Anda di halaman 1dari 4

JEMAAT GBI DI SORONG BERUNJUK RASA

TOLAK EKSEKUSI TANAH GEREJA

Jemaat Anugerah Gereja Bethel Indonesia beserta sejumlah warga pemilik tanah pada Jumat,
20 Januari 2017 berunjuk rasa di Kantor Kejaksaan Negeri Sorong, Kota Sorong, Papua
Barat.
Unjuk rasa mendapatkan pengawalan aparat Kepolisian Resort Sorong Kota itu, terkait
tuntutan jemaat Anugerah Gereja Bethel Indonesia agar pendeta Judifia Menora tak ditahan.
Pasalnya, sesuai putusan Pengadilan Negeri Sorong beberapa waktu lalu, yang bersangkutan
dinyatakan bersalah melakukan perampasan hak orang dan divonis dua bulan penjara.
Pengunjuk rasa meminta agar Kejaksaan Negeri Sorong tak melakukan eksekusi terhadap
putusan Pengadilan Negeri Sorong karena menurut pengunjuk rasa, jika pendeta Judifia
Menora ditahan akan berpengaruh pada keberlangsungan gereja dan jemaat.
Terkait dengan tuntutan pengunjuk rasa, mewakili Kepala Kejaksaan Negeri Sorong, Kepala
Seksi Pidana Umum, Edi Sulistio Utomo, S.H menegaskan, terkait kasus ini pihaknya sama
sekali tak mewakili kelompok atau golongan tertentu.
Kami berada disini untuk menegakan undang-undang. Dan berkaitan dengan perkara
perampasan hak orang telah berlangsung sekian lama. Beberapa waktu lalu Pengadilan
Negeri Sorong telah memvonis pak pendeta dinyatakan bersalah, kata Edi.
Kami telah menyediakan saluran bagi pak pendeta untuk menyatakan menolak atau banding
atas putusan yang dimaksud. Akan tetapi hal itu tidak dilakukan, makanya berdasarkan
perintah undang-undang, yang bersangkutan harus dieksekusi, kata Edi menambahkan.
Sesuai perintah undang-undang, kata Edit, suatu perkara pidana yang telah memiliki kekuatan
tetap wajib hukumnya untuk dieksekusi. Kami sebenarnya tak ingin merusak tatanan yang
sudah, tetapi undang-undang mengamantkan seperti itu, jelasnya.
Kembali Edi menegaskan, persidangan yang berlangsung tidak ada kaitannya dengan
masalah agama. Persidangan sifatnya terbuka untuk umum, dapat disaksikan semua
masyarakat, tegasnya.
Selama kasus ini bergulir dari penyidik Kepolisian Resort Sorong Kota hingga ke Pengadilan
Negeri Sorong, pendeta Judifia Menora tidak ditahan. Kami menilai bahwa Pak Pendeta
bersifat kooperatif. Satu hal yang penting, kami tak bisa menahan orang tanpa ada putusan
yang memiliki kekuatan hukum tetap, kata Pieter Louw, S.H, Jaksa yang menangani kasus
pendeta Judifia Menora.
Menurut Pieter, selama proses persidangan berjalan pihaknya menghadirkan semua pihak
sebagai saksi yang mengetahui betul mengenai status tanah tersebut. Meskipun telah ada
putusan akta perdamaian, isinya tidak memenangkan pihak GBAI.
Kalau memang teman-teman memiliki kuasa hukum bisa diskusi untuk menyampaikan
analisis hukum kepada kami terkait akta perdamaian yang dimaksud, jelas Pieter.
Menurut Pieter, kejaksaan telah menuntut sesuai dengan perbuatan yang dilakukan pak
pendeta, namun pengadilan telah menjatuhkan vonis. Kalaupun tak menerima putusan, ada
hak untuk menolak ataupun banding serta kasasi. Tetapi Pak Pendeta sendiri telah
menyatakan menerima putusan, tegasnya.
Sekiranya kalau memang ada hal-hal yang bisa disampaikan berkaitan dengan eksekusi pak
pendeta, kami mempersilahkan beberapa perwakilan jemaat untuk duduk bersama kami
mencari solusi terbaik, tambah Pieter.
Sementara itu, usai pertemuan, Pendeta Judifia Menora mengatakan, yang dieksekusi adalah
pribadinya, bukan tempat ibadahnya sebab hal itu tidak ada kaitannya.
Soal putusan Pengadilan Negeri Sorong saya sudah siap, hanya saja saya meminta waktu
untuk memberikan penjelasan kepada jemaat serta ada beberapa hal penting yang mesti saya
lakukan. Setelah itu saya akan datang ke Kejaksaan Negeri Sorong untuk melaksanakan
eksekusi, jelas Judifia.
Judifia juga memberikan apresiasi kepada rekan-rekan pendeta serta warga masyarakat Moi
yang telah datang bersama di Kejaksaan Negeri Sorong memberikan support atau dukungan.
Pihak GBI dan gereja-gereja lainnya turut bersimpatik terhadap permasalahan ini, akan tetapi
yang perlu diperhatikan, kami harus bisa memisahkan mana masalah yang berkaitan dengan
hamba Tuhan, dan mana masalah yang berkaitan dengan hukum.
Hukum harus dilaksanakan, hanya saja pak pendeta meminta waktu sampai Selasa
mendatang baru eksekusi dilaksanakan, kata Kuasa Hukum Judifia Menora, yakni Lodius
Tomasoa, S.H.
Lodius prihatin dengan permasalahan yang dihadapi Judifia. Menjadi catatan bahwa baru
pertama kali, permasalahan ini terjadi, kita ribut hanya karena permasalahan hak ulayat,
katanya.
Lodius juga menyanyangkan tindakan penyidik kepolisian yang memberikan garis polisi
(police line) gereja GBI Jemaat Anugerah KM 8. Kalau di dalam gereja itu terjadi tindak
pidana barulah police line dilakukan, tapi yang terjadi kan tidak demikian, katanya.
Menurut Lodius, ini baru pertama kali police line dilakukan terhadap gereja di tanah Papua
ini. Makanya saya langsung meminta kepada Kapolres Sorong Kota pada waktu itu agar
menyikapi secara cermat permasalahan yang terjadi, ucapnya. ***(Veyda Ody)
Saran :
Kita sebagai umat Kristen saling membantu atau mengerti agar semua masalah bisa di urus
dengan baik secara kekeluargaan.

Pendapat saya:
Sebaiknya maslah ini tidak usah dibawa ke pihak hukum, tetapi diselesaikan secara
kekeluargaan
Saran:
Saran saya, masalah ini diselesaikan dengan baik-baik, tidak dengan cara kekerasan

Pendapat:
Pendapat saya tidak usah membesar-besarkan masalah, diselesaikan dengan jalan damai.

Anda mungkin juga menyukai