Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGELOLAAN KEUANGAN
NEGARA DAN DAERAH
( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pemerintahan )
Dosen Pengampuh : Drs. R. Hery Kusharjono, MM

Disusun Oleh :
IMRON HARI HANDOKO 14 642 0075
LOLA VITALOKA 14 642 0097
MARATUL JANNAH 14 642 0140
M. ADNAN 14 642 0062
SAMSUL ARIFIN 14 642 0
REKYAN LUKMANTO 14 642 0133
FITRI HALIMATUS 14 642 0117
NURHADIYANTI 14 642 0146
SIGIT PURNOMO 14 642 0118

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCA MARGA
PROBOLINGGO
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Hanya karena ridho-Nya
makalah ini dapat tersusun. Dan juga Shalawat dan Salam kami panjatkan kepada Junjungan
Besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa pencerahan kepada kita semua.

Pada dasarnya makalah tentang Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Pemerintahan. Dalam penulisan
makalah ini kami menyadari bahwa masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya
Mahasiswa Universitas Panca Marga. Serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam
mengembangkan karya tulis ilmiah yang sejenis demi kesempurnaan pengetahuan.

Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..........................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah .....................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Definisi Keuangan Negara dan Keuangan Daerah ...............................................3

2.2. Pengelompokkan Keuangan Negara dan Asas Umum Keuangan Negara ................4

2.3. Ruang Lingkup Keuangan Negara dan Keuangan Daerah ........................................5

2.4. Perbendaharaan Keuangan Negara dan Kewenangan Pejabat ..................................7

2.5. Pendapatan Daerah dan Sumber Pendapatan Daerah ................................................9

2.6. Definisi Pengeluaran Daerah (belanja daerah) ..........................................................10

2.7. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah dan Dasar Hukumnya ...................................11

2.8. Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah .................................11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Selama masa Orde Baru, harapan yang Besar dari Pemerintah Daerah untuk dapat
membangun daerah berdasarkan kemampuan dan kehendak daerah sendiri ternyata dari
tahun ke tahun dirasakan semakin jauh dari kenyataan. Yang terjadi adalah
ketergantungan fiscal dan subsidi serta bantuan Pemerintah Pusat sebagai wujud
ketidakberdayaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam membiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Era Reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma
pembangunan nasional dari paradigma pertumbuhan menuju paradigma pemerataan
pembangunan secara lebih adil dan berimbang. Perubahan Paradigma ini antara lain
diwujudkan melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan
daerah yang diatur dalam satu paket undang-undang yaitu Undang-Undang No. 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
Kebijakan pemberian otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab kepada daerah merupakan langkah strategis dalam dua
hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas permasalahan
local bangsa Indonesia berupa ancaman diintegrasi bangsa, kemiskinan, ketidakmerataan
pembangunan, rendahnya kualitas hidup masyarakat, dan masalah pembangunan sumber
daya manusia. Kedua, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis
bangsa Indonesia untuk menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis
perekonomian daerah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan keuangan negara dan keuangan daerah ?
2. Sebutkan pengelompokkan keuangan negara dan apa saja asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara ?
3. Apa saja ruang lingkup keuangan negara dan keuangan daerah ?
4. Jelaskan Perbendaharaan keuangan negara dan apa saja Kewenangan Pejabat
Perbendaharaan Negara ?
5. Apa yang dimaksud dengan pendapatan daerah dan apa saja sumber pendapatan

daerah ?

1
6. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) ?
7. Bagaimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah dan apa saja dasar hukum

keuangan daerah ?
8. Apa saja Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari keuangan negara dan keuangan daerah.
2. Untuk mengetahui pengelompokkan keuangan negara dan asas-asas umum
pengelolaan keuangan negara.
3. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup keuangan negara dan keuangan daerah.
4. Untuk menjelaskan dan mengetahui Perbendaharaan keuangan negara dan
Kewenangan Pejabat Perbendaharaan Negara.
5. Untuk menjelaskan dan mengetahui tentang pendapatan daerah dan sumber
pendapatan daerah.
6. Untuk mengetahui tentang pengeluaran (belanja daerah) dan sumber pengeluaran
daerah.
7. Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah dan dasar hukum keuangan
daerah.
8. Untuk mengetahui Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Keuangan Negara dan Keuangan Daerah

Definisi Keuangan Negara


Definisi keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban

2
tersebut. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara dinyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan
Negara adalah dari sisi objek, subjek, proses, dan tujuan.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh
subjek yang memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah
pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya
dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungg jawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan
hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek
sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Definisi Keuangan Daerah


Peraturan pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
mendefinisikan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.

Yang dimaksud daerah di sini adalah pemerintah daerah yang merupakan daerah
otonom berdasarkan peraturan perundang-undangan. Daerah otonom ini terdiri dari
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten dan pemerintah kota. karena pemerintah
daerah merupakan bagian dari pemerintah (pusat) maka keuangan daerah merupakan
bagian tak terpisahkan dari keuangan negara.

Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan


aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

3
dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah. Untuk menjamin
pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah tersebut maka hendaknya sebuah pengelolaan
keuangan daerah meliputi keseluruhan dari kegiatan-kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

2.2. Pengelompokkan Keuangan Negara dan Asas-Asas Umum Pengelolaan


Keuangan Negara

Pengelompokkan Keuangan Negara


Berdasarkan pengertian keuangan negara dengan pendekatan objek, terlihat
bahwa hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang diperluas cakupannya,
yaitu termasuk kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan.
Dengan demikian, bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam:
a. subbidang pengelolaan fiskal.
b. subbidang pengelolaan moneter.
c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara
Asas Tahunan, memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara
tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).
Asas Universalitas (kelengkapan), memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan
terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.
Asas Kesatuan, mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti
semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran. Oleh karena itu, anggaran
merupakan anggaran bruto, dimana yang dibukukan dalam anggaran adalah jumlah
brutonya.
Asas Spesialitas mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata
anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Secara kuantitatif artinya jumlah yang telah
ditetapkan dalam mata Sistem anggaran tertentu merupakan batas tertinggi dan
tidak boleh dilampaui. Secara kualitatif berarti penggunaan anggaran hanya
dibenarkan untuk mata anggaran yang telah ditentukan.

4
Asas Akuntabilitas berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap
pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas
keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.
Asas Profesionalitas mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh
tenaga yang profesional.
Asas Proporsionalitas; pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional
pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan
yang ingin dicapai.
Asas Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya
keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas
hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.
Asas Pemeriksaan Keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri,
memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan
independen.

2.3. Ruang Lingkup Keuangan Negara dan Keuangan Daerah

Ruang Lingkup Keuangan Negara Meliputi :


1. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman.
2. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga.
3. Penerimaan negara.
4. Pengeluaran negara.
5. Penerimaan daerah.
6. Pengeluaran daerah.
7. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan
daerah.
8. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum.
9. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan
pemerintah.
Ruang Lingkup Keuangan Daerah Meliputi :

5
Hak Daerah untuk memungut pajak Daerah dan retribusi daerah serta melakukan
pinjaman.
kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan daerah dan
membayar tagihan pihak ketiga.
penerimaan daerah, adalah keseluruhan uang yang masuk ke kas daerah. pengertian
ini harus dibedakan dengan pengertian pendapatan daerah karena tidak semua
penerimaan merupakan pendapatan daerah. Yang dimaksud dengan pendapatan
daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayan
bersih.
pengeluaran daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah. Seringkali istilah
pengeluaran daerah tertukar dengan belanja daerah. yang dimaksud dengan belanja
daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat
berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uanga,
termasuk kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan daerah.
kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau kepentingan umum. UU
keuangan Negara menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kekayaan pihak lain
adalah meliputi kekayaan yang dikelola oleh orang atau badan lain berdasarkan
kebijakan pemerintah, yayasan-yayasan di lingkungan kementerian negara/lembaga,
atau perusahaan negara/daerah
2.4. Perbendaharaan Keuangan Negara dan Kewenangan Pejabat Perbendaharaan
Negara

Perbendaharaan Keuangan Negara

Pengertian Perbendaharaan Negara menurut UU No. 1 Tahun 2004 adalah


pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan
kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah (APBN/APBD). Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pengelolaan
keuangan negara, dirasakan semakin pentingnya fungsi perbendaharaan dalam rangka
pengelolaan sumber daya keuangan pemerintah yang terbatas secara efisien.
Fungsi perbendaharaan tersebut meliputi:
1. perencanaan kas yang baik.
2. pencegahan agar jangan sampai terjadi kebocoran dan penyimpangan.
3. pencarian sumber pembiayaan yang paling murah.

6
4. pemanfaatan dana yang menganggur (idle cash) untuk meningkatkan nilai tambah
sumber daya keuangan.
Kewenangan Pejabat Perbendaharaan Negara Meliputi :

1. Pengguna Anggaran
Sebagai pengguna anggaran, menteri/pimpinan lembaga memiliki wewenang:
menyusun dokumen pelaksanaan anggaran.
menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang.
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara.
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan piutang.
melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja.
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran.
menggunakan barang milik negara.
menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik negara.
mengawasi pelaksanaan anggaran.
menyusun dan menyampaikan laporan keuangan dari kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya.
2. Bendahara Umum Negara (BUN)
Menteri keuangan selaku Bendahara Umum Negara memiliki wewenang:
menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan anggaran negara.
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran.
melakukan pengendalian pelaksanaan anggaran negara.
menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara;
menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan
penerimaan dan pengeluaran anggaran negara.
mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran
negara.
menyimpan uang negara.
menempatkan uang negara dan mengelola/menatausahakan investasi. Dalam
rangka pengelolaan kas, investasi yang dimaksud adalah pembelian Surat Utang
Negara (SUN).
melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna anggaran atas
beban rekening kas umum negara.
melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah.
memberikan pinjaman atas nama pemerintah.
melakukan pengelolaan utang dan piutang negara.
mengajukan rancangan peraturan pemerintah tentang Standar Akuntansi
Pemerintaha.
melakukan penagihan piutang negara.
menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara.

7
menyajikan informasi keuangan negara.
menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik
negara.
menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran
pajak.
menunjuk pejabat Kuasa Bendahara Umum Negara.
3. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran
Menteri/pimpinan lembaga mengangkat Bendahara Penerimaan dan
Bendahara Pengeluaran untuk melaksakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pendapatan dan anggaran belanja pada kantor/satuan kerja di
lingkungan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah. Tugas
kebendaharaan dimaksud meliputi kegiatan menerima, menyimpan,
menyetor/membayar/menyerahkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
penerimaan/pengeluaran uang dan surat berharga yang berada dalam pengelolaannya.
Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran adalah pejabat
fungsional dan tidak boleh dirangkap oleh Kuasa Pengguna Anggaran atau Kuasa
Bendahara Umum Negara. Bendahara Penerimaan/Pengeluaran dilarang melakukan,
baik secara langsung maupun tidak langsung, kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa, atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/penjualan tersebut. Persyaratan pengangkatan dan pembinaan
karier bendahara diatur oleh Bendahara Umum Negara selaku Pembina Nasional
Jabatan Fungsional Bendahara.

2.5. Definisi Pendapatan Daerah dan Sumber Pendapatan Daerah


Definisi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah pada dasarnya merupakan penerimaan daerah dalam bentuk
peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan.
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto (2001:82-82) mengungkap bahwa
pendapatan daerah adalah arus masuk bruto manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas pemerintah satu periode yang mengakibatkan kenaikan ekuitas dan bukan
berasal dari pinjaman yang harus dikembalikan.
Sedangkan menurit Abdul Halim (2002:66) pendapatan adalah penambahan dalam
manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk atau

8
peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang mengakibatkan
penambahan dana yang berasal dari kontribusi dana.
Menurut UU RI No. 32 Tahun 2001 tentang Pemerintah Daerah pasal 1 ayat 15
pengertian pendapatan daerah yaitu: pendapatan daerah adalah semua hak daerah
yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan.
Sumber Pendapatan Daerah

1. Pendapatan Asli Daerah.


Hasil pajak daerah
Hasil retribusi daerah
Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lai-lain PAD yang sah
2. Dana Perimbangan, yaitu:
Bagi hasil pajak atau bagi hasil bukan pajak
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Bagi hasil pajak dan Bantuan keuangan dari propinsi
3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

2.6. Definisi Pengeluaran Daerah (belanja daerah)

Menurut Sri Lesminingsih ( Abdul Halim, 2001:199) bahwa pengeluaran daerah


adalah semua pengeluaran kas daerah selama periode tahun anggaran berasngkutan yang
mengurangi kekayaan pemerintah daerah.
Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri
No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah diungkap pengertian
pelanja daerah yiaitu belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui
sebagai pengurangan nilai kekayaan bersih.
Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri
No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
1) Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung terdiri dari : (belanja
pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)

2) Belanja Tidak Langsung

9
Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait langsung
dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung diklasifikasikan
menjadi: (belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil,
bantuan keuangan, dan belanja tak terduga).

2.7. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah dan Dasar Hukum Keuangan Daerah

Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental


2. Perencanaan operasional
3. Penganggaran
4. Pengendalian dan pengukuran
5. Pelaporan dan umpan balik

Penjelasan dari lima tahapan tersebut yaitu :

Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang

dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).


Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana

Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).


Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah.


Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
Dan tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri

dari Laporan

Dasar Hukum Keuangan Daerah

Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan

Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas

kabupaten dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai

pemerintahan daerah, yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A

dijelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam

10
dan sumber daya lainnya antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan

dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya

terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut. adapun

Peraturan tersebut antara lain :

UU No 17 tahun 2003 tentang Keaungan Negara

UU No 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

UU No 15 tahun 2003 tentang Pemeriksaan atas tanggung jawab pengelolaan

Keuangan Negara

UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional

UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Daerah

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah.

Peraturan perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan

untuk mengelola keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar

tersebut kemudian mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik

yang memiliki tiga pilar utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.

Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran

mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau

peraturan dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan

yang berwujud Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus

regulation) dari berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar

memudahkan dalam pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam

11
penerapanya. Peraturan tersebut memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan,

pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam

Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur

masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :

Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja

pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007


Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan

Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan

Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah


Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik

Daerah
Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah

2.8. Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah


Sistem Pengelolaan Laporan Keuangan Negara dan Daerah. Sistem ini
melibatkan SAPP (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat) dan SAPD (Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah). Tujuan SAPP dan SAPD adalah untuk menyediakan informasi
keuangan yang diperlukan dalam hal perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
penatausahaan, pengendalian anggaran, perumusan kebijaksanaan, pengambil keputusan
dan penilaian kinerja pemerintah, sebagai upaya untuk mempercepat penyajian
Perhitungan Anggaran Negara (PAN) dan Daerah, serta memudahkan pemeriksaan oleh
aparat pengawasan fungsional secara efektif dan efisien.
Sistem Pengelolaan Keuangan Negara dan Daerah :
1. SAPP (Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat)
SAPP adalah sistem akuntansi yang mengolah semua transaksi keuangan, aset,
kewajiban, dan ekuitas dana pemerintah pusat, yang menghasilkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang tepat waktu dengan mutu yang dapat

12
diandalkan, baik yang diperlukan oleh badan-badan di luar pemerintah pusat seperti
DPR, maupun oleh berbagai tingkat manajemen pada pemerintah pusat.
Kerangka Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat :
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat disampaikan kepada DPR sebagai
pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN. Sebelum disampaikan kepada DPR,
laporan keuangan pemerintah pusat tersebut diaudit terlebih dahulu oleh pihak BPK.
Laporan keuangan pemerintah pusat terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Konsolidasi Laporan Realisasi Anggaran dari seluruh Kementerian
Negara/Lembaga yang telah direkonsiliasi. Laporan ini menyajikan informasi
realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing diperbandingkan dengan
anggaran dalam satu periode.
b. Neraca Pemerintah
Neraca Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Neraca SAI dan Neraca
SAKUN (Sistem Akuntansi Kas Umum Negara). Laporan in menyajikan
informasi posisi keuangan pemerintah pusat berkaitan dengan aset, utang dan
ekuitas dana pada tanggal/tahun anggaran tertentu.
c. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas Pemerintah Pusat merupakan konsolidasi Laporan Arus
Kas dari seluruh Kanwil Ditjen PBN. Laporan ini menyajikan informasi arus
masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan non anggaran.
d. Catatan atas Laporan Keuangan
Merupakan penjelasan atau perincian atau analisis atas nilai suatu pos
yang tersaji di dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca Pemerintah dan
Laporan Arus Kas dalam rangka pengungkapan yang memadai.

2. SAPD (Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah)


Pedoman SAKD disusun dengan tujuan sebagai berikut:
Menyediakan pedoman akuntansi yang diharapkan dapat diterapkan bagi
pencatatan transaksi keuangan pemerintah daerah yang berlaku dewasa ini,
terutama dengan di berlakukannya otonomi daerah yang baru.

13
Menyediakan pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan klasifikasi rekening
dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan dengan siklus
kegiatan pemerintah daerah yang mencakup penganggaran, perbendaharaan, dan
pelaporannya.
SAPD adalah serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer.
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah (SKPKD) :
Dalam konstruksi keuangan negara, terdapat dua jenis satuan kerja, yaitu
SKPD dan SKPKD. Dalam pelaksanaan anggaran, transaksi terjadi di SKPD dapat
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD sebagai satuan kerja
2. Transaksi-transaksi yang dilakukan oleh SKPKD pada level pemda

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Sedangkan dengan Keuangan Daerah sebagai semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
daerah tersebut.
Timbulnya hak akibat penyelenggaraan pemerintah daerah tersebut menimbulkan
aktivitas yang tidak sedikit. Hal itu harus diikuti dengan adanya suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah untuk mengelolanya. Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud, merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keungan negara dan merupakan
elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahaan daerah.
Bidang pengelolaan keuangan negara dapat dikelompokkan dalam :
a. subbidang pengelolaan fiskal.
b. subbidang pengelolaan moneter.
c. subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut :

1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental


2. Perencanaan operasional
3. Penganggaran
4. Pengendalian dan pengukuran
5. Pelaporan dan umpan balik

DAFTAR PUSTAKA

15
http://dewo-kusumo.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pengelolaan-keuangan-daerah.html

http://dppkad.gorontalokab.go.id/2015/01/05/keuangan-negara-keuangan-daerah-dan-
pengelolaan-keuangan-daerah-bagian-2/

http://www.academia.edu/25635748/Keuangan_Negara_dan_Daerah

http://dokumen.tips/documents/sistem-pengelolaan-keuangan-negara-dan-daerah.html

16

Anda mungkin juga menyukai