Anda di halaman 1dari 11

SINDROM LOBUS PARIETAL

A. Pendahuluan

Lobus parietal merupakan bagian dari cerebral korteks yang terletak dibawah
tulang tengkorak parietal. Dalam lobus parietal terdiri atas beberapa bagian
penting, yaitu postcentral gyrus, superior parietal lobule, parietal operculum,
supramarginal gyrus, dan angular gyrus. Hanya saja untuk angular dan
supramarginal gyrus sering disebut sebagai inferior parietal lobe. Lobus parietal
dapat dibagi menjadi dua zona fungsi, yaitu zona anterior yang terdiri dari
postcentral gyrus dan parietal operculum, dan zona posterior yang terdiri dari
superior parietal lobule dan inferior parietal lobe. Zona anterior dikenal sebagai
somatosensory cortex, dan zona posterior dikenal sebagai posterior parietal cortex.
Lobus parietal, terutama dalam inferior parietal memiliki peranan yang besar
terhadap evolusi manusia. Lobus parietal memiliki dua fungsi, baik dari sisi anterior dan
posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi somatik dan persepsi, fungsi
yang kedua adalah masukan dari somatik dan daerah visual serta dari daerah indera
lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.

1
Lobus parietal menerima sinyal dari area lain otak seperti penglihatan, pendengaran,
motorik, sensorik, dan memori. Disini memori dan informasi sensorik baru diterima, dan
diberi arti. Masalah apa saja yang akan timbul jika lobus ini rusak?

1. Tidak mampu memberi nama pada obyek tertentu(Anomia).


2. Tidak mampu memberi perhatian pada lebih dari satu objek pada satu waktu.
3. Ketidakmampuan membaca(Alexia).
4. Kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri.
5. Bermasalah dengan matematika (Dyscalculia)
6. Ketidakmampuan dalam koordinasi mata dan tangan.

Fungsi lobus parietal


Gyrus postcentral : merupakan kortek sensoris yang menerima jaras afferent dari
posisi, raba dan gerakan pasif.
Gyrus angularis dan supramarginal : hemisfer dominan merupakan bagian area bahwa
Wernics, dimana masukkan auditori dan visual di integrasikan. Lobus non dominan
penting untuk konsep " body image", dan sadar akan lingkungan luar.
Kemampuan untuk kontruksi bentuk, menghasilkan visual atau ketrampilan
proprioseptik. Lobus dominan berperan pada kemampuan menghitung atau kalkulasi.
Jaras visual radiatio optika melalui bagian dalam lobus parietal.

Gangguan lobus parietal


1) Gangguan korteks sensoris dominan /non-dominan menyebabkan kelainan sensori
kortikal berupa gangguan: sensasi postural, gerakan pasif, lokalisasi akurat raba
halus," two points discrimination", astereognosia," sensory inattention"
2) Gyrus angularis dan supramarginal : aphasia Wernicke's
3) lobus non-dominan : anosognosia (denies), dressing apraksia, geografikal agnosia,
konstruksional apraksia.
4) Lobus dominan : Gerstsman sindroma : left & right disorientasi, finger agnosia,
akalkuli dan agrafia.
5) Gangguan radiasio optika : homonim kuadrananopsi bawah.

B. Gangguan lobus parietal yang menyebabkan gangguan kejiwaan

Balints Syndrome. Balint menerangkan seseorang yang menderita balint syndrome


memiliki kerusakan di bilateral parietal yang berasosiasi dengan symptom peculiar
visual. 3 symptom yang biasa muncul pada pasien ini adalah :

2
1) walaupun secara spontan dia melihat lurus ke depan ke arah stimulus yang
berada di depannya namun dia menatap 35-45 derajat ke arah kanan dan
mempersepsikan bahwa tatapannya sesuai dengan arah yang ia tuju.
2) ketika atensi telah tertuju pada satu objek maka tidak ada stimulus lain yang
dapat diterimanya.
3) pasien yang sudah parah mengalami penurunan dalam mencapai kendali atas
panduan visual.

Gerstmann syndrome :Pada tahun 1924, Joseph Gerstmann mendeskripsikan


seorang pasien dengan symptom yang tidak biasa mengikuti stroke parietal kiri:
finger agnosia, pasien tidak mampu untuk mengenali jari-jari pada tangan yang
lain. Penemuan ini sangat menarik perhatian dan dalam tahun-tahun berikutnya
symptom lain dilaporkan terkait dengan finger agnosia, termasuk right-left
confusion, agraphia (ketidakmampuan untuk menulis) dan acalculia
(ketidakmampuan untuk menampilkan operasi matematika). Keempat symptom
ini secara bersama dikenal dengan Gerstmann syndrome

C. BALINT SYNDROME
Sindroma Balint merupakan salah satu gangguan yang muncul akibat kerusakan
di lobus parietal. Gangguan-gangguan pada lobus parietal ini sangat banyak dan
biasanya mempengaruhi fungsi integrasi informasi sensori dan dalam mengkonstruk
sistem koordinasi spasial untuk merepresentasikan dunia.
Sindroma Balint merupakan sindroma yang timbul karena kerusakan kedua sisi lobus
parietal, yang pertama kali ditemukan oleh seorang dokter Hungaria bernama Reszo
Balint pada tahun 1909. Saat itu ia menyadari bahwa pasiennya memiliki keterbatasan
dalam penglihatannya dimana pesien tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada
waktu yang bersamaan, disertai ataksia optik, dan ketidakmampuan pasien untuk
menjangkau obyek yang letaknya berhadapan dengan dirinya. (Mendez, 2000).
Syndrom Balint muncul karena adanya gangguan pada otak, tepatnya di lobus
parietal, dimana penderita akan mengalami perubahan dalam fungsi emosional-
motivasional, body and visual-spatial neglect, juga kecerobohan, dan
diosorganisasi visual-spatial. Gangguan spasial atensi (simultanagnosia), tidak
berfungsinya tangan secara efektif tangan dan gerakan kaki di bawah kendali
visual (optic ataxia), dan memperoleh apraxia oculomotor yang konsisten dengan

3
sindrom Balint tersebut. Simultanagnosia yang terjadi pada pasien pasien tersebut
ternyata tidak terpengaruh terhadap lapang pandang yang dimilikinya ; karena pada
pemeriksaan lebih lanjut, tampak lapang pandang intak dengan pemeriksaan
menggunakan satu obyek ; dan dari penelitian lebih lanjut tampak bahwa
simultanagnosia juga tidak terpengaruh terhadap besar obyek yang dilihat ; jadi pasien
dapat saja melihat entah itu semut atau gajah selama hanya satu obyek tunggal

Efek Balint syndrome


Gangguan yang ditimbulkan Balint Sindrom tidak hanya berdampak pada fisik
penderita tetapi juga gangguan pada psikis seperti emosi-motivasi yang mana si anak
menjadi kurang percaya diri dan mengalami masalah dalam self-esteem karena
ketidakmampuannya melakukan fungsi-fungsi tertentu yang seharusnya bisa
dilakukan anak-anak seumurannya.
Seorang yang mengalami syndrom balint akan mengalami kesulitan tertentu ketika
membaca kata-kata yang panjang, mengikuti urutan teks bawah halaman,
menulis kata-kata dalam urutan yang benar, menulis kata-kata dalam baris, dan
menyalin dari papan tulis, kesulitan dalam bernegosiasi dalam lingkungan yang sibuk
seperti di pusat perbelanjaan, sering berjalan ke orang seolah-olah mereka tidak
ada. Ada pemindaian visual yang rusak dan membuatnya kesulitan mengikuti
benda bergerak (misalnya mobil atau pesawat) dan kesulitan membaca teks.
Optic ataxia menyebabkan kesulitan turun dari trotoar serta ketidakmampuan
untuk melangkah ke eskalator bergerak ke bawah. Dia tidak belajar membaca dengan
baik di sekolah dan telah mulai mengembangkan masalah dengan self esteem dan
kepercayaan diri.
Selain karena terkait dengan kerusakan pada bagian bagian otak. Kelainan lain yang
bisa terjadi diantaranya ialah agnosia asosiatif, prosopagnosia, alexia, gangguan
lapang pandang, dan beberapa gangguan kognitif. Dengan banyaknya kelainan
penyerta yang timbul, seringkali pemeriksan kesulitan menegakkan suatu diagnosa
sindroma Balint;namun Holmes dan Horax mengatakan bahwa, apabila sudah
dipenuhi 2 tanda utama dari keadaan ini yaitu gangguan konstriksi atensi pada visual (
yang mencakup simultanagnosia dan ataksia optik ) serta disorientasi spasial ; maka
penegakkan diagnosa sindroma ini sudah sangat memadai. (Al-Khawaja. 2001)
Bila sindroma ini sudah masuk dalam stadium berat, penderita akan tampak seperti
orang buta, tidak ada reflek ancam, gaya berjalan tampak seperti orang sempoyongan,
4
dan tidak dapat mempertahankan posisi bila berhadapan dengan lawan bicaranya
secara frontal.(Moreaud O. 2003)

Gejala-gejala Balint syndrome


1) Gangguan konstriksi atensi pada visual : Simultanagnosia
Holmes dan Horax, memeriksa seorang veteran perang dunia I berumur 30 tahun,
dengan bekas luka tembak yang menembus gyrus parieto-oksipital, dan menulis
kesimpulannya bahwa pasien hanya dapat melihat satu objek pada satu waktu. Pasien
sindroma Balint tidak dapat membedakan besar-Kecil, panjang-pendeknya sebuah
benda, bukan karena tidak dapat memperbandingkannya,namun lebih karena tidak ada
obyek yang dapat dipergunakan sebagai obyek pembandingnya. (Rizzao, 2002)
Coslett dan Saffran, melukiskan bahwa pasien yang ia periksa tidak saja sangat
terganggu dengan pola penglihatannya sekarang dimana pasien hanya dapat melihat
satu orang pada acara televisi yang pasien tonton, tapi juga pasien sering kebingungan
apabila membaca rangkaian kata ; begitu juga pada saat menulis, karena seringkali
pasien melihat ujung pensilnya hilang berganti dengan corakan kertas, dan berganti
lagi dengan huruf yang ia tulis. (Moreaud O. 2003)
Simultanagnosia adalah suatu padanan yang digunakan untuk melukiskan adanya
kelainan dalam mengintegrasi suatu pola pandangan. Menurut Wolpert, suatu
simultanagnosia, tidak hanya terjadi pada sindroma balint, karena setiap lesi yang
terjadi pada kortek parieto-oksipital sebelah kiri, seringkali menyebabkan s
imultanagnosia. Farah mengatakan bahwa simultanagnosia pada sindroma Balint
merupakan suatu kelainan akibat lesi di parieto-oksipital kiri dan menyebar ke daerah
lobus oksipital. Pasien sindroma balint yang menderita simultanagnosia, tidak hanya
tidak dapat melihat lebih dari satu obyek pada saat yang bersamaan, tapi juga terdapat
suatu disorientasi spasial, dimana ia tidak tahu mengenai letak obyek tersebut atau
kemana harus mencari keberadaan obyek tersebut. (Moreaud O. 2003)

2) Disorientasi spasial
Holmes dan Horax mengatakan bahwa disorientasi spasial merupakan tanda utama
dari sindroma Balint. Mereka melukiskan, bahwa pada pemeriksaan terhadap seorang
pasien yang menderita sindroma Balint, bahwa pasien itu sedang berada beberapa
meter dari tempat tidurnya, begitu disuruh kembali untuk merubah arahnya menuju
tempat tidurnya ; si pasien berbalik, dengan kebingungan mencari dimana tempat
5
tidurnya ; begitu menemukan tempat tidurnya, dan pada saat ia mulai melangkah ; isi
pasien berkata ; bahwa ia harus mencari kembali dimana posisi tempat tidurnya.
(Shah PA. 1999)
Tidak pelak lagi, bahwa kedua gangguan ini (simultanagnosia dan disorientasi
spasial) merupakan suatu masalah yang cukup serius bagi pasien dalam menjalani
kehidupannya sehari hari. ( Phan ML, dkk, 2000)

3) Pergerakan mata yang bermasalah


Pergerakan okulomotor yang bermasalah, juga kerapkali timbul dalam sindroma
Balint, seperti gangguan fiksasi, sakadik, pergerakan pursuit dan bola mata. Dengan
pasien yang tidak dapat mempertahankan fiksasi kedua bola matanya, maka
kemungkinan terjadinya sakadik cukup besar, sehingga akan membuat penghayatan
persepsi penglihatan yang kacau karena pergerakan bola mata yang kacau. (Al-
Khawaja. 2001)
Holmes dan Horax melukiskan, bahwa dalam pemeriksaan pasien mereka ; si pasien d
apat memfiksasi pandangannya terhadap satu obyek ; namun apabila tempat dari
obyek tersebut di gerakan / diubah / digeser dengan cepat ; maka si pasien akan
kehilangan pandangannya terhadap obyek yang bergerak itu, tidak masalah apakah
pergeseran itu hanya beberapa derajat. ( Phan ML, dkk, 2000)

4) Ataksia Optik
Pada penderita sindroma Balint, terdapat ketidakmampuan untuk menjangkau obyek.
Dalam salah satu tulisannya, Holmes dan Horax melukiskan, bahkan sesaat setelah
melihat sendok, pasien tidak dapat melihat lurus ke sendok tersebut, dan saat mencoba
menjangkaunya, gerakannya sangat tidak akurat, karena dilakukan dengan cara
tangannya meraba raba mencari sendok tersebut, hingga menyentuh sendok. (Rizzao,
2002)
Atau contoh lainnya ; berikan pasien penderita sindroma ini sebuah pensil ; lalu minta
kepadanya untuk menggambarkan sebuah titik pada lingkaran yang sudah tergambar
diatas kertas. Pasien dengan sindroma Balint tidak akan bisa melakukan hal tersebut,
bukan karena ketidaktahuannya akan bentuk lingkaran atau fungsi dari pensil, namun
lebih karena ia tidak tahu atau tepatnya tidak dapat melihat bentuk lingkaran. ( Liu,
2003)

5) Kelemahan persepsi

6
Holmes dan Horax menemukan kelainan ini bersama dengan disorientasi spasial.
Dikarenakan pasien pasien dengan sindroma ini, tidak dapat melihat dua benda secara
bersamaan, maka iapun tidak dapat memperkirakan benda mana yang lebih besar dari
lainnya, benda mana yang paling dekat dengannya ; namun tidak demikian bila ada
satu benda yang diperlihatkan kepadanya. Misalnya kita memperlihatkan pensil, maka
pasien akan tahu bagian mana yang diatas atau yang dibawah. Ketidakmampuan
persepsi tersebut juga berlaku pada bidang warna.( Robertson L dkk,, 1997)
Kontribusi hemisfer kiri terhadap pergeseran atensi terhadap obyek yang dilihat Egly
dan kawan kawan melakukan penelitian ini terhadap pasien pasien penderita sindroma
Balint. Dari hasil eksperimen mereka didapat hasil bahwa terdapat pergeseran atensi
diantara obyek pada lesi lobus parietal khususnya sebelah kiri. Pada pasien pasien
dengan lesi unilateral didapatkan pergeseran atensi, dimana respon terhadap
kontraletaral terhadap lesi lebih besar daripada ipsilateral. Dari hasil penelitian lebih
jauh didapatkan hasil bahwa lobus parietal kanan mengurusi pergeseran atensi
berdasarkan lokasi, sementara lobus parietal kiri mengurusi pergeseran atensi
berdasarkan obyek. Kinerja yang sinergis diantara kedua lobus tersebut, disebabkan
adanya jaras jaras neocorteks yang menghubungkannya. Pada lapang pandang kanan
dalam penelitian ini, tidak didapatkan suatu kelainan. ( Phan ML, dkk, 2000

Terapi dan Prognosis


Terapi yang kita gunakan dalam penatalaksanaan sindroma ini adalah sangat tidak
spesifik, dan kesemuanya harus berawal dari penyakit yang mendasarinya. Sehingga
apabila underlying desease yang menyebabkannya sudah kita atasi, diharapkan
manifestasi klinis yang timbul dapat membaik.
(Mendez,2000)
Demikian pula dengan prognosis yang dimiliki, akan sangat tergantung dari
underlying desease yang menyebabkan sindroma ini terjadi, namun biasanya
dikarenakan pasien sudah dalam stadium lanjut waktu memeriksakan penyakitnya ke
dokter, prognosis yang biasanya terjadi adalah buruk. (Moreaud O. 2003)

D. GERSTMANN'S SYNDROME
Gerstmann's syndrome adalah pelemahan yang dihasilkan dari kerusakan area
spesifik di otak sebelah kiri lobus parietal di dalam daerah gyrus angular.
Gerstmann's syndrome pertama kali ditemukan oleh Josef Gerstmann pada tahun

7
1924 yang memiliki seorang pasien stroke dengan gejala yang tidak biasa, dan
menyebabkan finger agnosia. Secara lebih lanjut, Gerstmann's syndrome ini
kemudian ditemukan pada orang-orang yang mengalami stroke yang
terasosiasikan dengan kerusakan terhadap lobus parietal.

Efek Gerstmanns syndrome


Banyak kasus teridentifikasi ketika anak mencapai usia sekolah, yaitu waktu
dimana mereka berkesempatan untuk latihan menulis dan belajar matematika.
Pada umumnya, anak dengan gangguan ini menunjukkan tulisan tangan dan
mengeja yang buruk, dan kesulitan dengan fungsi-fungsi matematika, termasuk
menjumlah, mengurangi, mengkali, dan membagi. Ketidakmampuan untuk
membedakan kanan dengan kiri dan untuk membedakan beberapa jari individu
juga dapat terlihat. Selain empat gejala utama, banyak anak juga menderita dari
constructional apraxia, yaitu ketidak mampuan untuk meniru gambar sederhana.
yang juga seringkali ditandai dengan kelemahan anak dalam membaca.

Gejala-gejala Gerstmanns syndrom


1) Agraphia atau dysgraphia
Agraphia atau dysgraphia merupakan gangguan berupa ketidakmampuan dalam
menulis. Ketidakmampuan menulis ini dikarakteristikkan dengan kesalahan dalam
mengeja dan menulis indah. Kesalahan mengeja yang paling umum ditemukan terkait
dengan keurutan huruf, seperti penghilangan kata,penggantian kata, dan
kesalahan perpindahan. Isu tulisan indah mendeskripsikan formasi huruf yang
buruk, orientasi huruf dan orientasi bagian huruf yang buruk. Menulis kurang
selaras dan menunjukkan jarak yang buruk.

2) Acalculia atau dyscalculia


Acalculia atau dyscalculia adalah kekurangpahaman dalam perhitungan atau
aritmatika. Berdasarkan penelitian, anak dengan gangguan ini memahami konsep
bentuk dasar perhitungan matematika, tetapi memiliki kemampuan yang buruk
dalam menulis dan keurutan angka. Gejala ini dapat diuji dengan meminta pasien
untuk melakukan pengurangan seri 7 mulai dari angka 100. Hal ini berarti 100,
93, 86, 79, 72, dan seterusnya.

3) Finger agnosia (Finger aphasia)


Finger agnosia adalah hilangnya kemampuan untuk menyadari, mengidentifikasi,
menamai, memilih, mengidentifikasi, dan mengorientasikan jari sendiri atau orang
lain, membedakan kanan dan kiri, serta ketidakmampuan untuk mengidentifikasi

8
jari dirinya sendiri maupun orang lain. Hal ini dapat diuji dengan suatu permintaan
seperti sentuh jari telunjuk saya dengan jari telunjuk anda dan sentuh hidung anda
dengan jari tengah.

4) Left-right confussion
Merupakan ketidakmampuan untuk membedakan tangan kanan dan tangan kiri
diri sendiri atau tangan orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat
deskripsi variasi pada area ini dari kelambatan atau keraguan dalam berespon
sampai ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk instruksional selama aktivitas
sehari-hari. Gejala ini dapat diuji dengan permintaan seperti Tunjukkan pada saya
tangan kiri anda. Sentuh kaki kanan anda dan Sentuh telinga kiri anda dengan tangan
kanan anda.

Terapi dan Prognosis


Tidak ada penyembuhan untuk Gerstmanns syndrome. Perawatannya bersifat
simptomatic dan suportif. Simptomatik berarti bahwa perawatan yang dilakukan
disesuaikan dengan simptom yang muncul pada pasien tersebut. Contohnya terapi
pekerjaan dan bicara dapat membantu mengurangi dysgraphia dan apraxia, dan
juga penggunaan kalkulator dan word processor untuk membantu anak sekolah
mengatasi dengan gejala gangguan Gertsmanns syndrome. Sementara suportif
dapat dilakukan oleh keluarga terdekat dengan memberikan dukungan agar pasien
dapat terus melakukan aktivitasnya dengan baik, membantu memfasilitasi kebutuhan
pasien, dan menunjang pasien untuk melakukan functioning (sebagai contoh: dengan
memberikan marka jalan/sign).
Prognosis Pada Gerstmanns sukar ditebak kerna Gerstmanns syndrome masih belum
diketahui penyebabnya, akan tetapi terdapat beberapa hipotesis untuk menjelaskan
timbulnya penyakit ini. Ada yang mengatakan bahwa terdapat area spesifik di otak
yang telah diimplikasikan, yaitu lobus parietal dan luka pada subangular. Luka
selanjutnya adalah luka pada focal ischemic, disituasikan subkortikal dalam bagian
inferior kiri gyrus angular dan mencapai daerah superior posterior. Sedangkan teori
lain bahwa terdapat implikasi lobus parietal yang terluka di sisi lain, gyrus angular
hemisphere kiri dan gyrus supra-marginal kanan bertanggung jawab pada gangguan
ini. Proses perkembangan yang abnormal menyebabkan abnormalitas keahlian neuro-
cognitive yang telah dipertimbangkan sebagai penyebab potensial dari Developmental
Gerstmanns Syndrome dan belum mengembangkan falisitas syaraf atau trauma
prenatal disebabkan manifestasi halus dari cerebral palsy. Peneliti tidak melokasikan

9
area di otak yang bertanggung jawab untuk gejala-gejala yang terlihat pada
Developmental Gerstmanns Syndrome. Penelitian untuk area spesifik sulit untuk
dibuktikan, karena multiple skills deficits terlihat dalam Developmental Gerstmanns
Syndrome dikontrol dan dipengaruhi oleh multiple brain loci sehingga prognosis bagi
Gerstmanns Syndrome bervariasi.

E. Kesimpulan dan kaitan Sindrom Lobus parietal dengan psikiatri


Gangguan pada lobus parietal boleh menyebabkan terjadinya gangguan pada dua fungsi,
baik dari sisi anterior dan posterior, yaitu fungsi yang pertama adalah untuk sensasi
somatik dan persepsi, fungsi yang kedua adalah masukan dari somatic dan daerah visual
serta dari daerah indera lainnya, kebanyakan untuk mengendalikan pergerakan.Hingga
pada pasien yang menderita kerusakan pada daerah parietalnya akhirnya menuju kearah
gangguan kejiwaan akibat dari respon adaptasi penderita terhadap tergangguan persepsi
dan motorik yang dapat berupa Balint Syndrome dan Gerstmanns Syndrome.Pada aspek
psikiatri penderita syndrom balint mengalami penyempitan atensi visual terhadap satu
obyek dan Berkurangnya akses terhadap representasi topografik yang berasal dari
stimulus visual terhadap lapang pandang dunia luar maupun memori topografik yang
menyertainya.Pasien yang menderita sindroma Balint ini akan memiliki keengganan
untuk mengenali obyek dan lokasinya, proses persepsia yang tidak layak dan tidak
berlakunya representasi spasial dan atensi guna mengenali lingkungan luar yang
berhubungan dengannya. Tidak ada suatu metode terapi yang khusus dapat
menyembuhkan sindroma ini kecuali memperbaiki penyakit yang mendasarinya. Pada
Gerstmanns syndrome pula mempunyai peranan tersendiri dalam bidang kajian
psikologi. Jika dilihat dari penjelasan sebelumnya, bahwa tidak ada penyembuhan untuk
penyakit ini, maka secara psikologis yang dapat dilakukan ialah melalui support
dari keluarga dan lingkungan sekitar. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari proses
mental dan tingkah laku manusia tentunya dapat memperoleh banyak informasi
baru mengenai gerstmanns syndrome sehingga dengan mempelajari materi ini,
psikolog dapat merancang terapi suportif dimana cara ini merupakan salah satu bentuk
perawatan yang dapat dilakukan kepada pasien. Hal inilah yang dapat membantu pasien
untuk dapat tetap menjalani kehidupannya dengan baik walaupun tidak dapat
berlangsung seperti orang normal lainnya.

10
11

Anda mungkin juga menyukai