Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AGAMA BUDDHA

TENTANG PATICCASAMUPPADA
KELOMPOK II
OLEH :
Meithalia Chandra (153304020280)
Natasia Andini (153304010181)
Natasya (153304020713)
Cindy Claudia (153310010049)

DOSEN PENGAMPU : Lilies Anie, S.Ag., M.Pd


KATA PENGANTAR

Namo Sanghyang Adi Buddhaya


Namo Buddhaya

Terpujilah Sanghyang Adi Buddha Tuhan Yang Maha Esa, Sang Tri Ratna, serta
Boddhisatva-Mahasatva karena berkat pancaran cinta kasih yang tanpa batas serta
dukungan karma baik akhirnya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini
yang merupakan salah satu tugas dalam mata kuliah Agama Buddha yang diampu oleh
Lilies Anie, S.Ag., M.Pd
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik dari
sekarang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama
mahasiswa Universitas Prima Indonesia

Sadhu.. Sadhu.. Sadhu..


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Pemahaman Paticcasamuppada
B. Dasar Dasar Paticcasamuppada
C. Rumusan Patticcasamuppada

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagian besar timbulnya berbagai macam perubahan, persoalan, pertikaian,


pemberontakan, peperangan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta
teknologi bukanlah terjadi secara kebetulan atau timbul begitu saja tanpa
terlebih dahulu ada penyebabnya. Namun rangkaian timbul, berlangsung dan
lenyap merupakan salah satu bentuk proses dari hukum alam semesta.

Dalam kitab suci Tripitaka banyak dituliskan saat-saat ketika Sang Pertapa
Sidharta Gotama berhasil memahami hukum sebab musabab yang saling
bergantungan (Paticcasamuppada), akhirnya Beliau berhasil mencapai
penerangan sempurna (Samma-Sambuddha). Akan tetapi hal yang terpenting
adalah proses pemahaman hukum itu sendiri yang terjadi sesaat sebelum
pencapaian penerangan sempurna. Para Buddha telah mencapai penerangan
sempurna mereka melalui proses ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat kita ketahui

permasalahannya yaitu:

a. Pengertian paticcasamuppada.

b. Dasar-Dasar paticcasamuppada.

c. Rumusan paticcasamuppada.

C. Tujuan Makalah
a. Mengetahui pengertian paticcasamuppada.

b. Mengetahui dasar-dasar, dan rumusan paticcasamuppada.


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Paticcasamuppada

Paticca samuppada (bahasa Pali:paticcasamuppda; bahasa


Sanskerta: (prattyasamutpda); Hanyu: )
berarti Hukum Sebab-Musabab yang saling bergantungan merupakan salah
satu ajaran terpenting dalamagama Buddha.

Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan


semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisa dan merenungkan
Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama(yang pada saat itu masih
menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]

Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia

Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam pas

1. Pengertian dasar

Kata Paticcasamuppada mempunyai arti:

Paticca : Tinggal/menempati
Sam : Siap
Uppada : Timbul
Samuppada : Siap timbul/muncul bersamaan

Paticcasamuppada berarti keadaan yang menempati siap untuk


timbul/muncul bersamaan karena syarat-syarat berantai. Atau sering
diterjemahkan Hukum sebab musabab yang saling bergantungan
(Dependent compraduction; dependent oregination). Segala sesuatu di
dalam kehidupan tidak ada yang timbul, terjadi atau lenyap secara tiba-
tiba (spontan), tanpa didahului sesuatu sebab dan akibat, tetapi
semuanya saling bergantungan. Baik dalam bentuk benda, kejadian,
perbuatan, pikiran dan lain-lainnya.

2. Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana


adalah:

Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61)[2]

B. Dasar dasar Paticcasamuppada


Sang Buddha Gotama menerangkan hukum ini dalam suatu rangkaian yang terdiri atas dua be

Imasming sati idam hoti, imasuppada idam uppajjati.

Imasmim asati idam na hoti, imassanirodha imam nurujjhati.

Dengan adanya ini, adalah itu; dengan timbulnya ini, timbullah itu.

Dengan tidak adanya ini, tidak adanya itu; dengan lenyapnya ini, lenyaplah itu.

Contoh: bila digoreskan sebatang korek api, timbullah api dan bersamaan api itu muncul juga:

Hawa panas
Cahaya terang

Asap api

Dengan memahami seluruh fenomena seluruh kehidupan ini, agama Buddha memandangnya s

Tidak dapat dipikirkan akhir roda tumimbal lahir, tidak dapat dipikirkan lagi asal mula makhluk

Sehubungan dengan masalah asal mula dan sebab pertama (kausa prima) ini, Sang Buddha Go

Di pihak lain dalam Paticcasamuppada itu diperlihatkan pula berhentinya segala rangkaian per

Paticcasamuppada ini adalah untuk memperlihatkan kebenaran dari keadaan yang sebenarnya

C. RUMUSAN PATICCASAMUPPADA

1. Hukum Paticcasamuppada

Paticcasamuppada terbagi menjadi 7 (tujuh) bagian:

a) Tayo-addha : 3 masa

b) Dvadasangani : 12 faktor

c) Visatakara : 20 cara

d) Tisandhi : 3 hubungan

e) Catusankhepa : 4 bagian

f) Tini-vattani : 3 lingkaran

g) Dve-mulani : 2 akar

PENJELASAN

PATICCASAMUPPADA BAGIAN PERTAMA TAYO-ADDHA ATAU 3 MASA:

Addha merupakan waktu yang lama dan tidak ada berakhir dari Paticcasamuppada yang terba

1) Atita-addha atau Atita-kala dimaksudkan waktu yang telah lalu, termasuk pula waktu dala
Lokiya-kusala. Moha disini adalah Avijja itu sendiri. Berbuat baik atau jahat, tentunya disertai c

2) Paccuppanna-addha atau paccuppanna kala dimaksudkan waktu yang sekarang, yang sa


timbul. Dengan adanya 8 faktor ini yang sedang ada dalam saat ini maka dapat melakukan ses

3) Anagata-addha atau anagata-kala dimaksudkan waktu yang akan datang. Anagata addh
manusia, dewa, brahma sesuai dengan kusala-karma yang dimiliki yang disebut Jati atau Upatt

PATICCASAMUPPADA BAGIAN KEDUA: DVASANGANI ATAU 12 FAKTOR

Dvasangani adalah 12 faktor, dari Avijja sampai Jaramarana yang akan menyebabkan timbulny

Yang akan menjadi sebab utama adalah adanya Avijja (kebodohan batin) yang akan bergabung

1) Faktor Pertama :Avijja

Dengan adanya Avijja timbullah Sankhara atau lebih dikenal dengan sebutan Avijja Paccaya Sa

a) Anana Lakhana: tidak berpengetahuan tentang Panna sebagai sifatnya.

b) Sammohana Rasa: keadaan orang dalam kebodohan (moha) sebagai pengendali pikirann

c) Chadana Paccupatthana: keadaan sembunyi obyek sebagai hasil.

d) Asava Paddatthana: asava adalah sebab yang terdekat

Sankhara yang telah menjadi akibat adanya Avijja ini dibagi menjadi tiga bagian:

a) Apunnabhisankhara:kehendak yang jahat. Yang menjadi sebab adanya cetana dari kekua

b) Punnabhisankara: kehendak yang baik. Yang menjadi sebab adanya cetana yang terbeba

c) Anenjabhisankhara: kehendak yang tidak tergoyahkan. Sebagai akibat dari pikiran samad

Sankhara sebagai hasil dari Avijja juga ada tiga bagian lain yaitu:

a) Kaya Sankahra: kehendak yang terbentuk dari kayaduccarita (kejahatan badan jasmani)

b) Vaci Sankhara: kehendak yang terbentuk dari vaciduccarita (kejahatan dari perkataan) da

c) Citta Sankhara: kehendak yang terbentuk dari manoduccarita (kejahatan dari pikiran) dan
Dalam Sutta Pitaka diterangkan, sankhara 3 adalah:

a) Kaya-Sankhara: pembentukan badan jasmani, yaitu assasa, passasa (keluar dan masukny

b) Vaci- Sankhara: pembentukan kata-kata yaitu Vitaka dan Vicara (pikiran dan perenungan

c) Citta-Sankhara: pembentukan pikiran, yaitu sanna dan vedana (pencerapan dan perasaan

Kesimpulannya adalah Avijja adalah sebagai sebab yang terbentuk dari moha dan menjadi akib

2) Faktor Kedua: Sankhara

Dengan adanya sankhara (bentuk-bentuk karma), maka muncullah vinnana (kesadaran) atau s

Sankhara yang menjadi sebab menimbulkan vinnana itu, mempunyai LAKKANADICATUKKA (4 m

a) Abhisankharana Lakkhana: mempunyai kehendak seperti sifatnya.

b) Ayuhana rasa: berusaha menimbulkan patisandhi vinnana atau berusaha menimbulkan

c) Cetana paccupatthana : berniat menimbulkan hingga selesai sebagai hasil

d) Avijja padatthana: mempunyai avijja sebagai sebab yang terdekat.

3) Faktor Ketiga : Vinnana

Dengan adanya Vinnana (kesadaran), maka muncullah nama-rupa (batin-jasmani) atau Vinnan

Vinnana yang menjadi sebab menimbulkan nama-rupa itu, mempunyai Lakkhanadicatukka (4 m

a) Vijanana Lakkhana: mengetahui obyek sebagai sifatnya

b) Pubbangama Rasa: menjadi pemimpin dari cetasika dan kammaja rupa sebagai pekerjaa

c) Patisandhi Paccupatthana : mempunyai hubungan antara kehidupan yang lalu dengan ke

d) Sankhara Padatthana: ada sankhara 3 sebagai sebab akibat.

4) Faktor Keempat: Nama-rupa

Dengan adanya nama-rupa (batin-jasmani), maka muncullah salayatana (6 indera bagian bada
Nama mempunyai Lakkhanadicatukkha (4 macam pembawaan) sebagai berikut:

a) Namana Lakkhana: mempunyai ketundukkan obyek sebagai sifatnya.

b) Sampayoga Rasa: bersekutu dengan vinnana dan timbul bersama sebagai pekerjaan.

c) Avinibhoga Paccupatthana:tidak dapat berpisah dengan citta sebagai hasil.

d) Vinnana Padatthana: ada vinnana sebagai sebab yang terdekat.

Rupa mempunyai lakkhanadicatukkha (4macam pembawaan) sebagai berikut:

a) Ruppana Lakkhana: ada pencairan dan kepadaman sebagai sifatnya.

b) Vikirana Rasa: ada pemisahan keluar dari citta sebagai pekerjaan.

c) Abhyakata Paccupatthana: ada keadaan netral, yaitu tidak tahu obyek sebagai hasil.

d) Vinnana padatthana: ada vinnana sebagai sebab yang terdekat.

5) Faktor Kelima :Salayatana

Dengan salayatana (6 indera bagian dalam), maka muncullah phassa (kesan-kesan) atau salay

Salayatana yang menjadi sebab menimbulkan phassa itu, mempunyai lakkhanacicatukkha (4 m

a) Ayatana Lakkhana: ada persentuhan atau ada menimbulkan lingkarang tumimbal lahir ya

b) Dassana Rasa: memegang obyek dengan erat sebagai pekerjaan.

c) Vatthuttarabhava paccupatthana: mempunyai vatthu yang menjadi dvara dari vinnana-dh

d) Nama-rupa Padatthana: ada cetasika dan kammajarupa sebagai sebab yang terdekat.

Dalam perjalanan ini, salayatana yang menjadi sebab menimbulkan phassa adalah ajjhattikaya

Phassa yang menjadi paccayupanna dharma dari salayatana adalah passa 6 yaitu:

a) Cakkhusamphassa dapat timbul karena ada cakhhavayatana menjadi sebab

b) Sotasamphassa dapat timbul karena ada sotayatana menjadi sebab

c) Ghanasaphassa dapat timbul karena adanya ghanayatana menjadi sebab

d) Jivhasamphassa dapat timbul karena adanya jivhayatana menjadi sebab.


e) Kayasamphassa dapat timbul karena ada kayatana menjadi sebab

f) Manosamphassa dapat timbul karena ada manayatana menjadi sebab

6) Faktor Keenam :Phassa

Dengan adanya phassa (kesan-kesan), maka muncullah vedana (perasaan) atau phassa paccay

Phassa yang menjadi sebab menimbulkan vedana itu, mempunyai Lakkhanadicatukka (4 maca

a) Phussana Lakkhana : ada kesan terhadap obyek sebagai sifatnya

b) Sanghattana Rasa: ada kerjasama antara citta dengan arammana sebagai perkerjaan

c) Sangati Paccupatthana: ada hubungan dekat antara vatthu, arammana dan vinnana seba

d) Salayatana Padatthana: ada ajatthikayatana 6 sebagai sebab terdekat.

Bila menurut dvara ada 6, yaitu vedana yang timbul melalui cakkhu, sota, ghana, jivha, kaya d

Vedana yang timbul melalui cakkhu disebut cakkhusamphassajavedana, demikian pula seterus

7) Faktor ketujuh: Vedana

Dengan adanya vedana (perasaan), maka muncullah tanha (keinginan rendah) atau vedana pa

Vedana yang menjadi sebab tanha itu mempunyai lakkhanacatuka (4 macam pembawaan) seb

a) Anubhavana lakkhana : ada pencerapan terhadap obyek sebagai sifatnya

b) Visayarasasambhoga rasa: ada cerapan rasa sebagai pekerjaan

c) Sukhadukkha paccupatthana: ada perasaan derita dan senang sebagai hasil

d) Phassa padatthana : ada phassa sebagai sebab terdekat.

8) Faktor kedelapan: tanha

Dengan adanya tanha (keinginan rendah), maka munculla Upadana (kemelekatan) atau tanha

Tanha yang menjadi sebab menimbulkan upadana itu mempunyai lakkhanacatukka (4 macam
a) Hetu lakkhana: menjadi sebab menimbulkan derita sebagai sifatnya.

b) Abhinandana rasa: mempunyai kesenangan dan kemelakatan terhadap arammana, bhum

c) Atittabhana paccupatthana: mempunyai ketidakpuasan terhadap segala obyek sebagai h

d) Vedana padatthana: ada vedana sebagai sebab yang terdekat

Tanha dengan obyek kesenangan dan kemelekatan terbagi menjadi enam :

Rupa tanha; keinginan akan bentuk

Sadda tanha: keinginan akan suara

Gandha tanha: keinginan akan bau

Rasa tanha: keinginan akan rasa

Photthannha tanha: keinginan akan sentuhan

Dhamma tanha: keinginan akan kesan-kesan pikiran.

Tanha yang sedang berlangsung ada tiga macam:

a) Kamma tanha: keinginan nafsu indera, keinginan akan kesenangan-kesenangan indera.

b) Bhava tanha: keinginan untuk penjadian/ menjelma berdasarkan kepercayaan tentang ad

c) Vibhava tanha: keinginan untuk memusnahkan diri berdasarkan kepercayaan, bahwa set

9) Faktor kesembilan: upadana

Dengan adanya Upadana (kemelekatan), maka muncullah Bhava (penjelmaan) atau Upadana P

Upadana yang menjadi sebab menimbulkan bhava itu mempunyai lakkhanadicatukka (4 macam

a) Gahana lakkhana: mempunyai kemelekatan sebagai sifat

b) Amunca rasa: tidak melepaskan sebagai pekerjaan

c) Tanhadalhatta ditthi paccupatthana: ada tanha yang mempunyai tenaga yang mantap da

d) Tanha padatthana: ada tanha sebagai sebab terdekat

10) Faktor kesepuluh :bhava

Dengan adanya Bhava (penjadian), maka muncullah Jati (tumimbal lahir) atau bhava paccaya j
Bhava yang menjadi sebab menimbulkan kati itu mempunyai lakkhana catukka (4 macam pem

Bagian kamma-bhava:

a) Kamma lakkhana : ada perbuatan sebagai sifatnya

b) Bhavana rasa: ada perbuatan yang menimbulkan sebagai pekerjaan

c) Kusala-akusala paccupatthana : ada kusala dan akusala sebagai hasil.

d) Upadana padatthana: ada upadana sebagai sebab yang terdekat.

Bagian uppatti bhava:

a) Kammaphala lakkhana: ada akibat dari perbuatan sebagai sifatnya.

b) Bhavana rasa: ada menimbulkan sebagai pekerjaan

c) Abyakata paccutthana : ada abyakata Dhamma sebagai hasil.

d) Upadana padatthana: ada upadana sebagai sebab yang terdekat.

11) FAKTOR KESEBELAS: JATI

Dengan adanya jati (tumimbal lahir), maka muncullah jara-marana (ketuaan dan kematian) ata

Jati yang menjadi sebab menimbulkan jara-marana itu mempunyai lakkhanacatukka (4 macam

a) Tattha tattha bhave pathamabhinibbatti lakkhana: ada timbul yang pertama dalam kehid

b) Niyyatana rasa: ada penerusan dari khanda 5 dan mempunyai batas dalam suatu kehidu

c) Atittabhavato idha unmajjana paccupatthana : ada kebangkitan dalam kehidupan ini dari

d) Upacita namarupa padatthana: ada nama rupa yang timbul pertama sebagai sebab terde

12) faktor keduabelas :jara-marana

Jara marana yang menjadi faktor keduabelas ini, tidak dapat menjadi sebab menimbulkan pacc

Jara marana ini mempunyai lakkhanadicatukka (4 macam pembawaan) sebagai berikut:


a) Khandhaparipaka lakkhana: ada kekuatan dan kelapukan dari khandha yang muncul dala

b) Maranupanayana rasa: ada menuju mendekati kematian sebagai pekerjaan.

c) Yobbannavinasa paccupatthana : ada kemusnahan sebagai hasil

d) Paripaccamana rupa padatthana: ada materi sedang menjalani ketuaan/kelapukan sebaga

Makna tiap-tiap Nidana/penjelasan Nidana:

I. Nidana kehidupan yang lalu yang mempengaruhi kehidupan yang sekarang adalah:

1. Avijja adalah kegelapan batin, tidak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang tid

2. Sankhara adalah bentuk-bentuk karma yang baik dan tidak baik, akibat dari avijja. Kehendak

II. Bagian (IIa) Nidana kehidupan yang lalu yang membuat nidana kehidupan sekarang:

3. Vinnana adalah kesadaran, permulaan dari kehidupan dalam bentuk buah/akibat (vipaka) be

4. Nama-rupa adalah batin dan jasmani. Dengan batin (nama) disini dimaksud tiga khandha pe

5. Salayatana adalah enam landasan indriya. Penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap

6. Passa adalah hubungan antara enam landasan indriya dengan suatu obyek/kesan-kesan.

7. Vedana adalah perasaan, yang muncul dari kesan-kesan mati, kesan lidah, kesan telinga, ke

Bagian (IIb) Nidana kehidupan sekarang yang mempengaruhi kehidupan yang akan datang :

8. Tanha adalah kehausan yang tiada habis-habisnya, mencari kepuasan di sana-sini. Kehausan

a) Kamatanha yaitu kehausan akan kesenangan indriya

b) Bhavatanha yaitu kehausan akan penjelmaan

c) Vibhavatanha yaitu kehausan akan pemusnahan diri

9. Upadana adalah kemelekatan/ikatan, terdiri dari 4 jenis :

a) Kamupadana Yaitu Kemelekatan Pada Kesenangan Indriya: Bentuk-Bentuk, suara, wangi-w

b) Silabatupadana yaitu kemelekatan pada kepercayaan tahayul bahwa upacara keagamaan

c) Attavadupadana yaitu kemelekatan akan kepercayaan adanya roh yang kekal dan terpisa

d) Ditthupana yaitu kemelekatan pada pandangan salah, umpamanya: memberi sedekah tid
10. Bhava yaitu arus penjelmaan, yang merupakan proses rangkap, yaitu:

a) Proses kamma (kammabhava) ialah munculnya bentuk-bentuk kamma yang menyebabka

b) Proses tumimbal lahir (upapattibhava) yaitu buah-buah kamma (vipaka). Proses penjelma

III. Nidana kehidupan yang akan datang, disebabkan Nidana yang sekarang:

11. jati yaitu kelahiran, penitisan baru (tumimbal lahir) sebagai akibat dari arus karma dan aru

12. jara-marana yaitu jara = lapuk, umur tua; marana = mati. Jara-marana ialah mata rantai d

Rumusan Paticcasamuppada ialah memperlihatkan adanya punnabhava yaitu tumimbal lahir

peranan hukum karma, yaitu: kedudukan lampau yang mempengaruhi, kehidupan sekarang ya

Dalam kitab Visudhi Magga XVII;579 berbunyi sebagai berikut:

Tiga lipat terjalin oleh sebab akibat. Terdiri dari empat tahap dan dua puluh jari roda tumimba

Dalam kitab suci Visudhi magga XVII:581 berbunyi sebagai berikut:

Selama babak roda (kilesa vatta) tidak dimusnahkan, semua syarat tidak akan musnah dan ak

Catatan:

Lima sebab yang lampau (Atita Hetu) = tahap I

Lima akibat yang kini dialami (vattamana phala) = tahap IIa

Lima sebab kehidupan yang sekarang (anagata phala) = tahap III

Tahap dan IIb adalah kesunyataan asal mulanya dukkha (kesunyataan tahap II)

Tahap IIa dan III adalah kesunyataan tentang dukkha (kesunyataan pertama).

Tiga lipat = I+ (IIa +IIb) +III

Empat tahap = I + IIa +IIb = III

Dua puluh jari-jari tumimbal lahir (bhava cakka):

I = kammabhava = proses kamma = 1,2,8,9,10 = IIb = 10

IIb=Uppatibhava = proses tumimbal lahir = 3,4,5,6,7 = III = 10

Tahap I = tahap IIb yang dipersingkat

Tahap IIa = tahap III secara terperinci


2. Patticasamuppada Bersifat Ilmiah

Pokok permulaan sebab akibat yang saling bergantungan atau muncul bersamaan karena syar

Hukum paticcasamuppada ini adalah tidak sama dengan hukum sebab akibat dari Aristoteles, s

Tiada sesuatu kejadian di alam semesa ini yang berdiri sendiri secara mulak. Sesuatu sebab tid

Penggunaan Hukum paticcasamuppada untuk menjelaskan adanya derita, dimana Buddha Got

Beliau mempergunakan akal pikiran, sehingga penyelidikan penyelidikannya bersifat ilmiah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paticcasamuppada berarti keadaan yang menempati siap untuk timbul/muncul


bersamaan karena syarat-syarat berantai. Atau sering diterjemahkan Hukum
sebab musabab yang saling bergantungan (Dependent compraduction;
dependent oregination). Segala sesuatu di dalam kehidupan tidak ada yang
timbul, terjadi atau lenyap secara tiba-tiba (spontan), tanpa didahului sesuatu
sebab dan akibat, tetapi semuanya saling bergantungan. Baik dalam bentuk
benda, kejadian, perbuatan, pikiran dan lain-lainnya.

Paticca Samuppada hanya merupakan suatu ajaran tentang proses kelahiran dan
kematian, bukan suatu teori mengenai asal mula kehidupan. Paticca Samuppada
menguraikan sebab musabab tumimbal lahir dan penderitaan, tetapi sama sekali
bermaksud menerangkan evolusi dunia.

Proses sebab dan akibat ini berlangsungan terus menerus. Awal pertama proses
ini tak bisa ditentukan karena tidaklah mungkin untuk membayangkan suatu
saat ketika aliran kehidupan ini tidak diliputi ketidak tahuan. Tetapi jika ketidak
tahuan ini diganti dengan kebijaksanaan dan aliran kehidupan ini memahami
Nibhana Dhatu, pada saat itulah proses tumimbal lahir berakhir.

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

http://seberkassinardharma.co.id/2011/03/paticcasamuppada.html?m=1

http://bijouieka.co.id/2013/05/tilakkhana-dan-paticca-samuppada.html?m=1

http://perbandinganagamaagamabuddha.blogspot.co.id/2012/06/makalah-
kelompok-iii.html?m=1

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Paticcasamuppada
Panjika, Rampaian Dhamma, Vihara Buddha Metta, Jakarta,2004

Anda mungkin juga menyukai