-
penelitian yang dapat menjangkau pembaca umum. Akhirnya, isu kelayakan iniapakah suatu
topik layak diteliti atau tidakjuga berhubungan dengan cita-cita peneliti itu sendiri.
Pertimbangkanlah waktu yang harus dihabiskan untuk merampungkan proyek anda, merevisinya,
dan menyebarkan hasil-hasil penelitian anda. Para peneliti seharusnya merenungkan betapa
penelitian dan komitmen besarnya suatu saat akan mendukung cita-cita karier mereka, baik cita-
cita ini berhubungan dengan dedikasi mereka untuk melakukan banyak penelitian, memperoleh
kedudukan di masa depan, atau menaikkan pangkat/jabatan.
Sebelum membuat proposal atau melakukan penelitian, para peneliti sebaiknya
mempertimbangkan faktor-faktor di atas dan meminta orang lain memberikan respons kritis pada
topik penelitiannya. Mintalah respons-respons dari teman-teman, orang-orang yang kompeten
dalam bidang tersebut, para pembimbing akadernik, dan para pengurus fakultas.
TINJAUAN PUSTAKA
Setelah mengidentifikasi satu topik yang dapat dan perlu diteliti barulah peneliti bisa
melakukan tinjauan pustaka atas topik tersebut.Tinjauan pustaka memiliki beberapa tujuan
utama: menginformasikan kepada pembaca hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan
penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada,
dan mengisi celah-celah dalam penelitian-penelitian sebelumnya (Cooper, 1984; Marshall &
Rossman, 2006). Tinjauan ini juga dapat menyediakan kerangka kerja dan tolok ukur untuk
mempertegas pentingnya penelitian tersebut, seraya membandingkan hasil-hasilnya dengan
penemuan-penemuan lain. Semua atau beberapa alasan ini bisa menjadi dasar bagi peneliti untuk
menuliskan literatur-literatur yang relevan ke dalam penelitianya (lihat Miller, 1991 untuk
pembahasan lebih jelas mengenai tujuan-tujuan menggunakan literatur dalam penelitian).
Pemanfaatan Pustaka/Literatur
Persoalan lain yang juga penting dipertimbangkan dalam menulis tinjauan pustaka adalah
bagaimana menggunakan pustaka/ literatur tersebut dalam proposal penelitian. Terkait hal ini,
ada banyak cara yang bisa diterapkan. Saya menyarankan anda agar meminta pendapat dari
pembimbing atau pihak fakultas tentang keinginan mereka terkait dengan penyajian tinjauan
pustaka ini. Menurut saya, tinjauan pustaka sebaiknya disajikan secara jelas dan dapat meringkas
berbagai literatur yang relevan dengan masalah penelitian; namun, tinjauan pustaka ini jangan
sampai terlalu rumit dan komprehensif karena pihak fakultas sangat mungkin akan meminta
perubahan-perubahan besar ketika proposal penelitian diajukan. Selain itu, tinjauan pustaka juga
jangan terlalu panjangkatakanlah maksimal 20 halamannamun mampu menunjukkan kepada
pembaca bahwa anda benarbenar memahami literatur-literatur yang berkaitan dengan topik
penelitian. Pendekatan lain dalam menulis tinjauan pustaka adalah dengan membuat ringkasan
detail tentang topik penelitian dan referensi-referensi yang terkait dengan topik ini untuk
nantinya dikembangkan kembali dalam bab khusus biasanya dalam bab dua, Tinjauan
Pustaka, yang mungkin saja membutuhkan 20 hingga 60 halaman lebih.
Tidak seperti dalam disertasi dan tesis, tinjauan pustaka dalam artikel jurnal pada
umumnya ditulis secara rngkas. Tinjauan itu biasanya disajikan dalam bagian khusus bertajuk
"Bacaan Terkait" setelah Pendahuluan. Ini sudah menjadi pola umum untuk artikel-artikel
penelitian kuantitatif dalam jurnal-jurnal ilmiah. Akan tetapi untuk artikel penelitian kualitatif,
tinjauan pustaka bisa jadi ditulis secara terpisah, namun tetap berada dalam bagian pendahuluan,
atau justru disajikan secara intrinsik di sepanjang penelitian. Singkatnya, bagaimanapun tinjauan
pustaka ini ditulis, yang jelas hal ini akan sangat bergantung pada jenis penelitian yang hendak
dilakukan, apakah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti menggunakan literatur secara konsisten berdasarkan
asumsi-asumsi yang berasal dari para partisipan, tidak memberi ruang bagi pandangan pribadi
peneliti. Penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertimbangkan bahwa penelitian
tersebut haruslah eksploratif. Hal ini berarti bahwa peneliti tidak boleh terlalu banyak menulis
tentang topik atau populasi yang tengah diteliti. Sebaliknya, peneliti harus berusaha
mendengarkan opini partisipan dan membangun pemahaman berdasarkan pada apa yang ia
dengar.
Namun demikian, penggunaan literatur dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan
dengan beragam cara. Untuk penelitian yang berorientasi teoretis, seperti etnografi atau etnografi
kritis, literatur-literatur tentang konsep kebudayaan atau teori kritis diperkenalkan terlebih
dahulu dalam laporan atau proposal sebagai kerangka kerja orientasi. Namun, untuk penelitian
grounded theory, studi kasus, dan fenomenologi, literatur-literatur jarang sekali digunakan untuk
membangun tahap-tahap penelitian secara keseluruhan.
Untuk pendekatan kualitatif yang didasarkan pada opini partisipan, ada beberapa model
tinjauan pustaka yang bisa anda pertimbangkan. Saya menawarkan tiga model penempatan, yang
berarti tinjauan pustaka bisa anda letakkan dalam ketiga lokasi ini. Model pertama, seperti yang
tampak pada Tabel 2.1, peneliti bisa saja memasukkan tinjauan pustaka dalam pendahuluan.
Artinya, dengan posisi ini, pustaka/literatur berfungsi untuk menjelaskan latar belakang
"teoretis" atas masalah penelitian, seperti siapa saja yang telah menulis mengenai masalah ini,
siapa saja yang telah menelitinya, dan siapa saja yang telah menunjukkan upaya-upaya penelitian
ke arah itu. Penyajian latar belakang teoretis ini, tentu saja, sangat bergantung pada literatur-
literatur atau penelitian-penelitian yang tersedia. Peneliti dapat mencari model seperti ini di
berbagai penelitian kualitatif yang menerapkan jenis strategi penelitian yang berbeda-beda.
Model kedua adalah dengan menempatkan tinjauan pustaka di bagian terpisah. Model ini
biasanya diterapkan dalam penelitian kuantitatif atau dalam jurnal-jurnal yang berorientasi
kuantitatif. Meski demikian, dalam penelitian kualitatif yang berorientasi pada teori seperti
etnografi, teori kritis, dan advokasi atau emansipatoris, peneliti juga dapat menempatkan tinjauan
pustaka di bagian terpisah.
Model ketiga, peneliti menyertakan bagian khusus, seperti Bacaan/Literatur Terkait, di
akhir penelitian. Penempatan ini dimaksudkan untuk membandingkan dan membedakan hasil-
hasil atau kategori-kategori yang muncul dalam penelitian dengan hasil-hasil atau kategori-
kategori yang terdapat dalam literatur. Model ini banyak dijumpai dalam penelitian grounded
theory, dan saya merekomendasikan model ketiga ini karena penelitian grounded theory pada
umumnya mengguakan literatur secara induktif.
Tabel 2.1 Menggunakan Literatur dalam Peneitian Kualitatif
Strategi Penelitian yang
Model Penggunaan Kriteria
sesuai
Tinjuan pustaka disajikan Harus ada beberapa literatur Model ini bisanya digunakan
dalam pendahuluan untuk yang tersedia dalam peneitian-penelitian
menjelaskan kerangka kualitatif, apa pun itu jenis
teoritis-kronologis masalah strateginya
peneitian
Tinjauan pustaka disajikan Pendekatan ini lebih disukai Pendekatan ini biasanya
dalam bagian terpisah dengan oeh pembaca-pembaca yanng diterapkan dalam penelitian-
judul Tinjauan Pustaka. sudah terbiasa dan nyaman penelitian yang
dengan pendekatan pospositivis menggunakan teori yang
tradisional untuk tinjauan sudah kuat di awal penelitian,
pustaka seperti etnografi dan kajian
teori kritis
Tinjauan pustaka disajikan di Pendekatan ini cocok untuk Pendekatan ini dapat
akhir penelitian. Biasanya penelitian kualitatif yang diterapkan di semua jenis
berjudu bersifat induktif; literatur tidak rancangan kuaitatif, tetapi
Bacaan/Literatur untuk membimbing dan mengarahkan lebih sering diterapkan dalam
membandingkan dan penelitian, tetapi menjadi penelitian grounded theory
membedakan hasil penelitian pentunjuk dan pembanding atas dimana seseorang dapat
dengan apa yang terdapat pola-pola atau kategori-kategori membedakan dan
dalam literatur. yang diperkenalkan dalam membandingkan satu teori
penelitian dengan teori-teori lain yang
terdapat dalam literatur
Penelitian kuantitatif, di sisi lain, menyertakan sejumlah besar literatur utama di awal
penelitian untuk memberikan arahan/petunjuk atas pertanyaan-pertanyaan dan hipotesis-hipotesis
penelitian. Penelitian kuantitatif juga menggunakan literatur untuk mennperkenalkan masalah
atau menggambarkan secara detail literatur-literatur sebelumnya dalam bagian khusus berjudul
Literatur Terkait atau "Tinjauan Pustaka, atau judul-judul yang sejenis. Selain itu,
tinjauan pustaka dalam penelitian kuantitatif dapat ditulis untuk memperkenalkan suatu teori
suatu penjelasan atas hubungan-hubungan yang diinginkan (lihat Bab 3), menggambarkan teori
yang akan digunakan, dan menjelaskan mengapa teori tersebut penting untuk dikaji. Pada akhir
penelitian, peneliti meninjau kembali literatur yang ada dan membuat perbandingan antara hasil
penelitian dengan penemuan-penemuan yang terdapat dalam literatur. Dalam hal ini, peneliti
kuantitatif menggunakan literatur secara deduktif sebagai kerangka kerja untuk merancang
rumusan masalah dan hipotesis-hipotesis penelitian.
Cooper (1984) menyarankan tinjauan pustaka yang bersifat integratif: peneliti
menyimpulkan tema-tema umum yang terdapat dalam literatur. Model ini sering digunakan
dalam proposal disertasi dan dalam disertasi itu sendiri. Model kedua yang direkomendasikan
Cooper adalah tinjauan pustaka yang bersifat teoretis: peneliti fokus pada teori-teori dalam
berbagai literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Model ini biasanya banyak
muncul dalam artikel-artikel jurnal, yang di dalamnya penulis sering kali menjelaskan teori di
bagian pendahuluan. Model terakhir yang disarankan Cooper adalah tinjuan pustaka yang
bersifat metodologis: peneliti fokus pada metode-metode dan definisi-definisi. Tmjauan
semacam ini biasanya menyajikan ringkasan atas penelitian-penelitian sebelumnya, dan kritik
atas kekuatan dan kelemahan metodologis dalam penelitian-penelitian tersebut. Model yang
terakhir ini kini sudah jarang ditemukan dalarn tesis dan disertasi.
Dalam penelitian metode campuran, peneliti menerapkan pendekatan kualitatif dan
kuantitatif sebelumnya dalam menulis tinjauan pustaka, bergantung pada jenis strategi yang
digunakan. Untuk strategi sekuensial, literatur disajikan pada setiap tahapan penelitian dengan
tetap konsisten pada metode yang digunakan. Misalnya, jika penelitian dimulai dengan tahap
kuantitatif, peneliti boleh jadi memasukkan tinjauan pustaka di awal penelitian yang dapat
membantunya membangun logika atas rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Jika penelitian
dimulai dengan tahap kualitatif, tinjauan pustaka tidak terlalu ditekankan, yang berarti si peneliti
bisa menyajikannya secara detail di akhir penelitian jika pendekatannya berslfat induktif. Jika
peneliti menerapkan penelitian konkuren dengan bobot dan prioritas yang seimbang antara data
kualitatif dan kuantitatif, peneliti bisa menyajikan literatur secara detail di setiap tahap kualitatif
dan kuantitatif. Singkatnya, penggunaan literatur dalam proyek metode campuran sangat
bergantung pada strategi dan bobot yang diberikan antara penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Dalam penelitian kualitatif, gunakanlah literatur secara hemat di awal penelitian agar nantinya
bisa terbentuk rancangan yang induktif, kecuali jika jenis rancangan yang diinginkan benar-
benar membutuhkan orientasi atau petunjuk literatur yang detail di awal penelitian.
Masih dalam penelitian kualitatif, pertimbangkan pula segmen tempat yang benar-benar
sesuai untuk tinjauan pustaka, dan jadikan pembaca sebagai dasar keputusan
untuk
pertimbangan ini. Ingatlah opsi-opsi berikut: meletakkan tinjauan pustaka diawal tulisan
untuk membantu membangun kerangka masalah penelitian; meletakkan tinjauan pustaka di
bagian terpisah atau meletakkan tinjauan pustaka di akhir penelitian untuk membandingkan
dan membedakannya dengan hasil penelitian.
Dalam penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur secara deduktif, sebagai dasar untuk
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian.
Masih dalam proposal penelitian kuantitatif, gunakanlah literatur untuk memperkenalkan
penelitian, dan sajikanlah literatur tersebut (tinjauan pustaka) dalam bagian terpisah untuk
membandingkan hasil penelitian dengan konsep-konsep yang terdapat dalam literatur.
Jika tinjauan pustaka diletakkan dalam bagian terpisah, pertimbangkan apakah tinjauan
tersebut akan ditulis secara integratif, teoretis, atau metodologis. Praktik yang biasa
diterapkan dalam penulisan disertasi pada umumnya adalah tinjauan pustaka secara
integratif.
Dalam penelitian metode campuran, gunakanlah literatur dalam satu pola yang konsisten
dengan jenis strategi yang dipilih dan sesuai dengan bobot yang diberikan pada pendekatan
kualitatif atau kuantitatif.
Apa pun jenis penelitiannya, ada beberapa proses yang harus dilalui dalam melakukan tinjauan
pustaka.
Database Terkomputerisasi
Selain Google Schoolar, Anda juga bisa memperoleh abstraksi materi ilmu-ilmu
kesehatan mealui database PubMed gratis. Database ini merupakan layanan Perpustakaan
Nasional Kesehatan AS, yang memiliki lebih dari 17 juta kutipan dari MEDLINE; dan jurnal-
jurnal life science yang menerbitkan artikel-artikel biomedis sejak 1950-an
(www.ncbi.nlm.nih.gov). PubMed juga memiliki link-link yang terhubung dengan artikel-artikel
full-text (yang terdapat di perpustakaan-perpustakaan akademik) dan sumber-sumber lain yang
relevan. Untuk mendapatkan hasil pencarian yang maksimal dari PubMed, anda sebaiknya
menggunakan MeSH (Medical Subject Hendings), sejenis thesaurus kosakata yang dikontrol
oleh Perpustakaan Nasional Kesehatan AS, untuk mengindeks artikel-artikel di
MEDLINE/PubMed. Dengan MeSH, anda bisa memperoleh referensi-referensi yang sesuai
dengan topik yang Anda cari.
Database komersial lain yang berlisensi yang sudah banyak dimiliki oleh berbagai
perpustakaan akademik adalah Sociological Abstracts (Cambridge Scientific Abstracts,
http://www.csa.com). Database ini mengindeks lebih dari 2000 jurnal, makalah seminar, disertasi
resensi buku, dan buku-buku terpilih dalam sosiologi, kajian sosial, dan disiplin-disiplin lain
yang relevan. Untuk literatur dalam bidang psikologi dan bidang-bidang yang terkait, anda bisa
mengakses database komersial psikologi, PsyclNFO (http:// www.apa.org). Database ini
mengindeks 2.150 judul jurnal, buku, disertasi dari berbagai negara. Database ini mencakup
bidang psikologi serta aspek-aspek psikologis dari disiplin-disiplin yang relevan, seperti
kedokteran, psikiater, keperawatan, sosiologi, pendidikan, farmasologi, fisiologi, linguistik,
antropologi, bisnis, dan hukum. Database ini memilild Thesaurus of Psychological Index Terms
yang dapat dirnanfaatkan untuk mencari istiaah-istiaah penting dalam literatur psikologi.
Database komersial terakhir yang banyak tersedia di perpustakaan adalah Social Sciences
Citation Index (SSCI, Web of Knowledge, Thomson Scientific [http://isiwebofknowledge.com]).
Database ini mengindeks sekitar 1.700 jurnal yang meliputi 50 disiplin dan juga mengindeks
item-item relevan dari lebih 3300 jurnal sains dan teknik. Database ini dapat digunakan untuk
mencari artikel-artikel dan pengarang-pengarang yang telah melakukan penelitian mengenai
topik tertentu. Database ini terutama berguna ketika anda ingin mencari satu penelitian kunci
yang dijadikan awal mula rujukan oleh penelitian-penelitian lain. Dengan demikian, anda bisa
membuat daftar referensi secara kronologis yang mendokumentasikan evolusi historis dari suatu
gagasan atau penelitian tertentu. Daftar kronologis tersebut bisa jadi sangat membantu dalam
melacak perkembangan gagasan-gagasan tentang topik tinjauan pustaka Anda.
Ringkasnya, ada beberapa tips yang saya rekomendasikan jika Anda ingin memanfaatkan
database terkomputerisasi ini:
Gunakanlah database literatur online gratis serta database-database gratis lain yang tersedia di
perpustakaan akadernik anda.
Carilah beberapa database yang berbeda, misalnya Anda harus tetap menggunakan database
ERIC meskipun topik penelitian anda tidak terlalu berhubungan dengan pendidikan, atau
anda menggunakan PsycINFO meskipun anda merasa topik anda tidak terlalu berkaitan
dengan psikologi. Baik ERIC maupun PsycINFO sama-sama memandang pendidikan dan
psikologi sebagai istilah umum yang bisa diteliti dengan berbagai topik yang berbeda
Gunakanlah panduan istilah-istilah untuk mencari artikel yang anda inginkan, seperti
thesaurus --jika tersedia.
Carilah satu artikel yang sangat berkaitan dengan topik anda, lalu lihatlah istilah-istilah
penting yang digunakan dalam artikel tersebut, kemudian gunakan istilah-istilah itu untuk
men-search literatur lain yang relevan.
Gunakanlah database-database yang menyediakan akses, link, atau informasi tentang gandaan
full-text dari artikel-artikel yang anda inginkan (baik di perpustakaan atau di toko buku) agar
anda bisa menghemat lebih banyak waktu untuk mencari gandaan artikel-artikel lni.
Saya sangat merekomendasikan agar Anda membuat satu prioritas ketika mencari
literatur. Jenis-jenis literatur apa saja yang ingin Anda masukkan dalam tinjauan pustaka?
Pertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1. Jika Anda ingin meneliti topik tertentu, namun belum tahu bagaimana harus melakukannya,
cobalah memulainya dengan mempelajari sintesis-sintesis umum dari literatur yang ada.
Misalnya, Anda mencari ringkasan-ringkasan literatur yang terkait dengan topik Anda di
beberapa ensiklopedia (misalnya, Aikin, 1992; Keeves, 1988), atau anda bisa mencarinya
dalam artikel-artikel jurnal atau abstraksi-abstraksi ilmiah (rnisalnya, dalam Annual Review
of Psychology, 1950).
2. Selanjutnya, beralihlah pada artikel-artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnal-jurnal
nasional/internasional kenamaan, khususnya jurnal-jurnal yang menampilkan laporan
penelitian. Para penulis di jurnal-jurnal seperti ini biasanya mengekspos rurnusan masalah
atau hipotesis penelitian mereka. Dari sini, cobalah Anda menjawab rumusan masalah dan
hipotesis tersebut. Ada beberapa jurnal yang bisa Anda pelajari dalam bidang Anda, dan
biasanya jurnal-jurnal tersebut diterbitkan oleh dewan editorial dan para penulis profesional
dari belahan Amerika Serikat dan dunia. Di halaman-halaman pertama jurnal ini, Anda bisa
melihat apakah ada dewan editorialnya dan apakah artikel-artikel di dalamnya ditulis oleh
individu-individu dari berbagai belahan dunia. Mulailah dengan isu-isu terkini dalam jurnal-
jurnal tersebut dan carilah artikel-artikel penelitian yang terkait dengan topik Anda, begitu
seterusnya. Tindaklanjuti referensi referensi di akhir artikel untuk memperoleh sumber-
sumber lain yang mendukung.
3. Setelah artikel, Anda bisa mencari buku-buku yang berkaitan dengan topik Anda. Mulailah
dengan naskah-naskah penelitian yang merujuk pada berbagai literatur penting. Kemudian,
pertimbangkan beberapa buku yang berhubungan dengan satu topik yang ditulis oleh seorang
pengarang atau sekelompok pengarang, atau buku-buku yang berisi bab-bab yang ditulis oleh
pengarang yang berbeda-beda.
4. Lanjutkan usaha Anda di atas dengan melacak makalah-makalah seminar terkini. Hadirilah
seminar-seminar nasional, lalu dapatkan makalah-makalah yang disampaikan oleh penyaji.
Jika tidak, Anda bisa mencarinya melalui database. Sebagian besar seminar, ada yang
membutuhkan. dan ada pula yang meminta para penyaji untuk mencantumkan makalahnya
dalam database-database terkomputensasi. Dari database inilah Anda bisa menghubungi para
penyaji yang telah menulis makalah yang relevan dengan topik Anda. Kirimlah email atau
teleponlah mereka, lalu tanyakan apakah mereka mengetahui penelitian-penelitian yang
berhubungan dengan topik Anda. Tanyakan juga apakah mereka memiliki sebuah instrumen
yang mungkinbisa digunakan atau dimodifikasi untuk penelitian anda.
5. Jika memungkinkan, periksalah entri-entri dalam Dissertation Abstracts (University
Microfilms, l938). Akan tetapi Anda perlu berhati-hati karena setiap disertasi memiliki
kualitas yang berbeda-beda, dan Anda perlu selektif dalam memilih disertasi-disertasi tersebut
untuk disertakan dalam tinjauan pustaka. Mencari dalam Dissertation Abstracts mungkin saja
menghasilkan satu atau dua disertasi yang relevan, dan Anda bisa meminta gandaan disertasi
ini melalui pustakawan atau University of Michigar. Microfilm Library.
6. Website juga menyediakan bahan-bahan yang berguna untuk tinjauan pustaka. Kemudahan
mengakses dan kemampuannya untuk memposting beragam artikel membuatnya lebih
atraktif. Namun, pelajarilah terlebih dahulu artikel-artikel ini dengan hati-hati agar Anda
memperoleh artikel yang benar-benar berkualitas. Perhatikan, apakah artikel-artikel ini
memang mencerminkan sejenis penelitian yang rigid, berkualitas, dan sistematis, yang layak
dimasukkan ke dalam tinjauan pustaka Anda, atau hanya menampilkan gagasan-gagasan yang
kurang bermutu. Jurnal-jurnal online, di sisi lain, sering kali juga menyertakan artikel-artikel
yang telah diperiksa secara cermat oleh dewan editor. Meski demikian, Anda terlebih dahulu
harus mencari tahu apakah jurnal-jurnal tersebut benar-benar memiliki dewan editor
profesional dan menetapkan standar-standar untuk menerima naskah-naskah yang masuk,
ataukah tidak.
Saya meletakkan artikel-artikel jurnal di urutan teratas karena artikel-artikel semacam ini
sangat mudah dicari dan digandakan. Artikel tersebut juga tak jarang merepresentasikan suatu
penelitian tentang topik tertentu. Disertasi diletakkan dalam daftar prioritas yang lebih rendah
karena disertasi pada umumnya memiliki kualitas yang berbeda-beda dan karenanya sangat sulit
dicari, apalagi pada umumnya disertasi merupakan materi yang sangat sulit dipahami. Selain itu,
berhati-hatilah dalam memilih artikel-artikel ilmiah di website kecuali jika artikel-artikel tersebut
berasal dari salah satu artikel ilmiah yang diterbitkan oleh jurnaljumal tertentu.
Peta literatur merupakan ringkasan visual dari penelitian-penelitian yang sudah dilakukan
orang lain. Peta ini biasanya disajikan dalam bentuk gambar dan bisa disusun dengan berbagai
cara. Salah satunya adalah disusun secara hierarkis, yakni menyajikan literatur dengan teknik
top-down, yang pada bagian paling bawah diisi oleh peneilitian yang diajukan. Struktur lain bisa
saja dibuat menyerupai flowchart, di mana pembaca melihat tinjauan pustaka disusun layaknya
suatu hamparan (unfolding) yang membentang dari kiri-kekanan, dengan sisi-kanan paling akhir
diisi oleh penelitian yang diajukan. Model ketiga bisa berbentuk lingkaran-lingkaran di mana
setiap lingkaran mencerminkan satu literatur dan titik potong lingkaran-lingkaran yang
mengindikasikan penelitian selanjutnya. Saya pernah melihat contoh-contoh dari ketiga struktur
ini, dan semuanya ternyata efektif.
Keadian
Prosedural
dalam
Organisasi*
Pada contoh di atas, kami menulis abstraksi penelitian berdasarkan referensi in-text
dengan format APA (2001). Dalam abstraksi ini, kami meringkas tujuan inti penelitian, yang
diikuti dengan informasi tentang pengumpulan data dan diakhiri dengan pernyataan tentang
hasil-hasil utama dan implikasi-implikasi praktis dari hasi-hasil tersebut.
Lalu, bagaimana mengabstraksilcan esai, opini, tipologi, dan sintesis dari penelitian
sebelumnya, padahal tulisan tulisan seperti ini tidak termasuk dalam studi penelitian? Untuk
tulisan-tulisan yang berbasis penelitian non-empiris seperti di atas, abstraksinya dapat dibuat
dengan cara berikut:
Petunjuk Gaya
Pada dua contoh sebelumnya, saya telah memperkenakan gagasan tentang bagaimana
menggunakan gaya APA untuk mereview artikel di bagian awal abstraksi. Petunjuk gaya
(style manual) menyediakan arahan-arahan bagi para peneliti untuk menulis penelitian
bergava akademis, seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi membuat judul,
menyajikan tabel dan gambar, dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan
utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan
konsisten di sepanjang tulisan. Ketika mendapatkan dokumen yang sekiranya penting dan
relevan, jadikanlah dokumen tersebut sebagai referensi dengan menggunakan gaya yang
sesuai. Untuk proposal disertasi, mahasiswa pascasarjana seharusnya meminta arahan dari
pihak fakultas, dewan pertimbangan disertasi, staf jurusan atau universitas tentang gaya
seperti apa yang seharusnya digunakan dalam mengutip referensi.
Publication Manual of the American Psychological Association, Fifth Edition (APA,
2001) merupakan petunjuk gaya yang paling sering digunakan dalam bidang pendidikan dan
psikologi. Gaya penulis Universitas Chicago (A Manual of Style, 1982), Turabian (1973),
dan Campbell dan Ballou (1977) juga sering digunakan dalam bidang ilmu sosial meskipun
tetap kurang populer jika dibandingkan dengan gaya APA. Beberapa jurnal juga telah
mengembangkan variasi gaya mereka sendiri. Saya merekomendasikan Anda
mengidentifikasi satu gaya yang dapat diterima oleh para pembaca dan segera
mengadopsinya dalam proyek penelitian Anda.
Style manual pada umumnya mempertimbangkan beberapa format penting, seperti in-
text, end-of- text, judul, dan penggunaan gambar dan tabel. Berikut ini adalah beberapa
rekomendasi saya terkait dengan bagaimana menggunakan petunjuk gaya untuk keperluan
tulisan akademik:
Ketika menulis referensi in-text, perhatikan format yang tepat untuk jenis-jenis referensi
dan kutipan ganda.
Ketika menulis referensi end-of-text, perhatikan juga apakah petunjuk gaya yang Anda
gunakan mengharuskan referensi ini ditulis secara alfabetis atau numerik. Selain itu,
pastikan pula bahwa setiap referensi in-text sudah masuk dalam daftar end-text.
Dalarn makalah/karya tulis akademik, judul (heading) biasanya disusun dalam bentuk
tingkatan-tingkatan. Pertama-tama, perhatikan seberapa banyak tingkatan judul yang akan
Anda tulis dalam penelitian Anda. Kemudian, bukalah petunjuk gaya untuk mendapatkan
format yang sesuai untuk setiap tingkatan tersebut. Biasanya, laporan penelitian berisi
sekitar dua hingga empat tingkatan judul.
Jika menggunakan catatan kaki (footnote), perhatikan petunjuk gaya untuk mengetahui
bagaimana menulis footnote yang sesuai. Footnote saat ini jarang sekali digunakan dalam
makalah/karya tulis akademik dibandingkan beberapa tahun lalu. Jika Anda menyertakan
footnote, perhatikan apakah footnote tersebut berada di bagian bawah setiap halaman, di
akhir setiap bab, atau di akhir makalah.
Tabel (table) dan gambar (figure) memiliki format-formatnya tersendiri dalam setiap
petunjuk gaya. Perhatikan aspek-aspek penting, seperti garis yang harus dicetak tebal
(bold), judul, dan spasi, pada contoh-contoh yang disajikan.
Ringkasnya, aspek terpenting dalam penggunaan petunjuk gaya adalah konsistensi di
sepanjang tulisan.
Definisi Istilah
Topik lain yang berhubungan dengan tinjauan pustaka adalah identifikasi dan definisi
istilah-istilah yang dibutuhkan pembaca untuk memahami proyek penelitian yang diajukan.
Bagian defnisi istilah bisa saja ditulis secara terpisah dari tinjauan pustaka, bisa pula masuk
dalam tinjauan pustaka, atau justru diletakkan di bagian lain dalam proposal penelitian.
Saran saya, definisikan istilah-istilah vang kemungkinan tidak dimengerti oleh orang-
orang di luar bidang penelitian Anda, atau istilah-istilah yang terdengar asing (Locke,
Spirduso, & Silverman, 2007). Pentingnya sejumlah istilah untuk didefinisikan memang
hanya persoalan judgment saja, namun saya tetap merekomendasikan Anda untuk
mendefinisikan istilah-istilah tertentu y ang kemungkinan tidak dipahami oleh sebagian besar
pembaca. Selain itu, definisikan istilah-istilah ketika muncul pertama kali agar pembaca tidak
perlu kembali lagi membaca di bagian awal ketika mereka menemukan istilah-istilah tersebut
dibagian akhir atau pertengahan. Sebagai mana pendapat Wilkinson (1991), "para ilmuwan
harus mendefinisikan istilah-istilah yang dapat menjelaskan penelitian mereka secara tepat
dan dapat mengomunikasikan penemuan-penemuan dan gagasan-gagasan mereka secara
akurat" (hlm. 22). Mendefinisikan istilah juga dapat menambah keakuratan suatu penelitian,
seperti diungkapkan oleh Firestone (1987) berikut ini:
Bahasa sehari-hari memiliki makna yang sangat kaya dan beragam. Sepert halnya
simbol, kekuatan bahasa berasal dari kombinasi antara makna dengan konteks
tertentu. Bahasa ilmu saat ini tampaknya terlalu sering mengabaikan
keanekaragaman makna ini, utamanya dalam hal keakuratan. Inilah alasan mengapa
istilah-istilah umum atau bahasa-bahasa sehari-hari pun bisa saja memiliki "makna-
makna teknis" jika digunakan untuk tujuan keilmuan (hlm. 17).
Definisi istilah bisa saja ditulis untuk semua jerus penelitian, baik kualitatif, kuantitatif,
ataupun metode campuran.
Dalampenelitian kualitatif, karena bersifat induktif dan melibatkan rancangan
metodologis, peneliti bisa saja mendefinisikan beberapa istilah di awal penelitian
meskipun definisi ini hanya tentatif semata. Sebagai gantinya, tema-tema (atau perspektif-
perspektif atau dimensi-dimensi) dapat ditulis setelah analisis data. Dalam bagian
prosedur penelitian, peneliti dapat mendefinisikan istilah-istilah penting pada saat istilah-
istilah ini muncul pertama kali. Karena alasan inilah, para peneliti kualitatif sering kali
tidak `membuat bagian terpisah untuk definisi istilah, melainkan mengemukakan definisi-
definisi tersebut secara tentatif di awal penelitian sebelum masuk ke dalam inti persoalan.
Di sisi lain, dalam penelitian kuantitatifyang sering ditulis secara deduktif dengan
sasaran penelitian yang sudah fixedpeneliti dapat menyertakan definisi-definisi
ekstensif dalam proposal penelitiannya. Peneliti meletakkan definisi ini pada bagian
terpisah. Peneliti juga mencoba mendefinisikan secara komprehensif istilah-istilah yang
relevan di awal penelitian dan menggunakan definisi-definisi lain yang diperoleh dari
literatur.
Dalam penelitian metode campuran, definisi istilah bisa diletakan di bagian terpisah jika
penelitiannya dimulai dengan tahap awal pengumpulan data kuantitatif. Jika penelitiannya
diawali dengan pengumpulan data kualitatif, berarti istilah-istilah bisa didefinisikan
sepanjang penelitian, atau bahkan di bagian akhir penelitian. Jika pengumpulan data
kuantitatif dan kualitatif ditulis secara bersamaan, berarti penulisan definisi istilah
bergantung pada prioritas yang diberikan atas salah satu dari dua jenis penelitian tersebut.
Namun, dalam penelitian metode campuran, ada istilah-istilah yang mungkin terdengar
asing bagi pembacamisalnya definisi tentang penelitian metode campuran itu sendiri
sehingga peneliti perlu meletakkan definisi tersebut di bagian prosedur penelitian (lihat
Bab 10). Selain itu, jelaskan istilah-istilah yang berhubungan dengan strategi
penelitian
yang digunakan seperti strategi konkuren atau sekuensial, dan istilah tertentu untuk
strategi tersebut (seperti rancangan triangulasi konkuren, seperti yang akan dibahas pada
Bab 10).
Tidak ada satu pun pendekatan yang dianggap paling baik untuk mendefinisikan
istilah-istilah dalam penelitian. Meski demikian, ada beberapa saran yang perlu
dipertimbangkan (lihat juga Locke et al., 2007):
Definisikan suatu istilah ketika ia muncul pertama kali dalam proposal Anda. Dalam
pendahuluan, misalnya, suatu istilah bisa saja menuntut adanya definisi untuk membantu
pembaca memahami masalah penelitian, rumusan masalah, atau hipotesis penelitian
tersebut.
Tulislah definisi dalam tingkatan operasional tertentu. Definisi operasional ditulis dalam
bahasa tertentu, tidak dalam bahasa konseptual yang abstrak. Karena peneliti memiliki
ruang untuk menspesifikasikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitiannya maka
lebih baik digunakan definisi operasional saja.
Jangan mendefinisikan istilah-istilah dan bahasa sehari-hari. Alhasil, gunakanlah bahasa-
bahasa "teknis" yang sudah ada dalam literatur. Dalam hal ini, istilah-istilah harus
didasarkan pada literatur dan tidak boleh Anda buat sendiri (Locke et al., 2007). Meski
demikian, sangat mungkin definisi yang tepat atas suatu istilah tidak tersedia dalam
literatur, dan bahasa sehari-hari pun bisa jadi digunakan. Jika demikian ihwalnya,
sajikanlah definisi yang tepat dan gunakanlah istilah-istilahnya secara konsisten di
sepanjang proposal penelitian (Wilkinson, 1991).
Definisi istilah bisa ditulis dengan karakteristik yang berbeda-beda. Definisi dapat
mendeskripsikan istilah sehari-hari (seperti, organisasi). Definisi juga bisa disandingkan
dengan batasan tertentu, seperti, "Kurikulum ini dibatasi hanya pada kurikulum School
Disctrict Manual untuk siswa SMP" (Locke et al., 2007, hlm. 130). Definisi juga bisa
terdiri dari kriteria yang digunakan dalam penelitian, seperti, "Rata-rata IP mahasiswa
yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPA kumulatif 3,7 atau di
atasnya,berdasarkan skala 4,0." Definisi juga bisa menjelaskan istilah secara operasional,
seperti, "Penguatan (reinforcement) dalam penelitian ini merujuk usaha-usaha untuk
mendaftarkan semua anggota klub pada buletin sekolah, menyediakan ruangan khusus
bagi anggota, dan mendaftarkan keanggotaan klub pada transkip nilai sekolah" (Locke et
al., 2007, hlm. 130).
Meskipun tidak ada satu format yang dianggap paling tepat, sebagian besar definisi istilah
diletakkan di bagian khusus penelitian, yang sering kali bertajuk "Definisi Istilah," dan
memasangkan istilah-istilah dengan definisi-definisinya dengan cara meng-highlight
istilah tersebut, yang menunjukkan bahwa istilah itu memiliki makna tertentu (Locke et
al., 2007). Biasanya, bagian yang terpisah ini tidak lebih dari dua atau tiga paragraf saja.
Dua contoh berikut menggambarkan susunan definisi istilah yang berbeda-beda dalam
penelitian:
Refleksi Individual
Schon (1983) menulis sebuah buku yang menjelaskan konsep-konsep yang ia sebut
sebagai berfikir reflektif, berefleksi dan praktik reflektif. Setelah beberapa decade, buku ini
kemudian ditulis dan dirombak kembali oleh Schon dan Argyris (Argyris dan Schon, 1978)
untuk mempertajam konsep-konsep tersebut. Dari buku Schon inilah, sejauh yang peneliti
pahami, definisi singkat atas refleksi individual adalah tindakan intuitif yang sulit dilakukan.
Meski demikian, dalam penelitian ini, karakteristik-karakteristik penting dari refleksi
individual dapat merujuk pada beberapa hal : (a) tindakan artistic (Schon, 1983); (b)
bagaimana seseorang mempraktikkan secara terang-terangan apa yang diketahuinya secara
intuitif; dan (c) bagaimana seorang pengurus professional meningkatkan praktiknya melalui
tuturan reflektif dan pikiran.
Staf Kemahasiswaan
Staf memiliki banyak definisi. Baskett dan Marsick mendeskripsikan staf sebagai
seorang individu yang memiliki pangkat tertentu dari kebebasan untuk
memberikan judgment dengan tetap didasarkan pada gagasan, perspektif, informasi, norma
dan kebiasaan kolektif (dan seorang individu yang terlibat dalam persoalan-persoalan
professional) (Baskett & Marsick, 1992:3). Staf kemahasiswaan setidak-tidaknya memiliki
karakteristik- karakteristik di atas dalam melayani mahasiswa di lingkungan universitas yang
salah satu fungsinya adalah mendukung keberhasilan akademik dan kurikulum.
(VanHorn-Grassmeyer, 1998:11-12)
Relasi kekeluargaan dengan cucu pada umumnya ditentukan oleh apakah kakek-
nenek berasal dari pihak ibu atau dari pihak ayah. Penelitian sebelumnya (seperti Cherlin dan
Furstenberg, 1986) menyatakan bahwa kakek-nenek dari pihak ibu cenderung dekat dengan
cucu-cucu mereka.
Baik kakek meupun nenek ternyata menjadi salah satu fackor dalam relasi
kekeluargaan antara mereka dengan cucu-cucu mereka (seperti, nenek cenderung lebih dekat
dengan cucu-cucu mereka daripada kakek), sehingga peran menjaga keutuhan keluarga sering
kali dikaitkan dengan wanita di dalamnya (Hagestad, 1988) .
(Vernon, 1992:35-36)
Tinjauan Pustaka Kuantitatif atau Metode Campuran
Saat menyusun tinjauan pustaka, biasanya peneliti akan sulit menentukan seberapa
banyak literatur yang harus direview. Agar masalah ini terselesaikan, saya telah
mengembangkan satu model yang menyajikan parameter-parameter tertentu dalam menulis
tinjauan pustaka, khususnya untuk rancangan penelitian kuantitatif atau metode campuran
yang hampir selalu menyediakan bagian/subbab khusus unhrk tinjauarr pustaka. Dalam
penelitian kualitatif, tinjauan pustaka bisa saja mengeksplorasi aspek-aspek fenomena utama
yang dibahas dan membaginya ke dalam topik-topik khusus. Meski demikian, tiniauan
pustaka dalam penelitian kualitatif ini, seperti yang telah dibahas sebelumnya, dapat ditulis
untuk tujuan yang berbeda-beda (misalnya, sebagai alasan atau penjelasan logis atas masalah
penelitian, sebagai sesuatu yang dibahas sepanjang penelitian, sebagai sesuatu yang
dibandingkan dengan hasil penelitian, dan sebagainya).
Untuk penelitian kuantitatif atau metode carnpuran yang memprioritasknn penelitian
kuantitatif, tulisiah.tinjauan pusiaka yang berisi materi-materi perrting daiam literatur yang
berhubungan dengan variabel-variabel bebas, variabel-variabel terikat, dan relasi antara
variabel bebas dan variabel terikat (lebih jelas tentang variabel ini baca Bab 3). Model
penulisan ini tampaknya sesuai untuk disertasi atau untuk mengkonseptualisasikan literatur
dalam artikel/karya tulis ilmiah. Buatlah tinjauan pustaka yang tersusun dari lima komponen:
Pendahuluan, Topik 1 (tentang variabel bebas), Topik 2 (tentang variabel terikat), Topik 3
(keterangan-keterangan lain yang membahas relasi antara variabel bebas dan variabel terikat),
dan Kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan rincian berikut ini:
1. Tulislah paragraf awal tinjauan pustaka dengan memerinci bagian-bagian yang akan
dibahas di dalamnya.Paragraf ini lebih berupa penjelasan tentang susunan setiap bagian
dalam tinjauan pustaka yang Anda tulis.
2. Tinjaulah Topik 1, yakni dengan meninjau literature-literatur akademik tentang satu atau
beberapa variabel bebas. Jika ada beberapa variabel bebas ),ang dibahas dalan'r literatur
tersebut,perhatikan subbagian-subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel yang paling
penting saja. Jangan lupa membahas penjelasan dalam literature yang hanya terkait
dengan variabel bebas, bukan variabel terikat.
3. Tinjaulah Topik 2, yakni dengan meninjau literatur-literatur akademik tentang satu atau
beberapa variabel terikat. Jika dalam literature tersebut dibahas bebepa variabel
terikat,perhatikan subbagian-subbagiannya atau fokuslah pada satu variabel terikat yang
paling panjang saja.
4. Tinjaulah Topik 3, yakni iengan meninjau literatur-literatur akademik yang membahas
hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel(-variabel) terikat. Di sinilah inti
dasar penelitian Anda. untuk itu, bagian ini harus padat dan berisi literatur-literatur lain
yang memang sangat berkaitan dengan topik penelitian Anda. Ambillah satu bagian
dalam literature tersebut yang sangat berkaitan erat dengan topik atau tinjaulah bagian-
bagian lain yang membahas topik tersebut secara umum.
5. Di bagian akhir tinjauan pustak, buatlah kesimpulan atau ringkasan yang menonjolkan
literature-literatur yang dianggap paling relevan; tunjukkan tema-tema utama yang
diangkat oleh literature-literatur tersebut,jelaskan mengapa tema-tema ini membutuhkan
penelitian lebih lanjut dan tentu saja yakinkan pembaca mengapa penelitian lebih lanjut
dan tentu saja yakinkan pembaca mengapa penelitian Anda dapat memenuhi kebutuhan
ini.
Langkah-langkah di atas dapat diterapkan untuk menulis tinjauan pustaka untuk jenis
penelitian yang membahas variabel-variabel (biasanya kuantitatif atau penelitian metode
campuran dengan bobot kuantitatif). Tidak hanva itu, langkah-langkah ini iuga dapat
mempersempit ruang lingkup penelitian yang diaiukan sehingga rumusan masalah dan
metode penelitian yang nantinva disajikan benar-benar dapat terjangkau dengan baik
KESIMPULAN
Sebelum mencari literatur, identifikasilah topik Anda, misalnya dengan merancang
iudul yang jelas atau menyatakan rumusan masalah utama. Selain itu, pertimbangkan apakah
topik Anda dapat dan perlu diteliti dengan cara mencari tahu adakah akses kepada para
partisipan dan sumber-sumber lain, dan apakah topik tersebut akan memberikan konkibusi
pada literatur yangada, akan diminati oleh orang lain, dan konsisten dengan tujuan-tu;uan
utamanya.
Dalam tinjauan pustaka, peneliti seyogianya menggunakan literatur-literatur
akadernik untuk menyajikan hasil-hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya,
menghubungkan penelitiannya dengan literatur-literatur tersebu! dan menyediakan kerangka
kerja dalam membandingkan hasil penelitiannya dengan hasil penelitian-penelitian lain.
untuk penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran, literatur memiliki tujuan yang
berbeda-beda. Dalam penelitian kua litatif,bteratur membantu memverifikasi masalah.
Penelitiar tetapi literatur tersebut tidak mempersempit pandangan dari para partisipan.
Pendekatan umurn yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah memasukkan
lebih banyak literatur di bagian akhir ketimbang di bagian awal. Dalam pen elTtian
kuantitatif, literatur tidak hanya membantu memverifikasi masalah, tetapi juga
memperlihatkan kemungkinan perlunya mmusan masalah atau hipotesis untuk dibahas.
Dalam penelitian kuantitatif, tinjauan pustaka biasanya diletakkan terpisah dalam satu bagian
khusus. Namun demikian, dalam penelitian metocle campuran, Penggunaan tinjauan pustaka
bergantung pada jenis rancangan dan
bobot yang diberikan pada aspek-aspek kuaiitatif dan kuantitatif.
Ketika akan melakukan tinjauan pustaka, identifikasilah kata kunci-kata kunci
(keywords) untuk mencari literatur. Kemudian, carilah database-database online, seperti
ERIC, ProQuest, Google Scholar; PubMed, dan database-database lain yang lebih spesifik,
seperti PsycINFO, Sociofile, dan SSCI. Lalu, carilah literatur-literatur yang sesuai dengan
prioritas, pertama-pertama carilah artikel jurnal, lalu buku-buku, dan seterusnya.
Identifikasilah penelitian-penelitian lain yang turut memberikan kontribusi pada penelitian
Anda. Kelornpokkan penelitian-p-enelitian ini ke dalam peta literatur yang mencerminkan
kategori-kategori utama atas penelitian-penelitian tersebut dan posisikin penelitian Anda
dalam kategori-kategori ini. Mulailah menulis absiaksi penelitian, seraya memerhatikan gaya
penulisan referensi berdasarkan petunjuk gaya (seperti, APA, 2001). Deskripsikan secara
singkat informasi penting tentang penelitian tersebut yang meliputi masalah penelitian
pertanyaan penelitian, pengumpulan dan analisis data penelitian' dan hasil akhir penelitian.
Definisikan istilah-istilah kunci dan jika dibutuhkan sediakan subbab khusus untuk
definisi istilah ini dalam proposal Anda; atau jika tidak, masukkan definisi tersebut dalam
tinjauan pustaka. pada tahap akhir, pertimbangkan keseluruhan struktur Penyusunan tinjauan
pustaka Anda, Untuk penelitian kuantitatif, Anda dapat menyediakan bagian khusus untuk
tinjauan pustaka berdasarkan variabel-variabel utama, atas berdasarkan subtema-subtema
penting suatu fenomena untuk penelitian kualitatif'
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Buatlah peta literatur untukliteratur-literatur yang Anda peroleh. Masukkan
penelitian Anda ke dalarn peta tersebut dan gambarlah garis-garis Cari penelitian
Anda ke kategori-kategori pehelitian lain seiringga pembaca dapat mudah
melihatbagaimana penelitian Anda benar-benar memperluas pertelitian/literatur
yang sudah ada
2. Buatlah tiniauan pustaka untuk penelitian kuantitatif dan perhatikan langkah-
langkah yang sudah diielaskansebelumny agar variabel-variabel penelitian Anda
dapat terlihat dengan jelas.
3. Berlatihlah dengan menggunakan database online terkomputerisasi untuk mencari
literalur-literatur yang relevan dengan topik Anda' Lakukan pencarian berulang-
ulang hingga Anda menemukan satu literature yang sangat ierkait dengan topik
penelitian Anda' Kemudian, lakukan pencarian ulang dengan memanfaatkan
deskrip tor-deskriptor yang terdapat dalarn literatur tersebut. Ambillah l0 literatur
yang telah Anda pilih dan abstraksikan literatur tersebut untuk tinjauan pustaka
Anda.
4. Berdasarkan pencarian yang sudah Anda lakukan pada latihan (3), tulislah satu
abstraksi -rnasing-masing untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif- atas
literatur/penelitian lain yang sudah Anda dapatkan dari database terkomputerisasi.
Gunakan petunjuk-petunjuk yang sudah dijelaskan dalambab ini
untukmengetahui elemen-elemen aPa saja yang perlu dimasukkan dalam abstraksi
tersebut.
BACAAN TAMBAHAN
Locke, L.F., Spirduso, W.W, & Silverman, SJ. (2007). Proposals that Work A Guide for Planning
Dissertations and Grant Proposals (5'h Edition). Thousand Oaks. CA: Sage.
Merriam, S.B. (1998). Qualitatit:e Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.
Punch, K.F. (2005) .Introduclion to social Research: Quantitatiae and Qualitatioe Approaches
(2'd edition). London: Sage
Salah satu komponen penting dalam melakukan penelitian adalah menentukan teori
apakah yang akan digunakan untuk mengeksplorasi rumusan masalah. Dalam penelitian
kuantitatif,peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab rumusan masalahnya.
Dalam proposal disertasi kuantitatif, semua bagian di dalamnya bisa saja dirancang untuk
rnenyaji kategori yang akan diteli. Dalam penelitian kuatitatif, penggunaan teori lebih
bervaridsi lagi. Bahkan, peneliii kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil
penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitian misalnya dalam
penelitian grounded theory. Dalam penelitian kualitatif, teori bisa juga muncul di awal
penelitian sebagai .perspektif yang nantinya dapat membentuk.apa yang dilihat Can rumusan
masalah apa yang diajukan, seperti dalam penelitian etnografi atau advokasi. Dalam
penelitian metode campuran' peneliti bisa saja menguji atau justru membuat suatu teori'
Bahkan, penelitian dengan metode carnpuran bisa didasarkan pada satu perspektif teoretis,
seperti fokus pada isu-isu feminis, ras, atau kelas, yang nantinya dapat menuntun keseluruhan
tahap penelitian.
Saya mengawali bab inidengan berfokus pada penggunaan teori dalam penelitian
kuantitatit. Saya juga akan menyajikan definisi dari teori itu sendiri, penggunaan variabel-
variabel dalam penelitian kuantitatif, peletakan serta model penulisan teori dalam penelitian
kuantitatif. Selanjutnya, saya akan membahas prcsedur-prosedur dalam mengidentlfikasi
teori, lalu menjabarkan perspektif teoretis dalam proposal penelitian kuantitatif. Kemudian,
pembahasan akan beralih pada penggunaan teoridalam penelitian kualitatif. Para peneliti
kualitatif menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk menyebut teori, sepe rti pota-pola,
kacamata teoretis' atau generalisasi naturalistik, untuk mendeskripsikan sudut pandang
mereka dalam penelitian. Dalam bab ini juga disediakan contoh-contoh penulisan teori
kualitatif. Di bagian arnir,uau ini akan berarih pada penggunaan teori dalam penelitian
metode campuran, dan penerapan perspektif transformatif yang populer dalam pendekatan
ini.
73
TEORI DALAM PENELITIAN KUANTITANF
Variabet-Variabel dalam Penelitian Kuantitatif
Sebelum membahas teori kuantitatif, penelitin perlu memahami variabel-variabel dan
jenis-jenisnya vang akan digunakan dalam rnembangtrn teori. vaiabel meruiuk pada
karakteristik atau atribut seorang ir,ai riau atau suatu organisasi yang dapat diukur atau
diobservasi (Creswell, 2007 a).Variabel biasanya berv-ariasi dalam dua atau lebih kategori
atau dalam continuum skor.Variabel dapat diukur atau dinilai berdasarkan satu skala. Ahli
psikologi lebih suka.menggunakan istilah konstruk (ketimbang variabel), yang memiliki
konotasi gagasan yang.lebih abstrak ketimbang istilah yang didefinisikan justru spesifik.
Namun demikian, ilmuwan sosial biasanya menggunakan istilah aariabel,yang iuga akan
digur'akan dalam buku inisecara pemranen. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian
biasanya meliputi gender, umur, status sosial-ekonomi (SSE)' dan sikap-sikap atau, perilaku-
perilaku tertentu, seperti rasisrme control sosial, kekuatan politis, atau kepemimpinan' Ada
sejumlah buku yang menjelaskan secara rinci tentang jenis-jenis variabel dan skala
pengukurannya (seperti,Isaac & Michael 1981; Keppel, 1991; Kerlinger, 1979 ; Thotndike,
1997). Variabel-variabel dibedakan berdasarkan dua karakteristik: susunan temporal dan
pengukurannya (atau observasi).
Susunan temporal (temporal order) berarti bahwa, satu variabel mendahului variabel
lain dalam satu waktu. Karena susunan waktu inilah maka sering dikatakan bahwa satu
variabel dapat berpengaruh pada variabel iain meskipun Pernyataan yang lebih akurat adalah
satu variabel mungkin saja memengaruhi variabel lain. Ketika melakukanpenelitian dalam
setting dan terhadap manusia tertentu, peneliti tidak bisa secara mutlak membuktikan adanya
penyebab dan pengaruh (Rosenthal & Rosnow, L991), apalagi iknuwan social saat ini sering
mengatakan bahwa ada penyebab yang mungkin (probable causation). Temporal order
berarltbahlva peneliti kuantitatif belpikir tentang variabel-variabel dalam satu sustrnan
(order) "dari kiri ke kanan,, (Punch,2005), dan menyusun variabel-variabel tersebut dalarn
rumusan masalah dan fujuan penelitian, serta memvisualisasikan model-model variabel iiu ke
cialam penyajian kiri-kanan atau penyebab-dan-pengaruh. Untuk itulah:
Vaiabel-aniabel bebas (independcnt aariables) merupakan variabel-variabel yang
(mungkin) menyebabkan, mernengaruhi, atau berefek pada outcome .Yariabel-variabel
ini juga dikenal dengan istilah variabel-variabel treatmant, manipulated, atecedent, atau
predictor.
Variabel-aariabel.terikat (dependent variables merupakan variabel-variabel yang
bergantung pada variabel-variabel bebas. Variabel-variabel terikat ini merupakan
outcome atau hasil dari pengaruh variabel-variabel bebas. Istilah lain untuk variabel
terikat adalah variabel criterion, outcome, dan effect.
Variabel intervening ataumediatingberadadi antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel ini memediasi pengaruh-pengaruh vaariabel bebas terhadap variabel terikat.
Misalnya, jika siswa dapat melakukan fesf metode penelitian dengan baik (variabel
terikat), hal ini mungkin disebabkan (a) persiapan mereka dalam penelitian (variabel
bebas) dan/atau (b) usaha mereka dalam menyusun gagasan penelitian ke dalam
kerangka kerja (variabel intervening) yang juga turut memengaruhi performa mereka
dalam test tersebut. Seperti yang terlihat bahwa variabel mediating ini, yakni usaha
menyusun penelitian, berada di antara variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel moderating merupakan variabel baru yang dikonstruksi sendiri oleh peneliti
dengan cara rnengambil satu variabel dan mengalikannya dengan variabel lain untuk
mengetahui dampak keduanya (seperti, umur X sikap = kualitas hidup), Variabel-
variabel ini biasanya terdapat dalam penelitian eksperimen.
Dua jenis variabel lain adalah variabel control dan variabel confounding. Variabel
control memainkan peran penting dalam penelitian kuantitatif. variabel ini merupakan
variabel bebas jenis khusus karena variabel ini secara potmsial juga dapat memengaruhi
variabel terikat. peneliti menggunakan prosedur-prosedur statistik (seperti analisis
covariance) untuk mengontrol variabel-variabel ini. variabel tersebut bisa saja
merupakan variabel demografis atau persbnal (seperti umur atau gender) yang memang
perlu dikontrol sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variaber terikat benar-ben.r
dapat diidentifikasi. Jenis variabel lain, variabel confounding (atau spurious), sebenarnya
tidak diukur atau diobservasi dalam penelitian. Vuriabel ini meman ada, tetapi
pengaruhnya tidak dapat dilacak secara langsung. Peneliti mernberikan komentar tentang
pengaruh variabel confounding setelaah penelitiannya selesai karena variabel-variabel
ini dapat beroperasi untuk menjelaskan relasi antara variabel bebas dan variabel
terikat,tetapi variabel ini tidak atau tidak bisa dinilai (misalnya, sikap-sikap
diskriminatif).
Definisi Teori
Dengan berbekal pemahaman tentang variabel' kita dapat melanjutkan pembahasan
tentang Penggunaan teori kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif, ada beberapa preseden
historis untuk memandang teori sebagai prediksi atau penjelasan saintifik (lihat G.Thomas,
1997, mengenai cara-cara mengkonseptualisasikan teori dan bagaimana teori dapat
mempersempit ruang lingkup penelitian), Misalnya, definisi Kerlinger tentang teori masih
berlaku hingga saat ini, Dia berpendapat bahwa teori merupakan seperangkat konstruk
(variabel-variabel), definisi-definisi, dan proposisi-proposisi yang saling berhubungan yang
mencerminkan pandangan sistematik atas suatu fenomena dengan cara memerinci hubungan
antar variabel yang ditujukan untuk menjelaskan fenomena alamiah (hlm.64).
Berdasarkan definisi ini, teori merupakan seperangkat konstruk (atau variabel) yang
saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci
hubungan antar variabel (biasanya dalam konteks magnitude atau direction). Suatu teori
dalam penelitian bisa saja berfungsi sebagai argumentasi, pembahasan, atau alasan. Teori
biasanya membantu menjelaskan (atau memprediksi) fenomena yang muncul di dunia.
Labovitz dan Hagedorn (1971) menambah definisi teori ini dengan gagasan tentang
theoretical rationale, yang dimaknai sebagai "usaha mengetahui bagaimana dan mengapa
variabel-variabel dan pernyataan-Pernyataan relasional saling berhubungan satu sama lain"
(hlm. 17). Mengapa variabel bebas, X, berpengaruh atau berefek pada variabel terikat, Y?
Dalam hal ini, teori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi atas
keterhubungan ini. Pembahasan mengenai teori biasanya muncul di bagian tinjauan pustaka
atau di bagian khusus, seperti landasan teori, logika teoretis, atau perspektif teoretis,
meskipun saya lebih suka dengan istilah perspektif teoretis karena istilah ini lebih banyak
digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalarn proposal penelitian, utamanya
dalam makalah yang disajikan di seminar American Educational Research Association
Metafora pelangi (metaphor of a rainbow) mungkin dapat membantu kita
memvisualisasikan bagaimana Suatu teori beroperasi. Dalam hal ini, pelangi mrnjembotani
variabel bebas dan variabel terikat dalam penelitian. Pelangi ini mengikat secara bersarrra
variabel-variabel tersebut dan menyediakan penjelasan yang memadai tentang bagaimana
dan mengapri seseorang harus berharap pada variabel t'rebas untuk menjeiaskan atau
memprediksikan variabel terikat. Teori-teori berkembang ketika peneliti tengah rnenguji
suatu prediksi secara terus-menerus.
Berikut ini saya tunjukkan bagaimana suatu teori ini berkembang dalam penelitian.
Misalnya, peneliti mengombinasikan variabel-variabel bebas, mediating, dan terikat
berdasarkan ukurannya yang berbeda-beda dalam rumusan masalah penelitian. Rumusan
masalah ini memberikan informasi tentang jenis hubungan antarvariabel (apakah
positif,negatif,atau tidak diketahui) dan magnitudenya (apakah kuat atau lemah). Dengan
memasukkan informasi ini ke dalam pernyataan prediktif (hipotesis), peneliti bisa menulis,
semakin kuat sentralitas kekuasaan dalam diri pemimpin, semakin besar disanfranchisemant
dalam diri pengikutnya." Ketika peneliti menguji hipotesis hipotesis seperti ini dalam setting
yang berbeda-beda dan dengan populasi yang berbeda-beda pula (seperti Pramuka, gereja
Presbyterian, Rotary CIub, dan siswa-siswa SMA) maka teori pun akan rnuncul, dan ia bisa
memberinya nama (seperti, teori atribusi). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori
muncul dan berkembang sebagai penjelasan atas suahl pengetahuan dalam bidang-bidang
tertentu (Thomas, 1997).
Selain itu, teori iuga memiliki jangkauan yang berbeda-beda, Neuman (2000)
membagi teori dalam tiga level: level-mikro,level-meso, dan level-rnakro. Teori level-mikro
mernberikan penjelasan yang hanya terbatas pada waktu, ruang dan jurnlah tertentu" seperti
teori Goffman tentang gerak wajah (face work) yang menjelaskan bagaimana orang berinter
aksi face to face ketika berada dalam ritual-ritual keagaman. Teori level-meso
menghubungkan teori level-mikro dan teori level-makro. Teori ini pada umumnya meliputi
teori tentang organisasi, pergerakan sosial, atau komunitas, seperti teorinya Collin tentang
kontrol dalam organisasi. Teori level-makro menjelaskan agregat-agregat yarig lebih luas,
seperti institusi sosial, sistern berdaya, dan masyarakat luas. Teorinya Lenski tentang
stratifikasi sosial, misalnya, menjelaskan bagaimana surplus suatu masyarakat dapat
meningkat seiring dengan perkembangan masyarakat tersebut.
Teori-teori bisa saja muncul daiamberbagai disiplin ilmu sosial, seperti psikologi,
sosiologi, antropologi, pendidikan, dan ekonomi, serta dalam subbidang-subbidang lain.
Teori-teori ini tentu saja dapat diakses, misalnya, dengan mencarinya dalam database-
database literatur (seperti, Psychological Abstracts, Sociological Abstracts) atau mereview
petunjuk-petunjuk dalam literatur yang memb ahas teori-teori tersebut (misatnya, lihat
Webb, Beals, & White, L986).
Bentuk-Bentuk Teori
Dalam proposal peneli tian, peneliti menegaskan teorinya dalam beberapa bentuk,
seperti hipotesis, pernyataan logika "jika-maka", atau benfuk visual. Pertama,peneliti
menegaskan teori dalam bentuk hipotesis-hipotesis yang saling berhubungan. Contoh,
Hopkins (1964) menegaskan teorinya tentang ?roses-Prosespenganh dalam 15 hipotesis.
Sebagian hipotesis ini dapat dilihat sebagai berikut (hipotesis-hipotesis ini sudah dimodifikasi
dengan menghilangkan pronornina-pronomina yang me3ujuk pada gender tertentu):
Ketiga,peneliti dapat menyajikan teori dalam bentuk visual. Bentuk ini penting untuk
meneterjemahkan variabel-variabel ke dalam gambar visual. Blalock (1969, 1985, 1991)
rnenampilkan causal modeling dengan membentuk teori-teori verbal menjadi model-model
kausal sehingga pembaca dapat menvisualisasi hubungan antarvariabel. Ada dua contoh
sederhana yang dapat disajikan di sini. Seperti yang tampak pada Gambar 3.1, tiga variabel
bebas mempengaruhi satu variabel terikat, yang juga dimediasi oleh pengaruh dari dua
variabel intervening. Diagram semacam ini menunjukkan adanya rangkaian kausalitas antar
variabel yang menuntun modeling melewati suatu analisis dart analisis-analisis lain yang
lebih rumit dengan menggunakan sistem pengalian antarvariabel, seperti yang terdapat
dalam model ekuasi siruktural (lihat Kline ,1998). Pada level preliminer, Duncan (1985)
memberikan saran penting untuk membuat diagrarn-diagram kausal seperti ini:
Posisikan variabel-variabel bebas di bagian kanan diagram dan variabel-variabel terikat
di bagian kiri.
Gunakan anak panah satu-arah yang menuntun setiap variabel utama (variabei bebas)
menuju variabel-variabel lain (variabel terikat dan variabel futercating / control)yang
bergantung padanya.
Tunjukkan kekuatan hubungan antarvariabel dengan menyisipkan simbol-sirnbol
valensi dalam setiap anak panah.
Gunakan valensi positif atau negatif untuk mempostulasi atau menyimpulkan
hubungan- hubungan antarvariabel.
Gunakan anak panah two-headed yang terhubung satu sama lain untuk menunjukkan
hubungan yang tidak dianalisis diantara variabel-variabel yang tidak terkait dengan
hubungan-hubungan lain.
X1
+
Y1
+
X2 +
+ + Z1
Y2 Variabel-variabel
- V ariabel-variabel Bebas
X3 Intevening
Variabel-variabel
Terikat
Gambar 3.1 Tiga Variabel Bebas Memengaruhi Satu Variabel Terikat Yang Dimensiasi Oleh
Dua Variabel Intervening.
Diagram klausal yang lebih rumit dapat dibuat dengan notasi-notasi tambahan. Contoh
diatas merupakan contoh dasar yang mengunakan variabel-variabel yang terbatas, seperti
yang sering terdapat dalam penelitian metode survei.
Variasi atas model diatas bisa dilakukan dengan menambahkan kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen segala variabel-variabel yang dikomparasikan berdasarkan
pengaruhnya terhadap hasil akhir (variabel terikat). Seperti yang tanpak pada gambar 3.2, dua
kelompok dalam variabel X dikomparasikan berdasarkan pengaruh terhadap Y, variabel
terikat. Rancangan seperti ini sering diterapkan untuk penelitian eksperimen antar kelompok
(lihat Bab 8). Mengenai aturan-aturan notasi, sama seperti yang dijelaskan pada contoh
sebelumnya.
Saya mwenunjukkan dua contoh ini hanya untuk memperkenalkan kemungkinan-
kemungkinan menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat agar teori yang dapat
terpakai dapat terbangun secara utuh. Ada juga model-model yang lebih rumit, biasanya
dengan mengunakan sistem pengalian antara variabel bebas dan variabel terikat dalam bentuk
model kausal yang sangat rinci (blalock, 1969, 1985).
Variabel X
Kelompok Eksperimen
Y1
Variabel Y
Kelompok Kontrol
Eksogen
(+/-)
Variabel-variabel Performa akademik:
Demografis Beban kerja non riset Presentasi (non riset)
(+) Presentasi (riset)
Artikel-artikel Jurnal (Tidak diminta)
Standart-standart Artikel-artikel Jurnal (diminta/risert)
Ikatan Dinas (Lenure Institusi) Kontributor tulisan dibuku-buku
(-) Tekanan untuk
Buku-buku
melakukan penelitian
(-) (+) Hibah pemerintah (disetujui)
Hibah pemerintah (didanai)
Jarak waktu (+) Hibah swasta
(+)
Pengangkatan jabatan (+) (+) kontrak
(-) Kolaborasi
(+)
Sumber daya
Pusat study
(-) Universitas
(+)
(+/-)
81
Teori menjadi kerangka kerja untuk keseluruhan penelitian yang nantinya berfungsi
mengorganisasi rumusan masalah dan hipotesis penelitian serta prosedur pengumpulan data.
Model berfikir deduktif yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif tanpak pada gambar 3.4
peneliti memverifikasi suatu teori dengan menguji rumusan masalah atau hipotesis-hiotesis
82
yang berasal dari teori ini. Hipotesis atau rumusan tersebut berisi variabel-variabel
(Konstruk-konstruk) yang perlu didefinisikan oleh peneliti atau perlu disesuaikan dengan
definisi-definisi yang terdapat dalam literatur. Dari sinilah, peneliti mengunakan suatu
instrumen penelitian untuk mengukur sikap-sikap atau perilaku-perilaku para partisipan.
Kemudian, peneliti mengumpulkan skor-skor yang diperoleh dari instrumen ini
mengonfirmasi atau mengonfirmasi teori tersebut.Para hakikatnya, pendekatan deduktif yang
diterapkan dalam penelitian kuantitatif juga turut mempengaruhi peletakan teori di dalamnya
(lihat Tabel 3.1). Petunjuk umumnya adalah memperkenalkan teori diawal proposal
penelitian: dalam pendahuluan, dalam tinjauan pustaka, setelah hipotesis atau rumusan
masalah (sebagai resionalisasi atas hubungan antar variabel), atau dalam bab/ subbab khusus.
Masing-masing penempatan ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Tips penelitian: Anda sebaiknya menulis teori pada bagian terpisah dalam proposal
penelitian sehingga pembaca dxapat mudah mengidentifikasi teori tersebut dari komponen-
komponen lain. Dengan meletakkan teori di bagian khusus, anda dapat memberikan
penjelasan yang memadai tentang teori tesebut, fungsinya, dan hubunganya dengan
penelitian.
Menulis Perspektif Teoretis kuantitatif
Berdasarkan opsi-opsi yang sudah disajikan sebelumnya, berikut ini saya akan
menunjukkan satu contoh penulisan persepektif
Yang digunakan oleh para penelitianya? Batasilah jumlah teori dan cobalah
mengidentifikasi suatu teori yang dapat menjelaskan hipotesis inti atau rumusan
masalah utama.
3. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, buatlah rumusan masalah dengan metafor
pelangi agar dapat menjembatani variabel-variabel bebas dan variabel-variabel
terikat, seperti: mengapa variabel(-variabel) bebas mempengaruhi variabel (-variabel)
terikat?
4. Jelaskan teori anda dalam bagian khusus. Ikuti kalimat-kalimat berikut: Teori yang
akan digunakan adalah.......... (nama teori). Teori ini dikembangkan oleh.........(sumber
atau pengembang teori) dan sudah banyak diterapkan dalam penelitian mengenai.......
(topik-topik penelitian yang menerapkan teori ini sebagai landasanya). Teori ini
menegaskan bahwa...... (proposisi-proposisi atau hipotesis-hipotesis dalam teori
tersebut). Diaplikasikan pada penelitian ini, teori tersebut diharapkan dapat
menjelaskan pengaruh variabel(-variabel) bebas...........( variabel-variabel bebas)
terhadap variabel(-variabel) terikat (variabel-variabel terikat) karena....... (penjelasan
yang didasarkan pada logika dari teori tersebut).
Saya telah memberikan catatan-catatan tambahan dalam format italic untuk menandai
poin-point diatas.
Perspektif Teoritis
Untuk merumuskan perspektif teoritis dalam meneliti produktifitas akademi para guru,
teori belajar sosial (sosial learning theori) menyediakan proto tipe penting. Konsep tentang
perilaku berusaha mendekati perilaku manusia berdasarkan hubungan
(timbal-balik) berkelanjutan antara faktor-faktor kognitif, perilaku, dan lingkungan
(Bandura, 1977:vi) (Disini, peneliti tengah mengidentifikasi teori tertentu).
Meskipun teori ini menyarankan agar diterapkan reirfoncemen seperti membentuk
prinsip-prinsip, teori belajar sosial tetap melihat peran reward sebagai sarana untuk
mengidentifikasi respon-respons terbaik dan sebagai motivasi intensif terhadap perilaku yang
diharapkan. Selain itu, prinsip-prinsip belajar dalam teori ini menekankan peran penting
proses-proses lain, seperti proses vicari ous, simbolic, dan self regulating (Bandura, 1997).
Teori belajar sosial tidak hanya membahas belajar dan pembelajaran, tetapi juga
berusaha mendeskripsikan bagaimana kompetensi sosial dan dan kompetensi personal
(sehingga disebut personalitas) dapat mengembangkan kondisi sosial yang kondusif untuk
proses belajar. Teori ini juga untuk menjabarkan teknik-teknik penilaian personalitas
(Mischel, 1968), dan modifikasi perilaku dalam setting klinis dan edukatif (Bandura, 1977;
Bowel dan Hilgart, 1981; Rotter 1954) (Disini, peneliti tengah mendeskripsikan teori belajar
sosial)
Sejauh ini prinsip-prinsip teori belajar sosial telah banyak diterapkan pada perilaku-perilaku
sosial seperti kompetifitas, agresifitas peran seks, tantanga, dan perilaku patologis (Bahdura
& Walters, 1963; Bandura 1977; Mishel, 1968; Miller & Dollard, 1941, Rotter 1954; Staats,
1975) (Disini peneliti tengah mendeskripsikan penerapan teori ).
Dengan menjelaska teori belajar sosial, rotter (1954) menunjukkan bahwa ada empat
tingkatan variabel yang harus dipertimbangkan: perilaku, ekspektasi, reinforcement, dan
situasi psikologis. Formula umum tentang perilaku dapat dinyatakan sebagai berikut: Potensi
munculnya perilaku dan situasi psikologistertentu merupakan pengaruh ekspektasi bahwa
perilaku tersebut nantinya akan menuntun para reiformence dan manfaat-manfaatnya dalam
dalam situasi psikologis tersebut (Rotter, 1975:57).
Ekspektasi dalam formula ini merujuk pada kepastian (atau kemungkinan) tertentu
bahwa hubungan kausatif umumnya muncul antara perilaku dan rewad konstruk dari
eksprestasi ini dapat didefinisikan sebagai lokus kontrol ekternal ketika seorang individu
percaya bahwa dalam dirinya mempengaruhi oleh hal-hal seperti keberuntungan, nasib atau
kekuatan-kekuatan lain. Kesadaran akan hubungan kausatif ini tentu saja bukanlah sikap yang
mutlak dan selalu muncul dalam setiap individu, melainkan yang berupa sikap yang berbeda-
beda dalam satu kontinum bergantung pada pengalaman-pengalaman individu tersebut dan
sebelumnya dan kompleksitas-kompleksitas situasional (Rotter: 1996).(Disini peneliti
menjelaskan variabel-variabel dalam teori) Karena penelitian ini menerapkan teori belajar
sosial maka empat tingkatan variabel yang diidentifikasi oleh Rotter (1954) diatas menjadi
bahan utama untuk memerinci poin-poin produktifitas akademik seperti berikut:
1. Produktifitas akademik merupakan perilaku atau aktifitas yang diharapkan.
2. Lokus kontrol merupakan ekspektansi umum bahwa reward dapat atau tidak dapat
bergantung pada perilaku-perilaku tertentu.
3. Reinforcement merupakan reward dan penghargaan atas kerja akademik
4. Institusi pendidikan merupakan situasi psikologis yang di dalam nya terdapat berbagai
reward atas produktivitas akademik
Rossman dan Rallis (1998) mengartikan teori dalam penelitian kualitatif sebagai
perspektif pos modern dan kritis:
Menjelang abad XX, ilmu-ilmu sosial tradisional mulai dikritik dan dipertanyakan
oleh perspektif-perspektif pos modern dan kritis yang menantang asumsi-asumsi
objektif dan norma-norma tradisional dalam penelitian. Ada empat hal yang menjadi
fokus utama dalam kritik ini: a). Penelitian pada dasarnya melibatkan isu-isu
kekuasaan, b). Laporan penelitian tidak transparan dan netral, tetapi dikuasai oleh
individu-individu yang secara teoritis berorentasi pada ras, gender, merupakan aspek-
aspek penting dalam memahami pengalaman manusia dan d). Penelitian historis
tradisional telah membungkam kelompok-kelompok yang tertindas dan marginal
(hlm. 66).
Ketiga dalam penelitian kualitatif, teori sering kali digunakan sebagai poin akhir
penelitian. Dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti
menerapkan proses penelitianya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke
tema-tema umum, kemudian menuju teori atau model tertentu (lihat punch, 2005). Logika
pendekatan induktif ini dapat dilihat pada gambar 35.
Peneliti mengemukakan generalisasi- generalisasi atau teori-teori d
Keempat, beberapa penelitian kualitatif tidak mengunakan teori yang terlalu eksplisit.
Kasus ini bisa saja terjadi disebabkan dua hal: (1) karena tidak ada satupun penelitian
kualitatif dilakukan dengan observasi yang benar-benar murni dan (2) karena
struktur konseptual sebelumnya yang disusun dari teori dan metode tertentu telah
memberikan starting point bagi keseluruhan observasi (Schwandt, 1993). Bahkan, tidak
sedikit orang memandang penelitian kualitatif sebagai penelitian yang tidak memiliki
orientasi teori yang eksplisit, seperti dalam penelitian fenomenologi, yang didalamnya
peneliti berusaha untuk membangun esensi pengalaman dari para partisipasi (lihat, misalnya,
Riemen, 1986). Dalam penelitian-penelitian semacam ini, peneliti hanya membuat sesuatu
deskripsi yang kaya dan rinci tentang fenomena tertentu.
Tips penelitian saya tentang pengunaan teori dalam penelitian kualitatif ini antara lain sebagai
berikut:
Pastikan apakah teori tersebut dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif atau tidak.
Jika bisa diterapkan, identifikasilah bagaimana teori tersebut akan dijabarkan dan
digunakan dalam penelitian anda; apakah sebagai penjelasan up-front, sebagai end
point penelitian, atau sebagai perspektif advokasi.
Tempatkan teori tersebut dalam naskah penelitian anda dibagian yang tepat, sesuai
dengan tujuan yang digunakanya teori tersebut.
91
Menempatkan Teori Dalam Penelitian Kualitatif
Bagaimana teori itu digunakan, akan turut memengaruhi penempatanya dalam sebuah
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif yang mengunakan tema kultural atau
perspektif teoretis, teori muncul diawal dan dapat dimodifikasi atau disesuaikan dengan
sedemikian rupa berdasarkan pandangan dari para partisipan. Akan tetapi, untuk sebagian
besar rancangan kualitatif yang berorientasi teori, seperti etnografi kritis, Lather (1986)
mengulifikasi pengunaan teori sebagai berikut:
Melakukan penelitian grounded theory secara empiris membutuhkan relasi timbal balik
antara data dan teori. Data harus diolah secara dialektik agar dapat menghasilkan proposisi-
proposisi baru yang memungkinkan munculnya kerangka teoritis, dengan tetap menjaga
kerangka tersebut secara ketat agar tidak tercampur-baur dengan data penelitian (hlm. 276)
Seperti yang tampak pada contoh diatas, kami telah mengembangkan suatu model
visual yang menghubungkan variabel-variabel, merancang model ini secara induktif dari
komentar- komentar informan dan meletakkan model tersebut di akhir penelitian, yang di
dalamnya proposisi utama dapat dibedakan dengan teori-teori dan literatur-literatur yang
sudah ada.
Murguia, Padilla, dan Pavel (1991) meneliti 24 siswa yang berasal dari Spayol dan
Amerika Asli yang tergabung dalam suatu sistem sosial (dalam hal ini, universitas). M
Untuk itulah, dalam penelitian mereka, model tersebut tidak diuji (seperti yang sering
visual yang mengilustrasikan hubungan antarkonsep.
TEORI DALAM PENELITIAN METODE CAMPURAN
Teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara deduktif (seperti dengan
pengujian atau verifikasi teori kuantitatif) atau secara induktif (seperti dengan pemunculan
teori atau pola kualitatif). Teori ilmu sosial atau ilmu kesehatan bisa saja digunakan sebagai
kerangka teoretis untuk diuji, baik dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Cara lain
untuk menerapkan teori dalam penelitian metode campuran adalah dengan menjadikan teori
sebagai perspektif teoretis untuk menuntun penelitian. Dalam hal ini, penelitian metode
campuran yang didasarkan pada teori gender, ras atau etnisitas, ketidakmampuan, orientasi
seksual, atau isu-isu lain maka penelitian tersebut sebaiknya menerapkan teori-teori ini di
bagian penelitian (Mertens, 2003).
RINGKASAN
Teori diterapkan dalam penelitian kuantitatif, kualitatif, dan metode campuran untuk tujuan
yang berbeda-beda. Para peneliti kuantitatif menggunakan teori untuk memberikan
penjelasan atau prediksi tentang relasi antarvariabel dalam penelitian. Peneliti kuantitatif
tentu membutuhkan landasan teoretis tentang variabel-variabel ini untuk membantunya
merancang rumusan masalah dan hipotesis penelitian. Teori inilah yang menjelaskan
bagaimana dan mengapa variabel-variabel itu berhubungan satu sama lain, berfungsi sebagai
jembatan antarvariabel. Ruang lingkup teori bisa saja luas ataupun sempit, dan peneliti
menyatakan teori mereka dalam beberapa bentuk, seperti dalam bentuk hipotesis, pernyataan
logika "jika-maka," atau dalam bentuk visual. Jika teori-teori tersebut digunakan secara
deduktif, peneliti menempatkannya di awal penelitian dalam tinjauan pustaka. Mereka juga
dapat memasukkan teori-teori itu dalam rumusan masalah atau hipotesis penelitian, atau
menempatkannya dalam bagian terpisah. Tentu saja, jika diletakkan di bagian terpisah,
peneliti perlu membuat tulisan agak panjang mengenai teori tersebut.
Hopson, Lucas, dan Peterson (2000) meneliti isu-isu yang sering kali muncul
dalam masyarakat urban, yang didominast oleh penduduk Afrika Amerika yang terjan
kuantitatif. Mereka lalu menyatakan bahwa dalam metakukan penilaian (evaluasi), se
mereka inginkan
Latihan Menulis
1. Berdasarkan contoh yang sudah disajikan dalam bab ini, buatlah tulisan
mengenai perspektif teoretis untuk rencana penelitian kuantitatif Anda!
2. Setelah itu, buat juga model visual teori tersebut yang mengilustrasikan
hubungan antarvariabel dalam penelitian Anda! Ikutilah prosedur-prosedur
rancangan model kausatif yang sudah dijelaskan dalam bab ini!
3. Carilah artikel-artikel jurnal yang: (a) memodifikasi suatu teori yang muncul
sebelumnya; (b) berusaha mengembangkan suatu teori di akhir penelitian; dan
(c) menyajikan penjelasan deskriptif tanpa menggunakan teori yang eksplisit.
4. Carilah penelitian metode campuran yang menggunakan satu perspektif
teoretis, seperti perspektif feminis, etnis/ras, atau kelas. Identifikasilah secara
cermat bagaimana perspektif tersebut membentuk langkah-langkah dalam
proses penelitian itu! Gunakan Kotak 3.1 sebagai panduan identifikasi.
BACAAN TAMBAHAN
Flinders, D.J., & Mills, G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from The Field. New York: Teachers College Press, Teachers College,
Columbia University.
David Flinder dan Geoffrey Mills mengeditori sebuah buku yang membahas tentang
perspektif-perspektif yang berasal dari lapangan "teori lapangan" seperti yang sudah
sering dideskripsikan oleh para peneliti kualitatif. Bab-bab dalam buku ini mengilustrasikan
beberapa konsensus tentang bagaimana meryjelaskan suatu teori, dan teori seperti apa yang
dianggap buruk dan baik. Lebih jauh, buku ini juga menunjukkan bahwa teori bisa saja
beroperasi pada banyak level dalam penelitian kualitatif, seperti teori-teori formal, teori-teori
epistemologis, teori-teori metodologis, dan meta-teori. Berdasarkan keragaman inilah,
diperlukan usaha untuk mencari teori lapangan yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif.
Buku ini juga mengilustrasikan praktik dari kritisisme kritis, personal, formal, dan
edukasional.
Mertens, D.M. (2003). "Mixed Methods and The Politics of Human Research: The
Transformative-Emancipatory Perspective." dalam A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.).
Handbook of Mixed Methods in Social and Behavioral Research. Thousand Oaks,
CA: Sage. (him. 135-164).
Donna Mertens mengakui bahwa secara historis, metode penelitian pada awalnya
tidak terlibat dalam. isu-isu politik-kemanusiaan dan keadilan sosial. la juga menawarkan
paradigma transformatif-emansipatoris sebagai kerangka teoretis bagi penelitian metode
campuran karena paradigma ini digagas oleh para sarjana yang berasal dari kelompok
ras/etnis yang beragam, dari orane-orang yang memiliki ketidakmampuan-ketidakmampuan
khusus dan dari kaum feminis. Aspek yang berbeda dari tulisan Mertens ini terletak pada
bagaimana ia berusaha merangkaikan paradigma pemikiran transformatif-emansipatorisnya
dengan langkah-langkah dalam proses pelaksanaan penelitian metode campuran.
Thomas, G. (1997). "What's The Use of Theory?" dalam Harvard Educational Review. 67
(1). (him. 75-104).
100
BAB EMPAT
Strategi-Strategi Menulis Dan
Pertimbangan-Pertimbangan Etis
S
ebelum menulis proposal, peneliti perlu memiliki gagasan umum tentang struktur
penelitian yang akan sajikan, utamanya tentang 'format bagian-bagian dan outline
topik-topik di dalamnya. Struktur proposal ini akan berbeda tergantung pada apakah
proyek yang ditulis adalah kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Hal lain yang perlu
dipertimbangkan adalah kesadaran akan tulisan yang baik dan benar, yang akan turut
memastikan konsistenst dan keterbacaan proposal tersebut. Sepanjang penggarapan proposal,
peneliti juga perlu mematuhi aturan-aturan etis dan mengantisipasi masalah-masalah etis
yang sering kali muncul. Bab ini akan menjelaskan garis-garis besar susunan proposal
penelitian secara keseluruhan, praktik-praktik penulisan proposal agar mudah dibaca, dan
masalah-masalah etis yang harus dipertimbangkan saat proposal tersebut ditulis.
MENULIS PROPOSAL
Bagian-Bagian dalam Proposal
Salah satu syarat utama yang harus dipenuhi sebelum menulis proposal adalah
mempertimbangkan topik-topik apa saja yang akan dimasukkan dalam proposal tersebut.
Semua topik harus saling berhubungan dan memberikan gambaran kohesif mengenai proyek
penelitian secara keseluruhan. Untuk itulah, diperlukan sejenis outline atau draft meskipun
topik-topik ini akan bervariasi bergantung pada jenis proposal yang diajukan, apakah
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Dalam bab ini, saya menyajikan outline topik-
topik proposal, sejenis draf tentang bagian-bagian yang perlu dimasukkan dalam proposal
penelitian. Dalam bab-bab selanjutnva, saya akan menjelaskan bagian-bagian ini secara lebih
detail.
Yang jelas, secara keseluruhan, suatu proposal penelitian di-bentuk oleh beberapa
argumentasi utama. Maxwell (2005) menyebut sembilan argumentasi inti yang harus
diperhatikan peneliti untuk menulis proposal penelitian. Berikut ini saya sajikan sembilan
argumentasi tersebut dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
1. Apa yang dibutuhkan pembaca untuk memahami topik Anda dengan lebih mudah?
2. Apa yang sudah sedikit-banyak diketahui pembaca mengenui topik Anda?
3. Apa yang Anda harapkan dari penelitian Anda?
4. Rancangan seperti apa dan siapa saja orang-orang yang ingin Anda teliti?
5. Metode-metode apa yang ingin Anda gunakan untukmenyajikan data?
6. Bagaimana Anda akan menganalisis data?
7. Bagaimana Anda akan menvalidasi penemuan-penemuan Anda?
8. Masalah-masalah etis apa saja yang akan Anda sajikan?
9. Apakah hasil-hasil sementara sudah menunjukkan bahwa penelitian yang Anda
ajukan ini bermanfaat dan bisa diterapkan?
Sembilan pertanyaan ini, jika masing-masing disajikan secara tepat dalam satu bagian
proposal, akan membentuk fondasi penelitian yang baik dan sangat membantu proses
penyusunan proposal secara keseluruhan. Yang menarik dari sembilan pertanyaan di atas
adalah disertakannya verifikasi penemuan, pertimbangan-pertimbangan etis, hasil-hasil
sementara, dan bukti manfaat atau tidaknya sebuah proposal. Komponen-komponen ini dapat
memfokuskan perhatian pembaca pada elemen-elemen kunci yang sering kali diabaikan
dalam proposal penelitian.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (mencakup literatuMiteratur yang ber-hubungan dengan rnasalah tersebut
Prosedur-Prosedur
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif. Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti.
Prosedur-prosedur pengumpulan data, Strategi-strategi menvalidasi hasil penelitian. Susunan narat
Masalah-masalah etis yang mungkin muncul, Hasil-hasil sementara (jika ada). Outcomes yang diha
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan anggaran yang
Pada contoh di atas, peneliti hanya menyertakan dua bagian utama, yaitu pendahuluan
dan prosedur-prosedur. Tinjauan pustaka bisa saja dimasukkan, tetapi hanya bersifat optional
saja; lagi pula, sebagaimana yang sudah dijelaskan pada Bab 3, tinjauan pustaka bisa
dimasukkan di akhir penelitian atau di bagian outcomes yang diharapkan. Selain itu, saya
juga sudah menambah bagian-bagian yang mungkin pada awalnya tampak tidak lazim.
Misalnya, denganmembuat catatan waktu dan menyajikan anggaran yang diajukan peneliti
setidak-tidaknya sudah memberikan informasi yang berguna bagi pihak perguran tinggi
meskipun bagian-bagian ini biasanya tidak dijumpai dalam outline proposal.
Format proposal di atas tadi sama dengan format sebelumnya (konstruktivis/interpretivis)
kecuali dalam hal bahwa dalam format proposal ini, peneliti mengidentifikasi isu-isu
advokasi/partisipatoris tertentu yaing akan dieksplorasi dalam penelitian (seperti
marginalisasi dan pemberdayaan), berkolaborasi dengan para partisipan dalam pengumpulan
data, dan menyatakan perubahan-perubahan yang dapat ditawarkan oleh penelitian ini.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi isu-isu advokasi/partisipatoris yang akan
dieksplorasi, literatur-literatur yang berhubungan dengan isu tersebut, dan pentingnya
penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Rumusan masalah.
Prosedur-Prosedur- ,
Asumsi-asumsi filosofis tentang penelitian kualitatif.
Strategi penelitian kualitatif.
Peran peneliti,
Prosedur-prosedur pengumpulan data (meliputi pendekatan-pendekatan pengumpulan
data secara kolaboratif bersama para partisipan).
Prosedur-proseedur pencatatan/perekaman data. Prosedur-prose*dur analisis data.
Strategi-stratecgi menvaiidasi hasif penelitian.
Susunan naratif.
Masalah-masalsh etis yang mungkin muncul.
Pentingnya penelitian.
Hasil-hasil semwentara (jika ada).
Perubahan-perubahan advokasi/partisipatoris yang diharapkan.
Lampiran: pertanyaan-pertanyaan wawancara, bukti observasi, catatan waktu, dan
anggaran yang diajukan.
Format Proposal Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, formatnya disesuaikan dengan bagian-bagian yang
biasanya terdapat dalam artikel-artikel jurnal kuantitatif. Format tersebut pada umumnya
terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil, dan pembahasan. Dalam
merencanakan penelitian kuantitatif atau proposal disertasi, pertimbangkanlah format berikut
ini sebagai panduan menulis (lihat Contoh 4.3).
Contoh 4.3 merupakan format standar untuk penelitian ilmu sosial meskipun susunan
bagian-bagiannya, khususnya dalam pendahuluan, bisa jadi bermacam-macam antarmasing-
masing penelitian (lihat, misalnya, Miller, 1991; Rudestam & Newton, 2007). Contoh ini juga
sangat berguna bagi para peneliti yang ingin merancang bagian-bagian penelitian untuk
disertasi atau membuat kerangka topik-topik untuk penelitian-penelitian akademik yang lain.
Pendahuluan
Latar belakang masalah (meliputi pembahasan mengenai masalah yang diangkat dan
pentingnya penelitian). Tujuan penelitian dan batasan masalah. Perspektif teoretis.
Rumusan masalah atau hipotesis.
Tinjauan Pustaka
Metode Penelitian
3enis rancangan penelitian.
Populasi, sampel, dan partisipan.
Instrumen-instrumen pengumpulan data, vartabel-variabel, dan
materi-rnateri.
Prosedur-prosedur analisis data.
Pendahuluan
Latar belakang masalah.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang juga mernbahas masalah tersebut.
Kekurangan-kekurangan dalam penelitian-penelitian sebelumnya dan satu kekurangan
yang membuat Anda merasa perlu mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara
bersamaan untuk menutupi kekurangan ini.
Para pembaca yang dapat mengambil manfaat dari penetitian ini.
Tujuan Penelitian
Tujuan atau manfaat peneiitian dan rasionalisasi digunakannya metode campuran.
Rumusan masalah dan hipotesis (rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif, rumusan
masalah kualitatif, rumusan masalah metode campuran).
Landasan-landasan filosofis tentang peneiitian metode campuran.
Tinjauan pustaka (tinjauan kuantitatif, tinjauan kualitatif, dan tinjauan metode campuran}.
Metode Campuran
Definisi peneiitian metode campuran.
Jenis rancangan yang digunakan dan definisinya.
Tantangan-tantangan menggunakan rancangan ini dan bagaimana menghadapi tantangan-
tantangan tersebut.
Contoh-contoh penerapan rancangan tersebut.
Referensi dan penyertaan diagram visual.
Pengumpulan dan analisis data kuantitatif.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Prosedur-prosedur analisis data metode campuran.
Pendekatan-pendekatan dalam menvalidasi data kuantitatif dan kualitatif.
Menulis Gagasan
Setiap tahun, saya selalu mengumpulkan berbagai buku tentang teknik menulis yang
baik. Saya biasanya membeli satu buku baru tentang teknik-teknik menulis setiap kali saya
mengerjakan proposal penelitian. Ketika buku Research Design ini saya tulis untuk edisi
yang ketiga, saya waktu itu sedang membaca Reading Like a Writer-nya Francine Prose
(Prose, 2006). Setiap kali saya membaca buku-buku seperti ini, saya terus teringat dengan
prinsip-prinsip menulis yang baik yang harus saya terapkan pada penelitian saya. Hingga saat
ini, penelitian-penelitian saya sudah menjangkau berbagai spektrum yang luas, mulai dari
buku-buku profesional hingga buku-buku akademik. Semua ini tentu saja didukung, salah
satunya, oleh hasil pembacaan saya pada buku-buku panduan menulis tersebut. Untuk itu,
pada bagian ini, saya akan memberikan pada Anda gagasan-gagasan kunci yang saya
dapatkan dari buku-buku favorit yang pernah saya baca.
Kebiasaan Menulis
Cobalah untuk berdisiplin dan membiasakan diri menulis proposal secara reguler dan
terus-menerus. Merancang draf yang benar-benar utuh dalam satu waktu memang dapat
memberikan Anda perspektif awal ketika mereview hasil tulisan sebelum dilakukan
pengeditan yang sebenarnya, namun proses menulis yang tidak konsisten ini (sebentar-
sebentar berhenti, sebentar-sebentar memulai lagi) sering kali menghambat rampungnya
penulisan. Bahkan, cara seperti ini dapat mengubah seorang penulis yang awalnya memiliki
bakat menulis yang baik, menjadi seorang penulis mingguan, yaitu penulis yang hanya
memiliki waktu untuk mengerjakan penelitian-nya pada akhir-akhir pekan setelah semua
pekerjaan "penting" hariannya terselesaikan. Menulis proposal secara kontinu yang saya
maksudkan adalah menulis beberapa paragraf setiap hari atau se-tidak-tidaknya libatkan
pikiran kita setiap hari dalam proses berpikir, mengumpulkan informasi, dan mereview
beberapa hal yang sudah ditulis dalam proposal penelitian.
Pilihlah waktu-waktu khusus dalam satu hari untuk menggarap proyek penelitian Anda, lalu
cobalah untuk berdisiplin dalam menulis pada momen-momen itu setiap harinya. Pilihlah
tempat yang bebas dari gangguan. Boice (1990:77-78) menawarkan ide tentang bagaimana
Anda membangun kebiasaan menulis yang baik:
Dengan prioritas yang sudah Anda miliki, tulislah aktivitas keseharian Anda, baik ketika
siap maupun belum siap untuk menulis.
Jika Anda merasa tidak memiliki waktu untuk menulis secara reguler, cobalah memetakan
aktivitas keseharian Anda dalam momen-momen setengah-jam-an selama satu sampai
dua minggu. Ini akan membantu Anda menemukan waktu yang tepat buat menulis.
Menulislah ketika Anda sedang fresh.
Jangan menulis ketika Anda kekenyangan.
Menulislah secara reguler meski hanya sebentar.
Buatlah jadwal aktivitas menulis sehingga Anda dapat merencana-kan kapan harus
mengerjakan unit-unit tulisan tertentu dalam setiap sesi.
Cobalah menaati kartu harian Anda. Tulislah setidak-tidaknya tiga hal: (a) waktu yang
digunakan untuk menulis, (b) jumlah halaman yang dapat diselesaikan, dan (c) perkiraan
kapan tugas dapat selesai secara keseluruhan.
Rencanakan tujuan-tujuan harian Anda. ; .ni
Diskusikan tulisan Anda dengan teman-teman yang suportif dan konstruktif sehingga
Anda merasa siap untuk go public.
Cobalah menulis dua atau tiga proyek penulisan secara serempak sehingga Anda tidak
overload dengan satu proyek saja.
Yang juga penting diketahui, proses menulis itu berlangsung secara perlahan-lahan
danbahwa penulis harus merasa mudah ketika menulis. Layaknya pembalap yang selalu
menggeliat sebelum balapan dimulai, penulis juga harus menghangatkan pikiran dan jari-jari
terlebih dahulu sebelum benar-benar menulis. Aktivitas menulis yang tidak tergesa-gesa,
seperti menulis sebuah surat kepada seorang teman, brainstorming di depan komputer,
membaca tulisan-tulisan di komputer, atau merenungkan sebuah syair, dapat membuat tugas
menulis lebih mudah. Saya teringat konsep "masa-pemanasan"-nya John Steinbeck (1969:42)
yang dideskripsikan secara detail dalam Journal of a Novel: The East of Eden Letters.
Steinbeck selalu memulai aktivitas menulisnya setiap hari dengan membuat satu surat kepada
editor sekaligus teman dekatnya, Pascal Covici, di sebuah notebook.
Ada banyak pemanasan lain yang bisa dilakukan. Carrol (1990) memberikan contoh
latihan untuk memperbaiki kontrol seorang penulis yang ingin membuat tulisan yang
deskriptif dan emotif:
Deskripsikan suatu objek, lengkap dengan bagian-bagian dan dimensi-dimensinya, tanpa
terlebih dahulu menceritakan nama objek tersebut kepada pembaca.
Tulislah sebuah percakapan dramatis di antara dua orang yang sekiranya dapat membuat
pembaca penasaran.
Tulislah serangkaian petunjuk sederhana untuk tulisan-tulisan yang diperkirakan sangat
rumit untuk dimengerti.
Carilah satu tema pokok, lalu tulislah dengan tiga cara yang ber-beda-beda (him. 113-
116).
Latihan yang terakhir ini tampaknya cocok bagi para peneliti kualitatif yang menganalisis
data mereka dengan kode-kode dan tema-tema yang beragam (lihat Bab 9 mengenai
analisis data kuali-tatif).
110
Selain itu, pertimbangkan pula instrumen-instrumen penulisan dan tempat fisik yang
membantu proses penulisan Anda berjalan baik dan disiplin. Instrumen-instrumen tersebut
seperti komputer, keypad yang nyaman dipakai, pena kesayangan, pensil, bahkan kopi dan
snack (Wolcott, 2001) memberikan banyak opsi kepada Anda untuk dapat comfortable
ketika menulis. Setting fisik juga turut membantu. Annie Dillard, seorang novelis pemenang
penghargaan Pulitzer, justru menghindari tempat-tempat yang menarik perhatian:
Seseorang ingin ruangannya tanpa pemandangan, sehingga imajinasi dapat muncul
dari kegelapan. Ketika saya menggarap pekerjaan ini tujuh tahun lalu, saya
mendorong meja panjang saya ke dinding kosong sehingga saya tidak dapat melihat
dari jendela mana pun. Suatu hari, lima belas tahun lalu, saya juga menulis di dekat
perapian di area parkir. Saya tak mau berada di atas aspal dan kerikil. Di sana ada
banyak pohon pinus yang tidak berhenti berguguran daunnya sehingga membuat saya
merasa bahwa pekerjaan di dekat bara api ini lebih baik, dan pekerjaan saya pun
terselesaikan (Dillard, 1989:26-27).
Keterbacaan Tulisan
Sebelum mulai menulis proposal, cobalah berpikir tentang bagaimana Anda
meningkatkan keterbacaan proposal Anda. Publication Manual APA (2001) membahas
tentang bagaimana menyajikan tulisan yang rapi dengan cara menunjukkan hubungan
antargagasan dan menggunakan kata transisional. Selain itu, penting juga meng-gunakan
istilah-istilah yang konsisten dan terus membangun kohe-rensi dalam proposal penelitian
Anda.
Gunakan istilah-istilah yang konsisten di sepanjang proposal Anda. Pakailah istilah-
istilah yang sama setiap kali variabel disebutkan dalam penelitian kuantitatif atau
fenomena utama dalam penelitian kualitatif. Jangan menggunakan sinonim-sinonim dari
istilah-istilah tersebut. Hal ini hanya akan membuat pembaca bingung memahami makna
setiap gagasan dalam proposal penelitian Anda.
Pertimbangkan pula seberapa naratif gaya pemikiran yang Anda terapkan agar pembaca
dapat memahami proposal Anda. Konsep ini pernah dikemukakan oleh Tarshis (1982)
yang merekomendasi-kan agar penulis membuat tahapan pemikiran untuk membim-bing
pembaca. Ada empat jenis gaya pemikiran yang bisa diper-timbangkan:
1. Umbrella thoughts gagasan-gagasan umum atau inti yang disilangkan satu sama
lain.
2. Big thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran tertentu yang berada
dalam ranah umbrella thought untuk memperkuat, mengklarifikasi, atau menjelaskan
umbrella thought.
3. Little thoughts gagasan-gagasan atau gambaran-gambaran yang fungsi utamanya
adalah memperkuat big thoughts.
4. Attention or interest thoughts gagasan-gagasan yang tujuan-nya adalah
mengorganisasi pemikiran-pemikiran lain dan menjaga perhatian pembaca agar tetap
berada dalam satu jalur pemikiran/konsep tulisan.
Para peneliti pemula pada umumnya selalu berputar-putar dalam umbrella thought
dan attention thought. Akibatnya, proposal mereka dipenuhi dengan gagasan umbrella yang
sangat banyak, namun tidak didukung oleh isi yang detail untuk memperjelas gagasan-
gagasan besar tersebut. Hal ini biasa muncul dalam tinjauan pustaka yang di dalamnya
peneliti perlu menyediakan bagian-bagian besar yang lebih banyak untuk mengikat dan
menyimpulkan semua literatur secara bersama-sama. Salah satu gejala masalah ini adalah
terlalu cepatnya peralihan gagasan secara terus-menerus dari satu gagasan umum ke gagasan
umum yang lain dalam satu naskah. Bahkan, suatu gagasan umum tidak jarang ditulis dalam
satu para-graf yang sangat pendek dalam pendahuluan proposal, seperti yang sering ditulis
oleh para jurnalis dalam artikel-artikel koran. Untuk itulah, peneliti diharapkan dapat berpikir
dalam konteks narasi yang detail agar gagasan-gagasan umbrella dapat tersampaikan dengan
jelas.
Attention thoughts, yang merupakan statemen-statemen ter-organisir untuk memandu
pembaca, juga dibutuhkan. Pembaca membutuhkan rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk agar
mereka dapat memahami peralihan dari satu gagasan umum ke gagasan umum selanjutnya
(Bab 6 dan 7 akan membahas rambu-rambu dalam penelitian, seperti tujuan penelitian,
rumusan masalah, dan hipo-tesis). Paragraf yang terorganisir utamanya sangat dibutuhkan di
awal dan akhir tinjauan pustaka. Pembaca harus melihat secara ke-seluruhan susunan
gagasan-gagasan melalui paragraf-paragraf awal dan harus diberi tahu mengenai poin-poin
terpenting di bagian akhir yang nantinya dapat mereka ingat.
Terapkanlah koherensi untuk menambah keterbacaan naskah. Koherensi dalam tulisan
berarti bahwa gagasan-gagasan Anda terikat bersama dan mengalir secara logis dari satu
kalimat ke kalimat lain dan dari satu paragraf ke paragraf lain. Konsistensi nama-nama
variabel dalam judul, tujuan penelitian, rumusan masalah, dan tinjauan pustaka (yang
banyak muncul dalam proyek kuantitatif), misalnya, menggambarkan dengan jelas
bagaimana koherensi ini bekerja. Konsistensi ini akan turut mem-bangun koherensi dalam
penelitian. Begitu pula, menekankan urutan yang konsisten kapan pun variabel bebas dan
terikat disebutkan juga merupakan teknik yang dapat digunakan untuk membangun
koherensi.
Pada level yang lebih detail, koherensi dapat dibangun dengan menghubungkan
kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf dalam naskah. Zinsser (1983) menyarankan agar setiap
kalimat ditulis secara bersambung dan logis. Latihan hook and eye-nya Wilkinson (1991)
tampaknya dapat diterapkan untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf yang lain pula.
Contoh 4.5 yang dikutip dari proposal salah seorang mahasiswa berikut ini akan
menunjukkan kepada Anda bagaimana level tinggi koherensi tersebut terjadi. Kutipan ini
diambil dari bagian pen-dahuluan proyek disertasi kualitatif seorang mahasiswa yang
membahas tentang siswa-siswa yang berisiko gagal. Dalam kutipan ini, saya sudah
menerapkan pola hook and eye untuk menghubungkan gagasan-gagasan dari kalimat satu ke
kalimat lain dan dari paragraf satu ke paragraf lain. Seperti yang sudah dijelaskan, tujuan
latihan hook and eye ini (Wilkinson, 1991) adalah untuk menghubungkan gagasan-gagasan di
setiap kalimat dan paragraf. Jika hubungan semacam ini tidak dibuat mudah, berarti sebuah
tulisan tidak mampu menghubungkan peralihan gagasan-gagasan dan topik-topik secara
koheren. Untuk itu, penulis perlu menambah kata-kata, frasa-frasa, atau kalimat-kalimat
transisional untuk membangun koherensi yang jelas.
Pada mata kuliah pengembangan proposal yang saya ampu, saya sering menyediakan
satu kutipan dari pendahuluan sebuah proposal dan meminta mahasiswa untuk
menghubungkan kalimat-kalimat di dalamnya dengan melingkari dan menggaris gagasan-
gagasan inti untuk menghubungkan gagasan-gagasan tersebut dari kalimat satu ke kalimat
yang lain. Teknik ini diterapkan agar para mahasiswa dapat menemukan koherensi dalam
proposal penelitian, sejak dari halaman pertama. Pertama-tama, saya memberikan kutipan
yang tidak diberi tanda apa pun kepada para mahasiswa, kemudian setelah latihan usai, baru
saya memberikan kutipan yang lengkap dengan tanda-tandanya. Karena gagasan inti suatu
kalimat seharusnya terhubung pada gagasan inti pada kalimat selanjutnya maka mereka harus
menandai hubungan ini. Jika kalimat-kalimat tersebut tidak terhubung, berarti ada kata-kata
transisional yang hilang, dan untuk itu perlu dibumbui. Saya juga meminta para mahasiswa
untuk memastikan bahwa antarparagraf dan antarkalimat sudah terhubung dengan teknik
hook and eye.
Kalimat Aktif, Kata Kerja, dan "Berlebih-lebihan"
Setelah belajar bagaimana mengekspresikan pemikiran-pemikiran dan paragraf-
paragraf, kini saatnya Anda belajar menulis kalimat-kalimat dan kata-kata. Persoalan tata
bahasa dan konstruksi kalimat sebenarnya sudah dijabarkan dalam Publication Manual APA
(2001), akan tetapi saya tetap menyertakan bagian ini untuk me-nyoroti beberapa masalah
tata bahasa yang sering kali saya lihat dalam proposal-proposal mahasiswa saya dan tulisan-
tulisan saya pribadi.
Dalam bagian ini, Anda tidak akan diajari untuk menulis dari tahap paling dasar
(seperti merangkai kalimat, menemukan gagasan, dan sebagainya), melainkan dari tahap
meminjam istilah Franklin (1986) memoles tulisan. Inilah tahap yang harus dilalui terakhir
kali dalam proses penulisan. Ada banyak buku yang membahas tentang bagaimana menulis
penelitian atau menulis kesusastraan dengan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang harus
diikuti terkait dengan konstruksi kalimat dan diksi yang tepat. Wolcott (2001), se-orang
peneliti etnografi, misalnya, berbicara tentang bagaimana mengasah kemampuan editing
dengan cara mengurangi kata-kata yang tidak perlu, menghilangkan kalimat pasif, mengukur
diksi, meminimalisir frasa-frasa yang sering diulang, dan mereduksi kutip-an-kutipan yang
berlebihan, kata-kata yang digaris miring (italic), dan pernyataan-pernyataan yang dikurawal.
Selain gagasan dari Wolcott di atas, gagasan saya tentang kalimat aktif, kata kerja, dan
"berlebih-lebihan" dalam bagian ini sebenarnya juga bisa Anda gunakan untuk menyegarkan
dan memperkuat tulisan akademik Anda selama ini.
Untuk tulisan-tulisan akademik, gunakanlah kalimat aktif se-banyak mungkin (APA,
2001). Menurut penulis sastra, Ross-Larson (1982), "kalimat aktif jika subjeknya
melakukan tindakan. Kalimat pasif jika subjeknya dikenai tindakan" (him. 29). Jika harus
menggunakan konstruksi pasif, cobalah untuk menvariasi-kan auxiliary verb, seperti was.
Contoh-contohnya meliputi will be, have been, dan is being. Penulis dapat menggunakan
konstruksi pasif dengan variasi ini ketika subjek yang bertindak dapat secara logis
diletakkan di kiri kalimat dan ketika apa yang dilakukan subjek tersebut dapat diletakkan
sesudahnya (Ross-Larson, 1982). Misalnya, daripada konstruksi proposal yang diajukan
oleh peneliti, lebih baik menerapkan konstruksi proposal yang peneliti ajukan (penj.).
HalamaniniSengaja
dikosongkan
Cekdibuku
HalamaniniSengaja
dikosongkan
Cekdibuku
Gunakanlah verba-verba yang kuat, bersemangat, dan sesuai dengan bidang tulisan yang
disusun. Verba-verba yang kurang kuat biasanya adalah verba-verba yang minim-aksi (is
atau was, misalnya) atau verba-verba yang berfungsi sebagai adjektiva atau adverbia.
Banyak peneliti menggunakan past tense dalam menulis tinjauan pustaka dan melaporkan
hasil penelitian. Padahal, yang seharus-nya diterapkan adalah future tense. Verba ini
setidak-tidaknya dapat mendukung semua waktu yang tersaji secara implisit dalam
proposal penelitian. Untuk penelitian-penelitian yang sudah di-lakukan, gunakanlah
present tense untuk menambah kesegaran dalam penelitian, khususnya di bagian
pendahuluan. Publication Manual APA (2001) hanya merekomendasikan past tense
(seperti, "Jones telah melaporkan") atau present perfect tense (seperti, "Peneliti baru saja
melaporkan") untuk tinjauan pustaka dan pro-sediir-prosedur yang berdasarkan pada
peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi, past tense untuk mendeskripsikan hasil penelitian
(seperti, "diketahui bahwa stres telah menurunkan harga diri"), dan present tense (seperti,
"penemuan kualitatif tersebut me-nunjukkan") untuk membahas hasil penelitian dan
menyajikan kesimpulan. Saya melihat semua ini bukanlah sebagai aturan yang rumit dan
berat, melainkan justru sebagai petunjuk yang sangat bermanfaat.
Berusahalah mengedit dan merevisi draf-draf naskah Anda agar hal-hal yang sekiranya
terkesan "berlebihan" dapat terkurangi. "Sesuatu yang berlebihan" di sini merujuk pada
kata-kata yang tidak terlalu penting dalam menjelaskan makna suatu gagasan. Untuk
menghindari hal ini, para penulis sebaiknya membuat banyak draf untuk satu
naskah/tulisan. Proses ini biasanya me-liputi tindakan menulis, mereview, dan mengedit
tulisan. Dalam proses editing, kurangilah kata-kata yang berlebihan, seperti modi-fikasi-
modifikasi yang terlalu banyak, preposisi-preposisi yang terlalu sering muncul, dan
konstruksi "the-of" misalnya, the study of yang hanya akan menambah kata-kata
yang tidak terlalu penting (Ross-Larson, 1982). Saya jadi teringat dengan prosa lucu
yang ditulis oleh Bunge (1985):
Sekarang, Anda bisa melihat orang-orang pintar yang berusaha mem-buat kalimat
yang rumit. Seorang rekan yang saat ini menjadi staf administrasi universitas, setiap
harinya hampir selalu mengatakan kalimat yang rumit, yang sering kali dimulai
dengan kata-kata seperti ini, "Saya hanya akan bisa berharap bahwa kita akan bisa...."
Pada awalnya, dia tidak pernah mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu, tetapi di
umurnya yang sekarang, dengan pergaulan yang jauh dari krisis kehidupan anak-anak
muda, dia justru sangat sulit mengucapkan kalimat-kalimat yang mudah (Bunge,
1985:172).
Mulailah mempelajari bagaimana menulis penelitian kualitatif, kuantitatif, dan
metode campuran dengan baik. Salah satu ciri tulisan yang baik adalah mata dan pikiran ini
tidak akan terhenti dan ter-sendat tiba-tiba dalam sebuah kutipan atau kalimat tertentu.
Tulisan yang baik adalah tulisan yang ide-idenya mengalir hingga titik akhir. Dalam buku ini,
saya telah mencoba menggambarkan contoh tulisan-tulisan yang baik dari beberapa jurnal
ilmu sosial-humaniora, seperti American Journal of Sociology, Journal of Applied
Psychology, Administrative Science Quarterly, American Educational Research Journal,
Sociology of Education, dan Image: Journal of Nursing Scholarship. Dalam ranah kualitatif,
literatur yang baik akan menyajikan tulisan yang jelas dan kalimat-kalimat yang detail. Para
pengajar yang membimbing penelitian kualitatif setidak-tidaknya perlu menugaskan pada
maha-siswa untuk membaca buku-buku terkenal, seperti Moby Dick, The Scarlet Letter, dan
The Bonfire of the Vanities (Webb &; Glesne, 1992). Selain itu, Qualitative Inquiry,
Qualitative Research, Symbolic Interaction, Qualitative Family Research, dan Journal of
Contemporary Ethnography merupakan jurnal-jurnal akademik yang juga layak dipelajari.
Jika ingin melakukan penelitian dengan metode campuran, cobalah mempelajari jurnal-jurnal
yang melaporkan penelitian dengan kombinasi data kualitatif dan kuantitatif, termasuk pula
jurnal-jurnal ilmu sosial, seperti Journal of Mixed Methods Research, Field Methods, dan
Quality and Quantity. Baca pula artikel-artikel lain yang dikutip dalam Handboox of Mixed
Methods in the Social and Behavioral Sciences (Tashakkori & Teddlie, 2003).
Salah satu masalah yang harus diantisipasi terkait dengan jaminan kerahasiaan adalah
bahwa beberapa partisipan bisa saja identitas mereka dirahasiakan. Jika demikian Ihwalnya,
peneliti sebaiknya meminta mereka untuk menjaga sendiri pendapat mereka dan
membebaskan mereka untuk mengambil keputusan. Akan tetapi, mereka juga harus
diberitahu mengenai resiko ketidakrahasiaan tersebut, seperti kemungkinan terbongkarnya
data dalam laporan akhir yang mungkin tidak mereka harapkan, informasi yang mungkin
melampaui batas hak-hak orang lain seharusnya disembunyikan, dan sebagainya (Giardano,
OReilly, Taylor, & Dogra, 2007).
Selain, itu prosedur etis lain yang harus dipenuhi peneliti selama pengumpulan data
adalah persetujuan dari individu-individu yang berwenang (seperti, satpam) untuk
memberikan akses bagi para peneliti untuk melakukan penelitiannya. Prosedur seperti
ini seringkali mengharuskan penelti untuk menulis sebuah surat yang menjelaskan
jangka waktu penelitian, dampak potensial, dan hasil-hasil penelitian. Begitu pula,
pemerolehan data melalui interview atau survey elektronik juga harus disertai ijin dari
partisipan. Hal ini dilakukan, pertama-pertama dengan mengirimkan email
permohonan, baru kemudian melakukan survey dan wawancara.
Peneliti juga harus respek pada lokasi-lokasi yang diteliti agar mereka tidak
mendapat gangguan setelah melakukan penelitian. Tugas ini mengharuskan peneliti,
khususnya dalam penelitian kualitatif, untuk terlibat dalam observasi atau wawancara
berkelanjutan di lokasi tersebut, sadar akan konsekuensinya, dan tidak boleh merusak
tatanan fisik lokasi itu. Misalnya, jika punya waktu berkunjung, peneliti juga bisa
menyusup ke dalam aktivitas-aktivitas partisipan. Jika tidak, peneliti harus meminta
izin terlebih dahulu. Apalagi, beberapa organisasi saat ini sudah memiliki aturan
tersendiri bagi orang-orang yang ingin melakukan penelitian agar tidak terjadi
perusakan di tempat mereka.
Dalam penelitian-penelitian eksperimen, yang sering kali memperoleh keuntungan
dari penelitian hanyalah kelompok yang ditreatment (atau sering kali dengan
dengan kelompok eksperimen). Sedangkan kelompok control tidak mendapatkan
apa-apa. Untuk menghindari hal ini, peneliti perlu melakukan beberapa
eksperimentasi bagi semua kelompok dalam satu waktu atau secara bertahap
sehingga kelompok- kelompok ini bisa mengambil secara merata.
Masalah etis juga muncul ketika tidak ada mutualitas antara peneliti dan partisipan.
Baik peneliti maupun partisipan seharusnya sama-sama dapat mengambil keuntungan
dari penelitian. Akan tetapi, yang sering terjadi justru sebaliknya: kekuasaan disalah-
gunakan dan partisipan dipaksa untuk terlibat dalam proyek tersebut. Untuk itulah,
melibatkan para partisipan secara kolaboratif dalam penelitian mungkin dapat
memunculkan muatlitas tersebut. Penelitian-penelitian yang benar-benar kolaboratif,
seperti dalam beberapa penelitian kualitatif, dapat melibatkan partisipan sebagai co-
researcher dalam proses penelitian, seperti merancang penelitian, mengumpulkan dan
menganalisis data, menulis laporan penelitian , dan menyebarkan hasil penelitian
(Patton, 2002).
Wawancara dalam penelitian kualitatif tampaknya sudah semakin banyak dipandang
sebagai penelitian moral (Kvale, 2007). Untuk itu, pewawancara harus memastikan
beberapa hal penting, seperti apakah wawancaranya dapat memperbaiki situasi manusia
(serta meningkatkan pengetahuan saintifik), seberapa sensitive interaksi wawancara
pagi partisipan, apakah partisipan pernah berkata tentang bagaimana statemen mereka
harus ditafsirkan, seberapa kritis pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan, dan apa
saja akibat-akibat yang akan diterima pewawancara dan partisipan dari hasil wawancara
tersebut.
Peneliti juga perlu mengantisipasi kemungkinan informasi yang berbahaya dan intim
yang diungkapkan selama proses pengumpulan data. Sulit mengantisipasi dan
merencanakan dampak dari informasi ini selama atau setelah wawancara (Patton, 2002).
Misalnya, siswa bisa saja membicarakan pelecehan orang tuanya: atau para napi
berbicara tentang pelolosan dirinya dari penjara. Dalam situasi seperti ini, biasanya kode
etik bagi peneliti (yang bisa saja berbeda satu sama lain) dapat memproteksi privasi
partisipan-partisipan tersebut, dan tugas penelitian adalah menyampaikan proteksi ini
kepada semua partisipan yang juga terlibat dalam penelitian.
RINGKASAN
Peneliti perlu memikirkan bagaimana menulis proposal penelitian dengan baik
sebelum benar-benar terlibat dalam proses penelitian. Pertimbangkan Sembilan argumentasi
yang ditawarkan Maxwell (2005) sebagai elemen-elemen kunci yang perlu dimasukkan
dalam proposal, kemudian gunakanlah salah satu dari empat outline topic atau format
penelitian-yang sudah dijelaskan dalam bab ini-untuk membuat proposal kualitatif,
kuantitatif, atau metode campuran.
Dalam pembuatan proposal, mulailah merangkai kata-kata di atas kertas berdasarkan
gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran Anda; cobalah membangun kebiasaan membangun
menulis secara regular; dan terapkan strategi-straregi penulisan yang baik, seperti
menggunakan istilah-istilah yang konsisten,menunjukkan level gagasan naratif yang berbeda-
beda, dan menciptakan koherensi untuk meningkatkan kekuatan tulisan. Sejumlah langkah
yang dapat dilakukan antara lain menggunakan kalimat aktif dan verba-verba yang kuat dan
tegas, serta merevisi dan mengedit kembali tulisan Anda.
Sebelum menulis proposal, peneliti juga perlu memikirkan masalah-masalah etis yang
perlu diantisipasi dan dideskripsikan dalam proposal. Masalah-masalah ini berhubungan
dengan semua tahap proses penelitian. Dengan mempetimbangkan keberadaan partisipan,
lokasi penelitian, dan pembaca potensial, penelitian bisa menjadi sejenis studi yang benar-
benar dirancang berdasarkan praktik-praktik etis yang sesungguhnya.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Buatlah satu outline topic-topik atau draft bagian-bagian untuk proposal
kuantitatif, kualitatif, atau metode campuran. Masukkan topic-topik utama seperti
yang telah dijelaskan dalam bab ini.
2. Carilah artikel jurnal yang didalamnya melaporkan penelitian kualitatif,
kuantitatif, atau metoe campuran. Cobalah melatih diri anda dengan membaca
pendahuluan artikel tersebut dan gunakan metode hook and eye yamh telah
dijelaskan dalam bab ini. Identifikasikanlah aliran gagasan dari kalimat satu ke
kalimat yang lain dan dari paragraph satu ke paragraph yang lain, serta
kekurangan-kekurangan di dalamnya.
3. Pertimbangkanlah salah satu dilema etis berikut ini yang anggap saja- pernah
anda hadapi ketika melakukan penelitian. Gambarkan cara-cara yang bisa anda
terapkan untuk mengantisipasi masalah tersebut dan membahasnya dalam
proposal penelitian Anda.
a. Seorang narapidana yang tengah Anda wawancarai bercerita tentang kesempatan
melarikan diri pada malah hari. Apa yang akan anda lakukan?
b. Salah seorang peneliti dalam tim Anda menduplikasi kalimat dari penelitian lain dan
memasukkannya dalam laporan akhir penelitian. Apa yang anda lakukan?
c. Seorang mahasiswa melakukan beberapa kali wawancara pada sekelompok individu
di tempat anda. Setelah wawancara keempat, mahasiswa tersebut bercerita kepada
Anda bahwa Institutional Review Board sebenarnya tidak menyetujui proyek
penelitian tersebut. Apa yang anda lakukan?
BACAAN TAMBAHAN
Maxwell, J. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach. Edisi kedua.
Thousand Oaks, CA:Sage
Joe Maxwell menyajikan ringkasan menarik mengenai proses pembuatan proposal
untuk penelitian kualitatif yang juga dapat diterapkan dalam penelitian kuantitatif dan metode
campuran. Dia kemudian menyajikan Sembilan langkah membuat proposal dan contoh-
contohnya. Selain itu, dia juga menganalisis dan menyajikan satu contoh proposal kualitatif -
yang menurutnya- layak untuk diikuti.
Sieber, J.E. (1998). Planning Ethically Responsible Research. Dalam L. Bickman & D. J.
Rog (Ed). Handbook of Applied Social Research Methods. Thousand Oaks, CA:Sage.
(hlm. 127-156)
Joan Sieber membahas pentingnya perencanaan etis sebagai bagian integral dalam
merancang penelitian. Dalam bab ini, dia menyajikan review komprehensif mengenai
beragam topic yang berhubungan dengan masalah-masalah etis, seperti IRB, formulir
perizinan, privasi, kerahasiaan, dan anonimitas, serta beberapa resiko penelitian dan
komunitas yang rawan kekerasan. Pembahasannya sangat luas, dan strategi-strategi yang ia
rekomendasikan juga sangat melimpah.
Israel, M., & Hay, L. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct
and Regulatory Compliance. London: Sage
Mark Israel dan Lain Hay menyajikan analisis kritis tentang manfaat berfikir serius
dan sistematis mengenai apa saja yang membentuk prilaku etis dalam ilmu social. Mereka
mereview beragam teori etika, seperti pendekatan konsekuensialis dan non-konsekuensialis,
viriue ethics, dan pendekatan normative berorientasi-kepedulian. Mereka juga menjelaskan
sejarah perilaku etis di berbagai Negara di dunia ini. Sepanjang buku ini, mereka
menawarkan contoh-contoh kasus etis yang sebenarnya dan cara-cara yang bisa ditempuh
peneliti untuk menghadapi kasus-kasus tersebut secara etis. Dalam lampiran buku ini, mereka
menyajikan tiga contoh kasus dan mengajak para sarjana untuk berkomentar mengenai
bagaimana mereka akan mendekati ketiga kasus tersebut.
Wolcott, H.F. (2001). Writing up Qualitative research. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA:
Sage
Harry Wolcott, seorang ahli etnografi pendidikan, mengumpulkan sumber-sumber
berharga terkait dengan proses penulisan penelitian kualitatif. Dia menyurvei teknik-teknik
ampuh bagaimana seseorang memulai menulis, mengembangkan detail, menghubungkan
literature, teori, dan metode; merevisi dan mengedit; dan merampungkan proses penulisan
dengan menghadirkan aspek-aspek ini sebgai judul dan lampiran. Bagi para penulis, buku ini
sangat penting, baik untuk keperluan penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode
campuran.
Halaman Kosong
Sesuai Buku
Halaman Kosong
Sesuai Buku
130
Bagian Dua
Merancang Penelitian
BaB 5
Pendahuluan
Bab 6
Tujuan Penelitian
Bab 7
Rumusan masalah dan hipotesis penelitian
Bab 8
Metode-metode kuantitatif
Bab 9
Prosedur-prosedur kualitatif
Bab 10
Prosedur-prosedur Metode Campuran
Bagian kedua ini menghubungkan tiga rancangan kuantitatif, kualitatif, dan metode
campuran- masing-masing dengan langkah-langkah penelitiannya. Setiap bab dalam bagian
kedua ini akan membahas satu langkah terpisah dalam proses penelitian ini.
BAB LIMA
PENDAHULUAN
PENTINGNYA PENDAHULUAN
Pendahuluan merupakan bagian pertama dalam artikel jurnal, disertasi, atau penelitian
akademik. Pendahuluan inilah yang menentukan tahap-tahap selanjutnya dalam penelitian.
Seperti yang dijelaskan Wilkinson (1991:96):
Pendahuluan merupakan bagian tulisan yang memberikan informasi awal kepada
pembaca tentang penelitian yang ditulis. Tujuannya untuk membangun kerangka penelitian
sehingga pembaca dapat memahami bagaimana penelitian tersebut berhubungan dengan
penelitian-penelitian yang lain.
Pendahuluan menjelaskan suatu isu atau concern yang dapat menuntun pada
penelitian. Karena pendahuluan merupakan bagian awal dalam proposal atau penelitian maka
diperlukan perhatian khusus dalam proses penelitiannya. Pendahuluan harus membuat
pembaca tertarik pada topic penelitian, menjabarkan masalah yang dapat menuntun pada
penelitian, meletakkan penelitian dalam konteks literature yang lebih luas, dan menjangkau
audiens tertentu. Semua unsur ini ditulis secara singkat dalam beberapa halaman. Karena
ada pesan-pesan yang harus disampaikan sedangkan ruang yang tersedia sangat terbatas
maka pendahuluan bisa menjadi tantangan tersendiri untuk ditulis dan dipahami.
Masalah penelitian merupakan masalah atau isu yang menuntun pada keharusan
dilaksanakannya penelitian tersebut. Ia bisa bersumber dari pengalaman yang pernah
dirasakan peneliti dalam kehidupan pribadi atau tempat kerjanya. Ia juga bisa berasal dari
perdebatan ekstensif dalam literature-literatur. Ia juga bisa muncul dari perdebatan kebijakan
di pemerintahan atau antara para eksekutif kenamaan. Intinya, sumber-sumber masalah
penelitian bisa jadi sangat beragam. Masalahnya mengidentifikasi dan menjabarkan masalah
penelitian yang menggarisbawahi penelitian bukanlah tugas mudah. Misalnya, untuk
mengidentifikasi isu kehamilan anak remaja, kita masih perlu memunculkan terlebih dahulu
masalah yang terkait dengan kehidupan wanita dan social secara umum. Sayangnya, terlalu
banyak pengarang tidak secara jelas mengidentifikasi masalah penelitian, membiarkan
pembaca menentukan masalah tersebut. Ketika masalah tidak jelas, signifikansi penelitian
menjadi sulit dipahami. Apalagi, masalah penelitian seringkali dikacaukan dengan rumusan
masalah-pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab peneliti untuk memahami atau
menjelaskan masalah tersebut. Belum lagi kompleksitas ini ditambah dengan keharusan
peneliti untuk mendorong audiens agar mau lebih jauh membaca dan melihat pentingnya
penelitian.
Untungnya, ada satu model yang bisa ditiru tentang bagaimana menulis pendahuluan
yang baik untuk penelitian ilmu social. Namun, sebelum memperkenalkan model ini, saya
terlebih dahulu perlu menjelaskan perbedaan-perbedaan subtil antara pendahuluan untuk
penelitian kualitatif, kuantitatif, dan metode campuran.
Menulis pendahuluan untuk tiga penelitian yang berbeda - seperti yang sudash
dijelaskan di atas memang tidak terlalu jelas perbedaannya. Komponen utama yang perlu
dimasukkan ke dalam pendahuluan pada umumnya berhubungan dengan jenis jenis
masalah yang dibahas, baik itu penelitian kualitatif, kuantitatif, maupun metode campuran.
Untuk itu, diperlukan satu model ilustratif tentang bagaimana menulis pendahuluan yang baik
tanpa perlu memandang pendekatan pendekatan dan komponen komponen yang harus
disertakan.
Model defisiensi pendahuluan (deficiency model an introduction) merupakan salah
sastu pola umum dalam menulis pendahuluan yang baik. Model ini merupakan pendekatan
popular yang banyak digunakan dalam ilmu ilmu social. Jika struktur model ini dirinci,
Anda akan menemukan banyak sekali penelitian dewasa ini yang telah menggunakan model
tersebut. Model ini terdiri dari lima bagian yang masing masing dari kelimanya dapat
ditulis dalam satu paragrap sehingga secara keseluruhan bisa mencapai maksimal dua
halaman. Lima bagian tersebut antara lain :
1. Masalah penelitian
2. Penelitian penelitian sebelumnya yang membahas masalah tersebut
3. Kekurangan kekurangan (deficiencies) dalam penelitian penelitian sebelumnya
4. Pentingnya penelitian untuk audiens tertentu.
5. Tujuan penelitian
Sebuah ilustrasi
Sebelum menjelaskan lima bagian tersebut, berikut ini ada contoh pendahuluan
kualitatif yang ditulis oleh Terezainni, Cabrera, Colbeck, Bjorklund, dan Parente (2001)
dalam The Journal of Higher Education dengan judul penelitiannya Racial and Ethnic
Diversity in the Classroom (ditulis kembali atas izin penerbit). Berdasarkan lima komponen
penting pendahuluan yang sudah dijelaskan di atas maka beberapa pernyataan yang
menurut saya- berkaitan dengan masing masing komponen sudah saya tandai dengan jelas.
Sejak diterbitkannya Civil Right Act tahun 1964 dan Higher Education Act tahun
1965, universitas universitas di Amerika berusaha meningkatkan keragaman ras dan etnik
para mahasiswa dan dosennya. Tindakan afirmatif kemudian diambil sebagai
kebijakan untuk merealisasikan heterogenitas ini ( di sini, penulis menyatakan dengan teknik
hook naratif). Akan tetapi, kebijakan tersebut sampai saat ini mash menjadi topic perdebatan
nasional yang hangat. Persoalan hokum terkait dengan tindakan afirmatif tersebut bermula
dari kasus Regents of the University of California versus Bakke tahun 1978, yang di
dalamnya Justice William Powell menyatakan bahwa ras ini sudah dipertimbangkan
berdasarkan keputusan keputusan admisi. Akan tetapi, yang lebih terkini, U.S. Court of
Appeals for the Fifth Circuit, yang menangani kasus Hopwood vs. states of Texas,
menemukan argumentasi Powell ini bermasalah. Keputusan courth untuk menolak tindakan
afirmatif ini didasarkan pada referenda Negara, perundang undangan, dan tindakan
tindakan terkait melarang pengakuan yang sensitive ras atau sewa menyewa di California,
Florida, Lousiana, Maine, Massachusetts, Michigan, Mississippi, New Hampshire, Rhode
Island dan Puerto Rico (Healy, 1998a, 1998b, 1999).
Dalam merespons hal ini, para pendidik lalu mengemukakan argumentasi mereka
untuk mendukung tindakan afirmatif ini dengan klaim bahwa siswa siswa heterogen, dalam
konteks pendidikan, lebih efektif ketimbang siswa siswa yang lebih homogen. Presiden
Harvard University, Neil Rudenstine, mengklaim bahwa alasan utama diterimanya
keragaman siswa di perguruan tinggi adalah karena nilai pendidikannya (Rudenstine,
1999:1). Lee Bollinger, rekan Rudenstine di University of Michigan, juga menyatakan :
Sebuah kelas yang tidak mempresentasikan anggota anggota ras yang berbeda akan
melahirkan diskusi yang miskin wawasan (Schmidt, 1998 : A32). Dua presiden ini tidak
sendirian. Di belakang mereka ada Assiciation of American Universities yang terdiri dari
para rector dari 26 universitas yang mengusung argumentasi yang sama, dengan menegaskan
: Pertama-tama, perlu kami sampaikan bahwa kami berbicara atas nama pendidik.
Kami percaya bahwa mahasiswa kami dapat memperoleh keuntungan dari pendidikan yang
berbasis keragaman (On the importance of Diversity in University Adminissions, The
New York Times, 24 April 1997:A27) (Di sini, penulis mengidentifikasi masalah penelitian).
Ada banyak penelitian yang membahas mengenai pengaruh keragaman terhadap
outcomes mahasiswa. Penelitian penelitian ini dapat dibagi ke dalam tiga kecenderungan
utama. Pertama, penelitian penelitian yang menganalisis hubungan mahasiswa dengan
keragaman secara umum sebagai salah satu implikasi percampuran mahasiswa secara
kuantitas, ras/etnis, atau gender dalam satu kampus (lihat, misalnya, Chang, 1996, 1999a;
Kanter, 1997; Sax, 1996). Kedua, penelitian penelitian yang memandang keragaman
structural sebagai suatu yang ilmiah, dan lebih berpijak pada perjumpaan antara mahasiswa
dan keragaman dengan cara mengamati frekuensi atau sifat interaksi mereka dengan rekan
rekannya secara ras/etnis berbeda. Ketiga, penelitian penelitian yang meneliti secara
institusional usaha usaha programatik yang terstruktur untuk membanu mahasiswa terlibat
dalam keragaman ras/etnis dan/atau gender dalam kaitannya dengan gagasan gagasan dan
kemanusiaan.
Intinya, ada banyak pendekatan yang telah diterapkan untuk meneliti pengaruh
keragaman terhadap outcomes mahasiswa. Bukti bukti yang dimunculkan pada umumnya
tidak jauh berbeda bahwa para mahasiswa dalam komunitas yang lintas gender atau ras/etnis
atau yang terlibat dalam aktivitas yang berhubungan dengan keragaman, sering kali
memperoleh manfaat dan makna edukatif yang lebih positif (Disini, penulis menyebutkan
penelitian penelitian yang pernah membahas masalah tersebut).
Hanya sedikit sekali penelitian (seperti, Chang, 1996, 1999a; Sax, 1996) yang secara
spesifik meneliti apakah komposisi ras/etnis atau gender para mahasiswa dalam sebuah
kampus, dalam satu komunitas akademik atau dalam kelas (seperti, keragaman structural)
memiliki manfaat manfaat akademik yang diklaim..Begitu pula, isu isu, seperti apakah
tingkat keragaman rasial dalam satu kampus atau kelas berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar ataukah tidak, hal ini masih menyisakan banyak pertanyaan (Di sini, penulis
menunjukkan kekurangan atau defisiensi dalam penelitian penelitian sebelumnya).
Langkanya informasi tentang manfaat akademik dari keragaman structural di sebuah
kampus atau kelas, tentu saja sangat disayangkan. Padahal informasi inilah yang bisa menjadi
bukti para hakim untuk mendukung kebijakan keputusan yang sensitive ras (Di sini, penulis
menunjukkan pentingnya penelitian pada audiens tertentu, yakni hakim, peneliti, dan para
pendidik).
Penelitian ini berusaha memberikan kontribusi pengetahuan dengan mengekspolrasi
pengaruh keragaman structural kelas terhadap perkembangan akademik dan skill intelektual
mahasiswa. Penelitian ini menganalisis pengaruh langsung keragaman kelas terhadap
outcome akademik/intelektual dan apakah ada dari pengaruh pengaruh tersebut yang
ditindaklanjuti menjadi pendekatan pendekatan instruksional aktif dan kolaboratif dalam
konteks pembelajaran (Di sini, penulis mengidentifikasi tujuan penelitian) (hlm. 510 512,
ditulis kembali atas izin The Journal of higher Education).
Masalah Penelitian
Dalam pendahuluan artikel Terenzini et al. (2001) di atas, kalimat pertama sudah
menunjukkan dua komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan dua
komponen utama pendahuluan yang baik, yaitu menunjukkan bahwa penelitian tersebut
menarik dan memperlihatkan bahwa masalah atau isu yang diangkat benar benar berbeda.
Pengaruh seperti apa yang dimunculkan dari kalimat ini? Apakah kalimat tersebut
memancing pembaca untuk membacanya lebih lanjut? Apakah kalimat tersebut harus ditulis
dalam level tertentu sehingga pembaca dapat memahaminya? Pertanyaan pertanyaan ini
penting dijawab untuk menulis kalimat pembuka pendahuluan. Kalimat ini sering kali dikenal
dengan istilah narrative hook, suatu istilah yang diambil dari bahasa inggris, yang berarti
kata kata yang dapat menggambarkan, melibatkan, atau menghubungkan (hook) pembaca
dengan/dalam penelitian. untuk mempelajari bagaimana menulis narrative hook yang baik,
perhatikan Koran Koran penting. Sering kali, para jurnalis menyajikan contoh contoh
yang menarik di awal kalimatnya. Berikut ini, contoh contoh kalimat pembuka dalam jurnal
jurnal ilmu social.
selebriti transeksual dan tnometodologis, Agnes, telah mengubah identitasnya tiga tahun
lalu sebelum pada akhirnya ia menjalani kembali pembedahan jenis kelamin (Cahlil,
1989:281).
Siapa yang mengendalikan proses pencalonan wakil DPR? (Boeker, 1992:400).
Ada banyak literature yang menel,iti garis kartografis (salah satunya, artikel ringkas baru
baru ini, Buttenfield:1985), dan generalisasi garis garis tersebut (salah satunya,
McMaster:1987) (Carstensen, 1989:181).
Tiga contoh di atas menyajikan informasi yang mudah dipahami oleh pembaca. Dua
contoh pertama yang menjadi pendahuluan dalam penelitian kualitatif menunjukkan
bagaimana pembada di tarik perhatiannya dengan merujuk pada satu partisipan (di contoh
pertama) dan mengajukan satu pertanyaan (di contoh kedua). Contoh ketiga, yang menjadi
pendahuluan dalam penelitian kuantitatif, menunjukkan bagaimana pembaca dapat
mengawali bacaanhya dengan memahami beberapa literature terlebih dahulu. Yang jelas,
ketika contoh di atas sudah menggambarkan bagaimana menulis kalimat pembuka dengan
baik agar pembaca tidak dipaksa masuk ke dalam pemikiran yang terlalu detail, tetapi
digiring perlahan lahan ke dalam topic penelitian.
Untuk menggambarkan lebih jauh bagaimana proses menulis pendahuluan ini, saya
menggunakan metaphor seseorang yang sedang menurunkan seubah tong ke dalam sumur.
Penulis pemula menceburkan tong (pembaca) langsung ke kedalaman sumur (artikel).
Pembaca pun hanya akan melihat materi yang tidak biasa dan aneh. Sementara itu, penulis
yang berpengalaman menurunkan tong (pembaca) sedara perlahan lahan, seraya
membiarkannya beradaptasi dengan kedalaman (penelitian). Penurunan tong ini diawali
dengan narrative hook, yakni menceritakan contoh kasus umum terlebih dahulu sehingga
pembada dapat memahami dan menghubungkannya dengan topic penelitian.
Setelah itu, peneliti perlu menunjukkan masalah atau isu yang dapat menuntun pada
signifikansi penelitian. Artikel terezini et al.(2001) membahas problem yang unik, yaitu
perjuangan untuk meningkatkan keragaman ras dan etnik di universitas universitas AS.
Mereka mencatat bahwa kebijakan kebijakan untuk meningkatkan keragaman ini sedang
menjadi topic perdebatan nasional yang hangat (hlm.509).
Dalam ilmu social terapan, masalah penelitian bisa saja muncul dari isu isu,
kesulitan kesulitan, dan perilaku perilaku masa kini. Masalah penelitian ini akan menjadi
jelas jika peneliti mau mengidentifikasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti :
Apa kepentingan atau motivasi diadakannya penelitian ini? Atau Masalah apa yang
memengaruhi untuk melakukan penelitian ini? jawaban atas dua pertanyaan ini bisa
bermacam macam. Misalnya : karena sekolah masih belum menerapkan pedoman
pedoman multi cultural; karena ada kebutuhan dari para dosen yang harus dipenuhi agar
mereka terlibat dalam aktivitas pengembangan professional di jurusan jurusan mereka;
karena siswa siswa minoritas membutuhkan akses yang lebih baik ke universitas; atau
karena suatu masyarakat tidak boleh melupakan kontribusi para pelopor wanitanya. Semua
jawaban ini merupakan masalah =- masalah penting yang memerlukan penelitian
lebih jauh. Ketika merancang paragraph paragraph pembuka, yang tentu saja meliputi
masalah penelitian, ingatlah tips tips penelitian berikut ini :
Tulislah kalimat pembuka yang dapat menstimulasi ketertarikan pembaca dan mampu
menampilkan masalah yang dapat dipahami secara relasional oleh pembaca pada
umumnya.
Sebagai aturan umum, hindari penggunaan kutipan kutipan, khususnya kutipan yang
terlalu panjang, dalam kalimat pembuka. Kutipan kutipan hanya akan memunculkan
banyak kemungkinan penafsiran, bahkan dapa membuat topic penelitian menjadi tidak
jelas. Akan tetapi, dalam beberapa penelitian kualitatif, kutipan kutipan seperti ini juga
dapat menarik perhatian membaca. Untuk itu, gunakan kutipan secara layak dan tepat.
Hindari ekspresi ekspresi idiomatic (kalimat kalimat membingungkan).
Pertimbangkan pengaruh informasi yang menggunakan angka angka (seperti,
Setiap tahun, sekitar 5 juta orang Amerika mengalami kematian anggota keluarga secara
tiba tiba).
Tunjukkan secara jelas masalah yang diangkat (seperti, dilemma, isu) yang dapat
menuntun pada penelitian. Cobalah bertanya pada diri sendiri : Adakah kalimat
yang bisa mewakili masalah penelitian yang saya angkat ini?
Tunjukkan mengapa masalah tersebut penting diteliti dengan cara mengutip berbagai
referensi yang membenarkan kelayakan penelitian akan masalah tersebut. Sekadar
intermezzo : saya selalu mengatakan kepada para mahasiswa saya : Jika kalian
tidak memiliki banyak referensi pada halaman halaman pertama proposal kalian maka
penelitian kialian tidak akan bernilai akademik.
140
Pastikan bahwa masalah sudah dijelaskan dalam konstruksi yang konsisten dengan jenis
pendekatan penelitian (seperti, eksploratoris daslam kualitatif, pengujian hubungan
hubungan atau predictor predictor dalam kuantitatif, dan pendekatan keduanya dalam
metode campuran).
Tuliskah, apakah ada satu atau banyak masalah yang terlibat dalam penelitian sehingga
mengharuskan anda untuk menelitinya? Seringkali, dalam beberapa penelitian, ada
banyak masalah yang perlu dibahas. Bukan hanya satu masalah saja.
Berdasarkan rasionalisasi inilah, tidak sedikit ilmuwan sosial yang berusaha meneliti m
Meskipun ada minat yang sangat tinggi terhadap persoalan mikro-politik, anehnya sangat sedikit p
Tulislah paragraph pendek untuk menjelaskan tiga atau empat kekurangan dari
penelitian sebelumnya atau fokuslan pada satu kekurangan paling pokok, seperti yang pernah
dicontohkan dalam pendahuluan Terenzini et al. (2000).
Pada contoh tulisan berikut ini, Anda bisa melihat bagaimana penulisnya menyatakan
pentingnya penelitian pada paragraph pembuka. Penelitian yang dilakuka noleh Mascarenhas
(1989) ini meneliti kepemilikan perusahaan perusahaan industri. Dia secara jelas
menunjukkan bahwa para pengambil keputusan, anggota organisasi, dan para peneliti adalah
target pembacanya yang diharapkan akan membaca hasl penelitiannya.
Contoh 5.3 Signifikansi Penelitian yang Dinyatakan
dalam Pendaluluan Studi Kuantitatif
penelitian tentang kepemilikan organisasi dan ranah ranah di dalammya, seperti cos
organisasi organisasi yang merefleksikan satu atau dua jenis kepemilikan, namun pe
(Mascarenhas, 1989 : 582)
RINGKASAN
Bab ini menyajikan cara cara bagaimana menyusun dan menulis pendahuluan untuk
penelitian penelitian akademik. Untuk menulis pendahuluan yang baik, pertama tama
peneliti perlu mendeskripsikan masalah penelitian yang berhubungan dengan penelitian
kuantitatif, kualitatif, atau metode campurannya. Kemudian, peneliti disarankan untuk
menggunakan model pendahuluan lima bagian yang sudah dijelaskan dalam bab ini. Model
yang sering kali dikenal dengan istilah model defisiensi ini diterapkan, salah satunya, dengan
cara mengidentifikasi terlebih dahulu kasus kasus umum (dengan teknik narrative hook)
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Selain itu, peneliti juga perlu menyertakan secara singkat tinjauan psutaka/literature
lain yang relevan, seraya menunjukkan satu atau lebih kekurangan (defisiensi) dalam
literature literature tersebut dan menegaskan bagaimana penelitian yang diajukan dapat
mengoreksi kekurangan kekurangan itu. Peneliti kemudian mulai memerinci secara implicit
atau eksplisit pembaca pembaca tertentu yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari
penelitiannya. Akhirnya, peneliti dapat menutup pendahuluannya dengan menyatakan
setidaknya- tiga atau empat tujuan diadakannya penelitian.
Latihan Menulis
LATIHAN MENNULIS
BACAAN TAMBAHAN
Bem, D.J. (1987). Writing the Empirical Journal Article. Dalam M. P.Zanna&J.M Darley
(ed.). The Compleat Academic : A Practical Guide for the Beginning Social Scients.
New York : Random House. (hlm. 171-201).
Daryl Bern menekankan pentingnya statemen/paragraph pembuka dalam suatu
penelitian. Dia menyajikan sederet aturan tentang paragraph pembuka ini, yang menurutnya
harus menekankan pada kejelasan, keterbacaan, dan struktur yang dapat menuntun pembaca
langkah demi langkah untuk sampai pada rumusan masalah. Bern juga menyajikan contoh
contoh paragraph pembuka, baik yang memuaskan maupun yang tidak. Menurut Bern,
paragraph pembuka yang baik adalah paragraph yang dapat dimengerti bahkan oleh
seseorang yang bukan ahli sekalipun, dan juga tidak membosankan lantaran terlalu banyak
bahasa teknis.
Bagian terakhir dari pendahuluan, sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 5,
adalah menyajikan tujuan penelitian. Inilah bagian terpenting dari keseluruhan penelitian.
Untuk itu, tujuan penelitian harus ditulis dengan jelas dan spesifik. Dari tujuan inilah semua
asfek penelitian ditentukan. Dalam artikel-artikel jurnal, peneliti biasanya menulis tujuan
penelitian dibagian pendahuluan. Namun, dalam disertasi atau proposal disertasi, tujuan
penelitian sering kali ditulis secara terpisah.
Dalam bab yang khususnya untuk tujuan penelitian ini, saya membahas alasan-
alasan/rasionalisasi ditulisnya tujuan penelitian, prinsip-prinsip kunci, dan contoh-contoh
tujuan penelitian yang biasa anda modifikasi untuk proyek proposal anda.
150
(Creswell & Brown, 1992), atau dengan mengeksplorasi identitas guru dan
marginalisasi atas identitas ini disekolah tertentu (Huber & Whelan,1999), atau dengan
menjelaskan makna kebudayaan bisbol dalam hubungannya dengan pekerja studion
(Trujillo,1992), atau menunjukkan bagaimana individu-individu tertentu secara kognitif
mencirikan penyakit AIDS yang dideritanya (Anderson & Spencer, 2002). Contoh-
contoh ini semua mengiliustrasikan bahwa ada satu gagasan utama yang dijadikan
focus dalam tujuan penelitian kualitaitf.
Gunakanlah verb-verb tindakan untuk menunjukkan bahwa ada proses learning dalam
penelitian anda. Verb-verb atau frasa-frasa tindakan, seperti mendeskripsikan,
memahami, mengembangkan, meneliti makna, atau mengamati, akan membuat
penelitian anda terbuka atas kemungkinan-kemungkinan lain: suatu cirri yang
menunjukkan bahwa penelitian anda adalah penelitian kualitatif.
Gunakan kata-kata dan frasa-frasa yang netral ---bahasa tidak langsung ---seperti , dari
pada menggunakan kata-kata pengalaman sukses individu-individu. Lebih
baik memakai kata-kata pengalamn individu-individu jangan terlalu sering
menggunakan atau frasa-frasa yang problematik, seperti berguna, positif, dan informatif
---kata-kata yang seolah-olah memiliki makna yang bisa saja nuncul atau tidak muncul.
McCracken (1998) mengatakan bahwa dalam wawancara kualitatif, pewawancara
seharusnya mengajak responden untuk mendeskripsikan pengalamannya. Dengan
demikian, pewawancara (peniliti) ini dapat dengan mudah mengutak-atik
atturan ketidaklangsungan (McCracken, 1998: 21) tersebut dengan menggunaka kata-
kata yang seolah-olah berorientasi langsung.
Sajikan definisi umum mengenai fenomena atau gagasan utama, khususnya jika
fenomena tersebut merupakan istilah yang tidak dipahami oleh pembaca luas. Karena
termasuk dalam retorika penelitian kualitatif, definisi ini tidak boleh rigid, melainkan
tentatif dan berkembang selama pemelitian berdasarkan informasi dari para partisipan.
Untuk itu, peneliti kualitatif setidak-tidaknya harus menggunakan kata-kata seperti:
untuk semintara ini, definisi..... (fenomena utama) adalah .... selain itu peneliti juga
perlu memperhatikan bahwa definisi ini tidak boleh dicampur-baurkan dengan definisi
yang lebih detail, spesifik, teoritis dan teknis yang biasanya ada pada bagian khusus,
definisi istilah, seperti yang telah saya jelaskan dalam Bab 2. Tujuan disajikannya
definisi umum ini adalah untuk menunjukkan kepada pembaca makna general dari
fenomena yang dijabarkan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata teknis strategis/teori penelitian yang digunakan ketika sampai pada
bagian pengumpulan data, analisis data, dan proses penelitian, seperti: apakah
penelitian tersebut menggunakan teori etnografi, grounded theory, studi kasus,
fenomenologi, pendekatan naratif, atau strategi-stragi lainnya. Gunakan kata-kata yang
sering digunakan dalam teori-teori diatas.
Jelaskan para partisipan yang terlibat dalam penelitian, seperti: apakah partisipan
penelitian anda terdiri dari satu atau lebih individu, atau sekelompok orang, atau suatu
organisasi.
Tunjukkan lokasi dilakukannya penelitian, seperti rumah, kelas, organisasi, program,
atau peristiwa tertentu. Gambarkan tempat ini secara detail sehingga pembaca benar-
benar mengetahui dimana penelitian itu dilaksanakan.
Sebagai langkah akhir dalam tujuan penelitian kualitatif, gunakan beberapa bahasa
yang membatasi ruang lingkup partisispan atau lokasi penenlitian. Misalnya, penelitian
bisa saja terbatas pada wanita saja, atau satu wilayah geografis tertentu. Fenomena
utama dapat dibatasi pada individu-individu dalam suatu organisasi bisnis, lebih khusus
mereka yang menjadi anggota tim kreatif. Pembatasan-pembaasan semacam ini aka
membantu peneliti untuk lebih jauh menjabarkan parameter penelitiannya.
Meskipun ada banyak variasi dalam mencantumkan poin-poin di atas pada tujuan
penelitian, proposal disertasi atau tesis kualitatif yang baik, setidak-tidaknya harus mencakup
beberapa diantara poin-poin itu.
Untuk membantu anda, di sini saya menyajikan sejumlah catatan yang mungkin
berguna dalam menulis tujuan penelitian kualitatif. Seperti catatan-catatan (scripts)
sebelumnya dalam buku ini, saya sudah menyediakan ruang agar anda bisa menyisipkan
informasi yang sesuai.
Tujuan penelitian..... (strategi/teori penelitian, seperti etnografi, studi kasus, atau
sejenisnya) ini adalah untuk..... (memahami? mendeskripsikan? mengembangka?
meneliti?) ...... (fenomena utama yang diteliti) pada...... (para partisipan, seperti
individu, kelompok, atau organisasi) di...... (lokasi penelitian). Dalam penelitian
ini....... (fenomena utama yang diteliti) secara umum dapat didefinisikan
sebagai.... (sajikan definisi umum).
Conto-contoh di bawah ini mungkin tidak secara sempurna mengilustrasikan semua
elemen yang telah saya jelaskan, tetapi setidaknya contoh-contoh berikut ini telah berhasil
menyajikan model-model yang layak ditiru dan dipelajari.
Saya memperoleh tujuan penelitia yang ditulis oleh Lauterbach (1993) ini disebuah artikel
jurnaldi bagian pembukanya yang berjudul tujuan penelitian. Judul inilah yang secara
jelas mengajak pembaca untuk focus pada tujuan penelitian. pengalaman kehidupan
para ibu menjadi fenomena utama dan penulis menggunakan kata kerja mengartikulasikan
untuk membahas makna (kata yang netral) dari pengalaman-pengalaman ini. Penulis lalu
mendifinisikan pengalaman-pengalaman apa saja yang ditelitinya terkait dengan
memori dan pengalaman hidup ini. Di sepanjang tulisannya, jelas Leuterbach telah
menggunakan strategi fenomenologi. selain itu, tulisan Leuterbach juga secara jelas
menunjukkan bahwa partisipannya hanya para ibu, dan bagianbagian selanjutnya di artikel
itu, pembaca akan melihat bagaimana Leuterbach melakukan interviw pada lima sampel ibu
(yang masing- masing telah mengalami keguguran) dirumah mereka.
Kos (1991) melakukan beberapa kali studi kasus tentang siswa-siswa SMP
yang tidak bisa membaca. Studi kasus ini berfokus pada faktor-faktor yang
menghalangi para siswa SMP berkembang dalam skill membacanya. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut:
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi faktor-faktor afektif, sosial, dan
edukatif yang mempengaruhi empat anak remaja (siswa) tidak mampu
membaca. Penelitian ini juga berusaha menjelaskan mengapa siswa-siswa
tersebut tetap saj tidak bisa membaca meskipus sudah bertahun-bertahun
sekolah. Penelitia ini bukanlah intervensi, meskipun beberapa siswa
mungkin telah mampu mengembangkan skill membaca mereka, bukan
berarti fokus penelitian ini pada usaha peningkatan skill membaca.
faktor tersebut, seperti afektif, sosial, edukatif. Dia juga menulis pernyataan di atas dengan
judul Tujuan Penelitian untuk membuat pembaca fokus pada tujuan penelitiannya. Tidak
hanya itu, dia juga menyebutkan para partisipannya secara jelas. Pada bagian selanjutnya,
diartikel tersebut, khususnya dibagian abstraksi dan metodologi, pembaca akan menemukan
bahwa penelitian Kos ini menggunakan strategi penelitian studi kasus yang dilakukan dalam
suatu ruang kelas.
Karena tujuanya adalah untuk meningkatkan iklim kampus maka penelitian
kualitaitf diatas termmasuk ke dalam jenis penelitian advokasi, seperti yang telah dijelaska
dalam Bab 1. Uniknya, tujuan penelitian ini muncul di bagian awal artikel, yang memang
menjadi cirri umum untuk artikel-artikel jurnal. Kebutuhan mahasiswa yang gay dan
biseksual menjadi fenomena utama yang diteliti.
Contoh 6.3 Tujuan Penelitian Dalam Etnografi
Peneliti beusaha untuk mengeksplorasi fenomena terssebut, dan pembaca akan memahami
bahwa partisipannya adalah para wanita yang bekerja di tempat berbeda-beda. Grounded
Theory sebagai strategi penelitian disebutkan pada bagian abstraksi dan dijelaskan lebih
lanjut pada bagian prosedur penelitian.
Gunakan kata-kata untuk menandai tujuan penelitian anda, seperti tujuan, maksud,
atau sasaran. Mulailah dengan kata-kata seperti tujuan (atau maksud atau
sasaran) penelitian ini adalah......
Tunjukkan teori, model, atau kerangka konseptual yang anda gunakan. Dalam hal ini,
Anda tidak perlu mendeskripsikannya secara detail karena--- seperti yang sudah saya
jelaskan pada Bab 3--- ada kemungkinan bagian Perspektif Teoritis ditulis
secara terpisah untuk keperluan ini. Mendeskripsikan teori secara sederhana di bagian
tujuan penelitian akan memberikan penekanan pada pentingnya teori itu dalam
penelitian tersebut.
Tunjukkanlah varibel bebas dan varibel terikat, serta varibel-variabel lain, seperti
mediate, moderate, atau control, yang digunakan dalam penelitian.
Gunakan kata-kata yang dapat menghubungkan varibel bebas dan varibel terikat
untuk emnunjukkan bahwa kedua jenis varibel ini benar-benar saling berhubungan,
seperti hubungan antara dua atau lebih varibel, atau perbandingan antara dua
atau lebih kelompok. Kebanyaka penelitian kuantitatif menggunakan dalah satu dari
dua opsi ini untuk menghubungkan varibel-varibel dalam tujuan penelitian. Tetapi ada
juga peneliti yang menggunaka kombinasi antara membandingkan (comparing) dan
menghubungkan (relating), misalnya, penelitian eksperimen dua faktor yang
didalamnya peneliti memiliki dua atau lebih kelompok treatment dan satu varibel
bebas. Meskipun peneliti kebanyakan menggunakan teknik menghubungkan dua atau
lebih kelompok dalam penelitian eksperimen, tidak menutup kemungkinan mereka
juga menggunakan teknik tersebut dalam penelitian survei.
Tempatkanlah dan susunlah varibel-varibel ini dari kiri ke kanan, dengan varibel
bebas (di bagain kiri) yang diikuti oleh varibel terikat (di bagian kanan). Letakkan
varibel-variabel intervening antara varibel bebas dan varibel terikat. Banyak peniliti
juga meletakkan varibel-varibel moderating antara varibel bebas dan varibel terikat.
Bahkan, varibel control juga tidak jarang diletakkan secara tiba-tiba mengikuti varibel
terikat, misalnya dalam frasa yang juga dipengaruhi oleh...... atau dengan varibel
kontrol....... Dalam penelitian eksperimen, varibel bebas selalu menjadi varibel yang
dimanipulsi.
Sebutkan jenis strategi penelitian (seperti strategi survei atau eksperimen) yang
digunakan dalam penelitian. Dengan menyatakan informasi tentang strategi
penelitian, peneliti setidaknya sudah mengantisipasi diri untuk tidak membahas detail
metodologi penelitian (yang biasanya di tulis dibagian khusus) dan memungkinkan
pembaca untuk mengasosiasikan hubungan antarvaribel dengan strategi penelitian.
Tunjukkan sedcara jelas partisipan (atau unit analisis) dan lokasi penelitian tersebut.
Definisikanlah secara umum masing-masing varibel kunci, misalnya dengan
menggunakan definidi-definisi yang sudah diterima secara umum yang berasal dari
literatur-literatur. Disertakannya definisi umum ini adalah untuk membantu pembaca
lebih memahami tujuan penelitian. Meski demikian, peneliti tidak boleh memberikan
terlalu detail memberikan definisi secara operasional karena definisi semacam ini
biasanya ditulis dalam bagian khusus Definisi Istilah (yang menjelaskan
secara rigid bagaimana varibel-varibel diukur). Selain itu, berikan batasan pada ruang
lingkup penelitian, seperti ruang lingkup pengumpulan data atau ruang lingkup
partisipan penelitian.
Berdasarkan poin-poin di atas, tujuan penelitian kuantitatif dapat ditulis sebagai
berikut:
Tujuan penelitian....... (eksperimen? survei?) ini adalah untuk menguji teori....... yang .....
(membandingkan? emnghubungkan?)...... dengan (varibel terikat), yang juga
dipengaruhi/dikontrol oleh....... (varibel kontrol), terhadap..... (partisipan penelitian)
di...... (lokasi penelitian). Varibel-(varibel) bebas....... dalam hal in didefinisikan
sebagai....... (sajikan suatu definisi umum), dan varibel(-varibel) control dan
intervening..... (tunjukkan varibel control dan intervening) didefinisikan sebagai.......
(sajikan definisi umum).
Contoh-contoh berikut ini akan mengilustrasikan elemen-elemen di atas. Dua
penelitian pertama adalah penelitian survey, satu penelitian terakhir adalah penelitian
eksperimen.
Contoh 6.5 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei
Meskipun Kalof (2000) tidak menyebutkan teori yang dia gunakan, setidak-tidaknya
dia telah mengidentifikasi varibel bebas (perilaku seks) dan varibel terikat (pelecehan
seksual) dalam penelitiannya. Dia juga menggunakan kata-kata hubungan antara untuk
menunjukkan relasi antarvaribel. Tujuan penelitian di atas juga telah mengidentifikasi secara
jelas para partisipan (wanita) dan lokasi penelitian (Universitas) . Selanjutnya, pada bagian
metodologi penelitian, Kalof menyebutkan bahwa penelitiannya menggunakan metode survei
mailed. Selain itu, meskipun Kalof tidak mendefinisikan varibel-varibel utama dalam tujuan
penelitian di atas setidaknya dia sudah menyajikan ukuran-ukuran spesifik pada varibel-
varibel tersebut dalam rumusan masalah.
Kutipan di atas mencakup beberapa komponen tujuan penelitian yang baik. Selain
ditulis pada bagian terpisah (Pernyataan Masalah), kutipan di atas telah menggunakan kata
hubungan, istilah-istilah yang didefinisikan, populasi dan sebagainya. Lebih jauh, dari
susunan varibel yang dijelaskan, pembaca akan mudah mengidentifikasi varibel bebas dan
varibel terikatnya.
Contoh 6.6 Tujuan Penelitian Dalam Studi Survei Disertasi
160
partisipan yang terlibat dalam penelitian eksperimennya. Dalam hal susunan varibel, mereka
menyusunnya dengan meletakkan varibel terikat diurutan pertama an varibel bebasnya di
161
bagian ke dua (Note: cara penulisan ini berbeda dengan apa yang sayasarankan agar varibel
bebas ditulis terlebih dahulu---- dari kiri--- kemudian varibel terikat---- kekanan). Meski
demikian, kelompok-kelompok dalam masing-masing varibel telah diidentifikasi secara jelas.
Begitu pula, meskipun dalam tujuan penelitian diatas par apenulisnya tidak menyebutkan
dasar teori yang digunakan, dalam pararaf-paragraf sebelumnya mereka sebenarnya sudah
mereview beberapa penemuan dari teori sebelumnya.
Contoh 6.7 Tujuan Penelitian Dalam Studi Eksperimen
1. Penelitian sekuensial dengan tahap kuantitatif di urutan kedua yang didasarkan pada tahap
kualitatif di urutan pertama:
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial dua-tahap ini adalah untuk....
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Tahap pertama adalah eksplorasi
kualitatif terhadap ... (fenomena utama) dengan mengumpulkan (jenis-jenis data) dari (para
partisipan) di (lokasi penelitian). Penemuan- penemuan dari tahap kualitaiif ini kemudian
digunakan untuk menguji (suatu teori, rumusan masalah, atau hipotesis) yang
(menghubungkan? membandingkan?) (variabel bebas) dengan (variabel terikat) terhadap
(sampel dari populasi) di (lokasi penelitian). Alasan didahulukannya pengumpulan data
kualitatif disebabkan (seperti, instrumen - instrumennya tidak sesuai atau tidak tersedia,
variabel variabel-nya tidak diketahui, ada sedikit teori atau taksonomi yang dapat dijadikan
panduan rigorus).
2. Penelitian sekuensial dengan tahap kualitatif tindak-lanjut (di urutan kedua) yang turut
membantu menjelaskan tahap kuantitatif sebelumnya (di urutan pertama):
Tujuan dari penelitian metode campuran sekuensial dua- tahap ini adalah untuk
(sebutkan tujuan penelitian berdasarkan konten). Pada tahap pertama, rumusan masalah
atau hipotesis penelitian kuantitatif akan menjelaskan hubungan atau perbandingan
(variabel bebas) dan (variabel terikat) dengan melibatkan (partisipan penelitian) di
(lokasi penelitian). Informasi dari tahap pertama akan dieksplorasi lebih lanjut pada tahap
kedua, yaitu tahap kualitatif. Pada tahap kedua ini, wawancara atau observasi kualitatif
digunakan untuk memeriksa kembali (hasil-hasil kuantitatif) dengan mengeksplorasi
aspek-aspek ............................................................................. (fenomena utama)
dengan melibatkan (para partisipan) di (lokasi penelitian). Alasan ditindaklanjutinya
metode kuantitatif ini dengan metode kualitatif adalah untuk (seperti, lebih memahami
dan menjelaskan hasil-hasil kuantitatif yang diperoleh sebelumnya).
3. Penelitian konkuren dengan mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif
sekaligus dalam satu waktu, lalu memadukan keduanya untuk dapat memahami
masalah penelitian dengan lebih baik :
Tujuan penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk..:.. (sebutkan tujuan
penelitian berdasarkan konten). Dalam penelitian ini,.... (instrumen instrumen kuantitatif)
akan digunakan untuk mengukur hubungan antara (variabel bebas) dan (variabel
terikat). Pada waktu bersamaan, (fenomena utama) akan dieksplorasi dengan
menggunakan (wawancara atau observasi kualitatif) dengan/terhada (para partisipan)
di (lokasi penelitian). Asalan mengombinasikan data kuantitatif dan data kualitatif
ini adalah agar lebih memahami masalah penelitian tersebut dengan mengon vergensi data
kualitatif (berupa angka-angka) dan data kuantitatif (berupa pandangan-pandangan
deskriptif).
4. Contoh terakhir adalah penelitian metode campuran dengan strategi transfofiriatif.
Contoh ini ditulis berdasarkan penelitian konkuren, tetapi yang namanya proyek metode
campuran bisa saja menggunakan strategi konkuren (data kuantitatif dan data kualitatif
dikumpulkan dalam waktu bersamaan) ataupun strategi sekuensial (dua jenis data
yang dikumpulkan secara ber-tahap). Dikatakan strategi tranformatif karena tujuan dari
penelitian ini adalah untuk membahas isu utama yang berhubungan dengan kelompok-
kelompok atau individu-individu yang ter-marjinalkan. Selain itu, hasil dari penelitian
semacam ini biasa- nya untuk mengadvojcasi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau
individu tersebut sehingga dalam tujuan penelitiannya diserta-kan pula penjelasan
mengenai usaha/harapan transformasi (perubahan) dalam tujuan penelitian. Tujuan
penelitian metode campuran konkuren ini adalah untuk (sebutkan isu-isu yang perlu
dibahas terkait dengan kelompok atau individu-individu yang termarjinalkan). Dalam
penelitian ini, ..... (instrumen- instrumen kuantitatif) akan digunakan untuk
mengukur hubungan antara (variabel- variabel bebas) dan (variabel-variabel terikat).
Pada waktu bersamaan, (fenomena utama) akan dieksplorasi juga dengan
menggunakan (wawancara atau observasi kualitatif) dengan/terhadap (para
partisipan) di (lokasi penelitian). Alasan
dikombinasikannya data kuantitatif dan data kualitatif iri adalah untuk lebih
memahami masalah penelitian dengan cara mengonvergensi data kuantitatif (berupa
angka-angka) dan
data kualitatif (berupa pandangan-pandangan rinci),dan untuk mengadvokasi
perubahan/transformasi bagi (kelompok-kelompok atau individu-individu).
Hossler dan Vesper (1993) meneliti sikap/kecehderungan anak-anak dan prang tua, khususnya
yang terkait dengart pengbernatan orang tuauntuk pendicfikan S2 bag] anak-a.nak rriereka.
Pajarrr penejitian yang diiaksariakan selama tig a tahun, mereka rnengideritiftkasi taktpf-
faktof yang sangat berhubufigari dengan p'enghematart orang tua dan data kuantitatif-
kualitatif yang mereka kurhpulkan. Tujuan penelitian mereka adalah sebagai perikut:
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku pengtiernatan (saving) orang tua,
Dengan menggunakan data anak-anak dan orang tua yang diperoleh dari penelitian
longitudinal dengan metode survei selama tiga tahun, kami memilih regresi logistik untuk
mengidentifikasifaktor-faktor yang berhubungan dengan pehghematan prang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. fidakhanya itu, kami juga berusaha menggali
pengetahuan lain dari hasil wawancara kami dengan beberapa sampel mahasiswa dan orang
tua mereka selama lima kali dalam jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini
diharapkan dapat mernbantu mengekSplorasi lebih jauh isu teritang penghematan orang
tua.
Dalam teks aslinya, tujuanpenelitian di atas ditulis denganjudul "Tujuan." Tujuan tersebut juga
sudah mengindikasikan bahwa ada data kuantitatif (seperti, survei) dan data kualitatif (seperti,
wawan-cara) yang dicampur dalam penelitian. Kedua jenis data ini di-kumpulkan selama
periode tiga tahun. Artinya, penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian triangulasi atau
konkuren. Alasan dipilihnya metode triangulasi atau konkuren ini memang tidak di-sertakan
dalam tujuan penelitian di atas, namun ia telah disajikan pada bagian selanjutnya, dalam
pembahasan metode survei dan wawancara. Dalam bagian metode survei dan wawancara inilah
di-dapati pernyataan bahwa "wawancara juga digunakan untuk meng-eksplorasi lebih detail
variabel-variabel yang sudah dianalisis dan untuk mengtriangulasi hasil penelitian berdasarkan
data kuantitatif dan data kualitatif" (Hossler & Vesper, 1993:146)
Contoh 6.9 Tujuan Penelitian Metode Campuran Sekuensial
Ansorge, Creswell, Swidler, dan Gutmann (2001) meneliti penggunaan laptop
iBook di tiga kelas Metoae Pendidikan Guru. Laptop ini memungkinkan mahasiswa untuk
belajar di meja mereka masing-masing dan mernanfaatkannya untuk login secara langsung
ke dalam website-website yang direkomendasikan oleh instruktur. Tujuan
penelitiannya adalah sebagai berikut :
Tujuan penelitian metode campuran sekuensial ini adalah per-tama-tama untuk
mengeksplorasi dan membuat tema-tema utama tentang penggunaan laptop
iBook di kelas Metode Pendidikan Guru dengan melakukan observasi lapangan
dan wawancara langsung. Kemudian, dari tema-tema tersebut, dibuatlah
instrumen penelitian untuk menyurvei cara penggunaan laptop oleh para mahasiswa
dalam beberapa kondisi. Alasan digunakannya data kualitatif dan ddta kuantitatif
ini disebabkan survei terhadap.pengalaman mahasiswa dapat dilakukan dengan lebih
baik hanya jika eksplorasi terhadap cara penggunaan laptop oleh mahasiswa terlebih
dahulu diterapkan.
Tujuan penelitian di atas ditulis dengan judul "Tujuan." Tujuan penelitian tersebut
sudah menyebutkan jenis rancangan metode campuran yang digunakan (rancangan
sekuensial). Hal ini diperkuat karena di dalamnya berisi elemen-elemen dasar dari tahap
pertama ' (kualitatif) yang ditindaklanjuti oleh tahap kedua (kuantitatif). Tujuan penelitian di
atas juga menyertakan informasi mengenai dua strategi pengumpulan data dan diakhiri
dengan alasan digunakannya dua bentuk data dalam rancangan metode campuran
sekuensial.
RINGKASAN
Bab ini menjelaskan pentingnya tujuan penelitian yang menjadi gagasan utama
dilakukannya suatu penelitian atau studi. Dalam menulis tujuan penelitian kualitatif, peneliti
perlu menegaskan feno-mena utama yang diteliti dan menyajikan definisi tentatif ten tang
fenomena tersebut. Selain itu, peneliti juga perlu menggunakan kata-kata tindakan seperti
mengamati, mengetribangkan, atau mernahami, menggunakan bahasa tidak langsung, dan
memperjelas strategi penelitian, para partisipan penelitian, dan lokasi penelitian.
Dalam tujuan penelitian kuantitatif, peneliti menegaskan teori yang akan diuji dan
variabel-variabel yang akan dihubungkan atau diperbandingkannya. Peneliti juga perlu
menempatkan variabel bebas di urutan pertama (bagian kiri) dan variabel terikat di urutan
kedua (bagian kanan). Selain itu, peneliti harus menyatakan secara jelas strategi penelitian
yang
hendak diterapkan serta para partisipan dan lokasi penelitiannya. Dalam beberapa hal,
peneliti juga dapat mendefinisikan variabel-variabel kunci yang digunakan dalam
penelitian.
Dalam tujuan penelitian metode campuran, jenis strategi harus dinyatakan secara
jelas: apakah data penelitian dikumpulkan secara konkuren atau sekuensial, dan
alasan/rasionalisasi dignnakannya strategi tersebut. Selebihnya, karena ini penelitian
metode campuran maka beberapa elemen dalam tujuan penelitian kuantitatif dan kuali-tatif
juga harus disertakan.
Latihan Menulis
LATIHAN MENULIS
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Dalam buku ini, Catherine Marshall dan Gretchen Rossman membahas di antaranya
mengenai tujuan penelitian. Tujuan penelitian, menurut Marshall dan Rossman, lazimnya
disertai dengan pembahasan singkat mengenai topik penelitian dan sering kali ditulis dalam satu
atau dua kalimat. Tujuan penelitian menjelaskan kepada pembaca hasil-ttasil apa saja yang ingin
dicapai oleh peneliti. Peneliti harus menulis tujuan penelitian secara eksploratif, ekplanatoris,
deskriptif, dan emansipatoris. Peneliti juga perlu menyertakan unit analisis (seperti, individu-
individu atau kelompok-kelompok) dalam tujuan penelitiannya.
Creswell, J.W., & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods Research.
Thousand Oaks, CA: Sage.
John W. Creswell dan Vicki L. Piano Clark menulis buku peng-antar tentang penelitian
metode campuran. Di dalamnya, mereka membahas proses-proses penelitian dengan metode
campuran; mulai dari menulis pendaehuhian, mengumpulkan data, menganalisis data, menafsirkan
data, serta menulis hasil penelitian. Mereka juga me-nyajikan empat cqntdh jenis penelitian
metode campuran serta panduan-panduan umum dalam menulis tujuan penelitian berdasar-kan
contoh-contph tersebut.
Wilkinson, AJNC (1991).; The Scientist's Handbook for Writing Papers andfiissertatkms.
Englewood Cliff, NJ: Prentice Hall.
Antoinette Wilkinson menyebut tujuan penelitian dengan istilah "sasaran langsung penelitian"
(immediate objective of the study). Dia menyatakanbahwa tujuan penelitian ditulis untuk menjawab
rumus-an masalah. Lebih lanjut, tujuan penelitian harus disajikan dalam bagian pendabAiluan,
meskipun tujuan ini bisa saja secara implisit dinyatakan di bagian mana pun. Jika ditulis secara
eksplisit, tujuan penelitian sbaiknya ditulis di bagian akhir pendahuluan saja, atau diletakkan
berdampingan atau di pertengahan pendahuluan, tergantung pada bagaimana bagian
pendahuluan itu disusun oleh peneliti.
BAB TUJUH
RUMUSAN MASALAH DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
170
Ajukanlah satu atau dua pertanyaan utama (rumusan masalah) yang diikuti oleh lima
hingga tujuh subpertanyaan. Subpertanyaan-sub-pertanyaan ini harus sesuai dengan
rumusan masalah dan mem-peisempit fokus penelitian, tetapi tetap membuka
diri akan kemungkinan-kemungkinan lain. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar peneliti menulis tidak lebih dari dua belas pertanyaan
penelitian kualitatif, baik itu pertanyaan utama (rumusan masalah) maupun
subpertanyaan-subpertanyaan. Sebaliknya, subpertanyaan-subpertanyaan bisa dibuat
menjadipertanyaan-pertanyaan spesifik untuk digunakan selama xvawancara (atau
obser-vasi, atau ketika proses dokumentasi). Dalam membuat protokol atau panduan
wawancara, misalnya, peneliti dapat mengajukan pertanyaan ice breaker di awal
wawancara, yang kemudian di-lanjutkan dengan lima subpertanyaan (lihat Bab 9).
Wawancara ini kemudian bisa diakhiri dengan pertanyaan penutup, seperti yang
pernah saya lakukan dalam salah satu penelitian studi kasus saya: "Pertanyaan
terakhir, siapa yang bisa saya hubungi untuk mempelajari lebih jauh tentang topik
ini?" (Asmussen & Creswell, 1995).
Kaitkanlah pertanyaan utama (rumusan masalah) dengan strategi penelitian
kualitatif'tertentu. Misalnya, spesifikasi rumusan masalah dalam penelitian etnografi
berbeda dengan rumusan masalah dalam strategi-strategi penelitian kualitatif yang
lain. Dalam penelitian etnografi, Spradley (1980) mengajukan taksonomi rumusan
masalah etnografis terkait dengan sekelumit kisah komunitas culture-sharing,
pengalaman-pengalaman mereka, penggunaan bahasa asli, perbedaan-perbedaan mereka
dengan kelompok-kelompok kultural lain, dan rumusan masalah tambahan untuk
menverifikasi keakuratan data. Dalam etnografi kritis, rumusan masalah bisa saja
dibuatberdasarkan literatur-literatur yang ada. Rumusan masalah ini, biasanya lebih
berupa petunjuk-petunjuk kerja ketimbang kebenaran-kebenaranyang haruc
dibuktikan (Thomas, 1993:35). Sebaliknya, dalam fenomenologi, rumusan masalahnya
bisa dinyatakan secara luas tanpa harus merujuk pada literatur-literatur. Moustakas
(1994) membahas satu rumusan masalah tentang peristiwa apa saja yang dialami
partisipan dan dalam situasi apa mereka mengalami peristiwa itu. Contoh rumusan masalah
fenomenologi adalah: "Bagaimana kehidupan seorang ibu jika satu anak remajanya
meninggal karena kanker?" (Nieswiadomy, 1993: 151). Dalam grounded theory,
rumusan masalahnya bisa diarahkan menuju upaya menciptakan teori baru tentang proses-
proses tertentu, seperti mengajukan rumusan masalah untuk menciptakan teori
tentang
interaksi antara pasien dan dokter di rumah sakit. Dalam penelitian studi kasus, rumusan
masalahnya bisa diarahkan untuk mendesknpsikan suatu kasus dan kecenderungan-
kecenderungan tertentu.
Awalilah rumusan masalah peneliticm Anda dengan kata-kata "apa" atau
"bagaimana" untuk meniinjukkan keterbukaan penelitian Anda. Kata bagaimana
sering kali menyiratkan bahwa penelitian tengah berusaha menjelaskan mengapa sesuatu
muncul. Kata ini memang menuntut adanya jawaban sebab-akibat yang lebih berhubungan
dengan penelitian kuantitatif. Hanya saja, dalam penelitian kuali-tatif, kata itu
mencerminkan pemikiran yang lebih terbuka.
Fokuslah pada satu fenomena atau konsep utama. Suatu penelitian memang bisa berkembang
dari waktu ke waktu; ada kemungkin-an banyak faktor lain yang muncul dan
memengaruhi fenomena tersebut, tetapi cobalah memulai penelitian Anda dengan satu
fenomena utama untuk dieksplorasi secara detail.
Gunakanlah verba-verba eksploratif sesuai dengan jenis strategi kualitatif yang
Anda terapkan. Verba-verba ini seyogianya mengajak pembaca untuk
memahami bahwa penelitian Anda:
Gimakanlah rumusan masalah yang open-ended (terbuka), tanpa perlu merujuk pada
literatur atau teori tertentu, kecualijika ada strategi ' penelitian kualitatif yang
menganjurkan hal itu.
Rinicilah para partisipan dan lokasi penelitian, itu pun jika sebelumnya informasi
mengenai keduanya belum dijelaskan.
Di bawah ini, salah satu model bagaimana menulis rumusan masalah kualitatif:
..............................(bagaimana atau apa) ("cerita tentang" untuk penelitian
naratif; "makna dari" untuk penelitian fenomenologi; "teori yang menjelaskan
proses" untuk penelitian grounded theory; "kecenderungan culture-sharing" untuk
penelitian etnografi; "isu" dalam "kasus" untuk penelitian studi kasus)....(fenomena
utama) dengan .....(partisipan penelitian) di..... (lokasi penelitian).
Berikut ini, kutipan sejumlah rumusan masalah kualitatif dari strategi-strategi penelitian
yang berbeda-beda.
Padula dan Miller (1999) melakukan studi kasus untuk mendeskripsikan pengalaman
para mahasiswi program doktrol psikologi di salah satu universitas research Midwestern yang
ingin kembali bersekolah, setefah beberapa lama mereka kuliah di universitas. Tujuannya
untuk mendokumentasikan pengalaman para mahasiswi ini berdasarkan perspektif
"perempuan" feminis dan gender. Padula dan Miller mengajukan tiga rumusan masalah
utama dalam penelitiannya:
(1) Bagaimana paYa mahasiswi program doktora psikologi mendeskripstkan keputusan
mereka untuk kembali bersekolah?
(2) Bagaimana para mahasiswi program doktoral psikologi mendeskripstkan
pengalaman mereka, ketika sudah mulai bersekolah kembalf? Dan
(3) Bagaimana sekembalinya mereka dari seKotah ini mengubah kehidupan mereka?
(Padula & Miller, 1999: 328)
Tiga rumusan masalah ini, semuanya diawali dengan kata bagaimana, menggunakan
verba- verba yang terbuka, seperti mende-kripsikan; dan fokus pada tiga aspek pengalaman
psikologis kembali ke sekolah, masuk kembali, dan mengubah. Ketiganya juga_me-nyebutkan
secara jelas para partisipan, yaitu mahasiswi-mahasiswi program doktoral di salah satu universitas
research Midwestern.
Sementara untuk contoh hipotesis kuantitatif dapat berupa seperti ini (hipotesis nol):
Tidak ada perbedaan signifikan antara .......... (kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen
dalam variabel bebas) terhadap..................... (variabel terikat).
Berikut ini, disajikan sejumlah petunjuk dalam menulis rumusan masalah dan hipotesis
kuantitatif yang baik:
Variabel-variabel dalam rumusan masalah atau hipotesis biasanya hanya digunakan dengan
tiga pendekatan dasar. Pertama, peneliti membandingkan kelompok-kelompok dalam
variabel bebas untuk melihat dampaknya terhadap variabel terikat. Kedua,
penelitimenghubungkan satu atau beberapa variabel bebas dengan satu atau beberapa
variabel terikat. Ketiga, peneliti mendeskripsikan respons-respons terhadap variabel bebas,
variabel mediate, atau variabel terikat. Kebanyakan penelitian kuantitatif menggunakan
salah satu atau lebih dari tiga pendekatan ini.
Salah satu hal yang paling sering muncul dalam penelitian kuantitatif adalah pengujian
terhadap suatu teori (lihat Bab 3) dan spesi-fikasi rumusan masalah atau hipotesis yang
berhubungan dengan teori tersebut.
Variabel bebas dan variabel terikat harus diukur secara terpisah. Prosedur ini sekaligus
memperkuat logika sebab-akibat dalam penelitian kuantitatif.
Untuk mengurangi "kelebihan muatan", tulislah hanya rumusan masalah atau hipotesis
saja, tidak kedua-duanya, kecuali jika hipotesis tersebut dibuatberdasarkan rumusan
masalah (mengenai
hal ini, akan dijelaskan kemudian). Pilihlah satu pola rumusan masalah atau hipotesis
berdasarkan tradisi atau rekomendasi dari pembimbing atau pihak fakultas, atau
berdasarkan ada tidaknya prediksi akan hasil penelitian dari penelitian-penelitian
sebelumnya.
Jika hipotesis yang digunakan, ada dua bentuk: hipotesis nol dan hipotesis alternatif.
Hipotesis nol merepresentasikan pendekatan tradisional: ia membuat suatu prediksi yang
menyatakan tidak ada satu pun hubungan atau perbedaan signifikan antara kelom-pok-
kelompok dalam variabel penelitian. Pernyataan untuk hipotesis nol bisa berupa: "Tidak
ada perbedaan (atau hubungan)" antara kelornpok-kelompok. Berikut ini, salah satu
contoh hipotesis nol
Tidak ada perbedaan signifikan antara isyarat verbal, reward dan tanpa penguatan
terhadap interaksi sosial antara anak-anak autis dan saudara-saudara mereka
Jenis lain dari hipotesis alternatif adalah hipotesis nondireksional: suatu prediksi dibuat,
namun bentuk perbedaan-perbedaannya (seperti, lebih besar, lebih lemah, lebih banyak,
kurang, dan se-bagainya) tidak secara eksak dirinci karena si peneliti tidak menge-tahui apa
yang diprediksikan dari literatur-literatur sebelumnya. Untuk itu, peneliti yang
menggunakan hipotesis ini kemungkinan akan menulis: "Ada perbedaan" antara dua
kelompok. Berikut ini, salah satu contoh yang menggabungkan dua jeni hipotesis
tersebut (direksional dan nondireksional).
Ht: Identitas gender Wanita Arab dan Yahudi yang religius dan sekuler sangat berkaitan
dengan tatanan masyarakat sosio-politik yang berbeda-beda yang turut
merefleksikan sistem nilai mereka yang berbeda-beda pula.
H2: Wanita religius dengan identitas gender yang prominen kurang aktif secara sosio-
politik ketimbang wanita sekuler dengan identitas gender yang juga prominen.
H3: Hubunga.,0 antara identitas gender, religiusitas, dan penlaku sosial lebih lemah
dalam komunitas wanita Arab ketimbang wanita Yahudi
1. Tlidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
2. Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dan ketekunan akademik bagi para
mahasiswi di bawah umur rata-rata.
3. Tidak ada hubungan antara fasilitas tambahan dan dukungan keluarga bagi para
mahasisvvi di bawah umur rata-rata
Untuk mehgiiustrasikan model rumusan masalah deskriptif dan , inferensial ini, anggap
saja ada seorang peneliti yang tengah rnenganalisis hubungan antara keterampilan berpikir kritis
(variabe! bebas yang .diukur berdasarkan instrumen tertentu) dan prestasi (variabel terikat yang
dmkur berdasarkan level-level) siswa kelas delapan jurusan ilmu sosial di distnk sekolah
metropolitan. Sebagai tindak lanjutnya, peneliti tersebut mendasarkan analisis ini pada variaber
control, yaitu pengaruh prestasi siswa-siswa sebeiumnya di kelas ilmu sosial dan pendidikan orang
tua. Jika mengikuti model yang sudah dijelaskan tadi, rumusan masalahnya bisa ditulis seperti
berikut ini:
Dalam buku^buku yang membahas mstode penelitian, peneliti biasanya tidak akan
melihatpenjelasan mengenai rumusan masalah atau hipotesis yang spesifik yang memang didesain
untuk rancangan metode campuran, Meski demikian, sudah banyak pembahasan mengenai aplikasi
rumusan masalah metode campuran dan bagaimana merancang rumusan masalah ini (lihat Creswell
& Piano Clark, 2007; Tashakkori & Creswell, 20&7).
Contoh 7.8 Hipotesis dan Rumusan Masalah dalam Penelitian Metode Campuran
Dari penelitian metode campuran ini dapat kita lihat bahwa Houtz telah menyertakan
hipotesis kuantitatif dan rumusan masaiah kualitatif di awal setiap tahap peneiitiannya, dan ia
sudah menggunakan elemen-elemen yang tepat dalam menulis hipotesis dan rumusan
masaiah tersebut. Dari hipotesis dan rumusan masaiah ini; Houtz (1995) sebenarnya bisa
membuat sejenis rumusan masaiah metode campuran yang ia nyatakan berdasarkan
perspektif procedural:
Bagaimana interview dengan para guru, kepala sekolah, dan para konsultan universitas
dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan kuantitatif dalam hal prestasi siswa-
siswa SMP dan SLTP?
Jika tidak, rumusan masaiah metode campurannya dapat ditulis berdasarkan orientasi
isi, seperti berikut ini:
Bagaimana pemikiran-pemikiran yang diungkapkan oleh para guru dapat membantu
menjelaskan mengapa nilai siswa SMP lebih rendah ketimbang nilai siswa SLTP?
RINGKASAN
Rumusan masalah dan hipotesis berperan sebagai "rambu-ranribu" bagi pembaca dan
untuk mempersempit tujuan penelitian. Para peneliti kualitatif seyogianya mengajukan
sedikitnya satu rumusan masalah utama danbeberapa subrumusari masalah. Mereka harus
mengawali rumusan masalahnya dengan kata-kala seperti bagaimana atau apakah dan
menggunakan verba-verba eksploratoris, seperti mengeksplorasi atau mendeskripsikan. Selain itu,
mereka harus menyajikan rumusan masalah yang umum dan luas yang memung-kinkan mereka
mengeksplorasi gagasan-gagasan partisipan. Mereka juga harus fokus pada satu fenomena utama
yang diteliti. Rumusan masalah dalam penelitian kualitatif juga harus menyebutkan partisipan
dan lokasi penelitian.
Sebaliknya, para peneliti kuantitatif bisa menulis rumusan masalah atau hipotesis saja. Kedua
bentuk ini harus meliputi variabel-variabel yang dideskripsikan. dihubungkan,
dikategorisasikan ke dalam kelompok-kelompok perbandingan. Dua bentuk ini juga bisa meliputi
variabel bebas dan variabel terikat yang diukur secara ter-pisah. Dalam beberapa penelitian
kuantitatif, peneliti sering kali menggunakan rumusan masalah saja. Akan tetapi, untuk
keperluan formal, hipotesis tidak jarang disertakan pula. Hipctesis merupakan prediksi atas hasil-
hasil penelitian. Hipotesis ini dapat berupa hipotesis alternatif yang memerinci hasil eksak yang
diharapkan (lebih banyak atau lebih luas, lebih kuat atau lebih lemah, dan sebagainya) dan juga
dapat berupa hipotesis nol yang mengindikasikan tidak adanya perbedaan atau hubungan
signifikan antara kelornpok-kelompok dalam variabel terikat. Biasanya, peneliti menulis variabel
bebas di urutan pertama, kemudian diikuti oleh variabel terikat di urutan kedua. Salah satu
teknik penyusunan rumusan masalah dalam proposal kuantitatif adalah mengawalinya dengan
rumusan masalah deskriptif, kemudian diikuti oleh rumusan masalah infe-rensial yang
menghubungkan variabel-variabel atau membanding-kan kelompok-kelompok dalam variabel.
Bagi para peneliti metode campuran, saya merekomendasikan agar mereka membuat
rumusan masalah metode campuran secara terpisah dalam penelitian mereka. Rumusan masalah ini
dapat ditulis berdasarkan prosedur-prosedur atau isi penelitian, dan bisa diletak-kan dalam bagian
yang berbeda-beda. Rumusan masalah untuk metode oampuran setidaknya juga harus
menunjukkan pentingnya penggabungan atau pengombinasian elemen-elemen kuantitatif dan
kualitatif. Sejumlah teknik dapat diterapkan untuk menulis rumusan masalah dengan metode
campuran, antara lain: (1) menulis hanya rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif (bukan
keduanya) dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis rumusan masalah atau hipotesis kuantitatif
dan rumusan masalah kualitatif yang diikuti oleh rumusan masalah metode campuran; atau (3)
menulis hanya rumusan masalah metode campuran saja.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Untuk penelitian kualitatif, tulislah salah satu atau dua rumusan masalah utama
yang kemudian diikuti oleh lima hingga tujuh subrumusan masalah.
2. Untuk penelitian kuantitatif, tulisiah dua jenis rumusan masalah. Jenis rumusan
pertama ditulis secara deskriptif tentang variabel bebas dan variabel terikat dalam
penelitian. Jenis rumusan kedua ditulis secara inferensial yang menghubungkan
(atau membandingkan) variabel bebas dan variabel terikat. Ikutilah model yang
disajikan dalam bab ini tentang pengombinasian rumusan masalah deskriptif dan
rumusan masalah inferensial.
3. Tulislah rumusan masalah metode campuran. Pertama-tama, tulislah rumusan
tersebut sebagai rumusan masalah yang didasarkan pada prosedur-prosedur penelitian
metode campuran, kemudian tulislah kembali rumusan tersebut berdasarkan pada isi
penelitian. Berikan komentar tentang pendekatan mana yang paling tepat untuk Anda
gunakan
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. (1999). "Mixed-Method Research: Introduction and Application." dalam GJ. Cizek
(ed.). Hcnulbook of Educational Policy. San Diego: Academic Press, (him. 455-472).
Dalam bab ini, saya menjelaskan sembilan langkah dalam melaksanakan penelitian metode
campuran, antara lain:
1. Pastikan, apakah masalah yang ingin Anda teliti memang mengharuskan dicampurnya dua
metode penelitian yang berbeda.
2. Pikirkan kemungkinan dan ketidakmungkinan dilaksanakannya penelitian metode
campuran.
3. Tulislah rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif.
4. Tentukan jenis-jenis strategi pengumpulan data.
5. Ukurlah bobot relatif dan strategi implementasi atas dua strategi (kuantitatif dan kualitatif)
tersebut.
6. Sajikan model visualnya.
7. Jelaskan bagaimana data akan dianalisis.
8. Berikan kriteria-kriteria pasti untuk mengevaluasi penelitian.
9. Buatlah rencana penelitian.
Dalam menulis rumusan masalah, saya merekomendasikan kepada para peneliti agar
membuat jenis rumusan kualitatif dan kuantitatif di mana di dalamnya juga disebutkan strategi
penelitian kualitatif yang digunakan
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). "Exploring the Nature of Research Questions in
Mixed Methods Research." dalam Tim Editorial. Journal of Mixed Methods Research.
1(3). (him. 207-211).
Tim editorial jurnal ini membahas penulisan dan sifat rumusan masalah dalam
penelitian metode campuran. Jurnal ini menyoroti pentingnya rumusan masalah dalam
proses penelitian dan membahas perlunya peiriahaman yang baik untuk menulis
rumusan masalah metode campuran. Dalam jurnal ini pula, diajukan sebuah pertanyaan:
"Bagaimana seseorang merancang rumusan masalah dalam penelitian metode
campuran?" (him. 207). Tiga model kemudian disajikan: (1) menulis secara terpisah
rumusan masalah kuantitatif dan rumusan masalah kualitatif; (2) menulis satu rumusan
masalah untuk metode campuran yang dapat mewakili semuanya; dan (3) menulis
rumusan masalah untuk masing-masing tahap penelitian (kuantitatif dan kualitatif) ketika
penelitian tersebut tengah ditulis dan dilakukan.
Morse, J.M. (1994). "Designing Founded Qualitative Research." dalam N.K. Denzin & Y.
S. Lincoln (Ed.).- Handbook of Qualitative Research. Thousand Oaks, CA: Sage. (him.
220-235).
Rancangan Survei
Dalam proposal, salah satu komponen pertama dalam bagian metode penelitian
adalah tujuan dasar atau alasan/rasionalisasi di-adakannya penelitian survei. Mulailah
membahas bagian pertama ini dengan rciereview tujuan survei dan rasionalisasi atas
pemilihan metode tersebut dalam penelitian yang Anda ajukan. Berikut ini, beberapa hal
yang bisa Anda bahas dalam proposal, khususnya di bagian metode penelitian untuk
rancangan survei:
190
salah satu buku/literatur yang membahas metode survei (beberapa buku
tersebut sudah saya tunjukkan dalam bab ini).
Tunjukkan mengapa survei lebih dipilih sebagai jenis prosedur pengumpulan
data dalam penelitian tersebut. Untuk rasionalisasi ini, pikirkanlah keunggulan-
keunggulan rancangan survei, seperti keekonomisan rancangan ini dan kecepatan
dalam menyajikan data penelitian. Jangan lupa untuk membahas keuntungan-
ke- untungan mengidentifikasi sifat-sifat suatu populasi berdasarkan sekelompok
kecil individu (sampel) (Babbie, 1990; Fowler, 2002).
Pertegas apakah survei yang Anda tetapkan adalah survei lintas- bagian {cross-
sectional survey) dengan mengumpulkan data satu per satu dalam satu waktu,
atau survei longitudinal (longitudinal survey) dengan mengumpulkan data secara
kumulatif sepanjang waktu.
Rincilah strategi pengumpulan data. Fink {2002) menunjukkan empat strategi
pengumpulan data, antara lain: (1) kuesioner yang disusun sendiri (self-
administered questionnaires); (2) wawancara (interviews); (3) review catatan
terstruktur (structured record review) untuk mengumpulkan informasi finansial,
medis, atau sekolah; dan
(4) observasi terstruktur (structured observation). Pengumpulan data juga bisa
dilakukan dengan menerapkan survei berbasis website atau internet dan mengolahnya
secara online (Nesbary, 2000; Sue & Ritter, 2007). Seperti apa pun data
dikumpulkan, yang jelas, peneliti harus tetap rnenyajikan alasan/rasionalisasi diguna-
kannya prosedur pengumpulan data tersebut dengan argumen-tasi-argumentasi yang
didasarkan pada kekuatan dan kelemahannya, biaya (cost), ketersediaan data, dan
kemudahan.
Instrumentasi
Sebagai populasi dan sampel, peneliti juga perlu menyajikan informasi detail
mengenai instrumen-Lnstrumen survei yang akan digunakan dalam peneiitian yang
diajukan. Pertimbangkan larigkah-langkah berikut:
Namailah instrumen survei yang Anda gunakan untuk mengumpulkan data.
Jelaskan apakah instrumen tersebut merupakan instrumen yang dirancang
khusus untuk peneiitian ini, sejenis instrumen yang dimodifikasi, ataukan
instrumen utuh yang pemah dirancang orang lain. Tika instrumen yang
digunakan memang dirancang khusus (modified instrument),, jelaskan apakah Anda
sudah memiiiki izin atau dasar teoretis yang kuat untuk menggunakannya.
Dalam sejumlah proyek penelitian survei, pe- neliti sering kali merancang suatu
instrumen dari beberapa komponen instrumen lain. Jika demikian, peneliti
tersebut seharusnya memiiiki izin atau dasar teoretis untuk menggunakan
sebagian instrumen-instrumen ini. Apalagi, instrumen-instrumen yang ada saat ini
sudah banyak dirancang monjadi sejenis pe- rangkat survei online (lihat, Stie &
Ritter, 2007). Salah satu pe rangkat survei online yang cukup terkenal adalah
SurveyMonkey (SurveyMonkey.com), sebuah produk komersial yang dirilis sejak
1999. Dengan menggunakan perangkat ini, peneliti dapat mem-buat survei-survei
pribadinya dalam waktu yang relatif cepat, hanya dengan memanfaatkan custom
templates, lalu mem-posting-nya di website-website mereka, atau mengirimkannya
pada para partisipan untuk diisi. Setelah itu, SurveyMonkey akan memberi-kan
hasil dan laporan balik kepada peneliti dalam bentuk statistik deskripuf, atau dalam
wujud informasi grafik. Hasil-hasil ini dapat diunduh ke dalam spreadsheet atau
database untuk kemudian dianalisis lebih lanjut. Perangkat ini gratis jika
digunakan untuk 100 resporis per survei, dan tidak lebih dari 10 pertanyaan per
survei. Jika peneliti menginginkan respons-respons tambahan, pertanyaan-
pertanyaan yang lebih banyak, dan beberapa custom feature yang lain,
SurveyMonkey membebankan biaya bulanan atau tahunan kepada si peneliti.
Ketika menggunakan instrumen yang memang sudah ada, deskripsikanlah
validitas dan reliabilitas skor-skor yang diperoleh dari penggunaan instrumen
tersebut sebelumnya. Hal ini berarti. mengharuskan peneliti untuk membangun
validitas atas instrumen tersebut adakah peneliti dapat menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan/dugaan-dugaan penting dan berguna dari skor-skor yang
diperoleh dari instrumen ini. Tiga bentuk validitas yang harus dicari adalah: (1)
content validity (apakah item-item yang dianalisis benar-benar sesuai konten
yang terdapat dalam item-item tersebut?); (2) predictive validity (apakah skor-skor
yang diperoleh sudah memprediksi kriteria-kriteria yang diukur? Apakah hasil-
hasilnya berkorelasi dengan hasil-hasil yang lain?); dan (3) construct validity
(apakah item- item yang dianalisis sudah sesuai dengan konstruksi-konstruksi
atau konsep- konsep hipotesis?). Dalam penelitian baru-baru ini, construct
validity juga meliputi pertanyaan dasar tentang apakah skor-skor yang dihasilkan
me-miliki tujuan yang berguna dan dampak-dampak yang positif ketika
dipraktikkan dalam kehidupan nyata (Humbley & Zumbo, 1996). Dengan
mendeteksi validitas skor dalam penelitian survei, peneliti dapat mengetahui
apakah instrumen yang digunakan benar-benar sudah tepat untuk penelitian
surveinya. Konsep validitas (validity) dalam penelitian survei ini tentu saja
berbeda dengan identifikasi
ancaman-ancaman terhadap validitas (threats to validity) dalam paielitian eksperimen
(mengenai hal ini, akan di-jelaskan lebih lanjut).
Lebih dari itu, jelaskan pula apakah skor-skor yang dihasilkan dari penggunaan
instrumen sebelumnya sudah mencerminkan adanya reliabilitas atau tidak. Untuk
mengetahui hal ini, peneliti harus mencari laporan mengenai konsistensi internal
(apakah respons dari setiap item sudah konsisten dengan konstruk-konstruk
yang dibuat?) dan korelasi test-retest (apakah skor-skor yang dihasilkan selalu stabil
meskipun instrumennya digunakan pada lain waktu?) dalam penggunaan
instrumen tersebut sebelumnya. Selain itu, pastikan juga apakah ada konsistensi
dalam aturan testing dan scormg-nya (apakah ada kesalahan-kesalahan yang
disebabkan karena kecerobohan dalam menerapkan aturan testing atau scoring
sebelumnya?) (Borg, Gall, & Gall, 1993).
200
Laporan apakah hasil hasil tes statistic yang diperoleh signifikan atau tidak secara
statistic, seperti analisis varian secara statistic menunjukan adanya perbedaan
signifikan antara wanita dan pria dalam hal sikap sikap mereka terhaap larangan
merokok di restoran F (2:6) = 8,55, p =.001.
Laporan bagaimana hasil hasil ini menjawab rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
Apakah hasil hasil tersebut mendukung hipotesis ataukah kontradiktif dengan yang
diharapkan?
Tunjukan pula kemungkinan menjelaskan mengapa hasil hasil tersebut bias muncul
seperti itu. Untuk menjelaskan ini, anda dapat merujuk kembali pada teori yang anda
gunakan dalam penelitian (lihat bab 3), literature literature sebelumnya yang membahas
hal ini (lihat bab 2), atau alasan/rasionalisasi lain yang logis.
Jelaskan juga kemungkinan hasil ini dipraktikkan di lapangan atau untuk penelitian
penelitian sebelumnya.
Partisipan
Pembaca perlu mengetahui cara pemilihan (sampling). Penugasan (assignment), dan
jumlah partisipan yang terlibat dalam suatu eksperimen. Perhatikanlah beberapa hal berikut
ini saat menulis metode eksperimen.
Deskripsikanlah proses pemilihan (sampling) partisipan, apakah dilakukan secara acak
atau non acak (dipilih secara kovenien).
Dalam pemilihan acak atau random sampling, masing masing individu memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai partisipan penelitian
Langkah ini juga akan memastikan bahwa sampel yang terpilih benar benar
representative dan bisa mewakili suatu populasi (Keppel, 1991). Meski demikian, dalam
beberapa penelitian eksperimen, hanya sampel convenience-lah yang memiliki
kemungkinan untuk terpilih sebab peneliti biasanya menggunakan kelompok kelompok
yang sudah terbentuk secara alamiah (seperti, sebuah kelas, organisasi, atau sebuah
keluarga) atau sukarelawan. Jika masing masing partisipan, tidak ditugaskna secara
acak (non-randomly assignment), berarti prosedur yang demikian lebih dikenal sebagai
prosedur quasi-eksperimen.
Jika setiap partisipan ditugaskan secara acak (randomly assignment) ke dalam beberapa
kelompok, berarti prosedur yang demikian dikenal sebagai prosedur true-experiment, jika
penelitian anda menggunakan penugasan acaka seperti ini, paparkanlah secara detail
bagaimana anda akan menugaskan secara acak masing masing individu ke dalam
kelomopk kelompok treatment. Hal ini berarti bahwa dalam lingkup partisipan,
partisipan pertama ditugaskan dalam kelompok I, partisipan kedua ditugaskan dalam
kelompok II, dan begitu seterusnya hingga tidak ada bias sistematik dalam penugasan
masing masing partisipan. Prosedur ini bisa menghilangkan kemungkinan adanya
perbedaan sistematik antara karakteristik karakteristik dari setiap partisipan yang bisa
mempengaruhi hasil penelitian, sehingga perbedaan apapun yang muncul dalam hasil
penelitian bisa diatribusikan pada treatment eksperimen (Keppel, 1991).
Jelaskan pula keunggulan keunggulan lain penelitian ekperimen yang secara sistematik
dapat mengontrol variabel variabel yang bisa mempengaruhi hasil penelitian. Salah satu
pendekatannya adalah dengan memasangkan partisipan berdasarkan sifat atau
karakteristik tertentu, kemudian memilih seorang partisipan dari masing masing
pasangan ini untuk ditugaskan dalam suatu kelompok. Pengukurannya dapat
menggunakan skor skor pre-test. Berdasarkan skor pretest ini, peneliti dapat
menugaskan setiap partisipan ke dalam kelompok tertentu dengan anggota yang juga
memiliki skor pre-test yang sama. Skro pre-test bisa dibagi menjadi skor tinggi, sedang
dan rendah, sebagai alternatifnya, individu individu bisa dipasangkan satu sama lain
berdasarkan level kemampuan atau variabel demografi.
Tabel 8.4. : Checklist pertanyaan partanyaan untuk merancang prosedur
penelitian eksperimen.
Siapa saja partisipan yang terlibat dalam penelitian?
Populasi seperti apa yang akan dijadikan landasan untuk menggeneralisasi semua
partisipan?
Bagaimana partisipan partisipan ini dipilih? Apakah dengan menggunakan
pemilihan acak (random sampling)?
Bagaimana partisipan partisipan ini akan ditugaskan secara acak (randomly
assignment)? Apakah mereka akan dipasangkan? Bagaimana caranya?
Ada berapa banyak partisipan dalam kelompok eksperimen dan kelompok control?
Apakah variabel (variabel) bebas (seperti, variabel outcome) dalam penelitian
tersebut? Bagaimana cara mengukurnya? Apakah variabel tersebut akan diukur
sebelum atau sesudah eksperimen?
Seperti apa treatmen nya? Bagaimana langkah operasionalnya?
Apakah variabel variabel akan dicovarian? Bagaimana cara pengukurannya?
Metode/rancangan penelitian eksperimen seperti apakah yang akan digunakan?
Bagiamana model visual untuk rancangan ini?
Instrumen apa saja yang akan digunakan untukm mengukur hasil penelitian?
Mengapa instrument tersebut dipilih? Siapa saja yang membuatnya? Apakah
instrument tersebut sudah valid dan reliable? Apakah peneliti sudah memiliki izin
unutk menggunakannya??
Bagaimana langkah langkah dalam prosedur penelitian ini (apakh dengan
menugaskan secara acak para partisipan ke dalam beberapa kelompok, atau dengan
mengumpulkan infromasi demografis, ataukah dengan menggunakan pre-test,
treatment, atau post-test?
Ancaman ancaman seperti apakah yang paling berpotensi mengurangi validitas
internal dan eksternal dalam penelitian ini? Bagaimana ancaman ancaman ini
akan dibahas?
Apakah instrument penelitian sudah diuji lapangan terlebih dahulu??
Statistic seperti apakah yang akan digunakan untuk menganalisis data (apakah
secara deskriptif atau inferensial?
Bagaimanahasil penelitian akan diinterpretasi?
Seorang peneliti bisa saja memutuskan untuk tidak melakukan pemasangan seperti
diatas sebab hal ini bisa menyedot banyak biaya maupun waktu (Salkind, 1990) serta
rentan menimbulkan adanya kelompok yang tidak bisa dibandingkan, misalnya jika ada
partisipan yang tidak mau ditreatment (Rosenthal & Roshnow, 1991). Prosedur lain untuk
mengontrol proses eksperimen adalah dengan menggunakan covarian (seperti, skor skro
pres-tes) sebagai variabel moderating dan mengontrol pengaruh dari skor skor ini secara
statistic, memilih sampel sampel yang homogen, atau mem-block beberapa partisipan
dalam subkelompok atau kategori tertentu, kemudian menganalisis pengaruh dari masing
masing subkelompok ini terhadap hasil penelitian (Creswell, 2008)
Tunjukkan kepada pembaca jumlah partisipan dalam setiap kelompok dan jelaskan
prosedur prosedur sistematik dalam menentukan besaran setiap kelompok. Untuk
penelitian eksperimen, penelitian seyogianya menggunakan analisis kekuatan (power
analysis) (lipsey, 1990) untuk mengidentifikasi besaran sampel yang sesuai untuk
kelompok kelompok tersebut. Kalkulasinya harus melibatkan beberapa hal berikut.
1. Pertimbangan level signifikasi statistic untuk eksperimen ini (alpha)
2. Jumlah kekuatan yang diinginkan biasanya disajikan dalam bentuk kuat (high),
sedang (medium), lemah (low) dalam pengujian statistic terhadap hipotesis nol
ketika hipotesis ini, sebenarnya, gagal.
3. Besaran efek, perbedaan perbedaan yang diinginkan dalam jumlah rata rata
antara kelompok control dan kelompok eksperimen yang dinyatakan dalam unit
unit deviasi standar.
Susunlah nilai nilai untuk tiga factor ini (seperti, alpha = .05, kekuatan = .80, dan
besaran efek = .50) dan perlihatkanlah dalam sebuah tabel besaran, besaran yang
dibutuhkan untuk setiap kelompok ini (lihat Cohen, 1977; Lipsey, 1990). Dalam hal
ini, rencanakanlah sebuah eksperimentasi supaya besaran setiap kelompok yang di-
tretment memberikan sensitivitas yang paling tinggi : bahwa pengaruh yang
diinginkan terhadap outcome penelitian bisa tercapai dalam manipulasi eksperimental
ini.
Variabel Variabel
Dalam penelitian eksperimen, variabel variabel harus dirinci agar pembaca bisa
melihat dengan jelas kelompok kelompok apa yang akan dieksperimentasi dan outcome
outcome apa saja yang ingin diukur. Berikut ini adalah beberapa saran bagaimana
mengembangkan gagasan terkati dengan variabel variabel dalam proposal penelitian:
Tunjukkanlah secara jelas variabel variabel bebas yang anda gunakan dalam
penelitian tersebut (ingat kembali pembahasan mengenai variabel dalam bab 3). Satu
variabel harus menjadi treatment variabel. Satu atau beberapa harus meminta
treatment dari peneliti. Variabel variabel bebas yang lain bisa saja menjadi
measured variabel yang didalamnya tidak ada manipuasi yang dilakukan (seperti,
sikap atau karakteristik pribadi pada partisipan). Variabel variabel bebas lain bisa
menjadi variabel control atau dapat dikontrol secara statistic, seperti demografi
(gender atau usia). Intinya, bagian metode penelitian dalam proposal eksperimen
harus memerinci dan menunjukkan secara jelas semua variabel bebas ini.
Tunjukan pula variabel (variabel) terikat (misalnya, outcome) yang anda gunakan
dalam penelitian eksperimen. Variabel terikat merupakan variabel respons atau
variabel criteria yang diasumsikan mendapat pengaruh dari variabel bebas. Rosenthal
dan Rosnow (1991) menyajikan tiga ukuran outcome prototipik dalam variabel
terikat, yaitu : arah perubahan, kuantitas perubahan, dan kemudahan perubahan, yang
diperoleh dari partisipan (misalnya, seorang partisipan memberikan respon yang tepat
ketika ditreatmen dalam rancangan eksperimen single-subjet).
Rancangan Pra Tes Pos Tes pada Satu Kelompok (One Group Pre Test Post
Test Design)
Rancangan berikut ini mencakup satu kelompok yang diobservasi pada tahap pre test yang
kemudian dilanjutkan dengan treatment dan psot test.
Kelompok A O1 -------------------X------------------ O2
210
-----------------------------------------------
Kelompok A X ---------------------- O
Rancangan Alternatif Pos tes Treatment dengan kelompok kelompok Non
Ekuivalen (Alaternative Treatment Post Test Only with Nonequipalent Groups
Design)
Rancangan ini menerapkan prosedur yang sama dengan rancangan Static Group Comparison
sebelumnya. Hanya saja, dalam rancangan ini peneliti melakukan treatment yang sedikit
berbeda (dengan rancangan sebelumnya) terhadap kelompok perbandingan non ekuvalen.
Berikut ilustrasinya :
Kelompok A X1 ---------------------- O
------------------------------------------------
Kelompok B X2 ---------------------- O
Rancangan Serangakain waktu yang diputus oleh satu kelompok (Single Group
Interupted Time-Series Design)
Dalam rancangan ini, peneliti melakukan pengukuran pada satu kelompok, baik sebelum
maupaun sesudah treatment.
Kelompok A OOOOXOOOO
Rancangan serangkaian waktu yang diputus oleh kelompok control (control group
Interrupted Time Series Design)
211
Rancangan ini merupakan modifikasi dari rancangan single group sebelumnya. Dalam
rancangan ini, dua kelompok partisipan (A dan B), yang dipilih tanpa random assignment,
diobeservasi sepanjang waktu. Meski demikian, dari dua kelompok tersebut, hanya satu
kelompok saja yang di treatment, yaitu kelompok A.
Kelompok A OOOOXOOOO
-----------------------------------------------------------------
Kelompok B OOOOOOOOO
Rancangan Post Test pada kelompok control (post test only control group design)
Rancangan post test ini merupakan salah satu rancangan eksperimen yang paling popular dan
diterapkan karena pre-test memberikan efek efek yang kurang diharapkan. Para partisipan
dikategorisasikan atau ditempatkan secara acak (random assignment) dalam dua kelompok.
Penelitia sama sama melakukan post test pada kedua kelompok tersebut, dan hanya
kelompok eksperimen (A) saja yang di treatment.
Kelompok A R ----------------------X--------------O
Kelompok B R --------------------------------------O
212
kelompok (A,B,C, dan D). Peneliti bisa memberikan pre-test dan treatment secara variatif
pada masing masing kelompok, hanya saja, peneliti harus melakukan post test untuk
semua kelompok tersebut tanpa terkecuali.
Kelompok A R -----------O-----------X-------------- O
Kelompok B R -----------O--------------------------- O
Kelompok C R ---------------------------X------------ O
Kelompok D R ----------------------------------------- O
Co
Rancangan Subejk Tunggal A-B-A (A-B-A Single Subejct Design)
Rancangan ini menerapkan observasi terus menerus pada satu individu utama. Target perilaku dar
di treatment, sebelum pada akhirnya treatment tersebut dihentikan di tahap akhir penelitia.
Ba
O
213
Tabel 8.5 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Internal
Jenis Deskripsi Ancaman Tindakan-Tindakan Responsif
Ancaman
Sejarah Seiring berjalannya waktu selama Peneliti dapatmemintatelonrF pok kontrol
peneiitian, ada banyak peristiwa dan kelompok eksperimen untuk
bermunculan yang sering kali merasakan peristiwa-peristiwa yang
memengaruhi outcome yang tidak sama.
diharapkan.
Maturasi Selama peneiitian, para parti-sipan Peneliti dapat memilih para partisipan
bisa saja berubah dan menginjak yang sudah dewasa dengan rating yang
dewasa (mature) sehingga dapat sama (seperti, umur yang sama).
memengaruhi outcome peneiitian.
Regresi Para partisipan yang memiliki skor Peneliti dapat memilih para partisipan
yang tinggi dipilih sebagai objek yang tidak memiliki skor-skor yang tinggi
peneiitian. Tentu saja, skor-skor uniuk di-toliti.
mereka sangat rnung-kin berubah
selama peneiitian. Tidak heran jika
skor-skor yang tinggi ini, sewaktu-
waktu, bisa merosot menjadi rata-
rata.
Seleksi Para partisipan sering kali dipilih Peneliti dapat memilih para partisipan
hanya karena mereka memiliki secara acak sehingga karakteristik-
karakteristik-karakteristik yang karakteristik mereka memiliki kemung-
dianggap dapat memengaruhi hasil- kinan yang sama untuk didistri-busikan
hasil tertentu (misalnya, karena menjadi kelompok-kelompok eksperimen.
mereka lebih cerdas).
Mcrtalitas Para partisipan bisa saja mun-dur Peneliti dapat merekrut se-banyak
dari peneiitian disebabkan banyak mungkin partisipan peneiitian untuk
alasan. Tidak heran jika peneliti mengantisi-pasi para partisipan yang
sering kali ke-bingungan untuk mun-dur atau untuk membanding-kan
mengetahui outcome atas individu- mereka yang mundur dengan mereka
individu ini. yang tetap meneruskan, guna memper-
oleh outcome peneiitian.
Difusi Para partisipan dalam kelom-pok Peneliti harus menjaga keter-pisahan
treatmenta kontrol dan eksperimen saling antara dua kelompok ini selarna
berkomunikasi satu sama Iain. penelitian.
Ironisnya, komu-nikasi ini bisa saja
memengaruhi skor akhir kedua
kelompok tersebut.
Demoralisasi Keuntungan diadakannya pe- Peneliti dapat memberikan keuntungan
imbang-an nelitian bisa saja tidak setara pada dua kelompok ini, misalnya dengan
karena yang 6\-treatment hanyalah memberikan treatment pada kelompok
Kelompok eksperimen saja kontrol setelah penelitian usai atau
(misalnya, kelompok eksperimen dengan memoerikan jenis treatment yang
diberikan terapi, sedangkan sama pada dua kelom-pok tersebut se/ama
kelompok kontrol tidak diberikan penelitian.
apa-apa).
Rivalitas Para partisipan dalam kelompok Peneliti dapat mencari lang-kah-langkah
imbangan kontrol merasa bahwa mereka strategis guna menciptakan kesetaraan
didevaluasi karena di- antara dua kelompok ini, misalnya
perbandingkan dengan kelompok dengan cara me-ngurangi ekspektasi
eksperimen dan tidak men- kelompok kontrol.
dapatkan treatment sama sekali.
Pengujian Para partisipan sudah terbiasa Peneliti harus memiliki teng-gang waktu
(testing) dengan hasil akhir pengujian yang lebih lama dalam menyebarkan
sehingga mereka bisa meren- instrumen-instrumen yang berbeda
canakan manipulasi atas res-pons- kepada para partisipan.
respons tersebut jika ada pengujian
selanjutnya.
.Instrumen Perubahan instrumen dalam pre- Peneliti dapat menggunakan instrumen
test dan post-test tidak jarang yang sama untuk pre-test dan post-test.
memengaruhi skor-skor penelitian.
Prosedur
Dalam proposal penelitian, peneliti harus mendeskripsikan secara detail prosedur-
prosedur dalam melakukan eksperimentasi. Deskripsi ini akan membantu pembaca untuk
memahami rancangan, observasi, treatment, dan jangka waktu yang ditetapkan.
Tabel 8.6 Ancaman-ancaman terhadap Validitas Eksternal
Analsis Data
Jelaskan kepada pembaca jenis-jenis analisis statistik yang akan anda gunakan selama
penelitian.
Laporkan statistik-statistik deskriptif yang telah diukur dan diobservasi pada pre-
test dan post-test sebelumnya. Statistik-statistik ini haruslah berupa means (rata-
rata), standard deviation (deviasi standar) dan range (jangkauan).
Jelaskan tes statistik inferensial (inferensial statistic test) yang digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian. Dalam rancangan eksperiman (eksperimental design),
yang menerapkan informasi kategoris untuk variabel bebasdan informasi
berkelanjutan untuk variabel terikat, penelitian menerapkan t-test atau univariate
analysis of variance (ANOVA), analysis of covariance (ANCOVA), atau
multivariate analysis of variace (MANOVA) multiple dependent measure).
(sebagaimana jenis tes ini telah ditunjukan dalam tabel 8,3 sebelunya.) dalam
rancangan faktorial (factorial design), peneliti menggunakan pengaruh timbal-balik
dan efek-efek utama dari ANOVA. Akan tetapi, ketika data dalam pre-test dan post-
test menunjukan deviasi pemarkaan (marked deviation) dari distribusi normal,
peneliti sebaiknya menggunakan tes statistik nonparameter (parametric statical test)
untuk menguji hipotesis penelitian.
Untuk rancangan subjek-tunggal (single-subject design), gunakanlah grafik garis-
gsris untuk beseline, sedangkan untuk unit waktu gunakanlah grafik abscissa( poros
horizontal) dan grafik ordinate (poros Vertikal) untuk unit target perilaku dalam
observasi treatment. (mengenai ilustrasinya dapat dilihat dalam contoh 8.5
sebelumnya,penj). Setiap data diformulasikan secara terpisah dalam grafik tersebut,
lalu masing-masing data ini dihubungkan dengan garis-garis (misalnya, lihat Neuman
& McCormick, 1995). Kadang-kadang, tes-tes signifikansi statistik, seperti t test,
digunakan untuk membandingkan rata-rata beseline dengan tahap-athap treatment ,
meskipun prosedur-prosedur seperti ini bisa saja melanggar asumsi ukuran-ukuran
variabel bebas (Borg&Gall, 1989)
Peneliti juga perlu melaporkan hasil-hasil statistik pengujian hipotesis, interval
confidence dan besaran efek sebagai indikator-indikator utama atas signnifikansi
hasil penelitian. Interval confidence merupakan perkiraan interval atas nilai statistik
yang lebih tinggi dan lebih rendah, yang sesuai data penelitian dan bisa saja
mencerminkan rata-rata populasi yang sebenarnya. Besaran efek merupakan
kekuatan atas hasil kesimpulan tentang perbedaan-perbedaan antarkelompok atau
hubungan antarvariabel dalam penelitian kuantitatif. Kalkulasi besaran efek ini
bermacam- macam, tergantung pada tes statistik yang digunakan.
Interpretasi Hasil
RINGKASAN
Berikut ini, salah satu contoh tulisan dari penelitian quasi-experimental yang
dilakukan Enns dan Hackett (1990). Tulisan ini mengilus-trasikan beberapa komponen
penting dalam penelitian eksperimen seperti yang sudah dijelaskan sejak awal. Penelitian
Enns dan Hackett ini mengangkat isu umum tentang kesesuaian minat antara klien dan
penasihatnya sepanjang menyangkut dimensi-dimensi dikap femi-nisme. Enns dan Hacket
berhipotesis bahwa para partisipan (klien) feminis lebih reseptif pada penasihat feminis
yang radikal ketimbang para partisipan non-feminis, dan bahwa para partisipan non-
feminis lebih reseptif pada penasihat feminis yang liberal dan non-seksis ketimbang para
partisipan feminis. Kecuali pembahasan yang begitu terbatas mengenai analisis dan
iriterpretasi data, tulisan Enns dan Hackett ini setidaknya sudah berisi elemen-elemen
penting bagai-mana menulis bagian metode penelitian eksperimen yang baik.
Metode Penelitian
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 150 mahasiswi kelas dasar dan kelas atas dalam
bidang sosiologi, psikologi, dan komunikasi, di uni-versitas negeri dan perguruan tinggi
swasta, di pesisir barat. (Disini, peneliti mendeskripsikan para partisipan penelitiannya).
Tiga sifat konseling (humanis-nonseksis, feminis liberal, dan feminis radikal) tergambar
dari hasil deskripsi singkat atas rekaman videotape selama 10 menit antara seorang
penasihat wanita dan seorang klien wanita.... Nilai-nilai implisit kami peroleh dari hasil
wawancara pada sampel (klien) saja, tidak pada penasihatnya secara langsung. Karena
itulah, nilai penasihat bersifat implisit. Untuk nilai-nilai eksplisit, kami memperolehnya
dengan cara menggabungkan tiga sifat konseling tadi dengan deskripsi singkat atas
rekaman videotape selama 2 menit tentang seorang penasihat yang tengah menjelaskan
pendekatan konselingnya kepada seorang klien. Setelah itu, kami mengidentifikasi nilai-
nilai tersebut berdasarkan dua orientasi filospfis feminisme, yaitu liberal dan radikal. Tiga
sifat konseling kami tetapkan berdasarkan tiga perbedaan filosofis feminisme (humanjs-
nonseksis, liberal, dan radikal) dan implikasi-implikasi konselingnya. Pernyataan-
pernyataan klien dan hasil wawancara dengan mereka pada umumnya bersifat konstan
(tidak berubah-ubah). Sedangkan respons-respons penasihat justru berbeda-beda sesuai
pendekatan yang mereka gunakan. (D/ sini, peneliti mendeskripsikan tiga ^variabel yang
di-treatment dan dimanipulasi dalam penelitiannya).
Instrumen
Prosedur
Semua tahap eksperimentasi dilakukan secara individual. Kami telah mengundang para
partisipan, menjelaskan tujuan penelitian kami untuk mengetahui respons mereka
mengenai konseling, dan kami telah mengatur ATF. Sementara ATF dikumpulkan dan
dinilai, kami meminta setiap partisipan untuk mengisi formulir data demografis dan
membaca serangkaian petunjuk untuk menggunakan videotape. Separuh partisipan
pertama ditempatkan secara acak (randomly assigned) ke dalam 12 videotape (3
Pendekatan X 2 Nilai X 2 Penasihat). Untuk nilai rata-rata, kami memperolehnya dari ATF.
Nilai rata-rata untuk separuh partisipan pertama kemudian digunakan untuk menga-
tegorisasi separuh kelompok kedua ke dalam feminis dan nonfeminis, dan sisany'a yang
lain ditempatkan secara acak {randomly assigned) ke dalam'tiga' kelorhpok orientasi
feminis (humanis-nonseksis, liberal, dan radikal) untiik memastikan hasii cell size yang
setara. Pada tahap akhir, kami memeriksa nilai rata-rata sampel final dan menga-tegorisasi
kembali beberapa partisipan dengan pecahan rata-rata, yang akhirnya menghasilkan 12
atau 13 per cell.
Sumber : Erns dan Hackett (1990). 1990 oleh American Psychological Association.
Dikutip atas izin penulis
memberikan komentar-komentarnya tentang ancaman-ancaman potensial pada validitas
internal dan eksternal (dan validitas statistik dan konstruk, jika ada) yang berhubungan
dengan penelitian eksperi-men, analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis atau
rumusan masalah, dan interpretasi hasil.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
1. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-prosedur penelitian survei.
Setelah usai, amati kembali checklist dalam Tabel 8.1 untuk mengetahui apakah
semua komponen sudah disertakan secara jelas dalam desain yang Anda buat,
2. Buatlah desain penelitian berdasarkan prosedur-pro-sedur penelitian eksperimen.
Setelah ucai, amati kembali Tabel 8.4 untuk mengetahui apakah semua
komponen sudah disertakan secara jelas.
BACAAN TAMBAHAN
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods, (Edisi kedua. Belmont, CA: Wadsworth.
Earl Babbie membahas secara detail aspek-aspek penelitian survei. Dia menyajikan
jenis-jenis rancangan penelitian survei, logika sampling, dan contoh-contoh untuk masing-
masing rancangan. Dia membahas konseptualisasi instrumen survei dan skala-skalanya. Dia
juga menyajikan gagasan yang amat penting terkait dengan bagai-mana mengatur kuesioner
dan memproses hasil akhir. Selain itu, disertakan pula pembahasan tentang analisis data
dengan fokus pada bagaimana membuat dan memahami tabel-tabel dan menulis laporan
survei. Buku ini sangat detail, informatif, dan teknis, sangat cocok bagi mahasiswa yang
sudah berada di level intermediate atau advance dalam mempelajari penelitian survei.
Campbell, D.T. & Stanley, J.C. (1963). "Experimental and Quasi-Experimental Designs for
Research." dalam N. L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching. Chicago:
Rand-McNally. (him. 1-76)
Salah satu bab dalam Handbook ini membahas penelitian ekspe-rimen. Campbell dan
Stanley merancang sistem notasi untuk penelitian eksperimen yang hingga saat ini masih
digunakan. Mereka juga mengajukan jenis-jenis rancangan eksperimen, dimulai dari faktor-
faktor yang membahayakan validitas internal dan eksternal, jenis-jenis rancangan pre-
exnerimental, true experiment, quasi experimental, dan rancangan correlational dan ex post
facto. Bab ini menyajikan ringkasan yang menarik tentang jenis-jenis rancangan eksperimen,
ancaman-ancaman terhadap validitas, dan prosedur-prosedur statis-tik. Bab ini cocok bagi
mahasiswa yang baru belajar penelitian eksperimen.
Fink, A. (2002). The Survey Kit. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
"The Survey Kit" disusun daribeberapa buku dan dieditori oleh Arlene Fink.
Ringkasan detail buku-buku tersebut disajikan dalam volume pertama. Dalam pendahuluan
volume tersebut, Fink mem-bahas aspek-aspek penelitian survei, yang meliputi antara lain:
bagai-mana mengajukan pertanyaan, bagaimana melaksanakan survei, bagaimana melibatkan
diri dalam wawancaran telepon, bagaimana melakukan sampling, dan bagaimana mengukur
validitas dan relia-bilitas. Pembahasan dalam buku ini pada umumnya cocok untuk para
peneliti survei pemula. Apalagi di dalamnya juga disajikan banyak contoh dan ilustrasi yang
bagus, membuatnya lebih menarik untuk dipelajari.
Fowler, F.J. (2002). Survey Research Methods. Edisi ketiga. Thousand Oaks, CA: Sage.
Floyd Fowler menyajikan tulisan menarik tentang keputusan-keputusan yang harus
diambil dalam melaksanakan proyek penelitian survei. Dia menjelaskan tentang bagaimana
menerapkan prosedur sampling alternatif, mengurangi rating nonrespons, mengumpulkan
data, merancang pertanyaan yang baik, menerapkan teknik-teknik wawancara yang menarik,
mempersiapkan anaiisis, dan menghadapi masalah-masalah etis dalam penelitian survei.
Keppel, G. (1991). Design and Analysis: A Researcher's Handbook. Edisi ketiga. Englewood
Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
Geoffrey Keppel menjelaskan penelitian eksperimen secara detail dan menyeluruh, mulai dari
prinsip-prinsip rancangan eksperimen hingga anaiisis statistik terhadap data-data eksperimen.
Secara kese-luruhan, buku ini cocok dibaca oleh mahasiswa dalam bidang statistik di level
intermediate hingga advance, yang ingin memahami rancangan dan anaiisis statistik
eksperimentasi. Bab pendahuluan dalam Handbook ini menyajikan ringkasan yang begitu
informatif rnengenai komponen-komponen dalam rancangan eksperimen.
Upsey, M.W. (1990). Design Sensitivity: Statistical Power for Experimental Research.
Newbury Park, CA: Sage.
STRATEGI-STRATEGI PENELITIAN
Selain karakteristik-karakteristik utama diatas, penelitian kualitatif juga memiliki
strategi-strategi penelitian yang spesifik. Strategi-strategi ini utamnya terkait dengan
pengumpulan data, analisis data, dan laporan penelitian, tetapi tetap berasal dari berbagai
disiplin dan teru berkembang dinamis sepsnjang proses penelitian (seperti, jenis-jenis
problem, masalah-masalah etis, dan sebagainya) (Creswell, 2007b). Ada banyak strategi
kualitatif yang sudah dibahas, seperti 28 pendekatan yang pernah diidentifikasi oleh Tesch
(1990), 19 jenis dalam konsep pohon-nya Wolcott (2001), dan 5 pendekatan kualitatif oleh
Creswell (2007).
Seperti yang telah dijelaskan dalam Bab 1, saya merekomendasikan agar para
peneliti kualitatif memilih antara beberapa kemungkinan, seperti naratif, fenomenologi,
etnografi, studi kasus, dan grounded theory. Saya memilih lima strategi ini karena kelimanya
cukup populer dalam ilmu kesehatan dan sosial saat ini. Strategi-strategi lain juga ada dan
sudah byank dibahas secara meyakinkan dalam buku-buku kulaitatif, seperti penelitian
tindakan partisipatoris (Kemmis & Wilkinson, 1998) atau analisis wacana (Cheek, 2004).
Khusus untuk lima pendekatan tadi, para peneliti dapat mengkaji individu-individu (dengan
naratif atau fenomenologi); mengeksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa-peristiwa (dengan
studi kasus atau grounded theory); atau mempelajari perilaku culture-sharing dari individu-
individu atau kelompok-kelompok tertentu (dengan etnografi).
Dalam menulis prosedur penelitian untuk proposal kualitatif, pertimbangkan tips-
tips penelitan berikut ini:
Jelaskan pendekatan spesifik yang akan anda gunakan.
Sajikan sejumlah informasi historis mengenai strategi penelitan yang akan Anda terapkan,
seperti asal mulanya, penerapannya, dan definis ringkasnya (lihat Bab 1 tentang lima
strategi penelitian kualitatif).
Jelaskam mengapa strategi tersebut dianggap sesuai untuk anda gunakan dalam
penelitian Anda.
Jabarkan pula bagaimana penggunaan strategi tersebut dapat menentukan jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan (lihat Morsee, 1994, untuk pertanyaan yang berhubungan
dengan strategi penelitian), cara-cara pengumpulan data, langkah-langkah analisis data,
dan narasi/laporan akhir.
PERAN PENELITI
Sebagaiman yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian kualitatif merupakan
penelitian interpretif, yang didalamnya peneliti terlibat dalam pengalaman yang
berkelanjutan dan terus-menerus dengan para partisipan. Keterlibatan inilah yang nantinya
memunculkan serangkaian isu-isu strategi, etis, dan personal dalam proses penelitian
kualitatif (Locke et at.,2007). Dengan keterlibatannya dalam concern seperti ini, peneliti
kualitatif berperan untuk mengidentifikasi bisa-bisa, nilai-nilai, dan latar belakang pribadinya
secara refleksif, seperti gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonominya, yang bisa
saja turut membentuk interpretasi mereka selama penelitian. Selain itu, para peneliti kualitatif
juga berperan memperoleh entri dalam lokasi penelitan dan masalah-masalah etis yang bisa
muncul tiba-tiba.
Nyatakanlah pengalaman-pengalaman Anda sebelumnya yang kira-kira dapat
mencerminkan data mengenai latar belakang yang komprehensif sehingga pembaca bisa
lebih memahami topik, setting, atau para partisipan serta interpretasi Anda atas fenomena
tertentu.
Jelaskan hubungan antara Anda (sebagai peneliti) dan partisipan, dan berilah keterangan
mengenai lokasi penelitian. Penelitian Backyard (Glesne & Peshkin, 1992)
melibatkan usaha identifikasi atas strategi pengolahan, mitra-mitra, atau setting kerja
peneliti. Tugas ini sering kali mengharuskan peneliti terlibat dalam kompromi-
kompromi tertentu untuk mengungkap informasi dan memunculkan isu-isu kekuasaan.
Meskipun pengumpulan data bisa berlangsung nyaman dan mudah, masalah-masalah
pelaporan data yang sering kali mengandung bias, tidak utuh, atau penuh dengan
kompromi-kompromi juga tidak bisa diremehkan begitu saja. Jika penelitian backyard
akan digunakan , cobalah menerapkan beberapa strategi validasi (akan dijelaskan
kemudian) untuk membuat pembaca merasa yakin akan akurasi hasil penelitan.
Jelaskan langkah-langkah yang Anda lalui dalam memperoleh izin dari Dewan
Pertimbangan Institusional /Institutional Review Board (IRB) (lihat Bab 4) untuk
memproteksi hak-hak para partisipan. Dalam lampiram, sajikan Surat Persetujuan atau
Surat Izin dari IRB dan jelaskan proses-proses memperoleh izin tersebut.
Jelaskan langkah-langkah yang diambil untuk memperoleh izin dalam meneliti para
partisipan dan lokasi penelitian (Marshall & Rossmas, 2006). Peneliti perlu memiliki
akses untuk meneliti dan mengarsipkan lokasi penelitian dengan cara berusaha
mendapatkan izin dari pihak security atau individu-individu tertentu yang memiliki akses
pada lokasi tersebut dan memberikan izin penelitian. Proposal ringkas perlu dibuat untuk
diserahkan sebagai pertimbangan kepada phak security tersebut. Bogdan dan Biklen
(1992) menjelaskan beberapa hal yang dapat dibahas dalam proposal untuk keperluan
izin ini:
1. Mengapa lokasi tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian?
2. Kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan di lokasi tersebut selama penelitan?
3. Apakah penelitian ini kan mengganggu lingkungan sekitar?
4. Bagaimana melaporkan hasil penelitian?
5. Apa yang dapat diperoleh pehiak security dari penelitian ini?
Berikan penjelasan mengenai masalah-masalah etis yang mungkin muncul (lihat Bab 3)
(Berg, 2001). Untuk masalah-masalah etis ini, jelaskan bagaimana Anda akan
230
mengantisipasinya. Misalnya, ketika sedang meneliti topik yang sensitif, penting
merahasiakan nama-nama orang, lokasi, atau aktifitas-aktifitas tertentu. Dalam hal ini,
proses merahasiakan informasi juga perlu dibahas dalam proposal penelitian.
Catatan: Tabel ini merupakan gabungan dari beberapa materi yang pernah disampaikan oleh
Merriam (1998), Bogdam & Biklen (1992), dan Creswell (2007)
3. Selama proses penelitian, peneliti juga bisa mengumpulkan dokumen-dokumen
kulitatif. Dokumen ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran, makalah, laporan
kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian, diary, surat, e-mail).
4. Kategoti terakhir dari data kualitatif adalah materi audio dan visual. Data ini bisa
berupa foto, objek-objek seni, videotape, atau segala jenis suara/bunyi.
Dalam membahas pengumpulan data lain di luar observasi dan wawancara yang biasa.
Strategi-strategi yang tidak biasa seperti ini tidak hanya memungkinkan peneliti
memperoleh informasi penting yang mungkin luput dari observasi dan wawancara,
tetapi juga akan membuat pembaca tertarik pada proposal yang diajukan. Misalnya,
amatilah sejumlah pendekatan pengumpulan data dalam Tabel 9.3 yang mungkin bisa
anda gunakan. Dari tabel ini, diharapkan anda mampu membuka imajinasi lebih luas
terhadap kemungkinan pendekatan-pendekatan lain, misalnya dengan mengumpulkan
bunyi atau rasa, atau dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disukai
partisipan untuk membangkitkan komentar mereka selama wawancra.
Gambar 9.1 mengilustrasikan pendekatan linear dan hierarkis yang dibangun dari
bawah ke atas, tetapi dalam praktiknya saya melihat pendekatan ini lebih interaktif; beragam
tahap saling berhubungan dan tidak harus selalu sesuai dengan susunan yang telah disajikan.
Pendekatan di atas dapat dijabarkan lebih detail dalam langkah-langkah analisis berikut ini:
Langkah 1. Mengolnh dan mempersiapkan data untuk dianalisis. Langkah ini
melibatkan transkripsi wawancara, men-scanning materi, mengeuk data lapangan, atau
memilah-milah dan menyusun data tersebut ke dalam jenis-jenis yang berbeda tergantung
pada sumber informasi.
Langkah 2. Membaca keseluruhan data. Langkah pertama adalah membangun general
sense atas Informasi yang diperoleh dan me-refleksikan maknanya secara keseluruhan.
Gagasan umum apa yang terkandung dalam perkataan partisipan? Bagaimana nada gagasan-
gagasan tersebut? Bagaimana kesan dari kedalaman, kredibilitas, dan penuturan informasi
itu? Pada tahap ini, para peneliti kualitatif terkadang menulis catatan-catatan khusus atau
gagasan-gagasan umum tentang data yang diperoleh.
Langkah 3. Menganalisis lebih detail dengan mene-coding data. Coding merupakan
proses mengolah materi/informasi menjadi segmen-segmen tulisan sebelum memaknainya
(Rossman & Rallis, 1998:171). Langkah ini melibatkan beberapa tahap: mengambil data
tulisan atau gambar yang telah dikumpulkan selama proses pengumpulan, mensegmentasi
kalimat-kalimat (atau paragraf-paragraf) atau
Menginterpretasitema-
tema/deskripsi-deskripsi
Menghubungkan tema-
tema/deskripsi-deskripsi
(seperti, grounded theory,
A V.
Tema-tenia Deskripsi
I L
ji
Mengolatrdan
mempersiapkan data untuk
i
Intinya, deiapan langkah di atas akan membuat peneliti lebih sistematis daiam proses
analisis data tekstual. Tentu saja ada banyak variasi dalam proses ini. Sebagai tips penelitian,
saya mendorong para peneliti kualitatif untuk menganalisis materi data mereka dengan
menjelaskan:
Kode-kode yang berkaitan dengan topik-topik utama yang sudah banyak diketahui oleh
pembaca secara umum, dengan berpijak pada literatur sebelumnya dan common sense.
Kode-kode yang mengejutkan dan tidak disangka-sangka di awal penelitian.
Kode-kode yang ganjil dan memiliki ketertarikan konseprual bagi pembaca (seperti,
dalam Asmussen dan Creswell, 1995, kami memunculkan retriggering, "penembakan
kembali," sebagai salah satu kode/tema yang menyuguhkan dimensi baru pada kita
tentang insiden penembakan di kampus dan tentu saja berhubungan dengan pengalaman
orang lain di kampus mana pun).
Kode-kode yang mencerminkan perspektif teoretis yang luas dalam penelitian.
Masalah lain yang sering kali muncul terkait dengan proses coding ini adalah soal
apakah peneliti seharusnya: (a) membuat kode-kode hanya berdasarkan informasi yang
muncul dengan sendirinya (enlarging code) dari para partisipan; (b) menggunakan kode-
kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code), kemudian men-/ft-kan kode-
kode tersebut dengan data penelitian; atau (c) mengombinasikan dua jenis.kodie ini
(emerging code dan predetermined code). Pendekatan yang banyak diterapkan dalam ilmu
sosial adalah dengan membiarkan kode-kode tersebut muncul (emerging code) selama
analisis data. Dalam ilmu kesehatan, pendekatan yang paling sering digunakan adalah
dengan menggunakan kode-kode yang telah ditentukan sebelumnya {predetermined code)
yang didasarkan pada teori yang akan diuji.
Meski demikian, peneliti juga bisa menerapkan pendekatan lain yang lebih variatii,
yaitu dengan membuat codebook kualitatif, sebuah tabel atau catatan yang berisi kode-kode
yang telah ditentukan sebelumnya (predetermined codes) untuk digunakan dalam meng-
coding data. Codebook ini bisa tersusun dari nama kode di satu kolom, definisi kode di kolom
lain, dan keterangan-keterangan lain (seperti, nomor garis) yang menunjukkan adanya kode
dalam transkrip ter-tentu. Hanya saja, codebook ini tidak akan terlalu berfungsi jika peneliti
meng-coding data dari transkrip yang berbeda-beda. Codebook ini ber-kembang dan bisa
berubah jika penelitiannya didasarkan pada" analisis tertutup (close analysis) atau ketika
peneliti tidak memulai analisisnya dari perspektif emerging code.
Bagi para peneliti yang memiliki teori yang sudah pasti dan mereka ingin menguji
dalam proyek-proyeknya, saya merekomen-dasikan agarcodebook digunakan terlebih dahulu
untuk meng-coding data dan biarkan codebook tersebut berkembang dan berubah sesuai
dengan informasi yangdipelajari ketika melakukan analisis data. Penggunaan codebook
secara khusus berguna bagi bidang-bidang yang menerapkan penelitian kuantitatif, namun
masih memerlukan pendekatan yang lebih sistematis dari penelitian kualitatif.
Kembali pada proses coding sebelumnya, sejumlah peneliti melihat pentingnya meng-
coding transkrip-transkrip atau informasi kualitatif dengan memakai tangan, atau meng-
coding skema-skema dengan warna-warna, lalu menuliskan segmen-segmen teksnya ke
dalam kartu-kartu kecii. Tentu saja, pendekatan ini menguras energi dan waktu.
Pendekatan lain yang lebih cepat adalah dengan menggunakan program-program
software komputer untuk membantu meng-coding, mengolah/ dan memilah-milah informasi
yang mungkin berguna dalam proses penulisan bagi penelitian kualitatif. Ada beberapa soft-
ware komputer yang memiliki fitur-fitur yang sangat berguna, seperti tersedianya tutorial
dan CD peragaan, kemampuan menggabungkan data teks dan gambar (seperti, foto),
kehandalan dalarh penyimpanan dan pengolahan data, kapasitas pencarian dan penempatan
semua teks yang berhubungan dengan kode-kode tertentu, pencarian kode-kode yang saling
berhubungan dalam membuat pertanyaan-per-tanyaan mengenai hubungan antarkode, dan
import serta export data kualitatif ke dalam program-program kuantitatif seperti dalam
spreadsheet atau program analisis data.
Ide dasar di balik program-program seperti ini adalah bahwa menggunakan komputer
merupakan cara efisien untuk menyimpan dan menempatkan data kualitatif. Meskipun dalam
program ini peneliti masih perlu membaca teks (seperti transkripsi-transkripsi) dan
memindah kode-kode, proses ini akan menjadi lebih cepat dan efisien ketimbang meng-
coding menggunakan tangan. Selain itu, jika database sangat banyak, peneliti bisa dengan
cepat mencari semua kutip-an (atau segmen-segmen teks) yang memiliki kode yang sama
dan mendeteksi apakah para partisipan merespons gagasan dalam kode tersebut dengan cara
yang sama atau berbeda. Di luar kemudahan ini, program komputer dapat menfasilitasi
peneliti untuk mem-bandingkan kode-kode yang berbeda (seperti, bagaimana laki-iaki dan
wanita kode pertama tentang gender berbeda-beda dalam hal sikap mereka terhadap
aktivitas merokok kode kedua). Fitur-fitur inilah yang membuat proses coding dengan
software komputer menjadi pilihan yang lebih logis kefimbang meng-codzng-nya dengan
tangan. Sebagaimana program-program software lain, program software kualitatif seperti ini
juga membutuhkan waktu dan keterampilan peneliti untuk mempelajari dan menerapkannya
secara efektif, meski-pun buku-buku y ang membahas teknik-teknik penggunaan program ini
sudah banyak tersedia (seperti, Weitzman & Miles, 1995).
Ada begitu ban)'ak program software yang mendukung untuk PC pribadi. Misalnya,
program-program software yang saya dan rekan-rekan saya guriakan di kantor penelitian
adalah sebagai berikut:
MAXqda (www.maxqda .com). Program ini merupakan program berbasis PC dari
Jerman yang dapat membantu peneliti secara sistematis mengevaluasi dan
menginterpretasi teks-teks kualitatif. Program ini istimewa karena memiliki semua fitur
yang telah saya sebutkan di atas.
Atlas.ti (www.atlasti.com). Program berbasis PC lain yang juga berasal dari Jerman ini
juga dapat membantu peneliti dalam mengolah file-file data teks, gambar, audio, dan
visual, serta hal-hal lain yang dapat di-coding, seperti memo, ke dalam proyek penelitian.
QSR NVivo (www.qsrintemational.com). Program yang berasal dari Austrasila ini
menawarkan program software terkenal a N6 (atau Nud.ist) yang dikombinasikan dengan
concept mapping NVivo. Program ini juga mendukung PC berbasis windows.
HyperRESEARCH (www.researchware.com). Program yang mendukung, baik untuk PC
maupun MAC ini, merupakan paket software kualitatif yang mudah digunakan dan
memungkinkan peneliti untuk meng-codzrzg, memperoleh kembali, dan membangun
teori-teori, serta melakukan analisis data.
Ceklah hasil transkripsi untuk memastikan tidak adanya kesalahan yang dibuat selama
proses transkripsi.
Pastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama
proses coding. Hal ini dapat dilakukan dengan terus membandingkan data dengan kode-
kode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan defirusi-definisinya (lihat
pembahasan mengenai codebook kualitatif).
Untuk penelitian yang berbentuk tim, diskusikanlah kode-kode bersama partner satu tim
dalam pertemuan-pertemuan rutin atau sharing analisis.
Lakukan cross-check dan bandingkan kode-kode yang dibuat oleh peneliti lain dengan
kode-kode yang teiah Anda buat sendiri.
Para peneliti kualitatif perlu menjelaskan sejumlah prosedur ini dalam proposal
penelitian untuk menunjukkan bahwa hasil penelitian yang mereka peroleh nantinya akan
benar-benar konsisten dan reliabel. Saya merekomendasikan agar beberapa prosedur
penelitian dijelaskan dalam proposal, dan peneliti perlu mencari orang yang dapat
mengkroscek kode-kode mereka untuk memperoleh apa yang saya sebut dengan intercoder
agreement. Persetujuan semacam ini dapat didasarkan pada apakah dua atau lebih coder
(pemeriksa kode, penj.) telah "sepakat" tentang kode-kode yang digunakan untuk
"pernyataan yang sama" (Catatan: ini bukan soal apakah mereka menfr-coding pernyataan
yang sama, tetapi apakah mereka akan meng-codmg pernyataan tersebut dengan kode yang
sama/mirip satu sama lain). Setelah itu, peneliti dapat menerapkan prosedur-prosedur
statistik atau subprogram-subprogram reliabilitas yang tersedia dalam program-program
software kualitatif untuk mengetahui tingkat konsistensi coding. Miles dan Huberman (1994)
merekomendasikan agar konsistensi coding ini setidaknya berada dalam 80% agreement
untuk memastikan reliabilitas kualitatif yang baik.
Sementara itu, validitas merupakan kekuatan lain dalam pe-nelitian kualitatif selain
reliabilitas. Validitas ini didasarkan pada kepastian apakah hasil penelitian sudah akurat dari
sudut pandang peneliti, partisipan, atau pembaca secara umum (Creswell & Miller, 2000).
Ada banyak istilah dalam literatur-literatur kualitatif yang membahasakan validitas ini,
seperti trustworthiness, authenticity, dan credibility (Greswell & Miller, 2000), bahkan ini
menjadi salah satu topik penelitian yang paling banyak dibahas (Lincoln & Guba, 2000).
Prosedur lain yang saya rekomendasikan untuk disertakan dalam proposal penelitian
adalah mengidentifikasi dan membahas satu atau lebih strategi yang ada untuk memeriksa
akurasi hasil penelitian. Peneliti perlu menjelaskan strategi-strategi validitas ke dalam
proposalnya. Saya rnemang merekomendasikan digunakan-nya beragam strategi validitas
karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menilai keakuratan hasil
penelitian serta meyakinkan pembaca akan akurasi tersebut. Berikut ini adalah dela-pan
strategi validitas yang disusun mulai dari yang paling sering dan mudah digunakan hingga
yang jarang dan sulit diterapkan:
Mentriangulasi (triangulate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-
bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun
justifikasi tema-tema secara koheren. Tema-tema yang dibangun berdasar-kan sejumlah
sumber data atau perspektif dari partisipan akan menambah validitas penelitian.
Menerapkan member checking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian. Member
checking ini dapat dilakukan dengan membawa kembali laporan akhir atau deskripsi-
deskripsi atau tema-tema spesifik ke hadapan partisipan untuk mengecek apakah mereka
merasa bahwa laporan/deskripsi/tema tersebut sudah akurat. Hal ini tidak berarti bahwa
peneliti membawa kembali transkrip- transkrip mentah kepada partisipan untuk
mengecek akurasinya. Sebaliknya, yang harus dibawa peneliti adalah bagian-bagian dari
hasil penelitian yang sudah dipoles, seperti tema-tema, analisis kasus, grounded theory,
deskripsi kebudayaan, dan sejenisnya. Tugas ini bisa saja mengharuskan peneliti untuk
melakukan wawancara tindak lanjut dengan para partisipan dan memberikan kesempatan
pada mereka untuk berkomentar tentang hasil penelitian.
Membuat deskripsi yang kaya dan padat (rich and thick description) tentang hasil
penelitian. Deskripsi ini setidaknya harus berhasil menggambarkan setting penelitian dan
membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman partisipan. Ketika para
peneliti kualitatif menyajikan deskripsi yang detail mengenai setting misalnya, atau
menyajikan banyak perspektif mengenai tema, hasilnya bisa jadi lebih realistis dan kaya.
Prosedur ini tentu saja akan menambah validitas hasil penelitian.
Mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti ke dalam penelitian. Dengan
melakukan refleksi diri terhadap kemungkinan munculnya bias dalam penelitian, peneliti
akan mampu membuat narasi yang terbuka dan jujur yang akan dirasakan oleh pembaca.
Refleksivitas dianggap sebagai salah satu karakteristik kunci dalam penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif yang baik berisi pendapat-pendapat peneliti tentang bagaimana
interpretasi mereka terhadap hasil penelitian turut dibentuk dan dipengaruhi oleh latar
belakang mereka, seperti gender, kebudayaan, sejarah, dan status sosial ekonomi.
Menyajikan informasi "yang berbeda" atau "negatif" {negative or discrepant
information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu. Karena
kehidupan nyata tercipta dari beragam perspektif yang tidak selalu menyatu, membahas
informasi yang berbeda sangat mungkin menambah kredibilitas hasil
penelitian. Peneliti dapat melakukan ini dengan membahas bukti mengenai suatu tema.
Semakin banyak kasus yang disodorkan peneliti, akan melahirkan sejenis problem
tersendiri atas tema tersebut. Akan tetapi, peneliti juga dapat menyajikan informasi yang
berbeda dengan perspektif-perspektif dari tema itu. Dengan menyajikan bukti yang
kontradiktif, hasil penelitian bisa lebih realistis dan valid.
Memanfaatkan waktu yang relatif lama {prolonged time) dilapangan atau lokasi
penelitian. Dalam hal ini, peneliti diharapkan dapat memahami lebih dalam fenomena
yang diteliti dan dapat menyampaikan secara detail mengenai lokasi dan orang-orang
yang turut membangun kredibilitas hasil naratif peneiitian. Semakin banyak pengalaman
yang dilalui peneliti bersama partisipan dalam setting yang sebenarnya, semakin akurat
atau valid hasil penelitiannya.
Melakukan tanya-jawab.dengan sesama rekan peneliti {peer debriefing) untuk
meningkatkan keakuratan hasil penelitian. Proses ini mengharuskan peneliti mencari
seorang rekan {a peer debriefer) yang dapat mereviezv untuk berdiskusi mengenai
penelitian kualitatif sehingga hasil penelitiannya dapat dirasakan oleh orang lain, selain
oleh peneliti sendiri. Strategi ini yaitu melibatkan interpretasi lain selain interpretasi
dari peneliti dapat menambah validitas atas hasil penelitian.
Mengajak seorang auditor {external auditor) untuk mereviexv ke- seluruhan proyek
penelitian. Berbeda dengan peer debriefer, auditor ini tidak akrab dengan peneliti atau
proyek yang diajukan. Akan tetapi, kehadiran auditor tersebut dapat memberikan
penilaian objektif, mulai dari proses hingga kesimpulan penelitian. Peran auditor ini
sebenarnya mirip peran auditor fiscal; begitu pula dengan karakteristik pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan oleh keduanya (Lincoln & Guba, 1985). Hal-hal yang
akan di-periksa oleh investigator independen seperti ini biasanya me-nyangkut banyak
aspek dalam penelitian (seperti, keakuratan transkrip, hubungan antara rumusan masalah
dan data, tingkat analisis data mulai dari data mentah hingga interpretasi). Tentu saja,
strategi ini dapat menambah validitas penelitian kuaiitatif.
Generalisasi kuaiitatif merupakan suatu istilah yang jarang digunakan dalam penelitian
kuaiitatif karena istilah generalisasi lebih banyak diterapkan untuk penelitian kuantitatif.
Tujuan dari generalisasi dalam penelitian kuaiitatif ini sendiri bukan untuk menggenerali-
sasi hasil penemuan pada individu-individu, lokasi-lokasi, atau tempat-tempat di iuar objek
penelitian, sebagaimana yang banyak dijumpai dalam penelitian kuantitatif (lihat Gibbs,
2007, terkait catat-an marning-nya tentang generalisasi dalam penelitian kuaiitatif). Pada
dasarnya, nilai dari penelitian kuaiitatif terletak pada deskripsi dan tema-tema tertentu yang
berkembang/dikembangkan daiam konteks lokasi tertentu pula.
MENULIS KUALITATIF
250
percakapan ini dalam bahasa yang berbeda untuk merefleksikan sensitivitas kultural.
RINGKASAN
Bab ini mengeksplorasi langkah-iangkah dalam mengembang-kan dan menulis
prosedur-prosedur kualitatif. Selain memperkenal-kan sejumlah variasi dalam penelitian
kualitatif, bab ini juga menge-mukakan panduan umum tentang prosedur-prosedur kualitatif
yang meliputi pembahasan mengenai karakteristik-karakteristik umum penelitian kualitatif,
yang berguna bagi para pembaca yang mungkin kurang familiar dengan pendekatan ini.
Beberapa karakteristik penelitian kualitatif antara Iain: berada dalam setting yang alamiah;
berpijak pada dasar bahwa peneliti adalah instrumen utama pengum-pulan data; melibatkan
beberapa metode pengumpulan data; bersif at induktif; didasarkan pada makna partisipan;
sering kali menyertakan perspektif-perspektif teoretis; bersifat interpretif dan holistik.
Contoh 9.1, Prosedur-Prosedur Kualitatif
Berikut ini adalah salah satu contoh prosedur kualitatif yang ditulis di bagian kbiisus
dalam sebuah proposal doktoralnya Miller (1992). Proyek Miller ini adalah penelitian
etnografi tentang pengalaman tahun pertama seorang rektor di sebuah universitas yang
baru berumur empat tanun. Untuk menyajikan bagian prosedur kualitatif dalam pr,oyek
ini, saya sudah merujuk pada beberapa bagian yang dianggap paling penOng. Selain itu,
saya juga tetap mempertahankan istilah informan yang digunakan Miller meskipun saat ini
ibtilah yang lebih tepat digunakan adalah partisipan.
Peran Peneliti
Karena peran peneliti dianggap sebagai instrument primer dalam pengumpulan data
kualitatif, maka di bagian awal penelitian diperlukan adanya identifikasi terhadap nilai-nilai,
asumsi-asumsi, dan bias-bias personal (peneliti). Kontribusi peneliti terhadap setting
penelitian sangat penting da positif, buka malah merugikan (locke et al., 1987). Persepsi saya
terhadap jabatan rector perguruan tinggi dari universitas terbentuk dari pengalaman pribadi
saya. Dari agustus 1980 hingga Mei 1990, saya bertugas sebagai staf administrasi di sejumlah
perguruan tinggi swasta yang terdiri dari 600 hingga 5000 mahasiswa. Yang lebih terkini
(1987-1990), saya menjabat sebagai Dekan Student Life di salah satu universitas di Midwest.
Sebagai anggota dewan rektorat, saya sudah sering terlibat dalam semua aktivitas dan
keputusan dewan administratif tingkat tinggi. Saya juga sering bekerja sama dengan pihak
fakultas, anggota dewan, rektor, dan dewan perwakilan mahasiswa. Selain memberikan
laporan kepada rektor, saya juga telah bekerja sama dengannya pada awal tahun masa
kepemimpinannya di universitas. Saya yakin pemahaman saya tentang konteks dan peran ini
dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan sensitivitas saya terhadap tantangan-
tantangan, keputusan keputusan, dan isu-isu yang sering dihadapi oleh rektor universitas di
tahun pertama, dan karena itulah saya berniat untuk menjadikan rektor sebagai informan
dalam penelitian ini. Sayajuga sudah cukup memahami tentang struktur perguruan tinggi dan
peran rektor di dalamnya. Focus penelitian ini adalah pada peran seorang rektor baru dalam
menginisiasi perubahan, pembangunan relasi, dan pembuatan keputusan, serta
mempersiapkan kepemimpinan dan visi universitas.
Karena pengalaman-pengalaman bekerja sebelumnya dengan seorang rektor baru di
sebuah universitas, saya tentu membawa bias bias tersendiri ke dalam penelitian ini.
Meskippun saya sudah berusaha semaksimal mungkin memastikan objektivitas penelitian,
bias-bias ini tetap saja muncul. Akan tetapi, bias-bias ini justru membantu bagaimana saya
memandang dan memahami data yang dikumpulkan, serta bagaimana saya
menginterpretasikan pengalaman-pengalaman saya pribadi. Saya mengawali penelitian ini
dengan asumsi bahwa rektor universitas merupakan suatu jabatan yang sangat berbeda dan
rumit. Meskipun banyak ekspektasi terhadapnya, saya tetap mempertanyakan seberapa besar
kemampuan rektor untuk menginisiasi perubahan dan mempersiapkan kepemimpinan dan
visi universitas. Saya memandang tahun pertama sebagai tahun yang amat penting; dipenuhi
dengan berbagai perubahan, frustasi, kejutan-kejuatan yang tak terduga, dan tentu saja
tantangan-tantangan baru. (disini, peneliti merefleksikan perannya dalam penelitian).
Batasan Penelitian
Lokasi
Penelitian ini dilakukan di salah satu universitas negeri di Midwest. Universitas ini
terletak di lingkungan masyarakat pedesaan Midwestern. Ketika kuliah aktir, mahasiswa
universitas ini yang berjumlah 1.700 orang nyaris mengisi tiga kali lipat populasi
masyarakat di sana yang hanya berkisar 1.000 orang. Institusi ini memiliki jenjang S1,
S2, dan S3 dengan 51 mata kuliah.
Informan
Informan dalam penelitian inin adalah rektor baru disalah satu universtitas negeri
Midwest. Informan utama dalam penelitian ini adalah rektor tersebut. Akan tetapi saya
mengobservasi peran rektor ini hanya dalam konteks pertemuan-pertemuan dewan
administrative. Dalam dewan ini, rektor memliki tiga pembantu Rektor (Bidang
Akademik, Bidang Administrasi, dan Bidang Kemahasiswaan) dan dua Dekan (Sarjana
dan Diploma).
Peristiwa
Didasarkan pada metodologi etnografis, focus penelitian ini adalah pengalaman dan
peristiwa sehari-hari seorang rektor yang baru, serta persepsi-persepsinya dan makna-makna
dalam pengalaman tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh informan. Penelitian ini
mencangkup penyesuaian peristiwa-peristiwa atau informasi-informasi yang mengejutkan
dan pemaknaan atas peristiwa-peristiwa atau isu-isu penting yang muncul.
Proses
Penelitian ini difokuskan pada peran seorang rektor baru dalam menginisiasi
perubahan, membangun relasi, membuat keputusan, serta mempersiapkan kepemimpinan dan
visi universitas. (Disini, peneliti menjelaskan batasan-batasan pengumpulan data).
Perimbangan-pertimbangan Etis
Dalam merancang penelitian, para peneliti kualitatif pada umumnya selalu membahas
pentingnya pertimbangan-pertimbangan etis (Locke et al., 1982; Marshall & Rossman, 1989;
Merriam, 1988; Spradley, 1980). Pertama dan yang utama, peneliti harus memiliki kewajiban
untuk menghormati hak-hak, kebutuhan-kebutuhan, nilai-nilai, dan keinginan-keinginan
(para) informan. Dalam konteks pertimbangan etis ini, penelitian etnografis lah yang paling
menonjol. Observasi dalam penelitian etnografis mengharuskan peneliti untuk menggali
kehidupan informan (Spradley, 1980) dan terus menyikap informasi-informasi yang dianggap
sensitif. Uniknya, dalam penelitian ini, jabatan dan institusi informan yang benar-benar
tampak justru menjadi salah satu perhatian.
Untuk itulah diperlukan pula proteksi terhadap hak-hak informan: (1) sasaran
penelitian harus disampaikan secara verbal da tulisan sehingga sasaran-sasaran tersebut bisa
dipahami dengan jelas oleh informan (termasuk deskripsi mengenai bagaimana data yang
nanti terkumpul dan dimanfaatkan selanjutnya dan untuk keperluan apa); (2) izin tertulis
untuk melakukan penelitian tersebut harus diperoleh dari informan; (3) formulir dispensasi
penelitian harus disahkan oleh Dewan Peninjau Institusional/ Institutional Review Board/IRB
(Lampiran B1 dan B2); (4) informan harus diberi tahu mengenai semua perangkat dan
aktivitas pengumpulan data (5) transkripsi harfiah (kata demi kata) da interpretasi serta
laporan tertulis harus dibuat dan diberikan pada informan; (6) hak-hak, keinginan-keinginan,
dan harapan-harapan informan harus dpertimbangkan terlebih dahulu ketika akan dibuat
pilihan-pilihan tentang pelaporan data penelitian; dan (7) keputusan akhir yang terkait dalam
anonimitas informan selebihnya diserahkan pada informan sendiri. (Disini, peneliti
membahas masalah-masalah etis dan review IRB)
260
Strategi-Strategi Pengumpulan data
Data dikumpulkan sejak Februari hingga Mei, pada 1992. Jangka waktu ini sudah
mencangkup minimal sekali dalam sebulan wawancara terekam selama 45 menit dengan
informan (rancangan pertanyaan-pertanyaan wawancara, lampiran C), sekali dalam sebulan,
observasi dua jam pada aktivitas-aktivitas keseharian, dan sekali dalam sebulan analisis pada
kalender dan dokumen-dokumen informan (catatan-catatan pertemuan, memo, dan
Publikasi). Selain itu, informan telah setuju untuk merekam kesan-kesan mengenai
pengalaman, pemikiran, dan perasaan-perasaannya melalui diary terekam/ taped diary
(petunjuk-petunjuk tentang refleksi terekam, Lampiran D). wawancara lanjutan (follow up
interview) dijadwalkan akan dilakukan pada akhir Mei 1992 (lihat Lampiran E untuk catatan
waktu dan jadwal kegiatan yang direncanakan). (Disini, peneliti berencana untuk
wawancara secara berhadap-hadapan, berpartisipasi sebagai observer, dan memperoleh
dokumen- dokumen pribadi).
Untuk membantu pengumpulan data, saya akan menggunakan catatan lapangan (field
log), yang menampilkan sejumlah petunjuk tentang bagaimana saya harus memanfaatkan
waktu ketika saya berada di lapangan, ketika menstranskip dan menganalsis data. Saya juga
bermaksud mencatat detail-detail observasi saya dalam notebook dan pemikiran, perasaan,
penglaman, dan persepsi saya selama proses penelitian dalam catatan lapangan. (Disini,
peneliti menjelaskan bagaimana ia mencatat informasi deskriptif dan reflektif).
261
dan hasil wawancara terekam (taped interview) di transkrip dalam kata demi kata. Catatan-
catatan rekaman dan entri-entri di dalamnya direview secara terus menerus. (Disini, peneliti
mendeskripsikan langkah-langkah dalam analisis data).
Selain itu, proses analisis data ini dibantu dengan penggunaan program computer
analisis data kualitatif yang dikenal dengan HyperQual. Raymond Padilla (Arizona State
University) merancang HyperQual ini pada 1987 yang diterapkan pertama kali dalam
komputer Macintosh. HyperQual memanfaatkan software HyperCard dengan memfasilitasi
perekaman/ pencatatan dan analisis data teks dan grafis. Stack-stack khusus dirancang untuk
mengoperasikan dan mengolah data. Denga HyperQual, peneliti dapat langsung
memasukkan data lapangan, termasuk data wawncara, observasi, catatan pribadi, dan
ilustrasi-ilustrasi(dan) menge-tag (atau meng-coding) semua atau sebagian sumber data
sehingga sekumpulan data dapat disaring dan dirakit kembali dalam konfigurasi yang baru
dan lebih baik (Padilla, 1989: 67-70). Sekumpulan data yang penting dapat diidentifikasi,
diperoleh kembali, dipilah-pilah, dikelompokkan , dan dikelompokkan kembali untuk
dianalisis. Kategori-kategori atau kode-kode dapat dimasukkan terlebih dahulu atau di lain
waktu. Kode-kode ini juga dapat ditambah, diubah, atau dihapus dengan menggunakan editor
HyperQual, data-data teks dapat dicari kategori-kategori, tema-tema, kata-kata, atau frasa-
frasa kuncinya. (Disini, peneliti menjelaskan penggunaan software computer untuk analisis
data).
Verifikasi
Untuk memastikan validitas internal, berikut ini strategi-strategi yang akan
diterapkan:
1. Triangulasi data; data dikumpulkan melalui beragam sumber agar hasil wawancara,
observasi, dan dokumen dapat dianalisis seutuhnya.
2. Member Checking; informan akan mengecek seluruh proses analisis data. Tanya
jawab bersama informan terkait dengan hasil interpretasi peneliti tentang realitas dan
makna yang disampaikan informan akan memastikan nilai kebenaran sebuah data
3. Waktu yang lama dan observasi berulang di lokasi penelitian; observasi regular dan
berulang atas fenomena dan setting penelitian akan dilakukan dalam jangka waktu
empat bulan.
4. Pemeriksaan oleh sesame peneliti (peer examination); seorang mahasiswa doktoral
dan graduate asisten di Jurusan Psikologi Pendidikan dipilih sebagai rekan pemeriksa
atas peneitian ini.
262
5. Pola partisipatoris; informan dilibatkan dalam sebagian besar tahap penelitian ini,
mulai dari perancangan proyek hingga pemeriksaan interpretasi dan kesimpulan.
6. Klarifikasi bias penelitian; di awal penelitian ini; bias peneliti telah dijelaskan dalam
subjudul Peran Peneliti.
Sementara itu, untuk memastikan validitas eksternal dalam proyek ini, strategi utama
yang diterapkan adalah menyediakan deskripsi-deskripsi yang kaya, padat, dan rinci sehingga
setiap orang yang tertarik membaca proyek ini akan memiliki perbandingan kerangka kerja
(Merriam, 1988). Ada tiga teknik untuk memastikan reabilitas penelitian ini. Pertama,
peneliti memberikan penjelasan detail tentang focus penelitian, peran peneliti, kedudukan
informan dan dasar penelitian, serta konteks dari mana data dikumpulkan (LeCompte &
Goetz, 1984). Kedua, diterapkan traingulasi dan beberapa metode lain dalam pengumpulan
dan analisis data. Ketiga, Strategi pengumpulan dan analisis data akan dilaporkan secara
detail untuk memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai metode-metode yang
digunakan dalam penelitian ini. Semua tahap dalam penelitian ini juga akan diperiksa oleh
seorag auditor luar yang sudah berpengalaman dalam metode penelitian kualitatif. (Disini,
Peneliti mengidentifikasi strategi-strategi validitas yang akan digunakan dalam penelitian).
Selain itu, saya juga merekomendasikan agar peneliti menjelas-kan dalam proposal
penelitian strategi penelitian yang akan di-gunakan, seperti penelitian individu-
263
individu (naratif, fenomenologi), eksplorasi proses, aktivitas, dan peristiwa (studi
kasus, grounded theory), atau pengamatan perilaku-perilaku individu atau
kelompok culture-sharing (etnografi). Jika ada satu strategi yang dipilih, berarti
strategi ini juga perlu disajikan sesuai dengan model narasinya masing-masing.
Lebih jauh, proposal penelitian juga perlu membahas peran peneiiti: pengalam an-
pengalaman sebelumnya, hubungan personal dengan lokasi penelitian, langkah-langkah
memperoleh entri, dan masalah-masalah etis. Dalam bagian proposal pengumpulan data,
peneliti seharusnya menyertakan penjelasan tentang pendekatan sampling dan
jenis/strategi apa yang digunakan untuk mengumpulkan data (seperti, observasi,
wawancara, dokumentasi, dan audiovisual). Penting juga menjelaskan jenis-jenis protokol
perekaman/ pencatatan data yang akan digunakan.
Analisis data merupakan proses yang terus berkelanjutan selama penelitian. Analisis
ini melibatkan analisis informasi partisipan, dan peneliti biasanya menerapkan langkah-
langkah analisis umum dan strategi-strategi khusus di dalamnya. Langkah-langkah umum
ini meliputi antara lain: pengolahan dan penyiapan data, pembacaan awal informasi, pehg-
codmg-an data, deskripsi detail kode-kode, analisis tematik kode-kode, penggunaan
program-program kom puter, penyajian data dalam tabel, grafik, dan gambar, serta inter-
pretssi terhadap data penelitian.
Untuk interpretasi data penelitian, peneliti perlu menyampaikan pelajaran apa yang
dapat diambil, membandingkan hasil penelitian dengan literatur dan teori tertentu,
memunculkan pertanyaan-per-tanyaan, dan/atau mengajukan agenda perubahan. Proposal
penelitian seharusnya juga berisi satu bagian tentang outcome yang di-harapkan. Selain itu,
dalam proposal tersebut, peneliti juga perlu menyebutkan strategi-strategi yang akan
digunakan untuk memvali-dasi keakuratan hasil penelitian, menunjukkan reliabilitas
prosedur-prosedur, dan menjelaskan fungsi generalisabilitas.
LATIHAN MENULIS
Latihan Menulis
264
yang ingin Anda giinakan, dan data yang harus Anda kumpulkan.
265
BACAAN TAMBAHAN
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Designing Qualitative Research. Edisi keempat.
Thousand Oaks, CA: Sage.
Catherine Marshall dan Gretchen Rossman memperkenalkan prosedur-prosedur dalam
penelitian kualitatif. Topik-topik yang di-sertakan dalam buku ini sangat komprehensif.
Misalnya, mereka menjelaskan tentang kerangka.-konseptual penelitian; logika dan asumsi-
asumsi dasar tentang rancangan dan metode penelitian; rnetode-metode pengumpulan data
dan prosedur-prosedur dalammengatur, merekam, dan menganalisis data kualitatif; dan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk penelitian, seperti waktu, anggota, dan pendanaan.
Ini adalah buku yang komprehensif dan insightful, cocok dipelajari untuk para peneliti
pemula maupun peneliti yang sudah mahir.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Buku yang terdiri dari delapan volume dan diedit oleh Uwe Fick ini ditulis oleh para
peneliti kualitatif kelas dunia dan dibuat secara kolektif untuk menjelaskan masalah-masalah
inti yang muncul ketika para peneliti melaksanakan penelitian kualitatif. Buku ini men-
jelaskan bagaimana merencanakan dan merancang penelitian kualitatif, mengumpulkan data,
dan menganalisisnya (misalnya, data visual, analisis wacana). Tidak hanya itu, buku ini juga
membahas isu-isu kualitas dalam penelitian kualitatif. Secara keseluruhan, buku ini bisa
menjadi informasi up-to-date bagi para peneliti masa kini yang ingin mendalami bidang
penelitian kualitatif.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches. Edisi kedua. Thousand Oaks, CA: Sage.
Terkadang, sejumlah penulis yang membahas penelitian kualitatif terlalu berpijak pada sikap
filosofis terhadap topik yang dibahas, dan pembaca dibiarkan tanpa pemahaman tentang
prosedur-pro-sedur dan praktik-praktik yang sebenarnya dalam merancang dan melaksanakan
penelitian kualitatif. Sebaliknya, ketimbang menekan-kan sikap filosofis, buku saya lebih
menyajikan lima pendekatan praktis dalam penelitian kualitatifpendekatan naratif,
fenomeno-logi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus dan membahas bagaimana
prosedur-prosedur dalam lima jenis penelitian ini ber-beda dan sama antarsatu dengan yang
lain. Di bagian akhir, para pembaca akan lebih mudah memilih dan menentukan mana dari
kelimanya yang tepat diterapkan untuk masalah penelitian mereka dan sesuai dengan gaya
pribadi mereka dalam melakukan penelitian.
BAB SEPULUH
PROSEDUR-PROSEDUR METODE
CAMPURAN
Seiring berkembangnya penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam ilmu sosial humaniora,
penelitian dengan metode campuran yakni, menerapkan kombinasi dua pendekatan
sekaligus (kualitatif dan kuantitatif) menjadi kian populer. Popularitas ini, salah satunya,
disebabkan oleh kenyataan bahwa metodologi penelitian teais berevolusi dar. berkembang,
dan metode campuran adalah salah satu wujud dari perkembangan ini, yang memanfaatkan
kekuatan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Apalagi, masalah-masalah
yang diangkat oleh para pakar ilmu sosial dan kesehatan begitu kom-pleks sehingga
menerapkan hanya satu pendekatan saja tentu tidak memadai untuk menjabarkan
kompleksitas ini. Sifat interdisipliner penelitian juga turut memengaruhi tim penelitian yang
terdiri dari individu-individu yang memiliki minat dan pendekatan metodologis yang
beragam. Pada akhirnya, ada begitu b3nyak manfaatyang dapat diperoleh dari kombinasi
penelitian kualitatif dan kuantitatif ini daripada sekadar menerapkan salah satu dari keduanya
secara terpisah. Salah satu manfaatnya adalah memberikan pemahaman yang lebih luaster-
hadap masalah-masalah penelitian.
Bab ini akan mengulas banyak hal yang telah disajikan dalam bab-bab sebelumnya,
misalnya pembahasan lebih luas mengenai pandang-an-dunia pragmatis, kombinasi
penerapan metode kualitatif dan kuantitatif, dan penerapan metode-metode jamak (multiple
methods) sebagaimana yang telah dijabarkan pada Bab 1. Bab ini juga akan menjelaskan
lebih lanjut tentang masalah-masalah penelitian yang menuntut keniscayaan untuk
dieksplorasi dan dijelaskan (Bab 5). Selain itu, bab ini juga akan menjelaskan tujuan
penelitian dan rumusan masalah dari kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif (Bab 6 dan
7), dan menjelaskan alasan-alasan digunakannya strategi-strategi jamak (multiple forms)
dalam pengumpulan dan analisis data (Bab 8 dan 9).
KOMPONEN-KOMPONEN PROSEDUR METODE CAMPURAN
Saat ini, penelitian metode campuran telah berkembang menjadi seperangkat prosedur
yang dapat diterapkah para peneliti dalam mendesain penelitian metode campuran mereka.
Pada 2003, diterbit-kanlah Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavior Sciences
(Tashakkori & Teddlie, 2003), yang untuk pertama kalinya menyajikan overviezo
komprehensif mengenai strategi penelitian yang satu ini. Baru-baru ini, sejumlah jurnal juga
m ulai fokus pada peneli tian d engan metode campuran, seperti Journal of Mixed Methods
Research; Quality and Quantity dan Field Methods. Bahkan, sejumlah jurnal lain juga telah
berusaha merumuskan penelitian ini dalam konteks disiplin ilmu pengetahuan tertentu,
seperti International Journal of Social Research Methodology; Qualitative Health
Research; Annals of Family Medicine. Selain jurnal, beberapa penelitian sosial humaniora
juga bany ak yang menerapkan penelitian metode campuran ini dalam bidang-bidang yang
beragam, seperti bidang terapi okupasional (Lysack & Kreftdng, 1994), komunikasi
interpersonal (Boneva, Kraut.. & Frohlich, 2001), pencegahan AIDS (Janz et al., 1996),
perawatan demensia (Weitzman & Levkoff, 2000), kesehatan mental (Rogers, Day, Randall,
& Bentall, 2003), dan dalam sains sekolah menengah (Houtz, 1995). Buku-buku terbaru
yang terbit setiap tahun pun juga tidak sedikit yang ditulis khusus untuk membahas
penelitian metode campuran (seperti, Bryman, 2008; Creswell & Piano Clark, 2007;
Greene, 2007; Piano Clark & Creswell, 2008; Tashakkori & Teddlie, 1998).
Checklist pertanyaan-pertanyaan seputar bagaimana mendesain penelitian metode
campuran sudah disajikan dalam Tabel 10.1. Dalam bab ini, akan dijelaskan komponen-
komponen penting terkait sifat-sifat dan jenis-jenis strategi penelitian metode campuran.
Selain itu, bab ini juga akan membahas perlunya model visual dalam
Karena penelitian metode campuran ini relatif baru di dalam ilmu sosial humaniora
maka peneliti perlu menyajikan definisi dasar dan deskripsi singkat dalam proposal.
Berikut ini, beberapa hal yang perlu dijelaskan terkait dengan sifat metode campuran dalam
proposal penelitian:
Ada beberapa tipologi yang bisa dimanfaatkan peneliti untuk memilih jenis strategi
metode campuran yang akan digunakan dalam ponelitiannya. Creswell dan Piano Clark
(2007) mengidentifikasi 12 sistem klasifikasi strategi penelitian metode campuran yang
didasar-kan pada ranah-ranah yang berbeda, seperti evaluasi, perawatan kesehatan publik,
kebijakan dan penelitian pendidikan, serta penelitian sosial dan behavioral. Dalam
klasifikasi-klasifikasi ini, setiap strategi memiliki istilah yang berbeda-beda, meskipun ada
sejumlah hal substansial yang mirip dan overlapping dalam rancangan-rancang-an tersebut.
Berikut ini, saya jelaskan enam strategi penelitian metode campuran yang sudah saya dan
rekan-rekan saya gunakan sejak 2003 (Creswell et al., 2003).
Timing (Waktu)
Peneliti harus mempertimbangkan waktu dalam pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatifnya: apakah data akan dikumpulkan secara bertahap (sekuensial) atau langsung
dikumpulkan sekaligus dalam satu waktu (konkuren). Ketika data dikumpuikan secara ber-
tahap, peneliti periu menentukan data apa saja yang akan dikumpulkan terlebih dahulu:
apakah data kuantitatif atau data kualitatif. Hal ini bergantung pada tujuan awai peneliti.
Ketika data kualitatif yang terlebih dahulu dikumpulkan, berarti tujuannya adalah untuk
mengeksplorasi topik penelitian dengan cara mengamati para parti-sipan di lokasi
penelitian. Setelah itu, peneliti memperluas pema-hamannya melalui tahap kedua,
kuantitatif, yang di dalamnya data dikumpulkan dari sejumlah besar partisipan (yang
biasanya di-anggap sebagai sampel penelitian). Ketika data dikumpulkan secara konkuren,
berarti data kualitatif maupun data kuantitatif sama-sama dikumpulkan sekaligus dalam
satu waktu, dan pelaksanaannya ber-langsung serempak. Dalam beberapa proyek
penelitian, terkadang memang tidak efektif mengumpulkan data secara bertahap
dalamjangka waktu yang lama (misalnya, dalam ilmu kesehatan di mana para dokter tidak
punya banyak waktu untuk mengumpulkan data di lapangan). Dalam hal ini, ketika peneliti
berada dalam lokasi penelitian, mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam satu
waktu sering kali lebih efektif ketimbang mengumpulkannya secara bertahap.
Weighting (Bobot)
Mixingr(Pencttiiipuran)
Mencampur data (atautialam pengertian yang lebih luas, men-campur rumusan
masalah/ filosofi, dan interpretasi penelitian) bukanlah pekerjaan yang mudah mengingat
data kualitatif terdiri dari teks-teks dan gambar-gambar, sedangkan data kuantitatif terdiri
dari angka-angka. Ada dua pertanyaan yang perlu diajukan dalam hal ini: Kapan peneliti
harus melakukan pencampuran (mixing) dalam penelitian metode campuran? Dan
bngaiinann proses pencampuran ini? Pertanyaan pertama lebih mudah dija wab ketimbang
pertanyaan kedua. Pencampuran dua jenis data bisa saja dilakukan dalam bebe-rapa tahap:
tahap pengumpulan data, tahap analisis data, tahap inter-pretasi, atau bahkan dalam ketiga
tahap ini sekaligus. Bagi para pem-buat proposal yang menggunakan metode campuran ini,
mereka perlu menjelaskan dan menyajikan dalam. proposalnya kapan proses pencampuran
tersebut terjadi.
Bagaimana data dicampur? Ini menjadi salah satu perhatian utama di kalangan para
pakar metodologi penelitian baru-baru ini (Creswell & Piano Clark, 2007). Mencampur
(mixing) berarti bahwa data kualitatif dan kuantitatif benar-benar dileburkan dalam satu end
of continuum, dijaga keterpisahannya dalam end of continuum yang lain, atau
dikombinasikan denganbeberapa cara yang lain. Dua data ini bisa saja ditulis secara
terpisah, namun keduanya tetap dihubung-kan satu sama lain secara implisit. Misalnya,
dalam proyek dua-tahap yang diawali oleh tahap kuantitatif, analis,is data danhasilnya dapat
digunakan untuk mengidentifikasipara partisipan yang dikumpul-kan pada tahap
selanjutnya, yakni pada tahap pengumpulan data kualitatif. Dalam situasiini, baik data
kuantitatif maupun data kualitatif, saling dihubungkan (connecting) satu sama lain selama
tahap-tahap penelitian. Keterhubungan ini tergambar dari penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang terhubung selama analisis data pada tahap pertama dan pengumpulan data pada tahap
kedua.
Dalam proyek yang lain, peneliti bisa saja mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif
secara konkuren dan menggabungkan (integrating) database keduanya dengan
mentransformasikan tema-tema kualitatif menjadi angka-angka yang bisa dihitung (secara
statistik) dan membandingkan hasil penghitunganini dengan data kuantitatif deskriptif.
Dalam hal ini, pencampuran berarti menggabungkan dua database dengan meleburkan secara
utuh data kuantitatif dengan * data kualitatif.
Dalam skenario proyek terakhir. peneliti bisa saja lebih cende-rung untuk mengumpulkan satu
jenis data (katakanlah kuantitatif) yang didukung oleh jenis data lain (katakanlah kualitatif)
yang sudah ia miliki sebelumnya. Dalam hal ini, peneliti tidak menggabungkan dua jenis data
yang berbeda dan tidak pula menghubungkan dua tahap penelitian yang berbeda..Sebaliknya,
ia justru tengah me-nancapkan (embedding) jenis data sekunder (kualitatif) ke dalam jenis
data primer (kuantitatif) dalam satu penelitian. Database sekunder memainkan peran
pendukung dalam penelitian ini.
Faktor terakhir yang perlu dipertimbangkan seorang peneliti dalam merancang prosedur
metode campuran adalah perspektif teo-retis apa yang akan menjadi landasan bagi
keseluruhan proses/ tahap penelitian. Perspektif ini bisa berupa teori yang berasal dari ilmu-
ilmu sosial (seperti, teori adopsi, teori kepemimpinan, teori atribusi) atau perspektif-
perspektif teoretis lain yang lebih luas, semacam advokasi/partisipatoris (misalnya, gender,
ras, kelas) (lihat Bab 3). Semua peneliti membawa teori-teori ke dalam penelitian mereka,
dan teori-teori ini dapat ditulis secara eksplisit dalam. penelitian metode campuran, tetapi
bisa juga ditulis secara implisit, bahkan tidak disebutkan sama sekali.
Di sini, kita akan fokus pada penggunaan teori-teori yang eksplisit. Dalam penelitian
metode campuran, teori biasanya muncul di bagian awal penelitian untuk membentuk
rumusan masalah yang diajukan, siapa yang berpartisipasi dalam penelitian, bagaimana data
dikumpulkan, dan implikasi-implikasi yang diharapkan dari penelitian (biasanya demi
perubahan dan advokasi). Setiap teori pada umumnya menyediakan perspektif utuh yang bisa
diterapkan dalam semua strategi penelitian metode campuran (akan dibahas sebentar lagi).
Mertens (2003), misalnya. Ia menyajikan pembahasan yang me-narik tentang bagaimana
perspektif transformasi membentuk tahap-tahap penelitian metode campuran.
Strategi-Strategi Penelitian Metode Campuran dan Model-Model
Visualnya
Empat faktor ini waktu, bobot, pencampuran, dan teorisasi dapat membantu
peneliti untuk merancang prosed ur-prosedur penelitian metode campuran. Meski demikian,
keempat faktor tersebut tidak menu tup kemungkinan'kemungkinan yang lain. Masih a da
enam strategi penting yang bisa dipiiih oleh peneliti dalam merancang prosedur-prosedur
penelitiannya. Keenam strategi ini di-adaptasi dari Creswell et al. (2003). Sebuah proposal
seharusnya berisi deskripsi tentang strategi penelitian dan model visualnya, serta prosedur-
prosedur dasar yang akan digunakan peneliti dalam menerap-kan strategi tersebut. Gambar
dan 10.3 mendeskripsikan dan mengilustrasikan secara singkat masing-masing strategi
ini. Kata kualitatifdan kumititatif dalam dua gambar tersebut disingkat dengan kata
"qual" dan "quan" (pembahasan detailnya akan disajikan lebih lanjut).
Masing-masing strategi metode campuran ini dapat dideskripsi-kan dengan notasi yang
sudah lazim digunakan dalam ranah metode campuran. Notasi metode campuran merupakan
label-label dan simbol-simbol singkatan yang mencerminkan aspek-aspek penting dalam
penelitian metode campuran, yang bisa digunakan oleh para peneliti untuk
mengomunikasikan prosedur-prosedur metode campuran mereka dengan mudah. Berikut ini
adalah notasi yang diadaptasi dari Morse (1991), Tashakkori dan Teddlie (1998), dan
Creswell dan Piano Clark (2007):
secara seimbang, atau salah satu data dapat diutamakan ketim-bang data yang lain.
Pengapitalan ini mengindikasikan adanya satu pendekatan atau metode yang lebih
diprioritaskan.
"Kuan" dan "Kual" merupakan kependekan dari kunntitntif dan kualiatif. Keduanya
menggunakan jumlah kata yang sama untuk menunjukkan keseimbangan antara
dua jenis data.
Notasi KUAN/kual mengindikasikan bahwa metode kualitatif ditancapkan ke dalam
rancangan kuantitatif.
Kotak-kotak mengindikasikan analisis dan pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif.
270
Selain notasi di atas, yang juga perlu dimasukkan ke dalam setiap gambar adalah
prosedur-prosedur spesifik dalam pengumpulan analisis, dan interpretasi data untuk
membantu pembaca memahami prosedur-prosedur spesifik yang digunakan. Dalam hal mi,
sebuah gambar setidaknya harus terdiri dari dua elemen: prosedur umum dalam metode
campuran yang digunakan dan prosedur-prosedur yang lebih spesifik dalam pengumpulan,
analisis., dan interpretasi data.
Strategi Eksplanatoris Sekuensial
Strategi ini mirip dengan strategi sebelumnya, hanya tahap pengumpulan dan analisis
datanya saja yang dibalik. Strategi eksploratoris sekuensial melibatkan pengumpulan
dan analisis data kualitatif pada tahap pertama, yang kemudian diikuti oleh pengtimpuian
dan analisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil-hasil tahap
pertama. Bobot/prioritas lebih cenderung pada tahap pertama, dan proses pencampuran
(mixing) antarkedua metode ini terjadi ketika peneliti menghnbungkan antara analisis data
kualitatif dan pengumpulan data kuantitatif. Strategi eksploratoris sekuensial bisa, atau
tidak bisa, diimplimentasikan berdasarkan perspektif teoretis tertentu (lihat Gambar 102b).
Pada level yang paling dasar, tujuan dari strategi ini adalah menggunakan data dan hasil-hasil
kuantitatif untuk membantu menafsirkan penemuan-penemuan kualitatif. Tidak seperti
strategi eksplanatoris sekuensial, yang lebih cocok untuk menjelaskan dan menginterpretasi
hubungan-hubungan, fokus utama dalam strategi eksploratoris sekuensial adalah
mengeksplorasi suatu fenomena. Morgan (1998) menyatakan bahwa strategi ini cocok
digunakan untuk menguji elemen-elemen dari suatu teori yang dihasilkan dari tahap
kualitatif. Lebih dari itu, strategi ini juga dapat digunakan untuk melakukan generalisasi atas
penemuan-penemuan kualitatif pada sampel-sampel yang berbeda. Begitu pula, Morse
(1991) menyatakan bahwa salah satu tujuan dipilihnya strategi ini adalah untuk menentukan
distribusi suatu fenomena dalam populasi yang dipilih. Pada akhirnya, strategi eksploratoris
sekuensial sering kali dipilih sebagai prosedur penelitian ketika peneliti perlu membuat suatu
instrumen disebabkan instrumen yang ada tidak layak atau tidak tersedia. Untuk membuat
instrumen ini, peneliti perlu melewati tiga tahap: pertama-tama, mengumpulkan data
kualitatif dan mengana-lisisnya (Tahap 1), lalu menggunakan analisis tersebut untuk
membuat suatu instrumen (Tahap 2), yang kemudian diatur untuk ke-perluan sampel
populasi (Tahap 3) (Creswell & Piano Clark, 2007).
Strategi eksploratoris sekuensial memiliki banyak keunggulan sebagaimana strategi
sebelumnya. Pendekatan dua-tahap irvi (pene-litian kualitatif yang diikuti oleh penelitian
kuantitatif) membuat strategi ini mudah diwujudkan, dideskripsikan, dan dilaporkan. Strategi
ini tepat digunakan oleh peneliti yang ingin mengeksplorasi suatu fenomena, tetapi juga ingin
memperluas penemuan-penemuan kualitatifnya. Selain itu> strategi ini dapat membuat
penelitian kualitatif yang sangat luas menjadi nyaman dibaca oleh pembimbing, panitia, atau
komunitas penelitian yang terbiasa dengan penelitian kuantitatif. Seperti halnya strategi
eksplanatoris sekuensial, strategi eksploratoris sekuensial juga mengharuskan peneliti untuk
melewati. waktu yang relatif lama dalam menyelesaikan tahap-tahap pengumpulan data,
yang tentu saja lemah untuk beberapa situasi penelitian tertentu. Selain itu, peneliti juga
harus membuat keputusan penting tentang penemuan-penemuan awal kualitatif apa saja yang
akan difokuskan dalam tahap kuantitatif berikutnya (seperti, satu tema, perbandingan
antarkelompok.. tema-tema ganda).
280
1. Strategi-strategi dasar; di dalamnya sampling kuantitatif dan sampling
kualitatif dikombinasikan (seperti, stratified purposeful sampling dan
purposive random sampling).
2. Sampling sekuensial; didalamnya sampling tahap pertama melengkapi
sampling tahap kedua.
3. Sampling konkuren; di dalamnya probabiltas kuantitatif dan sampling
kulitatif dikombinasikan menjadi prosedur-prosedur sampling indevenden
atau ditetapkan secara bersamaan ( seperti, instrument survey dengan
respons tertutup dan respons terbuka).
4. Sampling multilevel; di dalamnya sampling ditetapkan pada dua atau lebih
unit analisis.
5. Sampling yang menerapkan bentuk kombinasi apa pun dengan strategi-
strategi metode campuran sebelumnya.
Sertakan prosedur-prosedur rinci dalam model visual anda. Misalnya, dalam
strategi eksplanatoris sekuensial, prosedur-prosedur umum harus terletak di
bagian atas halaman, sedangkan prosedur-prosedur yang lebih spesifik ditulis
di bawahnya, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar 10.2a. lalu,
bahaslah kemabali secara rinci model visual anda. Misalnya, pembahasan ini
dapat meliputi pendeskripsian lebih jauh tentang pengumpulan data survey
yang diikuti oleh analisis data yang deskriptif dan inferensial pada tahap
pertama, kemudian obsevasi kualitatif, coding, dan analisis tematik dalam
penelitian etnografi pada tahap kedua.
284
SUSUNAN LAPORAN PENELITIAN
Susunan untuk laporan penelitian, sebagaimana untuk analisis data, harus disesuaikan
dengan jenis strategi yang dipilih. Karena penelitian metode campuran mungkin terkesan
asing bagi pembaca maka penulis proposal perlu memberikan beberapa petunjuk tentang
bagaimana menyusun laporan akhir.
Dalam penelitian sekuensial, peneliti metode campuran biasanya menyusun laporannya
mengenai prosedur-prosedur ke dalam bagian pengumpulan data kuantitatif dan analisis
data kuantitatif yang dilanjutkan dengan bagian data kualitatif, pengumpulan data
kualitatif, dan analisis data kualitatif. Setelah itu, dalam bagian kesimpulan dan
interpretasi, peneliti memberikan komentar tentang bagaimana hasil-hasil kualitatif
membantu mengelaborasi atau memperluas hasil-hasil kuantitatif. Sebagai alternatifnya,
laporan mengenai pengumpulan dan analisis data kualitatif dapat disajikan terlebih
dahulu, kemudian diikuti oleh laporan tentang pengumpulan dan analisis data kualitatif.
Dalam kedua susunan ini, penulis proposal biasanya menyajikan proyeknya menjadi dua
tahap yang berbeda, dengan judul yang juga terpisah untuk keduanya.
Dalam penelitian konkuren, laporan tentang pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif
dapat disajikan di bagian terpisah, tetapi analisis dan interpretasinya harus
dikombinasikan untuk mencari konvergensi dan kesamaan-kesamaan antara hasil-hasil
yang diperoleh. Biasanya, susunan seperti ini tidak memperjelas perbedaan antara tahap
kuantitatif dan tahap kualitatif.
Dalam penelitian transformatif, susunannya biasanya meliputi pembahasan mengenai isu
advokasi di awal proposal, sedangkan untuk penyusunan proposal, penelitian
transformatif bisa menggunakan susunan sekuensial ataupun konkuren seperti yang
dijelaskan sebelumnya. Di akhir proposal harus ada bagian tersendiri yang membahas
mengenai agenda perubahan atau reformasi yang akan dilakukan setelah penelitian
berlangsung.
nyajikan kerangka konseptual, lengkap dengan model visualnya, serta rumusan masalah yang
diajukan untuk mengeksplorasi hubungan antar kedua komitmen tersebut. Kerangka
koniseptual inilah yang memberikan petunjuk-petunjuk teoretis tentang semua proses/tahap
penelitian kuantitatif (Morse, 1991).
Dalam penelitian dua-tahap ini, Kushman menerapkan tahap kuantitatif dengan kuan
kual. Artinya, Kushman menyajikan hasil-hasilnya dalam dua tahap, yakni tahap pertama-
hasil kuantitatif- yang menampilkan dan membahas korelasi, regresi, dan ANOVA.
Kemudian, hasil studi kasus kualitatif disajikan pada tahap kedua dalam bentuk tema-tema
dan subtema-subtema, lengkap dengan kutipan-kutipannya. Pencampuran (mixing) hasil
kuantitatif dan hasil kualitatif dalam penelitian Kushman muncul di pembahasan akhir di
mana di dalamnya Kushman menyoroti hasil-hasil kuantitatif dan kompleksitas-kompleksitas
yang muncul dan hasil-hasil kualitatif. Meski demikian, Kushman tidak menggunakan satu
teori yang spesifik dalam penelitiannya kali ini.
Contoh 10.2 Strategi Konkuren
Pada 1993, Hossler dan Vesper meneliti faktor-faktor yang
berhubungan dengan penghematan orang tua untuk anak-anaknya yang
tengah studi di perguruan tinggi. Dengan data longitudinal yang dikumpulkan
dari para mahasiswa dan orang tua mereka selama jangka waktu 3 tahun,
penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang paling berhubungan dengan
tabungan orang tua untuk pendidikan S2 anak-anak mereka. Hasilnya,
ditemukan bahwa faktor-faktor yang penting dalam relasi ini adalah
dukungan orang tua, ekspektasi pendidikan, dan informasi akan biaya
perguruan tinggi. Dalam hal ini, Hossler dan Vesper mengumpulkan Informasi
dari hasil survei terhadap 128 mahasiswa dan orang tua dan hasil wawancara
dengan 56 mahasiswa dan orang tua Berikut ini tujuan penelitian Hossler dan
Vesper yang cenderung menerapkan strategi trangulasi data
Karya tulis ini berusaha meneliti perilaku-perilaku penghematan
(saving) orang tua. Dengan menggunakan data mahasiswa dan orang
tua yang diperoleh dari penelitian longitudinal dengan metode survei
selama 3 tahun, kami memilih regress logistik untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan penghematan orang tua bagi
pendidikan S2 anak-anak mereka. Tidak hanya itu, kami juga berusaha
menggali pengetahuan lain dari hasil wawancara kami dengan
beberapa mahasiswa dan orang tua mereka selama lima kali dalam
jangka waktu tiga tahun. Pengetahuan ini diharapkan dapat membantu
mengeksplorasi lebih jauh isu tentang penghematan orang tua.
(Hossler & Vesper, 1993: 141)
Data aktual dikumpulkan dari hasil survei terhadap 182 mahasiswa dan orang tua dari
hasil wawancara dengan 56 mahasiswa dan orang tua. Dan tujuan penelitiannya, kita bisa
melihat bahwa Hossler dan Vesper mengumpulkan dua data ini secara konkuren (dalam satu
waktu). Mereka juga menyajikan pembahasan tentang analisis kuantitatif terhadap data
survei, termasuk pembahasan mengenai pengukuran variabel-variabel dan detail-detail dalam
analisis data regresi logistik. Mereka juga menyebutkan kelemahan-kelemahan dalam analisis
kuantitatif dan hasil-hasil analisis t-test dan regresi.
Meski demikian, dalam satu halaman khusus, mereka juga menyajikan analisis data
kualitatif dan menjelaskan secara singkat tema-tema yang muncul dalam pembahasannya.
Bobot atau prioritas untuk penelitian metode campurannya Hossler dan Vesper kali ini
cenderung pada pengumpulan dan analisis data kuantitatif, dan notasi untuk penelitian ini
berupa KUAN + kual. Pencampuran (mixing) kedua sumber data ini dilakukan dalam bagian
khusus berjudul Tembahasan Hasil Survei dan Wawancara (hlm. 155), lebih tepatnya
dalam tahap interpretasi. Dalam bagian ini, mereka mengomparasikan pentingnya faktor-
faktor yang menjelaskan penghematan orang tua untuk hasil-hasil kuantitatif, di satu sisi,
dengan hasil-hasil wawancara kualitatif di sisi ang lain.
Mirip dengan Contoh 10.1, tidak ada perspektif teoretis yang digunakan dalam
penelitian ini meskipun di bagian awal mereka menyajikan literatur-literatur yang membahas
tentang ekonometrik dan pilihan perguruan tinggi, dan di bagian akhir mereka menyajikan
Model Tambahan tentang Penghematan Orang Tua. Artinya, kami melihat teori yang
digunakan dalam penelitian ini bersifat induktif (sebagaimana penelitian kualitatif),
didasarkan literatur-literatur yang ada (sebagaimana penelitian kuantitatif), dan pada akhirnya
dibangun dan direkonstruksi secara terus-menerus selama proses penelitian.
Peneliti (dalam hal ini, Bbopal) menulis penelitiannya dengan tujuan untuk
menyuarakan pandangan kaum wanita dan memberikan kritik tajam terhadap ketidakadilan
gender. Dalam penelitian di
293
Contoh 10.3 Strategi Transformatif
Bhopal (2000) menggunakan perspektif feminis dalam penelitian
metode campuran triangulasi transformatifnya. Ia tertarik menguji apakah
teori-teori patriarki bisa diterapkan untuk meneliti para wanita Asia Selatan
(dari India, Pakistan, dan Bangladesh) yang hidup di London Timur. Sejak
kaum wanita ini menikah dan diberi mas kawin, Bhopal melihat mereka sering
kali mengalami bentuk-bentuk patriarki yang-anehnya-justru tidak dialami
oleh kaum wanita Kulit Putih di Britania. Tujuan penelitian ini secara
keseluruhan adalah untuk memperoleh pengetahuan detail tentang
kehidupan kaum wanita, perasaan mereka terhadap perannya sebagai istri
dan apakah mereka benar-benar melaksanakan peran tersebut di rumah,
sikap mereka terhadap pernikahan, mahar atau mas kawin, pekerjaan
domestik, dan keuangan rumah tangga (hlm. 70). Dengan menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif, Bhopal meneliti 60 wanita, (untuk)
menginvestigasi tingkat perbedaan yang signifikan antara kaum wanita ini
yang pernah mengalami patriarki..., dan menyajikan informasi akurat yang
berhubungan dengan jumlah kaum wanita yang mengalami bentuk-bentuk
patriarki yang berbeda, serta menguji kekuatan dampak-dampak patriarki
yang berbeda.
(Bhopal, 2000:
68) Dari penelitian ini, Bhopal menemukan bahwa pendidikanlah yang
berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan kaum wanita. Di samping
itu, dia juga mendeskripsikan bagaimana metodologi feminis membantu
proses penelitiannya. Dia juga membahas bagaimana kaum wanita hidup
dalam istilah-istilah mereka sendiri, dengan menggunakan bahasa dan
kategori- kategori yang di dalamnya kaum wanita mengekspresikan dirinya
sendiri. Menariknya, penelitian Bhopal ini tidak saja tentang wanita, tetapi
juga untuk wanita. Bhopal terlibat langsung dalam proses penelitian yang di
dalamnya dia menjelaskan prosedur-prosedur rasionalisasi mengapa ia
tertarik meneliti kehidupan kaum wanita dengan perspektif feminis ini. Tidak
hanya itu, penelitian Bhopal tersebut juga merupakan refleksi yang
menampilkan bias-bias pribadinya sebagai seorang wanita. Dalam hal ini,
penelitian metode campuran membantu Bhopal untuk mengekspos kehidupan
kaum wanita Apajagi, strategi transformatif yang dipilihnya memungkinkan
para wanita untuk mengambil manfaat dan proyek penelitian ini (hlm 76)
atas, data kuantitatif menampilkan pola-pola partisipasi umum, sementara data kualitatif
menunjukkan narasi personal kaum wanita. Timing dalam penelitian ini adalah
mengumpulkan data terlebih dahulu, kemudian mewawancarai beberapa wanita untuk
menindaklanjuti dan memahami partisipasi mereka secara mendalam (strategi sekuensial
eksplanatoris). Komponen kualitatif dan komponen kuantitatif sama-sama diberi bobot yang
297
seimbang, dengan asumsi bahwa keduanya dapat memberikan kontribusi pada pemahaman
yang lebih detail terhadap masalah penelitian. Pencampuran (mixing) antara dua komponen
ini dilakukan dengan cara menghubungkan hasil-hasil dan survei kuantitatif dan
mengeksplorasi lebih jauh hasil-hasil ini dalam tahap kualitatif. Karena teori feminis dibahas.
298
Sepanjang penelitian ini dengan fokus pada kesetaraan dan penyuaraan hak-hak kaum wanita
maka bisa dipastikan bahwa penelitian ini secara eksplisit telah menggunakan perspektif
feminis sebagai landasan berpikinya.
RINGKASAN
Untuk merancang prosedur-prosedur penelitian metode campuran, mulailah dengan
menjelaskan sifat penelitian metode campuran. Penjelasan ini bisa meliputi sejarah
berkembangnya penelitian tersebut, definisinya, dan aplikasinya dalam berbagai bidang
penelitian. Setelah itu, terapkan empat kriteria (seperti yang sudah dijelaskan) untuk memilih
strategi metode campuran yang dianggap paling layak. Tunjukkan pula strategi timing dalam
melakukan pengumpulan data (apakah konkuren, dalam satu waktu, atau sekuensial, tahap
demi tahap). Selain itu, nyatakan pula bobot/ prioritas untuk dua pendekatan penelitian
(kuantitatif dan/atau kualitatif), apakah bobotnya setara atau lebih memprioritaskan salah satu
di antara keduanya. Jelaskan pula bagaimana kedua data ini dicampur (mixed), apakah
dengan cara meleburkan (merging) data, menghubungkan (connecting) data dan satu tahap ke
tahap lain, atau menancapkan (embedding) sumber data sekunder ke dalam sumber data
primer. Akhinya, tunjukkan dan jelaskan pula apakah ada perspektif teoretis tertentu yang
akan digunakan untuk memandu penelitian, seperti teori dan ilmu-ilmu sosial atau perspektif
advokasi (misalnya, feminisme, ras, dan sebagainya).
Ada enam strategi pengumpulan data dalam penelitian metode campuran. Peneliti
patut memilih salah satu dari keenam strategi tersebut: apakah secara sekuensial
(eksplanatoris dan eksploratoris), secara konkuren (triangulasi dan embedded), atau dengan
perspektif transformatif (sekuensial atau konkuren). Setiap strategi memiliki kekuatan dan
kelemahannya tersendiri, meskipun diakui bahwa strategi sekuensial memang paling mudah
diterapkan. Strategi yang dipilih juga harus disajikan dalam gambar (model visual). Peneliti
lalu menghubungkan dan menjelaskan gambar ini dengan prosedur-prosedur yang lebih
spesifik untuk membantu pembaca memahami semua proses penelitian. Prosedur-prosedur ini
bisa meliputi prosedur-prosedur pengumpulan data (kuantitatif dan kualitatif) dan prosedur-
prosedur analisis data (kuantitatif dan kualitatif).
Analisis data metode campuran bisa dilakukan dengan mentransformasi data,
mengeksplorasi outlier-outlier, menguji level-level ganda, atau membuat matriks/tabel yang
mengombinasikan hasil kuantitatif dan penemuan kualitatif. Prosedur-prosedur validitas juga
harus dideskripsikan secara eksplisit. Meski penelitian metode campuran ini kurang familiar
bagi sebagian pembaca, peneliti sebaiknya tetap menyusun laporan tertulis untuk proposal
penelitiannya. Susunan laporan ini harus disesuaikan dengan jenis strategi yang dipilih-
sekuensial, konkuren, atau transformatif- karena masing-masing dari ketiganya memiliki
susunan penyajian tersendiri.
LATIHAN MENULIS
BACAAN TAMBAHAN
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L.(2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Piano Clark, V.L. & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Creswell dan Piano Clark menulis dua buku yang menjelaskan penelitian metode
campuran, lengkap dengan contoh-contohnya dan artikel-artikel metodologis tentang
penelitian ini. Pada buku pertama, mereka fokus pada empat jenis strategi metode campuran
(sekuensial eksplanatoris, sekuensial eksploratoris, triangulasi, dan rancangan embedded) dan
menyajikan contoh-contoh penelitian yang mencerminkan masing-masing strategi ini.
Strategi-strategi ini kemudian dijabarkan lebih jauh dalam buku kedua, yang di dalamnya
mereka menyertakan contoh-contoh penelitian lain yang benar-benar menerapkan strategi-
strategi tersebut. Dalam buku kedua ini pula, mereka membahas seputar ide-ide dasar tentang
empat strategi metode campuran tersebut.
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a Conceptual Framework for
Mixed-Method Evaluation Designs. dalam Educational. Evaluation and Policy
Analysis. 11 (3). (hlm. 255-274).
Jennifer Greene dan rekan-rekannya mengevaluasi 57 penelitian metode campuran
yang dipublikasikan mulai tahun 1980 hingga 1988. Dari evaluasi ini, mereka menampilkan
lima tujuan dari tujuh karakteristik metode campuran. Mereka menyatakan bahwa penelitian
metode campuran sering kali diterapkan untuk mencari konvergensi (triangulation), meneliti
aspek-aspek yang berbeda dari sebuah fenomena (complementary), menganalisis data secara
sekuensial (development), mendeteksi paradoks dan perspektif-perspektif baru (initiation),
dan memperluas ruang lingkup penelitian (expansion). Mereka juga menemukan bahwa
penelitian-penelitian metode campuran ini pada umumnya berbeda-beda dalam hal asumsi-
asumsi, kekuatan-kekuatan, dan kelemahan-kelemahan metodologisnya. Begitu pula,
perbedaan-perbedaan ini bisa terlihat dari apakah penelitian-penelitian ini menjabarkan
fenomena yang berbeda atau fenomena yang sama; apakah diimplementasikan dalam para-
digma yang sama atau berbeda; apakah diberikan bobot/prioritas yang sama atau berbeda;
atau apakah diimplementasikan secara independen, konkuren, atau sekuensial. Dengan
tujuan-tujuan dan karakteristik-karakteristik tersebut, mereka kemudian merekomendasikan
sejumlah strategi metode penelitian yang layak digunakan.
Morse, J.M. (1991). Approaches to Qualitative-Quantitative Methodological Triangulation
dalam Nursing Research. 40(1). (him. 120-123).
Janica Morse menyatakan bahwa penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif secara
bersamaan untuk membahas suatu masalah penelitian menuntut adanya upaya
mempertimbangkan bobot dan urutan masing-masing metode tersebut. Berdasarkan gagasan
inilah, Morse kemudian mengetengahkan dua bentuk triangulasi metodologis, yakni secara
simultan (simultaneous), yang menggunakan dua metode dalam satu waktu, dan bertahap
(sequential), yang memanfaatkan hasil dari satu metode untuk melaksanakan metode
selanjutnya. Dua bentuk ini dideskripsikan dengan menggunakan notasi huruf kapital dan
huruf kecil yang menunjukkan bobot relatif serta urutan masing-masing metode. Morse juga
menjelaskan tujuan-tujuan, pendekatan-pendekatan, dan kelemahan-kelemahan dalam strategi
triangulasi ini.
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Ed). (2003). Handbook of Mixed Methods in the Social &
Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Handbook yang dieditori oleh Abbas Tashakkori dan Charles Teddlie ini menyajikan
tulisan dari para penulis kontemporer yang memang berkonsentrasi dalam penelitian metode
campuran. Dengan 27 bab di dalamnya, handbook ini memperkenalkan kepada pembaca
metode campuran, mengilustrasikan isu-isu metodologis dan analisis dalam penerapan
metode campuran, mengidentifikasi aplikasi-aplikasinya dalam ilmu sosial humaniora, dan
menggagas pandangan pandangan masa depan terkait dengan metode campuran ini.
Misalnya, ada bab-bab khusus yang mengilustrasikan penerapan metode penelitian dalam
evaluasi, manajemen dan organisasi, ilmu kesehatan, keperawatan, psikologi, sosiologi, dan
pendidikan.
Glosarium
Abstrak dalam review penelitian adalah review singkat mengenai penelitian
(biasanya berupa paragraf singkat) yang menyimpulkan beberapa bagian utama dalam sebuah
penelitian agar pembaca bisa memahami hal-hal dasar yang ada dalam sebuah penelitian.
Pandangan advokatif/partisipatoris adalah landasan filosofis dalam penelitian
dimana dalam proses penyelidikan, penelitian dihubungkan dengan politik dari sebuah
agenda politik. Karena itu, penelitian semacam ini memuat sebuah rencana tindakan untuk
melakukan perubahan yang dimungkinkan bisa terjadi dalam kehidupan partisipan, institusi
yang didiami partisipan, atau dalam kehidupan peneliti sendiri. Selain itu, pandangan ini juga
mengangkat isu-isu spesifik dalam kehidupan sosial yang tengah terjadi di masyarakat, Se-
misal pemberdayaan, ketidaksetaraan, penindasan, dominasi, tekanan, dan pengasingan.
Perhatian atau minat dalam penulisan adalah beberapa kalimat yang bertujuan
untuk memberi batasan pembahasan pada pembaca (agar pembaca bisa tetap fokus),
mengorganisir gagasan, dan menarik perhatian individu secara kontinu.
Gagasan dasar dalam penulisan adalah kalimat-kalimat yang mengandung beberapa
gagasan atau gambar khusus yang termasuk dalam gagasan utama. Gagasan atau gambar
khusus ini berfungsi untuk menguatkan, memperjelas, atau memaparkan gagasan-gagasan
yang termuat dalam gagasan utama.
Studi kasus adalah stategi kualitatif di mana peneliti mengkaji se-buah program, kejadian,
aktivitas, proses, atau satu atau lebih indi-vidu dengan lebih mendalam. Kasus-kasus tersebut
dibatasi oleh waktu dan aktivitas, sehingga peneliti harus mengumpulkan infor-masi yang
detail dengan menggunakan beragam prosedur pengum-pulan data selama periode waktu
tertentu.
Pertanyaan inti (Rumusan masalah) dalam penelitian kualitatif adalah pertanyaan besar
yang dimiliki peneliti dan mengharuskan adanya sebuah penjelasan berupa fenomena sentral
atau konsep sebuah penelitian.
Kode etik adalah aturan-aturan dan prinsip etis yang ditetapkan oleh sekelompok profesional
yang khusus mengatur penelitian-penelitian ilmiah.
Materi kode (coding) adalah proses pengaturan materi-materi pada bagian-bagian dalam
keseluruhan teks agar gagasan umum bisa dikembangkan dan tersebar dalam tiap-tiap bagian.
Koherensi dalam penulisan berarti adanya kesatuan gagasan dan adanya ketersambungan
logis antar beberapa kalimat dan beberapa paragraf.
Database literarur dalam komputer dewasa ini sudah bisa diakses di perpustakaan.
Database ini memberikan akses cepat pada ribuan jurnal, arsip konferensi, dan materi-materi
lain.
Strategi embedded konkuren dalam metode penelitian campuran bisa diketahuai dari
kegunaannya pada satu fase pengumpulan data, yakni selama pengumpulan data kualitatif
dan kuantitatif dilakukan secara berkesinambungan. Tidak seperti model triangulasi tradisio-
nal,pendekatan embedded konkuren memiliki metode utama yang membimbing laju
penelitian dan memiliki metode kedua yang ber-peran suportif dalam prosedur tersebut.
Strategi triangulasi konkuren dalam metode campuran adalah se-buah pendekatan di mana
peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif secara konkuren kemudian
membandingkan dua data-base tersebut untuk menentukan adakah kesamaan, perbedaan, atau
kemungkinan melakukan kombinasi antar dua data tersebut.
Interval kepercayaan adalah sebuah prkiraan dalam penelitian kuantitatif yang berupa nilai
statistik tertinggi dan terendah yang konsisten pada data yang diteliti serta memuat mean
populasi yang sesungguhnya.
Validitas gagasan terjadi ketiga seorang invertostor menggunakan definisi dan ukuran
variabel yang cukup.
Kekurangan dalam penelitian terdahulu mungkin terjadi sebab topik penelitian yang sama
tidak ditujukan pada kelompok, sampel, atau populasi yang khusus. Penelitian terdahulu
mungkin sudah harus dikaji uang untuk melihat adakah temuan penelitian yang sama, untuk
diberi sampel baru berupa individu baru atau situs-situs penelitian, atau untuk mengetahui
adanya data dari sebuah kelompok yang belum terangkat dalam penelitian terdahulu tersebut.
Penegasan judul adalah bagian yang berada dalam proposal penelitian dan menjelaskan
istilah-istilah yang mungkin tidak dipahami pembaca.
Hipotesis direktif, yang digunakan dalam penelitian kuantitatif adalah ketika seorang
peneliti membuat prediksi tentang arah atau hasil penelitian yang diharapkan.
Ukuran efek mengkaji kekuatan sebuah kesimpulan dari segi per-bedaan kelompok atau
hbungan antara beberapa variabel dalam penelitian kuantitatif.
Embedding adalah bentuk pencampuran dalam metode penelitian campuran,di mana bentuk
data kedua dihubungkan dengan peneliti-an berskala lebih luas yang menjadi database utama.
Database kedua berfungsi untuk mendukung database utama.
Etnografi adalah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari sebuah kelompok kultural
secara utuh dalam setting yang natural selama periode waktu tertentu dengan mengumpulkan
data pene-litian dan wawancara.
Desain eksperimental dalam penelitian kuantitatif menguji dampak treatment (arah sebuah
intervensi) terhadap hasil penelitian serta mengkaji semua faktor lain yang dimiliki
kemungkinan untuk memengaruhi hasil sebuah penelitian.
Kegemukan dalam penulisan berartiadanya kata yang ditambahkan dan sebenarnya tidak
dibutuhkan dalam sebuah kalimat untuk me-nyampaikan sebuah gagasan.
Gatakeeperadalah beberapa staf yang terlibat dalam situs penelitian yang memberikan akses
pada situs yang bersangkutan dan meng-izinkan terlaksananya sebuah penelitian kualitatif.
Teori grounded adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti menyampaikan teori yang
umum dan abstrak mengenai proses, tindakan, atau interaksi yang grounded dalam
pandangan partisipan sebuah penelitian.
Penulisan yang biasa adalah penulisan proposal dengan cara yang umum dan terus-menerus,
bukan penulisan dalam jangka waktu yang tidak teratur dan mandeg beberapa saat.
Formulir izin ditandatangani oleh partisipan sebelum mereka terlibat dalam sebuah
penelitian. Formulir ini menegaskan bahwa hak partisipan akan dilingdungi selama proses
pengumpulan data.
Memadukan dua database dalam metode penelitian campuran ber-arti bahwa database
kualitatif dan kuantitatif benar-benar digabung-kan dengan sebuah pendekatan perbandingan
atau untuk keperluan melakukan transformasi data.
Persetujuan intercoder (atau pengujian ulang) adalah ketika dua atau beberapa coder
menyetujui penggunaan beberapa kode untuk bagian yang sama dalam sebuah teks. (Hal
tersebut tidak berarti mereka memberi kode pada teks yang sama, namun berarti bahwa coder
lain akan memberi kode yang persis sam dengan kode yang digunakan seorang coder pada
bagian yang sama).Prosedur statistik atau subprogram yang telah terakui dalam paket
software kualitatif bisa digunakan untuk menentukan level konsistensi dalam memberi kode.
Interpretasi hasil dalam penelitian kuantitatif berarti bahwa peneliti menarik kesimpulan
dari pertanyaan dalam penelitian, hipotesis, dan makna yang lebih luas dalam hasil penelitian.
Interpretasi dalam penelitian kualitatif berarti bahwa peneliti dapat menarik makna dari
hasil analisis data. Makna ini bisa berupa pelajaran atau informasi untuk melakukan
perbandingan dengan penelitian lain dan pengalaman pribadi.
Protokol wawancara adalah sebuah formulir yang digunakan oleh peneliti kualitatif untuk
merekam dan menulis informasi yang di-dapatkan selama proses wawancara.
Peta penelitian adalah sebuah gambaran visual (atau gambar) me-ngenai penelitian sebuah
topik yang menggambarkan bagaimana sebuah penelitian khusus bisa memberikan kontribusi
terhadap se-buah topik tertentu.
Notasi metode campuran memberikan label dan simbol kecil yang memainkan peran
penting dalam metode penelitian campuran. Notasi ini memaparkan cara bagaiman peneliti
dengan metode campuran bisa dengan mudah berkomunikasi dengan prosedur yang harus
dipenuhinya.
Rumusan masalah dalam metode penelitian campuran adalah per-tanyaan khusus yang
diangkat dalam penelitian metode campuran dan secara langsung membidik percampuran
antara STRANDS pe-nelitian kualitatif dan kuantitatif. Pertanyaan inilah yang akan di-jawab
pada penelitian yang menggunakan metode campuran.
Pencampuran bisa diartikan adanya kombinasi antara data kualitatif dan kuantitatif,satu
data terakhir dalam sebuah rangkai-an,pemisahan dua data,satu data lain berakhir dalam
sebuah rangkaian, atau pencampuran sedemikian rupa dalam sebuah rangkaian.
Sisipan narasi adalah sebuah istilah yang berasal dari susunan bahasa inggris. Sisipan ini
berarti kata bermakna yang digunakan sebagai kalimat pembuka sebuah pendahuluan yang
berfungsi untuk menggambarkan,melibatkan,atau mengajak pembaca untuk terlibat dalam
penelitian.
Penelitian naratif adalah sebuah strategi kualitatif di mana peneliti mempelajari kehidupan
individu dengan meminta satu atau bebe-rapa individu untuk menuturkan cerita
kehidupannya. Informasi ini sering kali dituturkan kembali oleh peneliti dengan
menggunakan narasi kronologis.
Hipotesis tak berarah dalam strategi penelitian kuantitatif adalah sebuah penelitian di mana
seorang peneliti membuat prediksi, namum bentuk perbedaan yang pasti (semisal lebih
tinggi, lebih rendah, lebih, atau kurang) tidak diperkirakan secara jelas, sebab peneliti tidak
mengetahui apa yang bisa diperkirakan dari penelitian terdahulu.
Protokol observasional adalah sebuah formulir yang digunakan oleh seorang peneliti
kualitatif untuk merakam dan menulis informasi saat tengah melakukan observasi.
Pragmatisme sebagai sebuah pola pikir atau landasan filosofis muncul dalam tindakan,
situasi, dan konsekuensi serta bukan dari kondisi yang sebelumnya (seperti dalam
postpositivistik). Ada sebuah konsern yang dilengkapi dengan aplikasi-yang berfungsi
dengan baik-serta solusi terhadap masalah-masalah yang muncul. Selain fokus pada beberapa
metode, peneliti juga menekankan masalah penelitian dan menggunakan semua pendekatan
yang cocok untuk bisa memahami sebuah permasalahan.
Statemen purpose dalam sebuah proposal penelitian memaparkan sasaran, tujuan, dan
gagasan beasr sebuah penelitian.
Adanya partisipan atau situs yang sengaja dipilih (atau dengan dokumen serta materi
visual) menandakan bahwa peneliti kualitatif memilih beberapa individu yang akan banyak
membantu dalam memahami masalah penelitian dan memecahkan pertanyaan yang
mendasari penelitian.
Materi audio dan visual kualitatif bisa berbentuk foto,karya seni, videotapes, atau bentuk-
bentuk suara lain.
Dokumen kualitatif adalah dokumen publik (semisal surat kabar, arsip pertemuan, report
kantor), atau dokumen pribadi (semisal jurnal pribadi, diari, surat, dan email).
Wawancara kualitatif berarti bahwa peneliti mengadakan wawan-cara tatap muka dengan
partisipan,melakukan wawancara melalui telepon, ata terlibat dalam sebuah wawancara
diskusi kelompok yang berisi enam hingga delapan narasumber pada masing-masing
kelompok. Bebarapa wawancara ini melibatkan pertanyaan yang tidakteratur dansecara
umum masih open-ended.Jumlah pertanyaan untuk wawancara ini relatif masih sedikit dan
digunakan untuk memperoleh pandagan dan opini yang muncul dari partisipan.
Observasi kualitatif berarti bahwa seorang peneliti memerhatikan dan mencatat tingkah laku
dan aktivitas individual yang terlibat dalam situs penelitian dan rekaman observasi.
Statemen purpose kualitatif memuat informasi mengenai fenomena inti yang dipaparkan
dalam sebuah penelitian, partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen ini juga
memuat desain yang muncul dan kata-kata penelitian yang didapatkan dari bahasa
penyelidikan kualitatif.
Validitas kualitatif berarti bahwa peneliti menguji akurasi temuan penilaian dengan
menggunakan beberapa prosedur tertentu.
Hipotesis kualitatif adalah prediksi-prediksi yang dibuat oleh pe-neliti mengenai hubungan
antar variabel yang diharapkan.
Statemen purpose kuantitatif mencakup beberapa variabel dalam peneltitian dan hubungan
antarbeberapa variabel tersebut,partisipan dalam penelitian, serta situs penelitian. Statemen
purpose ini juga memuat bahasa yang berhubungan dengan penelitian kuantitatif danuji coba
deduktif terhadap hubungan antar beberapa teori.
Penelitian kuantitatif adalah cara untuk menguji sasaran teori dengan mengkaji hubungan
antarbeberapa variabel.Beberapa varia-bel ini bisa diukur,khususnya dalam beberapa
instrumen,sehingga data yang sudah ditandai dengan nomor bisa dianalisis dengan
menggunakan prosedur statistik.Report yang ditulis pada akhir penelitian memiliki susunan
penulisan yakni pendahuluan, literatur dan teori, metode, hasil, dan diskusi.
Pengacakan sampel adalah sebuah prosedur dalam penelitian kuantitatif untuk memilih
partisipan. Hal ini berarti bahwa masing-masing individu dalam sebuah populasi memiliki
kemungkinan yang sama untuk dipilih dan dijaring sebagai sampel. Dengan teori ini, bisa
dipastikan bahwa sampel yang diambil benar-benar cukup representatif mewakili populasi
yang ada.
Refleksitas berarti bahwa seorang peneliti memasukkan bias, nilai, dan latar belakang
semisal gender, sejarah, kebudayaan, dan status sosial ekonomi yang dimilikinya dalam
membentuk interpretasi yang dimilikinya selama melakukan penelitian.
Keberterimaan sebuah penelitian berarti bahwa berapa pun skor pada item yang berada
dalam sebuah instrumen,skor tersebut secara internal memiliki konsistensi(yakni apakah item
responsselalu kon-sisten?) tetap stabil dari waktu ke waktu (dengan menguji dan me-lakukan
korelasi dengan uji ulang), dan apakah ada konsistensi dalam uji administrasi dan penetapan
skor.
Desain ini melibatkan adanya pertemuan antara beberapa asumsi filosofis, strategi
penyelidikan, dan metode-metode tertentu.
Masalah penelitian adalah masalah atau isu yang menjadi sebab adanya sebuah penelitian.
Tips penelitian adalah pikiran-pikiran saya mengenai pendekatan atau teknik yang telah
banyak berfungsi dengan baik pada saya selama beberapa tahun saya melakukan berbagai
penelitian.
Responsbias adalah efekdari tidak adanya respons dalam perkiraan survei, dan hal tersebut
berarti bahwa jika ada orang yang bukan termasuk responden mamberikan respons, maka
respons asing tersebut akan secara substansial mengubah hasil survei.
Skripsi, yang digunakan dalam buku ini, adalah sebuah template yang berisi beberapa
kalimat dengan kata-kata dan gagasan utama dalam bagian khusus sebuah proposal atau
laporan penelitian (se-misal statemen purpose atau rumusan masalah) dan memberikan ruang
bagi peneliti untuk menyisipkan informasi yang berhubungan dengan proyek yang tengah
dikerjakan.
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran bisa dikenali dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif dalam fase pertama yang kemudian diikuti dengan
pengumpulan dan analisis data kuantitatif pada fase kedua yang akan menghasilkan temuan
awal dalam sebuah penelitian kuantitatif.
Strategi eksplanatori sekuensial dalam metode penelitian campuran melibatkan fase
pertama pengumpulan dan analisis data kualitatif yang kemudian diikuti dengan fase kedua,
yakni pengumpulan dan analisis data kualitatif yang akan mengahasilkan temuan dalam fase
pertama kuantitatif.
Strategi transformatif sekuensial dalam metode penelitian campuran adalah sebuah proyek
dengan dua fase yang memiliki lensa teoretis (yakni gender,ras,sosial,teori ilmu pengetahuan)
berlandaskan sebuah prosedur, yakni fase awal (baik kualitatif ataupun kuantitatif) yang
diikuti oleh fase kedua (baik kualitatif maupun kuantitatif) yang akan melengkapi proses fase
pertama.
Desain subjek tunggal atau desain N of 1 melibatkan aktivitas penelitian perilaku seorang
individu (atau sejumlah kecil individu) dalam jangka waktu tertentu.
Validitas kesimpulan statistik tidak muncul saat seorang pelaku eksperimen menghasilkan
kesimpulan yang tidak akurat dari data sebab kekuatan statistik yang tidak sama atau
kesalahan dalam asumsi statistik.
Strategi penyelidikan adalah tipe desain atau model kualitatif, kuantitatif, dan metode
campuran yang memberikan arah khusus terhadap prosedur dalam desain penelitian.
Gaya manual memberikan bimbingan untuk membuat sebuah manuskrip ilmiah, semisal
format yang konsisten dalam menulis referensi, memuat heading memuat tabel dan gambar,
dan menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif.
Desain survey memaparkan rancangan sebuah gambaran kuantitatif berupa angka yang
menunjukkan kebiasaan, tingkah laku, pendapat, atau populasi dengan mempelajari sebuah
sampel dari sebuah populasi tertentu.
Penelitian survey menampilkan sebuah gembaran kuantitatif dalam bentuk angka mengenai
kebiasaan, tingkah laku, atau opini sebuah populasi dengan mempelajari sampel dari sebuah
populasi.
Teori dalam metode penelitian campuran memuat sebuah lensa orientasi yang akan
mengarahka tipe pertanyaan yang diajukan, siapa saja yang berpartisipasi dalam penelitian,
cara pengumpulan data,dan implikasi yang dihasilkandari penelitian (khususnya untuk
Daftar Pustaka
Aikin, M.C. (Ed.). (1992). Encyclopedia of educational research (6th ed.). New York: Macmillan.
American Psychological Association. (2001). Publication Manual of the American Psychological
Association (5th ed.). Washington, DC: Author.
Anderson, E.H., & Spencer, M.H. (2002). Cognitive representation of AIDS. Qualitative
Health Research, 12(10). 1338-1352.
Annual Review of Psychology. (1950-). Stanford, CA: Annual Reviews.
Ansorge, C, Creswell, J.W., Swidler, S. & Gutmann, M. (2001). Use of iBook laptop computers
in teacher education. Unpublished manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Asmussen, K.J,, & Creswell, J.W. (1995). Campus response to a student gunman. Journal of
Higher Education. 66. 575-591.
Babbie, E. (1990). Survey Research Methods (2nd ed.). Belmont, CA: Wadsworth.
Babbie, E. (2007). The Practice of Social Research (11th ed.). Belmont, CA: Wadsworth/
Thomson.
Bailey, E.P. (1984). Writing Clearly: A Contemporary Approach. Columbus, OH: Charles
Merrill.
Bausell, R.B. (1994). Conducting Meaningful Experiments. Thousand Oaks. CA: Sage.
Bean, J., & Creswell, J.W. (1980). Student attrition among women at a liberal arts college.
Journal of College Student Personnel, 3,320-327. v ..
Beisel, N. (February, 1990). Class, culture, and campaigns against vice in three American
cities, 1872-1892. American Sociological Revieio, 55,44-62.
Bern, D. (1987). Writing the empirical journal article. In M. Zanna & J. Darley (Ed.), The
Compleat Academic: A Practical Guide for the Beginning Social Scientist (pp. 171-201).
New York: Random House.
Berg, B.L. (2001). Qualitative Research Methods for the Social Sciences (4th ed.). Boston: Allyn &
Bacon.
Berger, P. L. & Luekmann, T. (1967). The Social Construction of Reality: A Treatise in the
Sociology ofKjwzoledge. Garden City, NJ: Anchor.
Bhopal, K. (2000). Gender, "race" and power in the research process: South Asian women in
East London. In C. Truman. D.M. Mertens, & B. Humphries (Ed.), Research and
inequality. London: UCL Press.
Blalock, H. (1969). Theory Construction: From Verbal to Mathematical Formulations.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Blalock, H. (1985). Casual Models in the Social Sciences. New-York: Aldine.
Blalock, H. (1991). Are there any constructive alternatives to causal modeling? Sociological
Methodology, 21, 325-335.
Blase, J.J. (1989, November). The micropolitics of the school: The everyday political
orientation of teachers toward open school principals. Educational Administration
Quarterly, 25(4), 379-409.
Boeker, W. (1992). Power and Managerial Dismissal: Scapegoating at the top. Administrative
Science Quarterly, 37. 400-421.
Bogdan. R.C. & Biklen, S.K. (1992). Qualitative Research for Education: An Introduction to
Theory and Methods. Boston: Allyn & Bacon.
Boice, R. (1990). Professors as Writers: A Self-help Guide to Productive Writing. StiUwater, OK:
New Forums.
Boneva, B., Kraut, R., & Frohlich, D. (2001). Using e-mail for personal relationships.
American Behavioral Scientist, 45(3). 530-549.
Booth-Kewley, S. Edwards, J.E. & Rosenfeld, P. (1992). Impression management, social
desirability, and computer administration of attitude questionnaires: Does the
computer make a difference. Journal of Applied Psychology, 77(4). 562-566.
Borg, W.R. & Gall, M.D. (1989). Educational Research: An Introduction (5th ed.). New York:
Longman.
Borg, W.R., Gall, J.P. & Gall, M.D. (1993). Applying Educational Research: A Practical Guide.
New York: Longman.
Boruch, R.E. (1998). Randomized controlled experiments for evaluation and planning. In L.
Rickman & D.J. Rog (Ed.). Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 161-
191). Thousand Oaks. CA: Sage.
Bryman, A. (2006). Mixed Methods: A Four-Volume Set. London: Sage.
Bunge, N. (1985). Finding the Words: Conversations with Writers Who Teach. Athens, OH:
Swallow Press, Ohio University Press.
Cahill, S.E. (1989). Fashioning males and females: Appearance management and the social
reproduction of gender. Symbolic Interaction. 12(2), 281-298.
Campbell, D., & Stanley, J. (1963). Experimental and quasi-experimental designs for
research. In N.L. Gage (Ed.). Handbook of Research on Teaching (pp. 1-76). Chicago:
Rand McNally.
Campbell, D.T., & Fiske, D. (1959). Convergent and discriminant validation by the multitrait-
multimethod matrix. Psychological Bul-, letin, 56, 81-105.
Campbel,. W.G., & Ballou, S.V. (1977). Form mid Style: Theses, Reports, Term Papers (5th ed.).
Boston: Hough ton Mifflin.
Caracelli, V.J., & Greene, J.C. (1993). Data analysis strategies for mixed-method
evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis. 15(2). 195-207.
Carroll, D.L. (1990). A Manual of Writer's Tricks. New York: Paragon.
Carstensen, L.W, Jr. (1989). A fractal analysis of cartographic generalization. The American
Cartographer, 16(3), 181-189.
Castetter, W.B. & Heisler, R.S. (1977). Developing and Defending a Dissertation Proposal.
Philadelphia: University of Pennsylvania, Graduate School of Education. Center for
Field Studies.
Charmaz, K. (2006). Constructing Grounded Theory. Thousand Oaks, CA: Sage.
Cheek, J. (2004). At the margins? Discourse analysis and qualitative research. Qualitative
Health Research, 14,1140-1150.
Cherryholmes. C.H. (1992, August-September). Notes on pragmatism and scientific realism.
Educational Researcher, 13-17.
Clandinin, D.J. & Connelly, F.M. (2000). Narrative Inquiry: Experience and Story in Qualitative
Research. San Francisco: Jossey-Bass.
Cohen, J. (1977). Statistical Power Analysis for the Behavioral Sderices. New York: Academic
Press.
Cook, T.D.. & Campbell, D.T. (19 79). Quasi-Experimentation: Design and Analysis Issues for
Field Settings. Chicago: Rand McNally.
Cooper, H. (1984). The lntegrative Research Review: A Systematic approach. Beverly Hills, CA:
Sage. Cooper. J.O., Heron, T.E., & Heward. W.L. (1987). Applied Behavior Analysis.
Columbus.
OH: Merrill.
Corbin, J.M., & Strauss, J.M. (2007). Basics of Qualitative Research: Techniques and Procedures
for Developing Grounded Theory (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. (1999) Mixed method research: Introduction and application. In G.J. Cizek
(Ed.). Handbook of educational policy (pp. 455-472). San Diego, CA: Academic Press.
Creswell, J.W. (2007). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing among Five
Approaches ( 3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. (2008). Educational Research: Ptoming, Conducting, and Evaluating Quantitative
and Qualitative Research (3rd ed.). Upper Saddle River, NJ: Merrill.
Creswell, J.W. & Brown, M.L. (1992, Fall). How chairpersons enhance faculty research: A
grounded theory study. The Review of Higher Education, 16(1), 41-62.
Creswell, J.W., & Miller, D. (2000). Determining validity in qualitative inquiry. Theory into
Practice, 39(3), 124-130.
Creswell, J.W. & Piano Clark, V.L. (2007). Designing and Conducting Mixed Methods
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W. Piano Clark, V. Gutmann. M., & Hanson, W. (2003). Advanced mixed
methods designs. In A. Tashakkori & C. Teddlie (Ed.), Handbook of Mixed Method
Research in the Social and Behavioral Sciences (pp. 209-240). Thousand Oaks, CA: Sage.
Creswell, J.W., Seagren, A.. & Henry, T. (1979). Professional development training needs of
department chairpersons: A test of the Biglan model. Planning and Changing, 10. 224-
237.
Crotty. M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and Perspective in the Research
Process. London: Sage.
Crutchfield, J.P. (1986). Locus of Control, Interpersonal Trust, and Scholarly Productivity.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
DeGraw, D.G. (1984). Job Motivational Factors of Educators Within Adult Correctional
Institutions from Various States. Unpublished doctoral dissertation. University of
Nebraska- Lincoln.
rd
Denzin, N.K., & Lincoln, YS. (Ed.). (2005). The Handbook of Qualitative Research (3 ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
DiUard. A. (1989). The Writing Life. New York: Harper & Row.
Dillman, D.A. (1978). Mail and Telephone Surveys: The Total Design Method. New York: John
Wiley.
Duncan, O.D. (1985). Fath analysis: Sociological examples. In H. M. Blalock, Jr. (Ed,).
Causal Models in the Social Sciences (2nd ed., pp. 55-79). New York: Aldine.
Educational Resources Information Center. (1975). Thesaurus of ERIC descriptors (12th ed.).
Phoenix. AZ: Oryx.
Eisner, E.W. (1991). The Enlightened Eye: Qualitative Inquiry and the Enhancement of
Educational Practice. New York: Macmillan.
Elbow, P. (1973). Writing Without Teachers. London: Oxford University Press.
Erms, C.Z.. & Hackett, G. (1990). Comparison of feminist and nonfeminist women's
reactions to variants of nonsexist and feminist counseling. Journal of Counseling
Psychology, 37(1), 33-40.
Fay, B. (1987). Critical Social Science. Ithaca, NY: Cornell University Press.
Field, A., & Hole, G. (2003). How to Design and Report Experiments. Thousand Oaks, CA:
Sage.
Finders, MJ. (1996). Queens and teen Zines: Early adolescent females reading their way
toward adulthood. Anthropology and Education Quarterly, 27, 71-89.
Fink, A. (2002). The Survey Kit (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Firestone. WA. (1987). Meaning in method: The rhetoric of quantitative and qualitative
research. Educational Researcher, 16,16-21.
Flick, U. (Ed.). (2007). The Sage Qualitative Research Kit. London: Sage.
Flinders, D.J., & Mills. G.E. (Ed.). (1993). Theory and Concepts in Qualitative Research:
Perspectives from the Field. New York: Columbia University, Teachers College Press
Fowler, E J. (2002). Survey Research Methods (3rd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Franklin, J. (1986). Writing for Story: Craft Secrets of Dramatic Nonfic-tion by a Two-time
Pulitzer Prize-winner. New York: Atheneum.
Gamson, J. (2000). Sexualities, queer theory, and qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln (Ed.), Handbook of Qualitative Research (pp. 347-365 ). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Gibbs, G.R. (2007). Analyzing qualitative data. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative
Research Kit. London: Sage.
Giordano, J., O'Reilly, M., Taylor, H. & Dogra, N. (2007). Confidentiality and autonomy: The
challenge(s) of offering research participants a choice of disclosing their identity.
Qualitative Health Research. 17(2). 264-275.
Glesne, C, & Peshkin, A. (1992). Becoming Qualitative Researchers: An Introduction. White
Plains, NY: Longman.
Gravetter, E.J., & Wallnau, L.B. (2000). Statistics for the Behavioral Science (5th ed.). Belmont,
CA: Wadsworth/Thomson.
Greene, J.C. (2007). Mixed Methods in Social Inquiry. San Francisco: Jossey-Bass.
Greene. J.C, & Caracelli, V.J. (Ed.). (1997). Advances in Mixed-method Evaluation: The
Challenges and Benefits oflntegrating Diverse Paradigms. (New Directions for Evaluation,
No. 74). San Francisco: Jossey-Bass
Greene, J.C., Caracelli, V.J., & Graham, W.F. (1989). Toward a conceptual framework for
mixed-method evaluation designs. Educational Evaluation and Policy Analysis, 11(3),
255-274.
Guba, E.G. (1990). The alternative paradigm dialog. In E.G. Guba (Ed.). The paradigm
Dialog (pp. 17-30). Newbury Park, CA: Sage.
Guba, E.G., & Lincoln, Y.S. (2005). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging
confluences. In N.K. Denzin & Y.S.
Lincoln, The Sage handbook of qualitative research (3rd ed., pp. 191-215). Thousand Oaks.
CA: Sage.
Hatch, J.A. (2002). Doing Qualitative Research in Educational Settings. Albany: State University
of New York Press.
Heron, ]., & Reason, P. (1997). A participatory inquiry paradigm. Qualitative Inquiry, 3,
274-294.
Hesse-Bieber, S.N. & Leavy, P (2006). Tlie Practice of Qualitative Research. Thousand Oaks,
CA: Sage.
Humans, G.C (1950). The Human Group. New York: Harcourt, Brace.
Hopkins, T.K. (1964). The Exercise of Influence in Small Groups. Totowa, NJ: Bedmister.
Hopson, R.K., Lucas, K.J., & Peterson, J.A. (2000). HIV/AIDS talk: Implications for
prevention intervention and evaluation. In R.K. Hopson (Ed.), How and why Language
Matters in Evaluation. (New Directions for Evaluation. Number 86). San Francisco:
Jossey-Bass.
Hossler, D. & Vesper, N. (1993). An exploratory study of the factors associated with parental
savings for postsecondary education. Journal of Higher Education, 64(2), 140-165.
Houtz, L.E. (1995). Instructional strategy change and the attitude and achievement of
seventh- and eighth-grade science students. Journal of Research in Science Teaching,
32(6), 629-648.
Huber, J., & Whelan, K. (1999). A marginal story as a place of possibility: Negotiating self on
the professional knowledge landscape. Teaching and Teacher Education, 15,381- 396.
Humbley, A.M., & Zumbo, B.D. (1996). A dialectic on validity: Where we have been and where
we are going. The Journal of General Psychology, 123, 207-215.
Isaac, S. & Michael, W.B. (1981). Handbook in Research and Evaluation: A Collection
ofPrinciples. Methods, and Strategies useful in the Planning, Design, and Evaluation of
Studies in Education and the Behavioral Sciences (2nd ed.). San Diego. CA: EdITS.
Isreal, M. & Hay, I. (2006). Research Ethics for Social Scientists: Between Ethical Conduct and
Regulatory Compliance. London: Sage.
Janovec, T. (2001). Procedural Justice in Organizations: A Literature Map, Unpublished
manuscript. University of Nebraska-Lincoln.
Janz, N.K., Zimmerman, MA,, Wren, P.A., Isreal. B. A., Freudenberg, N. & Carter, R.J.
(1996). Evaluation of 37 AIDS prevention projects: Successful approaches and
barriers to program effectiveness. Health Education Quarterly, 23(1), 80-97.
Jick, T.D. (1979, December). Mixing qualitative and quantitative methods:
Triangulationin action. Administrative Science Quarterly, 24, 602-611.
Johnson, R.B., Onwuegbuzie, A.J., &Turner, L.A. (2007). Toward a definition of mixed
methods research: Journal of Mixed Methods Research, 1(2), 112-133.
Jungnickel, P.W. (1990). Workplace Correlates and Scholarly Performance of Pharmacy Clinical
Faculty Members. Unpublished manuscript, University of Nebraska-Lincoln.
Kalof, L. (2000). Vulnerability to sexual coercion among college women: A longitudinal
study. Gender Issues, 18(4), 47-58
Keeve, J.P. (Ed.). (1988). Educational Research, Methodology, and Measurement: An
international handbook. Oxford, UK: Pergamon.
Kemmis, S., & Wilkinson, M. (1998). Participatory action research and the study of practice.
In B. Atweh, S. Kemmis. & P. Weeks (Ed.). Action Research in Practice: Partnerships for
Social Justice in Education (pp. 21- 36). New York: Routledge.
Keppel, G.' (1991). Design and Analysis: A Researcher's Handbook (3rd ed.). Englewood Cliffs,
NJ: Prentice Hall.
Kerlinger, RN. (1979). Behavioral Research: A conceptual Approach. New York: Holt, Rinehart &
Winston.
Kline, R.B. (1998). Principles and Practice of Structural Equation Modeling. New York: Guilford.
Kos, R. (1991). Persistence of reading disabilities: The voices of four middle school students.
American Educational Research Journal. 28(4), 875-895.
Kushman, J.W. (1992, February). The organizational dynamics of teacher workplace.
Educational Administration Quarterly. 28(1), 5-42.
Kvale, S. (2007). Doing interviews. In U. Flick (Ed.). The Sage Qualitative Research Kit.
London: Sage.
Labovitz, S. & Hagedorn, R. (1971). Introduction to Social Research. New York: McGraw-
Hill.
Ladson-Billings, G. (2000). Racialized discourses and ethnic episte-mologies In N.K. Denzin
& Y.S. Lincoln (Ed.), Handbook on Qualitative Research (pp. 257-277). Thousand
Oaks. CA: Sage.
Lather, P. (1986). Research as praxis. Harvard Educational Review 56, 257-277.
Lather, P. (1991). Getting Smart: Feminist Research and Pedagogy with/in the Postmodern. New
York: Routledge.
Lauterbach, S. S. (1993). In another world: A phenomenologicalperspective and discovery of
meaning in mothers' experience with death of a wished-for baby: Doing
phenomenology. In P.L. Munhall & CO. Boyd (Ed.). Nursing Research: A qualitative
Perspective (pp. 13 3-179). New York: National League for Nursing Press.
LeCompte, M.D., & Schensul, J.J. (1999). Designing and Conducting Ethnographic Research.
Walnut Creek, CA: AltaMira.
Lee. Y.J., & Greene, J. (2007). The predictive validity of an ESLplacement test: A mixed
methods approach. Journal of Mixed Methods Research. 1(4), 366-389.
Leslie, L.L. (1972). Are high response rates essential to valid surveys? Social Science Research,
1,323-334.
Lincoln, Y. S. & Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills. CA:Sage.
Lincoln, Y. S. & Guba. E.G. (2000). Paradigmatic controversies, contradictions, and emerging
confluences. In Y. S. Lincoln & E. G. Guba (Ed.). Handbook of Qualitative Research (pp.
163-188). Thousand Oaks. CA: Sage.
Iipsey, M.W. (1990). Design Sensitivity: Statistical Power for Experimental Research. Newbury
Park, CA: Sage.
Locke, L.E. Spirduso, W.W, & Silverman, S.J. (2007). Proposals that work: A Guide for
Planning Dissertations and Grant Proposals (5th ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Lysack, C.L., & Krefting, L. (1994). Qualitative methods in field research: An Indonesian
experience in community based practice. The Occupational Therapy Journal of Research,
14(20), 93-110.
Marshall, C, & Rossman, G.B. (2006). Desigiiing Qualitative Research (4th ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Mascarenhas, B. (1989). Etomains of state-owned, privately held, and publicly traded firms in
international competition. Adminis-trative Science Quarterly, 34,582-597.
Maxwell, J.A. (2005). Qualitative Research Design: An Interactive Approach (2nd ed.).
Thousand Oaks, CA: Sage.
McCracken, G. (1988). The Long Interview. Newbury Park, CA: Sage.
Megel, M.E., Langston, N.E. & Creswell, J.W. (1987). Scholarly productivity: A survey of
nursing faculty researchers. Journal of Professional Nursing, 4,45-54.
Merriam, S.B. (1998). Qualitative Research and Case Study Applications in Education. San
Francisco: Jossey-Bass.
Mertens, D.M. (1998). Research Methods in Education and Psychology: Integrating Diversity with
Quantitative and Qualitative Approaches. Thousand Oaks. CA: Sage.
Mertens, D.M. (2003). Mixed methods and the politics of human research: The
transformative-emancipatory perspective. In A. Tashakkori & C. Teddli (Ed.),
Handbook of Mixed Methods in the Social & Behavioral Sciences (pp. 135-164).
Thousand Oaks. CA: Sage.
Miles. M.B., & Huberman, A.M. (1994). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New
Methods. Thousand Oaks, CA: Sage.
Miller, D. (1992). The Experiences of a First-year College President: An Ethnography.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
Miller, D.C. (1991). Handbook of Research Design and Social Measurement (5th ed.). Newbury
Park, CA: Sage.
Moore, D. (2000). Gender identity. Nationalism and social action among Jewish and Arab
women in Israel: Redefining the social order? Gender Issues, 18(2), 3-28.
Morgan, D. (1998). Practical strategies for combining qualitative and quantitative methods:
Applications to health research. Qualitative Health Research, 8(3), 362-376.
Morgan, D. (2007). Paradigms lost and pragmatism regained: Methodological implications
of combining qualitative and quantitative methods. Journal of Mixed Methods
Research, 1(1), 48-76.
Morse, J.M. (1991. March/April). Approaches to qualitative-quantitative methodological
triangulation. Nursing Research, 40(1). 120-123.
Morse, J.M. (1994). Designing funded qualitative research. In N.K. Denzin & Y.S. Lincoln,
(Ed.), Handbook cf Qualitative Research (pp. 220-235). Thousand Oaks, CA: Sage.
Moustakas, C. (1994). Phenomenological Research Methods. Thousand Oaks. CA: Sage.
Murguia, E. Padilla, R.V., & Pavel. M. (1991. September). Ethnicity and the concept of
social integration in Tinto's model of institutional departure. Journal of College
Student Development, 32, 433-439.
Murphy, J.P. (1990). Pragmatism: Vrom Peirce to Davidson. Boulder, CO: Westview.
Nesbary, D.K. (2000). Survey Research and the World wide web. Boston: Allyn & Bacon.
310
Neuman, S.B. & McCormick. S. (Ed.). (1995). Single-subject Experimental Research:
311
Applications for Literacy. Newark, DE: International Reading Association.
Neuman, W.L. (2000). Social Research Methods: Qualitative'and Quantitative Approaches (4th
ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Newman, L. & Benz. C.R. (1998). Qualitative-quantitative Research Methodology: Exploring the
Interactive Continuum. Carbondale and Edwardsville: Southern Illinois University
Press.
Nieswiadomy, R.M. (1993). Foundations of Nursing Research. (2nd ed.). Norwalk. CT: Appleton
& Lange.
Nordenmark, M. & Nyman, C. (2003). Fair or unfair? Perceived fairness of household
division of labour and gender equality among women and men. The European Journal of
Women's Studies. 10(2). 181-209.
O'Cathain, A., Murphy, E., & Nicholl, J. (2007). Integration and Publications as indicators
of "yield" from mixed methods studies. Journal of Mixed Methods Research. 1(2), 147-
163.
Olesen, V.L. (2000). Feminism and qualitative research at and into the millennium. In N.L.
Denzin & Y.S. Lincoln. Handbook of qualitative Research (pp. 215-255). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Onwuegbuzie, A.J., & Johnson, R.B. (2006). The validity issue in mixed research. Research in the
Schools, 13(1), 48-63.
Padula, M. A., & Miller, D. (1999). Understanding graduate women's reentry experiences.
Psychology of Women Quarterly, 23,327-343.
Patton, M.Q. (1990). Qualitative Evaluation and Research Methods (2nd ed.). Newbury Park.
CA: Sage.
Patton, M.Q. (2002). Qualitative Research and Evaluation Methods (3rd ed.). Thousand Oaks,
CA: Sage.
Phillips, D.C., & Burbules,N.C. (2000). Postpositivism and Educational Research. Lanham, NY:
Rowman & Littlefield.
Piano Clark, V.L., & Creswell, J.W. (2008). The Mixed Methods Reader Thousand Oaks, CA:
Sage.
Prose, F. (2006). Reading Like a Writer New York: HarperCollins.
Punch, K.F. (2000). Developing Effective Research Proposals. London: Sage.
Punch, K.F. (2005). Introduction to Social Research: Quantitative and Qualitative Approaches
(2nd ed.). London: Sage.
Reichardt, CS., & Mark. M.M. (1998). Quasi-experimentation. In L. Bickman & DJ. Rog
(Ed.), Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 193-228). Thousand Oaks,
CA: Sage.
Rhoads, R.A. (1997). Implications of the Growing Visibility of Gay and Bisexual male
Students on Campus. NASPA Journal, 34(4). 275-286.
Richardson, L. (1990). Writing strategies: Reaching diverse audiences. Newbury Park, CA:
Sage.
Richie, B.S., Fassinger, R.E., Linn. S.G., Johnson. J., Prosser. J., & Robinson, S. (1997).
Persistence, connection, and passion: A qualitative study of the career development
of highly achieving African American-Black and White women. Journal of Counseling
Psychology, 44(2), 133-148.
Riemen, D.J. (1986). The essential structure of a caring interaction: Doing phenomenology.
In P.M. Munhall & C.J. Oiler (Ed.). Nursing Research: A qualitative Perspective (pp. 85-
105). Norwalk, CN: Appleton-Century-Crofts.
Rogers. A., Day. J. Randall, E, & Bentall, R.P. (2003). Patients' understanding and
participation in a trial designed to improve the management of anti-psychotic
medication: A qualitative study. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology. 38,
720-727.
Rorty, R. (1983). Consequences of Pragmatism. Minneapolis: University of Minnesota Press.
Rorty, R. (1990). Pragmatism as anti-representationalism. In J.P. Murphy, Pragmatism:
From Peirce to Davison (pp. 1-6). Boulder. CO: Westview.
Rosenthal, R., & Rosnow, R.L. (1991). Essentials of Behavioral Research: Methods and Data
Analysis. New York: McGraw-Hill.
Ross-Larson. B. (1982). Edit Yourself: A manual for Everyone who Works with Words. New York:
Norton
Rossman. G., & Rallis. S. F. (1998). Learning in the Field: An Introduction to Qualitative
Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Rossman, G.B.. & Wilson. B.L. (1985, October). Numbers and words: Combining quantitative
and qualitative methods in a single large-scale evaluation study. Evaluation Review,
9(5), 627-643.
Rudestam, K.E., & Newton, R.R. (2007). Surviving your Dissertation (3rd ed.). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Salant. F, & Dillman, DA. (1994). How to Conduct your own Survey. New York: John Wiley.
Salkind, N. (1990). Exploring Research. New York: MacMillan.
Sarantakos, S. (2005). Social Research (3rd ed.). New York: Palgrave Macmillan.
Schwandt, TA. (1993). Theory for the moral sciences: Crisis of identity and purpose. In D j.
Flinders & G.E. Mills (Ed.), Theory and concepts in Qualitative Research: Perspectives
from the Field (pp. 5-23). New York: Columbia University, Teachers College Press.
Schwandt, TA. (2000). Three Epistemological stances for qualitative Inquiry. In N.K. Denzin
& Y.S. Lincoln (Ed.). Handbook of qualitative research (2nd ed. pp. 189-213). Thousand
Oaks, CA: Sage.
Schwandt, TA. (2007). Dictionary of Qualitative Inquiry (3rd ed.). Tho sand Oaks, CA: Sage.
Shadish, W.R.,*Cook, T.D., & Campbell, D.T. (2001). Experimental and Quasi-experimental
Designs for Generalized Causal Inference. Boston: Houghton Mifflin.
Sieber, J.E. (1998). Planning ethically responsible research. In L.Bickman & D.J. Rog
(Ed.).. Handbook of Applied Social Research Methods (pp. 127-156). Thousand Oaks,
CA: Sage.
Sieber, S.D. (1973). The integration of field work and survey methods. American Journal of
Sociology. 78,1335-1359.
Slife, B.D., & Williams, R.N. (1995). What's behind the Research? Discovering Hidden
Assumptions in the Behavioral Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Smith, J.K. (1983, March). Quantitative versus qualitative research: An attempt to clarify the
issue. Educatioiial Researcher. 6-13.
Spradley,J.R (1980). Participant Observation,New York: Holt, Rinehart & Winston.
Stake, R.E. (1995 ). The art of Case Study Research. Thousand Oaks, CA: Sage.
Steckler, A., McLeroy, K.R., Goodman, R.M., Bird, S.T. & McCormick. L. (1992). Toward
integrating qualitative and quantitative methods: An introduction. Health Education
Quarterly, 19(1), 1-8.
Steinbeck, J. (1969). Journal of a Novel: The East of Eden Letters. New York: Viking.
Strauss, A., & Corbin, J. (1990). Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and
Techniques (1st ed.). Newbury Park. CA: Sage.
Strauss, A., & Corbin. J. (1998). Basics of Qualitative Research: Grounded theory Procedures and
Techniques (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Sudduth, A.G. (1992). Rural Hospitals use of Strategic Adaptation in a changing health care
environment. Unpublished doctoral dissertation. University of Nebraska-Lincoln.
Sue, V.M.. & Ritter, L.A. (2007). Conducting online surveys. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tarshis, B. (1982). How to Write like a pro: A guide to Effective Ncnfiction Writing. New York:
New American Library.
Tashakkori, A., & Creswell, J.W. (2007). Exploring the nature of research questions in mixed
methods research. Editorial. Journal of Mixed Methods Research, 1(3), 207-211
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (1998). Mixed Methodology: Combining Qualitative and
Quantitative Approaches. Thousand Oaks, CA: Sage.
Tashakkori, A., & Teddlie, C. (Ed.). (2003). Handbook of Mixed Method Research in the Social
and Behavior Sciences. Thousand Oaks, CA: Sage.
Teddlie, C, & Yu, R (2007). Mixed methods sampling: A typology with examples. Journal
of Mixed Methods Research. 1(1), 77-100.
Terenzini. P.T., Cabrera, A.E. Colbeck, C.L., Bjorklund, S A. & Parente, JM. (2001). Racial and
ethnic diversity in the classroom. The Journal of Higher Education, 72(5), 509-531.
Tesch, R. (1990). Qualitative Research: Analysis Types and Software Tools. New York: Falmer.
Thomas, G. (1997). What's the use of theory? Harvard Educational Review, 67(1), 75-104.
Thomas, J. (1993). Doing critical ethnography. Newbury Park, CA: Sage.
Thorndike, R.M. (1997). Measurement and Evaluation in Psychology and Education (6th
ed.).
New York: Macmillan.
Trujillo, N. (1992). Interpreting (the work and the talk of) baseball: Perspectives on ballpark
culture. Western Journal of Communication, 56.350-371.
Tuckman, B.W. (1999). Conducting Educational Research (5th ed.). Fort Worth, TX: Harcourt,
Brace.
Turabian, K.L. (1973). A Manual for Writers of term Papers. Theses, and Dissertations (4th ed.)
Chicago: University of Chicago Press.
University of Chicago Press. A manual of Style. (1982). Chicago: Author.
University Microfilms. (1938). Dissertation Abstracts International. Ann Arbor, MI: Author.
VanHorn-Grassmeyer, K., (1998). EnJiancing Practice: New Professional in student affairs.
Unpublished doctoral dissertation, University of Nebraska-Lincoln.
Van Maanen,}., (1988). Tales of the Field: On Writing Ethnography. Chicago: University of
Chicago Press.
Vernon, J.E., (1992). The impact of divorce on the Grandparent/Grandchild Relationship When
the Parent Generation Divorces. Unpublished doctoral dissertation. University of
Nebraska-Lincoln.
Vogt. W.P., (1999). Dictionary of Statistics and Methodology: A nontechnical Guide for the Social
Sciences (2nd ed.). Thousand Oaks, CA: Sage.
Webb, R.B., & Glesne, C. (1992). Teaching qualitative research. In M. D. LeCompte, W. L.
Millroy. & J. Preissle (Ed.), The Handbook of Qualitative Research in Education (pp. 771-
814). San Diego, CA: Academic Press.
Webb, W.H., Beals, A.R., & White, CM. (1986). Sources of Information in the Social Sciences: A
Guide to the Literature (3rd ed.). Chicago: American Library Association.
Weitzman, P.A., & Miles. M.B. (1995). Computer Programs for Qualitative Data Analysis.
Thousand Oaks. CA: Sage.
Weitzman, R.F., & Levkoff, S.E. (2000). Combining qualitative and quantitative methods in
health research with minority elders: Lessons from a study of dementia caregiving.
Field Methods, 12(3), 195-208.
Wilkinson, A.M. (1991). The Sientist's Handbook for Writing Papers and Dissertations.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Wolcott, H.T. (1994). Transforming Qualitative Data: Description, Analysis, and interpretation.
Thousand Oaks. CA: Sage.
Wolcott, H.T. (1999). Ethnography: A way of Seeing. Walnut Creek, CA: AltaMira.
Wolcott, H.T. (2001). Writing up Qualitative Research (2nd ed.). Thousand Oaks. CA: Sage.
Yin, R.K. (2003). Case study research: Design and Methods (2nd ed.). Thousand Oaks, CA:
Sage.
Ziller, R.C. (1990). Photographing the self: Methods for Observing Personal Orientations.
Newbury Park. CA: Sage.
Zinsser, W. (1983). Writing with a Word Processor. York: Harper Colophon.
corroboration, 320
Creswell, J.W., 101, 206, 263,
308, 313
Adorno, 13
Analisis data, 301 Crotty, M., 11, 12
P
Parente, J.M., 150
participatory action research, 101
pattern theory, 97
Patton, M.QV 15
Peirce, Sanders, 15
pendekatan:
deduktif, 86
penelitian, 17 penelitian:
korelasional, 18
kualitatif, 4, 28
kuantitatif, 5, 27
metode campuran, 5, 28
positivis/post-positivis, 8
penelitian sains, 8
Perspektif
feminis, 94
teori kritis, 94
Phillips, D.0,9,10
populasi, 218, 220
Pragmatisme, 15
pre-experimental design, 238
predictive validity, 222
probabilistic sample, 220
Prose, Francine, 116
Q
quasi-eksperimen (quasi-experi-ment),
18,232, 238
R
Reason, 13 Stanley, J., 239
regresi, 335;,logistik, 335 starting point, 97
Rorty, R., 15 Steinbeck, John, 120
Rosenthal, R., 236 Strategi:
eksploratoris sekuensial, 317
Rosnow, R.L., 236
Ross-Larson, B., 125 ' embedded konkuren, 321
Rossman, G., 95, 274 transformatif konkuren, 324
Rossman, G.B., 157 transformatif sekuensial,318
triangulasi konkuren, 320
Studi kasus, 20
S
systematic sample, 220
Salant, P., 224
sampel, 218
T
sample size formula, 221
t-test, 249, 335
sampling, 218, 327
Schwandt, T.A., 11 Tarshis, B., 122
sequential mixed methods, Tashakkori, A., 15, 206, 313, 323
22 single-subject r 18 Teddlie, C, 15, 327,313, 323
single-subject design, 238, 250 theoretical rationale, 79
sosiologi, 80 Teori queer, 94
Spradley, J.P., 192 Terenzini, P.T., 150
Stake, R.E., 19, 97 Tesch, R., 263
standard deviation, 249 Thomas, J., 148
transformative mixed methods, 23 triangulasi, Wacana rasial, 94
324 Wallnau, L.B., 227
triangulasi of data resourcers, 22
wawancara, 327;
triangulate, 286
true experiment, 232, 238 U kualitatif, 267;
univariate analysis of variance (ANOVA), mendalam, 25
249 Wilkinson M., 13,14, 38, 63,123,
145, 166
V Wolcott, 125, 284 Wolcott, H.T., 19,
validitas, 222, 286; 125, 263
konstruk, 247
Variabel, 76; bebas, 87, 178; confounding, Y
78; control, 78; intervening, 77; Yin, R.K., 285, 289 Yu, R,
moderating, 77; terikat, 87, 178
327
W
Z
Zinsser, W., 117, 118, 123