Kasus 3
Seorang anak laki- laki berusia 10 tahun datang ke UGD dibawa oleh ibunya
dengan keluhan utama kejang saat tidur dan menengadah ke atas. Ketika kejang,
matanya melenting ke atas, dan kejang kelojotan pada keempat anggota geraknya.
Kejang bersifat tonik klonik. Saat kejang, ia tidak sadar, mengompol, dan mulut
berbusa selama 1- 2 menit. Keluhan pertama kali muncul 2 minggu yang lalu. Ibu
mengatakan bahwa pada saat bayi anaknya mempunyai riwayat kejang demam
dan kakak pasien memiliki riwayat epilepsi. Ibunya menanyakan kepada dokter
apakah dampak yang akan dialami oleh anaknya akibat kejang tersebut? Ibu
memiliki obat anti kejang, apakah anaknya harus mendapatkan obat kejang terus
menerus?
STEP 1
1. Kejang adalah suatu kondisi medis ketika otot tubuh mengalami fluktuasi/
lonjakan/ gangguan kontraksi dan peregangan dengan cepat sehingga
menyebabkan gerakan yang tidak terkendali.
STEP 2
10. Apakah anak tersebut harus terus menerus diberi obat kejang?
STEP 3
Infeksi
-Trauma kepala
-Keracunan
-Infark Serebrum
-Idiopatik
-Faktor Genetik
-Gangguan metabolik
-Overdosis
-Tumor otak
3
-Malformasi kongenital
-Menggigit lidah
-Inkontinensia Urin
Kejang:
4
1. Parsial
-P. Sederhana
-P. Kompleks
2. Generalisata
-Tonik klonik
-Absens
-Mioklonik
-Atonik
-Tonik
-Klonik
-Mioklonik
3. Idiopatik
4.
Gol. Barbiturat
-Gol. Hidantoin
-Gol. Oksatolidinhoin
-Gol. Susinitida
-Gol. Karbamazepin
-Gol. Benzodiazepin
-Memiringkan kepala
Riwayat keluarga
6
-Pemeriksaan fisik
STEP 4
-Mengakibatkan:
3. Inhalasi GABA
1. -Cl, Na
-Parsial:
1. Parsial sederhana
-Menggigit lidah
-Inkontinensia Urin
8
Kejang:
4. Parsial
-P. Sederhana
-P. Kompleks
5. Generalisata
-Tonik klonik
-Absens
-Mioklonik
-Atonik
-Tonik
-Klonik
-Mioklonik
6. Idiopatik
9
Gol. Barbiturat
-Gol. Hidantoin
-Gol. Oksatolidinhoin
-Gol. Susinitida
-Gol. Karbamazepin
-Gol. Benzodiazepin
-Memiringkan kepala
Riwayat keluarga
11
-Pemeriksaan fisik
STEP 5
STEP 6
Belajar mandiri
STEP 7
PATOFISIOLOGI
12
Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti
histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan
struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan
fokal pada mebolisme kalium dan asetilkolin dijumpai di antara kejang. Fokus
kejang tampaknya sangat peka hadap asetilkolin, suatu neurotransmitter
fasilitatorik; fokus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin
(Price & Wilson, 2013).
JENIS KEJANG
1. Kejang parsial
15
Kejang parsial atau fokal menduduki 40% sampai 60% epilepsi pada anak.
Lesi fokal pada otak (tumor, infark, disgenesis) dapat menyebabkan kejang
parsial, namun sebagian besar kejang parsial pada anak disebabkan pengaruh
genetic. Kejang umum tonik klonik umum primer dari kejang parsial menjadi
umum, kedua jenis kejang ini penting dibedakan. Sebagian besar anak dengan
epilepsi umum primer atau awitan parsial memiliki dasar genetik untuk
kejangnya, perlu dipikirkan adanya lesi pada otak, terlebih apabila ditemukan
tanda-tanda fokal secara klinis maupun elektrografik. Adanya, aura menunjukan
serangan memiliki awitan fokal. Anak kecil seringkali tidak menyadari adanya
aura atau awitan fokal kejang, dan pengasuh seringkali hanya menyaksikan bagian
umum dari serangan.
Contoh dari perilaku ini adalah menarik-narik baju, meraba-raba benda, bertepuk
tangan, mengecap-ngecap bibir, atau mengunyah berulang-ulang. Pasien mungkin
mengalami perasaan khayali berkabut seperti mimpi. Pasien tetap sadar selama
serangan tetapi umumnya tidak dapat mengingat apa yang terjadi. Kejang parsial
kompleks dapat meluas dan menjadi kejang generalisata (Price & Wilson, 2013).
2. Kejang generalisata
1. Kejang absence
2. Kejang tonik-kionik
3. Kejang demam
Kejang demam jarang terjadi pada epilepsi, dan kejang demam ini
secara spontan sembuh tanpa terapi tertentu. Kejang demam ini
merupakan gangguan kejang yang paling lazim pada masa anak,
dengan prognosis yang sangat baik secara seragam. Namun, kejang
demam dapat menandakan penyakit infeksi akut serius yang mendasari
seperti sepsis atau meningitis bakteria sehingga setiap anak harus
diperiksa secara cepat diamati mengenai penyebab demam yang
menyertai. Kejang demam adalah tergantung umur dan jarang sebelum
umur 9 bulan dan sesudah umur 5 tahun. Puncak umur mulainya
adalah sekitar 14-18 bulan, dan insidennya mendekati 3-4% anak kecil.
Ada riwayat kejang demam keluarga yang kuat pada saudara kandung
dan orang tua, menunjukkan kecenderungan genetik. Penelitian
19
Mekanisme klinik
Terapi
Kejang Parsial
Kejang Umum
Kejang Absans
SINDROM EPILEPSI
2. Pasca trauma
3. Pasca infeksi
27
PENYEBAB KEJANG
1. Cedera kepala
kubik
3. Kelainan metabolik
Hipoglikemia
4) Tumor otak
Epidemiologi
Etiologi
Diagnosa Klinik
Tanda vertigo dan dizziness juga sering didapat terutama pada tumor
swannoma vestibularis, tapi keadaan ini juga bisa disebabkan oleh
tumor yang lainnya.
tanda fokal ini bisa terdapat atau tidak.Gejala lain yang bersifat fokal
termasuk diantarannya hemiparese, kelainan lapang pandang dan
afasia. Tumor yang berbeda lokasinya biasanya memberikan gejala
yang tipikal, seperti contohnya tumor di daerah lobus frontalis
seringnya memberikan sezure, perubahan behaviour, demensia,
kelainan gait, hemiparese. Tumor di lobis oksipital biasanya
memberikan gejala hemianopsia dan kelainan bentuk dari penglihatan.
Lobus temporal biasanya menyebabkan perubahan behaviour termasuk
kelainan bahasa dari hemisfer dominant, olfaktori dan parsial komplek
seizure atau kelainan lapang pandang. Tumor di korpus kalosum
mungkin menyebabkan demensia apabila korpus kalosum anterior
terkena. Perubahan behaviour dan kehilangan memori yang berat yang
menyebabkan sindroma amnesia andaikata daerah splenium terkena.
Tumor di cerebelopontine angle menyebabkan ketulian ipsilateral, baal
pada wajah, kelemahan dan ataksia. Tumor pineal menyebabkan
sindroma parinaud dengan kelainan upgaze dan abnormalities dari
pupilary seperti terjadi pada hidrosefalus.Tumor serebelum
menyebabkan nyeri kepala, ataksia, nistagmus, dan kadang-kadang
nyeri leher. Pengaruh tumor pada basis kranii terhadap saraf kranial
seperti meningioma dari olfaktori groove menyebabkan anosmia.
Meningioma dari nervus optikus menyebabkan hilangnya penglihatan
unilateral. Tumor pituitary menyebabkan hemianopsi bitemporal dari
kompresi kiasma. Kelainan ekstraokuler terjadi pada sinus kavernosus
atau tumor batang otak. Kehilangan pendengaran dan kelemahan wajah
sering terjadi pada akustik neurinoma. Gejala kelainan nervus kranialis
multiple terlihat pada metastase tumor leptomeningeal,
False localizing sign mungkin terjadi karena TTIK yang sering terjadi
adanya parese NVI yang disebabkan karena kompresi nervus abdusens
pada waktu melewati petrosus ridge. Nervus ini peka sekali karena
perjalanannya yang panjang, hemiparese ipsilateral bisa terjadi pada
herniasi unkus yang menyebabkan kompresi pada pedunkel serebral
kontralateral di daerah tentorium.
36
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan
Berdasarkan Lokasi
Berdasarkan Usia
Supratentorial
Infratentorial
Berdasarkan keganasan
Tumor ganas : astrositoma grade III & IV, ependimoma grade I-IV,
oligodendroglioma, medulloblastoma, neuroastrositoma.
Beberapa jenis obat psikotropik dan zat toksik seperti Co, Cu, Pb
dan lainnya dapat memacu terjadinya kejang. Beberapa jenis obat dapat
menjadi penyebab kejang, yang diakibatkan racun yang dikandungnya
atau adanya konsumsi yang berlebihan. Termasuk di dalamnya alkohol,
obat anti-epileptik, opium, obat anestetik dan anti-depresan.
Penggunaan barbiturat dan benzodiazepine dapat menyebabkan
serangan mendadak pada orang yang tidak menderita epilepsi. Sreangan
terjadi setelah 12 24 jam setelah mengkonsumsi alkohol. Sedangkan
racun yang ada pada obat dapat mengendap dan menyebabkan kejang.
PENATALAKSANAAN KEJANG
43
44
1. Karbamazepin
2. Zonisamid
3. Lakosamid
Lakosamid adalah suatu obat yang terkait asam amino yang diteliti untuk
kejang parsial dan sindrom nyeri. Obat ini juga digunakan pada pasien yang
mengalami kejang tonik-klonik generalisata karena dapat diserap dengan baik
oleh tubuh .Aktivitas terletak di enantiomer R (-). Obat ini bekerja dengan
4. Topiramat
5. Golongan Barbiturat
Di samping sebagai sedatif dan hipnotik, golongan barbiturat dapat pula
dimanfaatkan sebagai obat antikonvulsi; dan yang biasa digunakan adalah
barbiturat kerja lama. (long-acting barbiturates). Di sini dibicarakan khasiat
antiepilepsi prototipe barbiturat, fenobarbital, mefobarbital, dan metarbital;
serta primidon yang mirip dengan barbiturat.
Sebagai antiepilepsi fenobarbital menekan letupan di fokus epilepsi.
Barbiturat menghambat tahap akhir oksidasi mitokondria, sehingga
mengurangi pembentukan fosfatase berenergi tinggi. Senyawa fosfat ini perlu
untuk sintesis neurotransmiter misalnya Ch, dan untuk repolarisasi membran
sel neuron setelah depolarisasi
6. Golongan Fenobarbital
48
7. Golongan Hidantoin
obat utama untuk hampir semua jenis epilepsi, kecuali bangkitan lena, adanya
gugus fenil atau aromatik lainnya pada atom C5 penting untuk efek
pengendalian bangkitan tonik-klonik, sedangkan gugus alkil berkaitan dengan
efek sedasinya. Adanya gugus metil pada atom N3 akan mengubah spektrum
aktivitas misalnya mefenitoin, dan hasil N demetilasi oleh enzim mikrosom
hati menghasilkan metabolit yang tidak aktif.
8. Golongan Benzodiazepin
9. Golongan Gabapentin
DAFTAR PUSTAKA
Fuadi, Fuadi . 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Masters
thesis, Diponegoro University
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta. Universitas gajah mada
pers