KELOMPOK 3
PALANGKA RAYA
2015
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis td 170/90mmhg, frekuensi nadi
120x/menit, ireguler, frekuensi napas 24x/menit, suhu 36,5 0c.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan, saat pasien diminta tersenyum tampak mulut tertarik
ke kiri. Saat diminta memejamkan mata pasien dapat memejamkan mata dengan kuat. Pada saat
lidah dijulurkan tampak lidah berdeviasi ke kanan. Posisi tungkai kanan tampak eksorotasi dan
tidak dapat diangkat. Lengan kanan masih dapat diangkat tetapi tidak dapat menahan saat diberi
tahanan kuat oleh dokter. Pasien tidak dapat mengulangi kata-kata yang disebutkan oleh dokter.
Pasien juga tampak cenderung diam. Bila menginginkan sesuatu pasien hanya menunjuk-nunjuk
dan hanya bisa mengucapkan 1-2 kata. Pasien akan marah apabila keluarga tidak memahami
maksudnya.
Kata sulit
- Berdeviasi
- eksorotasi
- d-dimer
- D-dimer
- Irregular
- Compos mentis
Kata kunci
- Laki-laki berusia 61 tahun
- Kelemahan tubuh sisi kanan mendadak
- Hipertensi, DM sejak 12 tahun yang lalu
- Pemeriksaan fisik :
Compos mentis
Td : 170/ 90 mmHg
Nadi : 120x / menit, irregular
Frekwensi nafas : 24x / menit
Suhu : 36,5 oc
- Pemeriksaan neurologis :
Mulut tertarik ke kiri
Lidah berdeviasi ke kanan
Dapat memejamkan mata dengan kuat
Tungkai kanan eksorotasi dan tidak dapat diangkat
Lengan kanan dapat diangkat, tetapi tidak dapat menahan beban
Tidak dapat mengulang kata
Hanya mampu mengucapkan 1-2 kata
- Pemeriksaan lab. :
leukosit = 12.000 g/dl
d-dimer = 1200
Identifikasi masalah
- Laki-laki berusia 61 tahun, 2 hari yang lalu mendadak mengalami kelemasan tubuh sisi
kanan
- Hipertensi dan DM
Analisis masalah
definisi
Patofi-siologi Faktor resiko Prog- nosis Pence-gahan
Peme-riksaan neuro-logi
Hipotesis
- etiologi
Laki-laki berusia 61 tahun mengalami stroke yang menyebabkan kelemahan tubuh sisi
Tata-laksana
Tanda dan gejalaPeme-riksaan fisik
Peme-riksaan penun-jang
kanan
Pertanyaan terjaring
1. Anatomi vaskularisasi otak
2. Anatomi jaras motoris
3. Anatomi pusat bahasa
4. Stroke iskemik
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Tanda dan gejala
e. Factor resiko
f. Pemeriksaan fisik
g. Pemeriksaan neurologi
h. Pemeriksaan penunjang
i. Tatalaksana
j. Prognosis
k. pencegahan
5. Stroke hemoragik
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Tanda dan gejala
e. Factor resiko
f. Pemeriksaan fisik
g. Pemeriksaan neurologi
h. Pemeriksaan penunjang
i. Tatalaksana
j. Prognosis
k. pencegahan
6. Patofisiologi
A. Tungkai kanan eksorotasi dan tidak bisa di angkat
B. Lidah berdeviasi ke kanan
C. Mulut tertarik ke kiri
D. Kelemahan tubuh sisi kanan
7. Hubungan hipertensi dengan stroke
8. Tatalaksana hipertensi pada stroke
9. Hubungan DM dengan keluhan pasien
10. Hubungan fungsi bahasa dengan stroke
11. Hubungan stroke dengan depresi
12. Hemiparesis
a. Definisi
b. Etiologi
c. Tanda dan gejala
d. Patofisiologi
e. Pemeriksaan
f. tatalaksana
13. Perbedaan kelumpuhan UMN dan LMN
14. Nervus facialis dan hipoglosus
15. Penyebab lain kelumpuhan
16. Farmako dinamik dan farmako kinetic obat anti trombotik
17. Intepretasi data pada pemicu dan alasannya
18. Gambaran patologi kerusakan otot pada stroke
19. Kerusakan otak molekuler pada stroke
20. Proses thrombosis dan emboli yang menyebabkan stroke
21. Profil thrombosis pada darah perifer
22. Patofisiologi efek penurunan tekanan darah pada stroke hiperakut
Otak dialiri oleh arteri karotis dan arteri vertebralis yang dimulai arteri ekstrakranial
yaitu aorta atau pembuluh darah besar yang berjalan melalui leher dan dasar
tengkorak untuk mencapai rongga intrakranial. Sistem karotis dikenal sebagai sirkulasi
anterior dan vertebrobasiler dikenal sebagai sirkulasi posterior. Sistem karotis kanan
berasal dari bifurkasio arteri innominata dan kiri berasal dari arkus aorta, batang arteri
karotis internal dari sistem karotis pada bagian atas kartilago tiroid, pada vertebra
servical IV, tidak memberi percabangan pada leher dan wajah, memasuki kranium
melalui kanalis karotikus. Akhir karotis interna dibagi menjadi arteri serebri anterior
dan serebri media.
Arteri karotis kommunis kiri dipercabangkan langsung dari arkus aorta sebelah kiri,
sedangkan a. Karotis kommunis dipercabangkan dari a.innnominata
(brachiocephalica). Dileher setinggi kartilago thyroid arteri karotis kommunis
bercabang menjadi arteri karotis interna dan arteri karotis eksterna dengan arteri
karotis interna lebih posterior dibanding dengan arteri Karotis eksterna. Percabangan dari
kedua arteri ini sering disebut bifurcatio.Karotis mengandung carotid body yang
berespon terhadap kenaikan tekanan partial oksigen arterial (PAO2), aliran darah, PH,
arterial dan penurunan PaCO2 serta suhu tubuh.
Arteri karotis interna bagian intrakranial masuk ke otak melalui kanalis karotikus
berjalan dalam sinus kavernosus mempercabangkan arteri opthalmika untuk n.optikus
dan retina, kemudian akhirnya bercabang menjadi a.serebri anterior dan a. serebri
media, keduanya bertanggung jawab memvaskularisasi lobus frontalis, parietal dan
sebagian temporal
Anterior cerebral arteri berasal dari arteri karotid interna, dibagi atas 3 segmen pada
gambar.2 yaitu :
Arteri lentikulostriata termasuk arteri Heubner dan percabangan basal dari arteri
serebri anterior, arteri Heubner memperdarahi bagian anterior putamen dan nukleus
kaudatus yaitu anteroinferior kapsula interna. Bagian basal memperdarahi bagian
dorsal dan hipotalamus.
Arteri serebri media setelah dipercabangkan oleh arteri karotis interna akan dibagi
menjadi beberapa bagian. Bagian pertama akan berjalan ke lateral diantara atap lobus
medial dan lantai lobus frontalis hingga mencapai fissura lateralis Sylvian, arteriarteri
lentrikulstriata dipercabangkan dari bagian proksimal ini. Arteri lentikulostriata
merupakan arteriarteri perforasi profunda yang merupakan cabang dari arteri
serebri media, arteri ini berjumlah antara 612 arteri yang berfungsi
memvaskularisasi nukleus lentiiformis, nukleus kaudatus bagian caput lateral, globus
pallidus dan kapsula interna bagian bawah. Oklusi salah satu arteri lentikulostriata
menimbulkan infark lakunar.
Middle cerebral artery mensuplai sebagian besar permukaan lateral hemisfer yaitu
bagian superior lobus parietalis dan bagian inferior lobus temporalis dan lobus oksipitalis,
sebagai tambahan juga mensuplai kapsula interna dan basalganglia.
Karakteristik klinis yang didapati pada infark didaerah arteri serebri media
meliputi : hemiplegia kontralateral, hemianestesi dan hemianopsia homonim, deviasi
kepala dan mata ke arah lesi, afasia global.
Arteri serebri posterior merupakan cabang akhir dari a.basilaris. Bagian proksimal
arteri serebri posterior atau bagian prekomunikan (sebelum a. Communicans
posterior) akan bercabang menjadi a.Mesensepali paramedian dan a.Thalamik-sub
talamik yang akan memvaskularisasikan thalamus. Setelah a. kommunikan posterior,
a. serebri posterior akan mempercabangkan a. Thalamogenikulatum dan a. koroid
posterior, yang mana akan memvaskularisasikan talamus, arteri serebri posterior ini
setelah berjalan kebelakang didaerah tentorium serebelli akan bercabang menjadi
devisi anterior yang memvaskularisasi bagian medial lobus temporalis dan devisi
posterior yang memvaskularisasi fissura kalkarina dan daerah parietoocipitalis) pada
gambar 4.Posterior cerebral artery adalah cabang terminal arteri basilaris dan
mensuplai lobus oksipitalis, dan lobus temporalis poteromedial.
Karakteristik klinis yang bisa didapati pada infark didaerah arteri serebri
posterior meliputi : sindrom Weber, sindroma beneikta, dan sindroma.
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu:
Selama keadaan akut dan kesadaran rendah harus diberikan perawatan dalam
keadaan coma. Kebersihan badan termasuk mata dan mulut harus dijaga dengan teliti,
keluar masuk cairan sebaiknya diukur, miksi dirawat sesuai dengan keadaan, defekasi
diatur dengan pemberian gliserin sekali dalam 2 - 3 hari, dekubitus dihindarkan dengan
mengubah sikap berbaring dan membersihkan kulit dengan seksama, suhu badan yang
tinggi diturunkan dengan kompres dingin, jalan pernafasan dijaga supaya tetap lapang,
bila ada lendir tertimbun ditenggorokan perlu dihisap keluar, makanan diberikan
personde, bronchopneumonia dicegah dengan pemberian penstrept 8; 1 dan tindakan
physioterapi seperti nafas buatan dan tapottage ; bila perlu oxygen dapat diberikan.
Untuk mengurangi edema otak dapat diberikan obat-obat corticosteroid dalam satu
rangkaian pengobatan, misalnya dexamethason, 10 mg, intra-vena, diikuti dengan
pemberian 5 mg. tiap 6 jam selama 2 hari pertama, kemudian 5 mg. tiap 8 jam pada hari
ke-3, kemudian tiap 12 jam pada hari ke-4 dan 5 mg. pada hari ke-5. Obat-obat yang
memperbaiki metabolisme sel-sel otak seperti nicholis, encephabol, hydergin dapat pula
membantu.
Sumber :
5. Stroke Hemoragik
a. Definisi
Stroke hemoragik, yang merupakan sekitar 15% sampai 20% dari semua stroke, dapat
terjadi apabila stroke vascular intraserebrum mengalami rupture sehingga terjadi
perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Stroke
hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan otak (disebut hemoragia
intraserebrum atau hematom intraserebrum) atau kedalam ruang subaraknoid, yaitu
ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis stroke yang paling mematikan dan merupakan
sebagian kecil dari stroke total yaitu 10-15% perdarahan intraserebrum dan sekitar 5%
untuk perdarahan subaraknoid. Stroke hemoragik merupakan 15% sampai 20% dari
semua stroke, dapat terjadi apabila lesi vascular intraserebrum mengalami rupture
sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung ke dalam
jaringan otak. Sebagian dari lesi vascular yang dapat menyebabkan perdarahan
subaraknoid (PSA) adalah aneurisma sakular dan malformasi arteriovena (MAV).
b. Etiologi
- Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral ditemukan pada 10% dari seluruh kasus stroke, terdiri dari
80% di hemisfer otak dan sisanya di batang otak dan serebelum. intraserebral adalah
perdarahan di dalam otak yang disebabkan oleh trauma (cedera otak) atau kelainan
pembuluh darah (aneurisma atau angioma). Jika tidak disebabkan oleh salah satu
kondisi tersebut, paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi kronis.
- Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid adalah suatu keadaan dimana terjadi perdarahan di ruang
subarakhnoid yang timbul secara primer. Subarachnoid adalah perdarahan dalam
ruang subarachnoid, ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan tengah
(arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab paling umum
adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri. Perdarahan subarachnoid adalah
kedaruratan medis serius yang dapat menyebabkan cacat permanen atau kematian.
Stroke ini juga satu-satunya jenis stroke yang lebih sering terjadi pada wanita
dibandingkan pada pria.
c. Patofisiologi
Stroke hemoragik disebabkan oleh rupture arteri, baik intraserebral maupun
subarachnoid. Perdarahan intraserebral merupakan penyebab tersering, dimana dinding
pembuluh darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik robek. Hematoma yang
terbentuk akan menyebabkan peningkatan tekanan intracranial (TIK). Perdarahan
subarachnoid disebabkan oleh pecahnya aneurisme atau malformasi arteri vena yang
perdarahannya masuk ke rongga subarachnoid, sehingga menyebabkan vasospasme
sehingga menyebabkan cairan serebrospinal (CSS) terisi oleh darah. Darah di dalam
CSS akan menyebabkan vasospasme sehingga menimbulkan gejala sakit kepala hebat
yang mendadak.
- Perdarahan subarakhnoid
Onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 2 detik sampai 1 menit.
Vertigo, mual, muntah, banyak keringat, mengigil, mudah terangsang, gelisah
dan kejang.
Dapat ditemukan penurunan kesadaran dan kemudian sadar dalam beberapa
menit sampai beberapa jam.
Dijumpai gejala-gejala rangsang meningen
Perdarahan retina berupa perdarahan subhialid merupakan gejala karakteristik
perdarahan subarakhnoid.
Gangguan fungsi otonom berupa bradikardi atau takikardi, hipotensi atau
hipertensi, banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernafasan.
e. Faktor risiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang menyebabkan seseorang menjadi lebih rentan
atau mudah terkena stroke, antara lain :
1. Usia
Usia merupakan faktor risiko yang paling penting bagi semua stroke. Insiden stroke
meningkat secara eksponsial dengan bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun
risiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap 10 tahun (risiko relatif ). Di
Oxfordshire, selama tahun 19811986, tingkat insiden stroke pada kelompok usia
45- 54 tahun ialah 57 kasus per 100.000 penduduk dan pada kelompok usia 85 tahun
keatas terdapat 1.987 kasus per 100.000 penduduk.
2. Jenis Kelamin
Pada pria memiliki kecendrungan lebih besar untuk terkena stroke dibandingkan
dengan wanita, dengan perbandingan 2:1. Walaupun para pria lebih rawan dari pada
wanita pada usia yang lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia
mereka mencapai menopause. Hasil-hasil penelitian menyatakan bahwa hormon
berperan dalam hal ini, yang melindungi para wanita sampai mereka melewati masa-
masa melahirkan anak. Pria berusia kurang dari 65 tahun memiliki risiko terkena
stroke iskemik atau perdarahan intra sereberal lebih tinggi sekitar 20% dari pada
wanita. Namun, wanita usia berapa pun memiliki risiko perdarahan subaraknoid
sekitar 50% lebih besar.30 Menurut data dari 28 Rumah Sakit di Indonesia pada
tahun 2000, ternyata bahwa kaum pria lebih banyak menderita stroke dibandingkan
kaum wanita. Risiko relatif stroke 1,25 kali lebih besar pada pria dibanding wanita.
3. Ras / Suku Bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit putih. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada tahun 2004 di Amerika
terdapat penderita stroke pada laki-laki yang berkulit putih sebesar 37,1% dan yang
berkulit hitam sebesar 62,9% sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar
41,3% dan yang berkulit hitam sebesar 58,7%.27 d. Riwayat Keluarga dan genetika
Kelainan turunan sangat jarang menjadi penyebab langsung stroke. Namun, gen
memang berperan besar dalam beberapa faktor risiko stroke, misalnya hipertensi,
penyakit jantung, diabetes, dan kelainan pembuluh darah. Riwayat stroke dalam
keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke
pada usia kurang dari 65 tahun.19 Anggota keluarga dekat dari orang yang pernah
mengalami PSA memiliki peningkatan risiko 2-5% terkena PSA.
4. Riwayat Stroke
Bila seseorang telah mengalami stroke, hal ini akan meningkatkan terjadinya
serangan stroke kembali/ulang. Dalam waktu 5 tahun, kemungkinan akan terjadi
stroke kembali sebanyak 35-42%.
5. Diabetes Mellitus
Gula darah yang tinggi dapat mengakibatkan kerusakan endotel pembuluh darah
yang berlangsung secara progresif. Pada orang yang menderita Diabetes Mellitus
risiko untuk terkena stroke 1,5-3 kali lebih besar (risiko relatif).
f. Pemeriksaan fisik
- Tanda vital
- Pemeriksaan kepala dan leher (mencari cedera kepala akibat jatuh, bruit karotis,
peningkatan tekanan vena jugularis, dan lain-lain)
- Pemeriksaan fisik umum (yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi,
anemia, paru dan jantung)
h. Pemeriksaan penunjang
- Elektrokardiografi
- Laoratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostatis, gula darah,
urinalisis, analisis gas darah, dan elektrolit)
- Foto toraks ; untuk melihat adanya gambaran kardiomegali sebagai penanda adanya
hipertensi untuk faktor risiko stroke
- CT Scan/MRI : gambaran hipodens/hipointens didapatkan pada stroke iskemik dan
hiperdens/hiperintens pada stroke hemoragik pada T1W1
- Transcranial doppler (TCD) dan Doppler karotis, antara lain untuk melihat adanya
penyumbatan dan patensi dinding pembuliuh darah sebagai risiko stroke
- Analisis cairan serebrospinal jika diperlukan
i. Tatalaksana
FARMAKO
a. Diagnosis dan penilaian gawat darurat
CT Scan dan MRI untuk membedakan stroke iskemik dengan perdarahan
Apabila dicurigai terdapat lesi structural seperti malformasi vascular dan
tumor dapat dilakukan pemeriksaan angiografi CT, venografi CT, CT dengan
kontras, atau MRI dengan kontras, MRA, dan MRV
b. Tata laksana medis perdarahan intrakarnial
Penggangtian faktor koagulasi dan trombosit jika pasien mengalami
defisiensi. Apabila terdapat gangguan koagulasi dapat diberikan :
- Vit K 10 mg intravena pada pasien dengan INR meningkat
- Plasma segar beku (fresh frozen plasma) 2-6 unit
Pencegahan tromboemboli vena dengan stoking elastic
Heparin subkutan dapat diberikan apabila perdarahan telah berhenti (harus
terdokumentasi) sebagai pencegahan tromboemboli vena.
c. Kontrol tekananan darah dan kadar glukosa darah
d. Pemberian antipilepsi apabila terdapat kejang
e. Prosedur/operasi
Indikasi operasi evakuasi bekuan darah secepatnya
Perdarahan serebelum dengan perburukan neurologis
Adanya kompresi batang otak
Hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel
Pada pasien dengan bekuan darah di lobus dengan jumlah >30ml dan
terdapat di 1 cm dari permukaan dapat dikerjakan kraniotomi standar untuk
mengevakuasi perdarahan intrakarnial supratentorial. Drainase ventrikuler
sebagai tata laksana hidrosefalus dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
penurunan kesadaran
NONFARMAKO
a. Rehabilitas dini
Upaya rehabilitasi harus segera dikerjakan sedini mungkin apabila keadaan
pasien sudah stabil. Fisioterapi pasif perlu diberikan bahkan saat pasien masih
diruang intensif yang segera dilanjutkan dengan fisioterapi aktif bila
memungkikan. Apabila terdapat gangguan bicara atau menelan, upaya terapi
wucara bisa diberikan. Setelah pasien bisa berjalan sendiri, terapi fisis dan
okupasi perlu diberikan, agar pasien bisa kembali mandiri. Pendekatan
psikologis terutama berguna untuk memulihkan kepercayaan diri pasien yang
biasanya sangat menurun stelah terjadinya stroke. Kalau perlu dapat diberikan
antidepresi ringan.
b. Tindakan pengawasan lanjutan (follow-up)
Tindakan untuk mencegah stroke berulang dan upaya rehabilitasi kronis harus
terus dikerjakan. Hal ini sebaiknya dilakukan oleh spesialis penyakit dalam yang
mengetahui penatalaksanaan berbagai faktor risiko terjadinya stroke ulangan.
j. Prognosis
Prognosis bervariasi bergantung pada tingkat keparahan stroke dan lokasi serta ukuran
dari perdarahan. Skor dari skala kima Glasgow yang rendah berhubungan dengan
prognosis yang lebih buruk dan mortalitas yang lebih tinggi. Apabila terdapat volume
darah yang besar dan pertumbuhan dari volume hematoma, prognosis biasanya buruk
dan outcome fungsionalnya juga sangat buruk dengan tingkat mortalitas yang tinggi.
Adanya darah dalam ventrikel bisa meningkatkan resiko kematian dua kalinlipat. Pasien
yang menggunakan antikoagulasi oral yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral juga memiliki outcome fungsional yang buruk dan tingkat mortalitas yang
tinggi,
k. Pencegahan
Pencegahan primer pada stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan
mengatasi berbagai factor resiko. Upaya ini ditunjukkan pada orang sehat maupun
kelompok resiko tinggi yang belum pernah terserang stroke. Beberapa
pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
Mengatur pola makan yang sehat
Melakukan olah raga yang teratur
Menghentikan rokok
Menhindari minum alkohol dan penyalahgunaan obat
Memelihara berat badan yang layak
Perhatikan pemakaian kontrasepsi oral bagi yang beresiko tinggi
Penanganan stres dan beristirahat yang cukup
Pemeriksaan kesehatan teratur dan taat advis dokter dalam hal diet dan obat
Pemakaian antiplatelet
Pada pencegahan sekunder stroke, yang harus dilakukan adalah pengendalian faktor
risiko yang tidak dapat dimodifikasi, dan pengendalian faktor risiko yang dapat
dimodifikasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, riwayat TIA,dislipidemia, dan
sebagainya
Sumber :
- Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2007.
- Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis proses-proses
penyakit. Edisi 6 Volume 1. Jakarta:EGC. 2005
- Tanto, Christ et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 jilid II. Jakarta:Media
Aesculapius.2014.
6. Patofisiologi
A. tungkai kanan eksorotasi dan tidak bisa diangkat
Tungkai kanan tampak eksorotasi. Eksorotasi adalah gerakan rotasi ke arah luar.
Tungkai kanan tidak dapat diangkat pada pemicu disebabkan karena lemahnya
otot tungkai. Untuk menggerakkan / mengangkat tungkai dibutuhkan rangsangan
yang adekuat.
Otot mekano reseptor, dll Gangguan di sinapsis (titik penghubung dari 1
neuron ke neuron lain eksitasi ; memperkuat , inhibisi ; memperlambat
rangsang) neuron rangsangan lemah 1. Efektor (asetil colin in aktif)
mengalami defek. Antara reseptor dan efektor harus ada keseimbangan.
Hal ini ini disebabkan karena adanya sumbatan pada arteri serebri anterior.
Kelumpuhan tubuh pada pemicu dapat diakibatkan gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi
Nervus hypoglossus
- 4 : Lemah, otot hanya bisa menghasilkan sedikit gerakan. Bisa melawan gravitasi,
artinya tangan masih bisa bergerak bebas ke atas-bawah, bisa menahan tekanan
hanya saja pada kondisi ini otot tangan seseorang tidak bisa nenahan tekanan yang
kuat. Pada kondisi ini juga seseorang masih bisa mengangkat barang hanya saja
tidak bisa mengangkat barang yang terlalu berat.
- 3 : Lemah, tidak bisa menahan tekanan. Pada kondisi ini seseorang bisa melawan
gravitasi hanya saja tidak bisa menahan tekanan yang diberikan.
- 2 : Lemah, tidak bisa menahan juga melawan gravitasi. Pada kondisi ini seseorang
hanya mampu menggerakan tangan atau kakinya bergeser ketika dia berbaring.
Tidak bisa mengangkat tangan atau kaki ke atas.
- 1 : Sangat lemah. Pada kondisi ini tangan atau kaki hanya bisa sedikit melakukan
pergeseran, dapat dikatakan pada kondisi ini seseorang hapir lumpuh.
- 0 : Lumpuh, pada kondisi ini tangan atau kaki seseorang sama sekali tidak bisa
melakukan gerakan. Pada kondisi ini otot sama sekali tidak punya kekuatan (plegia).
Lemahnya otot tubuh pada manusia disebut dengan parese atau Paresis. Paresis
ini dibagi menjadi 4 yaitu
1. Monoparesis : Lemah salah satu anggota gerak. Bisa tangan kanan saja, tangan kiri
saja, kaki kanan saja atau hanya lemah kaki kiri saja.
2. Paraparesis : Lemah sepasang anggota gerak. Bisa kedua tangan lemah atau hanya
kedua kaki saja yang lemah.
3. Tetraparesis : Lemah semua anggota gerak. Semua anggota gerak sepasang kaki dan
juga sepasang tangan lemah.
4. Hemiparesis : Lemah satu sisi anggota gerak. Bisa tangan dan kaki kanan saja. Bisa
tangan dan kaki kiri saja.
Tingkat lemahnya anggota gerak seseorang bisa dilihat secara kasat mata ataupun
melalui cek secara medis.
HEMIPARESIS
- Hemiparesis kanan
Hemiparesis kanan terjadi jika kerusakan otak terdapat pada sisi kiri. Sisi kiri otak
adalah bagian yang mengontrol perihal berbicara dan bahasa. Orang yang memiliki
hemiparesis jenis ini mengalami kesulitan untuk berbicara dan memahami apa yang
orang lain katakan.
- Hemiparesis kiri
Hemiparesis kiri terjadi jika kerusakan otak terdapat di sebelah kanan. Sisi kanan
otak adalah bagian yang mengontrol proses belajar, beberapa jenis perilaku juga
komunikasi non verbal. Kerusakan otak pada sisi kiri menyebabkan seseorang
berbicara secara berlebihan (cerewet), kurangnya perhatian juga memilki ingatan
yang pendek.
- Ataxia
Ataxia adalah hemiparesis yang disebabkan cedera otak belakang. Cedera ini dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengkoordinasikan gerakan, hal ini
dapat menyebabkan kesulitan berjalan dan mengalami gangguan keseimbangan
tubuh.
Hemiparesis murni
Hemiparesis ini adalah hemiparesis yang sering terjadi. Orang yang mengalami
hemiparesis jenis ini mengalami kelemahan pada kaki, lengan juga otot wajah.
Sumber :
- Usrin, Irwan. Pengaruh Hipertensi Terhadap Kejadian Stroke Iskemik dan Stroke
Hemoragik di Ruang Neurologi di Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
Bukittinggi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
2013.
- Andromeda, Ayu Ardilla. Hubungan Hipertensi Tidak Terkontrol dengan Kejadian
Stroke Ulang di RS Umum Daerah Sukoharjo. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Surakarta. 2014.
Sebagian besar (70-94%) pasien stroke mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
>140/90 mmHg. Penelitian di Indonesia didapatkan kejadian hipertensi serta pasien
stroke akut sekitar 73,9% sebesar 22,5-27,6% diantaranya mengalami peningkatan
tekanan darah sistolik >180mmHg.
Penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut sebagai tindakan rutin tidak
dianjurkan, karena memungkinkan dapat memperburuk neurologis. Pada sebagian besar
pasien tekanan darah akan turun dengan sendirinya dalam 24 jam pertama setelah awitan
serangan stroke. Berbagai Guidelines (AHA/ASA 2007 dan Eso 2009)
merekomendasikan penurunan tekanan darah yang tinggi pada stroke akut agar
dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan beberapa kondisi di bawah ini :
a. Pada pasien stroke iskemik akut, tekanan darah diturunkan sekitar 15% (sistolik
maupun diastolic) dalam 24 jam pertama setelah awitan, apabila tekanan darah
sistolik (TDS)>220 mmHg atau tekanan darah diatolik (TD) >120 mmHg. Pada
pasien stroke iskemik akut akan diberi terapi trombonolitik (rtPA), tekanan darah
diturunkan hingga TDS<185 mmHg dan TD <110mmHg. Selanjutnya, tekanan
darah harus dipantau hingga TDS<180 mmHg dan TTD <105 mmHg selama 24
jam setelah pemberian rtPA. Antihipertensi yang digunakan adalah labelatol,
nitroprusid, nikardipin, atau dilitiazen intravena.
b. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral akut, apabila TDS>200 mmHg atau
Mean Arterial Pressure (MAP) >150 mmHg, TD diturunkan dengan
menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu dengan pemantauan
darah setiap 5 menit.
1. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg disertai dengan gejala dan
tanda peningkatan TIK, dilakukan pemantauan tekanan darah. Tekanan darah
diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi intravena secara kontinu
atau intermiten dengan pemantauan tekanan perfusi serebral >60 mmHg.
2. Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa disertai gejala dan
tanda peningkatan TIK, TD diturunkan secara hati-hati dnegan menggunakan
obat antihipertensi intravena kontinu atau intermiten dengan pemantauan
tekanan darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau tekanan darah
160/90 mmHg. Pada studi INTERACT 2010, penurunan TDS hingga 140
mmHg masih diperbolehkan.
c. Pada pasien stroke perdarahan intraserebral dengan TDS 150-220 mmHg,
penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS 140 mmHg cukup aman.
Setelah kraniotomi target MAP adalah 100 mmHg.
d. Penanganan nyeri termasuk upaya penting dalam penurunan tekanan darah pada
penderita stroke perdarahan intraserebral.
e. Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan penyekat beta (labelatol dan
esmolol), penyakit kanal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena, digunakan
dalam upaya diatas.
f. Hidralasin dan nitropisid sebaiknya tidak digunakan karena mengakibatkan
penimgkatan TIK, meskipun bukan kontra-indikasi mutlak.
g. Penuruanan TD darah pada stroke akut dapat dipertimbangkan hingga lebih
rendah drai target-target diatas pada kondisi tertentu yang mengancam target
organ lainnya, misalnya diseksi aorta, infark miokard akut, edema paru, gagal
ginjal akut, dan ensefalopati hipertensif. Target penurunan tersebut adalah 15-25
% pada jam petama, dan TDS 160/90 mmHg dalam 6 jam pertama.
Sumber :
Tanto, Christ et al. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 4 jilid II. Jakarta:Media
Aesculapius.2014.
b. Etiologi
Sumbatan aterosklerosis
Pendarahan intrakranial
Inflamasi karena bakteri dan virus
c. Tanda gejala
Kelumpuhan wajah anggota badan
Gangguan sensabilitas pada satu atau lebih anggota badan
Perubahan mendadak status mental
Ataksia
Vertigo ,mual,dan muntah
d. Patofisiologi
Mekanisme hemiparese dextra/sinistra:
SUMBER:
Tutorial Sistem Neuropsikiatri. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar. (https://www.scribd.com/doc/179303048/Laporan-Hemiparese-doc)
1. Seluruh gerakan, baik yang voluntary maupun yang reflektotik tidak dapat
dibangkitkan. Ini berarti bahwa kelumpuhan disertai oleh :
Hilangnya reflex tendon
Tak adanya reflaks patologik
2. Karena lesi LMN ini, maka bagian eferen lengkung reflex, berikut gamma
loop tidak berfungsi lagi, sehingga:
Tonus otot hilang
3. Musnahnya motoneuron berikut dengan aksonnya berarti pula bahwa
kesatuan motoric runtuh, sehingga:
Atrofi otot cepat terjadi
Sumber :
1. Hartwig, M. S., L. M. Wilson. 2007. Nyeri. Dalam: Price, S. A., L. M. Wilson. 2007.
PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Terjemahan
B. U. Pendit, et.al. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 1063-1104.
2. Emma Lloyd. What is a cerebral infacrtion [online] [cited 2011 Aug 5] [1screen]. Available
from:URL: http://wisegeek.comwhat-is-a-cerebral-infarction.htm
3. Burns, D. K., V. Kumar. 2007. Sistem Saraf. Dalam: Kumar, V., R. S. Cortran, dan S. L.
Robbins. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Terjemahan B. U. Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. pp: 903-948.
Sunardi. Computed Tomography Scan (CT Scan) dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) Pada Sistem Neurologis. [online] [cited 2010 Apr 01] [1 screen]. Available
from:URL: http://www.docstoc.comdocs18556421Computed- Tomography-Scan-
%28CT-Scan%29-dan-Magnetic-Resonance-Imaging
Anatomi N. facialis
Inti moturik Nervus Facialis terletak pada bagian ventolateral tegmentum Pons bagian
bawah. Dari sini berjalan kebelakang dan mengelilingi inti N VI dan membentuk genu
internal nervus facialis, kemudian berjalan ke bagian-lateral batas kaudal pons pada
sudut ponto serebelar. Saraf Inter Medius terletak pada bagian diantara N VII dan N VIII.
Serabut motorik saraf Facialis bersama-sama dengan saraf intermedius dan saraf
vestibulokoklearis memasuki meatus akustikus internus untuk meneruskan perjalanannya
didalam os petrosus (kanalis facialis). Nervus Facialis keluar dari os petrosus kembali
dan tiba dikavum timpani. Kemudian turun dan sedikit membelok kebelakang dan keluar
dari tulang tengkorak melalui foramen stilomatoideus. Pada waktu ia turun ke bawah dan
membelok ke belakang kavum timpani di situ ia tergabung dengan ganglion genikulatum.
Ganglion tersebut merupakan set induk dari serabut penghantar impuls pengecap, yang
dinamakan korda timpani. juluran sel-sel tersebut yang menuju ke batang otak adalah
nervus intennedius, disamping itu ganglion tersebut memberikan cabang- cabang kepada
ganglion lain yang menghantarkan impuls sekretomotorik. Os petrosus yang mengandung
nervus fasialis dinamakan akuaduktus fallopii atau kanalis facialis. Disitu nervus facialis
memberikan. Cabang untuk muskulus stapedius dan lebih jauh sedikit ia menerima
serabut-serabut korda timpani. Melalui kanaliskulus anterior ia keluar dari tulang
tengkorak dan tiba di bawah muskulus pterigoideus eksternus, korda timpani
menggabungkan diri pada nervus lingualis yang merupakan cabang dari nevus
mandibularis. Sebagai saraf motorik nervus facialis keluar dari foramen stilomastoideus
memberikan Cabang yakni nervus auricularis posterior dan kemudian memberikan
cabang ke otot stilomastoideus sebelum masuk ke glandula Parotis. Di dalam glatldula
parotis nervus facialis dibagi atas lima jalur percabangannya yakni temporal, servical,
bukal, zygomatic dan marginal mandibularis. Jaras parasimpatis (General Viceral
Efferant) dari intinya di nucleus salivatorius superior setelah mengikuti jaras N VII
berjalan melalui Greater petrosal nerve dan chorda Tympatni.
Chorda tympani berjalan melalui nervus lingualis berganti neuron mempersarafi glandula
sublingual dan glatldula submandibular.
Jaras Special Afferent ( Taste) : dari intinya nukeus solitarius berjalan melalui nervus
intennedius ke :
Greater petrosal Nerve melalui nervus palatina mempersarafi taste dari palatum.
Chorda Tympani melalui nervus lingualis mempersarafi taste 2/3 bagian depan lidah.
Kelumpuhan N. Facialis
Impuls motoric yang dihantarkan oleh n. facialis bisa mendapat gangguan di lintasan
supranuklear, nuclear, dan intranuklear. Pada kerusakan karena sebab apapun dijaras
kortikobulbar atau bagian bawah korteks motoric primer, otot wajah muka sisi
kontralateral akan memperlihatkan kelumpuhan jenis UMN. Ini berarti bahwa otot wajah
bagian bawah tampak lebih jelas lumpuh daripada bagian atasnya. Sudut mulut sisi yang
lumpuh tampak lebih rendah daripada bagian atasnya. Lipatan nasolabial sisi yang umpuh
mendatar. Jika kedua sudut mulut disusruh diangkat, maka sudut mulut yang sehat saja
yang dapat terangkat. Otot wajah bagian dahi tidak menunjukkan kelemahan yang berarti.
Juga tanda Bell( lagoftalmus dan elevasi bola mata) tidak dapat dijumpai. Pada
kelumpuhan Fascialis UMN, subdivisial inti facialis yang mengurusi otot wajah alis atas
mendapat inervasi kortikal secara bilateral, sedangkan subdivisi facialis yang mengurusi
otot wajah lainnya hanya mendapatkan inervasi kortikal secara kontralateral saja.
Lesi LMN bisa terletak dipons, disudut serebelo-pontin, dios petrosum atau kavum
timpani, di foramen stilomastoideum dan pada cabang-cabang tepi n. facialis. Lesi dipons
yang terletak didaerah sekitar inti nervus abdusens bisa merusak akar n. facialis , inti n.
abducen dan fasikulus longitudinalis medialis. Karena itu paralisis facialis LMN akan
disertai kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik kearah lesi. Proses
patologik disekitar meatus akustikus internus melibatkan n. facialis dan akustikus. Maka
dalam hal tersebut, paralisis facialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli
ipsilateral dan ageusia (tidak bisa mengecap 23 anterior lidah).
Nervus hipoglosus berinti di nukleus hipoglosus yang terletak disamping bagian dorsal
fasikulus longitudinalis medialis pada tingkat kaudal medulla oblongata. Radiksnya
melintasi substansia rerikularis di samping fasikulus longitudinalis medialis, lemniskus
medialis dan bagian medial piramis. Dileher ia turun kebawah melalui tulang hyoid. Dari
situ ia membelok ke medial dan menuju ke lidah, melewati arteria karotis interna dan
eksterna dan terletak dibawah otot digastrikus dan stilohioideus. N. hipoglosus
mempersarafi otot-otot lidah. Kontraksi otot stiloglosus menggerakan lidah keatas dan
kebelakang. Jika otot genioglosus berkontaksi, lidah keluar dan menuju kebawah. Kedua
otot longitudinal memendekkan dan mengangkat lidah bagian garis tengah.
Kelumpuhan N. Hipoglosus
Lesi hipoglosus sering terletak di perifer maka atrofi otot cepat terjadi. Garis tengah
menjadi cekung , belahan lidah yang lumpuh menjadi tipis dan keriput. Pada kelumpuhan
unilateral, lidah akan menyimpang kesisi yang lumpuh apabila lidah digerakkan. Karena
lidah berperan dalam mekanisme menelan dan artikulasi , maka gejala gejala
kelumpuhan paralisis nervus hipoglosusberupa sukar menelan dan bicara pelo. Kedua
gejala itu lebih-lebih mengganggu jika kelumpuhannya bilateral. Bicara pelo dapat juga
terjadi walaupun lidah tidak lumpuh namun keluluasannya terbatas karena frenula lingua
mengikat lidah sampai ujungnya. Dalam hal tersebut huruf mati sukar diucapkan
sebagaimana mestinya. Penderita hemiparesis kiri atau kanan, kebanyakan menjadi pelo
pada tahap dini setelah mengidap stroke. Kemudian gangguan artikulasi itu hilang. Lain
halnya bila terdapat kelumpuhan unilateral lower motoneuron,penderitanya akan tetap
pelo. Proses patologik yang sering menganggu bagian perifer nervus hipoglosus ialah
infiltrasi karsinoma nasofaring, siringobulbi, dan infeksi retrofaringeal.
Sumber :
Soepardi, dkk. 2003. Penkatalaksaan Penyakit dan Kelainan Telinga Hidung
Tenggorok Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
Djamil, Yulius. 2003. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press
Lumbantobing. 2003. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
- Aspirin
Menghambat sintesi trombaksan A2 (TXA2) di dalam trombosit dan prostasiklin di
pembuluh darah dengan menghambat darah secara irreversibel enzim siklooksigenase
(akan tetapi siklooksigenase dapat dibentuk kembali oleh sel endotel) dosis afektif aspirin
80-320 mg/hari. Efek samping aspirin:
Rasa tidak enak diperut
Mual
Pendarahan saluran cerna
Obat ini dapat menggangu hemostasis pada tindakan operasi dan bila diberikan
bersama heparin atau anti-koagulan oral dapat meningkatkan resiko pendarahan.
- Dipridamol
Menghambat ambilan metabolisme adenosin oleh eritrosit dan sel endotel pada
pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam plasma. Dipridamol
memperbesar efek anti agregasi prostasiklin. Untuk menghambat agregasi trombosit kira-
kira 10% pasien mengalami flushing dan sakit kepala, maka sering diberikan dosis
dipridamol yang lebih kecil bersama aspirin atau anti-koagulan oral. Efek samping yang
paling sering yaitu sakit kepala, biasanya jarang menimbulkan masalah dengan dosis
yang digunakan sebagai anti-trombotik. Biovailabilitas obat ini sangat bervariasi lebih
dari 90% dipridamol terikat protein dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Masa penuh
eliminasi 1-12 jam.
- Tiklopidin
Menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP. Inhibisi maksimal agregasi
trombosit baru terlihat setelah 8-11 hari terapi. Manfaat tiklopidin untuk mencegah
kejadian vaskular pada pasien TIA, stroke, dan angina pektoris tidak stabil.
Efek samping:
Mual
Muntah
Diare
Pendarahan
Leukopenia
Dosis tiklopidin umumnya 250 mg/2 kali sehari, tiklopidin terutama bermanfaat
untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi aspirin.
- Klopidogrel
Obat ini sangat mirip dengan tiklopidin dan nampaknya lebih jarang menyebabkan
trombositopenia dan leukopenia dibandingkan tiklopidin. Klopidogrel merupakan
prodrug dengan mula kerja lambat dosis umumnya 75 mg perhari.
- -bloker
- Penghambat glikoprotein IIb/IIIa
Merupakan integrin permukaan trombosit, yang merupakan reseptor untuk fibrinogen
dan faktor von willebrand, yang menyebabkan melekatnya trombosit pada perukaan asing
dan antar trombosit, sehingga terjadi agregasi trombosit.
Absikasimab
Merupakan antibodi monoklonal chimeric mencit/manusia. Bekerja memblokade
reseptor glikoprotein IIb/IIIa sehingga menghambat agregasi trombosit. Efek samping
antar lain pendarahan dan trombositopenia.
Integrilin
Suatu peptida sintetik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor glikoprotein
IIb/IIIa. Dosis diberikan sebagai bolus 135-180 g/kgBB diikuti dengan 0,5-3,0
gram/kgBB/menit untuk sampai 72 jam. Efek samping antara lain perdarahan dan
trombositopenia
Sumber :
Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI. 2007
Pemeriksaan neurologis
1. Pasien diminta tersenyum tampak mulut tertarik ke kiri
Bells palsy (paralisis wajah) adalah paralisis saraf fasialis (Nervus VII) yang
dikarenakan keterlibatannya pada salah satu sisi, yang mengakibatkan kelemahan atau
bahkan kelumpuhan otot wajah. Penyebabnya idiopatik, meskipun kemungkinan
penyebab dapat meliputi iskemik vaskuler, penyakit virus seperti herpes zoster, penyakit
autoimun, atau bahkan kombinasi dari semua faktor ini.
2. Saat diminta memejamkan mata pasien dapat memejamkan mata dengan adekuat
Hal ini biasanya dilakukan untuk mengetahui tanggapan/respon membuka mata pada
pemeriksaan Skala Koma Glasgow. Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa
respon pasien masih baik.
3. Pada saat lidah dijulurkan tampak lidah berdeviasi ke kanan
Hal ini biasanya dilakukan pada pemeriksaan saraf kranial Nervus XII, Hypoglosal.
Pasien diminta menjulurkan lidahnya yang berdeviasi ke arah sisi yang lemah jika
terdapat lesi upper atau lower motorneuron unilateral. Lesi UMN dari Nervus XII
biasanya bilateral dan menyebabkan lidah imobil dan kecil. Kombinasi lesi UMN
bilateral dai Nervus IX, X, XII disebut kelumpuhan pseudobulbar.
4. Posisi tungkai kanan tampak eksorotasi dan tidak dapat diangkat
Biasa dilakukan pada pemeriksaan rangsang meningeal seperti Kernig sign dan Lasegue
sign.
Kernigs sign
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada
persendian panggul sampai membuat sudut 90. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 terhadap
paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135, maka
dikatakan Kernig sign positif.
Lasegue sign
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai
diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi)
persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam keadaan
ekstensi (lurus). Pada keadaan normal dapat dicapai sudut 70 sebelum timbul rasa sakit
dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70 maka
disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60.
5. Lengan kanan masih dapat diangkat tetapi tidak dapat menahan saat
diberitahanan kuat
Biasanya dilakukan pada pemeriksaan sistem motorik, terutama pada sistem gerakan
volunter.
6. Pasien tidak dapat mengulangi kata-kata yang disebutkan oleh dokter. Pasien juga
tampak cenderung diam
Biasanya dilakukan pada pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale) untuk menilai
respon verbal/berbicara. Penilaiannya antara lain :
(5) : orientasi baik
(4) : bingung, berbicara mengacau ( sering bertanya berulang-ulang ) disorientasi tempat
dan waktu.
(3) : kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam
satu kalimat. Misalnya aduh, bapak)
(2) : suara tanpa arti (mengerang)
(1) : tidak ada respon
Pemeriksaan Laboratorium
Sumber :
Glikogen adalah sumber energi utama di otak dan tersimpan dominan di astrosit
sehingga adanya gangguan fungsi sel menyebabkan iskemik sel otak semakin berat.
(Pelinka LE et al, 2003). Beberapa jam setelah cedera otak, astrosit pada daerah
tersebutt menjadi hipertrofi dan proliferasi, disebut astrogliosis reaktif .
Sumber :
Stroke adalah suatu tanda klinis yang ditandai defisit neurologi fokal atau global
yang berlangsung mendadak selama 24 jam atau lebih atau kurang dari 24 jam yang
dapat menyebabkan kematian, yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah.
Stroke
Berdasarkan kelainan patologis, stroke dapat dibagi menjadi:1-3,5
a. Stroke hemoragik
i. Perdarahan intra serebral
ii. Perdarahan ekstra serebral (sub-arakhnoid)
b. Stroke non-hemoragik
i. Trombosis serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan
lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini menyebabkan
iskemia.Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses
oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.
ii. Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi ateromatus
yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan kecil dapat
terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat lain dalam aliran
darah. Bila embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi
tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan infark jaringan
otak distal karena kurangnya nutrisi dan oksigen. Emboli merupakan 32% dari
penyebab stroke non hemoragik.
Trombosis serebri terjadi dikarenakan adanya trombus yang menyumbat
pembuluh darah yang perlahan pada arteri atau kapiler yang mendarahi otak. Faktor
risiko tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
Ras/ bangsa : Afrika/ Negro, Jepang dan China lebih sering terkena stroke.
Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada usia
muda, maka yang bersangkutan berisiko tinggi untuk menderita stroke.
2. Yang dapat dikontrol :
Hipertensi
Diabetes Melitus
Fibrilasi Atrial
Post Stroke
Abnormalitas lipoprotein
Perokok
Peminum alkohol
Hiperhomosisteinemia
Obesitas/ kegemukan
Sumber :
Setiabudy, Rahajuningsih D., 2007. Hemostasis dan Trombosis. Ed 3. Jakarta : FK
UI