Pengujian Dasar
Pengujian Dasar
Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat di pakai dalam menentukan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar:
Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor atas
struktur pengendalian intern yang telah dibahas di Bab 9 (Struktur pengendalian
internal dan penetapan resiko):
Prosedur analitis
Ada empat tujuan penggunaan prosedur analitis, yang seluruhnya telah dibahas
dalam Bab 7:
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik
untuk neraca maupun rugi laba, tetapi penekanan utama pada kebanyakan
pengujian terinci atas saldo neraca adalah neraca. Contohnya adalah antara lain
komunikasi tertulis langsung dengan pelanggan untuk piutang usaha, pemeriksaan
fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan rekanan penjual untuk utang usaha.
- Prosedur analitis.
- Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern
dan pengujian atas pengendalian.
- Pengujian substantive atas transaksi.
Terdapat banyak variasi dalam penggunaan kelima jenis pengujian dalam situasi
audit yang berbeda pada berbagai tingkat efektifitas pengendalian intern. Ada juga
variasi dari satu siklus ke siklus lain dalam suatu audit tertentu. Analisa setiap
situasi audit adalah sebagai berikut:
Program audit dirancang dalam tiga bagian: pengujian atas transaksi, prosedur
analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
1. Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas transaksi akan mencakup
baik pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantive atas
transaksi dan bervariasi tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang
ditetapkan.
2. Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan
prosedur analitis yang ekstensif dalam seluruh audit.
3. Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk merancang pengujian terinci
atas saldo diorientasikan kepada tujuan audit. Perancangan prosedur
tersebut bersifat subyaktif dan memerlukan pertimbangan professional.
1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan
risiko bawaan untuk piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke
tujuan audit individual. Misalkan karena kondisi ekonomi yang buruk dalam
industry klien, auditor dapat menyimpulkan bahwa ada risiko yang besar
piutang usaha tidak tertagih.
2. Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk
penjualan maupun penagihan dalam audit atas piutang usaha.
3. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis.
Pengujian dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh.
Hasil yang diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci
atas saldo.
4. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
Pengujian terinci ats saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran
sampel, pos atau unsure yang dipilih, dan saat pengujian.
Tingkat disagregasi ini berkisar dari audit keseluruhan sampai tujuan audit
untuk masing-masing perkiraan. Misalkan, kalau auditor mendapatkan informasi
mengenai latar belakang bidang usaha dan industry klien, hal ini berkaitan deng n
audit keseluruhan.
Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3: prosedur analitis dan pengujian
ternci atas saldo. Prosedur analitis adalah prosedur yang digunakan untuk
menetapkan kelayakan menyeluruh transaksi dan saldo. Pengujian terinci ats saldo
adalah prosedur khusus yang diarahkan untuk menguji kekeliruan moneter dalam
saldo laporan keuangan.