Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam teknik kimia kristalisasi dilakukan dalam alat pengkristal.


Kristalisasi adalah suatu unit operasi teknik kimia dimana senyawa kimia
dilarutkan dalam suatu pelarut (solvent) dan pada kondisi tertentu akan
terpresipitasi dan terpisah di antara fasa. Sejak dahulu kala NaCl ditemukan pada
permukaan bebatuan setelah mengalami pemanasan matahari. Contoh proses
kristalisasi yang lain dalam industri meliputi produksi garam dapur, gula, sodium
sulphat, urea, dan lain-lain.

Teknologi kristalisasi berkembang dengan cepat akhir-akhir ini. melalui


tangki sederhana dimana pendinginan, penguapan, dan mungkin melalui
pengaturan pH, Kristal terbentuk pada proses kristalisasi larutan dipekatkan dan
didinginkan sampai konsentrasi zat terlarut melewati kelarutannya
(supersaturation) pada suhu yang bersangkutan. Zat terlarut akan keluar dari
larutan dan membentuk zat padat (Kristal/hablur) dalam keadaan yang hampir
murni. Proses kristalisasi adalah salah satu teknik pemisahan padat-cair yang
sangat penting dalam industri, karena dapat menghasilkan kemurnian produk
hingga 100%.

Di dalam industri, bahan-bahan yang digunakan tidak jarang merupakan


bahan berat sehingga tidak dapat dijangkau dengan tenaga manusia dan terkadang
berbahaya apabila terjadi kontak langsung dengan manusia. Untuk itu diperlukan
tempat penyimpanan bahan dan juga alat transportasi khusus untuk mengangkut
bahan-bahan tersebut mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik
itu berupa kapasitas bahan yang akan diangkut maupun keselamatan kerja dari
karyawan.Selain storage dan alat transportasi zat padat, feeder juga berperan
penting dalam industri. Feeder diperlukan untuk membantu proses masuk nya
umpan dalam proses industri. Selain bahan berbentuk gas dan cair, padatan juga
memiliki alat pengumpan (feeder) dengan spesifikasi sendiri-sendiri.Oleh karena
itu makalah ini dibuat untuk lebih mengetahui dan memahami proses penangan

1
zat padat dalam dunia teknik kimia. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal
mengenai alat-alat yang telah dijelaskan sebelumnya.

Dalam industri kimia, transportasi merupakan proses pengangkutan bahan


mentah dan energi dalam jumlah besar ke pabrik dan ke dalam peralatan, atau
pengangkutan produk-produk dan limbah ke luar pabrik. Berdasarkan keadaan
agregat dari bahan, transportasi dibedakan: transportasi bahan padat dan
transportasi fluida (cair dan gas). Dalam suatu industri, pemindahan bahan baik
bahan mentah (raw material), bahan setengah jadi (intermediate product),
maupun bahan jadi (product) merupakan persoalan yang cukup penting untuk
efisiensi dan efektifitas secara keseluruhan proses. Bermacam-macam peralatan
transportasi diperlukan guna pemindahan bahan ini namun didalam bab ini hanya
dibahas peralatan transportasi bahan padat, khususnya menggunakan belt
conveyor, screw conveyor, dan bucket conveyor.
Secara Universal di dalam industri, bahan - bahan material terdapat
berbagai jenis yang terkadang sangat berat sehingga berbahaya bagi manusia.
Untuk itu diperlukan alat transportasi untuk mengangkut bahan - bahan tersebut
mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia. Bahan yang diangkut
dipengaruhi kapasitas bahan, jenis bahan dan tujuan pengangkutan. Alat
pengangkut bertujuan untuk memudahkan kita dalam pemindahan suatu zat.
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering dugunakan dalam industry adalah
conveyer yang berfungsi unuk mengangkut bahan-bahan padat. Pemilihan alat
pengangkut (conveying equipment) material padatan bergantung pada: kapasitas
material yang ditangani.jarak perpindahan material, kondisi pengangkutan :
horizontal; atau vertical, ukuran (size), bentuk (shape) dan sifat material
(properties), harga peralatan tersebut.

22 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan kristalisasi?
2. Apa saja jenis-jenis dari kristalisasi?
3. Bagaimana mekanisme pembentukan kristal?
4. Apa saja syarat-syarat kristalisasi?
5. Apa saja yang mempengaruhi proses kristalisasi?
6. Apa saja jenis-jenis alat cristalyzer?
7. Bagaimana prinsip kerja alat cristalyzer?

2
8. Apa yang dimaksud dengan alat transportasi bahan padat?
9. Apa saja jenis-jenis alat transportasi bahan padat?
10. Bagaiman prinsip kerja dari alat transportasi bahan padat?

2.3 Tujuan Penulisan

Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengenalan Pabrik yang selanjutnya akan digunakan dalam proses
belajar mengajar. Selain itu penulisan makalah ini juga dimaksudkan untuk
memberikan informasi secara komprehensif kepada pembaca mengenai crystalizer
dan alat transportasi bahan padat.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Crystalizer
2.1.1 Kristalisasi

Kristalisasi (crystallization) merupakan peristiwa pembentukan kristal-kristal padat


dalam suatu fase homogen. Baik itu dalam pembuatan partikel padat didalam uap seperti dalam
hal pembuatan salju atau pembuatan partikel padat didalam lelehan cair sebagai mana dalam
pembuatan kristal tunggal yang besar maupun kristalisasi dari larutan cair misalnya
pembuatan garam.
Prinsip dari kristalisasi adalah bahwa senyawa padat akan mudah terlarut dalam pelarut
panas bila dibandingkan pada pelarut yang lebih dingin. Jika suatu larutan senyawa tersebut
dijenuhkan dalam keadaan panas dan kemudian didinginkan,senyawa terlarut akan berkurang
kelarutannya dan mulai mengendap, membentuk kristal yang murni dan bebas dari pengotor.
Kemurnian zat ini disebabkan oleh pertumbuahan kristal zat telarut, sehingga za-zat ini dapat
dipisahkan dari pengotornya.
Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh
(supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut sudah tidak mampu melarutkan zat
terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas pelarut. Sehingga kita dapat
memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah pelarutnya, sehingga
kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Proses pengurangan pelarut dapat dilakukan dengan empat
cara yaitu, penguapan, pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia.
Pabrik gula juga melakukan proses kristalisasi, tebu digiling dan dihasilkan nira, nira
tersebut selanjutnya dimasukkan kedalam alat vacuum evaporator , dalam alat ini dilakukan
pemanasan sehingga kandungan air di dalam nira menguap, dan uap tersebut dikeluarkan dengan
melalui pompa, sehingga nira kehilangan air berubah menjadi Kristal gula
Ketiga teknik yang lain pendinginan, penambahan senyawa lain dan reaksi kimia pada
prinsipnya adalah sama yaitu mengurangi kadar pelarut didalam campuran homogen. Kristal
merupakan suatu benda mati yang terorganisasi dan dibentuk oleh partikel-partikel (yang bisa
berupa atom, molekul atau ion) tersusun dalam suatu susunan tiga dimensi yang beraturan.
Bentuk kristal dapat berupa polyhedron yang mempunyai sudut-sudut tajam dan sisi yang rata,
bentuk ini dapat terbentuk jika kristal dibiarkan sehingga permukaannya tidak mendapat
gangguan dari kristal lain atau benda luar.

4
Tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk mendapatkan produk (hasil) dengan derajat
kemurnian yang tinggi, selain itu bentuk serta ukurannya juga turut menentukan kualitas kristal
hasil. Ini semata-mata diperlukan untuk:
Kemudahan filtrasi (penyaringan) pencucian.
Pelaksanaan reaksi dengan bahan kimia lain.
Kemudahan dalam proses pengangkutan dan penyimpanan.
Selain itu ciri suatu kristal yang baik yaitu:
Kristal harus kuat
Tidak menggumpal
Memiliki ukuran seragam
Tidak melekat dalam kemasan. Sehingga CSD (crystal size distribution) distribusi ukuran
kristal harus dikendalikan dengan ketat.
2.1.2 Jenis Kristalisasi

Kristalisasi ada empat macam, yaitu :


1. Kristalisasi penguapan
Kristalisasi penguapan dilakukan jika zat yang akan dipisahkan tahan terhadap panas dan
titik bekunya lebih tinggi daripada titik didih pelarut.
2. Kristalisasi pendinginan.
Kristalisasi pendinginan dilakukan dengan cara mendinginkan larutan. Pada saat suhu
larutan turun, komponen zat yang memiliki titik beku lebih tinggi akan membeku terlebih
dahulu, sementara zat lain masih larut sehingga keduanya dapat dipisahkan dengan cara
penyaringan. Zat lain akan turun bersama pelarut sebagai filtrat, sedangkan zat padat tetap
tinggal di atas saringan sebagai residu.
3. Pemanasan dan Pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari dua metode diatas. Larutan panas yang Jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan. Sebagian pelarut menguap, panas
penguapan diambil dari larutan itu sendiri, sehingga larutan menjadi dingin dan lewat jenuh.
Metode ini disebut kristalisasi vakum.
4. Penambahan bahan (zat) lain.
Untuk pemisahan bahan organic dari larutan seringkali ditambahkan suatu garam. Garam ini
larut lebih baik daripada bahan padat yang dinginkan sehinga terjadi desakan dan membuat
bahan padat menjadi terkristalisasi.
Pembentukan kristal dapat juga terjadi bila suatu larutan telah melampaui titik jenuhnya.
Titik jenuh larutan adalah suatu titik ketika penambahan partikel terlarut sudah tidak dapat
menyebabkan partikel tersebut melarut, sehingga terbentuk larutan jenuh. Larutan jenuh
adalah larutan yang mengandung jumlah maksimum partikel terlarut pada suatu larutan pada
suhu tertentu. Contohnya adalah NaCl ketika mencapai titik jenuh maka akan terbentuk
kristal. Berkurangnya air karena penguapan, menyebabkan larutan melewati titik jenuh dan
mempercepat terbentuknya kristal.
2.1.3 Mekanisme Pembentukan Kristal

Mekanisme pembentukan kristal terbagi menjadi dua tahapan,yaitu:


5
1. Pembentukan Inti
Inti kristal adalah partikel-partikel kecil bahkan sangat kecil yang dapat terbentuk secara
cara memperkecil kristal-kristal yang ada dalam alat kristalisasi atau dengan menambahkan
benih kristal ke dalam larutan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan Kristal
Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari dua proses yaitu :
Transportasi molekul-molekul atau (ion-ion dari bahan yang akan di kristalisasikan)
dalam larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi. Proses ini berlangsung semakin
cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
Penempatan molekul-molekul atau ion-ion pada kisi kristal. Semakin luas total
permukaan kristal, semakin banyak bahan yang di tempatkan pada kisi kristal persatuan
waktu.
2.1.4 Syarat-Syarat Kristalisasi
Kristalisasi dapat terjadi apabila telah memenuhi syarat-syarat berikut:
1. Larutan harus jenuh
Larutan yang mengandung jumlah zat berlarut berlebihan pada suhu tertentu, sehingga
kelebihan itu tidak melarut lagi. Jenuh berarti pelarut telah seimbang zat terlarut atau jika
larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut, artinya konsentrasinya telah maksimal jika
larutan jenuh suatu zat padat didinginkan perlahan-lahan, sebagian zat terlarut akan
mengkristal, dalam arti diperoleh larutan super jenuh atau lewat jenuh
2. Larutan harus homogen
Partikel-partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam waktu
lama.
3. Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara drastis atau kenaikan suhu secara dratis tergantung dari bentuk
kristal yang didinginkan.
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi

1. Kecepatan kristalisasi
Kecepatan kristalisasi meliputi :
a. Pembentukan inti Kristal
b. Pertumbuhan Kristal
Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi dengan :
pendinginan yang cepat
pengadukan yang baik
memakai larutan yang murni
temperature yang tinggi
konsentrasi yang tinggi
pemberian kristal halus sebagai bibitan
2. Hasil Kristalisasi

6
Hasil kristalisasi tergantung dari prosesnya. Apabila proses k r i s t a l i s a s i
berjalan cepat maka kristal yang terjadi h a l u s . Sebaliknya bila
proses kristalisasi berjalan lambat maka kristal yang terbentuk kasar (besar).
3. Kemurnian dan Ukuran Kristal
Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian kristal yang dihasilkan. Hal ini
terutama bagi kristal yang mudah l a r u t d a n k r i s t a l y a n g b e r s i f a t h i d r o s k o p i s .
U n t u k i n i l e b i h b a i k larutan yang akan dikristalkan dibuat semurni mungkin sehingga
pada kristalisasi akan diperoleh kristal yang lebih bersih.
4. Energi yang Diperlukan
Pada kristalisasi energi diperlukan untuk penguapan sampai diperoleh larutan yang lewat
jenuh. Untuk kristaliser yang bekerja secara adiabatic (tidak memerlukan energi dari
luar) biasanya m e n g g u n a k a n p e n g u a p a n d i s e r t a i p e n d i n g i n a n a t a u d e n g a n
memakai vacuum.
5. Uniformity (keseragaman ukuran)
Kristal yang uniform dapat diperoleh dengan menambahkan kristal halus pada larutan
yang telah lewat jenuh. Disini Kristal halus tersebut berfungsi sebagai inti kristal
(bibitan). Kristal yang uniform akan memberikan keseragaman dalam proses berikutnya
terhadap kristal tersebut. Disamping itu kristal yang uniform
menunjukkan bahwa proses pembuatanyya sangat teliti sehingga akan lebih menarik.
2.1.6 Parameter yang Mempengaruhi Terbentuknya Inti Kristal
a. Kondisi lewat dingin larutan
Semakin dingin larutan waktu induksi (waktu yg diperlukan sampai inti kristal terbentuk)
akan semakin pendek.
b. Suhu
Penurunan suhu akan menginduksi pembentukan kristal secara cepat.
c. Sumber inti kristal
Inti yang terbentuk pada pembentukan tipe heterogen memiliki kecendrungan mempercepat
kristalisasi.
d. Viskositas
Ketika viskositas meningkat akibat menurunnya suhu dan meningkatnya konsentrasi
larutan, proses pembentukan inti kristal akan terbatasi. Hal ini disebabkan berkurangnya
pergerakan molekul pembentuk inti kristal dan terhambatnya pindah panas sebagai energi
pembetukkan inti kristal.
e. Kecepatan Pendinginan
Pendingingan yang cepat akan menghasilkan inti kristal yang lebih banyak dibandingkan
pendinginan lambat.
f. Kecepatan agitasi
Proses agitasi mampu meningkatkan laju pembentukan inti kristal. Agitasi menyebabkan
pindah massa dan pindah panas berjalan lebih efisien.
g. Bahan tambahan dan pengotor
7
Bahan-bahan tambahan dapat berperan untuk membantu atau menghambat pembentukan
inti kristal.
h. Densitas massa kristal
Jumlah kristal yang terdapat dalam satu unit volume yang terdapat dalam larutan akan
berpengaruh pada tingkat pertumbuhan setiap kristal.
2.1.7 Kristalisasi dalam Bentuk Pangan

Salah satu unsur pembentuk struktur dalam bahan atau produk pangan adalah kristal.
Berbagai produk pangan seperti permen dan cokelat mengandung struktur dalam bentuk kristal.
Komponen bahan pangan yg terutama berperan membentuk kristal adalah air, gula, alkohol,
lemak, dan pati.

Produk pangan yang mengandung kristal

Prinsip pembentukan kristal adalah :


Kondisi lewat jenuh untuk suatu larutan seperti larutan gula atau garam
Kondisi lewat dingin untuk suatu cairan atau lelehan (melt) seperti air atau lemak.

Untuk membentuk kristal, fase cairan (liquid) harus melewati kondisi kesetimbangan dan
menjadi lewat jenuh (untuk larutan) atau kondisi lewat dingin (untuk lelehan). Kondisi tersebut
dapat tercapai melalui pendinginan di bawah titik leleh suatu komponen (misalnya air) atau
melalui penambahan sehingga dicapai kondisi lewat jenuh (misalnya garam dan gula).
2.1.8 Pengertian Crystallizer

D a l a m p r o s e s k r i s t a l i s a s i d i s i n i , d i g u n a k a n a l a t y a n g dinamakan dengan
crystallizer. Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau membuat kristal
dari larutannya.

8
Dalam kristalisasi dari larutan sebagaimana yang dilakukan oleh industri, campuran dua
fasa cairan induk (mother liquor) dan kristal dari segala ukuran yang mengisi crystallizer, akan
dikeluarkan sebagai hasil atau disebut dengan magma.

Tujuan dari kristalisasi yang utama ialah mendapatkan perolehan atau hasil yang
memuaskan terutama kemurnian yang tinggi, oleh karena terdapat pertimbangan;

1. Jika kristal yang dihasilkan akan diproses lebih lanjut, maka ukuran yang wajar dan cukup seragam
diperlukan untuk kemudahan filtrasi, pencucian, pelaksanaan reaksi dengan bahan kimia lain,
pengangkutan, serta penyimpanan kristal.
2. Jika kristal tersebut akan dipasarkan secara langsung, untuk dapat diterima oleh konsumen, maka
kristal tersebut harus kuat, tidak mengumpal, ukurannya seragam, dan tidak melekat dalam kemasan.

Untuk mencapai tersebut, maka distribusi ukuran kristal (crystal size distiribusion) atau
CSD, harus dikendalikan dengan benar dan itulah yang menjadi tujuan utama dalam
perancangan dan operasi pada crystallizer.

Kristal yang baik, terbentuk dengan baik, umumnya hampir murni, namun masih
mengandung cairan induk bila dikeluarkan dari magma akhir dan jika hasil tersebut masih
mengandung agregat kristal, massa zat padat itu mungkin mengandung cairan induk bersama
kristal.

2.1.9 Jenis-Jenis Crystalizer

A. Jenis Crystallizer dengan Circulating Magma

1. Forced Circulating Liquid Evaporator Cyrstallizer

Cyrstallizer jenis ini menggabungkan proses antara proses pendinginan dan


penguapan (evaporasi). Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai keadaan yang
supersaturasi (supersaturated) atau keadaan dimana larutan lewat jenuh.

Gambar 1. Forced Circulating Liquid Evaporator


9
Pada gambar diatas terlihat bahwa umpan berupa larutan induk terlebih dahulu
dilewatkan melalui sebuah Heat Exchangers untuk dipanaskan. Heat exchangers tersebut
berada didalam evaporator. Didalam evaporator terjadi flash evaporation yaitu, terjadi
pengurangan jumlah atau kandungan pelarut dan terjadi peningkatan kosentrasi zat terlarut.
Dimana pada saat itu juga, keadaan zat terlarut sudah lewat jenuh atau supersaturasi.
Larutan yang sudah berada pada keadaan lewat jenuh tersebut dialirkan menuju badan
crystallizer untuk diperoleh padatan berupa kristal. Dimana pada badan crystallizer
terdapat mekanisme kristalisasi yaitu nukleasi dan pertumbuhan kristal. Produk kristal
dapat diambil sebagai hasil pada bagian bawah crystallizer, namun tidak semua proses
berjalan sempurna atau dengan kata lain tidak semua cairan induk berubah menjadi
padatan kristal. Karena itu ada proses pengembalian kembali hasil pipa sirkulasi
(circulating pipe) atau proses recycle hasil kristaliasi.

Terlihat bahwa umpan dan campuran umpan dengan hasil yang masih belum
padatan, dialirkan dengan paksa atau forced circulation, serta adanya Heat Exchangers
dapat membuat kenaikan titik didih yang sempurna. Kenaikan titik didih pada Heat
Exchangers pada Evaporator untuk dapat membuat larutan menjadi lewat jenuh berkisar
antara 3 100F untuk sekali lewat. Bila kenaikan titid didih yang diharapkan untuk
mendapatkan kristal yang baik tidak sesuai, maka dapat digunakan beberapa evaporator
untuk menaikan titik didih, dimana kosentrasi zat terlarut akan meningkat juga. Karena
mengalir secara paksa menggunakan pompa, maka kecepatan aliran cukup tinggi, sehingga
akan mengakibatkan ketinggian permukaan larutan pada crystallizer tidak tetap atau naik
turun. Umumnya crystallizer jenis ini dibangun dengan diameter 2 feet atau pada skala
industri sekitar 4 feet atau lebih.

2. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer


Pada crystallizer jenis ini, terdapat keunggulan dimana pada badan crytallizer
terdapat pola atau sirkulasi untuk mekanisme kristalisasi. Diantaranya ialah draft tube,
draft tube akan memisahkan antara cairan induk dengan kristal yang akan terbentuk, yang
dilengakapi dengan pengaduk yang bergerak lambat. Pengaduk tersebut ada dimaksudkan
untuk membuat cairan induk dapat bernukleasi dengan cepat, karena dengan pengadukan
reaksi akan berjalan cepat.

10
Gambar 2. Draft Tube Baffle (DTB) Cyrstallizer

Terlihat pada gambar diatas bahwa umpan masuk melalui Heat Exchangers untuk
proses pemanasan, karena terdapat pengaduk yang diletakkan pada poros badan atau
tangki crystallizer maka cairan induk akan tertarik menuju daerah pengaduk yang menuju
kearah atas, lalu bersikulasi turun kebawah bila hasilnya sudah berupa kristal. Namun bila
tidak akan dikembalikan menuju Heat Exchangers kembali melalui pipa sirkulasi. Karena
masuk ke HE maka akan terjadi kenaikan titik didih sekitar 1- 2 0F. Terjadi pemisahan
antara cairan induk dan kristal pada draft tube ialah karena adanya perbedaan massa jenis,
dimana massa jenis kristal akan lebih besar dila dibandingkan dengan cairan induk, oleh
karena itu adanya gaya gravitasi mengakibatkan kristal tersebut akan turun kebawah dan
diambil sebagai produk. Produk kristal memiliki ukuran sekitar 6 20 mesh untuk padatan
KCl, (NH4)2SO4, dan (NH4)H2PO4

3. Draft Tube Crystallizer

Jenis Crystallizer ini tidak jauh berbeda dengan DTB Crystallizer, hanya saja pada
jenis ini tidak ada baffle atau penyekat antara draft tube dengan badan crystallizer. Namun
kelemahan dari Crystallizer jenis ini kenaikan titik didih atau untuk dapat membuat
larutan menjadi lewat jenuh agak sulit, karena jenis ini beroperasi dengan lambat dan
panjang, namun akan didapatkan hasil atau magma yang cukup banyak.

4. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer

Crystallizer jenis ini menggunkan prinsip sirkulasi cairan atau larutan induk,
dimana umpan maupun hasil kristaliasi akan masuk kedalam Sheell and Tube Heat
Exchangers untuk didinginkan. Perbedaan dengan jenis crystallizer lainnya ialah karena
pada saat dibadan crystallizer terbentuk campuran kristal dan cairan induk, maka akan
terjadi tumbukan antara cairan dengan kristal sehingga suhu campuran akan meningkat,
untuk mendinginkannya diperlukan medium pendingin. Crystallizer ini mneggunakan
prinsip pendinginan, karena kristalisasi dapat terjadi melalui pembekuan (solidification).

11
Gambar 3. Forced Circulation Baffle Surface Cooled Crystallizer

Terlihat pada gambar diatas, umpan dan recylce kristalisasi bersama-sama masuk
kedalam medium pendingin. Namun ada kelemahannya yaitu, panjang untuk pertukaran
panas pada HE dan kecepatan umpan serta recycle kristalisasi sangat di perhitungkan,
sebab jika terjadi kesalahan penurunan suhu untuk dapat melakukan kristalisasi pada
proses pendinginan tidak berlangsung secara optimal.

Oleh karena itu, pompa untuk sirkuasi sangat dikontrol dengan baik, karena pompa
itulah yang menciptakan laju alir disamping bukaan valve. Adanya pompa menyebabkan
cairan induk akan mengalir secara turbulen baik didalam HE maupun didalam badan
Crystalizer, maka akan terjadi sering tumbukan untuk menghasilkan kristal, dimana
terdapat sekat antara saluran Head HE dengan ujung keluaran cairan induk. Bila kristal
sudah terbentuk pada cairan induk yang sudah lewat jenuh, maka kristal akan turun karena
adanya gaya gravitasi dan perbedaan massa jenis. Kristal dari Crystallizer jenis ini
berukuran besar antara 30 100 mesh.

5. OSLO Evaporative Crystallizer

Crystallizer ini dirancang berdasarkan adanya perbedaan suspensi yang mulai


terbentuk pada chamber of suspension. Dimana terdapat HE eksternal yang bertujuan
untuk membuat keadaan lewat jenuh pada suhu supersaturasinya.

Gambar 4. OSLO Evaporative Crystallizer


12
Terlihat pada gambar, bahwa umpan masuk pada G, karena dipompa umpan akan
bergerak secara paksa, masuk kedalam evaporator yang terdapat HE, cairan umpan
tersebut masuk kedalam B. Sebelum masuk ke B, pada bagian A cairan induk yang panas
akan bercampur dengan panas penguapan pada bagian B. Laju penguapan tersebut harus
dikontrol antara kerja pompa untuk mengalirkan cairan induk dengan perubahan panas
campuran tersebut.

Pada bagian B terjadi proses pencampuran antara keadaan supersaturasi dengan


kedaan penguapan, maka sering timbul scale atau kerak garam, sehingga akan
mengganggu proses sirkulasi dari aliran tersebut. Sering kali diberikan bibit kristal pada
bibit kristal untuk mempercepat pembentukan kristal-kristal yang kita harapkan.

6. OSLO Surface Cooled Crystallizer

Tidak jauh berbeda dengan OSLO Evaporative Crystallizer, hanya saja cairan
induk didinginkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam crystallizer. Lainnya sama
dengan jenis crystallizer OSLO EC.

Gambar 5. OSLO Surface Cooled Crystallizer

7. Vacuum Pan Crystallizer

Jenis crystallizer ini banyak digunakan pada industri gula. Proses kristalisasi gula
terjadi didalam suatu pan masak yang prosesnya kerjanya dilakukan pasa keadaan vakum
(hampa udara). Disamping itu proses kristalisasi dapat dilakukan baik dengan single effect
maupun multiple effect. Kondisi vakum dimaksudkan agar nira yang diperoleh tidak rusak.
Nira yang digunakan ialah nira yang kental yang merupakan bahan baku proses
kristalisasi. Dalam kristalisasi kadar kotoran dan air pada nira kental akan dihilangkan.

13
Gambar 6. Vacuum Pan Crystallizer

Pada nira kental masih terkandung kotoran sekitar 15-20% zat terlarut, sedangka
kadar airnya sekitar 35-40% (dengan Brix 60-65). Sebelum dilakukan kristalisasi dalam
pan masak, nira pekat terlebih dahulu dialirkan gas SO 2 untuk proses bleaching dan untuk
menurunkan viskositas masakan nira. Langkah pertama dari proses kristalisasi adalah
menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi
jenuhnya. Dengan pemekatan secara terus-menerus koefisien kejenuhannya akan
meningkat. Pada keadaan lewat jenuh maka akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa.
Setelah itu langkah membuat bibit yaitu dengan memasukkan bibit gula kedalam gula
kedalam pan masak kemudian melakukan proses pembesaran kristal. Pada proses masak
ini kondisi kristal harus dijaga jangan sampai larut kembali ataupun tidak beraturan.

A. Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma

1. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer

Crystallizer jenis ini berbentuk balok yang panjang yang didalamnya terdapat
piringan yang berlekuk-lekuk yang dapat berputar karena adanya poros atau pulley pada
ujungnya.

Gambar 1. Jacketed Pipe Scraped Crystallizer

Umumnya dibuat dari dengan pipa dalam 6 12 inchi sebagai diameter dan
panjangnya sekitar 20 40 feet, yang disusun seri dalam sambungan dengan 3 buah atau
lebih. Piringan yang berlekuk tersebut dinamakan dengan Scraper Blades yang berputar
dengan kecepatan 15 sampai 30 rpm. Suhu operasi yang dapat dijalankan sekitar -75
sampai 1000F. Dan dapat juga digunakan pada cairan yang memiliki viskositas lebih dari
10000 cp. Prinsip kerjanya ialah plug flow, dimana cairan induk masuk dari bagian atas
samping kanan, lama kelamaan akan membentuk kristal didalam pipa tersebut dan kristal
akan mengendap dibawah dan menempel didinding pipa, yang nantinya scaper blades

14
akan mengambil kristal-kristal tersebut. Ukuran kristal yang dihasilkan akan seragam,
umumnya besar-besar. Namun, pertumbuhan untuk kristal sangat kecil, hal ini disebabkan
jarak antar sambungan seri yang terdapat scraper blades mungkin terlalu jauh. Kapasitas
yang ditentukan oleh koefisien perpindahan panas sebesar 10 -25 Btu/hr ft2 0F umunya
dapat tercapai. Namun untuk mendapatkan nilai koefisien perpindahan panas yang lebih
tinggi, kita dapat mengubah bentuk dari scraper blades maupun pergerakannya.

2. Scraped Surface Crystallizer

Contoh crystallizer jenis ini ialah tipe Swenson-Walker cystallizer. Berupa saluran
pipa yang dilapisi dengan jacket pendingin. Jenis ini berupa saluran denagn ukuran 24
inchi untuk lebar, panjang 10 feet, tinggi 26 inchi. Terdiri dari 4 atau lebih gabungan
crystallizer. Seperti jenis crystallizer yang sebelumnya, bahwa kapasitasnya sangat
dipengaruhi oleh koefisien perpindahan panas sekitar 10 -25 Btu/hr ft 2 0F dengan luas
penampang yang sediakan 3 ft2/ft panjangnya. Untuk 40 ft panjangnya dapat menghasilkan
15 ton/hari trisodium pospat dan untuk 50 ft panjangnya dapat menghasilkan 8 ton/hari
garam Glaubers.

Gambar 2. Scraped Surface Crystallizer

Kristal yang terbentuk akan menempel didinding pipa tersebut akan diambil dengan
scraper blades lalu akan dikeluarkan pada salah satu ujungnya. Dimana scraper blades
digerakkan oleh pulley pada salah satu ujungnya.

3. Batch Stirred Tank With Internal Cooling Coil

Crystallizer jenis ini dapat divariasikan terutama pada bagian badan crystallizer
yang dapat digunakan pengaduk atau tanpa pengaduk. Umumnya bila dilengkapi dengan
pengaduk waktu yang diperlukan untuk menghasilkan kristal akan lebih cepat bila
dibandingkan dengan tanpa pengaduk. Koefisien perpidaan panas yang terjadi sebesar 50
-200 Btu/hr ft2 0F, namun perbedaan temperature yang diperbolehkan untuk mendapatkan
keadaan lewat jenuh ialah sebesar 5 100F.

15
Gambar 3. Batch Stirred Crystallizer Tank with Internal Cooling

Jenis crystallizer ini termasuk jenis yang batch, artinya tidak ada alitan keluar
setiap waktunya. Tangki crystallizer diisi lalu diambil hasilnya pada waktu tertentu. Jenis
ini dapat digunakan untuk proses yang continous dengan dilengkapi pengaduk. Umumnya
jenis ini memiliki tutup yang berbentuk torispherical dimana umpan atau cairan induk
masuk dari atas dan masuk kedalam tangki untuk didinginkan. Medium pendingin
digunakan koil yang berada didalam tangki crystallizer tersebut, sehingga efisiensi
perpindahan panas cukup tinggi. Karena kontak antar cairan dengan medium pendingin
cukup luas. Disamping itu, bila digunakan pengaduk pembentuk kristal terutama pada
secondary nucleation akan lebih besar bila dibandingkan dengan tanpa pengaduk.

4. Direct Contact Refrigeration Crystallizer


Seperti pada beberapa aplikasi pendinginan air laut menjadi es pada suhu yang
rendah dengan menggunakan refrigerant merupakan solusi yang ekonomis. Umunya bila
kita ingin menciptakan permukaan yang dingin atau cukup dingin pada sebuah HE agak
sulit karena perbedaan temperaturnya harus sangat kecil (dibawah 3 0F), sehingga HE
didesain dengan sebaik-baiknya terutama luas permukaannya yang dapat memindahkan
sejumlah panas yang kita inginkan. Apalagi bila cairannya cukup kental, agak sulit untuk
mencipatkan perbedaan suhu yang sangat kecil tersebut. Untuk mengatasinya dapat
digunakan bahan pendingin yaitu zat refrigerant.

16
Gambar 4. Direct Contact Refrigeration Crystallizer

Prinsip kerja dari crystallizer jenis ini ialah dengan adanya pendinginan dari
refrigerant yang digunakan. Umpan berupa cairan induk dimasukkan kebadan crystallizer
dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu yang refrigerant (suhu cair refrigerant minus).
Karena titik didih dari refrigerant sangat kecil atau jauh dibawah suhu cairan induk, maka
ada perpindahan panas dari cairan induk menuju refrigerant, dimana akan mengakibatkan
suhu refrigerant akan naik dan menguap untuk mendinginkan cairan induk, sampai cairan
induk berada pada keadaan lewat jenuhnya. Penggunaan refrigerant ini medium pendingin
sangatlah efektif, karena apabila digunakan HE dengan media refrigerant sebagai
pendingin, perbedaan suhu yang dihasilkan akan sangat kecil, ditambah dengan resiko-
resiko lain dari sifat refrigerant itu sendiri. Didalam badan crystallizer antara refrigerant
dan cairan induk akan berkontak, namun sifat dari refrigerant yang immiscible, tidak akan
membuat mereka bercampur. Contoh dari jenis crystallizer ini pada proses pembuatan
kristal Calcium Chloride dengan refrigerant freon atau propane dan pembuatan kristal p-
xylene dengan refrigerant propane.

5. Twinned Crystallizer

Jenis crystallizer ini sebenarnya berbentuk tangki yang didalamnya terdapat dua
pengaduk yang dipisahkan oleh sekat atau baffle. Pada tiap pengaduk terdapat medium
pemanas dimana yang salah satunya berkerja pada suhu saturasi, sedangkan satunya
bekerja pada suhu supersaturasi atau lewat jenuh. Namun bila suhu operasi pada
crystallizer ini sama pada kedua medium pemanas, umumnya akan didapatkan keseragaan
ukuran. Tetapi waktu yang diperlukan akan lebih lama, walaupun terdapat dua pengaduk
dalam satu tangki tersebut.

Gambar 5. Twinned Crystallizer

17
Sesuai dengan namanya bahwa seolah-olah terdapat dua macam jenis crystallizer
yang beroperasi pada suhu yang berbeda namun dalam satu tangki crystallizer (gambar 5).
Terlihat bahwa umpan masuk dari sebelah kanan atas, karena adanya pergerakan
pengaduk, cairan induk bersikulasi, disamping bersikulasi karena adanya sekat antara
kedua pengaduk tersebut. Bila kita melihat jenis alirannya, sudah pasti cukup turbulen,
sebab cairan bersikulasi cukup panjang didalam crystallizer tersebut. Semakin cepat
gerakan pengaduk dan semakin tinggi perbedaan suhu yang ditukarkan, maka semakin
cepat dan baik kristal yang didapatkan. Produk berupa kristal dapat diambil pada bagian
bawah crystallizer, karena kristal akan jatuh atau mengendap dibawah adanya gaya
gravitasi dan perbedaan massa jenis.

6. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer

Gambar 6. APV-Kestner Long Tube Vertical Evaporative Crystallizer

Umumnya crystallizer jenis ini digunakan untuk mendapatkan butiran-butiran atau


kristal yang cukup kecil, biasanya kurang dari 0.5 mm. Prinsip kerjanya hampir sama
dengan crystallizer yang lain, umpan masuk dengan forced flow dengan pompa lalu
melewati sebuah evaporator yang didalamnya terdapat HE. Pada saat cairan induk berada
pada keadaan supersaturasi atau lewat jenuh, maka akan terbentuk kristal-kristal halus,
kristal tersebut ditampung pada salt box, cairan induk yang belum lewat jenuh dikeluarkan,
sedangkan yang berupa kristal dikelurkan produk. Contohnya pada pembuatan kristal NaCl
(garam), Na2SO4, Citric Acid.

7. Escher-Wyss Crystallizer

18
Gambar 7. Escher-Wyss Crystallizer

Crystallizer jenis ini menggunakan pengaduk yang piringannya berganda seperti


paddle, turbin six blade atau yang lainnya. Karena pergerakan pengaduk yang cukup untuk
menimbulkan keturbulensian antara aliran didalam draft tube dan annulus. Aliran akan
mengalir kebawah melalui annulus, mengalir keatas melalui draft tube. Produk yang
didapatkan berupa suspensi-suspensi yang berbentuk besar.

2.2 Alat Transportasi Fluida Padat


Di dalam industri, bahan-bahan yang digunakan tidak jarang merupakan bahan yang berat maupun
berbahaya bagi manusia. Untuk itu diperlukan alat transportasi khusus untuk mengangkut bahan-bahan tersebut
mengingat keterbatasan kemampuan tenaga manusia baik itu berupa kapasitas bahan yang akan diangkut
maupun keselamatan kerja dari karyawan.
Salah satu jenis alat pengangkut yang sering digunakan adalah conveyor yang berfungsi untuk
mengangkut bahan -bahan industri yang berbentuk padat. Pemilihan alat transportasi (conveyingequipment)
material padatan antara lain tergantung pada :
Kapasitas material yang ditangani
Jarak perpindahan material
Kondisi pengangkutan : horizontal, vertikal atau inklinasi
Ukuran, bentuk dan sifat material
Harga peralatan tersebut.
Pengangkutan bahan-bahan padat dalam indusri kimia menggunakan berbagai macam alat-alat
yang sesuai dengan kriteria bahan padat yang akan diangkut. Alat transportasi/conveyer/elevator
dalam industri kimia digolongkan atas:
1. Portable Power Driver Conveyor
Alat pemindah yang bekerja secara tidak kontinyu dan dapat dikendalikan. Contohnya yaitu truk,
traktor, lift, silo, dsb.
2. Mechanical Conveyor (Continue Conveyer)
a. Pengangkutan dengan gaya berat
b. Pengangkutan getar (vibrating conveyor)
c. Pengangkutan spiral (screw conveyor)
d. Pengangkut rantai (chain conveyor)
e. Pengangkutan keranjang (Bucket conveyor)
f. Pengangkut sabuk (belt conveyor)
g. Pengangkut pelat (plate conveyor)
h. Pengangkut rol (gravity roller conveyor)
3. Pengangkut pneumatik (Peneumatik conveyor)

2.2.1 Jenis-Jenis Alat Transportasi Bahan Padat


1. Pengangkutan dengan Gaya Berat
19
Conveyer ini lebih banyak digunakan untuk mengangkut bahan berbentuk serbuk
kasar maupun halus. Pada prinsipnya menggunakan gaya berat dari bahan padat akibat
adanya gravitasi. Pengumpanan bahan dapat dilakukan secara manual atau langsung
dipasangkan dengan alat-alat lainnya. Baling-baling yang ada di dalam alat ini akan berputar
ke bawah dan membawa bahan-bahan serbuk tersebut. Jumlah bahan yang diangkut dapat
diatur sesuai dengan kecepatan baling-baling. Rangkaian yang sederhana sehingga
pemasangan dan biaya operasionalnya lebih mudah dan murah. Jarak angkut yang pendek
sehingga biasanya digabung dengan beberapa alat lain, seperti pemotong, pembentuk,
ataupun dengan vibrating conveyer, dsb. Contohnya: mesin pemarut kelapa dan mesin
penggiling.
2. Pengangkutan Getar (Vibrating Conveyer)
Vibrating conveyor merupakan suatu alat yang mengangkut material dengan cara
getaran. Material yang diangkut sangat terjamin kebersihan dan keamanannya. Material yang
biasa diangkut oleh vibrating conveyor berupa bahan-bahan serbuk kasar ataupun halus dan
kering.
Kapasitas vibrating conveyor ditentukan oleh besarnya material yang dibawa. Feed
atau umpan yang dapat diangkut oleh vibrating conveyor ini bisa berskala besar tetapi hanya
feeder yang mempunyai ukuran intermediate (1 3 in) sampai dengan yang berbentuk
powder, kerikil, semen, pasir dan lainnya. Kapasitas dari vibrating conveyor sangat besar dari
100 ton / jam hingga gram atau ons. Jika serbuk yang akan diangkut berbentuk sangat halus
(dapat menghasilkan debu), maka vibrating conveyer dilengkapi dengan penutup pada body
vibrating conveyer.
Jenis-jenis vibrating conveyer yaitu :
1. Unbalanced vibrator.
Type ini yang paling sering digunakan, karena menghasilkan sebuah putaran yang
berkekuatan tinggi.
2. Self Balancing Vibrator dan pendulum Vibratior.
Type yang bergerak secara bergantian.
3. Eccentrical Vibrator.
Vibrator yang menggunakan sebuah pegas yang dihubungkan dengan tongkat.
4. Electromagnetic Vibrator
Vibrator digerakkan dengan suatu dynamo electrik magnet. Sehingga menghasilkan
getaran yang berasal dari arus listrik.
Awal feed masuk ke dalam alat vibrating conveyor yang terdiri dari pan yang dilengkapi
dengan per horizontal yang digetarkan oleh lengan eksentrik yang berhubungan. Getaran
tersebut menyebabkan feed bergerak kedepan dan meloncat kecil ke atas sepanjang
conveyor Untuk menuju ke tempat yang lebih rendah /menuju alat lain.
Keuntungan dari vibrating conveyer :
Dapat mengangkut dengan kapasitas yang tinggi
Mempunyai standar kebersihan yang tinggi
Alat mudah dan cepat untuk dibersihkan
20
Mudah untuk di operasikan.
3. Pengangkutan Spiral (Screw Conveyer)
Alat ini pada dasarnya terbuat dari pisau yang berpilin mengelilingi suatu sumbu
sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin ini disebut flight. Jenis konveyor ini berguna
untuk mengangkut bahan padat berbentuk halus atau bubur yang kering. Alat ini terbuat dari
pisau yang berpilin mengelilingi suatusumbu sehingga bentuknya mirip sekrup. Pisau berpilin
ini disebut flight.
Macam- macam flight yaitu ;
Sectional flight : Konveyor berflight section dibuat dari pisau-pisau pendek yang
disatukan tiap pisau berpilin satu putaran penuh dengan cara disimpul tepat pada tiap ujung
sebuah pisau dengan paku keling sehingga akhirnya akan membentuk sebuah pilinan yang
panjang.
Helicoid flight : Sebuah helicoid flight, bentuknya seperti pita panjang yang berpilin
mengelilingi suatu poros . Untuk membentuk suatu konveyor, flight- flight itu disatukan
dengan cara dilas tepat pada poros yang bersesuaian dengan pilinan berikutnya.
Special flight, terbagi:
cast iron flight : digunakan dimana suhu dan tingkat kerusakan tinggi
ribbon flight : Untuk bahan yang lengket
cut flight : Untuk mengaduk digunakan cut flight,Flight pengaduk ini dibuat dari flight
biasa, yaitu dengan cara memotong-motong flight biasa lalu membelokkan
potongannya ke berbagai arah.

Screw Conveyor :Sectional ; b. Helicoid; c. Cast Iron; d. Riboon ; e. Cut Flight

21
Gambar 2.7 Screw Conveyor Coupling

Gambar 2.8. Screw conveyor secara keseluruhan

Untuk mendapatkan konveyor panjang yang lebih sederhana dan murah, biasanya
konveyor tersebut itu disusun dari konveyor-konveyor pendek. Sepasang konveyor pendek
disatukan dengan sebuah penahan yang disebut hanger dan disesuaikan pasangan pilinannya.
Tiap konveyor pendek mempunyai standar tertentu sehingga dapat dipasang dengan
konveyor pendek lainnya, yaitu dengan cara memasukkan salah satu poros sebuah konveyor
ke lubang yang terdapat pada poros konveyor yang satunya lagi.
Wadah konveyer ini biasanya terbuat dari baja. Tipre wadah yang paling sederhana
adalah wadah yang dasarnya berbentuk setengah lingkaran yang terbuat dari baja. Sedangkan
bagian sisi-sisi lurusnya terbuat dari kayu. Panjang satu wadah yaitu 8, 10, dan 12 ft. Jika
inigin membuat wadah yang panjang, maka wadah-wadah akan disusun atau disambung satu
sama lain sehingga sesuai dengan panjang conveyer.
Perlu diketahui bahwa poros konveyor harus digantung pada persambungan yang tetap
sejajar. Dua buah persambungan dibuat pada ujung wadah, dan sepanjang wadah harus tetap
ada hanger atau penahan, Biasanya ada sebuah hanger untuk tiap bagian.
Cara kerja : Feed yang berupa serbuk halus dimasukkan ke dalam lubang. Flight yang
digerakkan oleh motor pada pangkal akan bergerak dan mendorong feed bergeser ke arah
tujuan.

Jika bahan yang diangkut konveyor bersentuhan dengan persambungan hanger,


seringkali minyak atau pelumas tidak dapat dipakai karena akan mencemari bahan tersebut,
dan wadah kayu akan basah oleh minyak. 0leh karena itu, wadah dalam hanger dibuat dari
22
besi putih cor sehingga tempat bergerak dapat digunakan walaupun tanpa pelumas. Ujung
dari wadah konveyor disebut box ends . Umumnya box ends awal berbeda konstruksinya
dengan box nds akhir. Box ends awal memiliki roda gigi (gears) bevel untuk memutar poros
konveyor.
Jarak yang biasa dapat dicapai dari pengangkutan screw conveyer adalah sekitar 10-15
meter dengan arah horizontal ataupun sedikit kemiringan yang dapat bolak balik. Alat ini juga
berfungsi sebagai alat penakar, pengeluaran dari penyimpanan dan pengumpanan.

4. Alat Pengangkut Keranjang (Bucket elevator/Bucket Conveyer)


Secara umum bucket conveyer merupakan alat pengangkut yang berbentuk keranjang
yang dibawa oleh rantai ataupun sabuk. Alat ini dapat dioperasikan pada kemiringan tertentu
bahkan dengan posisi yang vertical. Bahan yang dapat diangkut dengan alat ini juga dapat
berpotongan kecil maupun potongan yang besar serta mampu mengangkut secara kontinyu
dengan kapassitas hingga 12000 m3 per jam. Bucket conveyer dapat digunakan untuk jarak
yang jauh dan segala arah. Biasanya conveyor ini digunakan dalam pertambangan. Bahkan
mesin terbesar jenis ini seberat 1000 ton dan berdiri setinggi 100 m dengan panjang kira-kira
200 m.
Bentuk-bentuk dari timba (bucket) yaitu :
a. Minneapolis Type : Bentuk ini hampir dipakai di seluruh dunia. Dipergunakan untuk
mengangkut butiran dan material kering yang sudah lumat.
b. Buckets for Wet or Sticky Materials :
Bucket yang lebih datar. Dipergunakan untuk mengangkut material yang cenderung
lengket. Salah satu contoh bucket for wet or sticky materials yang biasa digunakan dalam
industry makanan.
c. Stamped Steel Bucket for Crushed Rock
Dipergunakan untuk mengangkut bongkahan bongkahan besar dan material yang berat.

Penggunaan Bucket Conveyer yaitu mengisi bahan , mentransfer bahan dengan jarak
dan bobot yang jauh, sebagai alat penakar.

Elevator vertical tergantung sepenuhnya pada gaya sentrifugal untuk mendapatkan


bahan di saluran pelepasan dan harus dengan kecepatan tinggi. Antar bucket diatur jarak
sedemikian rupa, sehingga saat pelepasan bahan ke saluran tidak menimbulkan tubrukan
antar-bucket.

Cara Kerja bucket elevator yaitu bucket akan menyendok atau menyarup bahan dari
feed spout (corong feed) digerakkan oleh pulley. Bahan diangkut ke head pulley dan didorong
ke corong pemisah diman terdapat saringan-saringan sesuai dengan ukuran feed. Kemudian
feed akan begerak telungkup untuk mengambil feed selanjutnya.

23
Dalam indutri pertambangan, bucket conveyer biasanya digabungkan dengan belt
conveyer untuk pengankutan selanjutnya.

5. Alat Pengangkut Rantai (Chain Conveyer)


Pada dasarnya, chain conveyer merupakan alat pengangkut yang digerakkan oleh
rantai.

Di atas, telah diketahui bahwa bucket elevator dan bucket conveyer digerakkan oleh
rantai, tapi dilengkapi dengan keranjang. Sedangkan chain conveyer yang lainnya yaitu ;
a. Scraper Conveyer
Scraper conveyor merupakan konveyor yang sederhana dan paling murah diantara jenis
-jenis conveyor lainnya. Conveyor jenis ini dapat digunakan dengan kemiringan yang
besar. Conveyor jenis ini digunakan untuk mengangkut material - material ringan yang
tidak mudah rusak, seperti : abu, kayu dan kepingan.
Karakteristik dan performance dari scaper conveyor:
Dapat beroperasi dengan kemiringan sampat 45.
Mempunyai kecepatan maksimum 150 ft/m.
Kapasitas pengangkutan hingga 360 ton/jam.
Harganya murah.
Kelemahan - kelemahan pada scraper conveyor:
Mempunyai jarak yang pendek.
Tenaganya tidak konstan.
Biaya perawatan yang besar seperti service secara teratur.
Mengangkut beban yang ringan dan tidak tetap.

b. Apron Conveyer
Apron Conveyor digunakan untuk variasi yang lebih luas dan untuk beban yang lebih berat
dengan jarak yang pendek. Apron Conveyor yang sederhana terdiri dari dua rantai yang

24
dibuat dari mata rantai yang dapat ditempa dan ditanggalkan dengan alat tambahan A.
Palang kayu dipasang pada alat tambahan A diantara rantai dengan seluruh tumpuan dari
tarikan conveyor. Untuk bahan yang berat dan pengangkutan yang lama dapat
ditambahkan roda (roller) pada alat tambahan A. Selain digunakan roller, palang kayu
dapat juga digantikan dengan plat baja untuk mengangkut bahan yang berat.
Karakteristik dan performance dan apron conveyor:
Dapat beroperasi dengan kemiringan hingga 25.
Kapasitas pcngangkutan hingga 100 ton/jam.
Kecepatan maksimum 100 ft/m.
Dapat digunakan untuk bahan yang kasar, berminyak maupun yang besar.
Perawatan murah.
Kelemahan -kelemahan apron konveyor :
Kecepatan yang relatif rendah.
Kapasitas pengangkutan yang kecil
Hanya satu arah gerakan
6. Alat Pengangkut Sabuk (Belt Conveyer)
Belt Conveyer merupakan salah satu alat pengangkut yang mudah dan sederhana
dalam mengangkut material-material padat. Material yang digunakan dapat berbentuk serbuk,
butiran, potongan halus/kasar, maupun benda. Butiran ataupun potongan halus harus diangkut
pada belt dengan tumpukan sudut kurang dari sudut tumpukan standar. Komponen utama
dalam belt conveyer yakni belt, penyokong (idler), dan drive (motor). Penyokong digunakan
di atas belt agar tidak terjadi kenduran akibat gaya gesekan dengan material bahan. Idler
diletakkan pada jarak tertentu di bawah belt, pada saat belt bergerak idler juga ikut bergerak
berputar tapi tetap pada tempatnya.

Jarak yang dapat ditempuh dari belt conveyer adalah jarak jauh dengan arah horizontal

25
ataupun dengan sedikit kemiringan. Belt conveyer yang terpanjang ada di Gurun Sahara
dengan kepanjangan 100 km dari tambang fosfa Bu Chara. Belt tunggal terpanjang terdapat di
Meghlaya, India yang mengangkut serpihan batu gamping dan serpihan batu.
Aplikasi Kerja Belt di pertambangan Fosfat di BuCraa.
Belt conveyor dapat dioperasikan dengan perjalanan yang berjarak bermil mil pada
kecepatan (speed) belt mencapai 1000 ft/menit dengan suatu berat beban material yang
diangkut mencapai 5000 tons/jam. Belt conveyor dapat juga dioperasikan pada jarak yang
cukup pendek dengan kapasitas beban yang diangkut hanya beberapa pon/jam dan
pengoperasian dilakukan pada saat saat tertentu. Ukuran ukuran belt dapat meliputi :
1. Pendek < 50 ft
2. Medium 50 100 ft
3. Panjang 1000 ft
Pada umumnya belt terbuat dari karet, tapi ada juga yang terbuat dari polimer ataupun
kanvas. Perbedaan bahan dasar suatu belt sangat menentukan berat beban yang akan dipakai
serta jenis bahan material yang akan diangkut, sehingga sangat mempengaruhi kinerja dalam
suatu industri.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kondisi belt yakni :
1. Lingkungan
Kemiringan suatu belt dapat ditentukan melalui lingkungan tempat belt akan ditempatkan.
2. Material
Beberapa material yang berbentuk serbuk ataupun potongan dapat mempengaruhi jenis
belt.
3. Temperature
Suhu dapat mempengaruhi kekenduran dari belt dan juga kinerja dari idler bahkan motor.
4. Kelembaban.
Udara dengan kelembaban yang tinggi dapat mempercepat kerusakan pada mesin motor.
5. Pengontrolan kerja dan penservisan
Semua alat-alat pengangkut wajib dikontrol setiap beberapa periode dan diservis untuk
mengurangi kerusakan pada alat.
Cara Kerja :
Feed dimasukkan ke dalam corong tuang yang memiliki kemirngan tertentu agar
material tidak jatuh atau tumpah. Melaui corong tuang, feed dijatukan ke atas belt dapat pula
dengan pengabungan alat. Belt akan bergerak sesuai dengan arah tertentu, idler akan
membantu menentukan kemiringan dan juga belokan-belokan pada belt.
Bentuk Belt :
1. Flat Belt (Sabuk datar)
Belt yang berbentuk horizontal dari awal sampai akhir pengangkutan.
2. Troughed Belt (Sabuk Lengkung)
Belt yang digunakan pada ketinggian dan kemiringan tertentu dan mempunyai banyak
lengkungan dengan arah tertentu pula.
Pengeluaran material material dari belt dilakukan dengan tiga cara yaitu :

26
a. Gaya berat
Suatu metode yang dipakai pada proses pengeluaran alat melalui ujung belt tanpa
menggunaka alat (memanfaatkan gaya gravitasi).
b. Penggaruk (Scraper)
Suatu metode pengeluaran material yang terletak pada sisi ujung kiri maupun kanan belt.
Scrapper terbuat dari lempengan logam yang diletakkan diagonal dengan belt dan pada sisi
atas. Bila bahan yang diangkut menyentuh logam, maka benda akan bergerak ke sisi tepi
dan jatuh.
c. Idler Miring
Idler yang diletakkan pada bawah belt dengan posisi miring, sehingga material yang ada di
atas belt.
7. Plate Conveyer
Pada prinsipnya, plate conveyer memiliki cara kaerja yang sama dengan belt conveyer.
Tetapi pada plate conveyer tidak dilapisi dengan sabuk, jadi material langsung bersentuhan
dengan idler dengan jarak antar idler yang lumayan besar. Sehingga alat ini lebih cocok untuk
material padatan yang cukup besar.

Jarak yang mampu untuk ditempuh oleh plate conveyer ckup panjang dengan arah
sedikit miring atau horizontal dan dapt dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan industri.
8. Roller Conveyer
Roller conveyer merupakan alat pengangkut dengan logam yang berbentuk silindir di
susun secara berdekatan. Material bergerak atau berpindah karena rol-rol yang berputar.
Karena memiliki jarak antar rol, conveyer ini tidak cocok untuk digunakan untuk serbuk atau
butiran-butiran. Roller conveyer ini dapat digunakan untuk jarak jauh dengan arah horizontal
atau pun sedikit miring.

Roller conveyer terdiri atas dua macam, yakni :


a. Gravity Roller Conveyer,
Roller conveyer ini menggunakan gaya grafitasi untuk mnggerakkan rol-rolnya dan
digunakan untuk benda-benda yang berat.
b. Live (Powered) Roller conveyer
Conveyer ini digerakkan oleh belt atau pun rantai pada ujung-ujung rol. Biasa digunakan
pada saat memisah-misahkan barang. Jarak untuk conveyer ini relative terbatas.
9. Pneumatic Conveyer
Konveyor yang digunakan unluk mcngangkul bahan yang ringan atau berbentuk
bongkahan kecil adalah konvenyor aliran udara (pneumatic conveyor).Pada jenis konveyor ini
27
bahan dalam bentuk suspensi diangkut oleh aliran udara.

Pada konveyor ini banyak alat dipakai, antara lain:


Sebuah pompa atau kipas angin untuk menghasilkan aliran udara.
Sebuah cyclone untuk memisahkan partikel-partikel besar.
Sebuah kotak penyaring (bag filter) untuk menyaring debu.
10. Jenis Conveyer Lainnya
a. Chute Conveyer
Conveyer ini didasarkan pada gaya gravitasi bumi, dimana sebuah track antar lantai
dengan lintasan yang datar tanpa mengguanak mesin. Material yang ingin dipindahkan
diseluncurkan melalui lintasan ini. Sehingga material yang cocok untuk conveyer ini
adalah material padatan yang besar dan untuk lintasan antar lantai. Karena hanya
mengandalkan gaya gravitasi, ,material yang telah diangkut harus disusun secara manual.
b. Wheel Conveyer
Pada conveyer ini terdapat roda-roda dari kayu ataupun logam yang dapat bergerak
(berputar) tanpa digerakkan oleh mesin. Sehingga conveyer ini masih memerlukan tekanan
manual dalam mengangkut material. Alat ini cukup sederhana, berjarak dekat dengan arah
horizontal. Namun, alat ini sangat murah dibandingkan dengan roller conveyer. Material
yang diangkut adalah potongan besar tapi tidak terlalu berat.
d. Trolley Conveyer
Alat pengangkut ini pada prinsipnya menggunakan rantai sebagai alat yang menggerakkan
trolley atau pengait yang dipasang di atas permukaan lantai (menggantung). Alat ini tidak
dapat digunakan untuk material serbuk. Penggunaan alat ini adalah untuk packaging,
membantu dalam proses pemindahan, operasi penyimpanan, dan sebagainya. Dapat
menempuh jarah jauh, arah horizontal ataupun sedikit miring dan dapat bolak-balik.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Crystallizer adalah alat yang digunakan untuk memperoleh atau membuat kristal
dari larutannya.
2. Faktor yang mempengaruhi proses kristalisasi yaitu kecepatan kristalisasi, hasil
kristalisasi, kemurnian dan ukuran kristal, energi yang diperlukan dan
Uniformity (keseragaman ukuran)
3. Crystallizer dibagi menjadi dua jenis yaitu Jenis Crystallizer dengan Circulating
Magma dan Jenis Crystallizer Tanpa Circulating Magma
4. Alat pengangkut di industry terdiri atas alat pengangkut gaya berat, screw
conveyer, vibrating conveyer, bucket conveyer, chain conveyer, belt conveyer,
roller conveyer, pneumatic conveyer, trolley conveyer.
5. Alat pengangkut di industry disesuaikan dengan lingkungan dan jenis material
yang akan diangkut, serta kemampuan alat yang akan digunakan.
3.2 Saran
Diharapkan kepada pembaca, khususnya para mahasiswa/i untuk lebih aktif
mengumpulkan referensi mengenai crystallizer dan alat transportasi dan
mempelajarinya agar lebih mengetahui crystallizer dan alat transportasi dalam
suatu industri kimia.

29

Anda mungkin juga menyukai