Modul Labtek 1 2015
Modul Labtek 1 2015
1
MODUL PRAKTIKUM
MT 2205 - LABORATORIUM TEKNIK MATERIAL 1
LATAR BELAKANG
Praktikum Laboratorium Teknik Material (LABTEK I) merupakan kegiatan praktikum
yang berisikan materi pengujian-pengujian sifat mekanik suatu material. Secara umum,
terdapat 6 pengujian mekanik yang merupakan pengujian merusak (destructive testing).
Pengujian mekanik yang terdapat dalam praktikum ini berupa pengujian merusak yang
sering digunakan baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Dengan memahami
prinsip dasar pengujian-pengujian pada praktikum ini, praktikan dapat juga mengenal
prinsip dasar pengujian mekanik lainnya yang tidak menjadi materi dalam praktikum ini.
MODUL PRAKTIKUM
Modul A Uji Tarik (Static Tension Test) Halaman 5
Modul B Uji Keras (Hardness Test) Halaman 11
Modul C Uji Puntir (Static Torsion Test) Halaman 17
Modul D Uji Lentur dan Kekakuan (Static Bending Test) Halaman 23
Modul E Uji Lelah (Fatigue Test) Halaman 28
Modul F Uji Impak (Impact Test) Halaman 31
PROSEDUR PRAKTIKUM
Prosedur praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut :
1. Praktikan mengikuti seluruh modul praktikum.
2. Praktikan sudah menyelesaikan dan mengumpulkan tugas pendahuluan satu hari
kerja sebelum praktikum dilaksanakan.
3. Praktikan datang 15 menit sebelum praktikum dimulai kemudian memastikan
asisten praktikum pada saat itu.
4. Praktikum diawali dengan tes awal dan dilanjutkan dengan diskusi antara asisten
dan praktikan dengan alokasi
5. Praktikan mengikuti percobaan berdasarkan arahan dari asisten dan teknisi.
6. Praktikum diakhiri dengan penjelasan mengenai pengolahan data dan penyusunan
laporan praktikum. Laporan praktikum diserahkan selambat-lambatnya satu hari
sebelum presentasi laporan praktikum.
7. Presentasi laporan praktikum dilaksanakan selambat-lambatnya satu minggu setelah
praktikum.
8. Praktikan mengisi lembar feedback praktikum.
2
FORMAT TUGAS PENDAHULUAN DAN LAPORAN
Tugas Pendahuluan terdiri dari :
1. Cover
2. Pertanyaan dan jawaban dari Tugas Pendahuluan.
Format Cover :
Tugas Pendahuluan Praktikum Laporan Praktikum
Laboratorium Teknik Material 1 Laboratorium Teknik Material 1
Modul A Uji Tarik Modul A Uji Tarik
oleh : oleh:
Kelompok : Nama :
Anggota (NIM) : NIM :
Kelompok :
Anggota (NIM) :
Tanggal Pengumpulan :
Tanggal Praktikum : Tanggal Praktikum :
Nama Asisten (NIM) : Tanggal Penyerahan Laporan :
Nama Asisten (NIM) :
Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material Laboratorium Metalurgi dan Teknik Material
Program Studi Teknik Material Program Studi Teknik Material
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung Institut Teknologi Bandung
2014 2014
3
ATURAN PRAKTIKUM
Peraturan praktikum yang harus ditaati oleh praktikan sebagai berikut:
1. Mengerjakan tugas pendahuluan yang terdapat pada modul.
2. Membawa peralatan sesuai dengan modul, dibawa sebelum praktikum.
3. Memakai jas laboratorium, sepatu tertutup, kemeja, dan berambut rapi.
4. Datang 15 menit sebelum praktikum dimulai.
5. Tidak makan, menggunakan dan mengaktifkan dering handphone, merokok, tidur,
dan meninggalkan praktikum tanpa seizin asisten.
6. Tidak merusak dan menghilangkan alat.
7. Membawa modul, buku catatan, dan kartu praktikum (dilengkapi).
8. Membuat surat ijin yang sah apabila tidak dapat mengikuti praktikum.
9. Menjaga sopan santun dan etika selama praktikum.
10. Menjaga kebersihan, keselamatan, dan ketertiban selama praktikum.
SANKSI PRAKTIKAN
1. Kehadiran
Tidak hadir lebih dari 1 kali (K, NA = 0)
Tidak memberikan informasi kehadiran 15 menit setelah praktikum dimulai (K,
NAP=0)
Tidak memberi surat izin yang sah untuk ketidakhadiran praktikum maksimal 3 hari
kerja setelah praktikum (K, NAP = 0)
2. Keterlambatan Praktikum
Keterlambatan 0 sampai 15 menit (K, A-15, dan wajib melapor pada asisten yang
bersangkutan dan koordinator praktikum)
Keterlambatan diatas 15 menit (K, NAP= 0)
3. Keterlambatan Tugas Pendahuluan
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan dari 1-15 menit (K, NM/2)
Terlambat mengumpulkan Tugas Pendahuluan diatas 15 menit (K,NM=0, tetap
wajib mengikuti praktikum)
Tidak mengumpulkan Tugas Pendahuluan (K,NM=0), tidak boleh mengikuti
praktikum.
4. Kelengkapan Praktikum
Tidak membawa kartu praktikum (K, dipersilahkan pulang namun dapat mengikuti
modul yang bersangkutan pada shift lain)
Tidak membawa modul, memakai jas laboratorium, memakai pakaian berkerah, dan
memakai sepatu tertutup(K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang untuk
melengkapi dengan resiko keterlambatan)
Tidak melengkapi kartu praktikum (K, NAP-30, dan praktikan dipersilahkan pulang
untuk melengkapi dengan resiko keterlambatan)
5. Untuk nilai tes awal < 30 praktikan dipersilahkan pulang dan nilai praktikum yang
diperhitungkan hanya nilai tugas pendahuluan.
6. Merokok pada saat praktikum (NAP=0)
4
7. Keaktifan
Makan atau tidur (K dan A-50)
Menggunakan handphone (K dan A-50)
Meninggalkan praktikum (K dan A-50)
8. Merusak dan menghilangkan alat dan benda kerja pengujian (K, melapor pada asisten,
koordinator praktikum, koordinator asisten, dan teknisi)
9. Sanksi yang bersifat kondisional dan insidental akan ditetapkan oleh asisten yang
bersangkutan pada saat praktikum
10. Praktikan yang tercatat 5 kali atau lebih pada buku kasus dinyatakan tidak lulus
praktikum ini
11. Apabila kartu praktikum hilang maka praktikan akan dikenakan denda Rp. 100.000,-
Keterangan :
K : Tercatat dalam buku kasus
A-X : Nilai aktivitas dikurangi X poin
NAP : Nilai Aktivitas Praktikum
NAP-X : NAP (Nilai Aktivitas Praktikum) dikurangi X poin
NA : Nilai Akhir Praktikum
NA-X : NA (Nilai Akhir Praktikum) dikurangi X poin
ATURAN PENILAIAN
Nilai Total Praktikum (NTP ) didasarkan pada 2 aspek penilaian yaitu :
1. Nilai Aktivitas Praktikum
Nilai Aktivitas Praktikum dapat diformulasikan dengan :
NMA NMB NMC NMD NME NMF
NAP
6
NMA s/d NMF adalah nilai per Modul A sampai Modul F.
Penilaian dari masing- masing modul adalah :
(10 xTP ) (10 xTesAwal ) (30 xAktivitas Pr aktikum) (30 xLaporan) ( 20 xpresentas i )
NM ( NilaiModul )
100
2. Nilai Ujian Praktikum (NUP )
Nilai diambil dari ujian tertulis Praktikum Laboratorium Teknik Material. Penilaian berupa
angka 0 s/d 100.
5
MODUL A
UJI TARIK
LATAR BELAKANG
Uji tarik merupakan pengujian mekanik yang paling luas digunakan di industri karena
kemudahannya untuk analisis data yang didapatkan dan memperoleh informasi mengenai
sifat mekanik suatu material. Pada proses pengujian tarik ini, pembebanan berupa beban
uniaksial dengan kecepatan pembebanan yang statis. Pengujian tarik dapat dilakukan
kepada hampir semua material dari logam, keramik maupun polimer.
Informasi yang didapat dari pengujian tarik ini berguna untuk pemilihan material,
pengembangan paduan, kontrol kualitas dan proses desain dalam berbagai kondisi. Metoda
pengujian ini diterima secara memuaskan dalam industri komersil, sehingga digunakan
secara luas dalam perdagangan. Hal yang harus dicatat adalah, hasil pengujian tarik dari
suatu spesimen yang diambil dari salah satu bagian dari suatu produk tidak secara total
merepresentasikan sifat kekuatan dan keuletan dari seluruh produk atau karakteristik
penggunaannya dalam lingkungan yang berbeda dengan kondisi pengujian. Standar
pengujian tarik, diantaranya dideskripsikan dengan detail dalam ASTM E8/E8M-11.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui standar dan prosedur pengujian tarik dengan baik dan benar
2. Mengetahui besaran-besaran sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik.
3. Mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi dari pengujian tarik.
4. Mampu mengolah data hasil pengujian.
TEORI DASAR
Uji tarik yang akan dilaksanakan pada praktikum ini sesuai dengan standar American
Society for Testing and Materials (ASTM). Untuk uji tarik dengan spesimen logam, sesuai
dengan ASTM E, mengenai panjang gage length yang 4 kali diameter spesimen.
Spesimen uji berbentuk silinder dengan ukuran sebagai berikut :
6
Gambar 1.2 Kurva Engineering StressStrain
Untuk mendapatkan kurva engineering stressstrain dari kurva antara F dan l adalah
dengan persamaan :
F
S . Persamaan 1
A
l l lo
e ............................................................. Persamaan 2
lo lo
S : Engineering Stress (N/mm2)
P : Beban yang diberikan (Newton)
Ao : Luas penampang (mm2)
e : Strain ( tidak bersatuan ), dinyatakan dalam persentase
l : Perubahan Panjang (mm)
l : Panjang setelah pembebanan (mm)
lo : Panjang awal spesimen (mm)
Setelah di dapatkan kurva engineering stress-strain, kita ubah menjadi kurva true stress-
strain. dengan cara sebagai berikut :
7
Gambar 1.3 Kurva True StressStrain
8
PROSEDUR PERCOBAAN
9
- Panjang uji setelah patahan = mm
- Kekerasan setelah pengujian = HRA
Strain 19
0 0.1 0.2 0.5 1 2 4 5 8 10 12 14 16 18
(%) (fracture)
10
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1. Davis. E . Harmer, George Earl Troxell, George F.W.Hauck, The Testing of
Engineering Materials,. Edisi ke-4, chapter 2 halaman 17- 30 dan chapter 8 halaman
125- 146
2. Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 275-288.
3. Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke-
6, John Willey & Son Inc. Halaman 117 132
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.
11
MODUL B
UJI KERAS
LATAR BELAKANG
Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif. Dengan pengujian ini, kita dapat
dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu material. Meskipun pengukuran
hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk
menyatakan kekuatan suatu material. Material dapat dengan mudah digolongkan sebagai
material ulet maupun getas, hanya dengan uji keras.
Uji keras juga dapat digunakan sebagai satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan
panas dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working
hot working, atau heat treatment, dapat diketahui perubahan kekuatannya dengan mengukur
kekerasan permukaan material tersebut. Oleh karena itu, uji keras merupakan metode yang
mudah dilakukan untuk quality control material.
Termasuk dalam pengujian kekerasan ini adalah uji keras Rockwell, Brinnell dan Vickers.
Standar pengujian kekerasan untuk material logam diantaranya didapatkan dari ASTM E18-
11. Pengujian kekerasan Rockwell merupakan pengujian empirik kekerasan dengan cara
indentasi yang mana hasil pengujiannya berhubungan dengan kekuatan tarik, ketahanan
aus, keuletan dan karakteristik fisik lainnya dari logam dan juga berguna dalam kontrol
kualitas dan pemilihan material. Pengujian kekerasan Rockwell dianggap proses pengujian
yang memuaskan untuk pengujian perkapalan komersial dan telah banyak digunakan secara
luas dalam di industri. Satu hal yang harus digarisbawahi, pengujian Rockewell dalam
suatu bagian tertentu belum tentu menggambarkan kondisi fisik secara keseluruhan dari
suatu produk. Penjelasan serupa dalam paragraf ini berlaku untuk pengujian kekerasan
Brinnell.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui macam- macam metode pengujian keras serta aplikasinya
2. Mengetahui prosedur dan standar pengujian keras
3. Mengetahui sifat mekanik serta perubahan yang terjadi akibat proses pemanasan.
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode pengujian kekerasan
5. Mampu menghitung besaran sifat mekanik suatu material
TEORI DASAR
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu bahan mempunyai kaitan
erat dengan kekakuan (solidity) dan kekompakan permukaan suatu material. Terdapat
beberapa metode yang dikembangkan dalam menentukan harga kekerasan ini seperti
metode goresan (scratch), metode indentasi (indentation), dan metode pantulan (rebound
atau dynamic). Metode-metode tersebut menyebabkan arti fisik dari kekerasan memiliki
perbedaan dan aplikasinya pun berbeda di setiap bidang dan pengalaman kerja seseorang.
12
Secara umum, definisi kekerasan adalah ketahanan terhadap deformasi, dan untuk logam,
deformasi yang dimaksudkan disini adalah deformasi plastis. Beberapa definisi yang lain
untuk kekerasan antara lain:
a. ketahanan terhadap penekanan dibawah beban statik atau dinamik
b. energi yang diserap ketika diberikan beban impak.
c. ketahanan terhadap penggoresan
d. ketahanan terhadap abrasi
e. ketahanan terhadap pemotongan dan pengeboran
Untuk kebanyakan aplikasi teknik, definisi kekerasan yang sering dipakai adalah kekerasan
dengan metode indentasi. Oleh karena itu, dalam praktikum ini hanya dipelajari uji keras
metode indentasi yaitu uji keras Brinell, Rockwell, dan Vickers.
Brinell Hardness
Pengujian kekerasan Brinell menggunakan bola baja dengan diameter 10 mm dan beban
3000 Kg. Hal ini sesuai dengan ASTM E 10 yang menggunakan beban 3000 kg untuk hard
Metal, 1500 Kg untuk intermediate hardness, dan 500 Kg untuk soft Materials.. Beban
diberikan kepada spesimen selama 30 s, kemudian diameter diukur dengan mikroskop
untuk menentukan harga kekerasan Brinell. Metode pengujian Brinell dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
Rockwell Hardness
Metode pengujian kekerasan yang paling banyak dipakai adalah Metode Rockwell.
Terdapat dua macam pembebanan dalam pengujian kekerasan rockwell, yaitu beban minor
dan beban mayor. Beban minor sebesar 10 Kg, dan beban mayor yang besarnya bervariasi
antara 60, 100 dan 150 Kg. Selain variasi pada beban mayor, dapat pula dilakukan dengan
variasi pada jenis dan dimensi indentornya. Prosedur pengujian Rockwell ini distandarkan
menurut ASTM E 18.
Vickers Hardness
Pengujian kekerasan dengan metode vickers menggunakan indentor berupa pyramid intan
yang membentuk sudut 136 (ASTM E 92). Masa indentor bervariasi antara 1- 120 Kg. Uji
keras Vickers diterima secara luas untuk keperluan riset maupun penelitian karena nilai
kekerasan Vickers menyediakan rentang nilai yang luas. Sehingga Vickers ini dapat
digunakan pada material yang lunak dan material yang sangat keras sekalipun. Harga
kekerasan Vickers atau VHN (Vickers Hardness Number) adalah :
PROSEDUR PERCOBAAN
14
DATA UJI KERAS
a. Metode Brinell
Jenis mesin :
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji :
Ass pengawas :
2F
BHN =
D(D- D2 - d2 )
F D d Kekerasan
No Bahan
(N) (mm) (mm) Brinell
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
b. Metode Vickers
Jenis mesin :
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji :
Ass. pengawas :
136 o
2F sin F
2 HV = 1.854 2 (approximately)
HV = d
d2
P D D Kekerasan
No Bahan
(N) (mm) (mm) Vickers
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
15
1
2
3
4
5
c. Metode Rockwell
Jenis mesin :
Tanggal pengujian :
Standar pengujian :
Penguji :
Ass. pengawas :
16
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Sebutkan macam- macam variasi pengujian kekerasn Rockwell berdasarkan beban
mayor dan jenis indentor! Adakah tujuan dari variasi tersebut, jelaskan!
1,854 P
2. Turunkan persamaan kekerasan Vickers, DPH = ! (DPH adalah Diamond
L2
Pyramid Hardness).
3. Temperatur akan berpengaruh terhadap kekerasan material, hal ini dapat dinyatakan
dalam hubungan:
H = A e-BT
H = Hardness (kgf.mm2)
T = Temperatur (K)
A,B = konstanta
Gambarkan kurva yang menyatakan hubungan antara T dan H tersebut. Apa yang dapat
Anda jelaskan dari kurva tersebut.
4. Mengapa harga kekerasan berbanding lurus dengan harga kekuatan tariknya ?
BAHAN BACAAN SEBELUM PRAKTIKUM
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini:
1. Davis. E . Harmer, George Earl Troxell, George F.W.Hauck, The Testing of
Engineering Materials,. Edisi ke-4, chapter 12 halaman 195- 220
2. Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 325 336
3. Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke-
6, John Willey & Son Inc. Halaman 134 140
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.
17
MODUL C
UJI PUNTIR
LATAR BELAKANG
Tegangan geser terjadi secara paralel pada bidang material, berbeda dengan tegangan
normal yang tegak lurus dengan bidang. Kondisi tegangan geser dapat terjadi dengan
melakukan geseran secara langsung (direct shear) dan tegangan puntir (torsional stress).
Fenomena geseran secara langsung dapat dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok
kayu. Pada setiap permukaan di paku dan kayu yang bersinggungan langsung dengan paku
akan mengalami geseran secara langsung. Sedangkan, fenomena tegangan puntiran dapat
terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi. Dengan adanya tegangan geser,
maka respon yang diterima oleh material pun berbeda. Selain itu, kondisi tegangan dan
regangan kompleks yang terjadi pada waktu pengujian puntir adalah sensitif terhadap
perubahan di dalam material, sehingga pengujian puntir berguna sebagai alat untuk
mengevaluasi keuletan kawat. Untuk standar pengujian puntir kawat, dideskripsikan
dengan lengkap dalam ASTM A938, dengan maksimum diameter kawat sampai dengan 10
mm.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui standar dan prosedur uji puntir
2. Mengetahui pengaruh tegangan geser terhadap sifat mekanik material.
3. Mampu menghitung besaran-besaran sifat mekanik material dari uji puntir
4. Memahami mekanisme terbentuknya patahan material oleh tegangan geser
18
TEORI DASAR
Besaran yang terukur dari uji puntir adalah Momen Putar dan Sudut Putar spesimen. Untuk
mengukur Sudut Putar digunakan alat yang disebut dengan Troptometer.
Gambar 3. 2 Troptometer
r a r a
M rdA r
2
dA ... 1
r 0
r r 0
r
Sedangkan sudut putar () didapatkan dari tan . Dimana tan = ...... 2
L
Notasi- notasi yang dipakai dalam persamaan ini dapat dengan mudah diapahami dari
gambar 3.3
Setelah mendapatkan hasil kurva yang berupa Momen Putar ( M ) dengan sudut putar ( )
seperti pada gambar 3.4 dibawah, maka dapat dihitung regangan geser dan modulus
elastisitas gesernya.
19
Gambar 3.4 Diagram Momen Putar dengan Sudut putar
r
Regangan geser adalah tan ........................................................................ 3
L
Modulus Elastisitas Geser ( G) didapat dari G ................................................... 4
Ketika regangan geser sudah semakin besar, sehingga hubungan antara tegangan dan
regangan elastis sudah tidak linear lagi, maka persamaan 1, 3, dan 4 tidak berlaku lagi.
Ketika kondisi regangan begitu besar, dibuat kurva antara momen dengan sudut putar per
panjang spesimen. Dari kurva ini akan di dapatkan kondisi regangan dan tegangan geser
yang sebenarnya.
Regangan geser sebenarnya didapatkan dari r ' dengan ' sedangkan untuk
L
menghitung tegangan geser sebenarnya didapat dengan cara menurunkan persamaan
momen torsinya.
r a r a
M r .dA 2 .r
2
dr . .. 5
r 0 r 0
20
M
Gambar 3.5 kurva Momen Torsi dengan perubahan sudut per panjang
Dari persamaan 7 kita dapat ubah persamaan itu dengan melihat dari gambar 3.5 menjadi :
1
a ( BC 3CD ) .................................................................................................. 8
2a 3
Setelah didapatkan tegangan geser dan regangan gesernya maka di ubah ke dalam tegangan
dan regangan sebenarnya dengan menggunakan lingkaran Mohr dan memasukkan ke dalam
kriteria dari Tresca dan Von Mises. Untuk mengubah dari tegangan dan regangan geser ke
tegangan dan regangan sebenarnya, harus diperhatikan kondisi tegangan uji puntir.
21
PROSEDUR PERCOBAAN
22
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Gambarkan state of stress spesimen yang di Uji Puntir ! Kemudian representasikan ke
dalam lingkaran mohr. Dengan cara yang sama, buat pula untuk Uji Tarik
2. Untuk spesimen yang berbentuk silinder, Buktikan bahwa J = D4/32. Kemudian
turunkan persamaan max = 16M / D4 .
3. Sifat- sifat mekanik apa sajakah yang dapat diperoleh dari hasil uji puntir ? Definisikan
pula arti sifat mekanik tersebut !
4. Gambarkan perbandingan kurva hasil uji tarik dan puntir berdasarkan kriteria luluh
Tresca dan Von Mises.
23
MODUL D
UJI LENTUR DAN KEKAKUAN
LATAR BELAKANG
Pengujian kekuatan lentur dan modulus elastisitasnya dilakukan untuk material dimana
tegangan utamanya dalam bentuk lentur. Untuk kebanyakan material, modulus dalam arah
tarik dan tekan mempunyai sedikit perbedaan, sedangkan modulus lentur adalah kombinasi
dari modulus arah tarik dan tekan, sehingga seringkali berbeda dengan keduanya. Banyak
struktur dan mesin memiliki komponen yang harus menahan beban lentur atau bending
(tekukan). Dalam bending sendiri biasanya diikuti oleh direct stress, transverse shear, dan
torsional shear. Melalui percobaan ini, kita akan melihat perilaku material yang mengalami
bending akibat pembebanan 3 sumbu ( 3 axial stress ). Standar pengujian lentur untuk
material logam berbentuk pelat dideskripsikan dengna detail dalam ASTM E855-08
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menentukan kekuatan lentur (flexural strength) material
2. Menentukan modulus elastisitas material
3. Mengetahui distribusi momen dan tegangan ketika terjadi pembebanan.
TEORI DASAR
Ketika sebuah batang diberikan pembebanan seperti gambar 4.1 dibawah ini, maka akan
terjadi tegangan tarik, tekan dan geser. Pembebanan ini akan bernilai maksimum pada
permukaan batang dan akan bernilai nol pada sumbu neutral axis batang.
24
Untuk spesimen yang mempunyai penampang segi empat, maka tegangan normal
maksimum pada penampang tersebut adalah:
PL h
)
4 2
............................................................................(2)
b h3
( )
12
dimana : P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
b = lebar spesimen
t = tebal spesimen
defleksi pada daerah elastis pada penampang tersebut adalah:
P L3
= ....................................................................................................(3)
48 E I
dimana: = defleksi
P = beban yang bekerja
L = panjang spesimen
E = modulus elastisitas bahan spesimen
I = modulus inersia penampang
Dari persamaan tiga ini, kita dapat menghitung modulus elastisitas suatu bahan.
Beberapa hal yang harus dicatat adalah
- Pengukuran presisi dari modulus elastisitas lentur dan kekuatan lentur dipengaruhi oleh
beberapa hal termasuk orientasi spesimen terhadap arah pengerolan, besar buti,
tegangan sisa, sejarah regangan sebelumnya, persiapan spesimen dan dimensinya,
orientasi butir terdeformasi terhadap arah dari tegangan normal.
- Kondisi pengujian juga mempengaruhi hasil seperti temperatur dan variasinya, kondisi
peralatan pengujian, dan apakah pengujian mengikuti standar atau tidak.
25
PROSEDUR PERCOBAAN
26
DATA UJI LENTUR DAN KEKAKUAN
- Material =
- Kekuatan lentur material = Mpa
Dimensi Spesimen
panjang (l) = mm
lebar (b) = mm
tebal (h) = mm
diameter (d) = mm
- Untuk spesimen silinder
- Jarak tumpuan (l) = mm
- Laju pembebanan = kg/menit
- Beban maksimum pada daerah elastis = kg
- Spesimen uji menurut standar =
kg
27
TUGAS SETELAH PRAKTIKUM
1. Buat kurva antara P dari data uji lentur, dengan menggunakan persamaan garis
regresi linier.
2. Hitung harga Flexural Strength dan Modulus Elastisitas dengan menggunakan kurva
tersebut.
3. Bandingkan harga Modulus Elastisitas yang diperoleh dari literatur dan percobaan,
bila ada perbedaan jelaskan mengapa hal itu bisa terjadi!
4. Bandingkan keadaan kekerasan akhir (setelah diuji bending pada daerah yang
terdeformasi plastis) dengan kekerasan awal (sebelum diuji bending) dan jelaskan.
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.
28
MODUL E
UJI LELAH (FATIGUE)
LATAR BELAKANG
Kegagalan suatu material selama ini kebanyakan disebabkan oleh beban dinamik.
Pembebabanan dinamik adalah suatu pembebanan dengan melibatkan tegangan aksial (tarik
tekan), fleksural (bending) dan torsional (puntiran) yang berfluktuasi. Meskipun tegangan
yang diterima oleh material lebih rendah dari harga tegangan luluhnya, kegagalan dapat
saja terjadi suatu saat. Kegagalan yang disebabkan oleh beban dinamik ini disebut dengan
Fatigue Failures.
Banyak komponen dan elemen mesin didesain dengan memberikan perhatian yang besar
terhadap beban yang dinamik. Cotoh komponen yang mengalami beban dinamik adalah
jembatan, kompresor, turbine blade, atau pompa. Dengan berjalannya waktu, serta periode
pembebanan yang berulang-ulang, setiap komponen itu akan dapan mengalami kegagalan
tanpa ada tanda yang jelas dan mudah diamati.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perilaku material terhadap beban dinamik
2. Mengetahui metode untuk menentukan kekuatan lelah serta batas lelah suatu
material.
3. Memahami mekanisme dan bentuk patahan suatu material akibat fatigue failure.
TEORI DASAR
Kegagalan suatu material yang disebabkan oleh beban dinamik tidak menunjukkan
deformasi terlebih dahulu. Kegagalan yang disebabkan oleh fatigue dapat dijelaskan
melalui beberapa tahap yaitu :
1. Crack Initiation
2. Crack Growth
3. Ultimate Failure
Ketiga tahap tersebut dapat kita amati secara visual dari permukaan struktur patahannya.
Crack initiation adalah kondisi dimana dimulai terjadinya retakan. Awal dari retakan ini
disebabkan oleh konsentrasi tegangan. Penyebab konsentrasi tegangan ini bermacam-
macam, mulai dari goresan, impurities, inklusi maupun tegangan sisa.
Kondisi Crack growth atau crack propagation adalah penjalaran retakan. Kondisi
perambatan retakan pada baja ulet, akan berlangsung melalui bidang gesernya, kemudian
akan terus merambat searah dengan tegangan tarik yang diterimanya.
Pada kondisi Ultimate Failure, material sudah tidak dapat menahan lagi beban yang
diterimanya. Pada kondisi ultimate failure ini, kita dapat mengamati dengan jelas awal
retakan, rambatan retakan hingga akhirnya patah.
Dalam analisis kegagalan suatu material yang disebabkan oleh fatigue, maka digunakan
kurva antara SN. S adalah Stress yang dialami oleh material. Karena S disini adalah dari
beban dinamik dan berfluktuasi maka, dapat kita gambarkan kondisi stress yang terjadi
melalui sebuah kurva cycle stress seperti pada gambar 5.1
29
Gambar 5.1 Kurva Reverse Stress Cycle
Dari kurva diatas, kita dapat menghitung beberapa besaran yang berguna untuk menentukan
kurva S- N. Diantaranya adalah :
min
Mean stress, m max
2
Range of Stress, r= max - min
min
kAlternating stress, a = r max
2 2
max
Stress Ration, R =
min
PROSEDUR PERCOBAAN
Dalam Uji Fatigue ini, tidak dilakukan pengujian secara langsung karena memerlukan
waktu yang lama serta pengamatan yang panjang. Oleh sebab itu proses praktikum ini
dilakukan hanya dengan melakukan analisis dari percobaan uji fatigue yang pernah
dilakukan sebelumnya.
30
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Gambarkan skema mesin uji lelah putar. Jelaskan cara kerja mesin tersebut sehingga
dapat menunjukkan bahwa spesimen mendapatkan tegangan fluktuatif!
2. Gambarkan kurva stress cycle dengan kondisi tegangan fluktuasi yang terjadi adalah
tekan- tekan serta tarik-tarik. Formulasikan nilai r, m, R dan a sesuai dengan kondisi
bebannya ! Jelaskan apa yang dimaksud dengan r, m dan a !
3. Apakah yang dimaksud dengan kekuatan lelah (fatigue strength) serta batas lelah
(fatigue limit) material. Jelaskan dengan kurva S- N !
4. Berikan contoh dan sertakan gambar komponen yang mengalami fatigue failure,
(minimal 3).
31
MODUL F
UJI IMPAK
LATAR BELAKANG
Dalam pengujian mekanik, terdapat perbedaan dalam jenis beban yang diberikan kepada
material. Uji tarik, tekan, puntir adalah pengujian dengan menggunakan beban statik.
Sedangkan uji keras, uji fatigue, dan uji lentur meggunakan jenis beban dinamik. Dan pada
uji impak ini, digunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Perbedaan dari macam
pembebanan ini dapat dilihat pada strain rate-nya seperti pada tabel 6.1 di bawah ini.
Pada pembebanan cepat atau disebut dengan beban impak, terjadi proses penyerapan energi
yang besar dari energi kinetik suatu beban yang menumbuk ke spesimen. Proses
penyerapan energi ini, akan diubah dalam berbagai respon material seperti deformasi
plastis, efek histerisis, gesekan, dan efek inersia. Pada pengujian impak takikan diberikan
pada bagian sampel yang berbenturan dengan beban, sehingga pengujian impak secara
spesifik menghubungkan karakteristik logam bila diberikan beban tunggal, dimana
dihasilkan tegangan multi-aksial pada bagian takikan, ditambah dengan laju pembebanan
yang tinggi dan juga pengaplikasian temperatur rendah dan tinggi. Dalam pengujian impak
ini juga untuk berbagai material dapat diprediksi karakteristik patah getas secara akurat.
Standar pengujian impak untuk material logam, diantaranya dideskripsikan dengan detail
dalam ASTM E23-12C.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui pengaruh beban impak terhadap sifat mekanik material
2. Mengetahui standar dan prosedur pengujian impak
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kegagalan material dengan beban impak.
TEORI DASAR
Pengujian impak yang dilakukan pada praktikum ini adalah sesuai dengan standar ASTM E
23 untuk metode Charpy dan Izod. Metode Charpy dipergunakan secara luas di Amerika
sedangkan metode Izzod digunakan di Eropa.
32
Gambar 6.1 Metode Izod dan Charpy
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energi yang diberikan oleh beban
(pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada saat beban dinaikkan
dengan ketinggian tertentu, beban memiliki energi potensial, kemudian saat menumbuk
spesimen energi kinetik mencapai maksimum. Untuk memahami proses pemindahan energi
ini dapat dilihat pada gambar 6.2
Energi yang diserap oleh spesimen, akan menyebabkan material mengalami kegagalan.
Bentuk kegagalan itu adalah terbentuknya patahan pada spesimen. Bentuk dari patahan itu,
akan bergantung pada jenis materialnya, apakah material getas atau material ulet.
Dengan membuat variasi perubahan temperatur, maka dilihat bentuk patahan dan energi
yang diserap oleh spesimen, kemudian dibuat suatu kurva yang menghubungkan antara
temperatur dan energi yang diserapnya.
33
PROSEDUR PERCOBAAN
34
DATA UJI IMPAK
- Jenis mesin =
- Kapasitas mesin =
- Standar pengujian =
- Penguji =
- Tanggal pengujian =
- Asisten =
35
Untuk proses praktikum yang baik dan lancar, maka praktikan disyaratkan untuk membaca
buku di bawah ini :
1. ASTM E 23
2. Callister, William D. Materials Science And Engineering An Introduction, edisi ke-
7, John Willey & Son Inc. Halaman 223-227
3. Dieter G.E Mechanical Metalurgy, SI Metric Edition. Edisi ke-4, halaman 471-488
Untuk yang memiliki buku- buku di atas, dengan edisi yang berbeda silahkan di sesuaikan
sendiri.
36