PENDAHULUAN
Untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang memadai atau bermutu
adalah melalui proses pendidikan yang bermutu pula. Begitu pula halnya dalam
proses belajar mengajar atau pelaksanaan pembelajaran dalam mata pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah.
Dikemukakan Mutohir (2000 : 6), seperti yang dikutip oleh A. Rohmad dalam
tesisnya (2004 : 2), bahwa :
Dari pernyataan di atas, peran strategi pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia tidak perlu dipersoalkan, justru yang menjadi masalah adalah
apakah mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai faktor penting
pembentukan manusia seutuhnya sudah ditentukan secara proporsional? Apakah
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sudah sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia? Apakah
pembelajaran yang sudah dilakukan mampu memotivasi belajar siswa dan
mengambangkan bakat individu secara utuh dan mandiri? Pertanyaan-pertanyaan
tersebut hakekatnya tidak terlepas dari pertanyaan dasar, apakah kurikulum yang
dikembangkan sudah efektif dan berkualitas?.
Menurut UU. RI. No. 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pada bab I ketentuan umum
pasal I ayat (19) dijelaskan bahwa :
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Ditempatkannya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai rangkaian isi
kurikulum sekolah bukan tanpa alasan. Kurikulum yang merupakan seperangkat
pengetahuan dan keterampilan merupakan upaya yang sistematis untuk membekali
siswa menjadi manusia yang lengkap dan utuh. Oleh sebab itu pendidikan kurang
lengkap tanpa adanya pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Melihat pentingnya pembelajan Bahasa dan Sastra Indonesia karena secara tidak
langsung nanti akan membentuk nilai kesopanan dan beberapa norma yang ada di
masyarakat. Sebab kemampun berbahasa atau bertutur dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar akan dipertanggungjawabkan. Selain itu
pula, pendidikan Bahasa dan Sastra akan membentuk bakat siswa dalam dunia
kesastraan Indonesia khususnya dalam bidang kepenulisan atau bidang
berkesenian dan berkebudayaan.
B. Batasan Masalah
Sesuai dengan tema laporan ini, maka untuk menghindari perbedaan persepsi
diantara pembaca pada umumnya dan yang berkepentingan pada khususnya maka
praktikan memandang perlu memberikan batasan pengertian masalah sebagai
berikut :
Kasus adalah masalah khusus yang berhubungan dengan siswa kelas XI TKK 1
SMKN KUDU.
Jadi studi kasus kurangnya agresifitas dan keaktifan belajar Bahasa Indonesia
adalah segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan
sifat kurangnya agresifitas dan kurangnya belajar bahasa indonesia, faktor-faktor
penyebab serta cara mengatasinya berdasarkan data dan informasi yang obyektif
dan lengkap.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan
Adanya reaksi siswa yang kurang memperhatikan, kurang semangat dan tidak
aktif dalam mengikuti proses pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas X1 TKK 1 SMK
NEGERI KUDU JOMBANG.
Dalam penyusunan laporan ini penulis memeriksa semua aspek yang berhubungan
dengan siswa, sehingga dapat diketahui kondisi yang sebenar-benarnya dengan
teknik sebagai berikut :
1. Praduga
Dalam hal ini penulis mengamati perilaku siswa baik didalam maupun diluar kelas,
dari hasil pengamatan diketahui beberapa siswa yang mempunyai masalah
sehingga perlu mendapatkan perhatian atau pemecahan masalahnya.
2. Konsultasi Klien
Setelah penulis menentukan klien, hal itu kemudian dikonsultasikan kepada guru
pamong dan penulis mewawancarai klien tentang masalah-masalah siswa yang
dihadapi.
3. Sintesis
Melalui sitesis ini, penulis memadukan data-data dan informasi yang diperoleh baik
langsung maupun tidak langsung. Sehingga dapat diambil suatu gambaran secara
global tentang kasus klien, yaitu :
Siswa kelas XI TKK 1 kurang antusias dalam pembelajaran Bahasa Indoneia.
Proses komunikasi atau interaksi antara siswa sebagai peserta didik dan guru
sebagai tenaga pengajar kurang terjadi dengan baik.
BAB 11
IDENTIFIKASI KASUS
Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya dapat berlangsung sesuai
harapan. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat
apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal ini semangat,
terkadang semangatnya tinggi, tetapi terkadang sulit untuk berkonsentrasi.
Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam
kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dalam aktifitas belajar. Dalam keadaan anak
didik (siswa) tidak dapat belajar sebagaimana mestinya dan tidak ada semangat
atau dorongan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran disebut "Kurangnya
agresifitas dan keaktifan belajar".
Faktor ekstern adalah faktor yang datangnya dari luar diri peserta didik yang
mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Faktor ini dapat dirincikan sebagai
berikut :
a. Guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar disekolah. Pribadi guru dalam
kelas mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam keaktifan belajar peserta
didik. Jika guru sebagai pendidik dapat menempatkan diri sesuai fungsinya dengan
baik dan sesuai, maka kemampuan diri siswa dalam belajar akan terpacu dan
termotivasi. Salah satu contohnya adalah guru harus bisa mengajar dengan
berbagai macam metode, sehingga pengajar tidak hanya menonton dan
menjenuhkan. Kalau guru bisa menggunakan banyak metode pengajar maka siswa
akan puas mengikuti setiap proses belajar mengajar, sehingga lebih termotivasi
untuk belajar.
b. Peranan orang tua atau keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama
dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab permasalahan dalam
belajar. Sebagai contohnya orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan
pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan
belajar anak-anaknya, akan memicu menyebabkan kurangnya semangat dan
kemauan belajar anak. Orang tua yang bersifat kejam, otoriter dapat
mempengaruhi perkembangan mental anak didik. Untuk itu dibutuhkan hubungan
antara orang tua dan anak, karena hal ini penting sekali dalam menentukan
kemajuan belajar anak. Memang kegiatan belajar ditetapkan di sekolah, namun
waktu di keluarga jauh lebih banyak. Oleh sebab itu, keluarga sangat berperan
dalam kegiatan belajar peserta didik.
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik yang dapat
mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini biasanya sudah dibawa sejak lahir
oleh peserta didik.
BAB IV
KESULITAN BELAJAR
Merupakan suatu langkah yang ditempuh untuk mencari dan menentukan faktor-
faktor yang menyebabkan timbulnya permasalahan belajar dimana disini terjadi
masalah kurangnya agresifitas dan keaktifan dalam proses pembelajaran Dikjasor.
v Klasifikasi masalah
Masalah pengaturan waktu berolahraga yang tidak stabil dan kurang efisien.
B. Prognosa
Prognosis adalah suatu langkah yang ditempuh untuk meramalkan hal-hal yang
terjadi apabila klien tidak segera diberi bimbingan.
Penulis berusaha memprediksikan hal-hal negatif yang mungkin saja timbul pada
diri siswa dan alternatif pemecahannya. Untuk memprediksi hal tersebut
diformulasikan sebagai berikut :
C. Treatment
D. Tindak Lanjut
Untuk memperoleh data yang akurat dan mencukupi, maka penulis menggunakan
beberapa teknik sebagai berikut :
Yaitu memberi daftar isian yang berisi pertanyaan yang dapat dijawab siswa
sesuai dengan keadaanya.
v Interview
Yaitu mencari data dengan cara wawancara secara langsung dengan siswa atau
guru dan teman-teman sekelasnya.
v Observasi
v Dokumentasi
I. Identitas Siswa
f. Kelas : XI TKK 1
g. Jumlah Saudara :2
h. Anak ke :1
b. Agama :Islam
d. Pendidikan Terakhir : SD
e. Pekerjaan : Tani
h. Agama : Islam
i. Pendidikan Terakhir : SD
j. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
a. Bakat :-
b. Hobi : Membaca
V. Masalah kesehatan
2. sering pusing/pening.
1.sukar bergaul.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data yang telah di peroleh dapat penyusun simpulkan bahwa adanya Faktor
ekstern yang mempengaruhi diri peserta didik tersebut. Yaitu Guru sebagai tenaga
pendidik dan pengajar disekolah mempunyai peranan yang cukup menentukan
dalam keaktifan belajar peserta didik. Guru harus bisa mengajar dengan berbagai
macam metode, sehingga pengajaran yang dilakukan tidak hanya menonton dan
menjenuhkan. Kalau guru bisa menggunakan banyak metode pengajar maka siswa
akan puas mengikuti setiap proses belajar mengajar, sehingga lebih termotivasi
untuk belajar.
Peranan orang tua (keluarga, merupakan pusat pendidikan yang utama dan
pertama. Untuk itu dibutuhkan hubungan antara orang tua dan anak, karena hal ini
penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Memang kegiatan belajar
ditetapkan di sekolah, namun waktu di keluarga jauh lebih banyak. Oleh sebab itu
keluarga sangat berperan dalam kegiatan belajar peserta didik. Lingkungan yang
mempengaruhi faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap kegiatan/disiplin
belajar peserta didik.
Namun bukan hanya karena faktor ekstren saja yang dapat mepengaruhi
pembelajaran si siswa tersebut. Karena Faktor intern adalah faktor yang berasal dari
dalam diri peserta didik yang dapat mempengaruhi belajar peserta didik. Faktor ini
biasanya sudah dibawa sejak lahir oleh peserta didik, yang termasuk faktor dalam
seperti: Bakat dari diri peserta didik, Minat peserta didik,dan juga Sifat dari peserta
didik tersebut. Jika kita sudah mengenal tiga aspek dari si siswa tersebut, dari
bakat,minat,dan sifat maka akan dengan mudah mengarahkan dan memotivasinya.
B. Saran
Pendidikan adalah tanggung jawab guru di sekolah, orang tua di rumah dan
masyarakat di lingkungan. Oleh karena itu :
v Guru dan orang tua selalu memberikan motivasi agar anak tersebut mempunyai
semangat untuk tetap belajar.
DAFTAR PUSTAKA