Anda di halaman 1dari 4

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang ini, banyak manusia yang mengalami stres,

kecemasan, dan kegelisahan. Sayangnya, masih saja ada orang yang berfikir

bahwa stres dan depresi bukan benar-benar suatu penyakit. Padahal

dibandingkan dengan AIDS yang menjadi momok saat ini, stres dan depresi

jauh lebih bertanggung jawab terhadap banyak kematian. Karena kedua hal

tersebut merupakan sumber dari berbagai penyakit, Lubis, 2009 : 01).

Menurut Rathus (1991) menyatakan orang yang mengalami depresi umumnya

mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan

gerakkan tingkah laku.(Lubis, 2009 ; 15).

Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui pada

lanjut usia (lansia) juga membutuhkan penatalaksanaan holistik dan seimbang

pada aspek fisik, mental dan sosial. Di samping itu, depresi pada lansia harus

di waspadai dan dideteksi sedini mungkin karena dapat mempengaruhi

perjalanan penyakit fisik dan kualitas hidup pasien,

(www.psikologi.infogue.com). Di negara-negara berkembang, WHO

memprediksikan bahwa pada tahun 2020 nanti depresi akan menjadi salah satu

penyakit mental yang banyak di alami. Depresi berat akan menjadi penyebab

kedua terbesar kematian setelah serangan jantung, (http://www.depression-

net.com/). Sedangkan pada lansia, karena kurangnya aktivitas yang dilakukan

oleh para lansia (lanjut usia) menyebabkan sebagian dari mereka tidak bahagia

dan mengalami depresi. Hasil kajian Pusat Penelitian Kesehatan Universitas


2

Indonesia dan Oxford Institute of Ageing tahun 2009 menunjukkan, 30% dari

jumlah lansia di Indonesia mengaku terkena sindrom depresi,

(http://www.bkkbn.go.id). Sedangkan di Banyuwangi, berdasarkan studi

pendahuluan yang dilakukan peneliti dengan menggunakan test Anticipatory

Cognitions Questionnaire pada November 2009 terhadap 40 lansia di Yayasan

Gerontologi Abiyoso, didapatkan 17 lansia mengalami depresi.

Depresi merupakan gangguan yang banyak di alami oleh orang tua.

Namun sering kali tidak terdiagnosis karena gejalanya tumpah tindih dengan

penyakit degeneratif yang mereka derita. Penyakit ini apabila tidak mendapat

pengobatan yang memadai bisa memperburuk penyakit yang ada dan

mempercepat kematian. Pada usia lanjut depresi bisa berdiri sendiri atau

bersama dengan penyakit lain. Tapi harus ditangani sungguh-sungguh, karena

metabolisme serotonin yang terganggu pada depresi menimbulkan efek

trombogenesis (timbulnya bekuan darah di pembuluh darah). Depresi juga

melemahkan sistem kekebalan tubuh. Pada penderita kardiovaskular, depresi

bisa memperburuk penyakit bahkan meningkatkan angka kematian.

(A.Setiono M, 2004; 126).

Secara biologis, depresi terjadi di otak. Riset menunjukkan bahwa ada

kekurangan dari beberapa neurotransmiter serotonin, norephineprine, dan

dopamin dapat menyebabkan terjadinya depresi. (Lubis, 2009 : 64) . Pada

kasus depresi berat diperlukan terapi dan pengobatan yang efektif untuk

mengurangi depresi, namun pada kasus depresi ringan dan sedang dapat

melakukan terapi terhadap diri sendiri untuk mengurangi gejala-gejala depresi.

Terapi tersebut antara lain, obat antidepresan, cognitif behavior terapy, terapi
3

interpersonal, konseling berkelompok dan dukungan sosial, berolahraga, dan

terapi lainnya. Salah satunya dengan berolah raga, karena olahraga dapat

menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi

munculnya mood negatif seperti depresi. (Lubis, 2009 : 141)

Keadaan mood yang negatif seperti depresi, kecemasan, dan

kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif pula.

Olahraga berhubungan negatif dengan depresi dan kecemasan. Artinya dengan

berolahraga secara teratur maka depresi dan kecemasan semakin menurun.

(Lubis, 2009 : 161). Oleh karena itu olahraga sangat dianjurkan bagi lansia

agar terhindar dari depresi .Dengan latar belakang di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan olahraga dengan tingkat

depresi pada lansia di Yayasan Gerontologi Abiyoso.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara olahraga dengan tingkat depresi pada lansia di

Yayasan Gerontologi Abiyoso.?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan olahraga terhadap tingkat depresi pada

lansia di Yayasan Gerontologi Abiyoso.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi olahraga yang dilakukan pada lansia di Yayasan

Gerontologi Abiyoso.
4

b. Mengidentifikasi tingkat depresi pada lansia di Yayasan Gerontologi

Abiyoso.

c. Menganalisa hubungan olahraga dengan tingkat depresi pada lansia di

Yayasan Gerontologi Abiyoso.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Dapat membantu mengembangkan praktek keperawatan

gerontologi dalam menangani masalah depresi pada lansia melalui

kegiatan olahraga di Yayasan Gerontologi Abiyoso tahun 2009.

1.4.2 Bagi Peneliti yang akan datang

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan

kesehatan, khususnya bagi Ilmu Keperawatan Gerontologi.

1.4.3 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran

tentang pengaruh olahraga terhadap tingkat depresi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai