Talawaan.1
penguasa alam yang disebut Empung dan cara memberi persembahan yang
dilakukan di kebun pada waktu memetik padi atau di rumah pada waktu naik
pada hati babi dan lain-lain sebagainya, maka semuanya ini memberi bukti dan
harta kawin, mapalus dan lain-lain boleh dikatakan sama. Juga dengan nama kaum
yang disebut sehari-hari (Vaam) terdapat banyak kesamaaan yang mana semata-
mata merupakan keaslian nama kaum sejak dahulu kala seperti: Mandagi,
28
Dotulung, Pangemanan, Pangau, Tangkilisan, Moniaga, Datulangi, Suawah,
Therok dan banyak yang lain-lain lagi. Demikian juga dengan bahasanya apabila
Barlei = rumah dan lain-lain yang dipandang memiliki banyak persamaan. Dan
dapat dibuktikan bahwa kedua hal tersebut adalah serumpun. Dengan bukti-bukti
dan kenyataan-kenyataan itu, maka dapat diakui bahwa semua anak suku-anak
suku tersebut memang mempunyai hubungan dari para moyangnya pada masa
lampau.2
Budaya secara harfiah berasal dari bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki
arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang. 3 Selain itu budaya atau
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan
dengan budi dan akal manusia. Adapun kebudayaan merupakan suatu yang agung
dan mahal, tentu saja karena kebudayaan tercipta dari hasil rasa, karya, karsa, dan
cipta manusia yang semuanya itu merupakan sifat yang hanya ada pada manusia.
Tak ada mahluk lain yang memiliki anugrah itu sehingga ia merupakan sesuatu
2 Clark Wissler,1923. Man and Culture. New York: Thomas Y. Crowell Company. Pg. 40
3JWM Bakker. 1999. Filsafat Kebudayaan, Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 11
29
Menurut Koentjaraningrat, budaya adalah keseluruhan sistem gagasan
tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-
b) Aktivitas (tindakan)
manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem
sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling
didokumentasikan.
4 Leslie White,1949. The Science of Culture: A Study of Man and Civilization. New York: Grove
Press. pg. 88.
30
c) Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh:
wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas)
a) Kebudayaan material
Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan
5 Leslie White,1949. The Science of Culture: A Study of Man and Civilization. New
York: Grove Press. pg. 26
31
Masyarakat etnik Bantik adalah masyarakat yang berkesenian. Masyarakat
etnografis menunjukkan bahwa di dunia ini tidak ada satu masyarakatpun yang
terus menerus. Pada awalnya, kesenian Mahamba ini dikenal dalam kalangan
ini merupakan nyanyian asli yang tumbuh dan berkembang dari kalangan
Mahamba adalah seni tari dan menyanyi yang terdiri dari sejumlah orang.
Kesenian Mahamba ini diperankan oleh kaum tua, muda, lelaki, wanita, rakyat
dan kepala rakyat. Semua bebas mengangkat kata-kata nyanyian secara bergantian
dan berbalas-balasan. Syair dan pantun yang dinyanyikan adalah hal-hal mengenai
kebangsaan, tanah air, kejadian dahulu kala, permohonan kepada Tuhan, pujian
pada sesuatu yang baik, kandungan kalbu, segala kejadian dan keadaan dalam
6Rohidi, 2000. Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan. Bandung: STSI Bandung. hal. 93.
32
bulan, bintang dan sebagainya, sehingga dengan cara berbalas-balasan pada
kesenian ini lahir dari budaya masyarakat etnik masing-masing. Sebagai contoh,
Maengket pada awalnya adalah nyanyian pada saat kelompok pekerja berjalan
menuju lahan atau ladang secara berbaris berbanjar, pada saat itu, seseorang yang
dituakan atau pemimpin kelompok memulai suatu nyanyian atau pantun dan
kemudian dibalas oleh anggota yang lain dan dinyanyikan serempak sampai tiba
ditempat pekerjaan atau ladang, bahkan sambil bekerja, mereka pun tetap
kesenian Mahamba secara khusus Mahamba Imbasan, yang mana lahir dan
berkembang dari bentuk-bentuk tradisi sosial budaya masyarakat etnik Bantik itu
Asal usul kesenian Mahamba sebagai satu seni tradisional suku Bantik,
Bantik.
pemukiman. Dalam keadaan ini, mereka yang terpisah memendam perasaan saling
33
merindukan perjumpaan, pertemuan dan persatuan kembali suku Bantik yang
yang terpisah maka dirayakan secara bersama dalam bentuk seni tradisi yang
upacara atau perayaan yang membahagiakan, termasuk naik rumah baru, panen
awalnya digubah oleh para leluhur suku Bantik. Oleh karena pada zaman dahulu
1. Mahamba Imbasan
Mahamba Imbasan adalah kesenian Mahamba yang dipandang sebagai asal
34
Imbasan adalah nyanyian asli masyarakat etnik Bantik. Nyanyian asli yang
Imbasan ini maka lirik dan syair, melodi, tema serta beberapa gerakan tarian
turunannya.
2. Mahamba MURI
Mahamba MURI adalah nyanyian kesenian Mahamba yang dibuat pada
filosofi dan budaya yang tersirat dalam nyanyian Mahamba Imbasan sebagai
nyanyian asli pada awalnya. Nyanyian Mahamba MURI ini berbeda dengan
35
maksud memenuhi kebutuhan tertentu (MURI), sehingga pada
terdiri dari sejumlah penyanyi berpasangan (pria dan wanita) dan seorang
pemimpin yang disebut Kapel. Secara umum, kesenian Mahamba Bantik ini
sebagai salah satu content kelompok mata pelajaran estetika (Kesenian dan
Keterampilan untuk SD, dan Seni Budaya untuk SMP dan SMA) dengan
adalah kesenian Mahamba yang diperluas atau dikembangkan dari sisi tema
atau kelompok penyaji Mahamba Kreasi Baru adalah berbeda antara satu
36
dengan yang lain sedangkan penyajian dalam Mahamba Imbasan dan
1) Pembukaan
Bagian ini merupakan bagian pembuka atau penghormatan kepada hadirin
atau tamu dalam penyajian kesenian Mahamba. Bagian ini lebih berbentuk
doa kepada Tuhan sebagai bentuk syukur atas pertemuan yang terjadi pad
saat itu. Bagi masyarakat suku Bantik masa lalu, bagian ini lebih berbentuk
Mahamba ini disajikan untuk kepentingan apa seperti naik rumah baru,
untuk sebagian orang menyebut dengan istilah tarian Mahamba ataupun nyanyian
Mahamba, akan tetapi kedua unsur ini terkandung dalam kesenian Mahamba dan
37
masing-masing unsur ini tergabung menjadi satu, ataupun dapat ditampilkan salah
satu, dan tetap dalam makna Mahamba itu sendiri. Secara umum, kesenian
Mahamba mengandung unsur nyanyian dan gerakan, yang mana berdasarkan tema
sebagai berikut.
a) Mamondou
Mamondou, oleh masyarakat Bantik dipandang sebagai salah satu bentuk
kesenian Mahamba yang hanya dinyanyikan oleh satu orang tanpa tarian.
Tema syair yang diangkat berupa kerinduan yang terpendam dalam kalbu,
dengan jenis-jenis yang lain. Bagi masyarakat Bantik masa lalu, tipikal
perhiasan emas, manik-manik dan gelang yang terbuat dari gading. Dalam
suasana alam, atau berupa ungkapan kasih sayang dari orang tua kepada
anaknya.
d) Dandi Tirorou
38
Nyanyian ini umumnya dilantunkan pada saat berkebun atau berladang.
manakala mereka sedang bekerja ditengah hutan rimba. Nyanyian ini harus
bahwa suara nyaring terkadang untuk mengusir rasa takut karena bekerja
pekerjaan.
e) Papurungan
Papurungan lebih berbentuk musik instrumental perkusif, di mana dalam
sebagainya.
f) Mberei-mberei
Mberei-mberei adalah nyanyian peperangan yang bertema kepahlawanan.
berperang. Nyanyian ini dapat digunakan pula pada saat menuju medan
suku Bantik dipandang memiliki daya tarik yang kuat untuk mendorong
39
Adapun bentuk syair kesenian Mahamba Bantik didasarkan pada sejarah
dan kehidupan sehari-hari masyarakat suku Bantik itu sendiri, terkait dengan adat
kerukunan. Ketiga hal ini menjadi inti dari ungkapan atau ekspresi melalui syair
kelompok yang satu dengan yang lain, maka tema kerinduan, persatuan,
Bantik untuk berkumpul. Selain itu tema kerinduan sepasang kekasih dapat
wanita tidak boleh bersenda gurau dengan kaum pria, demikian sebaliknya
dan dibatasi oleh perkataan yang sopan dan hanya seperlunya saja.
40
Sedangkan orang yang lebih tua, tidak diperkenankan bergurau secara kasar
perkawinan yang disepakati oleh orang tua kedua belah pihak, akan tetapi
apabila tidak disetujui oleh sang pemuda atau pemudi maka perkawinan
orang suruhan (wanita yang sudah lanjut umur) yang disebut Rarampan
bersifat nasihat orang tua kepada anak, nasihat orang tua terhadap rumah
depan orang tua, maka harus membungkuk hormat pertanda permisi atau
memohon diberikan jalan untuk lewat. Selain itu, saling tegur sapa antara
satu dengan yang lain, diangkat pula sebagai tema dalam syair kesenian
Mahamba.
f) Kematian
41
Perilaku masyarakat Mahamba Bantik dalam kaitannya dengan peristiwa
kematian (duka) umumnya diangkat pula sebagai tema dalam syair kesenian
yang berdukacita.
g) Kegembiraan
Tema kegembiraan tampak pula dalam syair kesenian Mahamba. Tema
ucapan syukur atas hasil panen, kelahiran anak, pernikahan, naik rumah
suku Bantik yang terpisah dan hidup di daerah pemukiman yang berbeda.
Hal ini sangat identik dan menjadi ciri khas utama dalam syair-syair
royong seperti berkebun, mendirikan rumah, pesta suka, acara duka dan
berlomba dalam hal yang sifatnya rajin dan disiplin, tidak menghiraukan
42
kedudukan dan sebagainya dan bekerja dengan rajin dan ramai. Tema
gotong royong ini yang umumnya diangkat sebagai syair dalam kesenian
berkebun.
i) Kepahlawanan
Tema kepahlawanan diangkat pula sebagai syair dalam kesenian Mahamba.
menceritakan tentang bagaimana kedua orang tua yang tidak memiliki anak
bentuk yaitu formasi untuk bagian Pembukaan, Inti dan Penutup. Terkadang pada
43
bagian pembuka, dapat tercipta 1 bentuk dasar formasi dan beberapa bentuk yang
hanya merupakan salah satu bentuk formasi di antara sekian banyak formasi yang
memasuki pentas dan memberikan salam kepada penonton. Bagian pembukaan ini
Diagram II.1
Keterangan Diagram II.1
Formasi ini adalah bagian di mana para penyaji memasuki pentas dan
melakukan penghormatan. Para penyaji masuk dari samping, diikuti oleh kapel.
bergerak ke depan penonton dan penyaji pria dan wanita berbalik menyamping
menghadap penonton. Pada saat kapel berada pada posisi mengantar penyaji
44
Diagram II.2
Keterangan Diagram II.2
Pada bagian ini, kapel mulai bergerak menuju ke depan pentas berhadapan
badan menyamping menghadap penonton dengan posisi wanita di depan, dan pria
berada di belakang.
b. Inti
Bentuk-bentuk formasi atau pola lantai berikut ini adalah bagian inti dalam
penyajian kesenian Mahamba Bantik versi MURI. Uraian-uraian berikut ini dibagi
pada 11 pola lantai (formasi) yang digunakan dalam penyajian kesenian Mahamba
45
Diagram II.3
Pada bentuk pola lantai ini, kapel berada di bagian tengah depan menghadap
kelompok penyaji pria dan wanita. Kelompok pria berada di belakang kelompok
bergandengan tangan. Kedua kelompok ini bergerak berlawanan arah dalam posisi
gerakan improvisasi.
Diagram II.4
pria dan wanita tidak bergandengan tangan lagi, dan selanjutnya bersama-sama
46
Diagram II.5
Selanjutnya, pada posisi ini, kedua kelompok ini secara berpasangan sambil
gerakan-gerakan improvisatif.
Diagram II.6
47
Keterangan Diagram II.6
improvisatif, bergerak dari arah depan menuju bagian tengah ruang kosong di
Diagram II.7
oleh kelompok wanita, sedangkan lingkaran sebelah luar oleh kelompok pria.
Pada posisi ini, kapel berada di tengah-tengah lingkaran sebelah dalam oleh
kelompok wanita. Kedua kelompok ini, yakni pria dan wanita yang membentuk
lingkaran, melakukan gerakan tarian sambil menghadap ke arah kapel sebagai titik
48
Diagram II.8
Pada formasi ini, bentuk pola lantai tidak berubah, akan tetapi posisi penyaji
pria menghadap ke arah luar, di mana sebelumnya menghadap ke arah kapel yang
berada di tengah lingkaran dalam penyaji wanita. Dalam posisi ini, penyaji pria
dalam gerakan melingkar berlawanan arah. Dalam posisi ini, kapel masi tetap
49
Diagram II.9
Pada posisi ini, penyaji pria kembali berbalik arah menghadap lingkaran
dalam penyaji wanita. Masing-masing kelompok penyaji pria dan wanita tetap
Diagram II.10
50
Keterangan Diagram II.10
Diagram II.11
Pada posisi ini, terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam pola lantai
yang terbentuk. Semua penyaji baik pria, wanita dan kapel menghadap ke arah
sebelah luar, sedangkan kelompok penyaji wanita berada di sebelah dalam. Kapel
pada posisi ini berada di bagian tengah depan kelompok penyaji memberikan aba-
51
aba gerakan-gerakan berikutnya. Secara serempak, semua penyaji dan kapel
melakukan gerakan maju dan mundur sebagaimana ditunjukkan oleh arah panah.
Diagram II.12
Posisi yang ditunjukkan pada Diagram II.12, penyaji pria dan wanita
kembali pada posisi awal di mana penyaji pria berada di belakang sedangkan
penyaji wanita berada di depan. Posisi kapel berada di depan kelompok penyaji
Diagram II.13
52
Keterangan Diagram II.13
Pada posisi ini, kelompok penyaji pria dan wanita membentuk posisi agak
melengkung sedangkan kapel berada di tengah depan. Posisi ini merupakan akhir
dari bagian inti penyajian kesenian Mahamba, sebagai persiapan menuju bagian
c. Penutup
Diagram II.14
Pada posisi ini, kapel bergerak dari arah tengah depan menuju ke samping
sambil memberikan aba-aba kepada kelompok penyaji pria dan wanita untuk
meninggalkan pentas. Posisi penyaji pria dan wanita masih menghadap kearah
depan penonton. Setelah kapel berada pada bagian samping, secara serempak
kelompok penyaji pria dan wanita menghadap ke samping, searah dengan kapel.
53
Diagram II.15
kelompok penyaji untuk meninggalkan pentas. Kelompok penyaji pria dan wanita
Diagram II.16
54
Keterangan Diagram II.16
Bagian yang ditunjukkan pada diagram II.16 merupakan posisi akhir semua
kelompok penyaji baik pria dan wanita beserta kapel. Pada posisi ini, kelompok
Bantik
a) Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Sebagai contoh, kesenian
anaknya.
c) Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan, kritik sosial,
55
media komunikasi, penyampaian pesan-pesan sosial, tradisi dan sebagainya.
dengan kesenian lain. Kesenian Mahamba dalam hal ini misalnya, pada saat
pertemuan, pesta suka, ataupun pada saat bekerja, berkebun dan sebagainya.
Demikian pembahasan mengenai kesenian Mahamba Bantik, yang mana
dimaksudkan sebagai dasar dan titik tolak untuk memahami karakteristik kesenian
56