Asuhan Keperawatan Kretinisme Dwarfisme
Asuhan Keperawatan Kretinisme Dwarfisme
Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Kretinisme Dan Dwarfism
A. Definisi
1. Kreitinisme (cebol)
Kreitinisme adalah kurangnya kelenjar pituitary mensekresi HGH, sehingga berdampak pada
fisik anak- anak.
Tanda dan gejala pada anak- anak:
Pertumbuah fisik lambat, seperti TB, BB.
Menurunnya pertumbuhan gigi.
Nafsu makan bertambah tetapi BB berkurang.
Menurunnya kematangan hormone gonad.
Tubuh berperawakan pendek, kurang dari TB normal.
Wajah sesuai umur
2. Dwarfisme (kerdil)
Dwarfisme adalah gangguan pertumbuhan akibat gangguan pada fungsi hormon. Dwarfisme
tidak sama dengan kretinisme. Gejalanya berupa badan pendek, terdapat penipisan tulang,
muka dan suara imatur (tampak seperti anak kecil), pematangan tulang yang terlambat,
lipolisis (proses pemecahan lemak tubuh) yang berkurang, peningkatan kolesterol total /
LDL, dan hipoglikemia. Biasanya intelengensia / IQ tetap normal kecuali sering terkena
serangan hipoglikemia berat yang berulang.
Contoh : Adul
B. Manisfestasi Klinis
Gejala yang ditimbulkan oleh Kretinisme dan Dwarfisme memiliki perbedaan yaitu :
Kretinisme Dwarfism
TB kurang dari normal. Wajah imatur
Postur tubuh tidak proporsional. Suara anak- anak.
Wajah lebam. Bentuk kepala mikrochepal.
Hidung, bibir, dan lidah lebar. Hidung menonjol.
Ekor mata tidak sejajar dengan telinga. Postur tubuh proporsional.
BB meningkat dengan otot yang lembek. Penipisan tulang panjang.
Rambut kepala kasar dan rapuh. Tulang kecil dan rapuh.
Pertumbuhan gigi menurun. Tidak ada penurunan IQ.
Suara parau. Dislokasi sendi.
Wajah mengikuti umur.
Biasanya terjadi penurunan IQ.
Susah konsentrasi.
Gangguan system indra.
Keterlambatan pubertas.
Sering konstipasi.
Kulit kering dan keriput.
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan kelainan ini antara lain mencakup:
Riwayat penyakit.
Seperti adanya factor resiko potensi penyakit yang lain, seperti tumor, kanker, osteoporosis,
dll
Riwayat trauma kepala.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita pasien, serta riwayat adanya
terkena radiasi.
Sejak kapan keluhan dirasakan.
Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa balita sedangkan defisiensi gonadotropin
nyata pada masa pra remaja.
Kaji adanya keluhan yang terjadi sejak lahir.
Misalnya apakah orang tua pernah membandingkan pertumbuhan fisik anaknya dengan anak-
anak sebayanya yang normal.
Kaji TTV dasar.
Untuk perbandingan dengan hasil pemeriksaan yang akan datang.
Kaji pertumbuhan klien.
Timbang dan ukur BB, TB klien saat lahir serta bandingkan pertumbuhan tersebut dengan
standar.
Keluhan utama klien.
o Pertumbuhan lambat
o Ukuran otot dan tulang kecil
o Tanda- tanda sex sekunder tidak berkembang
Amati bentuk dan ukuran tubuh, dan juga pertumbuhan rambut.
Palpasi kulit, pada wanita biasanya terdapat kulit yang kering dan kasar.
Kaji dampak perubahan fisik.
Apakah klien sudah mampu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
2. Faktor Resiko
Faktor resiko yang mungkin muncul:
a. Hipotiroid yang berdampak pada kekurangan yodium.
b. Kelainan hipofisis, misal adanya tumor.
c. Konsumsi obat tertentu tanpa petunjuk tim medis ketika hamil.
d. Konsumsi obat tertentu ketika anak berusia kurang dari 2 tahun.
e. Autoimun.
f. Genetic.
g. Gizi buruk.
h. GDS yang menurun.
i. Gaya hidup bisa juga pada makanan yang tidak terkontrol.
3. Pemeriksaan
a. Anamnesis
Antenatal, Natal dan Postnatal, adanya keterlambatan pertumbuhan dan maturasi dalam
keluarga (pendek, menarche), penyakit infeksi kongenital, KMK (Kecil Masa Kehamilan),
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik
Antropometri (TB, BB, Lingkaran Kepala, Lingkaran dada, panjang lengan, panjang kaki)
Ukur TB dan BB ayah, ibu dan saudara-saudaranya
Head to toe
Pemerisaan neurologis
Pemeriksaan pendengaran
Tes IQ menggunakan teori perkembangan Denver
c. Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium : Darah lengkap rutin, serologic urea dan elektrolit, calcium, fosfatase, T4 dan
TSH, GH (growth Hormone)
o Pemeriksaan GDS
o Test HGH
o Rontgen untuk mengetahui:
Adanya penipisan tulang / kemunduran kematangan sel.
Pemeriksaan adanya dislokasi sendi.
Pemeriksaan keadaan jantung, hepar dan ginjal untuk melihat adanya toksik.
o X-Ray :
Bone Age (umur tulang)
Rasional: Pertumbuhan TB yang lebih dominan terlihat adalah pada tulang belakang, kaji ada
kelainan atau tidak.
Ajarkan tekhnik nafas distraksi relaksasi secara sederhana.
Rasional: mengurangi nyeri pada klien apabila tiba- tiba datang nyeri dan spasme otot.
Kolaborasi pemberian analgetik.
Rasional: analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
d. Gangguan eliminasi b.d konstipasi
Tujuan : gangguan eliminasi tidak terjadi
Kriteria hasil:
Pola eliminasi BAB normal.
Tidak terjadi konstipasi lagi.
Intervensi:
o Kaji dan catat frekuensi, warna dan konsistensi feces
Rasional : Untuk mengetahui ada atau tidaknya kelainan yang terjadi pada eliminasi fekal.
o Auskultasi bising usus
Rasional : Untuk mengetahui normal atau tidaknya pergerakan usus.
o Anjurkan klien untuk minum banyak dan sering.
Rasional: Untuk merangsang pengeluaran feces.
o Kolaborasi dalam pemberian terapi pencahar (Laxatif).
Rasional : Untuk memberi kemudahan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi.
Rasional : pemberian kompres hangat merangsang penurunan panas melalui efek kerja
konduksi.
Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang tipis hindari penggunaan selimut yang tebal.
Rasional : baju tipis akan mudah menyerap keringat sehingga mengurangi penguapan.
Kolaborasi pemberian antipiretik
Rasional : antiperik bekerja untuk menurunkan panas dengan bekerja pada hipotalamus untuk
rangsangan penurunan panas.
f. Gangguan wicara b.d disfungsi neiurologis
Tujuan : Proses komunikasi klien berfungsi secara optimal.
Kriteria hasil:
Terciptanya suatu komunikasi yang efektif dimana kebutuhan klien dapat terpenuhi.
Klien dapat merespon komunikasi dari orang lain.
Intervensi:
Berikan metode altrnatif komunikasi , misalnya gambar.
Rasional: klien akan tertarik dengan gambar yang diberikan, dan akan merangsang
komunikasi yang lebih efektif.
Antisipasi kebutuhan klien saat komunikasi.
Rasional: klien akan merasa diperhatikan saat kebutuhan komunikasinya terpenuhi.
Bicara dengan klien dengan bahasa yang mudah dimengerti, dengan jawaban ya atau
tidak
Rasional: Agar klien memahami dan mengerti terhadap apa yang di tanyakan.
Anjurkan kepada keluarga klien untuk berkomunikasi setiap saat.
Rasional: Komunikasi yang teru menerus akan meningkatkan rangsangan kepada klien untuk
berkomukasi lagi.
Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi.
Rasional: dengan menghargai klien, klien akan merasa diperhatikan dan lebih merasa percaya
diri lagi.
Kolaborasi latihan bicara dengan fisioterapis.
Rasional: Agar terjadi kesinambungan yang terlatih antara otot mulut dan saraf otak sehingga
berjalan dengan baik.