Anda di halaman 1dari 7

Amalan Shalih Saat Turun Hujan

muslim.or.id/19026-amalan-shalih-saat-turun-hujan.html

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc. 11/19/2013

Apa saja amalan shalih yang bisa dilakukan saat turun hujan? Berikut Muslim.Or.Id sarikan dari berbagai
penjelasan ulama.

Segala puji bagi Allah, pada saat ini Allah telah menganugerahkan kita suatu karunia dengan menurunkan hujan
melalui kumpulan awan. Allah Taala berfirman,

(69 ) ( 68 )

Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum. Kamukah yang menurunkannya atau Kamikah
yang menurunkannya? (QS. Al Waqiah [56] : 68-69)

Begitu juga firman Allah Taala,

(14 )

Dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah. (QS. An Naba [78] : 14)

Allah Taala juga berfirman,

Maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya. (QS. An Nur [24] : 43) yaitu dari celah-celah
awan.[1]

Merupakan tanda kekuasaan Allah Taala, kesendirian-Nyadalam menguasai dan mengatur alam semesta, Allah
menurunkan hujan pada tanah yang tandus yang tidak tumbuh tanaman sehingga pada tanah tersebut
tumbuhlah tanaman yang indah untuk dipandang. Allah Taala telah mengatakan yang demikian dalam firman-
Nya,

Dan di antara tanda-tanda-Nya (ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan
air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat
menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Fushshilat [41] : 39).
Itulah hujan, yang Allah turunkan untuk menghidupkan tanah yang mati. Sebagaimana pembaca dapat melihat
pada daerah yang kering dan jarang sekali dijumpai air seperti Gunung Kidul, tatkala hujan itu turun, datanglah
keberkahan dengan mekarnya kembali berbagai tanaman dan pohon jati kembali hidup setelah sebelumnya
kering tanpa daun. Sungguh ini adalah suatu kenikmatan yang amat besar.

Berikut beberapa amalan shalih saat turun hujan:

[1] Keadaan Nabi shallallahu alaihi wa sallam Tatkala Mendung

Ketika muncul mendung, Nabi shallallahu alaihi wa sallam begitu khawatir, jangan-jangan akan datang adzab
dan kemurkaan Allah. Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata,

- -
:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila melihat awan (yang belum berkumpul sempurna, pen) di salah
satu ufuk langit, beliau meninggalkan aktivitasnya meskipun dalam shalat- kemudian beliau kembali
melakukannya lagi (jika hujan sudah selesai, pen). Ketika awan tadi telah hilang, beliau memuji Allah. Namun,
1/7
jika turun hujan, beliau mengucapkan, Allahumma shoyyiban nafian [Ya Allah jadikanlah hujan ini sebagi hujan
yang bermanfaat].[2]

Aisyah radhiyallahu anha berkata,


( )

Nabi shallallahu alaihi wa sallam apabila melihat mendung di langit, beliau beranjak ke depan, ke belakang
atau beralih masuk atau keluar, dan berubahlah raut wajah beliau. Apabila hujan turun, beliau shallallahu alaihi
wa sallam mulai menenangkan hatinya. Aisyah sudah memaklumi jika beliau melakukan seperti itu. Lalu
Nabi shallallahu alaihi wa sallammengatakan, Aku tidak mengetahui apa ini, seakan-akan inilah yang terjadi
(pada Kaum Aad) sebagaimana Allah berfirman (yang artinya), Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa
awan yang menuju ke lembah-lembah mereka. (QS. Al Ahqaf [46] : 24)[3]

Ibnu Hajar mengatakan, Hadits ini menunjukkan bahwa seharusnya seseorang menjadi kusut pikirannya jika ia
mengingat-ingat apa yang terjadi pada umat di masa silam dan ini merupakan peringatan agar ia selalu merasa
takut akan adzab sebagaimana ditimpakan kepada mereka yaitu umat-umat sebelumnya.[4]

[2] Mensyukuri Nikmat Turunnya Hujan

Apabila Allah memberi nikmat hujan, dianjurkan bagi seorang muslim dalam rangka bersyukur kepada-Nya
untuk membaca doa,

Allahumma shoyyiban naafiaa [Ya Allah, turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat].

Itulah yang Nabi shallallahu alaihi wa sallam ucapkan ketika melihat turunnya hujan. Hal ini berdasarkan hadits
dari Ummul Mukminin, Aisyah radhiyallahu anha,

- -

Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika melihat turunnya hujan, beliau mengucapkan, Allahumma shoyyiban
nafian [Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat]. [5]

Ibnu Baththol mengatakan, Hadits ini berisi anjuran untuk berdoa ketika turun hujan agar kebaikan dan
keberkahan semakin bertambah, begitu pula semakin banyak kemanfaatan.

Al Khottobi mengatakan, Air hujan yang mengalir adalah suatu karunia.[6]

[3] Turunnya Hujan, Kesempatan Terbaik untuk Memanjatkan Doa

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni[7]mengatakan, Dianjurkan untuk berdoa ketika turunnya hujan, sebagaimana
diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan : [1] Bertemunya dua pasukan, [2] Menjelang shalat
dilaksanakan, dan [3] Saat hujan turun.[8]

Begitu juga terdapat hadits dari Sahl bin Sad, beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

Dua doa yang tidak akan ditolak: [1] doa ketika adzan dan [2] doa ketika ketika turunnya hujan. [9]

[4] Ketika Terjadi Hujan Lebat

2/7
Nabi shallallahu alaihi wa sallam suatu saat pernah meminta diturunkan hujan. Kemudian ketika hujan turun
begitu lebatnya, beliau memohon pada Allah agar cuaca kembali menjadi cerah. Nabi shallallahu alaihi wa
sallam berdoa,

,

Allahumma haawalaina wa laa alaina. Allahumma alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati,
wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah,
turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya
pepohonan].[10]

Ibnul Qayyim mengatakan, Ketika hujan semakin lebat, para sahabat meminta pada Nabishallallahu alaihi wa
sallam supaya berdoa agar cuaca kembali menjadi cerah. Akhirnya beliau membaca doa di atas.[11]

Syaikh Sholih As Sadlan mengatakan bahwa doa di atas dibaca ketika hujan semakin lebat atau khawatir hujan
akan membawa dampak bahaya.[12]

[5] Mengambil Berkah dari Air Hujan

Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata, Kami pernah kehujanan bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyingkap bajunya hingga terguyur hujan. Kemudian kami
mengatakan, Wahai Rasulullah, mengapa engkau melakukan demikian? Kemudian Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

Karena hujan ini baru saja Allah ciptakan .[13]

An Nawawi menjelaskan, Makna hadits ini adalah hujan itu rahmat yaitu rahmat yang baru saja diciptakan oleh
Allah Taala. Oleh karena itu, Nabi shallallahu alaihi wa sallambertabaruk (mengambil berkah) dari hujan
tersebut.[14]

An Nawawi selanjutnya mengatakan, Dalam hadits ini terdapat dalil bagi ulama Syafiiyyah tentang
dianjurkannya menyingkap sebagian badan (selain aurat) pada awal turunnya hujan, agar terguyur air hujan
tersebut. Dan mereka juga berdalil dari hadits ini bahwa seseorang yang tidak memiliki keutamaan, apabila
melihat orang yang lebih berilmu melakukan sesuatu yang ia tidak ketahui, hendaknya ia menanyakannya untuk
diajari lalu dia mengamalkannya dan mengajarkannya pada yang lain.[15]

Dalam hal mencari berkah dengan air hujan dicontohkan pula oleh sahabat Ibnu Abbas. Beliau berkata,

.[9 : ]: ! :

Apabila turun hujan, beliau mengatakan, Wahai jariyah keluarkanlah pelanaku, juga bajuku. Lalu beliau
membacakan (ayat) [yang artinya], Dan Kami menurunkan dari langit air yang penuh barokah (banyak
manfaatnya). (QS. Qaaf [50] : 9) [16]

[6] Dianjurkan Berwudhu dengan Air Hujan

Ibnu Qudamah mengatakan, Dianjurkan untuk berwudhu dengan air hujan apabila airnya mengalir deras. [17]

Dari Yazid bin Al Hadi, apabila air yang deras mengalir, Nabi shallallahu alaihi wa sallammengatakan,

Keluarlah kalian bersama kami menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk
bersuci. Kemudian kami bersuci dengan air tersebut dan memuji Allah atas nikmat ini. [18]

Namun, hadits di atas adalah hadits yang lemah karena munqothi (terputus sanadnya) sebagaimana dikatakan

3/7
oleh Al Baihaqi[19].

Ada hadits yang serupa dengan hadits di atas dan shahih,

Apabila air mengalir di lembah, Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, Keluarlah kalian bersama kami
menuju air ini yang telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk bersuci. Kemudian kami bersuci
dengannya.[20]

[7] Janganlah Mencela Hujan

Sungguh sangat disayangkan sekali, setiap orang sudah mengetahui bahwa hujan merupakan nikmat dari
Allah Taala. Namun, ketika hujan dirasa mengganggu aktivitasnya, timbullah kata-kata celaan, Aduh!! hujan
lagi, hujan lagi.

Perlu diketahui bahwa setiap yang seseorang ucapkan, baik yang bernilai dosa atau tidak bernilai dosa dan
pahala, semua akan masuk dalam catatan malaikat. Allah Taalaberfirman,

Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.
(QS. Qaaf [50] : 18)

Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda,




Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dia pikirkan lalu Allah
mengangkat derajatnya disebabkan perkataannya itu. Dan ada juga seorang hamba yang berbicara dengan
suatu perkataan yang membuat Allah murka dan tidak pernah dipikirkan bahayanya lalu dia dilemparkan ke
dalam jahannam.[21]

Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menasehatkan kita agar jangan selalu menjadikan makhluk yang tidak
dapat berbuat apa-apa sebagai kambing hitam jika kita mendapatkan sesuatu yang tidak kita sukai. Seperti
beliau melarang kita mencela waktu dan angin karena kedua makhluk tersebut tidak dapat berbuat apa-apa.

Dalam sebuah hadits qudsi, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Taalaberfirman,

Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah pemilik dan pengatur masa, Aku-
lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih berganti.[22]

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda,

Janganlah kamu mencaci maki angin.[23]

Dari dalil di atas terlihat bahwa mencaci maki masa (waktu) dan angin adalah sesuatu yang terlarang. Begitu
pula halnya dengan mencaci maki makhluk yang tidak dapat berbuat apa-apa, seperti mencaci maki angin dan
hujan adalah terlarang.

Larangan ini bisa termasuk syirik akbar (syirik yang mengeluarkan seseorang dari Islam) jika diyakini makhluk
tersebut sebagai pelaku dari kejelekan yang terjadi. Meyakini demikian berarti meyakini bahwa makhluk tersebut
yang menjadikan baik dan buruk. Ini sama saja dengan menyatakan ada pencipta selain Allah. Namun, jika
diyakini yang menakdirkan adalah Allah sedangkan makhluk-makhluk tersebut bukan pelaku dan hanya sebagai
sebab saja, maka seperti ini hukumnya haram, tidak sampai derajat syirik. Dan apabila yang dimaksudkan cuma
4/7
sekedar pemberitaan, -seperti mengatakan, Hari ini hujan deras, sehingga kita tidak bisa berangkat ke masjid
untuk shalat, tanpa ada tujuan mencela sama sekali maka seperti ini tidaklah mengapa.[24]

Intinya, mencela hujan tidak terlepas dari hal yang terlarang karena itu sama saja orang yang mencela hujan
mencela Pencipta hujan yaitu Allah Taala. Ini juga menunjukkan ketidaksabaran pada diri orang yang mencela.
Sudah seharusnya lisan ini selalu dijaga. Jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat
Allah murka. Semestinya yang dilakukan ketika turun hujan adalah banyak bersyukur kepada-Nya sebagaimana
telah diterangkan dalam point-point sebelumnya.

[8] Berdoa Setelah Turunnya Hujan

Dari Zaid bin Kholid Al Juhani, Nabi shallallahu alaihi wa sallam melakukan shalat shubuh bersama kami di
Hudaibiyah setelah hujan turun pada malam harinya. Tatkala hendak pergi, beliau menghadap jamaah shalat,
lalu mengatakan, Apakah kalian mengetahui apa yang dikatakan Rabb kalian? Kemudian mereka
mengatakan,Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,

. .


Pada pagi hari, di antara hambaKu ada yang beriman kepadaKu dan ada yang kafir. Siapa yang mengatakan
Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih (Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah) , makadialah yang
beriman kepadaku dan kufur terhadap bintang-bintang. Sedangkan yang mengatakan Muthirna binnau kadza
wa kadza (Kami diberi hujan karena sebab bintang ini dan ini), maka dialah yang kufur kepadaku dan beriman
pada bintang-bintang.[25]

Dari hadits ini terdapat dalil untuk mengucapkan Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih (Kita diberi hujan karena
karunia dan rahmat Allah) setelah turun hujan sebagai tanda syukur atas nikmat hujan yang diberikan.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah mengatakan, Tidak boleh bagi seseorang
menyandarkan turunnya hujan karena sebab bintang-bintang. Hal ini bisa termasuk kufur
akbar yangmenyebabkan seseorang keluar dari Islam jika ia meyakini bahwa bintang tersebut adalah yang
menciptakan hujan. Namun kalau menganggap bintang tersebut hanya sebagai sebab, maka seperti ini
termasuk kufur ashgor (kufur yang tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam). Ingatlah bahwa bintang
tidak memberikan pengaruh terjadinya hujan. Bintang hanya sekedar waktu semata.[26]

Demikian beberapa amalan yang bisa diamalkan ketikan hujan turun. Hanya Allah yang memberi taufik.

(*) Pembahasan di atas dicuplik dari buku karya penulis Panduan Amalan Shalih di Musim Hujan yang telah
diterbitkan Pustaka Muslim.

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Muslim.Or.Id

[1] Lihat Majmu Al Fatawa , Ibnu Taimiyyah, 24/262, Darul Wafa, cetakan ketiga, 1426 H.

[2] Lihat Adabul Mufrod no. 686, dihasankan oleh Syaikh Al Albani

[3] HR. Bukhari no. 3206

[4]Fathul Bari Syarh Shohih Al Bukhari , Ibnu Hajar Al Asqolani Asy Syafii, 6/301, Darul Marifah, Beirut, 1379 H

5/7
[5] HR. Bukhari no. 1032, Ahmad no. 24190, dan An Nasai no. 1523.

[6] Syarh Al Bukhari, Ibnu Baththol, 5/18, Asy Syamilah.

[7]Al Mughni fi Fiqhil Imam Ahmad bin Hambal Asy Syaibani , Ibnu Qudamah Al Maqdisi, 2/294, Darul Fikr, Beirut,
cetakan pertama, 1405 H.

[8] Dikeluarkan oleh Imam Syafii dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Marifah dari Makhul secara mursal.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami no. 1026.

[9] HR. Al Hakim dan Al Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami no.
3078.

[10] HR. Bukhari no. 1014.

[11]Zaadul Maad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/439, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H.

[12] Lihat Dzikru wa Tadzkir, Sholih As Sadlan, hal. 28, Asy Syamilah.

[13] HR. Muslim no. 898.

[14]Syarh Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, 6/195, Dar Ihya At Turots Al Arobiy, cetakan kedua, 1392 H.

[15]Syarh Muslim, 6/196.

[16] Lihat Adabul Mufrod no. 1228. Syaikh Al Albani mengatakan sanad hadits ini shohih dan hadits
ini mauquf [perkataan sahabat].

[17]Al Mughni, 2/295.

[18] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro (3/359) dan Tuhfatul Muhtaj (1/567). Dikeluarkan pula
oleh An Nawawi dalam Al Khulashoh (2/884) dan Ibnu Katsir dalam Irsyadul Faqih (1/216) [dinukil
dari http://dorar.net ]. Lihat pula Zaadul Maad, Ibnul Qayyim, 1/439. Hadits ini adalah hadits yang lemah
karena munqothi yaitu ada sanad yang terputus.

[19] Syaikh Al Albani dalam Dhoif Al Jaami no. 4416 mengatakan bahwa hadits ini dhoif.

[20] HR. Muslim, Abu Daud, Al Baihaqi, dan Ahmad. Lihat Irwaul Gholilno. 679. Syaikh Al Albani mengatakan
bahwa hadits ini shahih.

[21] HR. Bukhari no. 6478.

[22] HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah.

[23] HR. Tirmidzi no. 2252, dari Abu Kaab. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

[24] Faedah dari guru kami Ustadz Abu Isa hafizhohullah. Lihat buah pena beliau Mutiara Faedah Kitab Tauhid,
hal. 227-231, Pustaka Muslim, cetakan pertama, Jumadal Ula 1428 H.

[25] HR. Bukhari no. 846 dan Muslim no. 71, dari Kholid Al Juhaniy.

[26]Kutub wa Rosail Lil Utsaimin , 170/20, Asy Syamilah.

Dukung pendidikan Islam yang berdasarkan Al Qur'an dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salafus shalih
dengan mendukung pembangunan SDIT YaaBunayya Yogyakarta http://bit.ly/YaaBunayya
Dalil2 Keutamaan Membaca Alquran , Bagaimana Cara Berinteraksi Dengan Non Muslim , Adab Dulu Baru Ilmu Imam
Syafe'i, Syetan, Koperasi Dan Hukumnya Dalam Islam , Dakwah Singkat Tentang Senyum , Shalat Rawatib Rasulullah ,

6/7
Kisah Keunikan Sufi Nagshabandy, Hadis Untuk Istri, Seberapa Penting Ilmu Tauhid Dalam Islam? , Hukum Pakaian Yg
Terkena Air Madzi, Anak Angkat Hukumnya , Jelaskan Prinsip Akidah Salaf Dalam Asma Wa Sifat Alloh , Berapa Rakaat
Sholat Qobliyah Dzuhur, Cerita Orang Yg Lagi Tertimpa Masalah , Kesesatan Hasan Albana , Bahasa Arabnyaa Ridho
Allah Ridho Orangtua, Siapa Abu Hasan Al Asy'ari , Arroyan Artinya, Sifat Yg Dimiliki Oleh Anak Perempuan Nabi

2015 Yayasan Pendidikan Islam Al Atsary, Yogyakarta

Kembali ke atas

7/7

Anda mungkin juga menyukai