Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan penyertaan Nya sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini tepat pada
waktunya.
Dalam referat ini akan membahas tentang Terapi Cairan. Dalam pembuatan referat ini,
saya menyadari adanya berbagai kekurangan, baik dalam isi materi maupun penyusunan
kalimat. Namun demikian, perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran
untuk penyempurnaan makalah ini sangat saya harapkan.
Ungkapan terima kasih saya sampaikan kepada dr. Agustinus Didik Sp.An yang telah
memberikan dorongan,bimbingan dan pengarahan dalam pembuatan referat ini. Saya juga
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan referat ini.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini terbagi atas dua, yakni tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum dari pembuatan referat ini disusun sebagai sarana diskusi dan
pembelajaran mengenai Terapi Cairan. Sedangkan tujuan khusus diajukannya referat guna
memenuhi persyaratan penilaian di Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah-Anestesi di Rumah Sakit
Mardi Rahayu, Kudus.

Penulis

DAFTAR ISI
Terapi Cairan

Kata Pengantar... 2
Daftar Isi 4
BAB I. Pendahuluan. 4
I.1 Latar Belakang .. 4
II.2 Tujuan ... 4
BAB II. Pembahasan..... 5
II.1 Cairan Tubuh ........................ 5
II.2 Pergerakan Cairan Tubuh .................... 9

II.3 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit . 10

II.4 Pemberian Terapi Cairan . 13

II. 5 Jenis Cairan .. 15

BAB III. Penutup.. 23

Daftar Pustaka... 24

BAB I
PENDAHULUAN

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 2


Terapi Cairan

LATAR BELAKANG
Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas cairan. Jumlah cairan pada setiap individu
berbeda-beda tergantung usia dan jenis kelamin serta banyaknya lemak di dalam tubuh.
Melalui makanan dan minuman, tubuh mendapatkan air, elektrolit, serta nutrien-nutrien
lainnya. Dalam waktu 24 jam jumlah air dan elektrolit yang masuk setara dengan jumlah
yang keluar. Pengeluaran cairan dan elektrolit dari tubuh dapat berupa urin, tinja,
keringat,dan uap air pada saat bernapas.
Agar fungsi sel dapat berlangsung normal, komposisi cairan ini harus relative
konstan. Keseimbangan yang dinamis atau homeostasis dari air, elektrolit, dan keseimbangan
asam-basa dalam tubuh dipelihara melalui mekanisme faal kompleks yang melibatkan banyak
sistem tubuh. Gangguan volume cairan adalah suatu keadaan ketika individu beresiko
mengalami penurunan, peningkatan, atau perpindahan cepat dari satu kelainan cairan
intravaskuler, interstisial dan intraseluler. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko mengalami kelebihan cairan intraseluler atau interstisial. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa kebutuhan cairan sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup.1
Terapi cairan dibutuhkan bila tubuh tidak mampu memenuhi kebutuhan air, elektrolit
serta zat-zat makanan ke dalam tubuh secara oral misalnya pada saat pasien harus berpuasa
lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia
berat, mual muntah dan lain-lain. Dengan terapi cairan kebutuhan akan air dan elektrolit akan
terpenuhi.

TUJUAN
Tujuan pemberian cairan dan elektrolit adalah mengganti atau mempertahankan
volume cairan intravascular, interstisial, dan intraselular; mempertahankan keseimbangan air,
elektrolit, dan komponen darah; atau mempertahankan kadar protein darah. Selain itu
pemberian cairan juga bertujuan untuk mempertahankan beban pra-jantung (bebanpreload)
serta curah jantung (cardiac output). Dengan demikian, oksigenasi dan perfusi jaringan dapat
menjamin keseimbangan metabolisme sel.

BAB II
PEMBAHASAN

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 3


Terapi Cairan

CAIRAN TUBUH
Tubuh kita terdiri dari 2 komponen yakni cairan dan jaringan, dimana 40% dari berat
tubuh kita terdiri dari soft tissue dan60% dari berat tubuh kita adalah air. Cairan tubuh
dipisahkan oleh membran sel sehingga ada yang terdapat di dalam sel (intraseluler) yang
berjumlah 40% dan ada yang terdapat diluar sel (ekstraseluler) yang berjumlah 20%. Cairan
ekstraseluler terdiri atas cairan interstitial yaitu cairan yang berada di ruang antar sel
berjumlah 15% dan plasma darah yang hanya berjumlah 5%. Selain itu juga dikenal cairan
antar sel khusus disebut cairan transeluler misalnya, cairan cerebrospinal, cairan persendian,
cairan peritoneum, cairan pleura, dan lain-lain. Membran yang memisahkan kompartemen
tersebut bersifat permeabel terhadap air. Pergerakan cairan antar kompartemen ditentukan
oleh tekanan osmosis dari cairan tersebut. Pergerakan terjadi sampai osmolalitas cairan pada
masing-masing kompartemen menjadi sama. Osmolalitas dikontrol oleh intake cairan dan
regulasi eksresi air oleh ginjal. 1,2

1
W
T
(
0
h
i4
o
0
s
l
%
s
e
u
)
e
u
e
b
o
d
y
Diagram 1. Distribusi Cairan Tubuh2

Cairan intraselular. Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular.
Pada orang dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular
(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70 kilogram),
sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan intraselular.2

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 4


Terapi Cairan

Cairan ekstraselular. Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular.
Jumlah relatif cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar
setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun, jumlah cairan
ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini sebanding dengan
sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70 kg. Cairan ekstraselular dibagi
menjadi: 2
1. Cairan Interstitial. Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial,
sekitar 11 - 12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, dengan volume sekitar 2x lipat pada bayi baru lahir
dibandingkan orang dewasa.
2. Cairan Intravaskular. Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (misal
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5 6 L dimana 3 L nya
adalah plasma, sisanya ialah sel darah merah, sel darah putih dan platelet.
3. Cairan Transeluler. Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu
seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi saluran
pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah sekitar 1 liter, tetapi
cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari ruang transeluler.

Gambar1. Anatomi Cairan Tubuh2

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 5


Terapi Cairan

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.
Elektrolit merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus
listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah
kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen). Cairan
intraseluler terutama mengandung elektrolit berupa ion-ion Kalium, Magnesium, dan Fosfat.
Cairan ekstraseluler mengandung terutama Natrium dan Klorida. Cairan interstitial dan
plasma keduanya merupakan cairan ekstraseluler, tetapi di dalam interstitial tidak
mengandung protein. Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada
intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler
tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.1,3

Gambar 2. Komposisi elektrolit kompartemen cairan tubuh (dalam mEq/liter) 3

a. Natrium (NA+).
Sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling berperan didalam
mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-145mEq/liter. Kadar natrium
dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah.
Ekresi natrium dalam urine 100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat
58mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl).1
Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial maupun ke
dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan natrium (muntah,diare)
sedangkan pemasukkan terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan
natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti dengan air dan natrium

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 6


Terapi Cairan

dari cairan interstitial. Apabila kehilangan cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari
dalam sel dan apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan
sirkulasi.1,3
b. Kalium (K+)
Merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan penting di
dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh
sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan yang tidak dapat
berpindah adalah kalium yang terikat dengan protein didalam sel. Kadar kalium plasma
3,5 - 5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.2
Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+ ekstraseluler.
Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10
mEq/liter. Fungsi Kalium ialah merangsang saraf-otot, menghantarkan impuls listrik,
pembentukan sel, dll. Pada keadaan hypokalemia dapat menyebabkan keletihan otot,
lemas, kembung, ileus paralitik, gangguan irama jantung. 1,2
c. Kalsium (Ca++).
Didapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90% dikeluarkan lewat
faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini tergantung pada intake,
besarnya tulang, keadaan endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh
kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian besar (99%)
ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam
sel.2
d. Magnesium (Mg++).
Ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan unruk pertumbuhan +10 mg/hari.
Dikeluarkan lewat urine dan faeces.2

Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan
tidak bermuatan listrik , seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat
lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.2

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 7


Terapi Cairan

Gambar 1. Susunan Kimia Cairan Ekstraseluler dan Intraseluler2

PERGERAKAN CAIRAN
Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme
transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan energi sedangkan
mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis adalah mekanisme
transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan dengan pompa Na-K yang
memerlukan ATP.
Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara: 1
1. Osmosis. Adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran semipermeabel
(permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih
tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan kapiler permeabel terhadap air,
sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran
semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui
zat terlarut misalnya protein. Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L.
Larutan dengan tekanan osmotik kira-kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa
5%, Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik
(akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik.

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 8


Terapi Cairan

2. Difusi. Adalah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan hidrostatik pembuluh
darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-pori tersebut. Jadi difusi
tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan hidrostatik.
3. Pompa Natrium Kalium. Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang
memompa ion natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa
ion kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk mencegah
keadaan hiperosmolar di dalam sel.

GANGGUAN KESEIMBANGAN
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan tubuh dan komponen kimia dari
cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang nyaman. Dalam kondisi normal
intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat
menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Normalnya pada aktifitas dan temperatur yang sedang, seseorang (dewasa) minum
kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari
sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari didapatkan melalui makanan dan oksidasi
selama proses metabolisme. Jadi dapat disimpulkan pada keadaan normal, seseorang
mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000 - 2500 ml per hari, dalam bentuk cairan maupun
makanan padat, dengan kehilangan cairan rata-rata 250 ml dari feses, 800-1500 ml dari urin,
dan hampir 600 ml kehilangan cairan tanpa disadari (invisible water loss) dari kulit dan paru-
paru.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak, sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah,perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kekurangan cairan pada ruang intravaskular mengakibatkan perfusi menjadi tidak
baik dan oksigenasi jaringan tidak cukup. Berkurangnya volume cairan tersebut
mengakibatkan tekanan pada pembuluh darah menjadi berkurang. Parameter fisik yang
menunjukkan status perfusi adalah denyut jantung, intensitas pulsus, capillary refill time
(CRT), warna membran mukosa, dan temperatur rektal. Kebanyakan yang mengalami
kekurangan cairan intravaskular (perfusi jelek) juga mengalami kekurangan cairan
Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 9
Terapi Cairan

ekstravaskular. Sehingga cairan kristaloid harus diberikan secara simultan pada saat
pemberian koloid yang digunakan untuk memperbaiki kekurangan cairan intravaskular.1,3
Kekurangan cairan pada ruang ekstravaskular (interstisial dan intraselular)
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi adalah kehilangan air tubuh yang sering diikuti oleh
kehilangan elektrolit dan perubahan keseimbangan asam-basa di dalam tubuh. Kehilangan air
dan elektrolit, terutama kehilangan natrium, akan mengancam kehidupan, karena natrium
berperan untuk mempertahankan tekanan osmotik plasma dan volume cairan yang
bersirkulasi.3
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, antara
lain :2
a. Umur : Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-
anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa.
Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan
fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim : Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya
rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet : Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum
albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam
proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress: Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit : Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh, misalnya :
f. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
g. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 10


Terapi Cairan

i. Tindakan Medis : Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh seperti : suction, nasogastric tube dan lain-lain.
j. Pengobatan : Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada
kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
k. Pembedahan : Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah
selama pembedahan.

Muntah dapat menyebakan tubuh kehilangan banyak air dan elektrolit dan dapat
menimbulkan dehidrasi yang mengancam kehidupan. Kehilangan cairan oleh muntah adalah
kehilangan asam klorida dapat menimbulkan alkalosis metabolik hipokloremi, gangguan
keseimbangan natrium dan air, hipokalemi. 1,2
Diare adalah penyebab utama kehilangan air dan elektrolit. Di samping menyebabkan
kehilangan natrium yang dapat menyebabkan hipovolemi, kehilangan air yang dapat
menyebabkan dehidrasi, diare juga mengakibatkan kehilangan bikarbonat sehingga dapat
mengakibatkan terjadinya asidosis metabolik dan kehilangan K yang dapat menyebabkan
hipokalemi. Tubuh dapat mengkompensasi kehilangan banyak air dan elektrolit selama diare,
sepanjang pemasukan secara normal dapat dipertahankan. Jika pemasukan air dan pakan
terbatas, dehidrasi akan terjadi dengan cepat.4
Dehidrasi berarti kekurangan atau defisit air saja tetapi dalam praktek keadaan ini
hampir tidak pernah ditemukan, sebab setiap keadaan dehidrasi, selain kehilangan air juga
senantiasa disertai dengan kehilangan elektrolit utamanya ion natrium. Jadi dehidrasi berarti
defisit air dan elektrolit. Secara anatomis dehidrasi berarti defisit cairan ekstraseluler
utamanya cairan interstisiel yang pada gilirannya diikuti dengan berkurangnya cairan
intravaskuler. Oleh karena cairan interstisiel merupakan bantalan dari jaringan dan mukosa,
maka gejala yang menonjol akibat defisit cairan interstisiel adalahgangguan kulit dan mukosa
dengan gejala : turgor kulit yang jelek, mata cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi dan anak),
mukosa bibir dan kornea kering.3
Selanjutnya, jika defisit cairan interstisiel diikuti dengan defisit cairanintravasculer
maka gejala selain gangguan kulit dan mukosa juga disertai dengangangguan hemodinamik .
Gejala gangguan hemodinamik berupa : hipotensi, takikardi, vena-vena mengkerut (kolaps),
capillary refilled time memanjang, oliguria, syok (renjatan).3
Syok adalah suatu keadaan dimana pasokan darah tidak mencukupi untuk kebutuhan
organ-organ di dalam tubuh. Syok juga didefinisikan sebagai gangguan sirkulasi yang
Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 11
Terapi Cairan

mengakibatkan penurunan kritis perfusi jaringan vital atau menurunnya volume darah yang
bersirkulasi secara efektif. Keadaan tubuh yang mengalami syok terjadi penurunan perfusi
jaringan, terhambatnya pengiriman oksigen, dan kekacauan metabolisme sel sehingga
produksi energi oleh sel tidak memadai. Apabila sel tidak dapat menghasilkan energi secara
adekuat, maka sel tidak akan berfungsi dengan baik sehingga pada gilirannya akan
menimbulkan disfungsi dan kegagalan berbagai organ, akhirnya dapat menimbulkan
kematian.4
Pada syok yang kurang parah, kompensasi tubuh dapat berupa peningkatan laju
jantung dan konstriksi pembuluh darah perifer (keduanya secara refleks), sehingga hal
tersebut dapat memelihara tahanan perifer dan aliran darah ke organ-organ vital. Ketika syok
bertambah parah, kompensasi ini akan gagal.4

PEMBERIAN TERAPI CAIRAN


Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam batas-
batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander)
secara intravena.4
Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan
sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti perdarahan
yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.

Diagram 2. Tujuan Terapi Cairan3


Terapi cairan resusitasi ditujukan untuk menggantikan kehilangan akut cairan tubuh
atau ekspansi cepat dari cairan intravaskuler untuk memperbaiki perfusi jaringan. Misalnya
pada keadaan syok dan luka bakar. Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 12


Terapi Cairan

infus Normal Salin , Ringer Asetat, atau Ringer Laktat sebanyak 20mg/kg selama 30 60
menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2 3 L dalam 10 menit.
Pemberian larutan plasma ekspander dapat dilakukan pada luka bakar, syok
hemoragik, syok kardiogenik. Koloid dapat berupa gelatin (hemaksel, gelafunin, gelafusin),
polimer dextrose (dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes,ekspafusin). Hal yang
perlu diperhatikan dalam resusitasi cairan adalah : monitoring ketat sangat diperlukan pada
24 jam pertama untuk mengetahui apakah resusitasi cairan yang dilakukan cukup atau tidak.
Tekanan darah, nadi, dan terutama produksi urine (0,5 1 ml/kgBB/jam) merupakan
parameter yang obyektif.1,3
Terapi cairan rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan
nutrisi. Terapi cairan rumatan diberikan dengan kecepatan 80ml/jam. Orang dewasa rata-rata
membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit utama Na+=1-2 mmol/kgBB/hari dan
K+= 1mmol/kgBB/hari. Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat
pembentukan urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru
atau dikenal dengan insensible water losses.
Untuk anak digunakan rumus Holiday Segar 4:2:1, yaitu:
- 4ml/kg/jam untuk 10 kg pertama.
- 2ml/kg/jam untuk 10 kg kedua.
- 1ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan.
Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan karbohidrat
atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan elektrolit yang juga
mengandung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran + salin, Ringers dextrose, dll.
Sedangkan larutan rumatan yang mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi
cairan tanpa elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga
dextrose tidak berperan dalam hipovolemi.1
Dalam terapi rumatan cairan keseimbangan kalium perlu diperhatikan karena kadar
yang berlebihan atau kekurangan akan menimbulkan efek samping. Umumnya infus
konvensional RL atau NS tidak mampu mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian. Infus KA-
EN dapat mensuplai kalium sesuai kebutuhan harian.1

JENIS CAIRAN
Cairan Hipotonik
Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 13
Terapi Cairan

cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci
darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah
tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.1
Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam
pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan
intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa2,5%.1
Cairan Isotonik
Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari
komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien
yang mengalamihipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Memiliki risikoterjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif danhipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan
normal saline/larutan garamfisiologis (NaCl 0,9%).1
Cairan Hipertonik
Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan
darah, meningkatkanproduksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairanhipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:1
1. Kristaloid
Larutan kristaloid adalah bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah
volume cairan (volume expanders) kedalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat,
dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera. Larutan air dengan elektrolit
dan atau dextrose, tidak mengandung molekul besar, diameter kurang dari 1nm.
Kristaloid dalam waktu singkat sebagian besar akan keluar dari intravaskuler, sehingga
volume yang diberikan harus lebih banyak (3-4 kali) dari volume darah yang hilang.
Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF). 2,5
Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap
pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan alergi atau syok
anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama. Cairan kristaloid bila
Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 14
Terapi Cairan

diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid) ternyata sama efektifnya seperti
pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit volume intravaskuler. 2,5
Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar 20-30 menit. Ekspansi
cairan dari ruang intravaskuler ke interstitial berlangsung selama 30 60 menit sesudah
infus dan akan keluar dalam 24 48 jam sebagai urine. Secara umum kristaloid
digunakan untuk meningkatkan volume ekstrasel dengan atau tanpa peningkatan
intrasel.2,5
Cairan kristaloid adalah larutan berbahan dasar air dengan molekul kecil sehingga
membran kapiler permeabel terhadap cairan tersebut. Cairan kristaloid dapat mengganti
dan mempertahankan volume cairan ekstraselular. Oleh karena 75 80% cairan kristaloid
yang diberikan secara IV menuju ruang ekstravaskular dalam satu jam, maka cairan
kristaloid sangat diperlukan untuk rehidrasi interstisial. Karena perbedaan sifat antara
koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel
dibandingkan dengan koloid maka kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit
cairan di ruang interstitiel. 2,5
Konsentrasi natrium dan glukosa pada kristaloid menentukan osmolalitas larutan.
Pada kebanyakan situasi kritis, cairan kristaloid isotonis pengganti elektrolit yang
seimbang, seperti cairan Ringer laktat, digunakan untuk mengganti elektrolit dan buffer
pada konsentrasi khas cairan ekstraseluler. Larutan Ringer Laktat merupakan
cairan kristaloid yang paling banyak digunakan untuk resusitasi cairan
walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir menyerupai cairan
intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut akan mengalami
metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya yang sering
digunakan adalah NaCl 0,9% tetapi tidak seimbang dalam hal elektrolit dan buffer.
tetapi bila diberikan berlebih dapat mengakibatkan asidosis hiperkloremik
(delutional hyperchloremic acidosis) dan menurunnya kadar bikarbonat
plasma akibat peningkatan klorida. 5
Cairan kristaliod dalam volume besar yang diberikan dengan cepat secara IV
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik intravascular dan penurunan COP dengan
cepat. Hal tersebut mengakibatkan ekstravasasi ke interstisial.5

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 15


Terapi Cairan

Tabel 2. Komposisi Cairan Kristaloid2

Pada suatu penelitian (Heugman et al - 1972) mengemukakan bahwa walaupun dalam


jumlah sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema
perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema jaringan
luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%. Menurut penelitian lainnya
(Mills dkk -1967) ditemukan pemberian sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan
timbulnya edema paru berat. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan juga dapat
menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intracranial.2
a.
Ringers Lactate (RL)
Merupakan cairan paling siologisjika diperlukan volume besar. Banyak
digunakan sebagai terapi cairan pengganti (resusitasi atau replacement therapy),
misalnya pada : syok hipovolemik, diare, trauma dan luka bakar. Laktat dalam RL
akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat untuk memperbaiki keadaan, misal
asidosis metabolik.Kalium dalam RL tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,
apalagi untuk kasus desit kalium.Tidak mengandung glukosa, sehingga sebagai
cairan rumatan (maintenance) harus ditambah glukosa untuk mencegah ketosis.
Pemberian maksimal 2000 ml per hari.
b.
NaCl 0,9 % ( Normal saline)
Pemberian maksimal 1500 ml per hari. Dipakai sebagai cairan resusitasi
(replacement therapy ), terutama pada kasus:
Kadar Na+ rendah.

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 16


Terapi Cairan

Jika RL tidak cocok (alkalosis, retensi K+).


Cairan terpilih untuk trauma kepala.
Untuk mengencerkan eritosit sebelum transfusi.
Mempunyai kekurangan:
Tidak mengandung HCO3
Tidak mengandung K+
Kadar Na+ dan Cl relatif tinggi, sehingga dapat terjadi asidosis
hiperkloremia, asidosis dilusional, dan hipernatremia
c. Dekstrosa 5 %
Dipergunakan sebagai cairan rumatan (maintenance) pada pasien dengan
pembatasan asupan natrium atau sebagai cairan pengganti pada pure water decit.
Penggunaan perioperative :
Berlangsungnya metabolism.
Menyediakan kebutuhan air.
Mencegah hipoglikemi.
Mempertahankan protein yang ada ; dibutuhkan minimal 100g karbohidrat
untuk mencegah dipecahnya kandungan protein tubuh.
Menurunkan kadar asam lemak bebas dan keton.
Mencegah ketosis, dibutuhkan minimal 200 g karbohidrat.
Dekstrosa 5 % tidak boleh diberikan pada pasien trauma kepala (neuro-trauma)
karena dekstrosa dan air akan berpindah secara bebas kedalam sel otak. Di dalam sel
otak (intraseluler), dekstrosa akan dimetabolisir yang akan menyebabkan edema otak.
2. Koloid
Golongan Koloid ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membrane kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma substitute
atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang mempunyai
berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler, diameter 1 100
nm. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama
pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat
dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). 2,5

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 17


Terapi Cairan

Tabel 3. Cairan Koloid2

Secara umum koloid dipergunakan untuk:


Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik)
sebelum transfusi tersedia.
Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.

Kerugian dari plasma expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(walau jarang) dan dapat menyebabkan gangguan pada cross match.Berdasarkan
pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:1
a. Koloid alami.

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 18


Terapi Cairan

Fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5%). Dibuat dengan
cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10 jam untuk membunuh virus
hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma selain mengandung albumin (83%)
juga mengandung alfa globulin dan beta globulin.
Prekallikrein activators (Hagemans factor fragments) seringkali terdapat
dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab itu pemberian
infus dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps
kardiovaskuler.
b. Koloid Sintesis.
Tidak mempunyai sifat-sifat seperti albumin dalam hal efek onkotik menetap
ataupun sebagai alat pengangkut hormone, obat-obatan, asam lemak, bilirubin, logam,
enzim, dll.
Pengganti plasma sintetik yang ideal sebaiknya :
Iso-onkotik-isotonik.
Memiliki efek volume yang sedang dan dapat diperkirakan waktu paruhnya dalam
intravascular.
Tidak meningkatkan viskositas plasma.
Dapat diekskresikan ginjal atau dipecah dengan cepat tanpa penyimpanan intrasel.
Tidak memiliki aktivitas farmakologis yang merugikan selain efek volume.
Tidak memiliki efek samping atau infeksi tertentu.
Tidak mahal dan dapat disimpan dalam suhu ruangan untuk jangka panjang.
Efek yang tidak disukai pada pemakaian koloid ialah resiko terjadinya reaksi
alergi dan anafilaksis ; menetap dijaringan dan metabolism yang tidak lengkap ; efek
pada hemostatic ; gagal ginjal akut ; masalah pada waktu cross match, kelebihan
(overload) volume.1
Saat ini terdapat larutan koloid sintetik berupa dextran, hidrosietilstarches
HES dan gelatin. Biasanya larutan koloid ini dilarutkan dalam larutan isotonic 0,9%,
tapi dapat pula dalam larutan hipotonik, hypertonik, atau balans larutan elektrolit
isotonic.1
Dextran. Merupakan glukopolisakarida netral dengan BM yang tinggi.
Berasal dari sukrosa eksraselular dan dihasilkan secaraenzimatik oleh bakteri
Leukonostok mesenteroides atau dextranicum, yang enjadi katalisator ikatan 1,6-
glikosidik monomer glukosa.1

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 19


Terapi Cairan

Segera setelah diinfuskan, sebagian besar molekul dekstran dengan BM


<50.000 Da akan diekskresikan ginjal. Sisanya disimpan dalam system
retikuloendotelial dan dipecah perlahan menjadi CO2 dan air.1
Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70
(Macrodex) dengan berat molekul 60.000-70.000. Walaupun Dextran 70 merupakan
volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan Dextran 40, tetapi Dextran 40
mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi mikro karena dapat menurunkan
kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran mempunyai efek anti trombotik yang
dapat mengurangi platelet adhesiveness, menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan
fibrinolisis dan melancarkan aliran darah. Pemberian Dextran melebihi 20
ml/kgBB/hari dapat mengganggu cross match, waktu perdarahan memanjang
(Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang
dapat dicegah yaitu dengan memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.1,3
Hydroxylethyl Starch (Heta starch).Bahan dasar pembentuk HES adalah
amilopektin, polimer glukosa dengan banyak cabang, diperoleh dari lilin jagung atau
tepung kentang. Struktur yang banyak cabang ini membuat HES sebagai sintetik
pertama dengan konfigurasi globular yang mirip dengan koloid albumin alami. HES
memiliki viskositas yang jauh lebih rendah daripada dextran atau gelatin, tetapi tidak
serendah viskositas albumin.1
Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 1.000.000, rata-rata
71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg. Pemberian 500
ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat urin dalam waktu 2 hari
dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini juga dapat menimbulkan
reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum amilase (jarang). Low
molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-Starch) mirip Heta starch, mampu
mengembangkan volume plasma hingga 1,5 kali volume yang diberikan dan
berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya sebagai plasma volume expander yang
besar dengan toksisitas yang rendah dan tidak mengganggukoagulasi maka Penta
starch dipilih sebagai koloid untuk resusitasi cairan pada penderita gawat.1,3
Keuntungan HES :
Menyumpal kebocoran ( sealing effect )

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 20


Terapi Cairan

Memiliki efek antiinamasi, dengan cara menghambat produksi


mediator inamasi NF-Kappa , sehingga dapat digunakan pada
kasus inamasi (sepsis )
Gelatin. Diperoleh dari kolagen sapi dan disediakan dalam larutan
polidispersif setelah melalui berbagai modifikasi kimia. Proses denaturasi dan
hidroksilasi kolagen alam menghasilkan fraksi polipeptida. Sediaan gelatinyang ada
mengandung baik oksipoligelatin, poligelin (polipeptida polymerase yang berikatan
dengan urea) atau gelatin polisuksinat. Suksinilasi menimbulkan pelebaran struktur
molekul, yang pada akhirnya akan meningkatkan efek volume bila dibandingkan
gelatin yang tidak disuksinilasikan dengan masssa molekul yang sama.1,3
Gelatin merupakan larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan
berat molekul rata-rata 30.000 - 35.000 D. Efek volume (70-80%) dan durasi ekspansi
volume (2 3 jam) terbatas dan tidak dapat dibandingkan dengan dekstran atau HES.
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada penderita gawat. Walaupun
dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang) terutama dari golongan urea linked
gelatin.3

BAB III
PENUTUP

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 21


Terapi Cairan

Tubuh mengandung 60% air dari total berat tubuhnya. Cairan tubuh didalamnya
terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam metabolisme sel, sehingga
amat penting dalam menunjang kehidupan.Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara,
mengganti cairan tubuh dalam batas batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid
(elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena.

DAFTAR PUSTAKA

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 22


Terapi Cairan

1. Latief SA, Kartini AS, Ruswan D. Terapi Cairan. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta :
Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI. 2007. H. 259-66.
2. Hartanto W. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. 2007.
3. Hasan F. Terapi Cairan. 2008. Di unduh dari
http://drfhasan.blogspot.com/2008/01/referat-terapi-cairan.html . Pada tanggal 24
November 2012.
4. Harijanto E. Paduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif. Jakarta : PP IDSAI. 2010. H.
2 15, 108 25.
5. Utama H. Gangguan Keseimbangan Air Elektrolit dan Asam Basa. Edisi 2. Jakarta :
FKUI. 2010. H. 29-43,

Lydia Prisca Soempiet 11.2011.108 23

Anda mungkin juga menyukai